pengaruh dukungan sosial dan forgiveness terhadap kekerasan

advertisement
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN
FORGIVENESS TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Disusun oleh:
NUR FAIZAH
1110070000093
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
Motto
Bermimpilah,
makaTuhanakanmemelukmimpi-mimpi
mu
-Andrea Hirata-
Persembahan
abah, ibu, and all of my beloved person.
and the victims of child sexual abuse,
Please, stay strong.
Even when everything’s begin to fall a part, stay strong!
iii
ABSTRAK
a.
b.
c.
d.
Fakultas Psikologi
2015
Nur Faizah
Pengaruh dukungan sosial dan forgivenes sterhadap kekerasan
seksual pada remaja.
e. 65 Halaman + lampiran
f. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan
forgiveness terhadap kekerasan seksual pada remaja. Sampel penelitian ini
adalah korban kekerasan seksual dipanti-panti sosial di bawah naungan
Kementerian Sosial di Jakarta sebanyak 92 orang. Terdapat 3 alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Betrayal Trauma Inventory
(BTI), Interpersonal Support Evaluation List (ISEL), dan TransgressionRelated Interpersonal Motivation (TRIM-14). Tekhnik sampling yang
digunakan yaitu non-probability sampling. Analisis data yang digunakan
yaitu multiple regression analysis pada taraf signifikansi 0.005.
Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan nilai R2 sebesar 17,7 % .
Artinya pengaruh independent variable terhadap dependent variable
adalah sebesar 17,7% sedangkan 82.3% lainnya dipengaruhi oleh variabel
lain. Berdasarkan nilai sig. didapatkan nilai sig. 0.002 yang berarti ada
pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial (appraisal support,
tangible assistance, emotional support, informational support) dan
forgiveness (avoidance motivation, revenge motivation, benevolence
motivation) terhadap kekerasan seksual pada remaja.
Kata Kunci: Dukungan sosial, forgiveness, kekerasan seksual anak.
g. Bahan bacaan:39 (1977-2014) 8 buku + 27jurnal + 3 disertasi + 4
website.
v
ABSTRACT
a.
b.
c.
d.
Faculty of Psychology
2015
NurFaizah
The impact of social support and forgiveness of sexual violence in
adolescent.
e. 65 page + appendix
f. This study aimed to determine the impact of social support and
forgiveness to effect of sexual violence in adolescent. Samples were victim
of sexual violence in social institution under the auspices of the Ministry
of Social Affairs in Jakarta, as many as 92 people. There are 3 measuring
instrument used in this study, namely Betrayal Trauma Inventory (BTI),
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) and Transgression-Related
Interpersonal Motivation (TRIM-14). The sampling technique used nonprobability sampling. Analysis of the data used multiple regression
analysis at 0.05 significance level. Based on the hypothesis testing
obtained R2 value of 17.2%. This means that the effect of the independent
variable on the dependent variable is equal to 17.2% while 82.8% are
influenced by other variables. Based on the sig. obtained sig. 0.002 which
means that there is a significant impact of social support (appraisal
support, tangible assistance, emotional support, informational support) and
forgiveness (avoidance motivation, revenge motivation, and benevolence
motivation).
Keyword: Social support, forgiveness, sexual abuse.
g. Source: 39 (1997-2014) 8 Book + 27 Journal + 3 Dissertation + 4
website.
vi
Kata Pengantar
Assalamu’alaikumWr.Wb
Alhamdulillahirabilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh DukunganSosial dan
Forgiveness terhadap Kekerasan Seksual pada Remaja.”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib. M.Ag., M. Si. Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana
Muti’ah, M.Si.,Wakil dekan Bidang Administrasi Umum Ikhwan Luthfi,
M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Layyinah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I . Penulis sangat
berterimakasih dan merasa sangat beruntung telah dibimbing oleh beliau.
3. Miftahuddin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih
atas bimbingannya selama menjalani perkuliahan.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan pelajaran berharga kepada penulis.
5. Seluruh karyawan FakultasPsikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu penulis.
6. Para Pekerja Sosial dipanti-panti sosial yang penulis kunjungi, terutama
Kak Alif, Kak Dendy, Mba Nova, Pak Ujang, Kak Neni, Kak Udin, Kak
Isqi dan Kak Mayang yang telah banyak memberikan informasi mengenai
anak-anak.
7. Abahku Suyono dan buku Siti Muallimah yang senantiasa mendoakan
penulis dan tak pernah lupa untuk mengingatkan penulis dalam hal-hal
yang bermanfaat. Adikku, Muhammad Jauharil Firdaus, Kakak-kakak
vii
Sepupuku, Nurdin Lubis, Mufidatul Awwaliyah, M. Zahfi Abdillah, M.
Ziyad Hubbilah. Mama dan Pakdhe. Serta dua keponakanku Aqila
Farhatun Najla dan Aisya Tsania AlMahira. Serta keluarga besarku yang
tak pernah putus memberikan dorongan, bimbingan cinta, dan kasih saying
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis yang telah menemani penulis selama masa
perkuliahan dan semoga sampai kakek-nenek kelak, Fidia Hanan Zahara,
Aulya Milatushifa, dan Devi Irma Wardhani.
9. Sahabat-sahabat D’Kosan Brader Kak Ibnu Salim, Kak Galih Ihsan, Kak
Rizam Nuruzzaman, Kak Yusuf Sayudi, Kak Mitsny Choiry, M. Reiza,
dan Rifka Triasari.
10. Sahabat-sahabat Kosan Anggrek. Nisa Sri Rizki, Aliefya Ainul F, Kak
Yuri.
11. Sahabat-sahabat DEMA-U dan SEMA-U. Kak Didin Shirojuddin, Kak
Awal, Kak Fuad Basyir, Kak Linda, Kak Ahmad Yusuf, Ahmad Naufal,
M. Ulum, Eko Agus Nurhadi, Erwin P.
12. Geng Baper 96, Ajeng, Cipa, Rahma, Pute, Vina, Bedil, Ila, Sky, Qory,
Uqon, Hilmi, Dwi, Intan, Dian, Nashwa, Shofi, Winda, Eno, Mae, Mitha,
Lily, dan Deny. Terimakasih untuk selalu sabar dan memberikan support
dalam melewati masa baper ini.
13. Sahabat-sahabat UIN FASHION FAIR 2014. Samia Puspa Juwita, Mira
Muhana, Rahmania Fauzia, Koko, Quthby, Bunga, Mei, Meike, Alhadar,
Afni, Safira.
14. Kawan-kawan Psikologi UIN C 2010, tetimakasih atas kebersamaannya
selama ini, serta untuk tawa yang ada dan diskusi yang bermanfaat. Dan
dukungan yang selalu diberikan.
15. Kawan-kawan Psikologi UIN 2010. Terimakasih untuk kebersamannya
selama 4 tahun ini. Juga untuk diskusi singkat namun bermakna setiap
berpapasan.
16. Kanda, Yunda dan Dinda di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat
Fakultas Psikologi, Iqbal, Bagja, Jerry, Salma, Widad, Kevin, Nurul, Nova
viii
dan kanda, yunda, dinda yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
17. Dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya sebagai balasan atas
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh
pihak terkait.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 28 Januari 2015
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ............................................................................................... ii
Halaman Persembahan ........................................................................................... iii
Motto ..................................................................................................................... iii
Halaman Pernyataan............................................................................................... iv
Abstrak .....................................................................................................................v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................. ix
Daftar Gambar ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel...………………………………………………………………........xii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xiv
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1-12
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ....................................................8
1.2.1 Perumusan masalah .................................................................8
1.2.2 Pembatasan masalah................................................................9
1.3 Tujuan penelitian……...……………………………………………...10
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………....10
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………...11
Bab 2 LandasanTeori………………………………………………………...13-28
2.1 Efek Kekerasan SeksualAnak…...…...………………………………13
2.1.1 Definisi kekerasan seksual anak….………………………..13
2.1.2 Betrayal trauma sebagai salah satu efek kekerasan seksual.14
2.1.3 Pengukuran Betrayal Trauma……………………………...15
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi efek kekerasan seksual……….16
2.2 Dukungan Sosial……………………………………………………..17
2.2.1 Definisi dukungan sosial .......................................................17
2.2.2 Dimensi dan sumber dukungan sosial ...................................18
2.2.3 Pengukuran dukungan sosial .................................................19
2.3 Forgiveness ..........................................................................................20
2.3.1 Definisi forgiveness...............................................................20
2.3.2 Dimensi dan proses forgiveness ............................................21
2.3.3 Pengukuran forgiveness ........................................................24
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................24
2.5 Hipotesis...............................................................................................27
x
Bab 3 Metode Penelitian .................................................................................. 29-53
3.1 Pendekatan PenelitiandanJenisPenelitian.............................................29
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................29
3.2.1 Tekhnik Pengambilan Sampel.……………………………..30
3.3 Variabel Penelitian ...............................................................................31
3.3.1 Definisi Operasional Variabel ...............................................31
3.4 Pengumpulan Data ...............................................................................32
3.4.1 Metode pengumpulan Data…………………………….......32
3.4.2 Instrumen Penelitian..............................................................32
3.5 Uji Validitas Alat ukur .........................................................................34
3.5.1 Uji Validitas Skala Betrayal Trauma ....................................35
3.5.2 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial ....................................36
3.5.3 Uji Validitas Skala Forgiveness ............................................43
3.6 Prosedur Penelitian…..……..………………………………………..47
3.7 Tekhnik Analisis data ...........................................................................49
Bab 4 Hasil Penelitian………………………………………….…………..…51-61
4.1 Gambaran Subjek .................................................................................51
4.2 Hasil Analisa Deskriptif .......................................................................52
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian……………………..53
4.3 Uji Hipotesis Penelitian........................................................................54
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .....................................54
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV…………….59
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, Saran ................................................................... 62-68
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................62
5.2 Diskusi……………………………………………………….……….63
5.3 Saran .....................................................................................................67
5.3.1 Saran Metodologis ................................................................67
5.3.2 Saran Praktis……………………….……………………….67
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir……………………………………………....27
Gambar 3.1
Path Diagram Betrayal Trauma ...…………………………………..35
Gambar 3.2
Path Diagram Appraisal Support…………………………………….37
Gambar 3.3
Path Diagram Tangible Asisstance…………………………………..39
Gambar 3.4
Path Diagram Emotional Support……………………………………40
Gambar 3.5
Path Diagram Informational Support……………………………….42
Gambar 3.6
Path Diagram Avoidance Motivation…………………………….…43
Gambar 3.7
Path Diagram Revenge Motivation………………………………….45
Gambar 3.8
Path Diagram Benevolence Motivation…………………………….46
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Blue Print Skala Betrayal Trauma Inventory……………………….33
Tabel 3.2
Blue Print Skala DukunganSosial……………………………..34
Tabel 3.3
Blue Print Skala Forgiveness………………………………………..34
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Betrayal Trauma……………………………….36
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Appraisal Support……………………………..38
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Tangible Asisstance……………………………39
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Emotional Support…………………………….41
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Informational Support………………………...42
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Avoidance Motivation………………………...44
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Revenge Motivation……………………………45
Tabel 3.11
Muatan faktor Item Benevolence Motivation……………………….47
Tabel 4.1
Karakteristik Responden…………………………………………51
Tabel 4.2
Analisa Deskriptif………………………………………………..52
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor………………………………………53
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel………………………………………53
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi………………………………..55
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV…………………55
Tabel 4.7
Koefisien Regresi………………………………………………..56
Tabel 4.8
Kontribusi Varian IV Terhadap DV…………………………..…60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2
Alat Ukur Penelitian………………………………………………ii
Lampiran 3
Analisa Konfirmatori Betrayal Trauma.…………………………iii
Analisa Konfirmatori Appraisal Support…………………………….iv
Analisa Konfirmatori Tangible Asisstance…………………………...v
Analisa Konfirmatori Emotional Support……………………………vi
Analisa Konfirmatori Informational Support………………………vii
Analisa Konfirmatori Avoidance Motivation………………………viii
Analisa Konfirmatori Revenge Motivation………………………..…ix
Analisa Konfirmatori Benevolence Motivation……………..………xi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Tindak kekerasan pada anak-anak kini menjadi headline di beberapa media cetak
maupun elektronik. Tindak kekerasan pada anak seperti sebuah fenomena gunung
es, dimana hanya tampak sedikit saja yang muncul dipermukaan tetapi banyak
pula yang tidakdipublikasikan. Mengapa demikian? Karena keluarga merasa
bahwa menjadi korban kekerasan adalah sebuah aib. Hal ini yang menyebabkan
banyaknya korban kekerasan pada anak yang tidak melaporkan kejahatan tersebut
pada pihak yang berwajib. Selain itu, ketakutan si korban terhadap pelaku juga
membuat kasus tindak kekerasan seksual pada anak kian tidak terkuak.
