View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Celah Timor merupakan salah satu kawasan yang terletak di laut timor
menyimpan deposit minyak dan gas alam. Kawasan celah timor juga merupakan
sebuah blok perairan yang terletak di Laut Timor sepanjang garis batas pulau
Timor Australia. Celah itu di bagi kedalam tiga blok yaitu,( A, B, dan C). potensi
kandungan minyak mentah/petroleum yang terdapat di celah tersebut diperkirakan
bisa mencapai angka minimal 5 milliar barel dan di taksir termasuk salah satu
dari 23 lapangan minyak terbesar di dunia. Angka 5 milyar barel minyak mentah
ini hanya di wilayah celah Timor belum di seluruh Laut Timor yang diperkirakan
potensinya mencapai lebih dari 10 milyar barel minyak mentah.
Minyak dan gas alam yang terletak di celah timor di kelilingi oleh laut Timor
yang merupakan perpanjangan dari samudra Hindia yang terletak di antara pulau
Timor yang kini terbagi antara Indonesia di bagian barat, Timor Timur di bagian
Timur dan Australia Utara (Northern Territory) di sebelah utara. Di bagian
Timur, laut Timor berbatasan dengan laut Arafura yang secara teknis merupakan
perpanjangan dari samudra Pasifik. Laut Timor memiki dua teluk kecil di pesisir
utara Australia, yakni Teluk Joseph Bonaparte dan Teluk Van Diemen. Kota
Darwin yang terletak di Australia berada di tepian laut yang berbatasan langsung
dengan Laut Timor.
1
Laut Timor memiliki luas sekitar 480 km persegi, meliputi wilayah sekitar
610.000 km, dengan titik terdalam adalah palung Timor. Di bagian utara,
kedalaman Laut Timor mencapai sekitar 3.300 m dan bagian yang lebih dangkal
rata-rata mempunyai kedalaman kurang dari 200 m. wilayah ini merupakan
tempat utama munculnya badai tropis dan topan.
Pasca Timor-Timur sebagai Propinsi Republik Indonesia yang ke-27 menjadi
negara merdeka dan berdaulat terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan hasil jajak pendapat, celah Timor menjadi masalah baru. Perjanjian
Celah Timor atau disebut pula “Timor Gap Treaty” antara Indonesia dan Australia
yang di anggap sebagai perjanjian landas kontinen di Laut Timor antara kedua
negara. Penetapan garis batas landas kontinen di Laut Arafura dan daerah utara
irian jaya tahun 1971, dan kemudian disusul lagi dengan persetujuan Republik
Indonesia dan Australia mengenai batas landas kontinen di selatan pulau
Tanimbar dan Pulau Timor yang ditandatangani tahun 1973.1
Perjanjian Celah Timor bukanlah merupakan perjanjian garis batas landas
kontinen, melainkan suatu perjanjian yang bersifat sementara yang mengatur
kerjasama pengelolaan sumber daya alam minyak dan gas bumi yang terdapat
disebagian dasar laut dan tanah di bawahnya di laut timor. Pengaturan kerjasama
pengelolaan antara kedua negara bersifat sementara karena kedua negara belum
berhasil mencapai kesepakatan mengenai garis batas landas kontinen yang
tumpang tindih di sebagian laut timor pada tahun 1971 sehingga untuk
1
Marcel Hendrapati, Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/tahunXI/JanuariMaret 2003, hal.416
2
menghindari timbulnya konflik kedua negara mencari jalan keluar dengan
menyepakati perjanjian yang bersifat sementara.2
Australia mengklaim luas wilayahnya sampai ke sumbu bathymetric (garis
kedalamam punggung laut terbesar) si palung Timor. Klaim Australia ini tidak
pernah di setujui oleh Timor Portugis karena tetap berpendirian bahwa batas dasar
Laut Timor dan Australia harus ditentukan dengan menggunakan garis tengah
(median line) untuk membagi kedua wilayah tersebut. 3
Namun Indonesia dan Australia menyepakati sebuah perjanjian penetapan
batas-batas dasar laut tertentu pada tahun 1971 dan dilanjutkan pada tahun 1972
dimana indonesia mengakui klaim Australia tersebut. Pada tahun 1976, TimorTimor secara resmi menjadi bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia
sehingga
memungkinkan
Australia
memperkuat
posisi
klaimmya
yang
dilegitimasi melalui penandatanganan perjanjian kerjasama Indonesia-Australia di
Celah Timor pada tahun 1989.4
Pada masa penjajahan dulu, Pulau Timor di bagi menjadi dua wilayah jajahan
yakni Pulau Timor bagian barat (yang sekarang adalah
bagian dari negara
kesatuan republik indonesia) merupakan wilayah jajahan Belanda. Sementara
Pulau Timort bagiaN Timur/Timor Timur (sekarang menjadi negara berdaulat
dengan nama Republik Democratik Timor Leste) merupakan wilayah jajahan
2
Ibid,.
Ferdy Tanoni, Skandal Laut Timor”Sebuah Barter Politik-Ekonomi Canberra-Jakarta,
Yayasan Peduli Timor Barat, Kupang, 2008, Hal.2
4
Ibid,.
3
3
Portugal selama 400 tahuh lamanya.5 Dengan lepasnya wilayah Timor Leste
dengan sendirinya mengugurkan perjanjian Celah Timor yang disepakati Antara
Indonesia-Australia ketika Timor Leste masih berada dalam wilayah Kesatuan
Republik indonesia.
Menteri Luar Negeri Australia, William McMahon pada bulan oktober 1970
menjelaskan tentang Palung Timor sebagai suatu Celah besar yang dalam dan
memanjang dari arah timur sampai barat dan relatif lebih dekat dengan pesisir
Austarlia Utara. Panjangnya lebih dari 550 mil kelaut dan lebarnya rata-rata 40
mil, dasar laut pada kedua permukaan yang berhadapan miring hingga mencapai
kedalaman lebih dari 10.000 kaki.6
Pentingnya Celah Timor bagi interpretasi kedua ini tersimpan dalam
pengembangan
dari apa yang di sebut oleh McMahon sebagai “batas alam
(Unmitakeably Morphological)” yang menjadi dasar klaim Australia atas daerah
ini yakni Celah Timor memisahkan landas kontinen antara Australia dan Timor.
Tegasnya ada dua landas kontinen yang jelas berbeda memisahkan kedua pesisir
yang berhadapan.7 Bagi pemerintah Australia, Celah Timor menjadi pemisah
kedua Landas Kontinen yang sempit memanjang dari Timor dan sebuah Landas
Kontinen yang lebih lebar memanjang dari garis pantai Australia ke dasar Celah
Timor.8 Pada kenyataanya, pendapat di atas tidak ada yang benar sama sekali
karena Celah Timor tidak memisahkan dua Landas Kontinen. Yang benar, Timor
5
Ibid, Hal, 2-3
Op.cit, Hal.34
7
Op.cit
8
Ibid
6
4
dan Australia berada dalam satu Landas Kontinen yang disebut Landasan
Kontinen Australia.9
Mengingat Konvensi Jenewa pada tahun 1985 tidak secara eksplisit
menetapkan suatu situasi dimana ada dua Landas Kontinen, maka pemerintah
Australia berpendapat bahwa keadaan khusus seperti disebutkan pada pasal 6.1
yang digunakan, sedangkan ketentuan garis tengah (median line) yang jatuh di
belakang Celah Timor bisa dipakai untuk menentukan batas antara dua pesisir
negara. Tidak adanya persetujuan negara antara mereka dianggap tidak tepat
kerena tidak ada wilayah yang sama untuk menentukan batas-batasnya.10
Pandangan ini dikemas pada Garis Mackay atau Garis Hijau. Garis ini
dinamakan sesuai dengan nama salah satu pejabat pada Departemen
Pembangunan Nasional Australia. Garis itu mengikuti kemiringan kaki Landas
Kontinen Australia dan meskipun lokasinya yang persis sulit ditunjukk, akan
tetapi diyakini mengikuti Celah Timor yang terletak antara 11” lintang Selatan
dan 8” Lintang Selatan. Australia melihat madalah penetapan batas-batas dasar
laut sebagai masalah yang bersifat sangat segera dan mendesak.11
Hal ini didasari dugaan awal bahwa terdapat cadangan hidrokarbon yang
sangat besar di Laut berbagai klaim tentang Landas Kontinen. Australia terus
berusaha untuk menguasai dasar Laut Timor seluas mungkin guna memperoleh
penetapan batas-batas wilayah di Laut Timor sesuai keinginannya, maka sebagai
9
ibid
Loc.cit,Hal.34-35
11
Ibid.,
10
5
langkah awal Pemerintah Australia mengambil sikap untuk merundingkan
penetapan wilayah yang menguntungkannya dengan pemerintahan indonesia.12
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas maka penulis tertarik membahas
masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Geostrategi Celah Timor terhadap
Hubungan Kerjasama Timor Leste Australia”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pasca lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Celah
Timor menjadi salah satu masalah yang harus segera diselesaikan oleh Negara
baru tersebut. Celah Timor menjadi kawasan minyak yang dilirik oleh Australia.
Sebelum ada perjanjian baru yang menetapkan eksploitasi dan eksplorasi Celah
Timor yang akan dilakukan oleh Australia dan Timor Leste maka Australia
menaati hukum laut internasional yang berlaku yakni garis tengah (median line).
Celah Timor yang terletak di Laut Timor merupakan garis batas antara Timor
Timur dan Australia dinyatakan sebagai kawasan “abu-abu” (gray area)
.belakangan ini muncul saling klaim atas kawasan tersebut antara Timor Timur
dan Australia. Kini kedua Negara tersebut terus bernegosiasi dan menyepakati
mengenai pengelolaan kawasan yang kaya minyak tersebut.13 Gugusan pulau
pasir, garis tengah perairan Laut Timor, dan berdirinya Negara Timor Timur
adalah tiga faktor terpisah, tetapi ketiganya secara bersama maupun masing-
12
13
Ibid
Ibid, Hal.54
6
masing menjadi dasar untuk mengkaji kembali garis batas permanen IndonesiaAustralia dan Timor Timur sesuai hukum internasional.14
Pada awal
tahun 1970-an,saat akhir Portugis berkuasa telah dilaporkan
sejumlah perusahaan minyak telah melakukan eksplorasi skala kecil di lepas
pantai bagian selatan Timor Portugis. Setelah Timor Timur menjadi bagian dari
wilayah Indonesia, Australia dan Indonesia mengadakan negosiasi batas-batas
dasar laut tanpa mengindahkan penolakan Portugis. Portugis saat itu berpendirian
bahwa dasar laut hendaknya sesuai dasar garis tengah antara pulau Timor dan
Australia. Namun Australia dan Iandonesia menandatangani kesepakatan tersebut
dengan menetapkan batas-batas tertentu di dasar laut pada tahun 1972. Dasar
perjanjian itu adalah prinsip Landas Kontinen yang menurut Indonesia dan
Australia bahwa sebagian besar wilayah Laut Timor adalah terusan alamiah
daratan Australia. Padahal argumentasi yang dikemukakan tersebut tidak dapat
dibuktikan secara teknis dari segi ilmiah.15
Isi dari Perjanjian Celah Timor Indonesia-Australia antara lain menegaskan;
“Perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty) yang telah disepakati IndonesiaAustralia tersebut hanyalah merupakan pengaturan sementara yang bersifat
praktis yang memungkinkan dimanfaatkan potensi sumber daya minyak dan
gas bumi tanpa harus menunggu tercapainya kesepakatan mengenai batas
landas Kontinen yang akan terus diupayakan. Dengan demikian perjanjian ini
bukan merupakan perjanjian untuk menetapkan batas Landas Kontinen kedua
Negara. Akan tetapi dalam prakteknya Canberra selalu saja bertindak
semaunya di Laut Timor dan Jakarta hanya membisu saja” 16
14
Loc cit.
Ibid, Hal.55
16
Ibid, Hal.58
15
7
Australia mengembangkan dua interpretasi terhadap Konvensi jenewa tahun 1958
tentang hukum laut. Pasal 6.1 konvensi itu menyatakan;
“Penentuan batas-batas internasional, wilayah dari dua, atau lebih negara
yang berdekatan berada di landas kontinen yang sama, pesisirnya
berhadapan satu sama lain, maka batas-batas pada landas kontinen yang
menjadi bagian dari negara-negara itu ditentukan melalui persetujuan
antara mereka jika tidak ada persetujuan maka kecuali kalau batas lain bisa
dijustifikasi oleh keadaan-keadaan tertentu, garis perbatasan adalah garis
median, setiap titik pada garis itu sama jauhnya dari titik terdekat pada
garis dasar dari mana lebar laut wilayah dari setiap negara diukur”17
Landas kontinen yang terdapat di Laut Timor yang terletak di sebelah selatan
wilayah Timor Timur adalah merupakan Landas Kontinen
yang sama yang
terletak di sebelah utara wilayah Australia sehingga bagaimanapun menurut
Indonesia penentuan
batas-batas yurisdiksi masing-masing Negara harus
didasarkan pada penggunaan median line karena hal ini dapat menjamin rasa
keadilan dalam hubungan antara Negara. Sebaliknya Australia beranggapan
bahwa Landas kontinennya di sebagian Laut Timor mencapai batas yang
dinamakan “bathymetric axis”, yaitu di Timor Trench (jurang Timor) yang
terletak di sebelah selatan pantai Timor Timur.18Perkembangan terkini mengenai
Celah Timor dengan Australia telah ditanda tangani Timor Lorosae dan hanya 10
persen saja untuk Australia. Perjanjian tersebut di tanda tangani pada tanggal 5
juli 2001 antara Australia, PBB, dan Timor Lorosae.19
Dari isi perjanjian tersebut Australia seharusnya sadar dengan posisinya dalam
melihat batas-batas yang telah ditentukan oleh kedua Negara. Dari beberapa klaim
17
Ibid, Hal 33
Marcel Hendrapati, Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/tahunXI/JanuariMaret 2003, hal.420
19
Ibid, Hal.428
18
8
yang dilakukan oleh Australia tentunya sangat merugikan Timor Leste yang
memiliki celah timor. yang menjadi permasalahan adalah Indonesia yang pada
saat itu ikut andil dalam melegalkan klaim yang dilakukan oleh Australia. Setelah
timor lepas dari Negara kesatuan republik indonesia tentunya akan menimbulkan
kebingungan di Timor Leste. Sebelum melakukan perjanjian Australia dengan
bebasnya memasuki kawasan tersebut untuk mel;akukan eksploitasi dan
eksplorasi di celah timor. Austaralia, Timor Leste, dan Indonesia tentunya harus
bersama-sama menyelesaikan masalah kawasan celah timor di laut timor agar
tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan tidak mengganggu
hubungan trilateral yang telah dibangun sejak lama.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis hanya membatasi pertanyaan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak eksploitasi dan eksplorasi Laut Timor
terhadap hubungan kerjasama Timor Australia?
2.
Bagaimana perananan geostrategi Celah Timor terhadap
hubungan kerjasama Timor Leste Australia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk:
a. Menjelaskan apa yang menjadi faktor pendorong eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas alam di Celah Timor
9
b. Menjelaskan bagaimana pengaruh geostrategi Celah Timor
terhadap hubungan kerjasama Timor Leste Australia
2) Kegunaan Penelitian
Apabila tujuan tersebut dapat tercapai, maka penelitian ini diharapkan:
a. Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak-pihak ataupun praktisi
Ilmu Hubungan Internasional yang berminat dalam mengkaji
Negara-negara di Asia Tenggara dengan segala permasalannya
khusunya menyangkut pengelolaan minyak dan gas Alam di Celah
Timor yang terdapat di dasar Laut Timor.
b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para penentu atau
pembuat kebijakan yang terkait, khusunya pemerintah Timor
Leste-Australia dalam menyikapi dan mengkaji lebih jauh
perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty), demi kesejahtraan
serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat dari negeri yang
baru Sembilan tahun merdeka.
D. Kerangka Konseptual
Seperempat abad yang lalu, pertumbuhan ekonomi dunia dianggap dapat terus
berlangsung tanpa batas. Hampir tidak ada pemimpin dunia yang memperkirakan
habisnya kekayaan alam . guna melanggengkan kekuasaannya, mereka bahkan
lebih memikirkan aspek geopolitik lokasi sumber-sumber alam daripada
kemungkinan habisnya sumber-sumber tersebut. Tetapi embargo minyak di tahun
10
1973-1974 yang diikuti politik minyak dunia telah mengubah pikiran itu untuk
selamanya.20
Saat ini, pemanfaatan sumber mineral telah sampai pada puncaknya, padahal
produktivitas sempat menurun dan kegiatan ekonomi barat berkurang. Bahwa
persediaan minyak dunia berkurang adalah yang sangat wajar karena masyarakat
begitu tergantung pada minyak untuk mengisi tangki mobil
mereka,
menghangatkan udara rumah mereka, dan menjalankan industri-industri yang
mempekerjakan mereka. Namun penyusutan minyak , seperti halnya metal-metal
lainya kecuali besi, telah mencapai titik kritis. Dalam jangka panjang penyusutan
bahan bakar fosil (minyak, batu bara) itu mungkin bisa digantikan dengan
kombinasi energy nuklir, tenaga surya, bahan bakar sintetis, dan energi thermal
laut. Namun, banyak elemen dasar dalam proses manufaktur dan proses lainya
yang secara sosial penting, tidak bisa digantikan. 21
Perlu ditekankan bahwa penyusutan persediaan mineral dunia tidak hanya
mengancam perekonomian nasional dan internasional. Persediaan mineral-energi,
termasuk minyak tidak merata penyebarannya. Bila Amerika serikat, Cina, dan
Uni Soviet kini Rusia yang kaya akan batu bara dan minyak bumi (walaupun
hanya Cina yang masih banyak memiliki persediaan minyak), inggris dan Negaranegara Eropa Barat kontinental hanya kaya akan batu bara ( sampai saat
ditemukannya minyak di laut utara). Sebaliknya, Jepang sampai era tenaga nuklir
sangat tergantung pada sumber-sumber minyak luar negeri. Persediaan logam juga
20
Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional:Kekuasaan,Ekonomi-Politik
Internasioanal, dan Tatanan Dunia 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal. 484
21
Ibid.,
11
tidak merata di planet ini. Sebagian besar persediaan yang belum terpakai pada
saat ini ada di wilayah Negara-negara dunia ketiga. Peningkatan ekspor logam
tersebut memang menunjang pembangunan ekonomi mereka. Tapi bila mereka
terlalu tergantung padanya, begitu persediaan mereka menipis, ekspor mereka
akan lumpuh.22
Dari konsekuensi-konsekuensi potensial di atas maka setiap Negara-negara di
dunia tentunya harus memperkuat basis kekuatan nasionalnya (National Power)
yang dimiliki suatu Negara atau suatu bangsa, baik yang nyata dan jelas terlihat
walaupun yang tersimpan sebagai potensi tetapi siap-siaga untuk digunakan atau
diberdayakan. 23
Kepentingan Nasional (Nasional Interests) adalah tujuan –tujuan yang ingin
dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara sehubungan dengan hal
yang dicita-citakan . dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif dan sama di
antara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelansungan hidup
rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahtraan. Kedua hal pokok ini, yaitu
keamanan(security) dan kesejahtraan(prosperity), pasti terdapat serta meruupakan
dasar dalam merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional setiap negara.24
Salah seorang
pemikir studi Ilmu Hubungan Internasional, Hans J.
