A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif 78 ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN SOSIAL DI PERKOTAAN SEBAGAI SEBUAH KAJIAN IMPLEMENTATIF Oleh: A. Syamsu Alam ABSTRACT Social problems founded both on rural and urban area in Indonesia, but the most had founded on urban area. There is more problem arise in urban than rural area. Base of it, the Urban Management have implementing as a management process to make an ideal city system as like as something was expected. The focus of urban management is closely connecting with the needs of the physical aspects, social and economic aspect of communities. The pattern of its management is highly related to the level of complexity of urban problems which related to a number of factors and challenges, such as population, high level on urbanization, Poverty increasing/minimally of employment opportunities, increasing of social inequality/economic inequality, declining of environmental quality in urban area, and ability human resources limitation , institutionally and fundrising for develop and to maintain the urban infrastructure. Social policy basically is a combination of two activities, discovering) and finding a solution for social problem (Bessant, et al 2006:3). In this case, integrated social policies in the academic scientific activities such as research using to find social issue such as poverty, hat research will using to policy formulating, it call a social policy product. To analyze, it viewed follow three perspectives, social policy as a process (process perspective), as a product (product perspective) and as a performance or achievements (performance perspective), Hutman (1981) and Gilbert and Specht (1986 ). Legal accepted for existence of street vendors at Makassar is characterized by various regulations enacted to regulated they activities. But sometime, government showed opposite. Base of that , They make various organization or group to fight. That was a breakthrough made with the means to anticipated a number of potential act which any time become to threaten. It include several stages, as like as movement, awareness of unity among them, make an organization, tightened them line, all of that using to fight against officer, have sold illegally, refused to relocate, and demonstration. There are two Factors that influence to the existence of street vendors in the city of Makassar. First aspects including problem through regulation, facilities and infrastructure, also human resources management. Another aspects is socio-cultural and economical factors. LATAR BELAKANG pengetahuan dan teknologi serta harus Pembangunan nasional merupakan dapat memperhatikan tantangan usaha peningkatan kualitas sumber daya perkembangan global. Pelaksanaannya manusia dan masyarakat Indonesia yang mengacu pada kepribadian bangsa dan dilakukan nilai luhur yang universal ditujukan untuk secara berkelanjutan, ber- landaskan kemampuan nasional, dengan mewujudkan memanfaatkan berdaulat, berkeadilan, sejahtera, maju, kemajuan ilmu kehidupan bangsa yang A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif mandiri, dan kukuh terhadap kekuatan nasional haruslah bermuara moral dan etikanya. Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan sosial. 79 pada membangun kesejahteraan rakyat dan Namun demikian, baik pada masa ketahanan budaya merupakan agenda Orde Baru maupun era reformasi saat ini, pembangunan yang penting dan strategis pembangunan sosial baru sebatas jargon yang seharusnya diikuti penetapan atau pembangunan kebijakan yang efektif. Sebagai perbandingan dengan berbagai negara di belahan dunia ini, maka Indonesia merupakan salah satu negara yang unggul dalam menetapkan suatu kebijakan dan belum terintegrasi dengan strategi ketatanegaraan yang relatif tidak tertandingi baik ditinjau dari ekonomi. masalah masih persoalan mendasar, Penanganan belum menyentuh program-program jaminan sosial masih bersifat parsial dan karitatif serta belum didukung oleh “Kebijakan Sosial” yang mengikat. Orang miskin masih dipandang sebagai sampah segi penetapannya maupun dari segi pembangunan yang harus dibersihkan. masa berlakunya serta tenggang waktu Kalaupun dibantu baru sebatas bantuan dalam proses perubahannya, seperti dari uang, barang, pakaian atau mie instant berbagai dokumen berdasarkan prinsip belas kasihan tanpa kebijakan baik peraturan yang skala dan nasional konsep dan visi serta misi yang jelas. maupun daerah, ini semua diakui oleh Kalau ditelusuri lebih jauh, bahkan banyak negara bahwa hal seperti itu kini terdapat kecenderungan pemerintah adalah hal kurang mengurusi permasalahan