Baru-baru ini kita dikejutkan oleh banyaknya kasus tentang kekerasan seksual
anak. Diantaranya adalah kasus kekerasan seksual yang terjadi di JIS, kasus
kekerasan seksual yang terjadi di Sukabumi oleh Emon yang korbannya sampai
saat ini sekitar 100 orang, serta kasus kekerasan seksual yang terjadi di Tegal dan
kasus kekerasan seksual anak yang terjadi di Surabaya yang dilakukan oleh
seorang guru silat.Sepanjang tahun 2013 hingga awal 2014 ini, Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak Bareskrim Mabes Polri melaporkan temuan bahwa
sekurangnya terjadi 1600 kasus kekerasan asusila mulai pencabulan dan kekerasan
fisik pada anak. Berdasarkan laporan Komisi Nasional Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) sepanjang kuartal pertama ditahun 2014 mencatat ada 450 lebih
1
2
kasus kekerasan yang terjadi dengan kecenderungan kasus kekerasan seksual.
(Detik.com, September 2014)
Berkaitan dengan kasus kekerasan seksual pada anak yang sedang marak
terjadi di Indonesia, hal ini diperkuat dengan survei yang dilakukan oleh
Pemerintah RI yakni Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KPPPA), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan teknis dari UNICEF
dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) tentang kekerasan pada
anak ditahun 2014. Jumlah sampel responden diambil secara acak dari 25
provinsi, 108 kabupaten, dan 125 kecamatan dan didapatkan 11.250 responden
berusia 13-24 tahun. Berdasarkan hasil survey ini didapatkan kesimpulan bahwa
remaja berusia 13-17 tahun mengalami kekerasan selama 1 tahun terakhir. 1 dari 3
laki-laki diestimasikan pada populasi sekitar 4,1 juta telah mengalami kekerasan.
Begitupun dengan perempuan, 1 dari 4 perempuan atau diestimasikan pada
populasi sekitar 2,7 juta mengalami kekerasan. Dengan rinciannya sebagai
berikut:
1. 1 dari 12 laki-laki atau diestimasikan 900 ribu dari populasi dan 1 dari
19 perempuan diestimasikan 600 ribu dari populasi mengalami
kekerasan seksual.
Dari sekian banyaknya kasus yang terjadi, lalu siapakah pelakunya?
Ironisnya, pelaku adalah orang terdekat korban, berdasarkan data Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, bahwa 60% pelaku adalah
3
orang yang dikenal korban. Sedangkan 40% pelaku lainnya adalah keluarganya
sendiri.
Sebuah studi pada tahun 2006-2007 di Idaho dari 430 kasus yang
ditemukan bahwa 82% dari pelaku kejahatan seksual anak-anak dikenal oleh
korban, 46% kenalan, dan 36% oleh kerabat. Pelanggaran pada umumnya lebih
banyak dilakukan laki-laki daripada perempuan, meskipun persentasenya
bervariasi antara satu studi dengan studi lainnya (The Office of the Governor C.L.
Butch Otter; The office of the Attorney General Lawrence Wasden, 2007).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Julia Whealin (2007) mengatakan
bahwa sebagian besar pelaku pelecehan seksual adalah orang yang dikenal oleh
korban mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari si anak, paling sering adalah
saudara laki-laki seperti ayah, paman, atau sepupu; sekitar 60% adalah kenalan
lainnya seperti teman dari keluarga, pengasuh, atau tetangga; sekitar 10% pelaku
merupakan orang asing.
Sebenarnya pelecehan seksual terhadap anak sudah menjadi isu publik pada
1970-an dan 1980-an. Sebelum tahun ini pelecehan seksual yang terjadi masih
dirahasiakan dan menurut masyarakat hal ini merupakan hal yang buruk. Dari
tahun 1970 telah diakui bahwa pelecehan seksual terhadap anak diakui sebagai
sesuatu yang sangat merusak. Karena hal ini pula, secara signifikan menjadi
perhatian para ilmuwan untuk diteliti.
Menurut WHO (World Health Organization) kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman, atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang memungkinkan
4
mengakibatkan memar, trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan dalam
perkembangan, dan perampasan hak. Sedangkan kekerasan pada anak adalah
setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau
orang lain yang membahayakan atau berpotensi bahaya, atau memberikan
ancaman yang berbahaya kepada anak. Sedangkan kekerasan seksual anak adalah
suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang yang lebih tua menggunakan anak
untuk rangsangan seksual.Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau
menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual, menampilkan hal yang
tidak senonoh seperti pornografi, memperlihatkan kelaminnya, melakukan
hubungan seksual, kontak fisik dengan alat kelamin anak, atau mengeksploitasi
anak untuk memproduksi pornografi (Pfohl, 2008).
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah djelaskan diatas, hal ini jelas
meninggalkan masalah yang sulit sekali diselesaikan oleh korban. Ketika
kekerasan seksual terjadi pada masa anak-anak, hal ini akan menghambat
pertumbuhan sosial korban, dan akan menimbulkan banyak masalah psikososial
(Maltz, 2002, dalam Hall & Hall, 2011). Studi yang dilakukan oleh Molnar, Buka,
dan Kessler (2001) mengatakan bahwa kekerasan seksual anak dihubungkan
denganpermasalahan emosi dan perilaku, Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD), depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat, agresi, masalah akademik, dan
pelecehan seksual.
Studi lain yang mengkaji tentang dampak jangka panjang dari kekerasan
seksual pada anak yang dilakukan oleh Melissa Hall dan Joshua Hall (2011)
diantaranya adalah meningkatnya resiko terkena depresi mayor, kejahatan, adiksi,
5
PTSD, disosiasi, gangguan kecemasan, antisocial-personality disorder, serta
perilaku lain yang berkaitan dengan identitas seksual.
Studi serupa yang membahas tentang kondisi kejiwaan yang dikaitkan dengan
kekerasan seksual
meliputi: depresi mayor, gangguan bipolar, gangguan
somatisasi, penyalahgunaan zat terlarang, bulimia, borderline personality dan
PTSD (Putnam, 2003).
Selain masalah-masalah psikososial, ada 4 trauma yang menyertai pengalaman
kekerasan seksual, yaitu: trauma sexualisation merupakandisfungsi interpersonal
dan sikap seksual yang tidak pantas, betrayal atau amnesia psikogenik,
powerlessness adalah kecemasan yang disertai rasa sakit, dan stigmatization
berupa menyalahkan diri sendiri dan menganggap citra diri buruk (Finkelhor &
Browne, 1985).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Luo (1998, dalam Allard, 2007) pada 19
Survivor dari kekerasan seksual anak di Taiwan menemukan, umumnya wanita
yang melaporkan bahwa dia mengalami perasaan dikhianati atau sense of betrayal
dan adanya reaksi psikologis yang menyertai. Reaksi psikologisnya berupa
kesedihan, depresi, self-esteem yang rendah, mudah marah, ada reaksi kebencian
atau permusuhan, ketergantungan yang ekstrem, berkurangnya kemampuan dalam
menilai kepercayaan dari orang lain, dan kurangnya kepercayaan terhadap orang
lain terutama laki-laki. Sedangkan manifestasi perilaku dari perasaan dikhianati
atausense
of
betrayal
trauma
berupa
berkurangnya
ketidaknyamanan dalam hubungan intim, dan perilaku agresif.
kelekatan,
isolasi,
6
Sebut saja Bunga (13 tahun) salah satu korban kekerasan seksual di salah satu
panti sosial mengatakan bahwa ada beberapa memori yang diingatnya soal
kekerasan seksual yang dialami. Namun, ada beberapa memori yang tidak bisa
diingatnya. Selain memori tentang kekerasan seksual yang hilang, Bunga pun juga
sering menganggap bahwa dirinya sudah tidak suci lagi, dan berpikir bahwa
dirinya itu buruk sehingga membuat rasa percaya diri dan self-esteem-nya rendah.
Bunga juga mengungkapkan bahwa dukungan yang diterima dari orang
terdekatnya membuat Bunga sedikit demi sedikit kembali menjadi ceria. Senada
dengan DePrince, et al., (2012) yang mengatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk meminimalisasi terjadinya betrayal trauma yang
merupakan salah satu efek dari kekeraan seksual pada remaja. Diantaranya adalah
motivasi untuk melupakan seperti forgiveness atau memaafkan, misremembering,
mekanisme kognitif atau cognitive appraisal, attention, attachment style dan
dukungan sosial.
Menurut penelitian yang dilansir oleh Protective Service for Children and
Young people Departement of Health and Community Service, keberadaan dan
peranan keluarga sangat penting dalam membantu anak serta remaja memulihkan
diri pasca pengalaman kekerasan seksual mereka (Testa, et. al., 1992)
Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat
menurunkan kemungkinan terkena sebuah penyakit, mempercepat penyembuhan
baik itu penyakit fisik maupun psikologis, dan mengurangi resiko kematian karena
penyakit serius (House, Landis, Umberson, 1998 dalam Taylor, 2003). Penelitian
lain juga mengungkapkan, pemberian dukungan sosial untuk korban kekerasan
7
seksual mengurangi derajat stress korban, namun seseorang korban dengan ibu
yang pemarah memiliki rasa rendah diri dan gangguan perilaku yang besar. (Hall,
Tice, Beresford, Wooley & Hall, 1989 dalam Testa&Downs, 1992)
Feiring et al., (dalam Razak, Manaf, & Mokhtar, 2013) menjelaskan bahwa
dukungan sosial yang diterima korban kekerasan seksual dapat membantu korban
dalam menjalani proses pemulihan dan me-manage pengalaman traumatik secara
bersamaan.
Selain dukungan sosial yang diperlukan oleh korban kekerasan seksual,
forgivenessjuga sering digunakan dalam proses terapi sebagai salah satu cara
penyembuhan dan cukup sukses dalam menyembuhkan berbagai macam kondisi
seperti marah dan depresi, rasa bersalah, marital dysfunction dan juga kekerasan
seksual (Enright & Fitzgibbon, 2000 dalam Walton, 2005). Forgiveness juga
memiliki kaitan dengan rendahnya level depresi dan kecemasan. Karena ketika
unforgiveness, hal itu berkorelasi dengan stress dan memiliki dampak yang negatif
pada kesehatan fisik seperti meningkatnya level kortisol (Brooks, 2007).
Senada dengan hal di atas, Freedman (1999, dalam Walton, 2005)
melaporkan bahwa forgiveness merupakan intervensi yang efektif untukdiberikan
kepada korban kekerasan seksual meskipun intervensi ini memiliki keterbatasan
untuk konseling kelompok dan pendekatan psikoedukasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka perlu adanya
penelitian mengenai dukungan sosial dan forgiveness terhadap kekerasan seksual,
agar dijadikan acuan untuk para korban dalam meminimalisir dampak yang terjadi
akibat kekerasan seksual. Maka dari itu, untuk merealisasikan hal tersebut peneliti
8
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh dukungan sosial dan forgiveness
terhadap kekerasan seksual pada remaja.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.1.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variable predictor, yaitu
dukungan sosial dan forgiveness terhadap kekerasan seksual pada remaja. Adapun
pengertian tentang konsep variabel yang digunakan, yaitu:
1. Kekerasan seksual yang dimaksud merupakan trauma-trauma yang
didapatkan korban setelah terjadi peristiwa kekerasan seksual.
2. Dukungan sosial
yang dimaksud dalam penelitian ini, di mana
individu merasa bahwa dirinya disayangi, diperhatikan dan dimengerti
oleh orang yang ada disekitarnya.
3. Forgiveness dimana individu mampu memaafkan dan melupakan
kesalahan yang dilakukan oleh pelaku terhadap dirinya.
4. Dalam penelitian ini subjek merupakan korban kekerasan seksual yang
berada pada usia remaja dengan rentang usia 12-18 tahunyang berada
di panti-panti sosial (Santrock, 2007).