Morgenthau menyatakan:
22
Ibid
Teuku May Rudy, Studi Strategis:Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca
Perang Dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, hal. 114
24
Ibid, Hal.116
23
12
Strategi diplomasi harus didasarkan kepada kepentingan nasional,
bukan pada alasan- alasan moral, legal, ideology yang utopis dan
bahkan sangat berbahaya. Kepentingan nasional setiap Negara adalah
mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan
mempertahankan pengendalian suatu Negara atas Negara lain.25
Morgenthau menyamakan kepentingan Nasional dengan usaha Negara untuk
mengejar Power, dimana power adalah Segala sesuatu yang bisa mengembangkan
dan memelihara kontrol suatu Negara terhadap Negara lain. Hubungan power dan
kontrol bisa dicapai melalui teknik-teknik pemaksaan dan teknik kooperatif.26
Hans J. Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation menyebutkan
bahwa power atau kekuatan Negara mempunyai Sembilan unsur, yaitu, geografi,
sumber pendapatan alami untuk makanan dan bahan mentah, kemampuan
industry, military preperedness yaitu teknologi, kepemimpinan, kuantitas dan
kualitas angkatan perang, populasi yang terdiri dari persebaran dan kualitasnya,
karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintahan.27
Kepentingan nasional dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor
penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara
merumuskan kebijakan politik luar negerinya. Kepentingan nasional suatu Negara
secara khas merupakan unsu-unsur yang membentuk kebutuhan Negara yang
paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahtraan ekonomi.
Dalam pandangan Morgenthau, kepentingan nasional yakni:
25
Andi Nurditha E 131 06 620, Skripsi: Peranan PBB Dalam Penyelesaian Status
Kewarganegaraan Rakyat Timor Timur Dari Negara Indonesia, 2001, Hal. 6
26
Theodore A. Couloumbis, James H. Wolfe, Pengantar Hubungan
Internasional:Keadilan dan Power, edisi ketiga, Percetakan Abardin, Bandung, 1990, Hal. 114
27
Sri Hayati, Ahmad Yani, Geografi Politik, Refika Aditama, Bandung, 2007, Hal. 64
13
Kemampuan minimum yang inheren dalam konsep kepentingan
nasional adalah kelangsungan hidup (survival). Kemampuan
minimum Negara bangsa ini, yakni melindungi identitas fisik,
politik, dan kulturalnya dari ganguan Negara bangsa lain. Dalam
pengertian lebih spesifik, Negara bangsa harus bias
mempertahankan integritas teritorialnya, rezim ekonomipolitiknya, serta memelihara norma-norma etnis, religious,
linguistik, dan sejarahnya.28
Ratzel menyendirikan tiga fakta geografis yang asasi
pendapatnya mengaba atau menetukan sifat-sifat
yang menurut
pertumbuhan suatu Negara.
Pertama, suatu negara bersifat territorial, artinya meliputi suatu teritorial tertentu;
karena itu negara sebagai suatu organisme spatial memilki lokasinya tertentu,
yang dapat ditaksir secara fisis maupun geografi politik dalam hubungannya
dengan Negara-negara lainnya, sebagai pusat-pusat kekuatan politik.
Kedua, negara itu mencerminkan suatu kelompok pendududuk atau bangsa
yang merasakan dirinya tak terpisahkan dari wilayah geografis negaranya, dan
yang bertambah jumlahnya terus-menerus mengikuti
proses partumbuhan
negaranya.
Ketiga, negara acapkali berkembang didalam batas-batas kerangka alami
(natural framework); dari pusatnya yang sempit, negara meluas ke arah luarnya,
yang dalam gagasan kemudian melahirkan istilah perbatasan dalam sebutan
natural frontiers.29 Ratzel kemudian mempertegas bahwa, kekuatan Negara
banyak ditentukan oleh faktor geografis (letak, luas, bentuk, sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan hubungan internalnya). Faktor geografis merupakan
28
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan metodologi, cetakan
kedua, LP3ES, Jakarta, hal. 141
29
N. Daldjoeni, Dasar-Dasar Geografi Politik, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1991,Hal.53
14
indikator tumbuh dan berkembangnya kekuatan Negara. Negara merupakan
Organic State yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan seperti halnya
makhluk hidup yang tergantung dari faktor-faktor geografis, karena setiap
makhluk hidup membutuhkan ruang hidup dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya itu ia harus berjuang untuk mendapatkan dan memperluas
ruang hidupnya.30
Dari tiga fakta yang diungkapkan oleh Ratzel, maka secara geostrategi,
geopolitik, dan geoekonomi celah timor menjadi salah satu ladang minyak yang
dapat dijadikan sumber energi bagi negara-negara yang membutuhkan energi
untuk mendukung kepentingan nasionalnya, Australia secara geografis memiliki
kesempatan untuk menguasai celah timor tersebut. Konsep geoekonomi yang
perlu dipahami menurut Alexander, Economic Geography is the study of areal
variation or the earth’s surface in man’s activities related producing, exchanging,
and consuming wealth. yang berarti bahwa geoekonomi adalah studi tentang
variasi daerah atau permukaan bumi dalam kegiatan manusia yang berkaitan
dengan produksi, pertukaran, dan konsumsi kekayaan.31
Penulis juga menggunaka konsep bilateral untuk melihat bagaimana hubung
kersama antara Timor Leste dan Australia yang saling menguntung kedua Negara
tersebut. Dalam hal ini pengaruh minyak dan gas alam yang berada di Celah
30
Sri Hayati, Ahmad Yani, Geografi Politik, Refika Aditama, Bandung, 2007, Hal. 10
Skripsi Nurjannah Adullah, E13107059, 2011. Analisis Kebijakan Ekonomi China di
Greater Mekong sub-region (GMS), hal. 18
31
15
Timor menarik investor asing untuk melakukan eksplorasi terhadap kilang-kilang
minyak yang berada di Timor Leste.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian ini bersifat analisis eksplanatif. Analisis eksplanatif
digunakan untuk menjelaskan “bagaimana dampak eksploitasi dan eksplorasi
minyak dan gas alam di laut timor ? serta menjelaskan “Bagaimana pengaruh
geostrategi Celah Timor terhadap hubungan kerjasama Timor Leste Australia?
2.
Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan oleh penulis, yaitu data teoritis yang berasal dari
berbagai sumber literatur. Penulis kemudian menganalisis hubungan satu variabel
dengan variabel yang lain. Sumber data yang diolah banyak diperoleh melalui
telaah pustaka serta internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang penulis gunakan
adalah telaah pustaka
(Library Research), yaitu pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku, jurnal,
artikel-artikel dari majalah dan surat kabar, serta dari situs-situs internet. Data
diperoleh dari beberapa tempat seperti perpustakaan maupun wadah-wadah yang
terkait, yaitu:
a. Perpustakaan Fisip UNHAS Makassar.
16
b. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Makassar.
c. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional.
4. Teknik Analisis data
Data yang berhasil didapat, lalu dikumpulkan dan dianalis dengan
menggunakan
teknik analisis
kualitatif dengan tidak mengesampingkan
penyertaan data-data yang bersifat angka-angka atau grafik untuk lebih
memperjelas substansinya.
17
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional merupakan konsep suatu Negara dalam melakukan
hubungan kerjasama dengan Negara-negara di dunia.kepentingan nasional adalah
merupakan pilar utama tentang politik luar negeri dan politik internasional yang
realistis karena kepentingan nasional menetukan tindakan politik suatu Negara.
Kalau menggunakan pendekatan realis atau neorealis maka kepentingan nasional
diartikan sebagai kepentingan Negara, unitary actor yang penekanannya pada
peningkatan national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan
keamanan nasional dan survival dari negara tersebut. Konsep kepentingan
nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu
Negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagain upaya
Negara untuk mengejar power dimana power adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu Negara terhadap Negara lain.
Menurut Wolfers, konsep kepentingan nasional dapat didefenisikan
sebagai berikut :
Secara minimum, kepentingan nasional mencakup keutuhan
wilayah suatu bangsa, kemerdekaan dan kelangsungan hidup
nasional. Namun kelangsungan hidup nasional itu sendiri diberi
bermacam-macam interpretasi oleh bermacam-macam negara yang
menghadapi kondisi yang berlain-lainan tersebut.32 Menurut Holsti,
kepentingan nasional itu dapat diklasifikasikan kedalam tiga
32
Arnolds Wolfers, dalam Robert L. Pfatzgraff, Jr dan James E. Dougherty : Contending
Theories in International Relations, JB. Lippncot CO, New York : 1971
18
klasifikasi. Pertama,core values, sesuatu yang dianggap paling vital
bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara. Kedua,
middle range objectives, biasanya menyangkut tentang
peningkatan derajat perekonomian suatu negara, dan yang ketiga
long range goals yaitu yang bersifat ideal misalnya, keinginan
untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.33
Kepentingan nasional kerapkali juga dikatakan sebagai tujuan utama suatu
negara dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Dalam penjalinan hubungan
dengan negara lain tentu saja banyak mengusung berbagai macam entry point
yang secara umum menjadi tujuan-tujuan dari kerja sama atau hubungan yang
dijalin. Maka dari hubungan tersebut kepentingan nasional muncul sebagai target
dari hubungan kerja sama, baik secara bilateral maupun multilateral secara garis
besarnya, tetapi secara khusus dari tujuan-tujuan tadi pada akhirnya inti dari
hubungan
itu
adalah
Kepentingan
Nasional.
Wolfers,
mengungkapkan
kepentingan nasional:
Mencakup keutuhan wilayah suatu bangsa, kemerdekaan, dan
kelangsungan hidup nasional. Namun, kelangsungan hidup
nasional itu sendiri diberi bermacam-macam interprestasi oleh
bermacam -macam negara yang menghadapi kondisi yang berlainlain. (Dougherty,1971)
Sedangkan, Paul Seabury yang menyatakan bahwa :
Ide kepentingan nasional mungkin menyatu pada serangkaian
tujuan ideal yang seharusnya diusahakan untuk diwujudkan oleh
suatu bangsa dalam tindakan hubungan luar negerinya,
kepentingan nasional dapat dianggap sebagai tujuan yang ingin
dicapai melalui kepemimpinan dengan perjuangan yang gigih
(Holsti, 1998:138)
Pandangan di atas menunjukkan bahwa hubungan antar negara yang
tercipta dimaksudkan untuk mencapai tujuan – tujuan nasional dari negara
33
K.J. Holsti, dalam Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, Jayabaya
University Press, Jakarta : 1999, Hal. 63
19
tersebut yang menjadi wujud dari kepentingan nasionalnya. Rudi (2003:118)
mengartikan kepentingan nasional (national interest) sebagai: “tujuan-tujuan yang
ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara yang dicita-citakan.” Hal ini
dipertegas Mappa Nasrun yang mendefinisikan kepentingan nasional:
Meliputi kepentingan - kepentingan yang berkaitan dengan
kebutuhan bangsa dan wilayah, kehidupan ideology politik,
kehidupan ekonomi, kehidupan sosial budaya, kehidupan
pertahanan keamanan, serta kemampuan politik luar negeri dan
diplomasi. Dari situ jelas bahwa kepentingan nasional bersifat
multidimensional, dan masing-masing dimensi saling berkaitan
secara sistematis dalam aplikasinya(Nasrun, 1990:6)
Dalam menganalisis hubungan antar negara, konsep kepentingan nasional
adalah sebuah konsep yang sangat lazim dan juga popular digunakan. Konsep ini
digunakan sebagai barometer keberhasilan suatu politik luar negeri yang
dijalankan oleh suatu negara, seperti apa yang dikemukakan oleh Morgenthau
(1990) bahwa :
Kepentingan yang sebenarnya dari suatu bangsa merupakan
kenyataan obyektif yang bisa digambarkan dan bahwa dengan
membuat outline tentang kenyataan itu, analisis-analisis bisa
menggunakan konsep kepentingan nasional sebagai pengukur
sesuai atau tidaknya, benar atau tidaknya berbagai politik luar
negeri yang dijalankan.
Menurut Hans J. Morgenthau didalam “The Concept of Interest defined in
Terms of power”, konsep kepentingan nasional (interest) yang didefenisikan
dalam istilah “power” menurut Morgenthau berada diantara nalar, akal, atau
“reason” yang berusaha untuk memahami politik internasional dengan fakta-fakta
20
yang harus dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain, power merupakan
intstrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional.34
Konsep kepentingan nasional juga mempunyai indikasi dimana Negara
atau state berperan sebagai aktor utama di dalam formusi politik yang merdeka
berdaulat. Selanjutnya di dalam mekanisme interaksinya masing-masing Negara
atau actor berupaya untuk mengejar kepentingan nasionalnya. Kepentingan inilah
yang akhirnya diformulasikan ke dalam konsep “power” kepentingan “interest” di
defenisikan kea lam terminologi power.35
Ada kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu Negara karena
terkait dengan eksistensinya. Untuk tetap berdiri sebagai Negara berdaulat suatu
Negara harus mempertahankan kedaulatan atau yurisdiksinya dari campur tangan
asing. Selain itu Negara itu berkepentingan untuk mempertahankan keutuhan
wilayah (territorial integrity) sebagai wadah bagi entitas politik tersebut.
Kepentingan nasional yang bersifat vital biasanya berkaitan dengan kelangsungan
hidup negara tersebut serta nilai-nilai inti (core values) yang menjadi identitas
kebijakan luar negerinya. Kalau kepentingan vital atau strategis suatu negara
menjadi taruhan dalam interaksinya dengan aktor lain, maka negara tersebut akan
menggunakan segala instrument yang dimilikinya termasuk kekuatan minyak
untuk mempertahankannya.
Kepentingan nasional merupakan konsep kunci dalam segala kebijakan
yang dilakukan oleh sebuah negara terhadap negara lain dan merupakan tujuan
34
Aleksius jemadu, Politik Global Dalam Teori dan Politik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hal. 67
Antonius sitepu, Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi
Politik dan HI, hal. 56
35
21
umum yang akan terus berkesinambungan agar suatu negara dapat bertindak. Oleh
karenanya dapat disebutkan bahwa kepentingan nasional itu merupakan aspirasi
sebuah negara dan dari kepentingan tersebuat dapat diambil langkah-langkah
kebijaksanaan terhadap lingkungan tempat berinteraksinya negara tersebut.
Pengertian Kepentingan nasional itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh
Nasrun :
Kepentingan nasional biasanya meliputi kepentingan-kepentingan
yang berkaitan dengan keutuhan bangsa dan wilayah, kehidupan
ideology politik, kehidupan ekonomi, kehidupan social budaya,
kehidupan pertahanan keamanan, dan kemampuan politik luar negeri
dan diplomasi. Dari hal ini sangat jelas bahwa kepentingan nasional
bersifat dimensional dan masing-masing dimensi berkaitan secara
sistematik dalam aplikasinya.36
Para ilmuwan realis mengatakan bahwa meskipun negara dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, akan tetapi itu sangat bergantung pada tindak tanduk negara
itu. Karena Kepentingan Nasional seperti layaknya rasa lapar pada manusia
merupakan kepentingan secara alamiyah suatu negara, yang dengan semampunya
akan diusahakan oleh negara.Sebagaimana yang dijelaskan oleh Paul Seabury
bahwa :
Istilah Kepentingan Nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan
cita-cita tujuan suatu bangsa…..yang berusaha dicapainya melalui
hubungan dengan Negara lain dengan kata lain, Gejala tersebut
merupakan suatu normatif, atau konsep umum Kepentingan
Nasional….arti kedua yang sama pentingnya biasa bersifat
deksriptif, dalam pengertian deskriptif, Kepentingan Nasional
dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara
tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Kepentingan Nasional
dalam pengertian dekskriptif, berarti memindahkan metafisika
kedalam fakta (kenyataan)….dengan kata lain Kepentingan
36
Nasrun Mappa, 1990, Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Pasifik Selatan,
Masalah dan Prospek, Ujung Pandang : Universitas Hasanuddin, hal. 3
22
Nasional serupa dengan para perumus Politik Luar Negeri. (Holsti,
1987:168-169).37
Timor Leste memiliki ladang minyak di laut timor tepatnya di Celah Timor
yang berbatasan langsung dengan Australia. Secara geostrategi posisi Australia
dalam hal ini Darwin yang yang berada ditepian laut yang berbatasan langsung
dengan laut timor tentunya sangat berpengaruh bagi hubungan bilateral kedua
negara tersebut.faktor geografi juga lebih menekankan kepada letak geografis
suatu negara. bagaimana besarnya pengaruh letak geografis terhadap posisi kedua
negara tersebut khusunya dalam hal kekuatan atau power, baik kekuatan kedalam
atau keluar.38 tentunya kondisi tersebut bisa menghadirkan konflik antar kedua
negara. Hal ini bisa diihat dari potensi kandungan minyak mentah/petroleum yang
terdapat di celah timor saja diperkirakan bisa mencapai angka minimal 5 miliar
barel dan ditaksir termasuk salah satu dari 23 lapangan minyak terbesar di dunia.39
Kembali lagi kepada salah satu substansi konsep kepentingan nasionalnya,
dimana dalam mencapai kepentingan nasional suatu negara harus mempunyai apa
yang disebut sebagai “power”. Jika ada power, pasti ada kepentingan nasional.
Begitu juga sebaliknya. Timor Leste yang mempunyai kepentingan nasional untuk
mempertahankan negaranya dari eksplorasi dan eksploitasi minyak yang terjadi di
37
T.May Rudy, S.H., MIR,. M.sc. ,2003, Hubungan Internasional kontemporer dan
Masalah-masalah Global, hal. 92
38
Sri Hayati, Ahmad Yani,Geografi Politik, refika aditama,Bandung:2007, Hal.64
39
Ferdi Tanoni, skandal laut timor:sebuah barter politik-ekonomi Canberrajakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008, Hal.51-52
23
negaranya sebelum adanya perjanjian celah timor. Maka Timor Leste punya
“power”, yaitu sebagai negara yang merdeka, memiliki minyak dan gas di celaht
timor.
Suatu negara harus bertindak secara nyata ketika memutuskan atau
mendeklarasikan kepentingan nasionalnya. Pada dasaranya kepentingan nasional
adalah hal yang bersifat abstrak, tetapi sarana yang dilaluinya adalah sesuatu yang
nyata. konsep kunci yang dipergunakan pembuat kebijakan dalam memakai
pertimbangan nilai pada realitas tindakan politik adalah kepentingan nasional.
Pernyataan tersebut masih kabur dan sukar dijabarkan. Ia dapat dianggap bersifat
umum, jangka panjang, yang menjadi tujuan abadi dari negara, bangsa, dan
pemerintah, serta mencakup segala gagasan mengenai “kebaikan”. Dalam
prakteknya ia disintesiskan
dan diberi bentuk oleh para pembuat kebijakan
sendiri.40
Dengan demikian kepentingan nasional itu bersumber dari pemakaian
sintesis yang digeneralisasikan pada keseluruhan situasi, dimana negara
mengambil tempat dalam politik dunia. Kepentingan nasional memberikan ukuran
konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional. Suatu negara yang sadar
memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi yang berubah cepat, akan
lebih cenderung untuk memperhatikan keseimbangannya dan melanjutkan usaha
ke arah tujuannya daripada mengubah kepentingannya dalam menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
40
Nasution, Dahlan. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Erlangga. Jakarta: 1991.
hal. 6-7
24
Kepentingan nasional menurut yusuf adalah sebagai berikut:
“Kepentingan nasional termasuk dalam visium dan diperjuangkan oleh
suatu bangsa atau Negara untuk dipergunakan dalam rangka ketertiban
nasional. Konsep ini adalah buatan manusia dan dirumuskan oleh
pemimpin-pemimpin negara dan para ahli teori politik dan dipatuhi oleh
masyarakat, karena disangkutkan pada situasi sosial dan mencerminkan
adanya nilai-nilai, ide-ide, kepentingan golongan dan juga kepentingan
pada perumusnya”.41
Pandangan tersebut menekankan bahwa kepentingan nasional negaranegara,
selain
merupakan
cerminan
kondisi
dalam
negeri,
juga
mencerminkan keterkaitan internasional dalam keberadaan suatu negara.
Pada satu sisi, kepentingan nasioanal merupakan pernyataan mengenai
kebutuhan- kebutuhan dalam negeri yang diharapkan terpenuhi dengan
melakukan hubungan ke luar negeri, baik bilateral maupun multilateral.
Sementara pada sisi lain, konsep ini juga diharapkan pada tanggung jawab
inetrnasional dari setiap Negara di dunia, yakni menciptakan ketertiban dan
perdamaian internasional.