sosial. belum Dengan menguatnya ide liberalisme dan baik. Namun operasionalisasinya dalam masih maksimal. kapitalisme, pemerintah lebih tertarik pada Kesejahteraan bagian tak sosial terpisahkan merupakan dari cita-cita bagaimana ekonomi memacu pertumbuhan setinggi-tingginya, termasuk kemerdekaan dan muara dari agenda menarik pajak yang sebesar-besarnya. pembangunan ekonomi. Pasal 33 UUD Sedangkan tanggung jawab menangani 1945 yang merupakan pasal mengenai masalah sosial dan memberikan jaminan perekonomian berada pada Bab XIV UUD sosial diserahkan sepenuhnya kepada 1945 masyarakat. yang berjudul “Kesejahteraan Sosial”. Menurut Sri-Edi Swasono (2001), “Dengan menempatkan pasal 33 Sehubungan dengan itu, bergulirnya di otonomi daerah juga bukannya semakin bawah judul Bab, maka “Kesejahteraan memperkuat komitmen pemerintah daerah Sosial” itu, berarti pembangunan ekonomi untuk lebih memperhatikan masyarakat A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif kelas bawah. Pemberian wewenang yang 80 Pola pengelolaannya sangat terkait lebih besar kepada pemerintah daerah dengan dalam mengelola pembangunan daerah permasalahan belum diikuti dengan penguatan piranti pada sejumlah faktor dan tantangan, kebijakan seperti jumlah penduduk, tingginya arus dan strategi pembangunan tingkat sosial. Bahkan terdapat ironi di beberapa urbanisasi, daerah kesempatan dimana institusi-institusi kerja meningkatnya bukan kesenjangan melainkan perkotaan yang meningkatnya kesejahteraan sosial yang sudah mapan, dikembangkan kompleksitas terkait kemiskinan/ di perkotaan, ketimpangan ekonomi, sosial/ merosotnya dibumihanguskan begitu saja. Demikian kualitas lingkungan hidup di perkotaan, juga tidak sedikit pemerintah daerah yang dan terbatasnya hanya mau menerima penguatan dan daya manusia, peralihan wewenang dalam pengelolaan menggalang dana untuk pembangunan dan dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan. peningkatan “Pendapatan Asli sumber-sumber sumber kelembagaan maupun (PAD), Di Kota Makassar, juga demikian sedangkan peralihan tugas dan peran adanya, seperti dalam hal menangani atau menangani “Permasalahan Sosial Asli menyelesaikan masalah-masalah sosial, Daerah” Suharto:56), sebagai contoh penanganan Pedagang inginnya diserahkan kepada masyarakat, Kaki Lima (PK5), penggusuran, petugas lembaga-lembaga sosial dan kegamaan. kebersihan (PSAD) Daerah” kemampuan (Edi Di Indonesia permasalahan sosial ditemukan baik di tingkat pedesaan dan lain-lain sebagainya, kesemuanya ini masih sering menimbulkan masalah dalam menyelesaikannya. maupun di perkotaan, tetapi lebih banyak Jadi peluang masalah-masalah sosial tersebut menyelesaikan masalah justru menimbul- muncul di perkotaan. Olehnya itu, urban kan management (pengelolaan dibandingkan dilaksanakan sebagai perkotaan) suatu proses Cipto maknanya masalah adalah baru. Hal dengan Wibowo aktivitas ini hasil tentang dapat penelitian penanganan manajemen dari keadaan kondisi sistem Pedagang Kaki Lima di Bandung Tahun kota saat ini menuju sistem kota yang 2004, dikehendaki berdasarkan pada kondisi Wahyuni, tentang Penanganan Penularan ideal yang diharapkan. Fokus manajemen HIV/AIDS juga di Kota Bandung, 2004, perkotaan sangat berhubungan dengan serta hasil Praktek Lapang Mahasiswa kebutuhan aspek fisik, sosial maupun Tugas Belajar EX-APDN dan STPDN ekonomi masyarakat. kerjasama Hasil Penelitian Unhas oleh Depdagri Dewi tentang A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif terhadap 81 Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Bogor kesempatan tahun 2005 yang lalu, serta masih banyak diusulkan contoh lain yang relevan dijadikan sebagai mengatasi dalam rangka mencapai suatu justifikasi atau dasar bahwa implementasi tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran kebijakan sosial beserta faktor-faktor yang atau suatu maksud tertentu. Hal ini mempengaruhinya. sebenarnya menyangkut suatu dimensi untuk kebijakan yang menggunakan dan Maka dari itu, dalam menghadapi yang sangat luas, karena kebijakan tidak globalisasi ide hanya dipahami sebagai tindakan yang kapatalisme ini, visi, misi dan strategi dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga kebijakan publik dan pembangunan sosial oleh kelompok maupun oleh individu yang di Indonesia perlu direvitalisasi dan bukan ada dideligitimasi, olehnya itu dalam tulisan ini, masyarakat. era dan menguatnya dalam suatu komunitas dalam kami fokus mengkaji tentang “Kebijakan Mengacu pada Hogwood dan Gunn, Sosial di Kota Makassar”, karena Kota Bridgman dan Davis (2004) menyatakan Makassar merupakan salah bahwa kota di kebijakan publik sedikitnya Indonesia