1.1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada variabel dukungan sosial
(appraisal
support,
tangible
assistance,
informational
support,
danemotional support) dan forgiveness (avoidance motivation, revenge
9
motivation, dan benevolence motivation) terhadap kekerasan seksual pada
remaja?
2. Mana saja proporsi varian dari dukungan sosial dan forgiveness yang
memberikan kontribusi terhadap kekerasan seksual pada remaja?
3. Apakah prediktor terbaik dari dimensi dukungan sosial dan forgiveness
yang dapat memprediksi kekerasan seksual pada remaja?
4. Apa saja variabel-variabel dari dimensi dukungan sosial dan forgiveness
yang berpengaruh secara signifikan terhadap kekerasan seksual pada
remaja?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh forgiveness dan dukungan sosial
terhadap kekerasan seksual remaja. Studi pada panti-panti sosial di bawah
naungan Kementerian Sosial di Jakarta.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak khususnya pembaca, antara lain:
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori-teori psikologi perkembangan dan klinis, khususnya
yang berhubungan dengan dukungan sosial dan forgiveness terhadap
kekerasan seksual remaja.
10
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat, yaitu:
1. Bagi korban, memberikan sumbangan pikiran agar korban bisa
memaafkan dan mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya untuk
mengurangi tingkat trauma pada korban.
2. Selain itu, perlunya korban untuk mempelajari forgiveness agar tingkat
stress korban berkurang sehingga korban tidak terus menerus
memikirkan peristiwa yang menimpanya.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Kajian teori meliputi efek kekerasan, definisi kekerasan seksual,
betrayal, definisi betrayal; definisi forgiveness, dimensi-dimensi
forgiveness, faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness;
definisi dari dukungan sosial keluarga , dimensi-dimensi
dukungan
sosial
keluarga,
faktor-faktor
yang
mempengaruhidukungan sosial keluarga; kerangka berpikir,
hipotesis mayor, hipotesis minor.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian meliputi pendekatan penelitian, populasi
dan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional,
instrument
pengumpulan
data,
skala
forgiveness,
skala
dukungan sosial, skala betrayal trauma inventory, uji validitas
konstruk,
uji
validitas
skala
forgiveness,
uji
validitas
skaladukungan sosial keluarga, uji validitas skala betrayal
trauma inventory. Tekhnik analisis data, dan
prosedur
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian meliputi analisa deskriptif, deskripsi hasil
penelitian, kategorisasi variabel penelitian, uji hipotesis
penelitian, uji regresi berganda, dan pengujian proporsi varian
masing-masing variabel.
BAB V
PENUTUP
Penutup meliputi kesimpuan, diskusi, dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian yaitu, teori
tentang kekerasan betrayal trauma,
dukungan sosial, forgiveness, kerangka
berpikir, dan hipotesis.
2.1 Kekerasan Seksual Anak
2.1.1
Definisi kekerasan seksual anak
Kekerasan seksual pada remaja sulit sekali didefinisikan karena memiliki banyak
versi yang berbeda tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. Menurut
Encyclopedia of Social Problems, kekerasan seksual anak merujuk pada kontak
seksual yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak dibawah umur.
Sedangkan Maltz (dalam Pfohl, 2008) mendefinisikan bahwa kekerasan seksual
terjadi karena adanya salah satu pihak yang mendominasi dan mengekploitasi
oranglain untuk melakukan aktifitas seksual.
Ratican (dalam Pfohl, 2008) mengatakan bahwa kekerasan seksual anak
adalah beberapa perilaku seksual, baik perilaku yang terlihat atau yang
tersembunyi antara seorang anak dan orang dewasa dimana anak tersebut
melakukannya dengan paksaan. Meskipun tidak semua bentuk dari kekerasan
seksual meliputi disentuh secara langsung, tetapi penting untuk terapis memahami
bahwa kekerasan seksual pada anak memiliki beberapa bentuk yang berbeda.
Diantaranya adalah mengeksploitasi anak dengan memperkenalkannya pada
pornografi sebelum waktunya atau memanipulasi seorang anak untuk melakukan
pose-pose seksual.
12
13
2.1.2
Betrayal trauma sebagai salah satu efek kekerasan seksual
Ungkapan betrayal trauma mengacu pada sebuah trauma pengkhianatan dimana
individu atau lembaga tempat individu tersebut bergantung membahayakan atau
membuat suatu kejahatan dalam beberapa cara. (Freyd, Klest, Allard, 2005).
Betrayal trauma melibatkan sebuah lembaga atau individu yang melanggar
kesepakatan sosial, sehingga rasa kepercayaan menghilang. Ini tergantung sifat
hubungan antara pelaku dan korban. Seorang korban yang tidak mampu
memutuskan hubungan dengan pelaku, maka korban dipaksa untuk menerima
tindak pelanggaran tersebut (Freyd, 2001).
Secara umum betrayal trauma theory (Freyd, 2005) adalah sebuah teori
yang dikembangkan untuk menjelaskan mengapa seseorang cenderung memiliki
gangguan memori untuk beberapa pengalaman traumatis, dan korban kekerasan
seksual lebih memiliki kecenderungan untuk memiliki gangguan memori
dibanding trauma yang disebabkan oleh bencana alam.
Senada dengan Freyd, et al., (2010) dalam
mendeskripsikan betrayal
trauma adalah dengan memahami kerangka berpikir tentang trauma interpersonal
yang disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan oleh orang terdekat, orang yang
bergantung, atau korban sangat dekat dengan pelaku dimana korban memiliki
konflik antara usual need (kesadaran terhadap betrayal, disini merupakan
keinginan untuk menghindari pelaku) dan particular need (keharusan untuk
menjaga sebuah hubungan, khususnya proximity dan closeness). Merujuk dari
konteks betrayal trauma theory (BTT) respon korban untuk kejahatan yang terjadi
14
adalah dengan avoiding awareness, hal ini dilakukan dengan melupakan atau
menekan hal tersebut sehingga terjadi proses forgetting dan missremembering.
Dari pola diatas yang telah dijelaskan, akan terjadi sebuah fenomena yang
disebut Freyd et al., (2010) knowledege isolation atau missremembering.
Knowledge isolation merujuk pada sebuah cara berbeda dimana sebuah informasi
disembunyikan, dan adanya bias dalam mengingat, bisa jadi hal itu merupakan
kejadian yang sifatnya positif atau negatif. Sedangkan term forgetting merujuk
kepada konsep “unawareness”, yang menggambarkan situasi dimana informasi
tentang kejahatan tersebut tidak dapat diakses dalam recall conscious.
Betrayal trauma theory juga merujuk pada amnesia psikogenik yang
merupakan respon adaptif terhadap kekerasan dimasa anak-anak. Ketika orang tua
atau figur kuat lainnya dalam keluarga melakukan kejahatan, seorang korban
membutuhkan forgetting (proses melupakan dan menekan hal tersebut kedalam
alam bawah sadar) sehingga terjadi proses lupa atau tidak dapat me-recall memori
tentang pengalaman kekerasan yang dialami.
Betrayal trauma mungkin tidak mengancam kematian atau luka fisik,
tetapi bisa merusak well-being seseorang, hubungannya dengan orang lain, konsep
diri, dan keyakinannya terhadap orang lain. Menurut Freyd (dalam Freyd, Klest,
Allard, 2005) mengatakan bahwa trauma meliputi peristiwa membangkitkan rasa
takut yang intens, pengkhianatan sosial, atau kombinasi keduanya. Sebuah trauma
bisa jadi melibatkan sebuah pengkhianatan tapi bisa juga tidak. Hal yang harus
digarisbawahi disini adalah secara kualitatif betrayal trauma dan takut merupakan
dua hal yang sangat berbeda. Sebuah
trauma yang melibatkan unsur
15
pengkhianatan memiliki hasil yang berbeda dibanding trauma yang hanya didasari
rasa takut.
Berdasarkan definisi-definisi diatas peneliti menggunakan pengertian dari
J.J. Freyd bahwa betrayal trauma adalah sebuah trauma yang terjadi ketika
seseorang atau lembaga tempat kita bergantung membahayakan atau membuat
suatu kejahatan dalam beberapa cara.
2.1.3 Pengukuran kekerasan seksual anak
Ada beberapa skala yang bisa digunakan dalam mengukur efek kekerasan seksual
pada remaja, di antaranya adalah Brief Betrayal Trauma Survey (BBTS), Abuse
Perpetration Inventory (API), Life Stressor Checklist Revised (LSC-R). Dalam
mengukur efek kekerasan seksual pada remaja serta betrayal trauma sebagai salah
satu efek dari kekerasan seksual, maka digunakanlah skala yang diadaptasi dari
skala Betrayal Trauma Inventory yang dikembangkan oleh Jennifer Freyd dan
Anne DePrince pada tahun 1997 (Freyd, et. al., 2001).Skala ini terdiri dari 18
pertanyaan yang mendeskripsikan betrayal trauma sebagai salah satu efek
kekerasan seksual.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena dimensi dalam alat
ukurnya menggunakan teori yang sama yaitu betrayal trauma sebagai salah satu
efek kekerasan seksual. Selain itu alat ukur ini juga lebih bebas gender karena
itemnya bisa digunakan untuk perempuan. Karena ada beberapa alat ukur yang
hanya diperuntukkan untuk responden laki-laki. Berdasarkan penelitian dari
Freyd, DePrince dan Zurbriggen (2001) didapat nilai validitas dari alat ukur ini
berkisar dari 0.60 sampai 0.80.
16
2.1.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan seksual
Menurut DePrince, et al., (2012) ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk meminimalisasi terjadinya betrayal trauma yang merupakan salah satu efek
dari kekerasan seksual pada remaja. Diantaranya adalah:
1. Dukungan sosial
Menurut Feiring et al., (2013) dukungan sosial yang diterima korban
kekerasan seksual dapat membantu korban dalam menjalani proses
pemulihan
dan me-manage pengalaman traumatik secara bersamaan.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Horwitz (2005) mengatakan
bahwa remaja yang mengalami trauma paska kejadian yang menyakitkan
disebabkan kurangnya dukungan sosial yang diterimanya. Selain itu,
rendahnya dukungan sosial dari orang terdekatnya dikaitkan dengan
tingginya level stress seseorang.
2. Forgiveness
Forgiveness seringkali dihubungkan dengan kesehatan mental dan fisik.
Forgiveness juga seringkali dikaitkan dengan rendahnya level depresi dan
kecemasan
seseorang.
Berdasarkan
beberapa
literatur
yang
ada,
forgiveness merupakan terapi yang efektif untuk korban kekerasan seksual
(Freedman, 1999 dalam Walton, 2006).
3. Coping strategy
Coping strategy merupakan elemen yang penting untuk mengurangi efek
kekerasan seksual yang dialami oleh seseorang. Menurut penelitian yang
dilakukan Himelein and McElrath (1996) mengatakan bahwa korban
17
kekerasan seksual yang memiliki coping strategy yang baik akan
menyesuaikan diri dengan baik. Penelitian senada juga diungkapkan oleh
Walsh et al,. (2007) menemukan bahwa para mahasiswa yang merupakan
korban kekerasan seksual yang mengembangkan positive coping strategy
seperti problem focused coping, seeking support, dan berfokus pada hal
yang positif dan memiliki internal focus control yang rendah memiliki
penyesuaian yang baik saat memiliki pasangan serta memiliki kepercayaan
dalam membangun hubungannya dengan lawan jenis.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1
Definisi dukungan sosial
Dalam menghadapi peristiwa traumatik yang penuh tekanan, seseorang
membutuhkan dukungan sosial. Siegel (dalam Taylor, 2003) mengatakan
dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah informasi bahwa seseorang
itu dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dianggap penting, juga merupakan
bagian dari jaringan komunikasi di sekitarnya dan merupakan bagian dari sebuah
jaringan hubungan seperti hubungan timbal-balik orang tua, sepasang suami istri,
teman, dan masyarakat.
Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk
penerimaan dari seseorang atau sekelompok orang terhadap individu yang
menimbulkan persepsi dalam diri bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan
ditolong. Sedangkan menurut Cohen, Underwood dan Gothlieb (2000) istilah
dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial yang tersedia bagi seseorang
atau yang benar-benar diberikan kepada orang tersebut oleh seorang yang bukan
18
professional baik berupa dukungan informasi, empati, dukungan materil dan
pemberian nasehat.
