KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN DATARAN TINGGI DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROPINSI JAWA TENGAH Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto ABSTRAK K ebijakan otonomi daerah akan mendorong setiap kabupaten untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian dalam kerangka swasembada dan dituntut mengurangi ketergantungan kebutuhan pangan terhadap daerah lain. Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi besar sebagai produsen komoditas pertanian terutama sayuran dataran tinggi. Namun potensi yang besar sebagai sentra produksi sayuran dataran tinggi tersebut masih menghadapi berbagai macam permasalahan terkait dengan belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan jumlah produksi yang diminta konsumen. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji potensi, tantangan, permasalahan, pola kemitraan dan konsep pengembangan agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara. Kata Kunci : pengembangan agribisnis, sayuran dataran tinggi, Kabupaten Banjarnegara Komoditas PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia khususnya sayuran hortikultura, mempunyai dalam beberapa peranan strategis, antara lain: perkembangan struktur perekonomian (1) sumber bahan makanan bergizi bagi nasional. masyarakat yang kaya akan vitamin dan memiliki peran strategis Selain sebagai penghasil Produk mineral; (2) sumber pendapatan dan sektor kesempatan kerja, serta kesempatan pertanian juga menyerap tenaga kerja berusaha; (3) bahan baku agroindustri; terbesar terutama di pedesaan, sumber (4) sebagai komoditas potensial ekspor bahan baku industri, cadangan devisa yang merupakan sumber devisa negara; dan pendapatan masyarakat. dan (5) pasar bagi sektor non pertanian, pangan Domestik dan pembentuk Bruto (PDB), Oleh sebab itu sektor ini layak menjadi sektor andalan (Departemen Pertanian, 2006). khususnya industri hulu. 155 Jika dilihat dari Tabel 1, tahun Kelompok komoditas sayuran perlu 2004 sampai tahun 2008 produksi sayur memperoleh prioritas pengembangan. dataran tinggi mengalami fluktuasi. Hal ini dilandasi dari sisi permintaan, Walaupun angka produksi beberapa berupa konsumsi segar maupun olahan sayuran dataran tinggi sudah mengalami meningkat dari waktu ke waktu seiring peningkatan tetapi belum memenuhi dengan kebutuhan sangatlah strategis maka meningkatnya jumlah konsumsi sayuran penduduk, pendapatan masyarakat dan masyarakat di Indonesia. Rachman berkembangnya (1997) menyebutkan bahwa tingkat pusat kota-industri- wisata. Sementara itu dari sisi produksi konsumsi sayuran pada golongan masih pendapatan rata-rata 25,8 setara 70,7 berpotensi untuk terus rendah ditingkatkan, baik melalui peningkatan kg/kapita/tahun intensitas tanam maupun peningkatan gr/kapita/hari, produktivitas sayuran melalui intensifikasi idealnya adalah konsumsi diatas 100 usahatani. Berikut adalah data produksi gr/kapita/hari per orang. Sedangkan beberapa macam sayuran dataran tinggi menurut catatan Direktorat Jenderal di Indonesia: Tanaman Hortikultura Departemen Tabel 1. Produksi Beberapa Jenis Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia Tahun Kentang Kubis Bawang Wortel (ton) (ton) Daun (ton) (ton) 2004 1.027.040 1.432.814 475.571 423.722 2005 1.009.619 1.292.984 501.437 440.002 2006 1.011.911 1.267.745 571.268 391.371 2007 1.003.732 1.288.738 479.924 350.170 2008 1.071.543 1.323.702 547.743 367.111 Sumber : BPS Pusat (2009), Departemen Pertanian (2009) diolah AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 Tomat (ton) 626.872 647.020 629.744 635.475 725.973 156 Era Pertanian (2008), konsumsi sayuran otonomi daerah akan pada tahun 2008 baru sebesar 40,9 mendorong setiap kabupaten untuk kg/kapita/tahun setara dengan 112 memproduksi gr/kapita/hari. pertanian dalam kerangka swasembada Seharusnya menurut standar lembaga pangan dan pertanian dan dunia (FAO) konsumsi sayuran yang ketergantungan ideal terhadap adalah berbagai dituntut komoditas mengurangi kebutuhan daerah lain. pangan Kabupaten sebesar 65,75 Setara 180 Banjarnegara mempunyai potensi besar gr/kapita/hari. Jika dikalikan dengan sebagai produsen komoditas pertanian jumlah penduduk Indonesia, maka terutama fakta bahwa Namun potensi yang besar sebagai pangsa pasar domestik untuk komoditi sentra produksi sayuran dataran tinggi, sayuran di Indonesia masih terbuka masih menghadapi berbagai macam lebar. permasalahan. kg/kapita/tahun. ini mengindikasikan sayuran dataran tinggi. Liberalisasi perdagangan yang Penulisan makalah ini bertujuan makin menguat dewasa ini memberikan untuk mengkaji beberapa hal antara peluang-peluang lain: (1) baru sekaligus Potensi agribisnis tantangan-tantangan baru