memiliki banyak permasalahan mencakup hal-hal seperti: (1) Bidang yang berkaitan dengan berbagai aspek di kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan bidang sosial. umum atau pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai. (2) Proposal tertentu yang KERANGKA KONSEPTUAL mencerminkan Analisis Kebijakan pemerintah Kebijaksanaan menurut James keputusan-keputusan yang Kewenangan telah formal dipilih. seperti (3) undang- E.Anderson (Solichin, 2003: 2), adalah undang atau peraturan pemerintah. (4) sebagai Program, perilaku dari sejumlah aktor yakni (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) yang atau sumberdaya serangkaian aktor dalam sustu seperangkat kegiatan mencakup rencana penggunaan lembaga dan strategi bidang kegiatan tertentu, pemahaman ini pencapaian tujuan. (5) Keluaran (output), terkait dengan Carl Friedrich (Budi, 2002: yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh 16), pemerintah, sebagai produk dari kegiatan yang kebijaksanaan menyatakan sebagai suatu bahwa arah tertentu. tindakan yang diusulkan oleh seseorang, Terkait dengan itu, Maka secara kelompok atau pemerintah dalam suatu spesifik kebijakan publik menurut Robert lingkungan tertentu, yang memberikan Eyestone (Budi: 15), merupakan sebagai hambatan-hambatan “hubungan suatu unit pemerintah dengan dan kesempatan- A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif 82 lingkungannya”, hal ini seirama dengan masalahan Thomas 15), mengembangkan, menilai serta memilih mengatakan bahwa “Kebiajakan publik alternative kebijakan, guna memecahkan adalah permasalahan atau tujuan yang diinginkan R. Dye apapun (Budi, yang 2002: dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak kemudian Demikian juga, Menurut E.S.Quide Sebagaimana ilmu dihadapi, (Mustopadidjaya, 1984). dilakukan”. dalam yang diketahui sosial, analisa bahwa kebijakan (Riant: 83), bahwa asal muasal analisa kebijakan disebabkan banyaknya menggunakan berbagai metode penelitian kebijakan yang tidak memuaskan. Begitu dan banyak kebijakan yang tidak memecahkan pengkajian guna menghasilkan informasi-informasi kebijakan yang relevan msalah guna pemecahan masalah.Dalam konteks masalah baru. Demikian juga ilmu politik, analisa kebijakan disebut Patton dan David S. Savicky (Riant, 2004: sebagai analisa kebijakan politik (Dunn, 84), dengan kritis menjelaskan bahwa 1981), namun kalau disiplin ini ditempatkan pada pengertian yang luas dan mendalam, maka analisa kebijakan adalah suatu bentuk penelitian terapan (action) yang dilakukan untuk memahami secara mendalam berbagai permasalahan sosial guna mendapatkan pemecahan yang lebih baik sebagaimana dikemukakan oleh Quide (Mustopadidjaya, 1986). Kalau pengertian tersebut dilihat dalam konteks publik, maka analisa kebijakan publik adalah penentuan dalam rangka alternative hubungan antara kebijakan, berbagai keputusan atau justru bahkan memunculkan Carl W. analisa kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Analisa kebijakan bekerja dalam sebuah lingkungan yang serba terbatas: waktu, informasi, bahkan pengetahuan. Analisa kebijakan adalah profesi yang sangat diperlukan oleh setiap pemimpin puncak di berbagai lembaga administrasi publik, pada setiap jenjang. Di negara-negara maju, para kepala negara biasanya didampingi oleh analis-analis kebijakan yang excellent yang memungkinkan cara-cara lainnya, yang terbaik untuk mereka mencapai sejumlah tujuan tertentu (Nagel, kebijakan yang cepat namun efektif dalam 1984). pelaksanaannya. Rumusan ini memberikan mengambil keputusan atau gambaran bahwa analisa kebijakan adalah Sehubungan dengan hal tersebut, metode atau disiplin untuk mengkaji, diperjelas oleh William N. Dunn (Riant, menemukenali, 2003: 86), bahwa analisis kebijaksanaan merumuskan per- A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif 83 sebagai disiplin ilmu sosial terapan yang cenderung mencirikan cara beroperasi menerapkan berbagai metode penyelidik- para ekonom, analisis sistem, dan peneliti kan, dalam konteks argumentasi dan operasi. debat publik, untuk menciptakan secara menimbulkan jurang pemisah yang besar kritis menaksir, dan mengkomunikasikan antara pengetahuan diunggulkan dan upaya-upaya pemerintah yang relevan dengan kebijakan. Analisis prospektif pemecahan seringkali masalah yang untuk memecahkan. Kegiatan merupakan analisis suatu kebijakan keharusan b. Analisis Kebijakan Retrospektif bagi Analisis ini dalam banyak hal sesuai perumusan kebijakan, namun tidak terlalu dengan deskripsi penelitian kebijakan, ditekankan pada implementasi kebijakan juga dijelaskan sebagai penciptaan dan dan transformasi lingkungan