pengantar kajian strategis.indd

advertisement
PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS
Penulis : Anak Agung Banyu Perwita; Afrimadona; Bantarto Bandoro; Beni Sukadis; Fredy BL Tobing; Kusnadi Kardi;
Prasojo; Yugolastarob Komeini
Editor : AA Banyu Perwita
Bantarto Bandoro
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2013
Hak Cipta2013 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik
perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
Telp.
: 0274-889836; 0274-889398
Fax.
: 0274-889057
E-mail : [email protected]
Perwita, AA Banyu; Bandoro, Bantarto
PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS/Anak Agung Banyu Perwita, dkk
- Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013
xii + 158 hlm, 1 Jil.: 26 cm.
ISBN:
978-602-262-070-9
1. Sosial
2. Politik
I. Judul
PENGANTAR
B
erbagai peristiwa yang terjadi dalam satu dekade terakhir ini, baik itu perang, konflik, perdamaian dan sebagainya, merupakan fitur dari hubungan internasional saat ini dan di masa
mendatang yang akan mempengaruhi tata interaksi manusia secara signifikan. Peristiwaperistiwa itu adalah hasil dari interaksi antara Negara dan non-negara yang sangat rumit. Implikasi
peristiwa-peristiwa itu tentunya sangat luas dan dalam terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia. Sebagai aktor penting dalam hubungan internasional, negara dituntut untuk merespon peristiwaperistiwa tersebut dengan menggunakan berbagai elemen dari kekuatan nasional mereka. Dalam
konteks ini, elemen kekuatan militer (military power) akan tetap menjadi salah satu instrumen utama
Negara dalam hubungan internasional.
Sejak awal 1990-an, para teoritisi dan praktisi telah berdebat mengenai era bahwa kita berada
dalam fase awal revolusi dalam masalah-masalah militer (Revolution in Military Affairs) yang dibawa
oleh pengembangan dan difusi teknologi informasi. Perang di Irak, Afghanistan, dan di wilayahwilayah lainnya di dunia dan perang global melawan terorisme mengingatkan bahwa tidak semua
perang dilakukan antar negara. Korea Utara dan Iran diyakini oleh banyak orang memiliki senjata
nuklir dan senjata semacam ini mereka gunakan bukan hanya sebagai alat tawar menawar, tetapi
juga sebagai kekuatan penangkal.
Karena di dunia ditemukan berbagai macam peristiwa, termasuk perang, maka pemahaman
mengenai teori tentang perang sangat diperlukan untuk bisa memahami dan menganalisis peristiwaperistiwa tersebut. Dalam kajian strategik, pemahaman teoretik sangat diperlukan karena ia merupakan perangkat konseptual (conceptual toolkit) untuk menganalisis masalah-masalah strategi. Dan
kita beruntung karena kemajuan kajian-kajian teoretik yang berbasis pada pengamatan empiris yang
vi
Pengantar Kajian Strategis
dilakukan para pakar strategik di dunia begitu pesat dengan tingkat produktivitas yang tinggi sehingga
menjadikan kajian strategik dan studi keamanan tetap dominan dalam disiplin Hubungan Internasional.
Disamping sebagai alat analisa, teori memainkan peranan dalam membentuk cara berpikir
normatif aplikatif (what should be done under certain circumstances). Dengan kata lain, upaya mempelajari teori strategis adalah dalam rangka untuk belajar bagaimana berpikir secara strategis. Dalam
konteks perang, karena taruhannya begitu tinggi, maka teori-teori strategi adalah suatu usaha sangat
praktis untuk memahami perang itu sendiri dan bagaimana memenangkannya atau mengakhirinya.
Teori strategi yang paling elegan sekalipun akan sia-sia jika tidak memiliki aplikasi praktis. Teori strategis akan dinilai berhasil atau gagal jika ia mampu membantu para pembuat keputusan merumuskan
strategi. Bernard Brodie pernah mengatakan, “strategy is a field where truth is sought in the pursuit
of viable solutions”. (Brodie 1949: 467)
Karena strategi adalah tentang bagaimana untuk menang perang, maka setiap pembahasan
strategi harus dimulai dengan pengertian perang. Clausewitz (1976) mendefinisikan perang sebagai
“tindakan kekerasan untuk memaksa musuh melakukan kehendak kita“. Ada dua aspek penting dari
definisi ini. Pertama, fakta bahwa perang melibatkan kekuatan yang memisahkannya dari persainagan politik, ekonomi, dan militer persaingan. Kedua, fakta bahwa perang adalah instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan politik dan membedakan dari jenis kekerasan lainnya.
Strategi adalah sebuah proses rasional. Clausewitz (1976) menulis, “Tidak seorang pun memulai perang - atau lebih tepatnya, tidak ada satu indera untuk melakukannya - tanpa terlebih dahulu
jelas dalam pikirannya apa yang ia ingin capai dengan perang itu dan bagaimana ia melakukannya”.