Berdasarkan asumsi seperti itu, maka kepentingan nasional dapat
diklasifikasi menjadi enam variable yang dikemukakan oleh Robinson,
sebagaimana dikutip oleh J. Salusu,42 membagi kepentingan nasional
sebagai berikut:
1. Primary Interest, yakni kepentingan yang meliputi perlindungan atas
wilayah negara dan identitas politik dan kebudayaan serta kelanjutan hidup
41
Safri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Sebuah Analisis
Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hal. 77
42
J, Salusu, Makalah Untuk Dialog Perdamaian Dunia, HIMAHI, Ujung Pandang, 25
Oktober 1988, hal. 7
25
bangsa terhadap ganguan yang berasal dari luar, kepentingan ini tidak akan
pernah dikompromi. Semua Negara mempunyai kepentingan serupa dan
sering dipertahankan dengan pengorbanan yang lebih besar.
2. Secondary Interest, yakni kepentingan yang berada diluar kepentingan
primer, tetapi cukup member konstribusi pada kepentingan itu, misalnya
melindungi warga Negara di luar negeri dan mempertahankan kekebalan
diplomatic atas para diplomatic di luar negeri.
3. Permenent Interest, yakni kepentingan yang relative konstan untuk jangka
waktu yang lama. Seperti kepentingan Inggris untuk mempengaruhi lautan
selama berabad-abad.
4. Variabel Interest, yakni kepentingan yang berubah-ubah yang oleh Negara
dianggap sebagai kepantingan nasional pada saat tertentu, biasanya lahir
dari pernyataan-pernyataan perorangan, kepentingan kelompok dan lainlain.
5. General Interest, yakni kepentingan yang bersifat umum yang dapat
diberlakukan untuk banyak Negara dan untuk wilayah geografis yang luas,
atau untuk beberapa bidang khusus, seperti dalam bidang perdagangan,
investasi, dan lain-lain.
6. Specific Interest, yakni kepentingan khusus tidak termasuk dalam
kepentingan umum, namun biasanya ditentukan dari sana, lebih berkaitan
dengan satu daerah tertentu atau saat tertentu.
Berdasarkan pandangan yang dikemukan diatas maka dapat dijelaskan
bahwa kepentingan nasional merupakan salah satu elemen yang berperan penting
26
dalam melakukan hubungan kerjasama dengan negara lain. negara memegang
peranan penting dalam mengontrol kepentingan nasionalnya dalam hal ini
menjaga dan bertanggung jawab penuh untuk mengatasi berbagai masalah di
dunia yang dianggap sebagai kepentingan global dari suatu negara.
Kepedulian terhadap masalah-masala global mungkin akan berlanjut terus
pada tingkat organisasi nasional dan internasional dan diatara golongan
cendekiawan dan orang-orang bisnis. Masalah global seperti perang nuklir,
ketidakseimbangan ekologis, sumber alam yang semakin menipis, polusi
lingkungan dan pertumbuhan penduduk, mendorong dibentuknya suatu institusi
baru yang berorientasi global dan bukan nasional.
Dalam mengatasi kepentingan suatu negara yang meyentuh wilayah negara
lain, misalanya secara geostartegi, geopolitik, dan geoekonomi tentunya negara
memainkan peranan lebih dalam melihat peluang dan tantangan dari wilayah yang
memiliki sumber daya alam dalam memenuhi dan membantu terwujudnya
kepentingan nasional. Dalam kerangka eksternal, dalam artian pemenuhan
kepentingan nasional dengan melakukan hubungan atau melibatkan Negara lain.
Setiap
negara
dalam
kepentingan
nasionalnya
adanya
kebebasan,
kemerdekaan, kedaulatan, keadilan, kemakmuran, kesejahtraan, kebahagiaan,
ketertiban, serta keamanan. Sejauh mana sasaran ini dapat dicapai tergantung pada
seberapa penting sasaran tersebut bagi suatu negara. menurut K.J. Holsti,
kepentingan dapat dibagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu: pertama, Core Values
atau sesuatau yang dianggap paling vital bagi Negara dan menyangkut eksistensi
27
suatu Negara.
kedua, middle range objectives, biasanya menyangkut tentang
peningkatan derajat perekonomian suatu Negara. dan yang ketiga, long range
goals yaitu sesuatu yang bersifat ideal misalnya, keinginan untuk mewujudkan
perdamaian dan ketertiban dunia.43
B. Geostrategi, Geopolitik, dan Geoekonomi
Geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat fenomene Hubungan
Internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Geopolitik berasal
dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik”. Maka, membicarakan pengertian
geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geogarfi dan
politik. “Geo” artinya Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E.James,
geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam hal menempati
suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian geografi berhubungan
dengan interrelasi antara manusia dengan lingkunagn tempat hidupnya.
Sedangkan
politik,
selalu
berhubungan
dengan
kekuasaan
atau
pemerintahan.
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang
berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata
polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara;
dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga
negara suatu bangsa (Sunarso, 2006:195). Sebagai acuan bersama,
43
Santhi Septiani Arifin. E13103021. Dampak Pembanguan Militer CINA Terhadap
Stabilitas Kawasan Asia Tenggara. 2007
28
geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu
bumi
politik
(political
geography),
Rudolf
Kjellen
menyebut
geographical politic dan disingkat geopolitik.44
Berdasarkan defenisi di atas maka ada beberapa unsur utama Geopolitik
yaitu:
1. Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Houshofer menyimpulkan bahwa
ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer, teori ini disebut pula
teori kombinasi ruang dan kekuatan.
2. Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).
3. Konsepsi politik kekuatan yang terkait dengan kepentingan nasional.
4. Konsepsi keamanan negara dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional.
Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun
peranan-peranan tersebut adalah:
1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang
tersedia;
2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan
kondisi alam;
3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri;
44
Skripsi Nurjannah Adullah, E13107059, 2011. Analisis Kebijakan Ekonomi China di
Greater Mekong sub-region (GMS)
29
4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan;
5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan
suatu negara
berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik
lainnya;
6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu
negara.
Dengan demikian Geopolitik adalah studi tentang pengaruh faktor
geografis pada perilaku negara atau studi yang mempelajari relasi antara
kehidupan dan aktivitas politik dengan kondisi-kondisi alam dari suatu negara.
Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh John Mackinder bahwa posisi
geografi suatu negara menentukan politik luar negerinya.
Dengan kata lain, geopolitik meneliti unsur-unsur untuk memperoleh
data yang akan memberikan konsep strategi nasional (geostrategis) sebagai suatu
realisasi dari suatu kebijakan suatu bangsa. Unsur yang diperlukan dalam aspek
geopolitik suatu negara menyangkut lingkunagn alam, transportasi dan
komunikasi, sumber-sumber ekonomi baik yang telah ada maupun yang masih
bersifat potensial, keadaan penduduk, lembaga-lembaga politik dan aktifitas
politiknya, serta yang menyangkut ruang seperti lokasi dan batas-batas negara.
Letak geografis celah timor yang berbatasan langsung dengan Australia
memberikan peluang yang bagi hubungan kerjasama antara Timor Leste dan
Australia yang dalam hal pengelolaan minyak dan gas alam yang berada di celah
timor tersebut. Hubungan yang telah dibangun oleh Indonesia dengan Australia
30
memberikan peluang bagi negara baru Timor Leste yang pernah berintegrasi
dengan Indonesia.
konsep geopolitik bagi suatu negara atau bangsa yaitu sistem dalam hal
menempati suatu ruang di permukaan bumi. penting jika sesuai dengan kadarnya
yang sesuai. Dalam dunia yang didukung oleh teknologi yang canggih sebenarnya
tidak ada yang cocok lagi. Membangun kekuatan dari darat, di laut, maupun udara
tidaklah cukup efektif jika perang antarmanusia dalam skala”perang bintang”.
Membangun konsepsi geopolitik di zaman perang dunia II sudah tidak popular
lagi. Pemetaan politik yang akan menggusur lagi kepada Pan-re-gion adalah
Huntington dengan teori benturan peradabannya.
Berdasarkan asumsi seperti itu, maka untuk membangun konsepsi geopolitik
dimasa yang akan datang, dibutuhkan beberapa dimensi untuk mendukungnya,
menurut Huntington,45 antara lain:
1. Dimensi ruang, yakni ruang sebagai ruang hidup seluas negara. Batas
Negara di lautan dan daratan akan berbeda jika dilihat dari dimensi ruang.
Ruang adalah inti dari geopolitik. Menurut Haushofer ruang adalah
dinamika dari politik dan militer. Dengan demikian geopolitik merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan poltik
dan keksuasaan fisik militer dan ekonomi. Kekuatan politik selalu
menginginkan penguasaan ruang dalam arti pengaruh, jika ruang pengaruh
45
Sri Hayati, Ahmad Yani,Geografi Politik, refika aditama,Bandung:2007, Hal.165
31
diperluas maka akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan dan
kerugian akan lebih besar apabila hal itu terjadi melalui perang.
2. Dimensi perbatasan negara, yakni batas negara dalam zaman sekarang
sebenarnya terletak jauh diluar batas negaranya sendiri. batas negara
dalam konteks globalisasi tidak memiliki makna yang pasti karena
masyarakat dunia sudah sangat dinamis dan terus bergerak. Frointer pada
zaman sekarang ini menjangkau batas imajiner sejauh mana kepentingan
nasional terjamin perwujudan atau pemenuhan. pada masa lalu, batas
negara adalah sesuatau yang sangat penting dan masuk dalam strategi
pertahanan negara dengan wajah kekuatan militer. Keadaan ini memaksa
negara-negara di suatu kawasan melakukan kerjasama untuk menghadapi
persaingan global guna meningkatkan bargaining power bukan saja soal
harga, tetapi juga penting adalah keamanan. Membangun konsepsi
geopolitik di zaman sekarang sebaiknya memiliki dua sisi, yaitu
memahami batas negara dalam dimensi fisik dan dalam dimensi imajiner.
batas fisik boleh sangat stabiltetapi batas imajiner sebaiknya dikendalikan
dan atau diwaspadai secara baik. negara-negara barat yang sudah maju
memiliki batas fisik yang tetap tetapi batas imajinerya sangat luas
menembus batas-batas fisik negara lain. pengaruh batas imajiner perlu
disadari oleh setiap warga negara, karena itu mereka harus terdidik.
Perilaku
warga
negara
pada
dasarnya
merupakan
hasil
perpaduan”perintah” dari berbagai negara yang memiliki batas imajiner
yang sangat luas dan beririsan satu dengan yang lain. Contoh konkret
32
adanya batas imajiner telah mempenagruhi kita, misalnya perilaku kita
yang terpaksa tunduk kepada Jepang, Australia, dan Amerika Serikat
secara sekaligus.
3. Dimensi kekuatan, yakni utuk memenuhi tujuan nasional dan cita-cita
bangsa diperlukan kekuatan politik, ekonomi dan militer secara parallel
dalam bingkai kekuatan nasional. Oleh karena itu politik kekuatan menjadi
masalah salah satu faktor dalam geopolitik. contoh geopolitik jepang
misalnya menggunakan kekuatan ekonomi ditambah sedikit kekuatan
politik. negara Eropa dengan kekuatan politik dan kekuatan hampir
seimbang. Amerika Serikat menggunakan ketiganya, yaitu dengan
menggunakan kekuatan politik, ekonomi dan militer. Membangun
geopolitik dari aspek kekuatan dalam arti kekuatan militer adalah sesutau
yang tidak akan pernah berhenti. Kekuatan suatau bangsa hanya dapat
dibangun dengan keberanian untuk hidup. Sejumlah negara kecilyang
paling sederhana adalah iran.
4. Dimensi keamanan negara, yakni, geopolitik ditujukan untuk menetukan
keamana negara dan bangsa. Ketahanan nasional tidak cukup menjamin
keamanan dalam negeri. ruang yang diartikan rill secara geografi dapat
diartikan secara semu atau maya dari sudut pandang keaamanan, yaitu
semangat persatuan dan kesatuan.
Dari dimensi geopolitik yang yang dikemukan di atas, dapat ditelaah bahwa
geopolitik bertalian dengan kebutuhan negara akan ruang, kekuatan, dan
keamanan yang tentunya sangat berpengaruh bagi geopolitik suatu negara. celah
33
timor merupakan ruang, kekuatan bagi timor leste untuk mempertahankan
eksistensinya.
begitu
pula secara geografi dan geostrategi Celah Timor
merupakan salah satu potensi besar dalam melakukan hubungan kerjasama dengan
Negara tetangga, seperti Austarlia yang secara geografi dan geostrategi sangat
berdekatan dengan timor leste. Begitupula secara geoekonomi, celah timor
merupakan sumber minyak yang sangat bernilai ekonomis bagi hubungan
kerjasama kedua negara tetangga tersebut.
C. Hubungan Bilateral
Sudah menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
bahwa setiap bangsa-bangsa di dunia ini akan melakukan interaksi global yang
mana terselenggaranya suatu hubungan internasional baik melalui berbagai
criteria seperti terselengaranya suatu hubungan yang bersifat bilateral,
regional, maupun multilateral. Namun pembahasan dalam penulisan skripsi ini
lebih diarahkan pada seperti apa hubungan bilateral yang terselenggara antara
timor leste dengan australia dari dimensi politik, ekonomi, dan sosial budaya
yang lebih dikhususkan lagi pada intensitas hubungan bilateral tersebut
terhadap perkembangan kerjasama ekonomi timor leste-australia.
Hubungan bilateral dimaksudkan adalah hubungan yang terjadi antara
timor leste dan australia yang mana membawa kepentingan nasionalnya
masing-masing
kedalam
suatu
komitmen
yang
sama-sama
saling
menguntungkan.
Terselenggaranya
hubungan
34
bilateral
juga
tidak
terlepas
dari
tercapainya beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan
hubungan yang mana mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam
usaha untuk menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan
tujuan nasional yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan
nasional yang dirumuskan oleh elit suatu negara. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Plano dan Olton bahwa :
Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini
pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masingmasing negara. Kepentingan nasional merupakan unsur yang
sangat vital yang mencakup kelangsungan hidup bangsa dan
negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer, dan
kesejahteraan ekonomi.
Kemudian selanjutnya dalam kamus politik internasional, Didi Krisna
mendefinisikan konsep tentang hubungan bilateral adalah sebagai berikut,
bahwa “hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbale balik
antara dua belah pihak (dua negara)”.
Hubungan bilateral yang dimaksud adalah kerjasama dibidang
ideology, politik, ekonomi, hukum, keamanan. Namun dalam penulisan ini
yang akan dibahas adalah hubungan bilateral yang difokuskan pada kerjasama
ekonomi. Adapun menurut Holsty dan Azhary tentang Variabel-Variabel yang
harus diperhitungkan dalam kerjasama bilateral adalah:
1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara.
2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung berbagai
tujuan.
35
3. Kredibilitas ancaman serta gangguan.
4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan
5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan.
Hubungan bilateral mengandung dua unsur pemaknaan, yakni: konflik
dan kerjasama. antara keduanya memiliki arti yang saling bergantian
tergantung dari konssep apa yang ditawaarkan antaara kedua negara menurut
motivasi-motivasi internal dan opini yang melingkupinya. Setiap terbinanya
hubungan bilateral yang diupayakan oleh suatu negara dengan negara lain
dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan diantara keduanya. Seperti yang
dikemukakan oleh Coplin bahwa:
Melalui
kerjasama
internasional,
negara-negara
berusaha
memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik. Tipe yang pertama
menyangkut kondisi-kondisi di lingkungan internasional yang apabila
tidak diatur akan mengancam negara-negara yang terlibat… Tipe
kedua mencakup keadaan sosial, ekonomi dan politik domestic
tertentu yang dianggap membawa konsekuensi luas terhadap
system
internasional sehingga dipersepsi sebagai masalah
internasional bersama.
Selanjutnya dalam konsepsi ideal pengambilan keputusan politik luar
negeri senatiasa memperhatikan nilai-nilai ideal, yaitu membentuk system
yang lebih menawarkan pola dan tata cara hidup politik dalam arti yang seluasluasnya, bebas dari kekurangan materil serta bebas untuk mengembangkan
nilai-nilai dan martabat kemanusiaan (Sudarsono, 1988, 607).
Dalam kaitannya dengan rationality and foreign policy, bahwa
perwujudan atau penentu sasaran, obyek atau mitra hubungan merupakan
pillihan yang rasional dengan memperhitungkan sirkumstansi internasional dan
36
kondisi domestik demi meminimalisasi kerugian politik serta mempertahankan
posisi politik dipentas internasional. Oleh karena itu hal ini sangat penting
untuk diperhatikan dari efisiensi dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun sisi
lain yang dapat ditimbulkan dari adanya hubungan bilateral adalah bisa jadi
mengandung makna konflik dan kerjasama.46
46
Andi Muh. Hamka, E131 09 038, “Dampak Kebijakan Pakistan Tentang Terorisme
Pasca 11 September 2001 Terhadap Politik Luar Negeri Amerika di Kawasan Asia Selatan”, 2004
37
BAB III
GAMBARAN UMUM MENGENAI LETAK GEOSTARTEGI CELAH
TIMOR DAN HUBUNGAN KERJASAMA TIMOR LESTE- AUSTRALIA
A. Celah Timor
1. Potensi Minyak dan Gas Alam di Laut Timor
Celah Timor yang terletak di kawasan laut timor merupakan salah satu
kekayaan sumber daya alam berupa kandungan minyak dan gas bumi yang
menunjang perekonomian suatu Negara bila dikelola dengan baik. Sejak Timor
Leste bergabung dengan wilayah Negara republik indonesia pada tahun 1975.
Dari data yang didapatkan oleh penulis bahwa minyak yang terdapat di
Celah Timor merupakan salah aset atau cadangan terbesar yang dimiliki oleh
Timor Leste. Lima tahun dari sekarang Timor Leste di prediksi akan sangat
tergantung pada pendapatan minyak dan gas alam yang berada di Laut Timor,
khususnya di Celah Timor.
89% ekonomi (GDP) dan 94% dari pendapatan
pemerintah Timor Leste berasal berasal dari penjualan minyak dan gas.
Data yang menguatkan mengenai pendapatan tersebut dapat kita lihat pada
grafik ini berasal dari Departemen RDTL Perencanaan dan kertas Keuangan latar
belakang untuk Pertemuan Mitra Pembangunan pada bulan April 2005,
dikombinasikan dengan Juli 2005 proyeksi IMF tentang non-minyak pertumbuhan
38
ekonomi. La’o Hamutuk47 telah disesuaikan untuk kenaikan harga minyak
diprediksi.
Gambar 1
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Garis biru solid merupakan bagian timor-leste dari produksi Bayu-Undan
sebagai persentase dari total perekonomian timor-leste (PDB). Jika Greater
Sunrise atau bidang lain yang dikembangkan, timor-este akan menjadi lebih
tergantung pada minyak.
Garis putus-putus mewakili coklat pendapatan minyak (keduanya dari
produksi minyak bumi dan dari bunga Dana Perminyakan) sebagai persentase dari
pendapatan pemerintah. Ini mengasumsikan bahwa pemerintah tidak akan
menghabiskan semua pendapatan setiap tahun, tetapi akan mengikuti kebijakan
47
Institut Pemantau dan Analisis Pembangunan di Timor Leste
39
yang dinyatakannya hanya menghabiskan jumlah yang berkelanjutan. Akibatnya,
pemerintah masih akan tergantung pada pendapatan minyak (dari Dana) bahkan
setelah produksi minyak telah berhenti. Minyak dan gas di Bayu-Undan akan
digunakan oleh 2023, jika bidang lain, seperti Greater Sunrise, dikembangkan
lama mereka mungkin akan habis tahun 2050 atau lebih cepat.
Alasan utama Timor-Leste sangat tergantung pada minyak bukan bahwa
mereka memiliki begitu banyak minyak dan gas, tetapi sektor lain perekonomian
kita sangat kecil, dengan pertumbuhan yang diharapkan sedikit pada dekade
berikutnya.
Saat ini, ada sangat sedikit non-migas kegiatan ekspor. Pada tahun 2004,
Timor-Leste hanya mengekspor produk senilai $ 7.000.000, hampir semua ini
adalah kopi. Selama periode yang sama, negara mengimpor $ 113.000.000 senilai
barang. Hampir sepertiga dari impor bahan bakar fosil, dan 53% dari seluruh
impor berasal dari Indonesia.
