isolasi jamur yang berkaitan dengan serangga

advertisement
J. Tek. Ling
Edisi Khusus
“Hari Lingkungan Hidup”
Hal. 107 - 115
Jakarta, Juni 2012
ISSN 1441-318X
ISOLASI JAMUR YANG BERKAITAN
DENGAN SERANGGA DARI RIZOSFIR
TANAMAN DAN TANAH GAMBUT DENGAN UMPAN
ULAT COLEOPTERA DAN RAYAP
Suciatmih1, Titik Kartika2, dan Sulaeman Yusuf2
2
1
Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi – LIPI
UPT Balai Penelitian & Pengembangan Biomaterial, LIPI
CSC Jl. Jakarta – Bogor Km 46, Cibinong, Bogor
e-mail: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan isolasi jamur yang berkaitan dengan serangga dari rizosfir tanaman
Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor, Indonesia dan tanah gambut Sebangau,
Kalimantan Tengah dengan menggunakan larva Coleoptera dan rayap sebagai umpan;
serta larva Coleoptera mati di tempat penjualan. Dari penelitian tersebut, berhasil
diisolasi dan diidentifikasi sebanyak 25 spesies jamur yang termasuk dalam 14 genus.
Dari jumlah tersebut, 2 spesies (Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch and Paecilomyces
lilacinus (Thom) Samsom) dikenal luas sebagai jamur patogen serangga; dan yang
lainnya sebagai patogen oportunis, serta pengoloni sekunder.
Kata kunci: jamur yang berkaitan dengan serangga, larva Coleoptera, rayap, rizosfir
tanaman, tanah gambut
Abstract
Isolation of insect-associated fungi from rhizosphere of Arecaceae plant collections
of Bogor Botanical Garden, Indonesia and peat soil of Sebangau, Central Kalimantan
by using larvae of Coleoptera and termite as bait; and dead insect from market was
carried out. A total of 25 fungi belonging to 14 genera were isolated and identified.
Among them, 2 species (Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch and Paecilomyces lilacinus
(Thom) Samson were known insect pathogenic fungi and the others were opportunistic
pathogens and secondary colonizers.
Key words: insect-associated fungi, larvae of Coleoptera; peat soil; plant rhizosphere;
termite
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
107
1.PENDAHULUAN
Penyakit jamur pada serangga adalah
umum, menyebar luas, dan seringkali
berkontribusi pada pengaturan populasi
serangga secara alami (1) . Tanah atau
rizosfer tanaman memainkan peranan
penting sebagai tempat penyimpanan atau
penyediaan jamur patogen serangga, dan
beberapa jenis jamur patogen serangga
seringkali dilaporkan pada tanah yang
dibudidayakan maupun tidak dibudidayakan.
Dari golongan jamur tersebut, Beauveria
spp., Metarhizium anisopleae var anisopleae
(Metschn.) Sorokin dan Paecilomyces spp.
merupakan jamur patogen serangga yang
sangat umum (2). Jenis jamur lainnya yang
terisolasi dari serangga termasuk patogen
oportunis dan pengoloni sekunder, dapat
juga mempengaruhi sangat besar dinamika
populasi serangga (3).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman jamur yang
berkaitan dengan serangga pada rizosfir
tanaman Arecaceae koleksi Kebun Raya
Bogor, tanah gambut Sebangau, Kalimantan
Tengah, dan serangga mati di tempat
penjualan. Jamur yang berhasil diisolasi
selanjutnya dapat digunakan untuk menaksir
potensi biokontrol dari jamur tersebut.
2.
BAHAN DAN METODE
2.2. Pengumpanan
Untuk mendeteksi dan mengisolasi
jamur yang berkaitan dengan serangga dari
rizosfir tanaman dan tanah, menggunakan
metode umpan serangga (insect bait
method) dengan ulat Coleoptera dan rayap.
Sebanyak 25 g masing-masing rizosfir
tanaman atau tanah dimasukkan dalam
cawan Petri kemudian diberi 3 ulat atau
3 rayap sebagai perangkap/umpan agar
terserang jamur. Cawan Petri diinkubasi
dalam temperatur ruang (27o C) selama 2
minggu (ulat dan rayap sudah mati). Ulat
dan rayap mati akibat perlakuan serta ulat
mati di tempat penjualan (disimpan di dalam
bambu) selanjutnya dibersihkan dari tanah
yang melekat dengan kuas dan disterilisasi
permukaannya dengan 1% natrium hipoklorit
selama 3 menit. Ulat dan rayap kemudian
dibilas dengan air yang telah disterilisasi
sebanyak 3 kali dan dikering anginkan diatas kertas saring yang telah disterilisasi.