Pendapat senada juga diungkapkan Sarason (2001) yang mengatakan
bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orangorang yang dapat diandalkan, dapat menghargai dan dapat menyayangi korban.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan definisi dari Cohen,
Underwood dan Gothlieb (2000) yaitu dukungan sosial mengacu pada sumber
daya sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada
orang tersebut oleh seseorang yang bukan profesional baik berupa dukungan
informasi, empati, dukungan materil dan pemberian nasehat. Serta orang yang
menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diterimanya,
dan begitupun sebaliknya.
2.2.2
Dimensi dan sumberdukungan sosial
Menurut Cohen (dalam Taylor, 2003), terdapat 4 bentuk dukungan sosial, yaitu:
a. Appraisal Support
Dukungan ini membantu korban untuk memahami lebih baik lagi sebuah
stressor dari trauma yang dialami dan strategi koping apa yang harus
dilakukan untuk berdamai dengan hal itu. Melalui pertukaran appraisal yang
terjadi, korban yang menghadapi peristiwa traumatik dapat menentukan
bagaimana mengelola stressor saat pemicu peristiwa tersebut datang.
b. Tangible Assistance
Dalam hal ini fungsi dukungan sosial adalah adanya bantuan yang bersifat
material, finansial atau pelayanan. Dukungan ini merupakan bentuk dukungan
19
yang terlihat dan biasanya bersifat bantuan langsung. Seperti memberikan
semangat, meminjaminya uang, menemaninya saat terapi berlangsung, dan
memberikan energi positif saat korban mengingat kejadian traumatiknya.
c. Informational Support
Informational support adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk
pemberian nasehat atau saran, penghargaan, bimbingan atau pemberian umpan
balik mengenai apa yang dilakukan individu guna memecahkan masalah yang
terjadi.
d. Emotional Support
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, turut prihatin kepada seseorang.
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman,
tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stress,
memberi bantuan dalam bentuk semangat dan cinta.
Sarafino (2011) mengemukakan bahwa sumber-sumber dukungan sosial dapat
berasal dari beberapa hal, yaitu:
1. Orang-orang sekitar individu atau significant other seperti: keluarga, teman
dekat, atau rekan. Dalam hubungan ini menempati bagian terbesar dari
kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang
sangat potensial.
2. Kalangan profesional seperti psikolog atau dokter, yang berguna untuk
menganalisa secara klinis maupun psikis.
3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group)
20
2.2.3
Pengukuran dukungan sosial
Ada beberapa instrument
yang dapat digunakan untuk
mengukur dukungan
sosial seperti, Social Support Questionnaire (SSQ), Student Social Support Scale,
dan Multidimensional Scale of Perceived Social (MSPSS). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan alat ukur Interpersonal Support Evaluation List (ISEL)
berdasarkan teori Cohen, McKay, &Sarason (2000) yang terdiri dari 40 item
dengan menggunakan skala likert dari 1-4.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang diukur
oleh alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori dukungan sosial
yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian dari Kamau, Olson,
Zipp, and Clark (2011) didapat nilai validitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.30
sampai 0.46. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, didapatkan nilai realibilitas
alpha’s cronbach dari alat ukur ini adalah berkisar dari 0.88 sampai 0.90.
2.3
Forgiveness
2.3.1
Definisi forgiveness
Forgiveness adalah kesedian menanggalkan kesalahan yang dilakukan oleh
seseorang yang telah menyakiti hati atau melakukan suatu perbuatan salah pada
individu lain (McCullough, 2001).
Forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak
melakukan perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya
keinginan untuk menjauhi pelaku. Sebaliknya muncul keinginan untuk berdamai
dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti, walaupun orang yang telah
21
menyakiti telah berbuat hal yang menyakitkan terhadap kita. (McCullough, et. al,
1998).
Selain itu, McCullough (2001) menjelaskan bahwa forgiveness adalah
proses perubahan tiga dorongan dalam diri individu terhadap pelaku. Dikatakan
bahwa forgiveness merupakan peningkatan motivasi prososial ke arah lain, yaitu
rendahnya dorongan untuk menghindari (avoidance motivations) pelaku,
rendahnya dorongan untuk menyakiti atau membalas dendam (revenge
motivations) terhadap pelaku, dan meningkatnya dorongan untuk bertindak positif
atau membina hubungan kembali (benevolence motivations) terhadap pelaku.
Berdasarkan definisi-definisi di atas peneliti menggunakan pengertian dari
McCullough (2001) bahwa forgiveness adalah peningkatan dorongan dari arah
yang negatif untuk berperilaku ke arah yang lebih baik, yang ditandai dengan
rendahnya dorongan seseorang untuk menghindar, untuk membalas dendam, dan
bertambahnya dorongan dari diri untuk membina hubungan kembali.
2.3.2
Dimensi dan proses forgiveness
Dimensi forgiveness yang dikemukakan merupakan penjelasan lebih jauh
mengenai definisi McCullough (2001). Forgiveness merupakan proses perubahan
tiga dorongan dalam diri individu terhadap transgressor. Tiga dorongan tersebut
adalah avoidance motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations,
yang selanjutnya juga menjadi dimensi forgiveness. Penjelasan dari ke tiga
dimensi yang mendasari forgivenesssadalah sebagai berikut:
22
1. Avoidance motivations
Ditandai dengan individu yang menghindar atau menarik diri (withdrawal)
dari pelaku.
2. Revenge motivations
Ditandai dengan dorongan individu untuk membalas perbuatan pelaku yang
ditujukan kepadanya. Dalam kondisi ini, individu tersebut marah dan
berkeinginan untuk membalas dendam terhadap pelaku. Ketika individu
dilukai oleh individu lain (pelaku), maka yang terjadi dalam dirinya adalah
peningkatan dorongan untuk menghindar (avoidance) dan membalas dendam
(revenge).
3. Benevolence motivations
Ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku. Dengan
adanya kehadiran benevolence, berarti juga menghilangkan kehadiran dua
dimensi sebelumnya. Oleh karena itu, individu yang memaafkan, memiliki
benevolence motivations yang tinggi, namun di sisi lain memiliki avoidance
dan revenge motivations yang rendah.
Selain dimensi dari forgiveness yang ada 3. Terdapat 4 tahap forgiveness
yang diungkap oleh Enright dan Fitzgibbon (2000), tahap-tahap tersebut
diantaranya:
1. Uncovering Phase
Sebelum pihak yang terluka atau korban bermaksud untuk memaafkan pelaku,
maka ia harus terlebih dulu mengakui bahwa dirinya telah dilukai. Pada saat
korban mengakui perasaan marah tersebut, ia harus melepaskan perasaan
23
marahnya dan tidak mengingatnya. Fase ini membantu korban menyadari
bahwa respon-respon ini bersifat self-defeating dan self-hurting. Hal ini hanya
akan membuat korban merasa dilukai kedua kalinya. Karena yang pertama
adalah saat peristiwa yang melukai terjadi dan yang kedua saat ia membiarkan
perasaannya dikuasai perasaan-perasaan negatif.
2. Decision Phase
Di fase ini korban mengerti akan dampak dari luka yang dialaminya dan
respon apa yang diberikan. Korban menyadari bahwa harus ada cara yang
lebih baik untuk membantunya menyembuhkan rasa sakit. Pada tahap ini
korban mempertimbangkan pemaafan sebagai pemilihan respon dan
berkomitmen kepada diri sendiri untuk memaafkan pelaku.
3. Work-Phase
Untuk dapat melaksanakan komitmen yang telah dibuat difase sebelumnya itu,
korban harus mewujudkannya dalam tindakan nyata. Korban dapat ikut serta
dalam reframing atau menyusun kembali pandangannya terhadap pelaku,
dengan berusaha untuk melihat perilaku dalam konteks yang lebih luas dan
tidak hanya berdasarkan perbuatan yang melukai.Hal ini dapat dilakukan
korban dengan berempati kepada pelaku.
4. Deepening Phase
Setelah melakukan tiga fase sebelumnya, korban akan merasakan bahwa
ketika ia memaafkan, ia mengalami kesembuhan. Pada saat korban mulai
memaafkan ia akan menemukan makna baru dalam peristiwa menyakitkan
yang dialaminya. Ia juga akan menyadari bahwa ia juga membutuhkan
24
pemaafan dari orang lain dan bukan ia sendiri saja yang mengalami
penderitaan. Mendekati akhir dari proses memaafkan ini korban akan
menyadari adanya penurunan emosi negatif dan akan terjadi peningkatan
perasaan positif terhadap pelaku.
2.3.3
Pengukuran forgiveness
Dalam mengukur forgiveness, ada beberapa alat ukur yang bisa digunakan seperti
Marital-Offense
Interpersonal
Forgiveness
Motivation
Scale
(TRIM-18).
(MOFS)
dan
Sedangkan
Transgression-Related
dalam
penelitian
ini
digunakanlah skala Transgression-Related Interpersonal Motivations Scale
(TRIM) untuk mengukur tingkat forgiveness korban. Skala ini dikembangkan oleh
Michael E. Mc Cullough dan digunakan untuk mengetahui seberapa besar seorang
individu mampu memaafkan. Skala TRIM sempat berkembang dua kali, TRIM 12 yang pertama berkembang sekitar tahun 1998. Skala ini selanjutnya
disempurnakan oleh Michael E. Mc Cullough sekitar tahun 2006 melalui
penelitiannya dan memunculkan skala baru, yaitu skala TRIM-18 yang dipakai
sampai saat ini.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang diukur
oleh alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori forgiveness yang
digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan penelitian dari McCullough &
Cohen (2006) didapat nilai reliabilitas yang cukup tinggi dari alat ukur ini sebesar
0.85. Dan berdasarkan hasil penelitian yang sama, didapatkan nilai validitas
kontruknya memiliki kategori sedang/moderate sebesar 0.50.
25
2.4 Kerangka Berpikir
Kekerasan seksual pada anak kini memasuki status “darurat” (liputan6.com, Juni
2014). Mengapa demikian? Karena satu persatu kasus kekerasan muncul dalam
waktu yang hampir berdekatan. Ironisnya, pelaku adalah orang yang cukup
dikenal korban dengan baik. Hal ini jelas menimbulkan masalah yang sulit sekali
diselesaikan
korban.
Mulai
dari
masalah
psikososial
seperti
adiksi,
penyalahgunaan zat, agresi, gangguan kepribadian, PTSD serta beberapa trauma
yang menyertai seperti powerlessness, trauma sexualization, betrayal trauma dan
stigmatization.
MenurutDePrince, et al. (2012) mengatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk meminimalisasi terjadinya betrayal trauma yang
merupakan salah satu efek dari kekerasan seksual pada remaja. Diantaranya
adalah motivasi untuk melupakan seperti forgiveness atau memaafkan,
misremembering, mekanisme kognitif atau cognitive appraisal, attention,
attachment style dan dukungan sosial.
Senada dengan yang diungkapkan Bunga (nama samaran,13 tahun) salah
satu korban kekerasan seksual mengatakan bahwa dukungan dari orang
terdekatnya membuat dia kembali ceria. Dukungan materiil atau tangible
assistance dari teman serta sahabatnya pun kembali membuat Bunga percaya diri
lagi dan mau kembali ke sekolah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fleming,
Baum, Gisriel, & Gatchel (1982) bahwa dukungan sosial efektif untuk
mengurangi psychological distress seperti depresi dan kecemasan.
26
Hal senada juga diungkapkan Melati (nama samaran, 15 tahun) dukungan
yang ibunya berikan dengan selalu mendengarkan keluh kesahnya, menemaninya
dalam konseling membuat Melati yang awalnya tidak percaya diri dan tidak mau
menjalin hubungan dengan orang lain, kini sedikit demi sedikit Melati mau
membuka dirinya dan menjalin hubungan baik. Dari pemaparan yang
diungkapkan Melati, apa yang dilakukan ibunya adalah bentuk emotional support
dari ibunya untuk Melati. Sesuai dengan penelitian Sauzier yang mengatakan
bahwa dukungan sosial khususnya dukungan empati dapat menolong korban
kekerasan seksual anak dari trauma yang dialami (1989, dalam Testa, et. al, 1992).
Dukungan informasi pun merupakan hal yang penting untuk mengurangi
efek kekerasan seksual pada remaja. Mengapa demikian? Karena dengan
dukungan informasi yang diberikan oleh orang terdekatnya, itu sama dengan
mengembangkan kemampuan untuk mempelajari sumber-sumber dukungan sosial
yang tersedia (Taylor, 2003).