yang harus dataran dihadapi. Dari segi permintaan pasar, Banjarnegara; liberalisasi perdagangan memberikan pengembangan peluang-peluang baru akibat pasar yang dataran semakin luas sejalan dihapuskannya Banjarnegara; berbagai hambatan perdagangan antar pengembangan negara. Namun liberalisasi perdagangan dataran juga masalah-masalah Banjarnegara; (4) Pola kemitraan usaha serius jika komoditas yang diproduksi komoditas sayuran dataran tinggi di secara lokal tidak mampu bersaing di Kabupaten Banjarnegara; (5) Konsep pasar dunia. pengembangan menimbulkan tinggi di sayuran (2) Tantangan agribisnis tinggi di (3) tinggi Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … Kabupaten sayuran Kabupaten Permasalahan agribisnis di agribisnis sayuran Kabupaten sayuran 157 dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara. Wilayah Kabupaten Banjarnegara dibagi 3 zona yaitu zona utara, tengah dan selatan. Zona utara POTENSI AGRIBISNIS SAYURAN DATARAN TINGGI Dengan diberlakukannya UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terjadi berbagai perubahan pada kelembagaan pemerintahan di tingkat Kabupaten. Sejalan dengan otonomi daerah tersebut terjadi pula perubahan besar pada aspek permintaan komoditas pertanian termasuk produk sayuran merupakan wilayah pegunungan yang lebih dikenal dengan pegunungan kendeng utara, rona alamnya berbukit, bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayuran dataran tinggi antara lain: kentang, kubis, bawang daun, wortel dan tomat. Ada juga jenis sayuran dataran tinggi yang diusahakan di zona ini tetapi tidak dominan seperti: caisin, petsai, cabai, dan lobak. dataran tinggi, prospek permintaan Sentra produksi sayuran dataran domestik terus meningkat baik dalam tinggi bentuk konsumsi segar maupun olahan meliputi (Saptana dkk. 2005). Kecamatan di Kabupaten 4 Banjarnegara kecamatan Batur yaitu pusat (1) produksi Banjarnegara adalah salah satu kentang, kubis, bawang daun dan Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah wortel meliputi Desa Batur, Sumberejo, bagian barat dengan luas wilayah Pasurenan, 106,970,99 Ha (97,94% merupakan Karang tanah subur) terdiri dari 20 Kecamatan Pekasiran; (2) Kecamatan Pejawaran 273 Desa dan 5 Kelurahan. Jumlah pusat produksi kentang, kubis, bawang Penduduk Banjarnegara daun, wortel dan tomat meliputi Desa terdiri dari Laki-laki: 430.670 Orang Condong Campur, Gembol, Sidengok, dan Wanita: 431.813 Orang (Kabupaten Grogol, Beji, Ratamba; (3) Kecamatan Banjarnegara dalam Angka, 2009). Wanayasa Kabupaten Bakal, Tengah, Dieng Kepakisan, Kulon, dan pusat produksi kentang, AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 158 kubis, bawang daun, wortel dan tomat Propinsi Jawa Tengah, 2010). Berikut meliputi Balun, Wanayasa, produksi beberapa jenis sayuran dataran Pesantren, Jatilawang, Wanaraja, tinggi dominan di empat kecamatan Kasimpar, Penanggungan, Desa Legok sebagai sentra produksi. Sarana dan prasarana penunjang Sayem; dan (4) Kecamatan Karang Kobar pusat produksi kubis, bawang pengembangan daun dan tomat meliputi Desa Lesana, dataran Karang Kobar, Purwodadi, Sampang, Banjarnegara antara lain: (1) Binangun, perdagangan, jumlah pasar di Ambal, Karanggondang, agribisnis tinggi di sayuran Kabupaten Kabupaten Banjarnegara tercatat 23 Slatri, Njlegong. Pada tahun 2009 Kabupaten pasar produk pertanian terdapat satu terutaman Banjarnegara merupakan salah satu sayuran, penyumbang terbesar produk kentang Terminal Jawa Tengah mencapai 133.309 ton (Pejawaran, Karang atau 44,2% dari total produksi kentang Wanayasa); (2) Jawa Tengah sebanyak 301.650 ton. koperasi Sedangkan produksi kubis Kabupaten pertanian 81 buah dari total jumlah Banjarnegara mencapai 141.256,91 ton koperasi 293 buah; (3) jalan, panjang atau 59,37% dari total produksi kubis jalan Kabupaten tercatat sepanjang Jawa Tengah sebesar 237.909 ton (BPS 710.747 km. Agribisnis) yang STA (Sub JAKABAYA Kobar, koperasi, bergerak pembangunan Batur, jumlah dibidang sarana Tabel 2. Produksi Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009 Kecamatan Kentang Kubis Bawang (ton) (ton) Daun (ton) Batur 74.001,00 36.186,00 545,00 Pejawaran 50.400,00 104.000,00 77,60 Wanayasa 8.908,00 532,80 86,67 Karang Kobar 538,11 81,20 Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara (2009) diolah. Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … Wortel (ton) 742,00 4.050,00 39,00 - Tomat (ton) 63,00 162,25 50,40 159 jembatan dan jalan terus diupayakan liberalisasi, untuk memperlancar transportasi warga sayuran dataran tinggi dimasa datang dan hasil-hasil pertanian; (4) angkutan dihadapkan pada dua tantangan. Secara darat, jumlah dan rute angkutan darat rinci kedua tantangan tersebut disajikan terus bertambah dari tahun ke tahun, dalam Tabel 3 dan Tabel 4 (Dinas hal ini dapat memperlancar transportasi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten hasil pertanian; (5) perbankan, ada Banjarnegara, fasilitas yang Pertanian (2009); Saptana dkk. (2005). Pemda Tantangan pertama adalah tantangan Banjarnegara (terutama untuk sayuran internal yang berasal dari domestik, high value commodity seperti kentang) dimana disamping kredit yang dikucurkan lewat sayuran dataran tinggi dituntut untuk BRI dan Bank Surya Yudha; (6) hotel mengatasi masalah-masalah yang ada dan pariwisata, berpengaruh terhadap (Tabel 3). kredit pertanian dikembangkan oleh permintaan konsumsi produk sayuran dataran tinggi Tanaman (Dinas Pangan Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2007). maka pengembangan 2005); Departemen pengembangan Sedangkan agribisnis tantangan kedua adalah tantangan eksternal, dimana pengembangan agribisnis sayuran dataran diharapkan mampu tinggi mengatasi masalah pada era globalisasi dan liberalisasi. TANTANGAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN DATARAN TINGGI Sejalan dengan Tantangan kedua disajikan dalam Tabel 4. perubahan tatanan politik dan otonomi daerah yang mengarah pada era domokratisasi serta perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dan AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 160 Tabel 3. Tantangan Internal Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi Tantangan 1. Otonomi daerah/ pemberdayaan wilayah Masalah yang Dihadapi 1. Pemberdayaan pengelolaan wilayah 2. Pengembangan infrastruktur oleh daerah 3. Kelestarian sumberdaya 4. Pengembangan akses lokal dan global 2. Tantangan pemberdayaan petani 1. Pemberdayaan dalam pemanfaatan sumberdaya 2. Pemberdayaan terhadap penguasaan faktor produksi 3. Pengembangan posisi tawar petani 4. Pemberdayaan kelompok tani Isu Pengembangan Agribisnis Masa Datang 1. Pengembangan agribisnis yang mampu menumbuh kembangkan perekonomian wilayah 2. Penyiapan SDM yang terampil dan ahli 1. Pengembangan infrastruktur untuk menunjang kelancaran agribisnis 1. Pengembangan jenis komoditas unggulan spesifik lokal 2. Tuntutan peran serta wilayah dalam menjaga kelestarian lingkungan 1. Promosi pengembangan pasar sayuran terhadap akses pasar internasional 2. Tuntutan kelembagaan di wilayah untuk akses pasar internasional 1. Pemberdayaan kesempatan usaha yang lebih luas untuk pemanfaatan sumberdaya 1. Peningkatan teknologi usaha pertanian bagi petani 2. Peningkatan aksesibilitas petani terhadap kredit 1. Peningkatan aksesibilitas informasi pasar terhadap petani 2. Pemberdayaan kelembagaan petani untuk meningkatkan posisi tawar yang disesuaikan dengan karakteristik lokal 1. Meningkatkan peran kelembagaan petani selaku pengambil inisistif dalam pengambilan keputusan guna perencanaan dan pelaksanaan pemenfaatan sumberdaya di wilayahnya Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 161 Tabel 4. Tantangan Eksternal Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi Tantangan 1. Globalisasi Masalah yang Dihadapi 1. Ketergantungan produk pertanian di pasar global (peningkatan volume permintaan, harga input produksi lebih murah) 2. Kelestarian lingkungan hidup 3. Globalisasi arus informasi pasar hasil pertanian 2. Liberalisasi 1. Liberalisasi investasi sektor pertanian 2. Liberalisasi perdagangan 3. Persaingan bebas berdasarkan keunggulan produk 3. Perubahan selera konsumen 1. Permintaan produk bebas residu pestisida 2. Permintaan kulitas produk yang baik 4. Perubahan teknologi 1. Perkembangan teknologi pertanian Isu Pengembangan Agribisnis Masa Datang 1. Promosi ekspor dan peningkatan pengembangan ekspor ke negara potensial. 2. Efisiensi dalam usaha pertanian 1. Tuntutan pengembangan pertanian yang memperhatikan kelestarian sumberdaya 1. Tuntutan informasi pasar hasil pertanian yang mudah diakses secara cepat oleh petani 2. Tuntutan sistem pemasaran lebih cepat 1. Pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi domestik yang mampu bersaing dengan usaha infestasi dari negara lain 1. Agribisnis sayuran dataran tinggi harus mampu hidup mandiri tanpa tergantung proteksi pemerintah 1. Tuntutan efisiensi usaha pertanian agar mempunyai daya saing di pasar internasional 1. Mengurangi penggunaan pestisida dengan cara pengendalian hama terpadu (PHT) 1. Tuntutan peningkatan kualitas produk baik ditujukan untuk pasar domestik maupun internasional 1. Tuntutan peningkatan teknologi pertanian sesuai dengan perkembangan AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 162 Dari kedua tantangan tersebut dalam beberapa (Pujiharto, 2011) antara membawa implikasi bahwa produk lain: sayuran dataran tinggi agar mampu 1. Aspek teknis