HIGH ORDER THINKING PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI TEKNIK MAKE - A MATCH DI SEKOLAH DASAR Asdiana Guru Sekolah Dasar 01 Sayap [email protected] To the effect this research is subject to be know make's tech implement a. match to increase high thinking's order student on natural sciences learning about living thing fitting material. Executed research at Tana Tidung's Regency Elementary School, with subjek student research brazes 5 total one 32 students. This research constitute action research by use of model kemmis and McTaggart, one that is done in two cycles. Each cycle consisting of planning phase, performing, watch, and reflection. Process data collecting via essays high thinking's order in write, and non essays as result of tech performing observation make a. match, utilizing activity observation sheet learns and student, field note and documentation result. Result observationaling to point out marks sense peingkatan high thinking's order student on natural sciences learning, notably about living thing fitting, by applying tech make a. match. It proved by point essays high thinking's order student on i. cycle which is 56% complete student, worked up on cycle II. up to 84% complete student. Activity learns and student accord this tech steps up to 100% (mastery learning) at the early cycle II. Key word: Make's tech a. match, high orders thinking on adjusted natural sciences learning living thing, action research. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan teknik make- a match untuk meningkatkan high order thinking siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi penyesuaian makhluk hidup.Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Kabupaten Tana Tidung, dengan subjek penelitian siswa kelas 5 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan McTaggart, yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Proses pengumpulan data melalui tes high order thinking secara tertulis, dan non tes berupa hasil observasi pelaksanaan teknik make- a match, menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa, catatan lapangan dan hasil dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan adanya peingkatan high order thinking siswa pada pembelajaran IPA, khususnya tentang penyesuaian makhluk hidup, dengan menerapkan teknik make- a match. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes high order thinking siswa pada siklus I yaitu 56% siswa yang tuntas, meningkat pada siklus II mencapai 84% siswa yang tuntas. Kegiatan guru dan siswa sesuai langkah-langkah teknik ini mencapai 100% (mastery learning) pada akhir siklus II. Kata kunci: Teknik make-a match, high order thinking, natural science, penelitian tindakan. 202 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 Era globalisasi saat ini, pemerintah sangat sendiri dan alam sekitar, serta melihat memperhatikan ilmu masa depan dengan pengembangan lebih pengetahuan dan teknologi. Hal ini terlihat lanjut menerapkannya dalam kehidupan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh sehari-hari. pemerintah menekankan pada pemberian pengalaman perkembangan tentang percepatan Proses pembelajarannya pembangunan nasional yaitu pembangunan langsung di bidang pendidikan yang bertujuan untuk kompetensi agar memahami alam sekitar meningkatkan mutu SDM Indonesia di secara ilmiah. bidang IPTEK agar mampu bersaing IPA untuk mengembangkan diperlukan dalam kehidupan secara global. Salah satu percepatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu memberikan pembelajaran manusia melalui pemecahan masalah- IPA di setiap jenjang pendidikan di masalah yang dapat Indonesia termasuk jenjang Sekolah Dasar. Implementasi pembelajaran IPA perlu Hal ini dikarenakan pendidikan IPA pada dilakukan secara bijaksana agar tidak tingkat dasar akan memberikan konstribusi berdampak buruk terhadap lingkungan. Di yang sangat berarti bagi keseluruhan tingkat proses penekanan pendidikan siswa dan perkembangan individu selanjutnya. (Sains, Sekolah Dasar diharapkan ada pembelajaran lingkungan, masyarakat) Dalam