Tidak hanya informational support, emotional support, dan tangible
assistance. Appraisal support juga merupakan bagian yang penting untuk
mengurangi efek kekerasan seksual pada remaja. Karena dengan terjadinya
perubahan pemahaman pada korban maka korban dapat menentukan bagaimana
mengurangi tingkat stressnya serta mendapatkan keuntungan dari saran yang
diterimanya (Taylor, 2003).
Selain dukungan sosial, forgiveness juga merupakan salah satu cara yang
sering digunakan dalam proses penyembuhan korban kekerasan seksual. Witvliet
et al. (2001, dalam Brook, 2007) membuktikan bahwa respon fisiologis untuk
27
memaafkan (forgiving) atau tidak memaafkan (unforgiving) pelaku, di mana
kondisi unforgiving membuat
emosi menjadi negatif.
Pengukuran fisiologis
tentang kondisi unforgiving juga mengungkapkan bahwa kondisi tersebut akan
membuat peningkatan tensi, arousal, debar jantung, dan tekanan darah. Karena
hal itu pula forgiveness dikaitkan erat hubungannya dengan psychological wellbeing (Karremans, et. al, 2003 dalam Luzombe& Dean, 2009). Karena kegagalan
dalam memaafkan berarti mengartikan bahwa tingginya level dari psychological
tension. Hal inilah yang membuat kondisi unforgiving membuat korban rentan
akan stress.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa meminimalisasi efek kekerasan seksual
pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dukungan sosial dan
forgiveness, seperti skema dibawah ini:
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
28
2.5 Hipotesis
Karena penelitian ini diuji dengan analisa statistik, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nol (nihil), lalu dipaparkan juga hipotesis alternatif yang
digunakan untuk menguji teori yang digunakan.
Hipotesis Nol (Ho): Tidak ada pengaruh yang signifikan dari dukungan
sosial dan forgiveness terhadap kekerasan seksual pada remaja.
Hipotesis Alternatif (Ha):
H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari appraisal support terhadap
kekerasan seksual pada remaja.
H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari tangible asisstance terhadap
kekerasan seksual pada remaja.
H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari informational support
terhadap kekerasan seksual pada remaja.
H04 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari emotional support terhadap
kekerasan seksual pada remaja.
H05 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari avoidance motivation
terhadap kekerasan seksual pada remaja.
H06 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari revenge motivation terhadap
kekerasan seksual pada remaja.
H07 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari benevolence motivation
terhadap kekerasan seksual pada remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai pendekatan penelitian, jenis penelitian,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian,
definisi operasional variabel, instrument penelitian, prosedur pengumpulan data,
dan metode analisis data.
3.1.Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah korban-korban kekerasan seksual anak di
panti-panti sosial didaerah Jabodetabek, sedangkan karakteristik dari sampel
dalam penelitian ini adalah:
1.
Subjek merupakan korban kekerasan seksual anak dan remaja yang
berada di panti-pantisosial daerah Jabodetabek. Dengan rinciannya
sebagai berikut:
-
Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya
-
Yayasan Nanda Dian
-
PSAA Tunas Bangsa
-
Rumah Perlindungan Sosial Anak
-
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP Handayani)
-
Rumah Singgah Akur Kurnia
-
Rumah Singgah SWARA
29
30
2.
-
Rumah Singgah Melodi
-
Yayasan Pulih
-
PSPP Khusnul Khotimah
-
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
-
Rumah Singgah Permata
-
KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Berusia 12 – 18 tahun, Dalam penelitian ini, atas dasar tugas
perkembangan yang ada, maka terdapat 2 kategori usia, yaitu 12-16
tahun adalah usia remaja awal dan 16-18 adalah usia remaja akhir
(Santrock, 2007).
3.
Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Sampel dalam penelitian ini awalnya berjumlah 96 sampel namun 4 sampel tidak
digunakan karena adanya kerusakan berupa kuesioner yang tidak diisi lengkap
dan kesalahan dalam proses pengisian. Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah
92 sampel.
3.2.1.Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik non probability
sampling karena sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Tehnik yang
digunakan yaitu tehnik snowball sampling dimana satuan pengamatan diambil
berdasarkan informasi dari satuan pengamatan sebelumnya yang telah dipilih.
Selain itu tekhnik ini juga cocok digunakan untuk sample-sample yang sulit sekali
ditemui karena memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi seperti korban kekerasan,
31
prostitusi, dan sample-sample yang tersembunyi karena memiliki stigma buruk di
masyarakat.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dukungan sosial dan variabel
forgiveness sebagai independent variabel. Sedangkan variabel betrayal trauma
sebagai salah satu efek dari kekerasan seksual sebagai dependent variabel.
3.3.1 Definisi operasional variabel
Berikut ini penjelasan definisi operasional dari masing-masing variabel:
1. Efek Kekerasan Seksual
Efek kekerasan seksual adalah efek atau dampak yang timbul pada korban
setelah terjadinya peristiwa menyakitkan. Dalam hal ini salah satu efek
yang dilihat adalah betrayal trauma, dimana betrayal trauma merupakan
salah satu bentuk trauma yang menyertai korban kekerasan seksual.
Betrayal trauma ini ditandai dengan terjadinya forgetting (merepresi ke
alam bawah sadar) dan misremembering (kesalahan mengingat). Efek
kekerasan seksual ini diukur dengan menggunakan skala Betrayal Trauma
Inventory (BTI) (Freyd & DePrince, 2001).
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah respon korban kekerasan
seksual terhadap bentuk dukungan sosial yang diterimanya dari orang lain
berupa appraisal support atau dukungan penilaian dan penguatan pada
korban. Tangible assistance atau dukungan materiil berupa meminjamkan
barang, uang atau kendaraan. Emotional support atau dukungan emosional
32
berupa perhatian dari orang terdekat, mendengarkan keluh kesah korban,
dan memahami korban dan informational support atau dukungan
informasi berupa pemberian informasi, pemberian petunjuk, dan nasihat.
Dukungan sosial dalam hal ini diukur dengan menggunakan skala
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) berdasarkan teori Cohen,
McKay & Sarason (2001).
3. Forgiveness
Forgiveness adalah respon korban kekerasan seksual terhadap peningkatan
dalam motivasi prososial kearah lain, yaitu terhadap dorongan untuk
menghindar (avoidance motivation) terhadap pelaku, dorongan untuk
menyakiti atau membalas dendam (revenge motivation) terhadap pelaku,
dan dorongan untuk bertindak positif atau membina hubungan kembali
(benevolence motivation) terhadap pelaku. Dalam hal ini forgiveness
diukur menggunakan Transgression-Related Interpersonal Motivation
(TRIM-17) berdasarkan teori McCullough (2003).
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Metode pengumpulan data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan skala sebagai
alat pengumpul data. Skala adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh
jawaban dari responden. Skala yang digunakan menggunakan model skala likert
dari rentang tertinggi (sangat positif) sampai rentang terendah (sangat negatif)
dengan empat kategori jawaban “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak
Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS).
33
3.4.2. Instrumen penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 skala sebagai berikut:
1. Efek Kekerasan Seksual
Dalam
mengukur
efek
kekerasan
seksual
pada
remaja,
peneliti
menggunakan skala Betrayal Trauma Inventory (BTI) yang dikembangkan
berdasarkan teori betrayal trauma yang dikembangkan sendiri oleh Jennifer
Freyd dan Anne DePrince (2001) yang berisi 16 pertanyaan tentang efek
kekerasan seksual yang diukur menggunakan skala likert dari 1-4 (Sangat
Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, Sangat Setuju).
2. Dukungan Sosial
Untuk mengukur dukungan sosial yang diterima korban, peneliti
menggunakanInterpersonal Support Evaluation List (ISEL) berdasarkan
teori Cohen, McKay, & Sarason (2001) yang terdiri dari 40 item yang berisi
komponen dukungan sosial yaitu appraisal support (dukungan penilaian),
tangible assistance (dukungan materiil), emotional support (dukungan
emosional), dan informational support (dukungan informasi) yang diukur
menggunakan skala likert dari 1-4 (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju,
Setuju, Sangat Setuju).
34
3. Forgiveness
Dalam mengukur tingkat forgiveness korban, peneliti menggunakan
skalayang diadaptasi dari Transgression-Related Interpersonal Motivations
Scale (TRIM -12) yang pertama berkembang sekitar tahun 1998
(McCullough, 1998). Skala ini selanjutnya disempurnakan oleh Michael E.
Mc Cullough sekitar tahun 2006. Terdiri dari 18 item yang diukur
menggunakan skala likert dari 1-4 (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju,
Setuju, Sangat Setuju).
3.5.
Uji Validitas Alat Ukur
Untuk menguji validitas alat ukur, peneliti menggunakan analisisis faktor
konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA) dengan bantuan software Lisrel
8.70.
35
3.5.1. Uji validitas skala efek kekerasan seksual anak
Pada skala betrayal trauma terdapat 16 item yang diujikan kepada 92 subyek
penelitian. Peneliti menguji apakah 16 item yang ada bersifat unidimensional atau
mengukur satu faktor yaitu kekerasan seksual betrayal trauma. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan, item 1, 11, 12, 13, 14, 15 didrop diawal karena memiliki
nilai lambda yang sangat kecil. Dan hasil analisis CFA dengan item yang tersisa
yaitu item 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 16 model satu faktor tidak fit, dengan chisquare = 104.12, df=35, p-value = 0.00000, RMSEA=0.147. Oleh sebab itu
peneliti melakukan modifikasi sebanyak 10x kali terhadap model dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item
lainnya, sehingga diperoleh model fit. Dengan nilai chi-square = 35.40, df=25,
p-value = 0.08124, RMSEA=0.068. Artinya, model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu betrayal trauma. Seperti pada gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1
Hasil Analisis Faktor Efek Kekerasan Seksual
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang
36
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 7 item yang signifikan (t > 1.96) dan 3
item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 2,5, dan 10. Dengan
demikian, item nomor 2,5, dan 10 akan di drop yang berarti item tersebut tidak
akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan ada 7 item yang bobot
nilainya akan diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis
.
3.5.2. Uji Validitas Skala Dukungan Sosial
Pada skala dukungan sosial ini terdapat 40 item yang terdapat dalam empat
dimensi yaitu appraisal support, tangible assistance, emotional support dan
informational support, dengan penjelasan uji validitas sebagai berikut:
a. Dimensi Appraisal Support
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional atau mengukur
satu faktor yaitu appraisal support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 226.18, df=27, p-value =
0.00000, RMSEA=0.285. Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi sebanyak
11 kali terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit.
Dengan nilai chi-square = 25.13, df=16, p-value = 0.06759, RMSEA=0.079.
37
38
39
40
Hasil Analisis Faktor Emotional Support
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 2 item yang signifikan (t > 1.96) dan 8
item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 4, 8, 13, 20, 28, 32, 37 dan
40. Dengan demikian, item nomor 4, 8, 13, 20, 28, 32, 37 dan 40 akan di drop
yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor
dan ada 2 item yang bobot nilainya akan diikutsertakan dalam analisis uji
hipotesis.
d. Dimensi Informational Support
Peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional atau mengukur
satu faktor yaitu informational support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 178.97, df=44, p-value =
0.00000, RMSEA=0.185. Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi sebanyak
11 kali terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
41
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit.
Dengan nilai chi-square = 41.60, df=33, p-value = 0.14488, RMSEA=0.0540.
Artinya, model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu emotional support. Seperti
pada gambar 3.5 berikut:
Gambar 3.5
Hasil Analisis Faktor Informational Support
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8:
42
43
Hasil Analisis Faktor Avoidance Motivation
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.19:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 7 item yang signifikan (t > 1.96).
Dengan demikian ada7 item yang bobot nilainya akan diikutsertakan dalam
analisis uji hipotesis.
b. Dimensi Revenge Motivation
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional atau mengukur
satu faktor yaitu revenge motivation. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan chi-square =25.44, df=5, p-value = 0.00000,
RMSEA=0.212. Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi sebanyak 2 kali
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan
berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit. Dengan nilai chisquare = 6.50, df=3, p-value = 0.089980, RMSEA=0.113. Artinya, model dengan
satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur
satu faktor saja yaitu revenge motivation. Seperti pada gambar 3.7 berikut:
44
45
46
dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan ada 2 item yang bobot nilainya akan
diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
3.6. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
Penelitian ini dimulai dengan perumusan masalah yang akan diteliti.