Dengan kata lain, sukses dalam perang membutuhkan sebuah artikulasi tujuan politik yang jelas dan
pengembangan strategi yang memadai untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Sukses militer dengan sendirinya tidak cukup untuk mencapai kemenangan. Sejarah mencatat
banyak contoh dimana tentara yang memenangkan semua pertempuran namun kalah dalam perang
karena strategi mereka cacat. Dalam Perang Vietnam, misalnya, militer AS mengalahkan Viet Cong
dan Tentara Vietnam Utara. Namun, Amerika Serikat tetap kalah perang karena pemimpin sipil dan
militer tidak pernah memahami sifat kompleks perang yang mereka lakukan.
Buku ini membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan strategi dan ditulis oleh mereka
yang selama ini mengikuti dan memberi pelajaran mengenai studi strategis. Tujuan penulisan buku
ini adalah agar mahasiswa dan praktisi memahami berbagai teori strategi yang dapat digunakan untuk
menganalisis berbagai peristiwa. Hampir semua kontributor buku ini juga memiliki latar belakang
studi strategis dan hubungan internasional. Dengan demikian, buku ini mencerminkan pentingnya
kajian strategis sebagai sebuah disiplin ilmiah dan relevansinya dengan dunia nyata dan keterkaitannya dalam Hubungan Internasional.
Niat para penulis buku ini adalah membimbing pembaca memahami lebih dalam lagi kajian
strategis yang kini menjadi semakin penting, baik secara teoretik maupun praktik. Karena alasan ru-
Pengantar
vii
ang, penyunting buku ini tidak bisa mencakup semua aspek dari kajian strategis, tetapi menawarkan
sebuah titik awal yang seimbang untuk mempelajari kajian strategi. Buku ini juga merupakan edisi
revisi dari naskah buku “Memahami kajian Strategis” yang pernah diterbitkan secara terbatas oleh
program Studi Hubungan Internasional, FISIP-Universitas Pembangunan nasional “Veteran”, Jakarta.
Buku ini terdiri dari sebelas Bab. Bab pertama, berjudul Evolusi Kajian Stratagis Dalam Hubungan Internasional, membahas cakupan dan definisi strategis. Dalama bab ini ditekankan bahwa kajian strategis tetap dan akan terus relevan dengan perkembangan hubungan internasional. Kajian
strategis akan banyak membantu memahami kompleksitas hubungan internasional. Bukan hanya itu,
kajian srategis juga akan memberi dasar yang kuat bagi para teoritisi dan praktisi hubungan internasional dalam memecahkan berbagai persoalan internasional yang mereka hadapi.
Bab kedua, berjudul Perspektif-Perspektif Teoretik Dalam Kajian Strategis, membahas beberapa perspektif besar dalam studi strategi. Tiga perspektif besar akan dibahas dalam bagian ini yakni
realisme (klasik dan struktural), liberalisme (kemenangan demokratik, institusi dan interdependence)
dan konstruktivisme. Bagian in menekankan bahwa kajian strategis tidak bisa dipisahkan dari empat
aspek penting yakni kekuatan (power), institusi, dinamika relasi antar aktor dan ide. Perspektif teoreti
yang diangkat disini memperlihatkan bahwa negara tetap merupakan aktor utama yang kebijakan
dan tindakannya membentuk kontur politik global.
Bab ketiga, dengan judul Doktrin Militer dan Budaya Strategis, menjelaskan keterkaitan antara
nilai budaya dan strategi. Kondisi ini menggambarkan bahwa setiap negara memiliki pilihan-pilihan
strategi yang berbeda. Perbedaan tersebut dipicu oleh pengalaman dan perjalanan sejarah sebuah
negara, disertai dengan karakteristik suatu negara dan para elit politiknya. Disamping itu, perbedaan cara pandang dan pilihan strategis suatu negara juga dipengaruhi oleh struktur politik, institusi
militer, budaya, dan gambaran empiris mengenai hubungan sipil-militer sebuah negara dalam menyelenggarakan pertahanan negara. Karena itu, budaya strategis berbicara mengenai kondisi politik
domestik yang menjelaskan rangkaian kebijakan keamanan.
Bab keempat, berjudul Dilema Keamanan, membahas konsepsi dilema keamanan, asumsiasumsi dasar dan bagaimana ia mempengaruhi perilaku negara. Bagian ini juga membahas sebabsebab kemunculan dilema keamanan dari perspektif peringkat analisis (levels of analysis). Tiga level
analisis akan menjadi fokus bagian ini, yaitu level individual, dinamika politik domestik dan sistem
internasional.