perkembangan teknologi dan diidentifikasikan. Salingtemas teknologi, yang diarahkan dan pada informasi di era sekarang, mata pelajaran pengalaman belajar untuk merancang dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah membuat suatu karya melalui penerapan Dasar akan memberikan kontribusi yang konsep sangat berarti bagi peserta didik karena ilmiah secara bijaksana. IPA dan kompetensi bekerja Proses dalam pembelajaran IPA berhubungan pembelajaran terlepas dari berhasil secara sistematis, sehingga IPA bukan keberhasilan guru dalam mendidik siswa hanya penguasaan kumpulan pengetahuan di sekolah. Maka, tidak heran guru yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dikatakan ujung tombak dalam pendidikan. atau Agar keberhasilan dalam mengajar dapat merupakan Pembelajaran suatu mata saja proses tetapi juga terwujud penemuan. pelajaran tentunya tidak akan dengan cara mencari tahu tentang alam prinsip-prinsip tentunya IPA guru harus mengaktifkan proses belajar siswa IPA dapat dan diharapkan dapat menjadi wahana bagi membuat proses belajar siswa menjadi peserta didik untuk mempelajari diri efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan 203 High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani memilih teknik yang tepat untuk memahami, mengaplikasi, menganalisis digunakan dalam proses pembelajaran. serta mencipta. Proses berpikir sangat Sehingga diharapkan pembelajaran IPA dibutuhkan dalam belajar. Proses berpikir tidak lagi monoton tetapi menjadi lebih terus menerus akan melahirkan pemikiran aktif, efisien, yang menyenangkan dan lebih bermakna. berkualitas serta menjadikan seseorang dapat berpikir tingkat tinggi atau Setiap individu membutuhkan proses disebut juga high order thinking(HOT). belajar untuk merubah diri seseorang. Stein dan Lane dalam Thompson (2008) Belajar merupakan sebuah proses yang HOT isthe use of complex, nonalgorithmic natural untuk merubah pribadi seseorang. thinking to solve a task in which there is Tentu hal ini juga yang terjadi pada siswa not di sekolah. Gagne dalam Pribadi(2009), approach or pathway explicitly suggested menyatakan bahwa belajar dipandang by the task, task instruction, or a worked sebagai proses alami yang dapat membawa out example”. a predictable, well-rehearsed perubahan pada pengetahuan, tindakan, Dalam kesempatan lain McDavitt, dan perilaku seseorang (A natural process (1993) dalam FJ. King, dkk menyatakan that leads to changes in what we know, higher order skills include analysis, what we can do, and how we behave). synthesis, and evaluation and require siswa mastery of previous levels, such as merupakan kemampuan-kemampuan atau applying routine rules to familiar or novel kompetensi yang termuat dalam tiga ranah problems. Hasil dari proses belajar yaitu kognitif, afektif serta psikomotorik. Sejalan dengan hal tersebut dalam Di antara ketiga ranah tersebut, penilaian meningkatkan berpikir tingkat tinggi perlu hasil belajar lebih sering dilakukan pada ditetapkan tujuannnya. Ball & Garton ranah kognitif. Sebagaimana dinyatakan (2005) dalam Barbara. L Dkk mengatakan: oleh Sudjana(2010), di antara ketiga ranah The development of well-written objectives itu, ranah kognitif yang paling banyak will dinilai oleh para guru di sekolah karena movement berkaitan dengan kemampuan para siswa thinking.”Artinya pengembangan tujuan dalam menguasai isi bahan pelajaran. yang ditulis dengan baik akan sangat Dimensi kognitif dalam taxonomi mempercepat Bloom oleh Anderson dan Krathwohl (2001) meliputi proses greatly accelerate into gerakan berpikir tingkat tinggi. mengingat, 204 a higher pelajar learner's level dalam JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 Aly dan Rahma(2010) mengatakan melalui skor yang didapat oleh siswa bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang setelah menjawab soal-soal yang dibuat teoritisyang diperoleh/disusun dengan cara oleh peneliti sebagai instrument untuk yang mengukur variabel high order thinking khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, pada penyusunan penyesuaian