Peneliti kemudian menentukan variabel yang akan diteliti dan
melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai
dengan variabel dalam penelitian. Kemudian peneliti menentukan subjek
penelitian
dan
mempersiapkan
alat
pengumpulan
data
dengan
menentukan dan menyusun alat ukur atau instrument penelitian yang
akan digunakan. Dalam hal ini instrumen yang digunakan terbagi dalam
4 bagian, yaitu data diri subjek, skala dukungan sosial, skala forgiveness,
dan skala betrayal trauma.
2. Tahap uji coba alat ukur
Peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur yang telah dibuat. Uji
coba ini dilakukan dengan karakteristik sampel yang sama.
3. Tahap pelaksanaan
Peneliti menentukan jumlah sampel penelitian dan melaksanakan
pengambilan data penelitian.
4. Tahap pengolahan data
Peneliti melakukan skoring terhadap hasil jawaban responden.Kemudian
hasil jawaban tersebut dihitung dan dibuat dalam tabulasi data. Hasil
47
data tersebut dianalisis menggunakan statistik untuk menguji hipotesis.
Selanjutnya peneliti membuat kesimpulan dan laporan akhir.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah multiple regresi,
untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel X1 (Dukungan Sosial
Keluarga)
X2 (forgiveness) terhadap Y (Betrayal truama). Analisa multiple
regresi adalah suatu metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat
dari independent variabel terhadap dependent variabel, dengan menggunakan
prinsip-prinsip korelasi dan regresi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan
SPSS Versi 17. 0.
Y = Betrayal Trauma
A = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Variabel appraisal support dari dimensi dukungan sosial
X2 = Variabel tangible asisstance dari dimensi dukungan sosial
X3 = Variabel informational support dari dimensi dukungan sosial
X4=Variabel emotional support dari dimensi dukungan sosial
X5 = Variabel avoidance motivation dari dimensi forgiveness
X6 = Variabel revenge motivation dari dimensi forgiveness
48
X7 = Variabel benevolent motivation dari dimensi forgiveness
e = Residual (hal yang mempengaruhi DV diluar dari IV)
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki residual terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian
dan analisis.
Besarnya proporsi varian dari betrayal traumayang dipengaruhi oleh
seluruh independen variabel secara bersama-sama(serempak), ditunjukkan oleh
koefisien determinasi (R2). Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
Ssreg
: Jumlah kuadrat dari regresi
Ssy
: Jumlah kuadrat dari variabel y, yang dimaksud variabel y dalam
penelitian ini adalah posttraumatic growth.
Untuk menyimpulkan R2 signifikan atau tidak, dilakukan uji F dengan
hipotesis H0 : R2 = 0. Yang rumusnya adalah sebagai berikut:
(
) (
)
(
)
Keterangan:
k
: Jumlah independen variabel
N
: Jumlah sampel
Dari hasil uji F yang dilakukan, dapat dilihat apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
49
dependen variabel. Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan
masing-masing variabel independen signifikan terhadap dependen variabel, maka
peneliti melakukan uji t terhadap koefisien regresi.
Uji T digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan masingmasing variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y). Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar
memberikan kontribusi terhadap variable terikat (Y). Uji T yang akan dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
b
= Koefisien regresi
Sb
= Standart error Estimate
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil
penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil pengujian hipotesis
dan proporsi varian.
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Total Sample pada penelitian ini berjumlah 92 orang. Pada tabel 4.1 akan
dijelaskan gambaran partisipan dalam penelitian ini berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan pelaku kekerasan seksual.
Dari hasil persentase pada tabel 4.1, diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki
sebanyak 41 orang atau 47% dan sampel perempuan sebanyak 49 orang atau
53%. Sedangkan berdasarkan usia, sampel yang berada pada rentang usia 1216tahun sebanyak 58 orang atau 63% dan sampel yang berada pada rentang usia
17-18 tahun sebanyak 34 orang atau 37%. Lalu berdasarkan pelaku kekerasan
seksualnya sebanyak 24 orang atau 26% merupakan keluarganya seperti ayah atau
paman, 59 orang atau 64% merupakan kerabat seperti teman, guru, dll, dan pelaku
kekerasan yang tidak dikenal oleh korban sebanyak 9 orang atau 10%.
50
51
4.2. Hasil Analisa Deskriptif
Hasil analisa deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran dari penelitian.
Dalam hasil analisa deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean, dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian. Gambaran hasil analisa desrikptif ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui beberapa hal. Pertama,
variabel betrayal trauma memiliki nilai minimum = 20.55, nilai maksimum =
65.74, mean = 50, dan SD = 9.23. Kedua, variabel appraisal support memiliki
nilai minimum = 11.48, nilai maksimum = 65.50, mean = 50, dan SD = 8.93.
Ketiga, variabel tangible asisstance memiliki nilai minimum = 18.53, nilai
maksimum = 67.78, mean = 50, dan SD = 8.87. Keempat, variabel emotional
support memiliki nilai minimum = 25,24, nilai maksimum = 72.32, mean = 50,
dan SD = 9.99. Kelima, variabel informational support memiliki nilai minimum =
19.93, nilai maksimum = 67.36, mean = 50, dan SD = 8.39. Keenam, variabel
avoidance motivation memiliki nilai minimum = 30.28, nilai maksimum = 73,
mean = 50, dan SD = 9.47. Ketujuh, variabel revenge motivation memiliki nilai
minimum = 34.77, nilai maksimum = 73.43, mean = 50, dan SD = 9.61.
52
Kedelapan, variabel benevolence motivation memiliki nilai minimum = 22.75,
nilai maksimum = 66.02, mean = 50 dan SD = 9.46.
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel
Berdasarkan alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini
dibuat menjadi tinggi dan rendah. Hal ini diketahui dari informasi yang tertera
pada alat ukur yang digunakan bahwa kategorisasi skor menggunakan raw score
dibagi menjadi kategori tinggi dan rendah.
Selanjutnya, peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk
membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan
menggunakan raw score tetapi menggunakan true score yang skalanya telah
dipindah menggunakan rumus T score yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada table 4.4 dibawah ini:
53
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor pada variabel betrayal
trauma cenderung seimbang antara kategori rendah dan tinggi. Lalu skor pada
variabel appraisal support cenderung rendah, berkebalikan dengan skor variabel
tangible assistance cenderung tinggi. Skor variabel emotional support cenderung
hampir seimbang antara tinggi dan rendah. Berbeda dengan variabel informational
support yang skornya cenderung tinggi. Hal ini berkebalikan dengan skor dari
variabel avoidance motivation karena skornya cenderung rendah. Skor dari
variabel revenge motivation pun cenderung rendah skornya. Berkebalikan dengan
skor variabel revenge motivation, skor dari variabel benevolence motivation
cenderung tinggi.
4.3. Uji Hipotesis penelitian
4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis dengan multiple regression analysis
dengan menggunakan software SPSS.18. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab
3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua, apakah
secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian
terakhir melihat signifikansi atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
IV.
Pertama, peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square
dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
54
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa perolehan R2 sebesar 0.177
atau 17.7%. Artinya pengaruh independent variable yang merupakan kekerasan
seksual terhadap dependent variable berupa dukungan sosial (appraisal support,
tangible assistance, emotional support, informational support) dan forgiveness
(avoidance motivation, revenge motivation, benevolence motivation) adalah
sebesar 17.7%, sedangkan 82.3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Selanjutnya, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable terhadap betrayal trauma. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut:
Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom paling
kanan adalah sebesar 0.019. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. < 0.05,
maka hipotesis nol (nihil) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi
dukungan sosial
(appraisal
support, tangible assistance,
informational support, emotional support) dan dimensi forgiveness (avoidance
55
motivation, revenge motivation, benevolence motivation) terhadap kekerasan
seksual pada remaja ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari dimensi
dukungan sosial (appraisal support, tangible assistance, informational support,
emotional support) dan dimensi forgiveness (avoidance motivation, revenge
motivation, benevolence motivation) terhadap kekerasan seksual pada remaja.
Terakhir, peneliti melihat koefisien regresi setiap independent variable.
Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa
IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap efek kekerasan
seksual.Dapat dilihat juga apakah dari 7 IV (minor) berpengaruh secara positif
atau negatif dan signifikan terhadap DV. Adapun penyajiannya ditampilkan pada
tabel 4.7 berikut ini:
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat disampaikan persamaan regresi
sebagai berikut :
Kekerasan Seksual Betrayal Trauma = 11.263 + 0.270 (appraisal support) +
0.055 (tangible assistance) + 0.074 (emotional support) + 0.053 (informational
support) + 0.161 (avoidance motivation) + 0.0118 (revenge motivation) + 0.043
(benevolence motivation)
56
Dari tabel 4.7 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig. pada kolom yang paling kanan
(kolom keenam dari kiri), jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap kekerasan seksual dan sebaliknya. Penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing IV adalah sebagai
berikut:
1. Variabel dukungan sosial. Appraisal support, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.270 dengan Sig. sebesar 0.064 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H01 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
appraisal support terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
2. Variabel dukungan sosial. Tangible asisstance, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.055 dengan Sig. sebesar 0.683 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H02 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
tangible assistance terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
3. Variabel dukungan sosial. Emotional support, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.074 dengan Sig. sebesar 0.482 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H03 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
emotional support terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
4. Variabel dukungan sosial. Informational support, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.053 dengan Sig. sebesar 0.638 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H04 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
emotional support terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
57
5. Variabel forgiveness. Avoidance motivation, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.161 dengan Sig. sebesar 0.260 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H05 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
avoidance motivation terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
6. Variabel forgiveness. Revenge motivation, diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.118 dengan Sig. sebesar 0.373 (Sig. > 0.05), dengan demikian
H06 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari revenge
motivation terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
7. Variabel forgiveness. Benevolence motivation, diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.043 dengan Sig. sebesar 0.762 (Sig. > 0.05), dengan
demikian H07 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
benevolence motivation terhadap kekerasan seksual pada remaja diterima.
4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Independent Variabel
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing independent variabel terhadap kekerasan seksual. Pada tabel
4.8, kolom pertama adalah IV yang dianalisis satu per satu, kolom kedua
merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu persatu
tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukkan secara satu persatu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV
yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan
pula, yang terdiri dari numerator atau dumerator, kolom F tabel adalah kolom
mengenai nilai F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah
akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nila F hitung lebih besar
58
daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan
dituliskan signifikan dan sebaliknya. Besarnya proporsi varians pada kekerasan
seksual betrayal trauma dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Dari tabel diatas dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel appraisal support memberikan sumbangan sebesar 10.8% dalam
varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan Sig. F Change=0.001 (Sig. F Change < 0.005) dan df=90.
2. Variabel tangible assistancememberikan sumbangan sebesar 0.06% dalam
varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan Sig. F Change=0.436 (Sig. F Change > 0.005) dan df=89.
3. Variabel emotional support memberikan sumbangan sebesar 12% dalam
varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebuttidak signifikan secara
statistik dengan Sig. F Change=0.279 (Sig. F Change > 0.005) dan df=88.
59
4. Variabel informational support
memberikan sumbangan sebesar 0.1%
dalam varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan Sig. F Change=0.740 (Sig. F Change > 0.005) dan
df=87.
5. Variabel avoidance motivation
memberikan sumbangan sebesar 42%
dalam varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan Sig. F Change=0.041 (Sig. F Change > 0.005) dan
df=86.
6. Variabel revenge motivation memberikan sumbangan sebesar 0.7% dalam
varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan Sig. F Change=0.339 (Sig. F Change > 0.005) dan df=85.
7. Variabel benevolence motivation memberikan sumbangan sebesar 0.1%
dalam varians kekerasan seksual. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan Sig. F Change=0.762 (Sig. F Change > 0.005) dan
df=84.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat satu IV
yaitu appraisal support yang memberikan sumbangan terhadap varians kekerasan
seksual secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan. Sedangkan
terdapat enam IV yaitu tangible assistance, informational support, emotional
support, avoidance motivation, revenge motivation, dan benevolence motivation
tidak berpengaruh secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan.