Bab kelima, berjudul Strategi Penangkalan, membahas konsep deterrence melalui beberapa
tahap. Tahap pertama yaitu pendefinisian dari deterrence dan beberapa poin penting yang menjadi
unsur pembentuk dari deterrence. Tahap kedua dalam bagian ini membahas secara singkat mengenai
perkembangan konsep deterrence kedalam beberapa gelombang. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa konsep deterrence tidak statis, tetapi mengikuti dinamika hubungan antar negara dan
struktur internasional.
viii
Pengantar Kajian Strategis
Bab keenam, berjudul Ancaman Terorisme Maritim, membahas keamanan maritim, utamanya
adalah ancaman terorisme maritim. Argumen utama yang dibangun disini adalah bahwa ancaman
terorisme maritim tidak dapat diatasi secara independen, tetapi secara kolektif dengan mengedepankan kepentingan bersama untuk menjaga wilayah maritim dari ancaman perompakan dan terorisme
maritim.
Bab ketujuh, berjudul Strategi Pertahanan Udara, membahas keunggulan dari kekuatan udara.
Dalam bab ini, penulis berpendapat bahwa sejarah penggunaan air power telah memberikan pengalaman dan membuktikan bahwa dalam rangka memenangkan pertempuran, keunggulan udara
mutlak harus ada. Keunggulan udara tersebut akan memberikan jaminan bahwa kekuatan darat,
kekuatan laut, maupun kekuatan udara sendiri mampu bergerak dengan bebas, tanpa diganggu atau
mendapat hambatan dari kekuatan udara musuh.
Bab kedelapan, berjudul Pengawasan Senjata, mencatat bahwa revolusi teknologi persenjataan
membawa penemuan manusia kepada senjata yang sangat dahsyat yaitu senjata nuklir. Keberadaan
teknologi senjata nuklir menjadikan hubungan antar negara berubah. Walaupun masih di dalam koridor untuk mencari power, namun dalam hal exercising power, posisi negara-negara yang memiliki
senjata nuklir lebih diuntungkan jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki. Mengingat negara
hidup dalam struktur yang anarki, tentunya tidak ada satupun otoritas yang melebihi kuasa negara
untuk melarang negara untuk bisa mengejar, memiliki, mengembangkan senjata nuklir. Di sinilah
pentingnya mekanisme pengawasan senjata sebagai alat untuk mengendalikan persenjataan negaranegara.
Bab kesembilan, berjudul Industri Pertahanan, membahas peran industri pertahanan dalam
memperkuat sistem pertahanan negara. Artikel ini berpendapat bahwa industri pertahanan hanya
memiliki satu pelanggan yaitu negara. Artinya pasar bagi alat dan persenjataan bidang pertahanan
hanya memiliki satu pengguna akhir, terutama pengguna alat utama sistem persenjataan yaitu Departemen Pertahanan. Karena itu, persaingan di antara industri petahanan sangat kompetitif. Apalagi
pasca Perang Dingin terjadi suatu perubahan drastis dalam situasi keamanan internasional. Industri
pertahanan merupakan dunia yang penuh kompetisi sengit diantara mereka sendiri dalam merebut
kontrak yang terbatas. Artinya walaupun pasar senjata terbatas pada negara dan aktor keamanan tertentu saja, tapi keuntungan yang didapat dari penjualan ini sangat besar dan diyakini menggerakkan
ekonomi negara pemasok .
Sementara itu pada pada bab sepuluh yang bertajuk Geopolitik dan geostrategic membahas arti
penting lingkungan yang miliki nilai politik dan strategi. Tulisan ini secara khusus membahas persoalan perbatasan Negara yang tidak saja akan berdampak negatif terhadap tingkat keamanan nasional
dan regional, namun juga akan mempengaruhi lingkungan strategis suatu kawasan. Tulisan ini secara
khusus menyoroti isu keamanan perbatasan Indonesia dan dampaknya terhadap lingkungan strategi
di kawasan Asia Tenggara.
Pengantar
ix
Buku ini diakhiri dengan bab penutup yang menyoroti arti penting kajian strategi dalam disiplin ilmu hubungan internasional. Selain itu, bab ini juga menyisakan berbagai problema konseptual dan praksis yang mungkin akan dapat merangsang penulisan buku-buku berikutnya di Indonesia
di masa mendatang.
Dengan menyajikan berbagai isu di atas, buku ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar tentang kajian strategis, khususnya untuk para mahasiswa Hubungan Internasional. Namun
dengan luasnya isu-isu yang dibahas dalam kajian strategis, buku ini diharapkan pula dapat bermanfaat bagi khalayak ramai baik itu kalangan sipil lainnya maupun militer.
Semoga buku yang kami persembahkan kepada sidang pembaca budiman dapat memberikan
pemahaman dasar dan arti penting kajian strategi dalam perkembangan hubungan internasional di
Indonesia. Kami juga mengharapkan semoga buku kecil ini dapat terus mendorong penulisan berbagai buku ajar hubungan internasional lainnya di tanah air.
Jakarta, Juli 2013
AA Banyu Perwita dan Bantarto Bandoro
Download