teori, eksperimentasi, pembelajaran makhluk IPA tentang hidup. Adapun seterusnyakait indikator yang digunakan untuk menyusun mengait antara cara yang satu dengan cara butir soal pada intrumen adalah 1) yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu Mengamati cara hewan atau tumbuhan secara demikian ini terkenal dengan nama menyesuaikan diri dengan lingkungannya, metode ilmiah.Sedangkan menurut Carin 2) Membandingkan kekuatan jenis hewan dan Sund(1998) IPA merupakan suatu cara tertentu berdasarkan bentuk kakinya, 3) untuk mengetahui tentang alam melalui Mengklasifikasikan hewan berdasarkan kumpulan data yang diperoleh melalui jenis makanannya dan hewan buas dengan pengamatan dan penelitian yang terkontrol hewan yang didalamnya memuat proses, produk penyebab kelangkaan dan sikap manusia. tumbuhan tertentu, observasidan demikian tidak buas, 4) Meramalkan hewan atau Agar siswa dapat berhasil dalam 5) Mengkomunikasikan kesesuaian cara kemampuan berpikir tingkat tinggi atau hewan atau tumbuhan menyesuaikan diri high order thinking dalam pembelajaran dengan lingkungannya, 6) Menyimpulkan IPA maka dibutuhkan keterampilan proses. penyebab hewan atau tumbuhan dapat Semiawan, Dkk(1998) yang dimulai dari bertahan hidup pada lingkungan tertentu, kegiatan observasi sampaikan dengan 7) mengkomunikasikan. Keterampilan proses penyesuaian diri makhluk hidup (hewan tentu dan tumbuhan) dalam kehidupan sehari- tidak disesuaikan semua dengan dapat diterapkan kemampuan Menerapkan pengetahuan tentang hari. dan Penelitian ini dalam pembelajaran materi yang diajarkan. Berdasarkan pemaparan di atas maka menggunakan metode kooperatif. Menurut kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Slavin (2009) mengatakan pembelajaraan high order thinking dalam pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode IPA meliputi kemampuan menganalisis pengajaran dimana para siswa bekerja dan mengevaluasi melalui ketrampilan dalam kelompok-kelompok kecil untuk proses.Kemampuan tersebut dapat dilihat saling membantu satu sama lainnya dalam 205 High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani mempelajari materi pelajaran. Jelas bahwa hal ini menunjukakn metode digunakan dalam mengajar siswa sekolah memanfaatkan dasar terutama siswa kelas V. Seperti pembelajaran kooperatif artinya dalam diketahui bahwa usia anak sekolah dasar kelompok dan juga dapat digunakan dalam khususnya kelas V telah mencapai tahap berbagai materi pelajaran di sekolah kognitif sosial.Dikutip oleh Husamah dan pengajaran segala Teknik make- a match sangat sesuai dapat Suatu metode dalam pembelajaran Yanur (2013) dari teori Lev. S. Vygotsky tidak akan berrhasil bila tidak ada cara mendasari yang ketercapaian berperan dalam belajar seseorang. Budaya metode tersebut dalam hal ini adalah adalah penentu perkembangan sehingga teknik. (2013) proses belajar individu dipengaruhi oleh mengatakan bahwa teknik adalah cara lingkungan utama budaya keluarga.Dalam yang dilakukan orang dalam rangka hal ini berarti pada saat belajar sesorang mengimplementasikan suatu metode yaitu melakukan interaksi dengan lingkunganya, cara yang harus dilakukan agar metode agar seseorang dapat berkembang dalam yang dan proses belajarnya. Lingkungannya dalam dalam hal ini yaitu ligkungan sekolah, baik pembelajaran ini yaitu teknik make- a interaksi dengan guru maupun interaksi match. dengan teman-teman di kelas. digunakan untuk Rohman dilakukan efisien.Teknik dan berjalan yang Amri efektif digunakan Keunggulan dari teknik make- a pemikiran Berdasarkan bahwa budaya penjelasan di atas, match yaitu berguna untuk meningkatkan metode kooperatif dengan teknik make- a partisipasi dan keaktifan siswa dalam match kelas. Hal ini dikarenakan seluruh aktifitas dimaksudkan dengan teknik pembelajaran pembelajaran berpusat pada siswa (student make-a match adalah sistem pembelajaran centered), guru hanya sebagai motivator, yang maupun fasilitator.Teknik pembelajaran kemampuan sosial terutama kemampuan make a match atau mencari pasangan bekerjasama, kemampuan berinteraksi di dikembangkan oleh