Berikut adalah beberapa statistik dasar dan proyeksi. Semua angka uang dalam
jutaan dolar Amerika Serikat.
40
Gambar 2.
2005
Populasi
Minyak PDB
GDP non-minyak
Minyak% ekspor
Minyak% dari PDB
2010
2025
Tertinggi tingkat
pertumbuhan
alami di dunia
947,000 1,216,500 1,938,000 saat ini, tingkat
kesuburan
delapan anak per
perempuan.
$ 925
$ 349
99,0%
73%
41
3.800 $
Hanya mencakup
minyak BayuUndan dan ladang
gas. Kolom
lainnya dapat
melipatduakan
0
pendapatan
minyak TimorLeste, dan / atau
memperpanjang
periode produksi
minyak.
$ 452
2025 tergantung
pada seberapa
baik sektor-sektor
lain dari ekonomi
$ 714?
dikembangkan.
Melalui 2010
berdasarkan
proyeksi IMF.
99,6%
Mengasumsikan
pertumbuhan
0% tahunan 5% pada
ekspor nonmigas.
89%
Ini tidak termasuk
bunga dari
investasi
pendapatan
kelebihan minyak
di Dana
Perminyakan,
0% yang akan
menjadi semakin
signifikan dari
waktu ke waktu,
dan dapat
membantu
mengganti
pendapatan
minyak setelah
minyak habis.
Minyak% dari pendapatan
pemerintah
65%
94%
Termasuk bunga
Dana
Perminyakan.
Tidak semua
79% pendapatan akan
dihabiskan,
surplus
diinvestasikan di
luar negeri.
Sumber: : http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Pendapatan minyak dan gas akan menjadi sebagian besar perekonomian
Timor-Leste dan pendapatan pemerintah untuk generasi, tetapi deposito akan
segera habis. Sejak Bayu-Undan adalah lepas pantai dan hilir (pencairan gas)
pengolahan dilakukan di Australia, hampir tidak ada spin-off pendapatan akan
masuk ke Timor-Leste, dengan sedikit keuntungan ekonomi sekunder. Timor
Leste sudah memiliki melihat fenomena ini - lebih dari $ 2 miliar dihabiskan di
Timor-Leste oleh PBB dan badan-badan bantuan selama enam tahun terakhir
hampir tidak ada dampak ekonomi yang berlangsung, meskipun hampir dua kali
lipat GDP non-minyak seluruh dari 2000 sampai 2003.
Negara-negara lain sangat tergantung pada hasil minyak dan gas di Timor
Leste, bisa dilihat pada grafik ketergantungan minyak Negara-negara tersebut.
Gambar 3.
42
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Grafik ini menunjukkan informasi dasar untuk beberapa tergantung pada
minyak sebagian besar negara [ Catatan 3 ]. Mereka dari kiri ke kanan sesuai
dengan Indeks Pembangunan Manusia mereka (HDI) [ Catatan 2 ], dengan orangorang ke arah kiri memberikan kehidupan terbaik bagi rakyatnya. Nomor
berikutnya untuk setiap nama negara adalah peringkat, dari 1 sampai 177, dari
yang HDI dibandingkan dengan semua negara-negara lain.
Semua minyak bumi, populasi dan data ekonomi untuk tahun 2004,
kecuali untuk Timor-Leste, yang merupakan proyeksi untuk 2010 ketika BayuUndan akan berada di puncak produksi. Timor-Leste 2005 HDI 140, apakah itu
naik atau turun pada tahun 2010 tergantung pada seberapa bijaksana uang dari
ekspor minyak digunakan.
Setiap negara memiliki tiga batang:
1. Bar kiri (merah) menunjukkan berapa banyak minyak bumi (minyak dan
gas) yang dihasilkan negara, dibagi dengan penduduk. Ini menunjukkan
43
kemungkinan bahwa pendapatan minyak bumi bisa meningkatkan
kehidupan masyarakat.
2. Bar kedua (hitam) mengindikasikan berapa banyak minyak yang diekspor
untuk setiap orang. Jika itu adalah sama tingginya dengan bar pertama,
negara ekspor hampir semua minyak dan gas.
3. Bar kanan (kuning) menunjukkan jumlah minyak yang diekspor negara,
dibagi dengan Produk Domestik Bruto (GDP). Semakin tinggi bar ini,
semakin perekonomian negara tergantung pada ekspor minyak dan gas.
Data
untuk
Guinea
Khatulistiwa
tidak
bisa
diandalkan,
maka
ketidakpastian di bar, meskipun sangat tinggi.
Beberapa negara yang tergantung pada minyak di Celah Timor antara lain,
Norwegia, Oman, Anggola, Libya, Arab Saudia, Nigeria, Kanada, Amerika
Serikat, dan Australia. tapi karena Australia secara geostrategi lebih dekat dengan
Australia maka minyak dan gas alam tersebut sangat mudah di akses.
Bagaimana minyak dan gas alam di Celah Timor dapat mempengaruhi
perekonomian di Timor Leste, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
B. Sumbangsih Celah Timor Terhadap APBN Timor Leste
Gambar 4.
44
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Untuk 2010, Timor-Leste yang dioperasikan di bawah dua anggaran
negara. Pada bulan Juli, $ 660.000.000 dialokasikan untuk pengeluaran di akhir
tahun 2009 meningkat sebesar 27%, untuk $ 838.000.000, pada perbaikan
pertengahan tahun Juli, yang juga meningkatkan jumlah yang akan ditarik dari
Dana Minyak selama 2010 untuk $ 811.000.000, $ 309.000.000 lebih dari
Pendapatan berkelanjutan Estimasi untuk tahun ini.
Pemerintah juga punya masalah yang signifikan melaksanakan programprogramnya. Seperti dijelaskan dalam Laporan Pelaksanaan Anggaran untuk
semester pertama tahun 2010, Pemerintah telah menghabiskan hanya 30% dari
alokasi anggaran asli selama enam bulan. Dalam rangka untuk mengeksekusi
anggaran keseluruhan diperbaiki pada akhir tahun 2010, Pemerintah akan harus
menghabiskan uang tiga kali lebih cepat yang telah. Dengan kata lain, setelah
45
menghabiskan $ 1.100.000 / hari dari Januari sampai Juni, pengeluaran dari bulan
Juli sampai Desember akan memiliki rata-rata $ 3.500.000 / hari untuk
menjalankan anggaran. (Untuk referensi, rata-rata pengeluaran selama 2009
1660000 $ / hari, termasuk Referendum Pakote tidak efektif.)
Berikut adalah beberapa statistik dasar. Semua angka uang dalam jutaan
dolar Amerika Serikat, mata uang hukum Timor-Leste :
Gambar 5.
2005
Populasi
Luas
Minyak
PDB
2010
2050 Komentar
947,000 1,216,000 3,265,000 Tingkat pertumbuhan
tertinggi di dunia,
tingkat kesuburan
delapan anak per
perempuan.
7% dari lahan irigasi.
Wilayah laut di
bawah sengketa.
15.007
sq km
$ 703
3135 $
0 Angka-angka ini
mengikuti asumsi
pemerintah hanya
termasuk minyak
Bayu-Undan dan
ladang gas. Bidang
aktual dan potensial
lainnya dapat
meningkatkan
pendapatan minyak
Timor-Leste dengan
faktor tiga atau lebih.
Bidang Bayu-Undan
akan habis pada
2023.
46
GDP nonminyak
$ 341
$ 391
? 2050 tergantung pada
seberapa baik sektorsektor lain dari
ekonomi
dikembangkan.
Minyak
persentase
dari GDP
67%
89%
0% Ini tidak termasuk
bunga dari investasi
pendapatan
kelebihan minyak di
Dana Perminyakan,
yang akan menjadi
semakin signifikan
dari waktu ke waktu,
dan mungkin
mengganti
pendapatan minyak
ketika minyak habis.
18,5%
6,1%
Tidak termasuk
kontribusi donor.
Tidak semua
pendapatan akan
dihabiskan, surplus
diinvestasikan di luar
negeri dalam Dana
Perminyakan. Dana
Perminyakan bunga
tidak disertakan.
Domestik
nonminyak
persentase
dari
pendapatan
pemerintah
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Setelah melihat daftar gross domestic produc maka kita akan melihat bagaimana struktur
perminyakan dan dan gas di celah timor. Dapat kita dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.
47
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 6 agustus 2011
Pemerintah timor leste
telah melakukan terobosan baru dalam hal
perminyakan celah timor dengan membentuk strukur perminyakan untuk menjaga
potensi minyak dan gas di laut timor. Hal tersebut menunjukan keseriusan
pemerintah timor leste untuk membangun kembali perekonomian melalui potensi
minyak di laut timor. Mengenai palung timor yang yang berada di tengah (median
line) antara Timor Leste dan Australia adalah salah satu garis yang membatasinya.
Dapat dilihat pada peta berikut ini:
Gambar 6.
48
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 6 agustus 2011
Pasca konflik yang terjadi 30 agustus 1999 di Timor Leste, banyak negaranegara pendonor yang yang membantu perekonomian. Salah satu negara terseut
adalah Australia yang merupakan negara tetangga. dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
Gambar 7.
49
50
Selama masih menjadi bagian dari Indonesia, di Provinsi Timor Timur
belum mempunyai kesepakatan Landas Kontinen dengan Australia. Padahal di
Celah Timor banyak mengandung sumber daya minyak dan gas bumi. Sesuai
dengan alasan dikemukakan oleh Indonesia dan Australia pada waktu itu agar
hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia tidak terganggu dan tidak
tertundanya pemnanfaatan potensi sumber daya minyak dan gas bumi di Celah
Timor, maka pertemuan padda tanggal 11 desember 1989 berhasil membuat
perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia mengenai Zona Kerjasama
diantara Provinsi Timor Timur Indonesia dan Australia bagian utara, yang
kemudian dikenal dengan sebutan “Perjanjian Kerjasama Celah Timor”.48
Perjanjian kerjasama ini merupakan pengaturan semenatara yang bersifat
praktis untuk memungkinkan dimanfaatkananya potensi sumber daya minyak dan
gas bumi tanpa harus menunggu tercapainya kesepakatan batas Landas Kontinen
antara Indonesia dan Australia. Dengan demikian, perjanjian kerjasama ini bukan
merupakan perjanjian untuk menetapkan batas landas Kontinen kedua Negara
melainkan hanya sebatas pengaturan zona pegembangan bersama (joint
development zone) di daerah “tumpang tindih klaim”.
Kesepakatan yang diatur dalam perjanjian kerjasama ini adalah pembagaian
daerah di dalam zona kerjasama menjadi tiga daerah, dengan kekuasaan hukum
48
Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberrajakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal.124
51
(legal regim) yang berbeda-beda sesuai dengan status hukum dari masing-masing
daerah tersebut yaitu:49
1. Daerah A
Daerah A merupakan sebagian dari daerah tumpang tindih klaim (daerah
tumpang tindih yang sebenarnya adalah daerah yang dalam perjanjian ini disebut
daerah A dan daerah C). daerah A akan dimanfaatkaan bersama oleh kedua pihak
dengan pembagian hasil masing-masing 50%. Untuk mengelola daerah A akan
dibentuk Dewan Menteri dan Otorita Bersama serta diberlakukan kontrak bagi
hasil.
2. Daerah B
Daerah B merupakan daerah di sebelah selatan garis tengah yang terletak di
luar daerah-daerah tumpang tindih klaim dan di selatan dibatasi oleh batas 200 mil
laut dari garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia. Daerah B ini akan dikelola
oleh Australia seperti ysng berlaku selama ini, tetapi Australia akan memberikan
kepada Indonesia 16% dari penghasilan pajak bersih atau “Net Resource Rent
Tax” (Net RRT) atau 10% dari penghasilan pajak kotor (groos RRT). Selain itu
Australia akan memberikan informasi kepada Indonesia tentang kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi di daerah B sebelum kegiatan tersebut dimulai.
49
Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberrajakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal.124-125
52
3. Daerah C
Daerah ini sebenarnya merupakan bagian dari daerah tumpang tindih
tuntutan yurisdiksi masing-masing pihak. Daerah C akan dikelola oleh Indonesia
dengan ketentuan bahwa Indonesia akan memberikan 10% dari pajak pendapatan
kontraktor. Selain itu, Indonesia juga akan memberitahukan Australia tentang
kegiatan tersebut. Oleh pemerintah Indonesia perjanjian kerjasama ini diratifikasi
pada tanggal 7 januari 1991 melalui Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1991.
Berdasarkan hasil pembagian tiga daerah tersebut dapat dikatakan bahwa
Australia memiliki andil besar untuk menguasai hasil minyak yang ada di daerah
celah timor. Australia telah memiliki data yang banyak mengenai total cadangan
minyak dan gas bumi (migas) di Laut Timor diperkirakan mencapai lebih dari
10.000 juta (10 miliarl) barel. Yang telah dan sedang di ekspoitasi hingga
mencapai diatas 5.000 juta (5 milliar) barel, termasuk di Celah Timor dan yang
ditemukan di sekitar gugusan pulau pasir. Cadagan minyak dan gas alam tersebut
bertebaran antara lain, Ladang Evans Shoal, Petrel-Tern Blacktip 1.540 juta barel,
Elang-Kakatua, Bayu-Undan, Chudditch-Kuda-Tasi Jahal sebanyak 1,110 juta
barel. Cadangan minyak ini termasuk juga dengan 30 juta barel minyak yang
telah diekspoitasi serta lading Greater Sunrise yang diperkirakan mencapai 1.920
juta barel. Data- data ini telah di kumpulkan oleh Australia dari bebagai sumber
termasuk dari sejumlah perusahaan minyak dan gas alam yang kini beroperasi di
Laut Timor jauh sebelum Timor Timur merdeka.
53
Analisa dan perkiraan dari sejumlah ahli perminyakan di Australia
mengatakan bahwa total cadangan minyak dan gas alam Laut Timor sesungghnya
jauh lebih besar dari data awal yang dikemukakan ini. oleh karena itu, cadangan
minyak dan gas alam yang diperoleh ini masih terus akan berubah-ubah seiring
dengan eksplorasi dan ekspoitasi terhadap lading minyak dan gas alam di Laut
Timor. Sementara, perminyakan di dunia diperkirakan bahwa sudah sejak awal
tahun 1990-an, tiap harinya ratusan ribu barel minyak dan gas alam di Laut Timor
di sedot, dan yang paling beruntung adalah Australia. kini angka yang fantastis itu
hanya di kuasai Australia saja.
Australia melihat potensi kekayaan alam berupa minyak dan gas alam yang
terletak di Laut Timor adalah salah satu kekayaan yang membantu
membangkitkan perekonomiannya setelah lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Celah Timor yang terletak di Laut Timor telah di invasi/ dicaplok oleh
Australia yang merupakan tetangganya yang paling kaya. Hal ini dipertegas oleh
Perdana Menteri Howard:
“atas nama perusahaan-perusahaan minyak menelpon perdana Menteri
Timor Timur, Dr Alkatiri lalu mengatakan, menurut laporan The Age (
Harian yang terbit di Melbourn), jika anda tidak menandatangani
kesepakatan pembangunan Ladang Greater Sunrise yang merupakan lading
terbesar yang menjadi milik Timor Timur dan menyerahkan kekayaan alam
tersebut dalam jumlah besar kepada Australia, maka kami tidak akan
menyampaikan legislasi ini kepada senat hari ini, dan membolehkan
pembangunan lading lainya yang lebih kecil yang diharapkan oleh
pemerintah Timor Timur agar dieksplorasikan. Ini yang dikatakan oleh
Perdana Menteri,Lakukan seperti yang kami kehendaki atau kami
54
membatalkan kontrak yang menguntungkan dengan Jepang untuk eksplorasi
ladang minyyak Bayu-Undan” .50
Dari peryataan yang dipertegas oleh Howard dapat dikatakan bahwa
Australia sangat menginginkan Celah Tmor yang berada di Laut Timor tersebut.
Cadangan minyak dan gas alam yang telah dieksplorasi lebih dari 40 tahun. Ada
beberapa ladang-ladang minyak dan alam yang berada di Timor Leste, seperti
tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Ladang-ladang minyak dan gas lepas pantai yang lebih dekat ke Timor Leste
dibandingkan ke negara-negara lain
Nama
Lokasi
%TL
Status
Total
Total
Minyak Gas
ladang
sesuai
cadang cadang yang
yang
perjanjia
an gas an gas
diprodu diprodu
n
(perkir (perkir ksi
ksi
an
aan
hingga hingga
P50)
P50)
septem septem
Hulu/hili
ber
ber
Oprator
r proyek
2007
2007
gas;
Juta
Triliun
minyak
barel
kaki
Juta
untuk
kubik
barel
Triluan
hulu saja
kaki
kubik
Greater
20%
50%
Produksi
300
8,3
0
0
sunrise
dalam
belum
akan
JPDA,
diputuska dimulai
dibagi
n
setelah
sesuai
rencana
CMATS
pengemba
ngan
disepakati
oleh semua
pihak
mungkin
sebelum
2012
Woodsid
e
BayuJPDA
90% / 0
Memulai
400
3,4
81
0,2
Undan
produksi
ref.(92) ref.(92)
50
Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberrajakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal .88
55
Conoco
Philips
Buffalo*
Nexen
(sebelum
nya
BHP)
Elang
kakatua*
JPDA
90%
JPDA
90%
Tept diluar
JPDA,
disengketa
kan hingga
2006
ketika
timor leste
menyerahk
annya ke
Australia
dalam
CMATS.
0%
Conoco
Philips
(sampai
juli
2007)
Laminari
a
Corallina
Woodsid
e
minyak
tahun 2004
dan gas
tahun
2006.
Ladang
ini
menyediak
an hampir
seluruh
pendapata
n Timor
Leste saat
ini.
Pada masa
produksi
19992004,
sekarang
sudah
ditutup
Pada masa
produksi
dari 1998juli 2007,
TSDA,
sedang
mencari
oprator
baru
karena
Conocophi
lips tidak
lagi
tertarik
Memulai
produksi
tahun
1999.
Australia
telah
menerima
US$ 1,5
miliar
pendapata
n.
56
16
0
16
0
32, 7
Ref.(1
02)
0
31,3
Ref.(10
2)
0
210
0
183
Ref.(12
4)
0
TOTAL
61%
959
11,7
311
ï‚· Ladang- ladang ini memulai produksi selama pendudukan Indonesia.
Kepemilikannya telah berubah sebanyak dua kali sejak tahun 1999.
0,2
Sumber: Buletin La’o Hamutuk
Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-Leste, 2008, hal. 90
Pada tahun 1991, Indonesia dan Australia mengeluarkan kontrak eksplorasi
pertama bagi sumber daya Timor Leste, kedua Negara tersebut membagi
menurut perjanjia Celah Timor (Timor Gap Treaty) yang illegal, perusahaanperusahaan yang sangat berminat terhadap minyak hasil curian ini adalah
Royal Dutch Shell, Woodside Petroleum Ltd. (kemudian menjadi Woodside
Australian Energy), Santos, dan Philips Petroleum (berubah menjadi
conocoPhilips), yang semuanya masih mengeksplorasi dan mengeksploitasi
sumber-sumber minyak lepas pantai Timor Leste. Ladang Minyak Elangkakatua yang dikerjakan ConocoPhilips adalah yang pertama ditemukan pada
tahun 1994, ladang ini mulai menghasilkan uang bagi Indonesia dan Australia
pada bulan Juli 1998, dan ketika nyaris terkuras habis, oprasi terhenti
sembilan tahun kemudian. Adapun kronologi dari peristiwa tersebut antara
lain:
1970-1998
1970-1973
Australia dan Indonesia memulai negosiasi batas-batas dasar laut,
mengabaikan keberatan
Portugis, bahwa dasar laut seharusnya berada tepat separuh jarak antara
pantai-pantai
Timor dan Australia. Australia menandatangani beberapa perjanjian
57
“Penentuan batas-batas
Dasar Laut Tertentu” (“Establishing Certain Seabed Boundaries”) pada
tanggal 18 Mei 1971 dan
9 Oktober 1972, yang mulai berlaku pada bulan November 1973.
Perjanjian-perjanjian
tersebut didasarkan pada prinsip landas kontinen, yang lebih
menguntungkan Australia.