kebijakan, pada informasi sesudah aksi implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan dilakukan, hal ini mencakup kebijakan biasanya dilakukan evaluasi. berbagai Namun dikembangkan oleh tiga kelompok analis, demikian, evaluasi kebijakan : tipe (1) kegiatan kelompok yang merupakan bagian dari analisis kebijakan yaitu analis yang yang lebih bersifat berkenaan dengan berorientasi pada disiplin, (2) kelompok prosedur dan manfaat dari kebijakan. analis yang berorientasi pada masalah, dan (3) kelompok analis yang berorientasi Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan Publik c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi Menurut William N. Dunn (2000), bahwa pada aplikasi. hubungan komponen antara informasi metode-metode komponen- kebijakan analisis dan kebijakan Analisis ini merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para perhatian praktisi pada yang menaruh penciptaan dan memberikan landasan untuk membedakan transformasi tiga bentuk utama analisis kebijakan, sesudah antara lain; analisis kebijakan prospektif, Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak analisis hanya mengharuskan para analis untuk kebijakan restrospektif, dan tindakan analisis kebijakan terintegrasi. mengkaitkan a. Analisis Kebijakan Prospektif retrospektif Analisis ini identik dengan produksi informasi sebelum kebijakan tahap dan diambil. penyelidikan dan prospektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus atau transformasi informasi sebelum aksi menghasilkan kebijakan dimulai dan diimplementasikan informasi setiap saat. Hal ini berarti bahwa dan mentransformasikan A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif analis dapat terlibat dalam tranformasi adalah komponen-komponen informasi kebijakan Kesejahteraan sosial searah dengan perputaran jarum jam kondisi of berulangkali mencapai kesejahteraan manusia harus sebelum pemecahan masalah akhirnya kebijakan yang kelebihan ini yang metodologi mempunyai dimiliki analisis prospektif, tetapi kelemahan memenuhi well merupakan being), kebutuhannya baik untuk yang oleh semua Dalam arti spesifik atau sempit, kata semua sosial menyangkut sektor kesejahteraan dan sosial sebagai suatu bidang atau bagian dari dari retrospektif tidak mereka. (state itu sosial. bersifat material maupun non-material. memuaskan ditemukan. Analisis kesejahteraan 84 satupun Analisis yang pembangunan sosial atau kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk terintegarsi melakukan pemantauan dan meningkatkan kualitas evaluasi kebijakan secara terus menerus manusia, sepanjang waktu, tidak demikian halnya dikategorikan dengan analisis prospketif dan retrospektif tidak beruntung (disadvantaged group) yang lebih sedikit menyediakan informasi dan kelompok rentan (vulnerable group). dalam berbagai hal kehidupan sosial. Kata sosial di sini menyangkut program- 3. Kebijakan Sosial program dan atau pelayanan-pelayanan terutama sebagai kehidupan mereka yang kelompok yang Kebijakan sosial adalah salah satu sosial untuk mengatasi masalah-masalah bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran, sosial merupakan ketetapan pemerintah ketidakberfungsian fisik dan psikis, tuna yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau masyarakat memenuhi banyak. kebutuhan (Bessant, Watts, Dalton dan Smith 2006: 4). Terkait dengan itu, kebijakan sosial merupakan kebijakan yang menyangkut masyarakat secara keseluruhan yang di dalamnya menyangkut berbagai aspek baik aspek sosial, politik, maupun aspek ekonomi. Faktor ekonomi dan politik merupakan bagian yang integral (bagian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya). Tujuan akhir kebijakan sosial sosial dan tuna susila, kenakalan remaja dan lain sebagainya. Kemudian dari pada itu, maka huttman (1981) dan Gilbert dan Specht (1986) melihat kebijakan sosial dari tiga sudut pandang, yakni kebijakan sosial sebagai proses (process), sebagai produk (product) dan sebagai kinerja atau capaian (performance). Pertama, Sebagai suatu proses, kebijakan sosial menunjuk pada tahapan perumusan kebijakan dalam kaitannya dengan variable-variabel sosialpolitik dan teknik metodologi. Kebijakan A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif sosial merupakan suatu tahapan untuk 85 MODEL ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL membuat sebuah rencana tindak (plan of action) yang dimulai dari peng- identifikasian kebutuhan (assessing need), penetapan alternative-alternatif tindakan, penyeleksian strategi-strategi kebijakan. Kedua, Kebijakan sosial sebagai suatu produk, kebijakan sosial adalah hasil dari proses perumusan kebijakan Implementasi