2.3 Isolasi
2.1. Rizosfir tanaman
Rizosfir tanaman sebagai tempat
penyimpanan atau penyediaan jamur
patogen serangga diambil dari tanaman
Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor,
seperti (1) Eugeissona utilis Becc.; (2)
Pactris major (Jacq) Kosterm. C & S; (3)
Pinanga coronata (Blume ex Mart.) Blume;
(4) Cyrtostachys microcarpa Burn.; (5)
Ptychosperma macarthurii (H.A. Wendl.)
Nicholson; dan (6) semak belukar. Selain
itu, digunakan pula tanah gambut yang
dikoleksi dari Sebangau, Kalimantan Tengah.
108
Sebanyak 250 g masing-masing rizosfer
tanaman diambil dari kedalaman 5–15 cm
pada beberapa lokasi di sekitar tanaman
kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastik. Masing-masing rizosfir tanaman dan
tanah dikering anginkan selama 1 minggu
kemudian diayak dengan ayakan 600 mesh.
Masing-masing ulat atau rayap mati
dihancurkan dan dimasukkan dalam tabung
reaksi berisi air yang telah disterilisasi
kemudian divortek selama ½ jam. Sebanyak
0,2 ml suspensi ulat dari masing-masing
rizosfir tanaman dan tanah disebarkan
dengan batang kaca bengkok diatas
media Potato Dextrose Agar (PDA) yang
mengandung 0,01 g/l chloramphenicol.
Cawan petri kemudian diinkubasi pada
temperatur ruang (27oC) dan 45o C selama
tiga hari. Masing-masing rizosfir tanaman dan
tanah yang digunakan untuk menempatkan
ulat atau rayap diulang 2 kali. Koloni tunggal
Suciatmih, dkk., 2012
pada masing-masing cawan petri diambil
dan ditrasfer ke media PDA dan diinkubasi
selama 1-4 minggu.
2.4. Identifikasi jamur
Isolat tunggal dari jamur kemudian
diidentifikasi secara morfologi meliputi
pengamatan makroskopis maupun
mikroskopis. Pengamatan makroskopis
jamur meliputi: (1) pemeriksaan warna
dan permukaan koloni (granular; seperti
tepung; menggunung; licin; ada atau tidak
adanya tetes-tetes eksudat); (2) ada atau
tidak adanya garis-garis radial dari pusat
koloni ke arah tepi koloni; (3) ada atau tidak
adanya lingkaran konsentris, sedangkan
pengamatan mikroskopis jamur meliputi:
(1) ada atau tidak adanya septum pada hifa;
(2) pigmentasi hifa (tidak berwarna atau
berwarna gelap); (3) bentuk hifa (seperti
spiral, bernodul, atau mempunyai rizoid);
dan (4) ukuran, warna, hiasan, dan bentuk
spora atau konidia (4), (5), dan (6).
Dari penelitian ini tidak ada jamur termofilik
(jamur yang dapat tumbuh dan bersporulasi
pada temperatur 45 o C) yang berhasil
diisolasi. Rizosfir tanaman P. coronata
yang digunakan untuk menempatkan ulat
menghasilkan jumlah jamur paling banyak,
yaitu 8 jenis, sedangkan rizosfir E. utilis,
P. major, dan tanah gambut menghasilkan
jumlah jamur masing-masing 5, 4, dan 3
jenis.
Tabel 1. Jamur dari ulat mati di tempat penjualan
yang diinkubasi pada temperatur ruang
No
Jamur
Ascomycotina
1.
Eurotium sp.
Deuteromycotina
2.
Acremonium sp.
3.
Aspergillus flavus Link ex Gray
4.
A. fumigatus Fres.
5.
A. niger van Tieghem
6.
Cladosporium cladosporioides(Fres.)
de Vries
3.1.Hasil
7.
Fusarium solani (Mart.) Sacc.
Dari ulat mati di tempat penjualan yang
diinkubasi pada temperatur ruang, berhasil
diisolasi 11 jenis jamur yang berkaitan
dengan serangga, termasuk dalam 7 marga
(genus) diidentifikasi dan diklasifikasi ke
dalam 1 jenis dari 1 marga termasuk dalam
Ascomycotina dan 10 jenis dari 6 marga
termasuk dalam Deuteromycotina (Tabel 1).
Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari
ulat yang ditempatkan pada berbagai
rizosfir tanaman dan tanah gambut yang
diinkubasi pada temperatur 27o C dan 45o
C, berhasil diisolasi 15 jenis jamur yang
berkaitan dengan serangga, termasuk dalam
11 marga diidentifikasi dan diklasifikasi
ke dalam 1 jenis dari 1 marga termasuk
dalam Ascomycotina, 11 jenis dari 8 marga
termasuk Deuteromycotina, dan 3 jenis dari
2 marga termasuk dalam Zygomycotina.
8.
Fusarium sp. 1
9.
Geotrichum candidum Link ex Leman
10.
Penicillium sp.1
11.