Karena Portugis tidak berpartisipasi, kedua negara tidak dapat
menyelesaikan garis antara
Timor Portugis dan Australia, yang menciptakan Celah Timor (Timor
Gap).
1974
Ladang minyak dan gas Troubadour dan Sunrise, secara kolektif
dinamakan Greater Sunrise.
Woodside mengebor sebuah sumur uji Troubadour-1, dengan sumursumur tambahan di
Sunrise pada tahun 1975.
7 Desember Indonesia mengnvasi Timor Portugis (Timor-Leste).
1975
1979
Australia memberikan pengakuan de jure legal terhadap pencaplokan
Indonesia, sehingga ia
dapat melakukan negosiasi dengan Jakarta tentang batas laut untuk
mengamankan Celah
58
Timor.
Lebih dari 10 tahun berikutnya, Australia dan Indonesia mengadakan
lebih dari
selusin putaran negosiasi.
Meskipun negara-negara ini tidak bersepakat tentang batas dasar
laut,akhirnya
mereka
berhasil
membuat
pembagian pendapatan
minyak
11
Australia dan Indonesia
Desember
menandatangani Perjanjian Celah
1989
Timor (Timor Gap Treaty). Perjanjian ini
menghasilkan zona kerja sama (ZOC),.
Timor-Leste dan Australia (belakangan
dinamakan JPDA), di sebelah utara dari
garis tengah. Ini memungkinkan
Indonesia dan Austrlia melakukan
eksplorasi bersama atas teritori yang
dikuasai secara ilegal, dengan
pendapatan yang dibagi 50/50.
Perjanjian ini diratifikasi dan
diberlakukan pada tanggal 9 Februari
1991.
11
Australia dan Indonesia menganugrahi
Desember
kontrak bagi Phillips Petroleum
59
perjanjian
menyangkut
1991
(berubah menjadi ConocoPhillips),
Royal Dutch Shell, Woodside Australian Energy (berubah menjadi
Woodside Petroleum),
dan
perusahaan-perusahaan
lain
untuk
mengeksplorasi
dan
mengeksploitasi sumberdaya
alam di Kawasan Kerjasama Celah Timor
1995-1996
Australia dan Indonesia mengeluarkan Kontrak Pembagian
Produksi No. 95-19 dan 96-20
sebagai bagian dari Greater Sunrise di dalam Daerah Kerjasama
(JPDA) kepada the
Northern Australia Gas Venture (Woodside dan Shell). Australia
juga mengeluarkan
kontrak NT/P55 dan NT/RL2 sebagai bagian dari Greater Sunrise
di bagian timur JPDA.
Agustus
Evakuasi Sumur Sunrise yang dibor di Laxton Shoals, dengan
1995
jumlah total tujuh buah sumur yang dibor sebelum 2007.
1999-2001
21 Maret 2002 Secara rahasia Australia menarik diri dari proses-proses
internasional
unutk
menyelesaikan
sengketa
perbatasan
maritime sesuai Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) dan
60
Mahkamah Internasional (Internasional court of justice). Dan
tindakan menunjukkan bahwa Canberra mengetahui lemahnya
argument-argumen yang digunakan. Langkah ini mencegah
Timor Leste untuk membawa sengketa ini ke pengadilan pihak
ke tiga yang tidak memihak, memaksanya bersandar pada
negosiasi-negosiasi yang tidak seimbang.
19 Mei 2002
Kelompok-Kelompok masyarakat sipil Timor Leste dan partaipartai
politik oposisi memprotes rencana
penandatangan
perjanjian Laut Timor antara PM Timor Leste, Mari Alkatiri dan
PM Australia John Howard. Perjanjian CMAT tahun 2006
menggunakan ketentuan hukum Timor Leste (yang belum
tersedia) dan perundang-undangan Australia mulai tanggal
penandatangan guna member legitimasi atas eksploitasi Australia
di daerah yang sedang disengketakan.
19-20
Mei Republik Demokratik Timor-Leste merdeka.
2002 (tengah
malam)
20 mei 2002
Perdana menteri Timor Leste dan Australia menandatangani
perjanjian
laut
timor
(Timor
Sea
Treaty/TST)
untuk
menggantikan perjanjian tahun 2001. Substansi perjanjian
tersebut masih dipertahankan, “tanpa menaruh prasangka” pada
penyelesaian batas laut di masa mendatang yang nantinya akan
menyelesaikan
kesepakatan
61
penyatuan
sunrise
(sunrise
unitization agreement) sebelum tahun 2002.
19 juli 2002
Putaran pertama negosiasi antara timor leste dan Australia
tentang kesepakatan penyatuan internasioanal sunrise berakhir
dengan ikrar kedua pihak untuk mencapai kesepakatan sebelum
akhir 2002. Kesepakatan penyatuan internasioanl ini akan
mengatur bagaimana lading greater sunrise, yang mengandung 9
triliun kaki kubik gas alam akan dibagi. Australia(belakangan ini
berharap dapat memperoleh 82% pebdapatan hulu sunrise)
member prioritas tinggi pada penyelesaian kesepakatan sehingga
proyek sunrise dapat berlanjut.
24
2002
agustus Timor leste meloloskan hukum batas maritime berdasarkan
prinsip-prinsip UNCLOS, dengan mengklaim Zona Ekonomi
Ekslusif selebar 200 mill dari garis pantai Timor Leste. Undangundang ini bersifat retroaktif hingga 20 Mei 2002.
20 September Australia menganugrahi kontak eksplorasi untuk suatu daerah
2002
disengketakan yang sebagiannya berada pada sisi garis median
Timor Leste. Kontrak-kontrak yang serupa, yang diprotes oleh
Timor Leste, juga dikeluarkan pada bulan April 2003 dan
Februari 2004.
3
2002
Oktober PM Timor Leste Mari Alkatiri mengusulkan pembahasan awal
mengenai batas-batas maritim kepada Australia John Howard.
Sebulan kemudian, Howard memberikan
jawaban
dengan
menyatakan bahwa Australia”berkeinginan untuk memulai
62
diskusi” setelah Perjanjian Laut Timor diberlakukan dan IUA
sunrise”telah diselesaikan”. Pada tanggal 18 november, Alkatiri
menulis
jawaban
bahwa
mengapa”penyelesaian
ia
tidak
perjanjian-perjanjian
melihat
alasan
yang
bersifat
sementara ini”diperlukan sebelum pembicaraan batas dimulai,
dan member sebuah “jadwal kilat” untuk membahas persoalan
perbatasan.
0ktober 2002
Pembicaraan tentang kesepakatan penyatuan sunrise berlanjut.
Australia dan Woodside ingin mengaitkan kesepakatan ini
dengan ratifikasi perjanjian Laut Timor, sehingga membuat
proyek Bayu-Undan menjadi sandera Australia bagi konsesi
Timor Leste atas sebagian besar pendapatan Negara ini dari
proyek sunrise yang lebih besar.
27 November Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer, setelah
2002
pertemuan yang cukup keras dengan Mari Alkatiri di Dili,
menyatakan bahwa Australia mungkin tidak akan meratifikasi
Perjanjian Laut Timor hingga Februari 2003 atau sesudahnya,
yang sebenarnya melanggar komitmen kedua pemerintahan
untuk menyelesaikan ratifikasi dalam tahun 2002. Perusahaan
tersebut
menyatakan
bahwa
penundaan
tersebut
dapat
membahayakan perjanjian penjualan gas dari Bayu-Undan dan
Sunrise, yang dapat menambah tekanan pada pemerintah Timor
Leste untuk secara tegas menerima syarat-syarat penyatuan
63
sunrise, yang secara tidak adil menguntungkan Australia, dan
bukannya menekankan agar batas-batas maritime dinegosiasikan.
6
Desember Mitra- mitra sunrise; Woodside, Conocophilips, shell dan Osaka
2002
Gas mengumumkan penundaan tidak terbatas atas proyek
sunrise, dengan mengklaim bahwa tak ada satu pun dari kilang
pengolahan LNG mengambang atau jaringan pipa ke Darwin
layak secara ekonomi. Banyak pihak melihat hal ini sekedar
taktik untuk menekan Timor Leste agar menerima harapanharapan Australia pada Sunrise.
17 Desember Parlemen Timor Leste meratifikasi Perjanjian Laut Timor.
2002
2003
26 Januari 2003
East
Timor
Action
Network/ETAN
berdemonstrasi
di
Washington menutnut agar Australia patuh pada hukum
internasional. Ini adalah pertama dari banyak demonstrasi
serupa di seluruh dunia dalam kurun waktu 2 ½ tahun berikut.
1 Februari 2003
Auatralia, dengan menolak ketidak-setujuan Timor Leste untuk
menyerahkan kedaulatan bagian dari Greater Sunrise yang
berada diluar JPDA, menyatakan bahwa parlemen Negara
tersebut tidak akan meratifikasi Perjanjian Laut Timor hingga
64
Timor Leste menyerah adan menandatangani versi usulan
Australia tentang perjanjian penyatuan Internasional Sunrise
tersebut.
4 Maret 2003
Tanpa ada jawaban atas suratnya bertanggal 18 November
2002 yang menunut diadakannya negosiasi perbatasan, Mari
Alkatiri mengirim surat kepada John Howard bahwa TST
segera diberlakukan, dan saat ini perjanjian penyatuan
internasional (IUA) sedang dikirim ke Dewan Menteri RDTL.
Ia minta sebuah “perkiraan waktu” kapan pembahasan batasbatas permanent”akan di mulai, dan sebuah tanggal diskusi
yang anda anggap dapat menghasilkan garis batas yang
permanent. “Howard memberi jawaban lima bulan kemudian,
dengan
mengindikasikan
keingianan
untuk
memulai
pembicaraan tentang masalah perbatasan, tanpa jadwal pasti.
6 Maret 2003
Australia dan Timor Leste menandatangani IUA untuk greater
sunrise.
Parlemen Australia meratifikasi Perjanjian Laut Timor. Senator
Partai Hijau Bob Brown dikeluarkan dari parlemen Australia
karena menuduh John Howard blackmail dengan menunda
ratifikasi sampai setelah Timor Leste menandatangani IUA.
2 April 2003
Perjanjian Laut Timor memasuki masa pemberlakuan, dengan
membentuk otoritas Khusus untuk Laut Timor dua Negara
65
(TSDA)
untuk
mengelola
proyek-proyek
di
daerah
pengembanngan bersama. Otoritas akan usai dalam 30 tahun ,
atau ketika batas-batas maritime telah dipastikan, tergantung
yang mana yang datang lebih dahulu.
Mei 2003
Kontrak-kontrak pembagian produksi ditandatangani antara
TSDA dan Sunrise Joint Ventur untuk menggantikan kontrakkontrak yang ditandatangani selama pendudukan Indonesia.
Kontrak-kontrak JPDA No. 03-19 dan JPDA No.03-20
melanjutkan persyaratan kontrak-kontrak tahun 1995-96,
seperti yang dapat dilihat pada Annex F perjanjian Laut Timor,
dan retroaktif hingga tanggal 20 Mei 2002. The Sunrise joint
Venture ssat ini terdiri dari Woodside (oprator, dengan saham
33,44%), ConocoPhilips (30%), Shell(26%), dan Osaka
Gas(10%).
12
November Para perunding dari Timor Leste dan Australia bertemu di
2003
Darwin untuk mengadakan ‘sesi pengamatan” yang pertama
dari negosiasi-negosiasi batas maritime. Pemerintah Timor
Leste mengungkapkan ketidaksukaannya setelah pembicaraan.
2004
66
Januari 2004 Pemerintah Timor Leste melobi Woodside dan Australia untuk
mengalirkan Gas Sunrise ke Timor Leste, dengan mengajak
Woodside untuk membuat studi kelayakan opsi ini. Woodside
menangani studi(lihat pada Agustus 2004 di bawah), sambil
melnjutkan ancamanya bahwa “peluang pasar” untik LNG sunrise
akan tertutup, kecuali jika pembangunan segera dimulai.
29
Maret Australia meratifikasi Perjanjian Penyatuan Internasional (IUA)
2004
Sunrise.
April 2004
Beberapa kampanye baru yang memperotes pencurian kekayaan
alam Timor Leste oleh Australia diluncurkan pada kedua pihak
laut Timor. Kampanye keadilan laut timor (timor sea justice
campaign/ TSJC) di Australia dan gerakan menentang pendudukan
laut timor (movimentu kontra okupasaun tasi timor/ MKOTT) di
timor leste. Protes besar-besaran berlangsung di dilli
19-22
2004
11
2004
april Putaran pembicaraan penting yang pertama diadakan di dilli,
dengan hasil yang kurang berarti.
agustus Woodside menyerahkan “laporan tentang studi kelayakan jaringan
pipa”
kepada
TSDA
dan
pemerintah
timor
leste,
dan
menyimpulkan bahwa jaringan pipa dari sunrise ke timor leste
secara financial kurang menarik dibandingkan dengan jika ditarik
ke Darwin. Timor leste menyewa seorang ahli independen untuk
mengkaji ulang studi tersebut, dan woodside menyertakan
beberapa saran mereka. Tetapi, pada januari 2005, kajian akhir ahli
67
tersebut menyatakan bahwa studi tersebut masih belum bisa
dianggap sebagai sebuah perbandingan yang objektif atas biaya
proyek tersebut.
17
Woodside menunda aktivitasnya di greater sunrise disebabkan oleh
november
kegagalan kedua pemerintah dalam menyediakan aturan dan dasar
2004
hukum yang pasti.
2005
Para perunding Australia dan RDTL, bertemu di Canberra. Bulan
berikutnya mereka bertemu di Dili, yang diwarnai dengan unjuk
7-9
Maret
rasa di berbagai tempat di Australia. pertemuan ketiga berlangsung
2005
di Sidney.
September
Timor leste dan Australia menyepakati rincian ketentuan
2005
penambangan minyak (petroleum mining code) untuk JPDA, yang
harus disahkan secara resmi sebelum putaran pemberian izin bari
JPDA baru, yang pelaksanaannya dijadwalkan pada awal 2006.
29
Delegasi teknis auustralia dan timor leste bertemu di Darwin,
november
berhasil mencapai sebuah kesepakatan yang tertutup untuk umum
2005
68
2006
12 januari 2006
Australia dan RDTL menandatangani perjanjian tentang
ketentuan khusus maritime di timor leste (CMATS) di Sidney.
Australia menyetujui ketentuan penambangan minyak JPDA,
yang memungkinkan proses lelang TSDA berlanjut.
28 februari 2006
Mei 2006
Otoritas khusus laut timor memegang satu putaran lelang untuk
eksplorasi kawasan-kawasan baru di daerah pengembangan
bersama di laut timor. Empat buah kontrak dikeluarkan pada 16
agustus
12 oktober 2006
Australia dan timor leste menandatangani ketentuan-ketentuan
di Daerah Minyak bersama.
2007
69
7 februari 2007
Australia membahas perjanjian CMATS di parlemen
20 februari 2007 Parlemen timor leste meratifikasi perjanjian CMATS dan IUA
sunrise
22 februari 2007 Menteri luar negeri Australia Alexander Downer meramaikan
isu “pengecualian demi kepentingan bangsa” untuk membuat
perjanjian CMATS diberlakukan hari berikutnya tanpa
menunggu periode ratifikasi.
Februari
2007 Woodside melanjutkan pekerjaan teknik di greater sunrise,
sampai hari ini
mengolah ulang data seismik, membuka kantor di dilli,
membuka diskusi dengan kedua pemerintahan, mencerai
pelanggaran, dan mengkaji konsep-konsep pengembangan.
Mereka berharap dapat memiliki konsep pengembangan yang
disetujui pemerintah dalam tahun 2008
Agustus 2007
Pemerintah baru di timor leste mempertahankan sasaransasaran pemerintah sebelumnya untuk mengalirkan gas sunrise
ke daratan timor leste dan terus mengumpulkan informasi
70
November 2007
Australia memilih pemerintahan baru, tetapi posisi mereka
tentang LNG Sunrise masih belum jelas.
2008
Juni 2008
Woodside
menyerahkan
beberapa
saran
bagi
opsi-opsi
pengembangan fasilitas LNG sunrise kepada TSDA dan pemerintah
timor leste.
Sumber: Buletin La’o Hamutuk Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-Leste,
2008, hal. 91-98
Gambar 8. Ladang-ladang minyak dan gas di Timor Leste.
71
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011
Keterangan:




Merah : minyak dan gas.
Coklat muda dan kuning : kawasan dibawah kontrak.
Hijau: kawasan yang saat ini
Merah muda: kawasan sebelumya yang tersedia untuk lelang di
dan di sekitar kawasan Timor Leste.
Peta ini adalah perluasan /penetapan sepihak zona ekonomi eksklusif
(ZEE) Timor Leste (garis biru disamping kiri kanan JPDA) yang diukur sejauh
200 mil dari bibir pantai. Dalam peta ini menjelaskan beberapa kilang minyak
yang berada di Laut Timor.
Perjanjian “Timor Gap” yang nama lengkapnya adalah “a Treaty the Zone
of Cooperation in Area between the Indonesia Province of East Timor and
Northen Australia” yang ditandatangaini diatas pesawat Angkatan Udara Australia
72
yang terbang diatas kawasan yang dipersengketakan tidak berlaku lagi bagi
Indonesia dan Australia setelah Menlu Indonesia Dr. Alwi Syihab mengirim surat
kepada mitranya Menlu Australia Alexander Downer pada tanggal 25 Mei 2000.
Dalam suratnya itu Menlu Alwi Syihab merujuk pada “the 1989 Timor
Gap Treaty” serta pada butir-butir kesepakatan pada pertemuan tingkat teknis
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang status
“The Timor Gap Treaty” yang diadakan di Jakarta pada tanggal 1-3 februari 2000.
Beliau menyatakan bahwa perjanjianTimor Gap tahun 1989 sudah tidak berlaku
lagi ketika otoritas Indonesia atas Timor Leste beralih kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Juga dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi oprasional
yang timbul
akibat
berakhirnya
perjanjian
itu
akan diselesaikan dan
diimplementasikan menurut ketentuan-ketentuan praktis yang disepakati bersama.
Diharapkan bahwa apa yang dikemukakan dalam surat itu dapat dipahami oleh
Pemerintah Australia atas surat tersebut akan menimbulkan saling pengertian
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia mengenai status
perjanjian tersebut maupun konsekuensi-konsekuensi oprasionalnya . demikian
peryataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Alwi Syihab mengenai status perjanjian
Timor Gap sebagaimana tertuang dalam suratnya kepada Menteri Luar Negeri
Australia, Alexander Downer 25 Mei 2000.51
Pada tanggal 1 juni 2000 Menteri Luar Negeri Australia membalas surat
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia yang pada intinya menerima peryataan
51
Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/Tahun XI/Januari-Maret 2003, hal.425
73
dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Alwi Syihab. Perkembangan terkini
mengenai kawasan laut timor adalah ditandatanganinya di Dili pada tanggal 5 juli
2001. Perjanjian bagi hasil minyak dan gas bumi laut timor dengan Basis 90:10
untuk timor leste. Perjanjian yang disebut nota kesepakatan pengaturan laut timor,
ditandatangani oleh menteri luar negeri Australia, Alexander Downer, pejabat
menteri urusan politik pada pemerintahan sementara PBB di timor leste, peter
Gairaith dan Menteri Ekonomi Timor Leste Mari Alkatiri.
Penandatanaganan perjanjian itu diwarnai oleh adanya protes dari anggota
parlemen sementara Timor Leste, Angela de Freitas, yang begitu marah dan
berteriak dengan mengatakan jangan menjual negara sendiri kepada negara asing.
Walaupun perempuan ini kemudian digiring keluar ruangan upacara oleh petugas
keamanan, berbagai kalangan baik di timor leste maupun diluar negeri termasuk
Indonesia menaruh simpati atas sikapnya dalam mengantisipasi akibat dari
perjanjian bagi hasil minyak laut timor yang telah ditandatangani. Walaupun
kemudian masih harus diratifikasi oleh pemerintah timor leste.