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan diskusi berdasarkan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Selain itu juga akan diberikan saran praktis untuk penelitian
selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama pada variabel dukungan sosial seperti appraisal support, tangible assistance,
emotional support, informational support dan forgiveness seperti avoidance
motivation, revenge motivation, benevolence motivation terhadap kekerasan
seksual pada remaja.
Selanjutnya berdasarkan hasil dari uji hipotesis minor yang telah dilakukan,
tidak terdapat satupun variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap kekerasan
seksual pada remaja. Dan variabel yang dominan mempengaruhi DV dilihat dari
besarnya standardized coefficient (beta). Pada penelitian ini didapatkan IV yang
paling besar pengaruhnya terhadap kekerasan seksual pada remaja adalah
appraisal support.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel appraisal support, tangible
assistance, informational support, emotional support, avoidance motivation,
revenge motivation, dan beneviolence motivation memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kekerasan seksual pada remaja. Berdasarkan uji regresi yang
60
61
telah dilakukan, bahwa dukungan sosial dan forgiveness secara bersama-sama
berpengaruh dalam kekerasan seksual pada remaja. Namun jika dilihat dengan
analisa statistik model 1, tidak ada 1 variabel yang memberikan berpengaruh
secara signifikan terhadap kekerasan seksual pada remaja.
Appraisal support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Horwitz
(2005) bahwa remaja yang mengalami trauma pasca kejadian yang menyakitkan
disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial khususnya appraisal support dari
orang terdekatnya. Karena ketika kurangnya appraisal support yang didapatkan
korban, hal itu berarti korban tidak bisa menceritakan apa yang dialaminya karena
tidak ada orang yang bisa diajak bicara tentang apa yang dihadapinya.
Tangible assistance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hall, Tice, Beresford, Wooley (1989, dalam Testa, Miller, Downs,
& Panek, 1992) bahwa dukungan sosial tangible assistance tidak memiliki
hubungan dengan derajat stress dan tingkat traumatis seorang korban kekerasan.
Walaupun demikian, seorang korban kekerasan yang tidak mendapatkan tangible
assistance dan dukungan sosial lainnya akan mengalami gangguan perilaku dan
memiliki self-esteem yang rendah.
Emotional support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sauzier
(1989, dalam Sinclair & Gold, 1997) bahwa emotional support dapat menolong
korban kekerasan seksual dari trauma yang dialami. Senada dengan penelitian
62
yang dilakukan Feiring, Taska dan Lewis (1998, dalam Razak, Manaf & Mukhtar,
2013) tentang kekerasan seksual, mereka menemukan bahwa emotional support
dari orang terdekat korban berhubungan dengan rendahnya level depresi dan
tingginya self-esteem korban. Itu mengartikan bahwa emotional support dari
keluarganya akan membuat korban merasa dihargai dan didukung serta tidak
membuat korban merasa sedih dan kecewa karena hal itu hanya akan
meningkatkan level depresi korban.
Informational support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
efek kekerasan seksual pada remaja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bullman (1989, dalam Testa, Miller, Downs, & Panek, 1992)
bahwa individu yang tidak memiliki informational support akan berbahaya atau
relatif lebih tinggi kemungkinannya terkena depresi atau trauma, karena dalam hal
ini bisa saja individu yang menjadi korban kekerasan tidak mendapat pengobatan
atau terapi yang dibutuhkan.
Avoidance motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
efek kekerasan seksual pada remaja. Hal ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa
seseorang korban yang forgive adalah korban yang memiliki skor yang rendah
pada avoidance motivation dan revenge motivation. Sedangkan memiliki skor
yang tinggi pada benevolence motivation (Mc Cullough, 2001). Sebenarnya sikap
menjauh dari pelaku dapat dikatakan sebagai coping stress korban untuk
mengurangi konflik yang ada dalam diri korban saat berada dalam situasi yang
negatif (Endler&Parker, 2000 dalam Davidson, Lozano, Cole, & Gervais, 2013).
63
Revenge motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja. Hal ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa
seseorang korban yang forgive adalah korban yang memiliki skor yang rendah
pada avoidance motivation dan revenge motivation. Sedangkan memiliki skor
yang tinggi pada benevolence motivation (Mc Cullough, 2001). Penelitian
Frederickson (2000 dalam Davidson, Lozano, Cole, & Gervais, 2013) mengatakan
bahwa emosi positif seperti tidak menjauhi pelaku dan membalas dendam pada
pelaku dapat mengurangi trauma dan depresi yang ada. Dan sebaiknya mencari
adaptive coping strategies bukan dengan avoidance (menjauhi pelaku) atau
revenge motivation (membalas dendam).
Benevolence motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja. Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa
pengalaman kekerasan seksual akan mengurangi skor dari benevolence motivation
seseorang. Sejalan dengan penelitian Litlteton et. al (2011) bahwa benevolence
motivation menjadi mediator atas adanya hubungan antara PTSD, trauma umum,
dan depresi terhadap pengalaman kekerasan seksual. Mengapa demikian? Karena
ini berarti bahwa korban tidak memaafkan pelaku, karena korban masih
menyimpan emosi yang negatif sehingga hal tersebut memicu stressor korban
yang menyebabkan korban mengalami depresi, Trauma umum, dan PTSD.
Dengan demikian, variabel-variabel appraisal support, emotional support,
informational
support,
avoidance
motivation,
revenge
motivation,
dan
benevolence motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan seksual pada remaja . Hal ini memiliki beberapa kemungkinan yang
64
terjadi seperti kesalahan dalam proses penelitian, atau skala yang kurang cocok
untuk remaja, tingkat moral desire korban serta hal-hal lain diluar penelitian ini.
5.3. Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti dependent variable yang sama.
5.3.1. Saran Metodologis
1. Pada penelitian ini masih banyak variabel yang terkait dengan kekerasan
seksual pada remaja yang tidak ikut dianalisis seperti adiksi, disosiasi,
gangguan kecemasan, depresi mayor, agresi, masalah akademik, pola asuh,
cognitive appraisal, attachment style dan lain-lain.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat diperkaya dengan melihat kekerasan
seksual pada survivor (korban kekerasan seksual yang telah dewasa) serta
selain betrayal trauma adakah efek jangka panjang kekerasan seksual lain
yang menyertai.
3. Selain itu penelitian selanjutnya bisa membahas 4 trauma yang menyertai
pengalaman kekerasan seksual, sehingga tidak terbatas hanya membahas
satu trauma saja.
5.3.2
Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa sebaiknya para korban
kekerasan seksual menyadari pentingnya memaafkan, dan mempelajari
forgiveness.
65
2. Perlunya korban mempelajari adaptive coping strategiesuntuk mengurangi
tingkat stress, trauma atau depresi pada korban kekerasan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, C. B. (2007). The role of betrayal and culture on trauma sequelae in a
japanese sample . Dissertation: The Degree of Doctor of Philosophyin The
Departement of Psychology University of Oregon. .
Bono, G., & McCullough, M. (2004). Religion, forgiveness, and adjusment in
older adults. In K. Schaie, N. Krause, & A. Booth, Religious Influence on
health and well-being in the elderly. New York: Springer.
Brooks, C. (2007). Forgiveness and empathy in victims of sexual aggression and
their relationship with mental and physical health. Dissertation: The
Degree of Doctor of PhilosophyThe Departement of Psychology Idaho
State University.
Brown, L. S., & Freyd, J. J. (2008). PTSD criterion A and betrayal trauma: a
modest proposal for a new look at what constitutes danger to self. Trauma
Psychology Newsletter , 11-15. doi: 10.1207/s15327019eb0404.
Carey,
E.
(2012).
Retrieved
May
13,
2014,
www.healthline.com/health/child-neglect-and-psychological-abuse.
from
Crawley, M. J. (2005). Attachment and forgiveness as mediators between
childhood abuse and self esteem. Dissertation: The Degree of Doctor of
Philosophy in The Departement Biola University.
Cohen, S., Underwood, L. G., Gothleb, B. H. (2000).Social support measurement
and intervention: a guide for health and social scientist. New York:
Oxford University Press.
Davidson, M., Lozano, N. M., Cole, B. P., & Gervais, S. J. (2013). Association
between women's experience of sexual violence and forgiveness. Violence
and Victims, 28 (6) , 1041-1047. dx.doi.org/10.1891/0886-6708. VV-D12-00075.
Deblinger, E., Lippman, J., & Steer, R. (1996). Sexually abused children suffering
posttraumatic stress symptoms: initial treatment outcome finding. Child
Maltreatment
,
1-12.
Retrieved
from
http:
//scholar.google.co.id/scholar?q=sexually-abused-children-/sufferingposttrauamtic-stress-symptom;+initial treatment+outcome+finding.
DePrince, A., Brown, L., Cheit, R., Freyd, J., Gold, S., Pezdek, K., Quina, K..
(2010). Motivated forgetting and missremembering: perspective from
betrayal trauma theory. Nebraska Symposium for Motivation, (pp. 1-82).
Enright, R., & Fitzgibbon, R. (2000). Helping clients forgive: an empirical guide
for resolving anger and restoring hope. Washington: American
Psychology Association.
Finkelhor, D., & Brown, A. (Oktober 1985). The traumatic impact of child sexual
abuse: a conceptualization. American Journal of Orthopsychiatry, 66 (4) ,
1-13.
Freyd, J. J. (1994). Betrayal trauma: traumatic amnesia as an adaptive response to
childhood abuse. ETHICS & BEHAVIOR, 4 (4) , 307-328. Retrieved from
Freyd, J. J. (1997). Violations of power, adaptive blindness, and betrayal trauma
theory. In J. J. Freyd, Feminism & Psychology (pp. 21-32). Thousand
Oaks: SAGE Publication.
Freyd, J. J. (2001). Self-reported memory for abuse depends upon victimperpetrator relationship. Journal of Trauma & Dissociation, 2(3) , 5-15.
Freyd, J. (2001). Memory and dimension of trauma: terror may be 'all-too-well
remembered' and betrayal buried. In J. Conte, Critical Issue in Child
Sexual Abuse: Historical, Legal, and Psychological Perspective (pp. 139173). Thousand Oaks, CA: Sage Publication.
Freyd, J. J., Klest, B., & Allard, C. B. (2005). Betrayal trauma: relationship to
physical health, psychological distress, and a written disclosure
intervention. Journal of Trauma & Dissociation, 6 (3) , 83-103. doi:
10.1300/J229v06n03_04.
Ghetti, S., Edelstein, R. S., Goodman, G. S., Cordon, I. M., Quas, J. A.,
Alexander, k. W., et al. (2006). What can subjective forgetting tell us
about memory for childhood trauma?. Memory & Cognition, 34 (5) , 10111025.
Giesbrecht, T., & Merckelbach, H. (2009). Betrayal trauma theory of dissociative
experiences: stroop and directed forgetting finding. American Journal of
Psychology, 122(3) , 337-348.
Goldsmith, R. E. (2008). Betrayal trauma. In R. E. Goldsmith, Encyclopedia of
interpersonal violence (pp. 78-79). Thousand Oaks: SAGE Publication,
Inc.
Hall, M., & Hall, J. (2011). The long-term effect of childhood sexual abuse:
counseling implication . American Counseling Implication , 1-8. Retrieved
from http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/article_19.pdf.
Horwitz, J. A. (2001). Retrospective report of social support and coping with
neglect, emotional, physical, and sexual abuse in the childhood home
environment of adult with early-onset chronic depression.Dissertation:
The Degree of Doctor of Philosophy in Virginia Commonwealth
University .
Lakey, B., & Cohen, S. (2000). Social support theory and measurement. In B.
Lakey, S. Cohen, S. Ed, L. G. Underwood, & B. H. Gothlieb, Social
support measurement and intervention (pp. 29-52). New York: Oxford
University Press.
Laurie, Kahn. (2006). The understanding and treatment of betrayal trauma as a
traumatic experience of love. Journal of Trauma Practice, 5 (3). The
Haworth Press. doi:10.1300/J189v05n03_04.
Luskin, F. (2010, April). Retrieved July 2014, from LearningtoForgive.com:
http://www.learningtoforgive.com/forgiveness prescription-for-health-andhappiness.
Luzombe, L., & Dean, K. E. (2009). Moderating and intensifying factors
influencing forgiveness by priests and lay people. Springer Sience , 1-13.
McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: who does it and how do they it? Current
Directions In Psychological Science , pp. 194-197.