Lorna Curran yang samping dikutip Lie (2014) yaitu Salah satu melalui permainan yang dibantu kartu, keunggulan yaitu tehnik ini adalah siswa peneliti menyimpulkan mengutamakan kemampuan kartu yang yang penanaman berpikir berisi soal cepat atau mencari pasangan sambil belajar mengenai permasalahan kartu jawaban kemudian suatu konsep atau topik dalam suasana siswa mencari pasangan kartunya. Dengan yang menyenangkan. memperhatikan prinsip-prinsip dari teknik 206 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 pembelajaran make-a match yaitu anak pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu belajar melalui berbuat, panca indera, sampai mencapai ketuntasan belajar 100% bahasa dan gerak. (mastery learning). Setelah METODE semua data penilaian Penelitian ini merupakan Classromm dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun Action Research atau penelitian tindakan data kualitatif, maka langkah selanjutnya kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus. adalah melakukan teknik validasi hasil Rancangan penelitian. tindakan penelitian yang Pelaksanaan validasi hasil digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian didasarkan pada kriteria derajat model kepercayaan Kemmis and McTaggart dengan (credibility) menggunakan sistem spiral yang dimulai menggunakan teknik triangulasi. Data dari perencanaan (planning), tindakan yang dikumpulkan kemudian (acting), pengamatan (observing), refleksi analisis (reflecting), ke mencakup teknik analisis kualitatif dan perencanaan kembali (replanning) sebagai data kuantitatif. Setelah dilakukan analisis dasar untuk strategi pemecahan masalah. data pada akhir tindakan, selanjutnya Hubungan antara keempat tahap dalam peneliti menginterpretasikan hasil analisis sistem ini dipandang sebagai satu siklus. mengenai high order thinking IPA siswa, dan dilanjutkan lagi Kisi-kisi instrumen yang ditetapkan data dalam . Teknik penelitian dan proses pembelajaran ini dengan dalam penelitian ini, yaitu instrumen high menggunakan teknik pembelajaran make-a order thinking pada pembelajaran IPA match. yang menggunakan data Interpretasi kuantitatif, hasil merupakan diperoleh dari hasil menggabungkan hasil dengan pernyataan, Sedangkan data nontes berupa kriteria, data atau observasi kegiatan guru dan siswa, berupa menemukan kalimat-kalimat dikumpulkan, atau data yang kegiatan data sehingga data ini berupa angka yang pengukuran. suatu analisis standar makna tertentu dari untuk data yang untuk yang menjawab dikategorikan berdasarkan kualitas objek permasalahan pembelajaran mengenai high yang diteliti yang disebut juga dengan data order thinking IPA siswa yang sedang kualitatif. Khusus untuk data dari lembar diperbaiki. Apabila semua indikator yang observasi kegiatan guru dan siswa (data ditetapkan dalam instrumen high order kualitatif), akan diubah dalam bentuk data thinking IPA telah dikuasai siswa, maka kuantitatif, dapat diinterpretasikan bahwa high order untuk melihat persentase 207 High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani thinking IPA telah mengalami yaitu 80% dari keseluruhan siswa belum peningkatan. Selanjutnya apabila semua mencapai KKM, dimana nilai rata-rata indikator yang ditetapkan dalam lembar kelas hanya mencapai 69, pembulatan dari pemantau tindakan telah mencapai 100%, 68,6. Gambaran secara visual khususnya maka dapat diinterpretasikan bahwa proses berkenaan dengan nilai tes high order pembelajaran telah berhasil dan tuntas thinking siswa pada pembelajaran IPA (mastery learning). tentang penyesuaian makhluk. Analisis tindakan siklus II dilakukan HASIL Jumlah siswa dalam penelitian ini sama seperti analisis data pada tindakan adalah 32 orang dengan jumlah butir soal siklus I. Berdasarkan hasil analisis tersebut tes uraian adalah 20 soal. Aktivitas guru dapat disuimpulkan bahwa telah terjadi pada siklus I tindakan ke-1 sebesar 80% peningkatan yang signifikan. Tindakan dan pembelajaran yang dilakukan telah tuntas tindakan ke-2 sebesar 85%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I mencapai tindakan ke-1 