Sepanjang tahun 2006 kontrak-kontrak eksplorasi baru untuk kawasankawasan dalam daerah pengembangan minyak bersama (joint pertoleum
Developmen Areal/JPDA) dan di dalam daerah maritim exclusif Timor Leste.
Negara ini juga memiliki cadangan dibawah daratannya, termasuk rembetan gas
dan minyak yang dikumpulkan selama era portugis, tetapi tak satupun dari
rembesan tersebut yang berproduksi. Gas alam daratan juga dapat diolah dari di
74
kilang LNG yang dibanhun untuk Greater Sunrise, tetapi ini mungkin jauh lebih
sedikit daripada yang diperoleh dari ladang –ladang lepas pantai.
Gambar 8. Celah timor yang di apit oleh dua ladang cadangan minyak
terbesar di Timor Leste
Sumber: Buletin La’o Hamutuk
Peta ini menjelaskan mengenai dua ladang terbesar yakni, Bayu-Undan
dan Greater Sunrise yang disedot hasil minyak dan gas alamnya melalui pipa gas
yang dipasang oleh Australia melaui bawah laut untuk dialirkan ke Darwin.
Gambar 9. Pengembangan Wilayah bersama (JPDA)
75
Sumber: Buletin La’o Hamutuk
Dari tabel dan gambar diatas dijelaskan megenai ladang-ladang minyak
dan gas di sekitar Timor Leste yang sebagian besar di kuasai oleh Australia yang
menggunakan kekuaatan menekan negara baru tersebut. terbesar adang dan gas
yang secara keseluruhan merupakan yang terbesar dalam JPDA adalah Ladang
Minyak dan Gas Bayu-Undan-400 juta barel kondensat (cairan) dan 3,4 triliun
kaki kubik gas. ConocoPhilips dan mitra-mitranya mulai mengembangkan ladang
ini pada akhir tahun 1990-an, ketika masi merupakan teritori curian.
Pengembangan lepas pantai Bayu-Undan berlangsung terus tanpa gangguan
selama jajak pendapat di Timor Leste, tanpa kerusakan yang mengikutinya, dan
selama pemerintah transisi PBB. Sejak 2006, gas alam dialirkan melalui jaringan
pipa ke darwin, memberi australia sebagian besar pekerjaan dan semua
76
pendapatan hilir. gas tersebut dicairkan di sana dan dikapalkan ke Jepang.
produksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2010, dan ladang ini akan terkuras
habis sebelum 2024. Proyek ini menghasilkan 58% pendapatan nasional bruto
(Gross National Income/NGI) dan memasok lebih dari 90% pendapatan
pemerintah Timor Leste.52
Sejak 1999 hingga september 2007, australia telah mengambil lebih dari
U$$1,5 milliar dari Laminaria-Corallina, sebuah ladang minyak yang jauh lebih
dekat ke timor leste. ladang yang tepat berada diluar JPDA dan di klaim oleh
kedua Negara ini hampir terkuras habis. timor leste telah memperotes pencurian
kekayaan miliknya, tetapi Australia bersikukuh dan pada tahun 2006 timor leste
menelorkan Treaty on Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea
(CMATS).
Greater Sunrise, termasuk ladang-ladang Sunrise dan Troubadour,
merupakan cadangan terbesar ai wilayah tersebut. Sesuai dengan perjanjian Laut
Timor, 20, 1% dari Greter Sunrise terletak didalam wilayah JPDA dan 79%nya
berada diluarnya, dalam perairan yang dipersengketakan dimana Timor Leste
memberikan ijin bagi Australia untuk mengontrolnya melalui CMTAS. Wodside
telah lama memeiliki kontrak untuk mengembangkan Sunrise, tetapi ia menunda
pekerjaan pada tahun 2004, dan melanjutkan kembali pada tahun 2007, setelah
australia dan timor leste menyepakati kepemilikan dan pembagian pendapatan
untuk ladang ini. pendapatan hulu (ekstraksi) akan dibagi secara 50/50 antar
52
Ibid, 2008, hal.91-92
77
kedua negara, tetapi pembagian-pembagian dari proyek hilir akan bergantung
pada di mana LNG tersebut di bangun.
Timor leste, Australia dan Indonesia masing-masing berharap agar sebuah
kilang LNG didalam teritori mereka dapat menjadi pusat yang mengelola gas dari
beberapa ladang. disamping Bayu-Undan dan Sunrise, empat ladang lepas pantai
lain mungkin akan dikembangkan dalam kurun 5-10 tahun.perusahaan Australia
Santos memegang lisensi dan sedang melakukan pengeboran sumur-sumur
eksplorasi di Evans Shoal diperkirakan mengandung 6,6 tcf gas), Caldita and
barossa di teritori Australia, sedangkan perusahaan Jepang Inpes memegang
lisensi untuk abadi (5,0 tcf), tepat diseberang di perbatasan Indonesia. Beberapa
atau semua Ladang tersebut dapat mendatangkan keuntungan jika mengolah gasgasnya di suatu kilang LNG di Timor Leste, asalkan perusahaan dan negaranegara dimana ladang tersebut terletak diyakinkan bahwa ini adalah opsi yang
atraktif secara ekonomi politik.53
Urgensi dibuatnya perjanjian garis- garis batas maritime, khususnya garis
batas landas kontinen di antara instalasi pertambangan tersebut berlokasi di lepas
pantai Negara kepulauan Indonesia. Demikian pula dengan dampak negative yang
mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan di celah timor yang dapat
dikatakan sepenuhnya dijalankan oleh pihak Australia, yang dampaknya
53
di hitung oleh La’o Hamutuk berasarkan informasi penjualan dan pajak dalam
laporan Woodside pada bursa saham Australia (Australian Stock Exchange). Lihat
http://www.laohamutuk.org/Oil/Boundari/laminaria revenues.htm
78
membahayakan perairan kita harus dapat mendorong percakapan penyelesaian
garis-garis batas maritim.
Perkembangan terkini mengenai soal Celah Timor dengan Australia telah
ditandatangani perjanjian bagi hasil minyak di laut Timor dengan basis pembagian
90% untuk Timor Lorosae dan hanya 10% untuk Australia. namun demikian oleh
banyak kalangan baik dari dalam negeri Timor Leste maupun dari kalangan
Internasional perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 5 juli 2001 antara
Australia, PBB dan Timor Leste dikhawatirkan tidak akan mampu mengangkat
harkat dan martabat masyarakat dari negeri yang baru saja merdeka.
2. Celah Timor Pasca Timor Timur berdaulat
Setelah dikeluarkannya TAP MPR V/MPR 1999 yang menerima hasil jajak
pendapat di Timor- Timur pada tanggal 30 Agustus 1999 sekaligus mencabut
TAP MPR VI/MPR/1978 tentang integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia dan berdasarkan pada resolusi Dewan Keamanan PBB
Nomor 1272 tanggal 25 Oktober 1999, maka Timor Timur berada dibawah
administrative PBB (United Nation Transnational Administration on East TimorUNTAET) sehingga secara yuridis kedaulatan dan kewenangan Republik
Indonesia atas Timor timur dianggap telah berakhir.
Pasca lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
tahun 1999, persoalan Celah Timor (Timor Gap) dilupakan begitu saja oleh
Indonesia. Padahal bila Indonesia menyadari batapa pentingnya Celah Timor
79
tersebut bagi kepentingan sebuah negara dalam melakukan hubungan kerjasama
dengan Negara lain. Indonesia malah memberikan peluang besar bagi Australia
untuk mengekspoitasi dan mengeksplorasi lebih banyak lagi hasil minyak dan gas
alam selama lebih dari 40 tahun dan malahan sekarang bertambah tingkat untuk
melakukan eksploitasi dan eksplorasi
minyak dan gas yang berada di Celah
Timor.
Pengolahan minyak dan Gas alam di Laut Timor dalam hal ini Celah Timor
kini menjadi tanggung jawab RDTL (Republik Demokratik Timor Leste), TAP
MPR V /MPR/1999 dijadikan sebagai dasar oleh Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia untuk melakukan pertukaran nota diplomatic (Exchange of
Letters) dengan Australia tentang berakhirnya Traktat Celah Timor.
Menurut Departemen Luar Negeri Indonesia, pertukaran nota diplomatic
efektif berlaku sejak tanggal 1 juni 2000 sehingga telah menggurkan seluruh hak
dan kepentingan masyarakat Indonesia di Celah Timor.
Padahal dalam TAP MPR tersebut tidak ada satu katapun yang menyinggung
mengenai status perjanjian Celah Timor. Dengan berlakunya pertukaran nota
diplomatic tersebut, menurut Departemen Luar Negeri Republik Indonesia ,
Traktat Celah Timor telah secara resmi dinyatakan idak berlaku lagi, dan posisi
Indonesia dalam perjanjian Celah Timor telah diberikan kepada/digantikan
dengan Timor Timur sama artinya dengan menghibahkan atau mewariskan Celah
Timor kepada Timor Timur secara utuh.
80
Menurut Departemen Luar Negeri Republik Indonesia lagi, atas dasar inilah
maka pihaknya telah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Celah Timor kepada
Australia dan Timor Leste untuk dirudingkan lebih lanjut tanpa harus melibatkan
Indonesia. Mungkinkah pemerintah Indonesia tidak pernah tahu meegenai
sengketa yang dikenal dengan nama “North Sea Continental Shel Case” tahun
1969 yaitu suatunpenyelesaian sengketa landas kontinen di Laut Utara antara
Jerman dan Belanda di satu sisi dan Jerman dengan Denmark di sisi lain?,
sehingga dengan begitu mudahnya Indonesia menyerah terhadap kepentingan
Australia.
Untuk kesekian kalinya, tidak pernah diketahui secara pasti pula, mengapa
tindakan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia terkesan sangat tergesagesa untuk menggantikan posisinya dengan Timor Leste dalam Traktat Celah
Timor yang sangat penting dan strategis tersebut. Sekalipu mungin ada celah
dalam hukum internasiona yang bisa membenarkan tindakan Indonesia yang telah
digantikan posisinya dengan Timor Leste, namun adalah hak Indonesia pula untuk
tidak harus merasa terpaksa dan tergesa-gesa menggantikan posisinya dengan
Timor Leste.
Bukankah jauh lebih baik dan menguntungkan bila Indonesia memilih untuk
merundingkan kembali perjanjian Celah Timor yang kaya akan deposit bahan
bakar fosil itu secara trilateral bersama Australia dan Timor Leste?. Bukankah
sebagian sisi dari Celah Timor yang berbatasan langsung dengan Timor Barat
adalah milik bangsa Indonesia?. Bukannkah Indonesia juga memiliki hak dan
81
kepentingan yang sama besarnya dengan Timor Leste dan Australia di Ladang
minyak dan gas tersebut?.
Sangat disayangkan pula ketika Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
menetapkan harga mati bahwa masalah Laut Timor yang didalamnya tercakup
Celah Timor dan Gugusan Pulau Pasir merupakan sesuatu yang tidak layak untuk
dibicarakan kembali atau “ditabuhkan”. Padahal Celah Timor dan Gugusan Pulau
Pasir ini berada didalam pekarangan depan (wilayah) kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Wajar saja bila mantan rektor Universitas Gajah Mada (Prof.DR. Herman
Johannes,Alm) menuai protes sebelum dan sesudah Perjanjian Celah Timor
ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia waktu itu Ali Alatas dan
Gareth Evans dari Australia, mengecam keras dan menuntut agar perjanjian
tersebut ditinjau kembali atau dibatalkan karena sangat merugikan rakyat
Indonesia yang mendiami wilyah Nusa Tenggara Timur.
Tim perunding Indonesia dinilainya terlalu bersedia melayani kepentingan
Australia dengan mengabaikan kepentingan nasional dalam perjajian tersebut.
Selanjutnya, Prof. DR. Herman Johannes (Alm) menyatakan bahwa Indonesia
telah kebobolan dengan Agreed Seabed Boundary
tahun 1971-1972 yang
menyepakati argumentasi Australia tentang perpanjangan daratan alamiah
dibawah Laut Timor dengan mengadopsi Konvensi Hukum Laut PBB 1958,
dimana garis batas laut antara Indonesia dan Australia ditentukan jauh kesebelah
82
barat jauh mendekati pantai Pulau Timor. Padahal argumentasi Australia tentang
perpanjangan daratan alamiah tersebut tidak benar sama sekali (lihat peta….)
Dilain pihak dengan berlakunya Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS)
tahun 1982 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia maupun Pemerintah
Australia yang mengatur antara lain tentang 200 mill Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) dan penggunaan garis tengah (median line) maka seyogyanya di Laut
Timor teridentifikasi daerah konflik antara 3 (tiga) Negara yaitu Indonesia, Timor
Leste dan Australia.
Oleh sebab itu, ketiga Negara tersebut selalu memiliki kepentingan yang sama
dalam setiap kegiatan di Laut Timor termasuk Celah Timor dan Gugusan Pulau
Pasir. Persoalan mendasar saat ini adalah bagaimana untuk bisa melakukan
negosiasi kembali semua perjanjian Indonesia dan Australia di Laut Timor yang
sebelumnya merupakan perjanjian bilateral, namun sekarang ini sudah menjadi
trilateral.
Hal ini penting dilakuakan agar lebih adil dan berimbang serta tidak
merugikan hak dan kepentingan bangsa Indonesia termasuk hak-hak tradisional
masyarakat adat Timor Barat, Rote Ndao, Sabu dan Alor di Laut Timor. Melalui
beberapa hasil kajian yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa ada banyak
sekali peluang bagi Indonesia untuk melakukan negosiasi ulang dengan Australia,
seandainya ada “political will” yang kuat dari Jakarta.
83
Seyogyanya dengan hadirnya Negara Timor Leste di kawasan Laut Timor,
perundingan trilateral antara Indonesia, Timor Leste dan Australia untuk
menetukan garis batas territorial maritim yang permanen sudah saatnya dilakukan
dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Penetapan suatu batas Landas Kontinen
Indonesia –Australia dan Timor Leste yang baru, permanen dan benar-benar
objektif sesuai dengan keadaan geologi dan geomorfologi di Laut Timor harus
menggunakan pendekatan prinsip “median Line” sesuai Konvensi Hukum Laut
PBB merupakan satu-satunya solusi yang tepat, adil, dan berimbang.
Penetapan batas landas kontinen yang baru setelah Timor Leste menjadi
sebuah negara berdaulat dengan asas yang adil, berimbang dan saling
menguntungkan dan melengkapi antara Indonesia Australia dan Timor Leste di
Laut Timor demi kepentingan nasional masing-masing negara sudah merupakan
hal yang sangat mendesak untuk dilakukan. Berangkat dari pemikiran-pemikiran
diatas, melalui rapat Paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) provinsi NTT
tanggal 23 Maret 2001 telah disepakati untuk membentuk suatu kelompok kerja
yang dikukuhkan dengan keputusan Gubernur NTT No.54/SKEP/HK/2001
tanggal 18 mei 2001tantang Pembentukan Tim Kelompok Kerja Pengkajian dan
Perumusan Berbagai Aspek Strategis di Celah Timor Provinsi NTT, yang
beranggotakan unsure eksekutif, legislative, LSM, akademisi dan Lembaga Pers
yang kemudian dikenal dengan Kelompok Kerja Celah Timor (Pokja Celah
Timor).
84
Berdasarkan kajian sementara yang dilakukan Pikja Celah Timor dan telah
disampaikan pula kepada berbagai pigak terkait di pusat maupun di daerah
sebagai hal pokok yang sangat mendesak untuk dilaksanakan sebagai berikut:
1. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI
dan MPR-RI meminta Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Australia untuk meninjaun kembali perjanjian atau penetapan Batas
Landas Kontinen Indonesia dan Australia yang dibuat pada tahun 19711972. Kemudian dirundingkan lagi secara trilateral bersama Timor Leste
sesuai dengan keadaan geologi dan geomorfologi di Laut Timor dengan
menggunakan prinsip “median Line” dari Konvensi Hukum Laut PBB
yang berlaku.
2. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI
dan MPR-RI meminta Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Australia untuk membatalkan Memorandum of Understanding tahun 1974
yang sangat merugian Indonesia dan Perjanjian RI Australia tentang Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas-batas dasar laut tertentu tahun 1997
yang dibuat pada saat Timor Leste masih merupkan bagian integral dari
Indonesia.
3. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI
dan MPR-RI meminta dunia Internasional untuk menghormati dan
mengembalikan hak tradisional masyarakat adat Timor Barat, Rote Ndao,
Sabu dan Alor di Laut Timor dan Gugusan Pulau Pasir.
85
4. Agar lebih transparan , kredibel dan objektif dalam penetapan batas
maritime Indonesia dan Australia di Laut Timor, maka seluruh titik
pangkal yang telah ditetapkan di Laut Timor sebelumnya harus ditinjau
kembali. Untuk tujuan dimaksud DPRD Provinsi NTT, kabupaten/ kota
se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan MPR-RI segera merekomendasikan kepada
pemerintah republik
Indonesia untuk
melibatkan berbagai
pakar
independen dalam bidang geologi, sejarah, hukum, politik, lingkungan,
dan lain-lain, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah provinsi NTT
dalam penetapan garis batas maritim yang baru dan permanen di laut timor
yang dirasa lebih adil dan berimbang bagi kepentingan nasional Indonesia,
Australia, dan timor leste.
5. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI merekomendasikan
kepada
pemerintah
Indonesia
segera
melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber migas di laut timor,
Indonesia, sehingga dapat mengembangkan perekonomian NTT dari
potensi sumber daya laut yang terkandung di laut timor
6. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI
dan MPR-RI merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk mengklaim
hak rakyat Indonesia terhadap hasil eksploitasi minyak dan gas bumi di
laut timor yang dilakukan oleh Australia secara tidak transparan dan
mengabaikan berbagai hak dan kepentingan masyarakat NTT di laut timor
selama ini
86
7. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI menyatakan bahwa perjanjian kerja sama eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas di laut timor termasuk di celah timor antara
Australia dan timor leste adalah tindakan illegal karena tidak menyertakan
Indonesia sebagai salah satu stakeholder laut timor yang secara ekologis
pasti akan menerima dampak pencemaran lingkungan akibat eksplorasi
dan eksploitasi yang dilakukan.
8. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI mendukung pemerintah republik Indonesia melalui departemen
kelautan dan perikanan dalam program pengelolaan pulau-pulau kecil
termasuk di wilayah NTT yang berbatasan langsung dengan Australia dan
timor leste
9. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI mendesak pemerintah Indonesia mempercepat pembangunan
basis perdagangan internasional melalui pembangunan kupang sebagai
pintu gerbang perdagangan asia pasifik dengan menjadikan kupang
sebagai “Free port” atau” special economy zona”.
10. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI meminta pemerintah Indonesia secepatnya merampungkan
pemetaan seluruh pulau di NTT dalam rangka pengamanan wilayah yang
berwawasan nusantara
11. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI bersama pemerintah Indonesia menghimpun berbagai dokumen
87
dalam rangka memposisikan kembali siapa sesungguhnya yang paling
berhak mengelola dan memiliki gugusan pulau pasir
12. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan
MPR-RI menyatakan bahwa seluruh perjanjian Indonesia dan Australia di
laut timor tidak sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang
berlaku. Pertukaran nota diplomatik yang dilakukan departemen luar
negeri Indonesia dan Australia pada tanggal 1 juni 2000 tanpa terlebih
dahulu meminta persetujuan lembaga rakyat Indonesia dinyatakan batal
demi hukum.
Sikap pemerintah Timor Leste pasca berdaulat, pada dasarnya menginginkan
agar rakyat Indonesia khususnya di Timor Barat ikut menikmati kekayaan minyak
dan gas bumi di Celah Timor. Hal ini ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri
Timor Leste pada Kabinet Transisi (ETTA) II, Fernando Lasama de Araujo di
Kupang. Menurut Fernando, “dalam masalah Celah Timor, pandangan Xanana
dan Alkatiri sama yakni ingin agar Indonesia khusunya rakyat Timor Barat ikut
menikmati kekayaan alam di sana.54 Presiden pertama Timor Leste, Kayrala
Xanana Gusmao (saat ini menjabat Perdana Menteri) pernah menawarkan secara
resmi soal kerjasama di Celah Timor kepada sejumlah Menteri di era Presiden
Megawati Soekarnoputri yang berkunjung ke Dili pada tahun 2003 silam. Namun
tidak ditanggapi oleh Jakarta.