produksi bersaing di pasar internasional harus (a) rendahnya sumber daya petani; memenuhi (b) persyaratan keharusan terbatasnya teknologi (necessary condition), yakni: dihasilkan (pembibitan, dengan biaya rendah, memberikan nilai panen); (c) kurangnya bimbingan tambah yang tinggi, mempunyai kualitas dan penyuluhan untuk komoditas tinggi, mempunyai keragaman untuk sayuran dataran tinggi pada era berbagai otonomi segmen pasar, mampu budidaya, daerah ini; pasca (d) mensubstitusi produk sejenis (impor). pengembangan infrastruktur belum Dalam rangka menciptakan struktur didasarkan pada cakupan wilayah agribisnis yang tangguh, maka agribisnis layanan dan pemasaran; (e) tingkat yang terdiri dari subsistem sarana adopsi teknologi yang bervariasi produksi, usahatani, agroindustri, dan antar petani maupun kelompok pemasaran, tani, penggunaan pestisida yang dalam era liberalisasi perdagangan haruslah dipadukan dalam berlebih. Akibat permasalahan keutuhan sistem. Oleh karena itu tersebut maka secara umum belum efisiensi dalam segala sub-sistem harus mampu dilakukan. sesuai dengan permintaan pasar dan menghasilkan sayuran berkesinambungan. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN DATARAN TINGGI Permasalahan pengembangan dataran Banjarnegara di dapat (a) belum optimalnya fungsi kelompok tani; (b) masih rendahnya dalam kesadaran pelaku agribisnis untuk sayuran membentuk lembaga; dan (c) belum Kabupaten terbangun sistem informasi antar dikelompokan sentra produksi sayuran dataran pokok agribisnis tinggi 2. Aspek kelembagaan Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 163 tinggi; (d) dukungan belum maksimalnya lembaga perbankan musiman dan belum ada pola pengaturan produksi); (g) terhadap pengembangan agribisnis, terhambatnya ekspor karena mutu, baik residu pestisida yang tinggi dan dari aspek permodalan kontinuitas produk; (h) kurangnya maupun suku bunga. upaya promosi pasar di luar negeri; 3. Aspek pemasaran (a) jumlah pedagang pengumpul, (i) kurangnya dukungan pemerintah pedagang daerah besar sedikit dan eksportir sangat terbatas (saat ini untuk merangsang dan mempermudah akses pasar. Lebih hanya produk kentang yang tidak lanjut Saptana dkk. bermitra dengan PT. IFM, diekspor (2005) mengkaji permasalahan pokok ke Malaysia dan Brunei); (b) petani yang dihadapi dalam pengembangan cenderung komoditas sayuran dataran tinggi secara manghadapi struktur pasar oligopolistik pada pasar input umum (bibit, pupuk, obat-obatan) dan berikut: (1) pola kepemilikan lahan yang oligopsonistik pada pasar output; sempit dan tersebar, tidak adanya sitem (c) kurangnya sarana dan prasarana pengwilayahan dan adanya konversi untuk fasilitas pemasaran (STA, lahan ke non pertanian; (2) rendahnya fasilitas pendukung di STA, cold penguasaan teknologi, dari pembibitan, storage); (d) pelaku agribisnis belum sistem usahatani, panen dan pasca siap perdagangan panen; (3) produktivitas dan mutu yang bebas baik dalam hal pemenuhan masih rendah; (4) fluktuasi harga (jumlah, mutu, dan kesinambungan produk sayuran sangat tajam yang tidak pasokan); belum hanya terjadi antar musim tetapi antar industri bulan, dan terkadang fluktuasi harian; pengolahan berbahan baku sayuran; (5) sistem pemasaran yang belum (f) adanya fluktuasi harga sayuran efisien karena rantai tataniaga yang sebagai akibat (panen yang bersifat panjang; (6) lemahnya permodalan menghadapi (e) berkembangnya disebabkan AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 faktor-faktor 164 petani, sementara itu budidaya sayuran maupun tergolong kompetensi petugas dan petani; (7) padat modal; (7) wilayah; (6) peningkatan belum pemasyarakatan produk, dan optimal; dan (8) kurangnya informasi pengembangan sistem informasi bagi pengusaha swasta (investor) tentang manajeman. kelembagaan kelayakan petani finansial yang dan (7) ekonomi POLA KEMITRAAN USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI usahatani sayuran, khususnya kentang dan kubis. untuk Pola kelembagaan kemitraan mengatasi permasalahan tersebut antara usaha komoditas sayuran dataran tinggi lain: (1) pengembangan komoditas di Kabupaten Banjarnegara adalah: (1) unggulan berdasarkan spesifik lokal, pola dagang umum untuk komoditas pengembangan kawasan untuk menjalin kubis, bawang daun, wortel dan tomat kerjasama antar produsen dan pelaku serta produk lain seperti caisin, petsai, agribisnis lainnya serta antar sentra cabai, dan lobak produksi dengan sentra pemasaran yang pembinaan dan kredit bibit antara PT. memiliki karakteristik sumberdaya dan Indofood penanganan (2) dengan petani baik secara individu pengembangan mutu produk yang maupun kelompok dalam usahatani diarahkan untuk memenuhi standar kentang Varietas Atlantic (Pujiharto, mutu baik untuk konsumsi, bahan baku 2011). Beberapa industri alternatif yang maupun sama; ekspor; Fritolay Pelaku (3) (2) pola kemitraan yang Makmur terlibat (IFM) dalam pengembangan mutu benih dan sarana kelembagaan kemitraan pola dagang produksi; umum komoditas sayuran dataran perlindungan tanaman yang diarahkan tinggi melibatkan petani, pelaku pada hama tataniaga pada berbagai tingkatan, jasa pengembangan angkutan, lembaga keuangan formal (4) prinsip pengembangan pengendalian terpadu; (5) kelembagaan baik ditingkat petani dan informal, dan instansi pemerintah. Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 165 Petani merupakan pelaku yang memiliki antara PT. Indofood Fritolay Makmur peranan sentral terutama terkait dengan (IFM) dengan petani dikembangkan di posisi wilayah dan perannya dalam petani dagang sayuran umumnya antara Wanayasa. Beberapa kewajiban PT. pedagang Indofood Fritolay Makmur adalah: (1) melalui menyediakan bibit kentang Varietas umum dengan Banjarnegara meliputi Kecamatan Batur, Pejawaran, memproduksi produk sayuran. Pola Kabupaten dilakukan kesepakatan informal yang bersifat Atlantic fleksibel. Ada empat sistem pembelian, berasal dari Scotlandia atau Australia; yaitu tebasan, ijon, tunai, dan tempo. (2) menyediakan sarana produksi lain Harga berdasarkan bagi yang memerlukan yang bersifat kesepakatan atau tawar menawar, di mengikat dan dibayarkan pada saat mana posisi pedagang lebih dominan panen; (3) melakukan pembinaan teknis dibandingkan petani. Cara pembayaran budidaya ke petani dan antar pedagang umumnya seorang dilakukan setelah penyerahan barang. menampung hasil dari petani dengan Sebagian besar petani telah terikat harga dan spesifikasi produk yang telah dengan pedagang melalui bentuk ikatan disepakati. Sementara itu, petani atau hutang-piutang untuk membeli sarana kelompok produksi. pada membeli bibit kentang varietas Atlantic pedagang dalam bentuk uang tunai, dan yang disediakan oleh perusahaan mitra; akan (2) ditentukan Petani dibayar berhutang dari hasil panen. dengan kualitas dengan pendampingan Agro-Supervisor; tani melakukan terjamin dan berkewajiban: budidaya (4) (1) kentang Pembayaran oleh pedagang kepada Atlantic sesuai anjuran; dan (3) menjual petani dilakukan setelah pedagang yang hasil kepada perusahaan mitra, serta (4) bersangkutan menerima pembayaran membayar kredit bibit dengan sistem dari pedagang di atasnya. bayar Pola kemitraan usaha setelah panen dengan cara dipotong pada saat penyerahan barang. pembinaan dan kredit bibit kentang AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 166 Hak perusahaan mitra adalah kehutanan) yang berorientasi pasar mendapatkan jaminan produksi atau (bukan hanya untuk bahan baku baik dari segi jumlah, kebutuhan kualitas, dan kontinuitas berdasarkan perolehan nilai tambah. pengusaha pemenuhan sendiri) dan kesepakatan. Petani Mitra memiliki hak Agribisnis merupakan konsep atas jaminan harga dan pasar sesuai dari suatu sistem yang integratif dan kesepakatan terdiri dari beberapa sub-sistem, yaitu: kedua belah pihak. Terdapat sangsi (punishment) jika terjadi (1) pelanggaran atas kesepakatan, misalnya produksi (agroindustri hulu); (2) sub- ditemukan penjualan hasil ke luar, maka sistem petani tersebut akan dikeluarkan dari subsistem pengolahan dan industri hasil keanggotaan dalam kemitraan usaha. pertanian (agroindustri hilir); (4) sub- Pola interaksi dilakukan secara tatap sistem pemasaran dan perdagangan; muka terutama pada saat sosialisasi, dan perencanaan penunjang (Downey and Erickson, dan melakukan sub-sistem produksi (5) sub-sistem Sejalan KONSEP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN DATARAN TINGGI Secara umum Agribisnis berasal kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi, Agribisnis adalah segala kegiatan yang berhubungan tumbuhan dengan dan hewan usahatani; sarana (3) kelembagaaan 1992); (Saragih, 1999). kesepakatan-kesepakatan. dari pengadaan pengusahaan (komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan dengan pengertian tersebut, Departemen Pertanian (2001) mengedepankan konsep “perusahaan dan sistem agribisnis”, yakni subsistem agribisnis hulu (perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis tengah (perusahaan usahatani), subsistem agribisnis hilir (perusahaan pengolahan hasil atau agroindustri dan perusahaan pemasaran hasil, serta subsistem jasa penunjang (lembaga keuangan, Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … transportasi, 167 penyuluhan dan pelayanan informasi agribisnis, penelitian kaji terap, Fungsi subsistem dalam sistem agribisnis masing-masing kebijakan pemerintah, dan asuransi adalah sebagai berikut: agribisnis) perusahaan atau lembaga (1) bisnis. tersebut agribisnis sub-sistem pengadaan sarana Masing-masing perusahaan produksi berfungsi menghasilkan merupakan “perusahaan dan menyediakan sarana produksi agribisnis” yang harus dapat bekerja pertanian agar secara menghasilkan produk efisien, selanjutnya semua mampu usahatani perusahaan agribisnis tersebut harus yang berkualitas. Dalam hubungan melakukan hubungan kebersamaan dan kemitraan, maka sub-sistem ini saling ketergantungan dalam suatu dapat melakukan perannya antara sistem lain: memberikan pelayanan yang untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan bermutu kepada agribisnis (Gambar 1). AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 usahatani, 168 memberikan bimbingan efisien dan bernilai tambah lebih teknis tinggi; produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem proses hasil pertanian berfungsi melakukan pembelajaran atau pelatihan bagi pengolahan lanjut (baik tingkat petani, menyaring dan mensintesis primer, sekunder maupun tersier) informasi agribisnis praktis untuk untuk mengurangi susut nilai atau petani, mengembangkan kerjasama meningkatkan mutu produk agar bisnis (kemitraan) untuk dapat dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan selera konsumen; agribisnis, memfasilitasi keuntungan bagi (4) kedua belah pihak; (2) (3) sub-sistem pengolahan dan industri sub-sistem sebagai produksi produsen berfungsi melakukan sub-sistem pemasaran usahatani perdagangan pertanian memperlancar kegiatan teknis produksi agar produknya melalui dan berfungsi pemasaran perencanaan hasil sistem pemasaran yang baik; dan dapat dipertanggung jawabkan baik (5) sub-sistem kelembagaan penunjang secara kualitas maupun kuantitas. (penyuluhan, penelitian, informasi Mampu agribisnis, melakukan manajemen pengaturan, kredit agribisnis secara baik agar proses modal, transportasi, dan lain-lain) produksinya efisien berfungsi menyediakan layanan bagi sehingga mampu bersaing di pasar. kebutuhan pelaku sistem agribisnis Petani untuk menjadi umumnya penyuluhan memerlukan dan informasi memperlancar aktivitas perusahaan dan sistem agribisnis. agribisnis, teknologi dan inovasi Masing-masing lainnya dalam proses produksi, penunjang bimbingan atau karakteristik fungsi yang berbeda, pendampingan agar petani dapat namun intinya adalah agar mereka melakukan proses produksi secara dapat teknis komponen itu berbuat Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … jasa mempunyai sesuatu untuk 169 mengurangi beban meningkatkan dan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis. Kegiatan agribisnis merupakan (a) kegiatan yang berbasis pada agribisnis” adalah suatu bentuk atau model atau sistem atau pola pengembangan agribisnis yang mampu memberikan keuntungan layak bagi pelaku-pelaku agribisnis keunggulan sumberdaya alam (on-farm pengusaha agribusiness) yang terkait erat dengan koperasi), penerapan teknologi dan keunggulan pendapatan, peningkatan nilai tambah sumberdaya manusia bagi perolehan dan perluasan kesempatan kerja. Jika nilai tambah yang lebih besar (off-farm dikaji lebih jauh tujuan dan sasaran agribusiness); serta (b) kegiatan yang “sistem memiliki diterapkan di sektor pertanian, pada ragam kegiatan dengan kecil (petani/ dan berupa menengah/ peningkatan pengembangan” spektrum yang sangat luas, dari skala hakekatnya usaha kecil dan rumah tangga hingga sektor pertanian dalam arti luas secara skala yang menyeluruh dan terpadu, yakni tidak berteknologi sederhana hingga yang hanya peningkatan produksi, tetapi juga paling canggih, yang kesemuanya itu pengadaan sarana produksi, pengolahan saling terkait dan saling mempengaruhi. produk, pengadaan modal usaha dan Dalam laju pemasaran produk secara bersama atau pertumbuhan sektor agribisnis terutama bekerjasama dengan pengusaha. Sistem dihadapkan dengan kondisi petani kita pengembangan yang semacam ini, jika menggunakan istilah usaha usaha serba raksasa, dari mempercepat lemah (modal, skill, adalah yang pengembangan sektor pengetahuan dan penguasaan lahan) sekarang, dapat ditempuh melalui penerapan pengembangan pertanian berdasarkan sistem pengembangan agribisnis (system agribisnis, of development agribusiness). pengembangan Dalam konteks bahasan ini, tidak atau lain pertanian dengan agribisnis 1999). yang dimaksud “sistem pengembangan AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 adalah kata lain (Saragih, 170 Dalam kontek pengembangan agribisnis sayuran Simatupang (1995) agribisnis dengan kegiatan lainnya tinggi, karena masing-masing pelaku agribisnis mengemukakan mengambil keputusan sendiri-sendiri dataran bahwa struktur agribisnis yang bersifat dalam dualistik konsekuensinya adalah dinamika pasar menyebabkan munculnya menjalankan