McCullough, M. E., Sandage, S. J., Brown, S. W., Chris Rachal, K., Worthington,
E. L., & Hight, T. L. (1998). Interpersonal forgiving in close relationship:
ii. theoretical elaborationand measurement. Journal of Personality and
Social Psychology 75 (6) , 1586-1603. doi: 0022-3514/98/53.00.
Molnar, B. E., Buka, S. L., & Kessler, R. C. (2001). Child sexual abuse and
subsequent psychopatology: result from the national comorbidity survey.
American Journal of Public Health, 91 (5) , 753-758.
Pfohl, S. (2008). Encyclopedia of social problem. In S. Pfohl, Abuse, Child Sexual
(pp. 1-6). Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Putnam, F. W. (2003). Ten-Year Research Update Review: Child Sexual Abuse.
American Academy of Child & Adolescent Psychiatry , 269-279. doi:
10.1097/01.CHI.0000037029.04952.72.
Razak, A., Manaf, A., & Mokhtar, N. (2013). Social support for child sexual
abuse cases in institutional care. Journal of Social and Development
Sciences, 4 (11) , 508-513. ISSN: 2221-1152.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak, edisi ketujuh, jilid dua. Jakarta:
Erlangga.
Sarafino, E. P., and Smith, T. W. (2011). Health psychology: biopsychososial
interaction-seventh edition. United States America: John Wiley & Sons.
Savitri, A. W. (2014, September 4). DetikNews. Retrieved 1 1, 2015, from
Detik.com: http://www.detik.com.
Taylor, S. (2003). The Handbook of Health Psychology. New York: Oxford
University Press.
Testa, M., Miller, B. A., Downs, W. R., & Panek, D. (1992). The moderating
impact of social support following childhood sexual abuse. Violence and
Victims, 7 (2) , 173-186.
The Office of the Governor C.L. Butch Otter; The office of the Attorney General
Lawrence Wasden. (2007). Prosecution of Child Sexual Abuse. Idaho.
Umar, J. (2012). Confirmatori factor analysis: bahan ajar perkuliahan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Walton, E. (2005). Therapeutic forgiveness: developing a model for empowering
victims of sexual abuse. Clinical Social Work Journal, 33 (2) , 193-207.
doi: 10.1007/s10615-005-3532-1.
Wikipedia.com. (2014, January 23). Retrieved Desember 29, 2014, from
MedlinePlus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/childsexualabuse.html.
Zickler, P. (2002, April). NIDA-Publication. Retrieved 1 1, 2015, from NIDA
Notes-7(1):
http://archives.drugabuse.gow/NIDA_Notes/NNVol17N1/Childhood.html.
Informed Consent
Saya Nur Faizah, mahasiswa akhir Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang sedang mengadakan penelitian tentang betrayal trauma untuk skripsi saya.
Saya sangat mengharapkan Bapak/ Ibu Wali/ Saudara bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini bersifat sukarela dan semua informasi akan dirahasiakan dan
hanya digunakan untuk penelitian ini. Bila informasi ini dipublikasikan, maka data ini akan
tetap peneliti jaga kerahasiannya. Oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu Wali/ saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa tekanan.
Demikian informasi ini saya sampaikan, Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu
Bapak/Ibu wali/saudara saya sampaikan terimakasih.
Peneliti
NUR FAIZAH
DATA DIRI RESPONDEN
Nama Responden/Inisial
:______________________________
Umur
:______________________________
Jenis Kelamin
:______________________________
Jakarta, …………………………
TTD Wali/responden yang bersangkutan
Bayangkan saat anda mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan seperti
disakiti, dihianati, diabaikan atau orang tersebut melakukan kekerasan pada anda dan
ternyata orang tersebut sangat anda sayangi dan sangat dekat dengan anda.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) dikotak yang telah
disediakan. (Jika pelaku lebih dari 2 orang cukup pilih pelaku yang menurut anda
dekat dengan anda.)
Oranng 1
Apa hubunganmu dengannya? (e.g. ayah, teman, saudara, paman, guru, dll.)? _________
Apakah dia  laki-laki  perempuan
Berapa umurmu pada saat itu _____
Berapa usia orang tersebut pada saat itu _____
Berapa kali hal itu terjadi?  1  2-5  6-20  >20
Sampai berapa lama hal itu terjadi?  hari  minggu  bulan  tahun
Bagian 1
Untuk pernyataan dibawah ini, adalah pernyataan yang mengindikasikan perasan dan
pikiran anda terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan seperti disakiti,
dikhianati, diabaikan, atau orang tersebut melakukan kekerasan baik fisik atau
seksual. Bacalah setiap pernyataan dan tentukanlah sikap anda dengan memberikan tanda
silang pada jawaban yang anda pilih dari keempat aternatif jawaban yang tersedia, yaitu:
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
No
1
2
3
4
5
6
7
8
STS
Pernyataan
Saya merasa bahwa orang tersebut sangat
memperhatikan saya, karena dia seringkali memberi
makanan atau tempat tinggal untuk saya.
Saya sangat mempercayainya
Pengalaman itu terjadi lebih dari 1x
Saya memiliki perasaan yang negatif tentang
pengalaman itu .
Saya memiliki perasaan yang positif tentang
pengalaman itu.
Saya merasa bingung akan pengalaman itu.
Saat pengalaman itu terjadi, saya merasa malu.
Saat pengalaman itu terjadi, saya merasa marah.
TS
S
SS
9
10
11
12
13
14
15
16
Saya merasa dikhianati saat pengalaman itu terjadi.
Saya memiliki ingatan yang baik tentang peristiwa itu,
sekarang dan selamanya
Saya memiliki ingatan yang baik tentang peristiwa itu
sekarang, tetapi ada beberapa waktu dimana saya
memiliki kesulitan untuk mengingatnya
Saya hanya mengingat beberapa bagian dari peristiwa
itu, dan saya selalu kesulitan dalam mengingatnya.
Saya hanya mengingat beberapa bagian dari peristiwa
itu, tetapi ada beberapa waktu dimana saya tidak
mengingatnya sama sekali
Saya hanya mengingat beberapa bagian dari peristiwa
itu sekarang, tetapi saya berpikir untuk mengingatnya
dengan baik.
Seseorang menceritakan padaku tentang apa yang
terjadi, tetapi saya tidak memiliki ingatan akan hal itu.
selama peristiwa tersebut berlangsung saya dalam
pengaruh alkhol atau obat-obatan.
Bagian 2
Untuk pernyataan dibawah ini, adalah pernyataan yang mengindikasikan perasan dan
pikiran anda terhadap orang yang menyakiti anda. Bacalah setiap pernyataan dan
tentukanlah sikap anda dengan memberikan tanda silang pada jawaban yang anda pilih dari
keempat aternatif jawaban yang tersedia, yaitu:
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
No
1
Pernyataan
4
Saya akan membuat dia membayar apa yang telah
dilakukan
Saya mencoba untuk tetap menjaga jarak sejauh
mungkin kepada nya
Meskipun tindakan dia menyakiti saya, saya memiliki
niat baik kepada dia
Saya berharap sesuatu yang buruk terjadi pada nya
5
Saya hidup seolah-olah dia tidak ada
6
Saya ingin kita berdamai dan melanjutkan kembali
hubungan baik
Saya tidak percaya kepadanya
2
3
7
STS
TS
S
SS
8
9
Apapun yang dia lakukan, saya ingin memiliki
hubungan yang positif lagi
Saya ingin dia mendapatkan ganjaran yang pantas
10
Sulit bagi saya untuk bersikap ramah terhadapnya
11
Saya menghindari dia
12
Meskipun dia meyakiti saya, saya mengesampingkan
rasa sakit itu sehingga kami dapat terus berhubungan
baik
Saya akan membalas dendam
13
14
17
Saya telah memberikan rasa sakit hati dan kebencian
saya terhadapnya
Saya memutuskan untuk tidak berhubungan lagi
dengannya
Saya telah menghapus kemarahan saya kepadanya
sehingga saya dapat beraktivitas dan mengembalikan
hubungan yang baik
Saya ingin melihat dia sakit hati dan sengsara
18
Saya menarik diri dari dia
15
16
Bagian 3
Bacalah setiap pernyataan dan tentukanlah sikap anda dengan memberikan tanda silang pada
jawaban yang anda pilih dari keempat aternatif jawaban yang tersedia, yaitu:
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
No Pernyataan
STS
1
Saya percaya ada seseorang yang membantu saya
memecahkan masalah
2
Jika saya membutuhkan peralatan, ada seseorang yang
membantu saya
3
Teman-teman saya lebih menarik dari saya
4
Ada seseorang yang menghargai perjuangan saya
5
Saat saya kesepian, ada seorang yang mendengrkan saya.
6
Tidak ada seorangpun yang membuat saya merasa nyaman
untuk bercerita tentang masalah yang sangat pribadi
7
Saya sering bercerita tentang masalah saya dengan keluarga
dan teman saya
8
Sebagian besar orang yang saya tahu, mereka berpikir tinggi
TS
S
SS
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
tentang saya
Ketika saya membutuhkan seseorang untuk mengantar saya,
ada seseorang yang akan melakukannya.
Saya selalu merasa saya bukan bagian dari teman-teman saya.
Tidak ada seorangpun yang memberi pandangan untuk
menyelesaikan masalah saya
Saya sangat menikmati waktu yang saya habiskan dengan
beberapa teman berbeda
Saya berpikir bahwa teman-teman saya menganggap saya
tidak sangat baik dalam membantu menyelesaikan masalah
mereka.
Ketika saya sakit dan membutuhkan seseorang, tidak ada
seorangpun yang membantu saya
Ketika saya ingin berpergian, sulit bagi saya dalam
menemukan seseorang untuk pergi bersama saya.
Jika saya membutuhkan tempat tinggal selama 1 minggu
karena hal-hal darurat (contohnya kerusakan air atau listrik di
apartemen atau rumah) sangat mudah bagi saya dalam
menemukan seseorang yang dapat memberikan tempat tinggal
untuk saya.
Saya merasakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
diajak bercerita akan kekhawatiran dan ketakutan saya.
Jika saya sakit, sangat mudah bagi saya menemukan
seseorang untuk membantu pekerjaan sehari-hari saya.
Ada seseorang yang nasehatnya saya dengarkan
Saya sama baiknya dengan kebanyakan orang dalam
melakukan sesuatu.
Jika saya ingin pergi menonton, saya dengan mudah
menemukan seseorang untuk pergi dengan saya.
Ketika saya membutuhkan petunjuk untuk menyelesaikan
masalah saya, saya tahu seseorang yang akan membantu saya.
Jika saya membutuhkan pinjaman uang, ada seseorang yang
dapat memberikan saya pinjaman.
Pada umumnya, orang-orang tidak mempercayai saya.
Saya dan beberapa orang tidak menikmati beberapa hal ang
dilakukan
Ada seseorang yang nasehatnya dapat mempengaruhi saya
dalam membuat rencana kedepan atau merubah pekerjaan
saya
Saya jarang diundang untuk mengerjakan sesuatu denga
teman saya
Kebanyakan teman-teman saya lebih berhasil dalam merubah
kehidupan-kehidupan mereka daripada saya.
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Jika saya pergi ke sebuah kota selama beberapa minggu.
Sangat sulit bagi saya untuk menemukan seseorang yang mau
menjaga rumah atau apartemen saya.
Tidak ada seorangpun yang benar-benar dapat saya percaya
untuk memberikan nasehat keuangan yang baik.
Jika saya ingin makan siang dengan seseorang, sangat mudah
bagi saya menemukan seseorang untuk menemani.
Saya puas dengan kehidupan saya
Jika saya mengalami kecelakaan yang jaraknya 10 mil dari
rumah saya ada seseorang yang dapat saya telpon untuk
datang dan menjemput saya.
Tidak ada satu orangpun yang peduli terhadap pesta ulang
tahun saya
Betapa sulitnya menemukan seseorang untuk meminjamkan
mobil mereka selama beberapa jam
Jika dalam keluarga saya timbul sebuah masalah, sangat sulit
menemukan seseorang untuk memberi saya nasehat yang baik
dalam menyelesaikannya
Saya lebih dekat dengan teman-teman saya daripada yang lain
Setidak-tidaknya ada seseoerang yang dapat saya percaya
dalam nasehatnya
Jika saya membutuhkan pertolongan untuk pindah rumah
sangat sulit bagi saya untuk menemukan seseorang dalam
menolong saya.
Saya sulit menjaga hubungan dengan teman-teman saya.
Download