54
Sinar harapan, 8 Mei 2002
88
3. Pencemaran Laut Timor
A. Laut Timor : Satu Laut Tiga Negara
Perairan Laut Timor adalah salah satu perairan yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah, seperti perikanan, pertambangan minyak, dan gas lepas
pantai dan pulau-pulau kecil yang berpotensi untuk pengembangan pariwisata
bahari.
Berdiriya Negara Timor Leste pada tahun 2002, melalui jajak pendapat yang
difasilitasi PBB berimplikasi pada pengelolaan sumber daya kelautan di perairan
Laut Timor. Perairan Laut Timor pasca berdirinya Negara Timor Leste, akhirnya
dimiliki oleh tiga Negara yaitu Indonesia, Australia, dan Timor Leste. Bagi
Indonesia perairan Laut Timor berbatasan langsung dengan Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas perairan laut provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
199.529 km2 Luas perairan tersebut tidak termasuk Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI). Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki garis pantai sepanjang
5.700 km. secara administrasi di bagian utara daerah ini berbatasan dengan Laut
Flores, di bagian timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste; di
bagian selatan berbatasan dengan Laut Timor dan Samudra Hindia; serta di bagian
bara berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pulau terluar yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan Pemerintahan
Timor Leste adalah pulau batek. Secara geografis pulau batek terletak pada posisi
90 15’ 30” Lintang Selatan-1230 59’ 30” Bujur Timur. Pulau yang oleh
89
masyarakat setempat menyebutnya sebagai Fatu Sinai berada di lepas pantai Laut
Sawu dan berada di perbatasan antara wilayah Kabupaten Kupang dengan enclave
(wilayah kantong) oekusi ( Oecusse/Ambeno), Timor Leste. Pulau dengan luas 25
hektar ini memiliki panjang garis pantai 1.680 meter dan kedalaman rata-rata 72
meter. Pulau ini berada pada jarak 5 mill dari Tanjung Batuanyo, Oepoli yang
secara administrative masuk di Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang
Utara, Kabupaten Kupang.
Pulau ini berbatasan langsung dengan Negara tetangga Timor Leste yang
sudah memiliki titik refrensi(TR). Di pulau ini juga terdapat tiga rumah yang
dugunakan oleh penjaga menara suar dan TNI yang dirugaskan untuk menjaga
keamanan di wilayah perbatasan serta instalasi menara suar
Pulau Batek
(Romimohtarto et all.,2005 ). Status hukum Pulau Batek sudah jelas yakni milik
Indonesia, termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang.
Perjanjian Belanda dan Portugis pada tangga 20 April 1859, menyangkut
keberadaan pulau Batek. Dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa pulau
Batek tidak masuk bagian isi perjanjian. Hal ini dapat diartikan bahwa pulau Batej
tetap merupakan wilayah Hindia Belanda
berdasarkan sejarah pendududukan
Pulau Timor oleh Hindia Belanda. Dalam Staatsblad 1916 No.331 tanggal 13
April 1916 tentang Binnelandsch Bestuur Gezaghebbers Huishuurindemnteiten
Tolken Timor en Onderhoorigheden disebutkan bahwa Wilayah Assisten Resident
(Kabupaten) West-Midden Timor meliputi juga wilayah Pulau Batek atau Pulau
Gala Bata.
90
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945, pulau timor dibag
menjadi tiga bagian, yaitu Pulau Timor bagian Barat mrupakan wilayah Republik
Indonesia, Pulau Timor bagian Timur dan Pulau Atauro menjadi wilayah koloni
Portugis dan terdapat kantong Oecusi yang terletak di Timor bagian
Barat
merupakan enclave (bagian dari) wilayah koloni Inggris. Peta Laut Hindia
Belanda nomor 117, Nusa Tenggara (kleine soenda einlenden enaanggrezende
vaarwater bald V) terbitan 1925 tentang kepemilikan pulau-pulau di wilayah
sekitar pulau Timor menggambarkan bahwa wilayah milik Portugis adalah
Oecusi, Timor-Portugis, Pulau Jako dan Pulau Atauro sedangkan Pulau Batek
tidak termasuk didalamnya. Setelah Timor Leste merdeka pada tahun 2002, secara
yuridis formal wilayah bekas Timor Portugis menjadi wilayah Timor Leste.
Dengan demikian Pulau Batek tidak masuk wilayah Timor Leste (Romimohtarto
et all., 2005). Sementara Australia dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur dibatasi
oleh pulau terluar yang berbatasan dengan Australia yaitu Gugusan Pulau Pasir
yang du klaim sebagai teritori Australia.
Gugusan Pulau ini pernah diregulasikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda
sehingga jelas merupakan bagian integral dari
Wilayah Nusantara. Namun
kerajaan Inggris Raya menganeksasi wilayah gugusan pulau pasir pada tahun
1878, dan baru pada tahun 1974 Indonesia seolah mengakuinya sebagai teritori
Australia melalui sebuah Nota Kesepahaman (MoU) yang dibuat bersama pada
tanggal 7 November 1974.
91
Tetapi rakyat Indonesia di Timor Barat tetap menganngap bahwa Gugusan
Pulau Pasir merupakan warisan nenek moyang mereka. Nelayan-nelayan dari
Nusa Tenggara Timur tetap saja melakukan aktivitas penangkapan ikan di
perairan tersebut seperti pengumpulan teripang, belut laut, dan ikan hiu, banyak
diantara mereka yang ditangkap oleh Angkatan Laut Australia dan dituduh
melanggar dan masuk wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Australia.
Akibat belum tuntasnya batas wilayah Negara di Laut Timor, maka muncul
banyak tuduhan pelanggaran di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Australia
oleh pihak Otoritas Manajemen Perikanan Australia (AFMA). Nelayan tradisonal
Indonessia dituduh telah melewati batas wilayah Australia dan mencuri ikan serta
biota laut lainnya di perairan Australia. masalah lainnya adalah ketidaktegasan
sikap Indonesia sehingga Australia merasa seperti yang paling benardan bertindak
sendiri dalam memberangus para nelayan tradisional Indonesia tanpa ampun.
Gambar 10. Peta Laut Timor
92
Sumber: Buletin La’o Hamutuk
Laut Timor memilki luas sekitar 480 km persegi, meliputi wilayah sekitar
610.000 km, dengan titik terdalam adalah Palung Timor. Di bagian utara,
kedalaman Laut Timor mencapai sekitar 3.300 m dan bagian yang lebih dangkal
rata-rata mempunyai kedalaman kurang dari 200 m. wiyah ini merupakan tempat
utama munculnya badai tropis dan topan.
Sejumlah pulau dan gugusan pulau terletak di Laut Timor termasuk Pulau
Malville yang belum lama ini telah ditemukan bebatuan yang mengandung berlian
yang terlepas di lepas pantai Australia. di dasar Laut Timor terdapat cadangan
minyak dan gas bumi dalam jumlah yang besar. Australia dan Timor Portugis atau
saat ini Republik Demokratik Timor Leste, telah melakukan perdebatan panjang
atas hal eksploitasi kekayaan minyak dan gas di daerah yang dikenal sebagai
Celah Timor.
Australia mengklaim luas wilayahnya sampai ke sumbu bathymetric (garis
kedalaman punggung laut terbesar) di Palung Timor. Klaim Australia ini tidak
pernah disetujui oleh Timor Portugis karena tetap berpendirian tetap berpendirian
bahwa batas dasar Laut Timor dan Australia harus ditentukan dengan
menggunakan garis tengah (median line) unutk membagi kedua wilayah tersebut.
Namun Indonesia dan Australia menyepakati sebuah perjanjian petetapan
batas-batas dasar laut tertentu pada tahun 1971 dan dilanjutkan pada tahun 1972
dimana Indonesia mengakui klaim Australia tersebut. Pada tahun 1976, Timor
Leste secara resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
93
sehingga memungkinkan Australia memperkuat posisi klaimnya yang dilegitimasi
melalui penandatangan perjanjian kerjasama Indonesia Australia di Celah Timor
tahun 1989.
Dalam sebuah dokumen di majalah Belanda (Elseviers) terbitan tahun 1979
dilaporkan pendapat ahli geologi dunia yang menyatakan bahwa masih ada 5
daerah yang memiliki potensi minyak yang jumlahnya hampir sebanding dengan
potensi minyak yang ada di Timur Tengah (Negara-negara Arab). Kelima daerah
tersebut adalah Mexico, Venuzuela, Argentina, Madagaskar dan Pulau Timor
(Timor Barat dan Timor Leste).55
Keberadaan milyaran barel minyak di Laut Timor juga diakui oleh berbagai
pihak, antar lainkalangan analis industry perminyakan Australia, Menteri
Perdagangan dan Masalah Luar Negeri Auatralia, serta Asosiasi Eksplorasi
Perminyakan Australia (Woodside News Release, 1996). Dari sikap dan kejelian
Australia memperjuangkan wilayah yang luas di Laut Timor dapatlah dimaklumi
karena kandungan minyak dan gas buminya. Australia juga telah berhasil
meyakinkan Indonesia untuk mengakui bahwa gugusan Pulau Pasir yang letaknya
hanya 170 kilo meter dari pulau Rote itu
adalah milik Australia yang
sesungguhnya merupakan ladang garapan nelayan tradisional Indonesia yang
berbasis dipulau Rote sejak 450 tahun lalu.
55
Loc. Cit hal. 16
94
B. Tumpahan Minyak Montara
Pada tahun 2010 laut timor positif tercemar minyak mentah Sabtu,24 Oktober
2009 10:21 WIB, Tumpahan minyak Montara yang mencemari perairan Laut
Timor Indonesia pertama kali dibuktikan berdasarkan hasil analisis sampel
minyak dan air dari Laut Timor oleh Leeders Consulting Australia yang meneliti
atas permintaan Komisi penyelidikan tumpahan minyak montara. hasilnya
kandungan minyak tersebut tela mencemari perairan Indonesia serupa dengan
tumpahan minyak yang dimuntahkan dari ladang montara. Hal tersebut di pertegas
oleh Ferdi Tanoni.Senator dari Partai Hijau di parlemen Australia, Rachel Siewert,
juga mengkonfirmasi hal itu. Kepada pers ia menyatakan hasil uji laboratorium
atas sampel minyak yang dikirim oleh Ferdi Tanoni dari Timor Barat
menunjukkan bahwa perairan Indonesia telah tercemar tumpahan minyak
Montara.
“Tidak ada keraguan, pencemaran yang mempengaruhi perairan wilayah
perairan Indonesia di Laut Timor berasal dari Montara," katanya sebagaimana
dikutip Ferdi Tanoni. Hasil analisis Laboratorium Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia menunjukkan pencemaran
minyak di Laut Timor sudah mencapai 38,15 persen. Kandungan zat timah
hitam dan zat berbahaya lainnya juga mencapai lebih dari 100 kali dari kadar
normal, lalu contoh rumput laut mati yang diambil dari pesisir Pulau Rote
menunjukkan bahwa tumbuhan itu mati akibat pencemaran minyak mentah.
Sejumlah sampel diambil dari wilayah perairan Laut Timor pada Oktober dan
Nopember 2009”.
Menurut mantan agen imigrasi kedutaan besar Australia,meski kebakaran
sudah ditangani, ternyata minyak terus mengalir. hingga saat ini diperkirakan
tidak kurang dari 40 juta liter minyak mentah yang tumpah di laut. gas, kondensat,
zat timah hitam, serta zat-zat kimia berbahaya lainnya pun ikut masuk lautan.
95
Ferdi Tanoni mengutip pernyataan Yeti Darmayati, peneliti dari Pusat
Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan tumpahan
minyak di perairan sangat berbahaya bagi kehidupan biota laut dan manusia,
gumpalan minyak akan mengurangi kandungan oksigen dalam air laut dan secara
langsung mempengaruhi satwa yang bergantung pada lautan. Gas, alkana, aspal,
zat aromatik, timbel, nikel, aspal resin, dan lainnya yang terbawa minyak juga
berbahaya. salah satu yang paling berbahaya tapi justru tidak terlalu terlihat
adalah
polycyclic
aromatic
hydrocarbon.
"zat
ini
amat
karsinogenik,
menyebabkan kanker jika masuk ke tubuh manusia,".
PTTEP Australia memang telah berupaya mengatasi tumpahan minyak
dan mengurangi dampaknya. Mereka menggunakan metode boom dan skimmer
untuk melokalisasi dan menyedot minyak mentah. Minyak yang telanjur mengalir
disemprot bahan kimia dispersant. Upaya ini dilakukan di bawah pengawasan
Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA),akan tetapi tidak menghentikan
pencemarn yang telah terjadi kata Ferdi Tanoni. Ferdi Tanoni mengatakan bahwa
paparan Yeti sama seperti yang dipaparkan juga oleh DR.Felix Rebhung dari
Universitas Nusa Cendana dan para pakar lingkungan di Australia bahwa metode
boom dan skimmer merupakan perlakuan standar saat terjadi tumpahan minyak ke
lautan. Minyak mentah dilokalisasi supaya tidak menyebar, kemudian disedot
menggunakan skimmer untuk dimasukkan lagi ke tangki atau dibawa ke darat dan
dipisahkan antara air dan minyak. Jika masih tersisa, minyak akan dihilangkan
secara kimiawi, yaitu menyemprotnya dengan bahan dispersant.
96
Bahan kimia disemprotkan dengan kapal atau helikopter ke gumpalan
minyak. Dalam proses ini, minyak dicacah secara kimiawi sehingga
permukaannya mengecil. Dispersant yang mempunyai berat jenis tinggi kemudian
mengikat minyak sehingga minyak tenggelam dan menjadi sedimen. Minyak tak
hilang begitu saja dan justru mengendap sehingga lebih lama terdegradasi. Ini
akan membahayakan biota laut dan terumbu karang. "Cara ini memang lebih cepat
untuk menghilangkan gumpalan minyak, orang lebih cepat tidak melihat. Tapi
dampak tersembunyi muncul belakangan," kata Ferdi Tanoni.Sebenarnya ada satu
metode yang relatif lebih aman, yaitu dengan memanfaatkan bakteri yang ada di
perairan. Cara ini disebut bioremediasi, yaitu proses remediasi atau pemulihan
lingkungan yang tercemar dengan menggunakan bakteri atau mikroba.
Pada prinsipnya, mengatakan alam sanggup memperbaiki diri sendiri.
Tumpahan minyak secara alamiah dapat dibersihkan oleh bakteri pengurai, tenaga
matahari, dan gerakan air. namun, jika dalam jumlah yang sangat besar, seperti
saat kilang bocor atau terjadi ledakan sumur minyak, bakteri yang tersedia tidak
akan cukup untuk mengurai minyak yang berlimpah.
Maka salah satu caranya dengan meningkatkan aktivitas bakteri serta
menambah jumlahnya. Mikroba endemik di perairan Indonesia banyak yang bisa
dimanfaatkan untuk proses ini, di antaranya Marinobacter, Oceanobacter,
Alcanivorax, Thalassospira, Stappia, Bacillus, Novospingobium, Pseudomonas,
Spingobium, dan Rhodobacter. Setelah terurai, minyak akan menjadi senyawa
CO2 dan H20 yang sudah tidak berbahaya lagi. Meski lebih murah dan aman,
proses itu membutuhkan waktu yang lama. Sejauh ini metode bioremediasi juga
97
baru dilakukan di skala laboratorium di Indonesia. Di luar negeri, metode ini
sudah banyak digunakan untuk mengatasi pencemaran akibat minyak di Jepang,
Kanada, dan Amerika.
Untuk itu sudah seharusnya Pemerintah Daerah menjadi lokomotif untuk
mengatasi pencemaran ini dengan mendorong Pemerintah Pemerintah pusat
dengan Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak Laut
Timor yang selama ini tidak pernah melakukan penelitian dan investigasi secara
ilmiah di Laut Timor itu,untuk segera melakukan sesuatu sekarang,kata pemerhati
masalah laut Timor Ferdi Tanoni. Tim Nasional yang hanya bisa menduga-duga
angka kerugian 510 miliar rupiah kemudian cepat-cepat sodorkan kepada
Australia untuk dilakukan ganti rugi itu adalah merupakan sebuah tindakan yang
sangat tidak profesional dan tidak berdasar sama sekali ini patut dipertanyakan
motif dan latar belakangnya.Jangan hanya mau menghitung uang saja dengan
mengorbankan kita yang terkena dampak di daerah ini.Saya beripikir jernih dan
positif saja bahwa sekiranya uang tuntutan ganti rugi 510 miliar itu bukan untuk
dijadikan sebuah proyek baru lagi disini,kata Ferdi Tanoni.
Pemerintah Provinsi NTT diminta untuk tidak harus mengikuti kesalahan
dan kecerobohan yang dipertontonkan oleh Tim Nasional ini dan menolak
hitungan angka ganti rugi yang diumumkan Tim Nasional tersebut karena tidak
berdasar sama sekali,akan tetapi mulai melakukan sesuatu yang jauh lebih penting
demi masa depan laut Timor dan seluruh perairan di NTT yang sudah tercemar
akibat semburan minyak Montara yang sangat dahsyat ini.
98
Berikut beberapa kasus yang terjadi di beberapa Negara akibat dari
bocornya kilang minyak dan menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitarnya.
1944 Cleveland Ohio, Amerika Serikat
Di kilang peak-showing, sebuah tangki
bocor dan menumpahkan isinya ke
jalan raya dan masuk kedalam saluran
pembuangan. Ledakan dan kebakaran
yang dihasilkan membunuh 128 orang.
Tanki tersebut terbuat dari alloy baja
yang memiliki kandungan nikel rendah,
yang membuat alloy tersebut gampang
pecah (getas) jika bersentuhan dengan
LNG yang teramat dingin.
1964 Arzew, Aljazair
Ketika melakukan pemuatan LNG, kilat
menyambar pengatur ventilasi dari
Methane progress dan menayalakan uap
yang secara rutin dialirkan melalui
system ventilasi dikapal. Hal ini serupa
terjadi juga pada awal 1965 ketika
kapal baru saja bergerak meninggalkan
Arzew. Dalam dua kasus tersebut,
kobaran api dapat segera dipadamkan
dengan mengalirkan nitrogen melalui
99
sebuah saluran ke pengatur ventilasi.
1965 Tumpahan Jules, Verne, Arzew, Cairan LNG tumpah karena tangki
Aljazair
kargo yang terlalu penuh, sehingga
menyebabkan timbulnya retakan pada
lapisan penutup tangki dan dek di
sekitarnya.
1965 Tumpahan Methane Princess
Lengan penguras LNG putus hubungan
secara prematur sebelum selang-selang
dikeringkan secara sempurna, yang
menyebabkan cairan LNG lolos melalui
sebuah katup yang setengah terbuka
dan melewati penadah tetesan, yang
terbuat dari bahan stainless steel, yang
diletakkan tepat dibawah lengan. Hal
ini menyebabkan retakan beebentuk
bintang muncul diatas lapisan dek
meskipun sudah disiram air laut
1969
Serikat
portland, Oregon, Amerika Sebuah ledakan terjadi didalam tangki
LNG yang sedang dibangun. Belum ada
LNG yang pernah dimasukan kedalam
tangki tersebut. Penyebab kecelakaan
adalah pembuangan saringan dari pipapipagas alam yang dihubungkan ke
100
tangki tersebut. Ini menyebabkan gas
alam mengalir ke tangki ketika proses
konstruksi sedang berjalan.
1971 La Spezia, Italia
Kecelakaan ini disebabkan oleh adanya
pembebasan
gas
secara
mendadak
dimana dua lapis LNG yang memiliki
kepadatan, dan kapasitas panas berbeda
tercampur.
mendadak
Percampuran
dua
lapisan
yang
LNG
ini
menyebabkan terbebasnya uap dalam
volume sangat besar. Dalam kasus ini,
2.000 ton uap LNG dikuras dari katup
pengaman tangki dan ventilasi dalam
waktu beberapa jam, yang merusakan
atap tangki.