usahanya, masalah transmisi, yang mencakup tiga tidak selalu dapat direspon aspek strategis: (1) Terjadinya transmisi efektif karena tidak adanya koordinasi; harga yang tidak simetris, penurunan (2) harga ditransmisikan dengan cepat dan menyebabkan sempurna sedangkan pengolahan, dan pemasaran hasil yang kenaikan harga ditransmisikan dengan harus dibayar konsumen menjadi lebih lambat dan tidak sempurna; (2) Ilmu mahal, pengetahuan yang berjalan tidak efisien dalam memenuhi dimiliki oleh agribisnis hilir tidak kebutuhan pasar, margin ganda tersebut ditransmisikan ke agribisnis hulu yaitu dapat bersumber dari rantai pemasaran petani; (3) Modal investasi yang relatif yang lebih banyak dimiliki oleh agribisnis harga/informasi hilir tidak disalurkan dengan baik dan sempurna kepada petani. (3) tidak bahkan cenderung digunakan untuk adanya kesetaraan posisi tawar antara mengeksploitasi agribisnis hulu. petani dengan pelaku agribisnis lainnya, ke petani, dan teknologi terbentuknya margin ongkos sehingga dan pasar ganda produksi, sistem panjang secara agribisnis transmisi yang tidak Struktur agribisnis sayuran yang sehingga petani sulit mendapatkan berkembang saat ini dapat digolongkan harga pasar yang wajar dan sebagian sebagai tipe dispersal atau tersekat- besar nilai tambah tidak dapat dinikmati sekat. Struktur agribisnis demikian oleh petani, konsekuensinya adalah kurang memiliki daya saing, karena tiga petani sulit melakukan pemupukan faktor utama (Irawan, 2003): (1) Tidak modal dan sulit memenuhi tuntutan ada permintaan atau preferensi konsumen keterkaitan harmonis antara fungsional setiap yang kegiatan yang terus berubah. Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 171 Pujiharto (2002) menyebutkan bahwa ciri-ciri sistem agribisnis sayuran bagi pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi. Kabupaten Upaya pengembangan agribisnis Banjarnegara adalah sebagai berikut: (1) sayuran dataran tinggi di Kabupaten skala usaha dan penggunaan modal Banjarnegara kecil, (2) penerapan teknologi usahatani langkah belum penggunaan Mengembangkan program pola tanam pestisida untuk pengendalian hama dan antar sentra produksi, melaksanakan penyakit pembinaan on farm dan off farm di dataran tinggi di optimal, (3) terlalu menyebabkan tinggi sehingga pemborosan dan diperlukan nyata kawasan antara sentra langkahlain: produksi; (1) (2) akumulasi residu, (4) belum adanya Memfalisitasi pemenuhan kebutuhan keseimbangan antara supply dan demand domestik dan kontinuitas produk (5) pemasaran Mengoptimalkan berbagai infrastruktur hasil belum efisien, harga lebih banyak yang telah dibangun (jalan, sub terminal ditentukan oleh pedagang. agribisnis, pasar pertanian dan cold dan ekspor; (3) storage); (4) seperti tersebut adalah produktivitas perbenihan baik dan produksi belum optimal, bersifat maupun musiman, harga sangat fluktuatif, dan pembinaan keamanan pangan produk Membuka kerjasama regional maupun Akibat dari sistem produksi kurang terjamin. sayuran Belum ditanganinya swasta; Mengembangkan oleh (5) pemerintah Melaksanakan kelembagaan; dan (6) ekspor. kegiatan pasca panen secara baik juga Perubahan lingkungan strategis berakibat produk cepat rusak dan berupa globalisasi ekonomi-liberalisasi tingkat perdagangan, Kebijakan kehilangan hasil pemerintah tinggi. ke arah kelestarian memadai adanya Sub Terminal Agribisnis (STA) sangat menunjang daerah, perubahan preferensi konsumen, serta penyediaan infrastruktur pasar yang seperti otonomi agribisnis. lingkungan perubahan pengembangan Pengembangan AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 menuntut agribisnis 172 yang tangguh di perlukan empat pilar pengembangan penunjang peningkatan kompetensi sumber daya (Suwandi, 1995): (1) Eksistensi semua komponen agribisnis kelembagaan, manusia, dan peningkatan akses pasar. secara lengkap di kawasan sentra PENUTUP produksi; (2) Pentingnya kemitraan usaha antar pelaku agribisnis; (3) Iklim Kesimpulan usaha yang kondusif; dan (4) Adanya 1. gerakan bersama memasyarakatkan rangka agribisnis. meningkatkan daya Agribisnis sayuran dataran tinggi dalam dengan Dalam agribusiness adalah alternatif utama saing yang penggerak sangat on potensial untuk produk sayuran dataran tinggi di daerah dikembangkan sentra produksi, diperlukan kebijakan- Banjarnegara, hal ini didukung kebijakan untuk memperkuat kemitraan dengan potensi wilayah, penduduk, usaha. produksi serta sarana dan prasarana Pengembangan agribisnis di farm Kabupaten pendukung. sayuran dataran tinggi di Kabupaten 2. Tantangan pengembangan agribisnis Banjarnegara harus dilakukan dengan sayuran dataran tinggi pada era pendekatan yaitu otonomi daerah dan era globalisasi- memperhatikan keseluruhan