kebijakan sosial dapat diukur melalui tiga model analisis yaitu : Prospektif, Retrospektif dan Integratif atau perencanaan sosial, yaitu mencakup (Dunn, 1991) seperti skema di atas, serta segala perundang- Kebijakan sosial dilihat sebagai suatu undangan atau proposal program yang kinerja (performance) sebagai dasar atau berfungsi unit bentuk peraturan sebagai pedoman dalam analisisnya, mengenai kerangka melaksanakan berbagai kegiatan atau analisisnya, secara rinci dapat dilihat pada proyek. skema berikut ini. Ketiga, Kebijakan sosial sebagai Kerangka Analisis Kebijakan Sosial suatu kinerja (performance), kebijakan Fokus sosial merupakan deskripsi atau evaluasi terhadap hasil pengimplementasian produk kebijakan sosial atau pencapaian tujuan suatu rencana pembangunan. Kebijakan sosial dalam pengertian ini menyangkut kegiatan analisis untuk melihat dampak atau pengaruh yang terjadi pada masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif, sebagai akibat dari diterapkannya suatu peraturan perundang-undangan atau suatu program. Secara khusus dimensi ketiga ini biasanya diistilahkan dengan analisis kebijakan sosial (Dunn, 1981; Quide, 1982). Adapun kerangka pemikiran atau siklus yang berkenaan dengan analisis kebijakan sosial yaitu sebagai berikut : DEFINISI KEBIJAKAN SOSIAL Apa masalah sosialnya? Faktor apa yang mempengaruhi masalah tersebut Siapa yang terpengaruh secara langsung oleh masalah tersebut Parameter Penelitian & Nilai-Nilai Politik Rasionalisasi Apakah Apakah ini Apakah definisi merupakan definisi masalah masalah masalah rasional sosial yang secara dan penting? politik dapat konsisten diterima? Nilai-nilai dengan apa yang Individu penelitian penting atau yang ada? dalam kelompok Apakah melakukan mana yang definisi seleksi mendukung kelompok kelompok dan sasaran sasaran? menentang pada Apakah nilaipendefinisia tingkat nilai tersebut n kelompok generalisas sudah sesuai sasaran? i tertentu / tepat? Apa sudah akibatnya Nilai-nilai sesuai terhadap apa yang dengan pendefinisia penting penelitian? n masalah dalam sosial? Apakah menentukan criteria penyebab Apa akibat yang masalah? penentuan digunakan Apakah nilaimasalah unutk nilai tersebut tersebut menyeleksi sudah tepat? terhadap kelompok individu sasaran atau didukung kelompok oleh sasaran? rasionalisa si dan penelitian? Apakah penelitian yang ada mendukung penyebab masalah? A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif Apakah tujuan kebijakan konsisten Apa tujuan dengan kebijakan penelitian sosial? dan pendefinisi Program dan an pelayanan masalah? sosial apa yang diberikan? Apakah bentuk pelayanan Bagaimana sosial yang kebijakan diberikan? tersebut Apakah dimana? penelitian mendukung pelayanan sosial yang dipilih? Apakah struktur organisasi sudah sesuai dengan kebijakann ya? Apakah pendanaan memadai, teramalkan, tersedia sesuai dengan penelitian dan rasionalisa si? Seberapa besar tingkat kekuasaan yang menentang kebijakan? Bagaimana hal ini mempengar uhi kebijakan? Adakah dukungan yang memadai yang dapat memungkin kan kebijakan diterapkan? Individu dan kelompok mana yang akan diuntungkan oleh kebijakan ini? Apakah dampaknya bagi implementa si kebijakan? Apakah pendanaan memadai, teramalkan dan tersedia sejalan dengan politik? KONSEKUENSI Apakah Apakah Apa KEBIJAKAN keuntungan keuntungan keuntungan SOSIAL dan dan kerugian dan kerugia kerugian sejalan sejalan Apakah sejalan dengan nilaidengan keuntungan dengan nilai? politik? dan kerugian penelitian Apa Bagaimana kebijakan? dan konsekuensi dukungan rasionalisa Apakah yang dan si? konsekuensi diharapkan penentanga kebijakan bagi Apa dan tidak n terhadap klien, sistem konsekuen diharapkan kebijakan sosial, dan si yang dari pada tingkat sistem diharapkan kebijakan masyarakat pelayanan dan tidak dalam mempengar sosial? diharapkan kaitannya uhi dari dengan pemberian kebijakan nilai? pelayanan? dalam kaitannya dengan penelitian dan rasionalisa si? IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SOSIAL Nilai-nilai apa yang mempengaru hi tujuan kebijakan?, apakah nilainilai tersebut sudah tepat? Apakah kebijakan memperlaku kan klien secara tepat sesuai dengan kesamaan, kesetaraan, kelayakan dan penentuan nasib sendiri klien?. Apakah struktur organisasi mendukung efektivitas dan efesiensi pemberian pelayananny a? Apakah pendanaan memadai, teramalkan dan tersedia sejalan dengan nilai? Sumber : Dikembangkan dari Quide (1995: 172-173) 86 Makassar tentang keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dinilai disamping kurang fokus/spesifik juga karena memang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kota dengan segala kemajuan dan perubahan yang telah terjadi, hal ini dilihat pada dasar hukum yang merupakan acuan untuk dipakai beraktivitas oleh para PKL di kota Makassar, seperti : 1). Peraturan Daerah No 10 Tahun 1990 tentang Pembinaan Pedagang Kaki Lima dalam wilayah kota Makassar. 