1972 Montreal, Quebec, Kanada
Suatu aliran balik gas alam dari
kompresor ke pipa saluran nitrogen
terjadi ketika kegitan menghilangkan
atau mencairkan bekuan pada fasilitas
LNG dan kilang di Montreal East.
Katup-katup saluran nitrogen tidak
tertutup setelah kegiatan selesai. Hal ini
menyebabkan
101
kompresor
bekerja
dengan tekanan yang terlalu kuat dan
berlebihan dan gas alam masuk keruang
kontrol (dimana para oprator diijinkan
merokok)
melalui
suatu
terminal
nitrogen ledakan pun terjadi ketika
seorang oprator menyalan korek untuk
merokok.
1973 staten Island, NY, AS
Pada bulan ebruari 1973, kebakaran
terjadi ketika melakukan perbaikan
bagian dalam tangki penyimpanan yang
kosong di Staten Island. Akibatnya
tekanan didalam tangki naik dengan
sangat cepat sehinnga kubah baja di
tangki terangkat dan kemudian runtuh
kedalan tangki, sekaligus membunuh 37
tenaga
konstruksi
yang
berada
didalamnya.
1974
Tumpahan
Massachusetts, AS
Tongkang Setelah gagal memperoleh pasok tenaga
dan penonaktifan otomatis katup-katup
pipa cairan utam, 40 galon LNG bocor
ketika sedang dimuatkan ke sebuah
tongkang. Bocoran LNG berasal dari
katup bulat pembersih nitrogen yang
102
berukuran satu inci pada header cairan
di kapal, yang menyebabkan beberapa
retakan pada lapisan dek.
1977 Tumpahan Aquarius, Bontang Selama pengisian sebuah tangki kargo,
Indonesia
LNG mengalir hingga ujung ventilasi
yang mengisikan LNG ke tangki.
Kecelakaan ini mungkin ini disebabkan
oleh munculnya persoalan pada sistem
pengukur volume cairan. Alarm untuk
Volume cairan yang terlalu besar
berada pada posisi yang pas untuk
menghalangi alarm gangguan.
1978 Das Island, UEA.
Sebuah
kecelakaan
terjadi
karena
kegagalan dalam menyambung pipa
bagian bawah dari tangki LNG. Tangki
tersebut memilki dinding ganda (baja
nikel 9% pada dinding bagian dalam
dan baja karbon untuk dinding luar),
uap dari lapisan luar tangki membentuk
sebuah awan besar yang “lebih berat
dari udara” yang tidak menyala.
1979 Tumpahan Mostafa Ben Bouliad, Ketika menguras kargo di Cove Point,
AS
Maryland, sebuah katup perikasa dalam
103
sistem pipa kapal gagal mengalirkan
sejumlah
kecil
mengakibatkan
LNG
timbulnya
yang
retakan-
retakan kecil pada pelapis dek.
1983 Bontang, Indonesia
Sebua kebocoran kilang LNG terjadi
karena tekanan yang lebih dari piranti
penukar panas yang disebabkan oleh
katup
yang
tertutup
pada
saluran
dorong bagian bawah. Penukar panas
tersebut dirancang untuk beroprasi pada
25,5 psig. Ketika tekanan gas mencapai
500 psig, piranti ini gagal dan ledakan
pun terjadi.
1987 Mercury, Nevada, AS
Pada bulan Agustus 1987, kebakaran
awan uap LNG terjadi dilapangan uji
milik departemen Energi AS di Nevada
ketika dilakukan percobaan berskala
besar menyangkut tumpahan LNG.
Awan tersebut secara tidak sengaja
menyala
dan
merusak
sekaligus
melontarkan isolasi pipa poliuretan
keluar dari pagar.
2003 Bintulu, Malaysia
Kebakaran besar terjadi dalam sitem
104
penyedot dari turbin gas propane di
train pertama (tarain nomor 7) proyek
MNLG
Tiga
di
kompleks
LNG
petronas.
2004 Skikda, Aljazair
Sebuah pendidih uap yang merupakan
bagian dari kilang produksi LNG
meledak,
dan
selanjutnya
memicu
ledakan awan uap besar yang disertai
kebakaran. Ledakan dan kebakaran
tersebut
menghancurkan
sebagian
fasilitas LNG dan menyebabkan 27
kematian, 74 luka berat, dan kerugian
material di kawasan yang berada diluar
batas kilang.
2004 Ghislenghien, Belgia
Saluran pipa yang membawa gas alam
dari pelabuhan Zeebrugge, Belgia ke
bagian utara Prancis meledak, dan
menyebabkan
23
orang
meninggal
dunia. Penyebab kecelakaan tersebut
masih
dalam
penyelidikan,
tetapi
kemungkinan adalah bahwa kontraktor
secara tidak sengaja merusakan pipa.
2004 Trinidad dan Tobago
Pada bulan juni 2004, para pekerja
105
dievakuasi setelah sebuah turbin gas di
Train 3 fasilitas LNG Atlantic (Trinidad
dan Tobago) meledak.
2005 Distric Heights, Maryland, AS
Sebuah kajian atas sponsor Washington
Gas Company yang diluncurkan pada
bulan juli 2005 menyebutkan bahwa
perbedaan kecil ditingkat molecular
dalam
LNG
yang diimpor, mulai
digunakan pelayanannya pada Agustus
2003, sebagai
penyebab timbulnya
ledakan sebuah rumah pada bulan maret
2003.
2005 Nigeria
Saluran
pipa
LNG
bawah
tanah
berukuran 28 inci meledak di Nigeria
dan mengakibatkan kebakaran yang
menyebar hingga 27 kilometer persegi.
Sumber: bulletin La’o Hamutuk hal.109-11
106
BAB IV
DAMPAK GEOSTRATEGI CELAH TIMOR TERHADAP
HUBUNGAN KERJASAMA TIMOR LESTE-AUSTRALIA
A. Dampak Ekspoitasi dan Eksplorasi di Celah Timor
Celah timor yang berada di kawasan laut timor merupakan salah satu aset
Negara bagi kemajuan perekonomian Negara tersebut. Secara geostrategi celah
timor yang berdekatan dengan Australia memberikan kesempatan bagi kedua
Negara untuk melakukan hubungan kerjasama dalam bidang perekonomian.
Minyak dan gas alam yang berada di celah timor dalam perjanjian sementara yang
di sepakati oleh Indonesia dan Australia pada saat itu dibagi kedalam tiga bagian
atau zona, yaitu zona A, zona B, dan C. dalam pembagian tiga kawasan tersebut
Indonesia dan Australia menyebutnya sebagai kawasan yang diolah bersama.
B. Peranan Geostrategi Celah Timor terhadap Hubungan Kerjasama
Timor Leste- Australia
107
Letak geostrategi suatu wilayah mempengaruhi interaksi atau hubungan
kerjasama antara negara yang satu dengan negara lain yang berdekatan dan
tentunya memiliki potensi untuk melakukan hubungan bilateral. Timor Leste
secara geostrategi memililiki wilayah yang sangat strategis untuk melakukan
hubungan kerjasama dengan Australia.
Penemuan minyak dan gas alam atau emas seringkali dianggap sebagai
akhir dari persoalan ekonomi. Kenyataannya bagi banyak negara minyak, gas dan
kekayaan mineral justru menjadi kutukan daripada rahmat. Banyak studi
membuktikan bahwa dibandingkan dengan Negara-negara serupa yang memiliki
sedikit sumber daya alam, negara-negara kaya sumber daya alam justru banyak
menghadapi masalah, seperti: rendahnya pertumbuhan ekonomi, kurang
demokratis, dan rawan terhadap konflik kekerasan. Disamping itu sector ekonomi
non-sumber daya alam biasanya tidak berkembang seiring dengan sector sumber
daya alam, sehingga ketika sumber daya alam terkuras habis, kekayaan yang
dihasilkannya juga berhenti.
Ada sejumlah alasan untuk “paradox kelimpahan”ini satu hal adalah
dengan sector sumber daya alam besar, maka sumber daya yang minim
difokuskan untuk ekstraksi sumber daya alam itu, dan derasnya pemasukan devisa
justru mendorong kenaikan harga-harga. dampaknya sektor ekspor lain seperti
manufaktur menjadi kurang kompetitif. Alasan lain yang menyebabkan Negaranegara kaya sumber daya alam tertinggal bahwa “uang gratis” telah menciptakan
insentif yang berkebalikan (perverse incentives).
108
Orang-orang yang punya kesempatan untuk mengamankan bagin dari uang
tersebut akan berupaya mengejarnya ketimbang bekerja keras untuk menciptakan
sumber uang yang sebenarnya lebih produktif dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Terlebih dalam birokrasi yang kurang berpengalaman dan
kekurangan personil, arus masuk uang dalam jumlah besar dan control yang
minim justru akan mendorong korupsi, menghilangkan tekanan bagi perlunya
manejeman yang sehat untuk dana-dana public, dan menciptakan imbalan bagi
pelanggaran aturan hukum.
Sumber daya minyak dan gas serta mineral juga menyebabkan konflik dan
perang. Kita keduanya dari terjadi di atau negara (aceh, Indonesia atau
bougainville, papua nugini) dan masuknya pendudukan asing (seperti timor leste
pada tahun 1975, papua barat sejak 1963, atau irak). “kutukan sumber daya alam”
juga mewujud dalam instabilitas politik dalam negeri, korupsi, dan konflik antar
masyarakat atau ketimpangan ekonomi.56
Hingga sekarang timor leste belum menderita konsekuensi pendapatan
minyak dan gas alam seperti terjadi di Negara-negara lain. Harapanya, pendapatan
minyak akan mendatangkan manfaat bagi generasi bangsa timor leste di masa
depan, sepanjang hasil minyak itu tidak dicuri dan diselewengkan. Namun
pendapatan minyak ini juga belum memberikan perbaikan pada kehidupan Negara
sekarang.
CD-ROM Oil/Web La’o Hamutuk berisi banyak artikel, analisis dan riwayat kasus
tentang contoh-contoh berbeda, serta manfestasi dari kutukan sumberdaya Alam.
56
109
Pengalaman Negara-negara lain yang terkena “kutukan sumber daya alam”
seharusnya memberikan peringatan pada kita, agar tidak berfikir bahwa minyak
akan secara ajaib memecahkan masalah tantangan pembangunan. Timor Leste
tidak boleh berpuas diri hanya dengan menerima pembayaran atas sumber daya
alam yang dikuras dari tanah kita. Seluruh kebijakan pembangunan, dan
teristimewa kebijakan yang terkait dengan ekspoitasi minyak, haruslah
ditunjukkan untuk mengembangkan ekonomi dalam negeri dengan basis produktif
yang lebih terdiversifikasi. Sejalan dengan tujuan untuk mencapai sasaran
pembangunan yang lebih luas seperti sudah dijelaskan sebelumnya.
Meskipun hampir semua politisi dan warga Negara timor leste
menginginkan kilang Sunrise LNG ditempatkan di daratan , tampaknya keinginan
itu tak akan menjadi kenyataan. gas akan tetap dialirkan melalui pipa ke Australia
atau diproses dilaut. Bahkan kalau ini yang terjadi, hampir semua rekomendasi
yang dan informasi yang di bahas dalam laporan ini masih tetap penting dan
relevan. Hasil laporan ini bisa diterapkan di proyek industry besar, dan ditiap
aktivitas perminyakan di daratan. Timor Leste masih memerlukan kebijakan yang
praktis, realistis, dan berpandangan ke depan. Termasuk membtuhkan mekanisme
untuk membangun ekonomi, mengamankan lingkungan, dan melindungi hak-hak
rakyat kita dari proyek atau industri, serta apapun yang membawa peluang dan
resiko yang di bahas laporan ini dalam kaitannya dengan gas alam Sunrise.
Greater Sunrise merupakan sumber daya minyak dan gas di Laut Timor
telah menjadi sengketa lebih dari tiga dekade, sejak masa penjajahan Portugis.
110
Banyak pihak turut memainkan peran dalam proses Laut Timor, seperti
perusahaan-prusahaan minyak internasional dan Negara-negara asing.
Greater Sunrise yang mencakup Ladang Sunrise dan Troubadour,
ditemukan pada tahun 1974. Ia merupakan ladang terbesar didaerah yang diklaim
oleh Timor Leste maupun Australia, diperkirakan mengandung 300 juta barel light
oil (kondensat dan LPG) dan 8,3 triliun kaki kubik (tcf) , sekitar seperlima
wilayah Greater Sunrise berada dalam daerah pengembangan Minyak Bersama
yang dibentuk melalui perjanjian Laut Timor pada tahun 2002 dan dibawah
administrasi Timor Leste/Australia, otoritas khusus untuk Laut Timor (Timor Sea
designated Authority/TSDA), sementara sisanya berada di wilayah yang
dikalimoleh kedua Negara dan dikuasai oleh Australia, meskipun semuanya lebih
dekat ke wilayah Timor Leste.
Woodside Petroleum telah mengeksplorasi ladang Greater Sunrise sejak
sebelum Indonesia mencaplok Timor Leste pada tahun 1975. Persyaratan kontark
mereka dengan Australia dan TSDA dinegosiasikan dengan Australia dan
Indonesia pada pertengahan 1990-an, tanpa keterlibatan Timor Leste. Dalam
Annex F perjanjian Laut Timor tahun 2002, Timor Leste sepakat untuk
melanjutkan persyaratan-persyaratan tersebut, dan perjanjian-perjajian CMTAS
dan IUA yang diratifikasi pada tahun 2006 menyediakan kepastian hukumdan
fiscal bahwa Woodside dan mitra-mitranya wajib melanjutkan pengembangan.
Meskipun Woodside merupakan oprator ladang Greater Sunrise, ia hanya memilki
111
33,4% proyek yang disatukan, sedangkan saham lainnya dipegang oleh
ConocoPhilips (30%), Shell (25, 56%) and Osaka Gas (10%).
Sesuai dengan perjannjian Laut Timor tahun 2002, International
Unitization Agreement (IUA) tahun 2003 dan perjanjian atas kesepakatan Maritim
Khusus (Treaty on Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea/CMTAS)
tahun 2006, Timor Leste dan Autralia masing-masing akan menerima 50 %
pendapatan hilir dari ladang Greaater Sunrise, tetapi kemana gas akan dialirkan
untuk pengolahan hilir (pencairan/liquefaction) yang masih belum diputuskan.
Harga minyak dalam jangka panjang sulit diramal, tetapi diperkirakan
bahwa
pemerintah Timor Leste dapat menerima U$$10-16 miliar secara
keseluruhan dari gas alam ladang Greater Sunrise dalam 40 tahun mendatang.
Australia akan menerima jumlah yang sama atau lebih. Meskipun ladang Sunrise
telah ditemukan beberapa dekade silam, penegembangannya baru dimulai
beberapa tahun belakangan ini karena sengketa perbatasan.
Dari pembahasan di atas dapat di lihat bagaimana peranan geostrategi
Celah Timor terhadap hubungan kerjasama Timor Leste-Australia melalui hasil
minyak dan Gas alam yang berada di Celah Timor.
\
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. KESIMPULAN
Celah Timor yang merupakan salah kawasan minyak dan gas alam yang
berada di Laut Timor memiliki potensi untuk membangun kembali perekonomian
Timor Leste pasca lepasnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun
1999. Setelah mengalami masa transisi dalam kontrol Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) Timor Leste akhirnya memperoleh kemerdekaan secara penuh dan
mendapatkan pengakuan secara internasional.
Dalam kaitannya dengan hubungan kerjasama Timor Leste dengan
Australia pasca lepasnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya
merupakan salah satu aset besar untuk memperbaiki perekonomianya. Perjanjian
Celah Timor pun telah diratifikasi oleh kedua Negara pada tahun 2008 yang sudah
membahas mengenai bagi hasi dari beberapa kilang minyak yang besar di Timor
Leste dan sedang beroprasi. Kilang minyak tersebut antara lain, Graeter sunrise
dan Bayu-Undan serta Woodside yang dalam satu kali produksi bisa
menghasilkan bertriliuan minyak dan gas bumi.
113
Adapun kawasan daerah pengembangan perminyakan bersama (JPDA)
yang berada di wilayah Laut Timor antara Timor Leste dan Australia yang
pertama kali pada tahun 1989 dalam perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty)
sebagai Zona kerjasama Areal A, dan dikukuhkan ulang dengan perjanjian Laut
Timor (Timor Sea Treaty) pada tahun 2002. wilayah ini sekarang dikembangkan
secara bersama-sama oleh timor leste dan Australia, dengan timor leste menerima
90% untuk pendapatan Pemerintah dari produk Hulu. JPDA ini meliputi ladang
minyan dan gas Bayu –Undan dan Elang-kakatua, dan sekitar 20% dari ladang
Greater Sunrise.
Adapun dalam penyelesain sengketa lahan minyak dan alam yang pernah
terjadi antara Indonesia, Australia dan timor leste telah dibuatkan kesepakatan
untuk meninjau kembali hasil perjanjian celah timor tersebut. perjanjian celah
timor telah diratifikasi oleh timor leste pada tahun 2002. Hal tersebut membuka
peluang yang besar bagi investor-investor negara asing untuk menanamkan
modalnya di timor leste. Apalagi celah timor merupakan salah satu kawasan yang
masuk dalam kelima peringkat negara-negara yang memiliki cadangan minyak
dan gas alam yang sejajar dengan negara-negara penghasil minyak di timur
tengah.
Dari hasil minyak dan gas alam yang tertanam di dalam bumi timor leste
tentunya memberikan kesempatan kepada timor leste untuk bangun dari
keterpurukan ekonomi pada tahun 1999 sejak lepas dari negara kesatuan republik
indonesia. Saat ini timor teste telah membangun dan mengembangkan semua
114
potensi yang berada di laut timor untuk membangun lini-lini kehidupan baik dari
segi ekonomi, politik, budaya sosial dan pemerintahanya.
Dengan adanya hasil di celah timor kedepanya timor leste akan
menunjukan bagaimana kepentingan nasional negaranya dalam hal ini minyak dan
gas alam dapat memnpengaruhi nengara-negara lain untuk melakukan kontrak
kerjasama, baik bentuk kersama dalam bentuk apaun yang saling menguntungkan
hubungan bilateral kedua Negara tersebut. Dalam hal ini bagaimana pengaruh
geostrategic Celah Timor mempengaruhi hubungan kerjasama antar Timor Leste
dan Australi yang mengalami kedkatan secara batas wilayah tentunya lebih mudah
untuk membagun hubungan kersama yang lebu erat diatara bkedua Negara
tersebut.
Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya bisa menyelesaikan
persengketaan di Celah Timor dengan memberikan kesempatan kepada Timor
Leste untuk membangun kembali Negaranya dengan melakukan hubungan
bilateral dengan Negara lain, dalam hal ini Australia melaui potensi minyak dan
gas alam yang berada di Celah Timor.
Dari data-data yang didapat oleh penulis sumber minyak dan gas alam di
Timor Leste memiliki nilai ekonomis untuk memperbaiki kondisi perekonomian
Timor Leste pasca kemerdekaannya. Dari APBN (Anggaran Pembelajaan Negara)
yang jika dihitung dalam kurs dolar maka Negara Timor Leste sudah masuk
dalam kategori Negara yang maju dalam perekonomianya berkat sumbangan dari
minyak dan gas alam di Celah Timor.
115
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan keadaaan yang ada di Celah Timor, maka diberikan saran sebagai
berikut:
1. Kepada Pemerintah Australia untuk mengevaluasi hasil bagi minyak yang
selama ini tidak merata. Sehingga mengakibatkan perang dingin diatara
kedua Negara. hasil evaluasi ini dapat dijadikan pedoman oleh Pemerintah
Australia untuk tidak mengulang kesalahan yang sama di masa yang akan
datang.
2. Kepada pemerintah Australia disarankan untuk menjaga hasil perundingan
mengenai kesepakatan Celah Timor yang baru dalam membangun
hubungan bilateral yang lebih harmonis antar kedua Negara.
3. Kepada Pemerintah Timor Leste agar lebih memajukan perekonomianya
dengan mengolah hasil minyak dan gas alam untuk kepetingan dalam
negerinya serta mencapai kepentingan nasionalnya.
116
117
Download