aspek dan liberalisasi membawa konsekuensi segmen agribisnis dari hulu kehilir dan bahwa produk sayuran dataran perangkat penunjangnya, serta menuju tinggi harus dapat bersaing di pasar keseimbangan antara usaha promosi global.. komprehensif, peningkatan produksi, konsumsi dan 3. Permasalahan pokok pengembangan distribusi yang menguntungkan semua agribisnis sayuran dataran tinggi di pihak. Kabupaten Banjarnegara meliputi strategi Selain peningkatan produksi, pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi juga mencakup peningkatan kualitas aspek teknis produksi, kelembagaan dan pemasaran. produk, Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 173 4. Pola kemitraan usaha sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara adalah pola dagang umum dan pola kemitraan pembinaan-kredit bibit kentang antara PT. Indofood Fritolay Makmur dengan petani. 5. Konsep pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara harus dilaksanakan secara komprehensif dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu ke hilir dan perangkat penunjangnya. Implikasi Kebijakan Pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara harus menyesuaikan perubahan lingkungan strategis berupa globalisasi perdagangan, BPS Kabupaten Banjarnegara. 2009. Produksi Tanaman Sayuran Dataran Tinggi. Badan Pusat Statistik Kabupaten, Banjarnegara . BPS Propinsi Jawa Tengah. 2010. Produksi Komoditas Hortikultura Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik, Semarang. Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Sistem agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional.Edisi Pertama. Jakarta. Departemen Pertanian. 2006. Kebijakan Pertanian dan Dukungan Departemen Pertanian terhadap Implementasi Otonomi Daerah. Departemen Pertanian. 2009. http:// www.hortikultura.deptan.go.id/i ndex.php. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjarnegara. 2005. Arah dan Strategi Pengembangan Komoditias Hortikultura di Kabupaten Banjarnegara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjarnegara. 2007. Pengembangan Komoditas Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara. Rancangan Usulan Rapat dengan DPRD Kabupaten Banjarnegara. ekonomi-liberalisasi otonomi daerah, perubahan preferensi konsumen, serta kelestarian lingkungan. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Survai Pertanian. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175 174 Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura Departemen Pertanian. 2008. Statistik Tanaman Sayur-sayuran. Jakarta. Downey, W. David and Steven, P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Ed. Ke-2, Cet. Ke-3. R. Ganda.S. dan A. Sirait, Penerjemah. Jakarta: Erlangga Terjemahan dari: Agribusiness Management. Mc Graw-Hill Book Company, New York, Second Edition. Irawan, B. 2003. Agribisnis Hortikultura: Peluang dan Tantangan Dalam Era Perdagangan Bebas. Jurnal Sosial-Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Vol. 3 No.2 :107209. Juli 2003. Fakultas Pertanian Unevirsitas Udayana. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka. 2009. Profil Kabupaten Banjarnegara. Pemda Banjarnegara. Pujiharto. 2002. The Influence of Integrated Pest Mangement on Cabbage Agribusiness to Farmer’s Income, Profit and Economical Efficiency in Banjarnegara Regency. Tesis Grant SEAMEO-SEARCA. Los Banos, Philiphines. Pujiharto. 2011. Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara. Laporan Survey Awal Penelitian untuk Disertasi. Tidak dipublikasikan. Program Doktor Eonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rachman, H.P.S., 1997. Aspek Permintaan, Penawaran, dan Tataniaga Hortikultura di Indonesia. Forum Penelitian Agroekonomi, Volume 15 No. 1 & 2, Desember 1997. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Saptana, M. Siregar, S. Wahyuni, Saktyanu K.D., E. Ariningsih, V. Darwis. 2005. Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi Sumatera (KASS). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Saragih, Bungaran. 1999. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Persada Mulia Indonesia. Pujiharto : Kajian Potensi Pengembangan … 175 Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi Agribinis dan Pembangunan Pertanian Dalam Era Globalisasi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Suwandi. 1995. Strategi Pola Kemitraan Dalam Menunjang Agribisnis Bidang Peternakan dalam Industrialisasi Usaha Ternak Rakyat Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, Prosiding Simposium Nasional Kemitraan Usaha Ternak. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) bekerja dengan Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. AGRITECH, Vol. XIII No. 2 Desember 2011 : 154 – 175