sebesar 65%, dan tindakan dimana kelemahan- kelemahan pada siklus ke-2 sebesar 75%. Presentasi nilai aktivitas I sudah teratasi. Pada siklus II ini guru dan siswa pada siklus I tersebut presentase nilai aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa hasil yang dicapai pada tindakan ke-2 telah mencapai 100%. belum memuaskan beberapa tindakan 100% (mastery learning), karena terdapat Untuk memperoleh data high order yang belum thinking siswa pada pembelajaran IPA dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam tentang pembelajaran dengan teknik make- a sebagai dampak pelaksanaan pembelajaran match. dengan teknik make- a match, make peneliti Berdasarkan hasil siklus 1 dapat penyesuaian makhluk melaksanakan evaluasi. hidup Nilai dideskripsikan bahwa siswa yang belum evaluasi tersebut setelah dioleh (terdapat tuntas mendapat nilai kurang dari 75 pada lampiran) tertera pada tabel distribusi sebanyak 14 siswa (43,8%). Sedangkan nilai tes high order thinking siswa pada sebanyak 18 siswa (56,3%) dikategorikan pembelajaran IPA tentang penyesuaian sudah makhluk hidup berikut ini: tuntas. Data tersebut belum menunjukkan adanya peningkatan high Berdasarkan tebel di atas maka, order thinking siswa pada pembelajaran dapat dideskripsikan bahwa siswa yang IPA tentang penyesuaian makhluk hidup, belum tuntas ada 5 orang (15,6%) karena karena belum mencapai standar minimal belum 208 mencapai KKM. Sedangkan JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 sebanyak 27 siswa (84,4%) dikategorikan dapat dilihat peningkatan yang signifikan sudah tuntas. Hal ini berarti pencapaian pada nilai 85 –90 dan 91 - 96 terdapat 13 nilai high order thinking siswa pada siswa (bandingkan pada siklus I tidak ada pembelajaran IPA tentang penyesuaian siswa yang memperoleh nilai sampai 96). makhluk hidup dengan nilai rata-rata kelas PEMBAHASAN 81 pembulatan dari 80,8 telah mencapai Dari perbandingan nilai tes high target (melebihi 80% jumlah siswa yang order thinking siswa pada pembelajaran mencapai KKM). IPA tentang penyesuaian makhluk hidup, Untuk mendapatkan maka gambaran dapat dipresentasikan bahwa secara visual mengenai nilai tes high order peningkatan telah terjadi pada setiap thinking siswa pada pembelajaran IPA siklus, tetapi peningkatan yang signifikan tentang hidup. terjadi pada siklus II. Hal ini digambarkan Selain itu, perbandingan dari perolehan dari pola kenaikan nilai siswa antar siklus nilai tes high order thinking siswa pada yang mengalami peningkatan dan saling pembelajaran IPA tentang penyesuaian berkorelasi. makhluk hidup pada siklus I dan siklus II. Teknik Make - A Match menuntut siswa Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat untuk berperan aktif/ mencari pasangan nilai rendah (dibawah nilai 75) cukup kartu dalam proses pembelajaran, sehingga banyak pembelajaran menjadi menyenangkan. penyesuaian yaitu makhluk sebanyak 14 siswa. Penggunaan Selanjutnya siswa yang mendapat nilai 73 teknik bagi ini guru sangat – 78 yaitu sebanyak 12 siswa. Sedangkan bermanfaat jumlah siswa yang mendapat nilai 79 – 84 mengembangkan hanya 7 siswa. Selanjutnya tidak ada siswa inovatif, yang memperoleh nilai 85 – 90 dan 91 - Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di 96. kelas V SD, khususnya materi penyesuaian pembelajaran kontekstual dan dalam yang terintegrasi. Sebaliknya pada siklus II, siswa makhluk hidup, dengan mengembangkan yang mendapat nilai di bawah 75 turun materi yang terintegrasi menjadi salah satu drastis yaitu sebanyak 5 siswa, sedangkan cara pada nilai 73 – 78ada penurunan yaitu dari kemampuan untuk menigkatkan high order 12 siswa yang memperoleh nilai tersebut thinking mereka, sehingga siswa akan turun menjadi 11 siswa, sedangkan jumlah lebih mudah dalam menganalisis dan siswa yang mendapat nilai 79 – 84 mengevaluasi pada setiap menurun menjadi pelajaran pelajaran. 