2). Keputusan Walikota Makassar Nomor 44 tahun 2002 tentang Penunjukan beberapa tempat pelataran yang dapat dan yang tidak dapat dipergunakan oleh pedagang kaki lima dalam wilayah kota Makassar. 3). Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2004 tentang pengurusan Pasar dalam Daerah Kota Makassar. 4). Keputusan Walikota Makassar Nomor 20 Tahun 2004, tentang Prosedur Tetap (Protap) Penertiban Bangunan dan Pembinaan Pedagang Sektor Informal (PKL) dalam wilayah kota Makassar. 5). Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL DI KOTA MAKASSAR Tahun 2005 – 2015. 6). Keputusan Walikota Makassar Nomor Kebijakan sosial yang kami kaji 651 Tahun 2007 tentang Kawasan adalah Peraturan daerah pemerintah kota Segi empat jalan sebagai percontohan A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif 87 kebersihan dan penegakan peraturan berdagang oleh pedagang kaki lima atau daerah kota Makassar. wilayah bersih atau bebas dari pedagang Dari kesekian regulasi yang terkait di kota Bawakaraeng; ada satupun yang Kartini; membicarakan tentang PKL Sudirman; dengan keberadaan Makassar, terfokus kaki lima, yaitu: Sepanjang jalan Gunung belum PKL Sepanjang Sepanjang jalan jalan Sepanjang R.A. Jenderal jalan Sam secara tersendiri. Olehnya itu, regulasi Ratulangi; Sepanjang jalan Haji Bau; mengenai PKL perlu diadakan secara Sepanjang jalan Penghibur; Sepanjang khusus jalan dan tersendiri, termasuk di Pasar Ikan; Sepanjang dalamnya syarat PKL yang harus dan Hertasning; tidak perlu membayar retribusi kepada Pangeran Pettarani, dan sepanjang jalan pemerintah kota Makassar, demikian pula mengenai sanksi-sanksi serta Penataan pedagang kaki merupakan bagian dari sistem pengaturan sebagaimana digariskan juga dalam penertiban, Peraturan yang Daerah Nomor 10 tahun 1990 tentang pembinaan pedagang kaki lima dalam wilayah kota Makassar. Oleh pihak pemerintah kota, dalam menindaklanjuti keputusan walikota yang ada, maka dalam wilayah kota Andi Dan pada ayat (2) pasal 2 Perda No. 44 lima jalan Urip Sumohardjo. hal-hal spesifik lainnya tentang PKL tersebut. sepanjang jalan tahun 2002, mengenai sejumlah pelataran yang tidak dapat dipergunakan pada waktu antara pukul 05.00 sampai dengan 17.00 wita, diantaranya sebagai berikut: Sepanjang jalan Riburane; Sepanjang jalan Nusantara; Sepanjang jalan Ujung Pandang; Sepanjang jalan Ahmad Yani; Bulusaraung; Raya; Sepanjang Sepanjang Sepanjang Sudirohusodo, jalan jalan dan jalan Dr. G. Masjid Wahidin Sepanjang jalan Makassar ditetapkan wilayah yang boleh Sulawesi. Dari kedua ayat dalam regulasi dan dalam tersebut, sampai saat ini belum berjalan para secara efektif, disebabkan berbagai faktor, tidak berdagang boleh atau ditempati berusaha oleh pedagang kaki lima. diantaranya: Pada Surat Keputusan Nomor 44 eksternal terdiri dari dua: aspek terdiri dari masalah yang Tahun 2002 pada pasal 2 ayat (1) dan (2) berkaitan dengan faktor regulasi, dan dijelaskan, pedagang kaki lima tidak boleh fasilitas menempati trotoar serta atau badan jalan, pendukung sumber atau Infrastruktur; daya manusia dan aspek dan Kemudian dalam Perda ini juga ditetapkan manajemennya, sejumlah jalan raya besar yang sama terdiri dari faktor sosial budaya, faktor sekali ekonomi. tidak boleh ditempati untuk eksternal A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif 88 Dalam proses penertiban berdasar- umum, hal ini terkait dengan bunyi kan data dari pihak Satuan Polisi Pamong pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria Praja (UUPA) Nomor 5 tahun 1960 berbunyi kota Makassar, secara teknis “Segala langkah-langkah yang dilakukan dengan bahwa melalui : Surat peringatan; kemudian berfungsi sosial”. hak atas tanah pendekatan secara persuasif, dan langkah Salah satu hasil wawancara yang alternatif paling akhir adalah penertiban merupakan prinsip hidup para PKL di paksa. kota Makassar, yang bermakna bahwa Secara operasional kecamatan di setidaknya tingkat menurut sebenarnya yang dimaksudkan “lebih baik mati berdarah dari pada mati pengakuan mereka adalah secara garis kelaparan” adalah “akan melawan sampai besar hanya melakukan langkah-langkah titik sebagai berikut sesungguhnya 1. Setiap saat memberikan pengarahan prinsip dasar dari budaya Bugis-Makassar secara langsung kepada PKL utamanya yang berkaitan dengan budaya “Siri” dalam masalah kebersihan. (malu), yang bermakna “nilai malu dan darah penghabisan”, bertentangan hal ini dengan 2. Setiap langkah yang diambil oleh pihak nilai harga diri/martabat”, jika dikaitkan, Kecamatan dalam rangka pembinaan maka maknanya “…sampai titik darah PKL penghabisan” adalah akan bekerja keras didistribusikan ke tingkat Kelurahan, sehingga mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. untuk senantiasa mengkoordinasikan Dengan demikian, jika melihat persoalan ini ke tingkat Kecamatan, kenyataan apalagi kalau ada PKL yang tidak mau pernyataan dari mereka, dalam kondisi diatur. tersebut dan ditopang oleh sumber 3. Kewenangan yang diberikan daya dan manusia mendengarkan dengan tingkat Kecamatan kepada tingkat kelurahan pendidikannya yang kurang memadai, hanya otomatis, potensi terjadinya resistensi sebatas memberikan pengaturan. terhadap kebijakan pemerintah besar 4. Hasil kerja yang dicapai dalam hal peluangnya akan terjadi karena mereka pembinaan PKL hanya sebatas dapat berpikir untuk berusaha mempertahankan membangun kesadaran pada pelaku kepentingan hidup. Resistensi merupakan usaha membongkar langkah perlawanan yang dilakukan oleh usahanya bilamana lokasi yang mereka rakyat atau masyarakat dalam rangka tempati dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan diri mereka dari PKL untuk A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif kebijakan yang mengakomodir dian ggap tidak kepentingannya. Oleh Scott (1983) dalam Alijahbana (2006 : 18), 89 advokasi dari pihak-pihak pendamping seperti mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. dikatakan bahwa resistensi merupakan PKL dalam melakukan perlawanan, perlawanan rakyat yang ditimbulkan oleh selama ini didampingi beberapa bentuk penyebab langsung seperti penindasan, organisasi pedagang kaki lima antara lain ancaman, tekanan, atau paksaan yang seperti Asosiasi Pedagang Kaki Lima dilakukan oleh pemerintah, tuan tanah, (ASPEK-5), Lembaga pemilik modal atau pihak lain. Pada pendidikan Anak konteks Persatuan Pedagang Kaki Lima (PPK-5), PKL, Alisjahbana resistensi oleh digambarkan sebagai Advokasi Rakyat (LAPAR), Aktivis Aktive Society Institut (AcSi), bentuk perlawanan yang ditempuh oleh Serikat pedagang kaki lima dengan melakukan Nama-nama organisasi tersebut adalah melalui 2 (dua) tipologi gerakan, yaitu : pada 1. Resistensi memperjuangkan secara terang-terangan. Rakyat dan Miskin Kota umumnya sangat (SRMK), aktif dalam orang-orang yang Gerakan ini sangat identik dengan kemampuan ekonominya lemah di kota konfrontasi, Makassar. cara-cara secara dengan seperti fisik melakukan berbenturan perspektif masyarakat petugas, pendamping pedagang kaki lima seperti melakukan intimidasi, demonstrasi dan LSM, momentum penertiban atau dalam sebagainya. bahasa 2. Resistensi resistensi bentuk dengan Menurut tersembunyi, yang siasat yakni dilakukan untuk dalam menghindari risetnya dikenal dengan penggusuran pedagang kaki lima selalu memperhadapkan pedagang kaki kepentingan lima dengan antar Pemkot konfrontasi langsung dengan aparat Makassar yang kadang juga mewakili pemerintah kepentingan badan-badan usaha swasta kota. Mereka memilih mengalah dan menghindar. Namun dan perlawanan pedagang ini mempertahankan mencoba kepentingannya negara. Ironisnya, kaki lima kepentingan senantiasa terkalahkan ketika berhadapan dengan lewat main "kucing-kucingan". Setelah kepentingan ditertibkan, akan pemodal. Mengenai peristiwa penertiban mencari lokasi lain dan atau kembali seperti ini, volume kejadiannya yang lagi ke tempat semula, atau biasanya sempat dicatat Lembaga Advokasi dan lebih pendidikan maka memilih mereka meminta bantuan pemerintah Anak Rakyat kota dan (LAPAR) A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif Makassar, diantaranya: PKL dengan PT. tahapan, Kalla Inti Karsa 2001 (kasus pusat niaga kesadaran Daya); PKL dengan PT. GMTD tahun membentuk organisasi 2002; PKL dengan PT. Makassar Putra merapatkan barisan, Perkasa tahun 2002-2003 (kasus pasar perlawanan (melawan petugas, berjualan Terong); PKL dengan pemilik ruko dan di tempat terlarang, menolak relokasi, dan PD. Pasar (Makassar Mall) 2004; PKL melakukan unjuk keinginan). dengan Administrator seperti tahap 90 pergerakan, akan kebersamaan, gerakan, melakukan Pelabuhan Makassar 2004 (kasus pelabuhan); PKL KESIMPULAN dengan Perguruan Tinggi (UNHAS), Juni a. Regulasi tentang keberadaan para PKL 2005; PKL di Antang dengan Pemkot di kota Makassar sangat mendesak Makassar Perintis untuk ditinjau kembali, seiring dengan Kemerdekaan dengan Pemkot Makassar adanya perubahan tentang kemajuan 2006; PKL Jl. AP. Pettarani vs Pemkot kota. 2006; PKL Jl. Makassar 2008 dan 