3 siswa seterusnya 209 untuk membekali mereka mata satu High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani order thinking siswa pada pembelajaran Penerapan teknik make - a match berdampak bagi guru dan siswa. Dengan IPA. penerapan bisa diperintahkan guru. Melalui permainan mempelajari karakteristik siswa secara menemukan pasangan kartu, secara menyeluruh, hal ini disebabkan karena tidak sadar mereka belajar. Hal ini teknik ini menuntut keaktifan siswa, yang membuat mampu untuk menjadi menyenangkan, menarik dan bereksplorasi sesuai dengan perkembangan tidak membosankan bahkan membuat siswa. Selain itu, guru bisa lebih fokus siswa dapat bekerja sama dengan baik. untuk berperan sebagai fasilitator yang 2. Proses pembelajaran IPA di kelas V membimbing dan mengarahkan siswa SD, khususnya materi Penyesuaian dalam Makhluk Hidup dengan menggunakan teknik ini guru mengkondisikan proses siswa pembelajaran, dan Siswa merespon kegiatan Make- A apa yang pembelajaran Match, dapat memotivasi guru untuk melengkapi diri teknik dengan mengembangkan meningkatkan efesiensi pembelajaran. melalui pembelajaran pengetahuan yang Berdasarkan hasil observasi aktivitas inovatif. ini guru dan siswa, hasil catatan lapangan, mempunyai potensi yang sangat besar hasil dokumentasi dan wawancara, untuk mengaktifkan para siswa karena maka langkah-langkah pembelajaran situasi dengan menggunakan teknik make- a Sedangkan bagi dalam siswa, kelas teknik memang hidup, yang diterapkan dalam proses memberi kesempatan kepada siswa untuk match menemukan pembelajarn merekatentang sendiri materi pemahaman yang terus mengalami kemajuan, sehingga pada akhir siklus II dipelajari dengan menyenangkan. proses pembelajaran telah berhasil dan SIMPULAN tuntas yaitu telah mencapai 100% 1. Pembelajaran IPA dengan (mastery learning) menggunakan teknik Make- A Match 3. Keberhasilan pembelajaran IPA di kelas membuat siswa cepat memahami apa V SD, khususnya materi penyesuaian yang diajarkan guru. Mereka tidak makhluk dipaksa menghafal, tetapi secara tidak peningkatan high order thinking siswa langsung mereka menganalisis dan pada pembelajaran IPA. Dilihat dari mengevaluasi kartu hasil evaluasi siklus I dan siklus II, high berpasangan. Selain itu, teknik make- a order thinking siswa pada pembelajaran matchefektif dalam meningkatkan high IPA ini terus mengalami peningkatan. melalui 210 hidup, ditandai dengan JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 Peningkatan yang signifikan terjadi Pribadi dan Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat. Rohman Muhammad dan Sofan Amri. Strategi dan Desain 2013 Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. pada siklus II, dimana nilai rata-rata kelas telah melampaui nilai KKM yaitu 80,8 (KKM = 75), dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa (84,4% dari jumlah keseluruhan siswa). DAFTAR RUJUKAN Cooperative Slavin Robert E. 2013, Learning:Teori,Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media. Abdulah Aly dan Eny Rahma. 2010, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, Sudjana Nana. 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya Anderson Lorin. W. and David R. Krathwohl. 2001, A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objective, New York :Addision Wesley Longman, Inc Thompson, Tony. 2008.” Mathematics Teachers’ Interpretation Of Higher-Order Thinking In Blomm’s Taxonomy. (International Electronic Journal of Mathematics Education Vol.3 No. 2 July 2008). ] Wiriaatmadja Rochiati, 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya. Carin Arthur. A. dan Robert B. Sund, 1998, Teaching science Through Discovery, Columbus, Ohio: Merril Publishing Company. Husamah dan Yanur Satyaningrum, 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Malang: Prestasi Pustaka. King FJ, Ludwika Goodson, Faranak Rohani, High Order Thinking (Definition,Teaching Strategies, Assessment), (A publication of the Educational Services Program, now known as the Center for Advancement of Learning and Assessment www.cala.fsu.edu). Lie Anita. 2014, Cooperative Learning:Mempraktekkan Cooperative Learning DiruangRuang Kelas, Terjemahan, Jakarta: Gramedia. L. Barbara & Wendi. W, Developing higher level thinking Chadron State College: Journal of Instructional Pedagogies. 211