2009; Lapak PKL b. Munculnya pusat-pusat PKL pada Perintis Kemerdekaan ditertibkan oleh tempat-tempat Satpol PP kota Makassar, Juni 2009; 27 merupakan Kios PKL Gatot Subroto Dibongkar Paksa mampuan oleh Satpol PP kota Makassar, Agustus pemerintah kota dalam menyediakan 2009; Gusur PKL, Walikota Makassar sumber-sumber disebut Ingkar Janji, Oktober 2009; dan termasuk mengatur dan menata PKL, Satpol PP Makassar tertibkan pedagang maka para pedagang membentuk pasar buah di AP Pettarani, Maret 2010. sendiri Kenyataannya, bahwa memang ada pengakuan secara legal terhadap yang dilarang, gambaran kekurang- atau tanpa campur kekurangtegasan ekonomi warganya, sepengetahuan dan pemerintah kota, tangan kendatipun tempat yang dikapling untuk eksistensi PKL Kota Makassar, yang berjualan ditandai dengan berbagai peraturan yang terlarang seperti di jalan-jalan umum disahkan (10 zona terlarang bagi PKL di kota kegiatan untuk PKL. mengatur Para kegiatan- komunitas PKL membentuk organisasi atau kelompok perlawanan, dengan terobosan sarana untuk ini berada di tempat-tempat Makassar). c. Para komunitas PKL membentuk dilakukan organisasi atau kelompok perlawanan, mengantisipasi sebagai sarana dan sumber kekuatan sejumlah perlakuan yang sewaktu-waktu untuk mengantisipasi sejumlah datang mengancam, dengan beberapa perlakuan yang sewaktu-waktu datang A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif mengancam. Adapun kemunculan aksi dan proses reaksi dari 91 PKL, kebijakan lokalisasi di sejumlah zona, penyebaran PKL, dan pedagang kaki lima adalah terdiri atas sebagainya. Namun demikian, regulasi beberapa tahapan, mulai dari tahap yang pergerakan, mengakomodir secara maksimal. kesadaran akan kebersamaan, membentuk organisasi mendukungnya g. Langkah-langkah belum proses bisa penertiban gerakan, merapikan dan merapatkan yang dilakukan adalah: memberikan barisan, melakukan perlawanan dengan surat wujud berjualan di tempat terlarang, pendekatan menolak relokasi, dan terakhir melakukan penertiban secara melakukan unjuk keinginan. peringatan, secara Melakukan persuasif, dan paksa terhadap pedagang kaki lima. d. Sebenarnya masyarakat formallah yang h. Faktor-faktor yang memberikan ruang kepada para PKL terhadap sejak berabad-abad lamanya, karena Makassar yaitu, dua aspek antara lain: mereka aspek menganggap bahwa eksistensi berpengaruh internal terdiri PKL di dari kota faktor perdagangan informal (PKL) dianggap regulasi, sebagai ciri dari budaya dan tata Infrastruktur; serta sumber kebiasaan diperkotaan. manusia dan manajemennya. e. Pemerintah melakukan kota lebih kegiatan banyak penertiban fasilitas pendukung atau daya Sementara aspek eksternal terdiri dari faktor sosial budaya, faktor ekonomi. (penggusuran) atau masih banyak melakukan represif preventif (lihat mereka dilihat pengganggu hal. di daripada 250), karena sebagai aktor tengah upaya pembangunan infrastruktur formil di dalam kota. f. Pada dasarnya, pihak pemerintah kota Makassar tetap menyeimbangkan akan secara proporsional antara kepentingan PKL dengan kepentingan pembangunan sektor formal, Ada pemerintah kota berperan menyalurkan aspirasi para DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab, Solichin. Analisis kebijaksanaan, (Dari Formulasi Ke Implementasi Kebiajaksanaan Negara), Jakarta, Bumi Aksara, 2003 Anderson, James E., Publik Policy Making, New York, Holt Rinehartand Winston, 2n dec, 1979. Bessant, Judith, Rob Watts, Tony Dalton dan Paul Smith(2006), Talking Policy: How Social Policy in Made,Crows Nest: Allen and Unwin Dunn, William N., Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta, Gadjah mada University Press, 2000. A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif Mustopadidjaya, AR., Analisa Kebijakan Administrasi Negara dan Administrasi pembangunan, Ujung Pandang, Temu Persadi, 1985. Nugroho D., Riant.,Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi), Jakarta, Gramedia, 2004. Seidman, Ann, dkk.,Penyusunan Rancangan Undang-Undang dalam Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Jakarta, ELIPS, 2001. Suharto, Edi., Analisis Kebijakan Publik (Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan sosial), Bandung, Alfabeta, 2005. Suharto, Edi), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2005. Wibawa, Samodra.,Kebijakan Publik (Proses dan Analisis)., Jakarta, Intermedia, 2005. _______, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta Rajagrafindi Persada, 2000 Winarno, Budi.,Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Pressindo, 2004. Berbagai Peraturan Perundang-undangan serta Kebijakan yang Berkenaan dengan Kegiatan Sosial Kemasyarakatan. 92