Penicillium sp.2
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari rayap dan ulat yang ditempatkan
pada rizosfer C. microcarpa, P. macarthurii,
dan tanah semak belukar yang diinkubasi
pada 27o C, berhasil diisolasi 8 jenis jamur
yang berkaitan dengan serangga, termasuk
dalam 5 marga diidentifikasi dan diklasifikasi
ke dalam 6 jenis dari 4 marga termasuk dalam
Deuteromycotina dan 2 jenis dari 1 marga
termasuk dalam Zygomycotina. Rayap
yang ditempatkan pada masing-masing
rizosfir tanaman dan tanah menghasilkan
jumlah jenis jamur lebih besar dibandingkan
dengan ulat yang ditempatkan pada rizosfir
tanaman dan tanah yang sama. Jumlah
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
109
Tabel 2. Jamur dari ulat mati yang ditempatkan pada berbagai rizosfir tanaman dan tanah gambut
yang diinkubasi pada temperatur 27o C dan 45o C
No
Jamur
E. utilis
P. major
P. coronata
Gambut
27 C
45 C
27 C 45 C
27 C
45 C
27o C
45o C
-
-
-
-
-
-
+
-
o
o
o
o
o
o
Ascomycotina
1.
Eupenicillium sp.
Deuteromycotina
2.
Acremonium sp.
+
-
-
-
-
-
-
-
3.
Beauveria brongniartii
(Sacc.) Petch
-
-
-
-
+
-
-
-
4.
Fusarium avenaceum (Fr.)
Sacc.
-
-
-
-
-
-
-
-
5.
F. oxysporum Schlecht.
+
-
+
-
+
-
-
-
6.
F. solani (Mart.) Sacc
-
-
-
-
+
-
-
-
7.
Fusarium sp. 2
-
-
-
-
+
-
-
-
8.
Geotrichum candidum Link
ex Leman
-
-
-
-
+
-
-
-
9.
Myrothecium roridum Tode
ex Steudel
-
-
-
-
+
-
-
-
10. Paecilomyces lilacinus
(Thom) Samson
+
-
-
-
+
-
-
-
11.
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
13. Cunninghamella echinulata
(Thaxt.) Thaxt.
+
-
-
-
-
-
+
-
14. C. elegans Lendner
-
-
+
-
+
-
-
-
15. Mucor sp.
-
-
+
-
-
-
-
-
Penicillium sp. 3
12. Trichoderma harzianum
Rifai
Zygomycotina
Keterangan: + = terisolasi; - = tidak terisolasi
jamur dari rayap (2 jenis) dan ulat (1 jenis)
yang ditempatkan pada masing-masing
rizosfir C. microcarpa dan P.macarthurii,
sedangkan rayap (4 jenis) dan ulat (3 jenis)
yang ditempatkan pada tanah semak belukar
(Tabel 3).
3.2. Pembahasan
Jamur yang berkaitan dengan serangga
dapat diisolasi baik dari ulat yang mati di
tempat penjualan (ulat ditempatkan dalam
bambu) maupun ulat dan rayap mati setelah
ditempatkan pada berbagai rizosfir tanaman
110
Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor
dan tanah gambut Sebangau, Kalimantan
Tengah. Tanah atau rizosfir tanaman maupun
bambu memainkan peranan penting sebagai
tempat penyimpanan atau penyediaan jamur
yang berkaitan dengan serangga. Ferron
(7)
menginformasikan bahwa ada empat
tahapan mekanisme penyakit serangga yang
disebabkan oleh jamur, yaitu (1) inokulasi
atau kontak antara propagul jamur dengan
tubuh serangga; (2) proses penempelan
dan perkecambahan propagul jamur pada
integumen serangga; (3) penetrasi dan
invasi; serta (4) destruksi pada titik penetrasi
Suciatmih, dkk., 2012
Tabel 3. Jamur dari ulat dan rayap mati yang ditempatkan pada rizosfir tanaman dan tanah semak
belukar yang diinkubasi pada temperatur 27o C
No
Jamur
C. microcarpa
P. macarthurii Semak belukar
Ulat
Ulat
Rayap
Rayap
Ulat
Rayap
Deuteromycotina
1.
Fusarium oxysporum Schlecht.
2.
F. avenaceum (Fr.) Sacc.
3.
Fusarium sp. 3
4.
Geotrichum candidum Link ex Leman
5.
Penicillium sp. 4
6.
Trichoderma harzianum
Zygomycotina
7.
Cunninghamella echinulata (Thaxt.) Thaxt.
8.
C. elegans Lendner
Keterangan: + = terisolasi; - = tidak terisol
dan terbentuknya konidia yang kemudian
beredar ke dalam hemolimfa dan membentuk
hifa sekunder untuk menyerang jaringan
lainnya.
Berdasarkan sejarah hidup dan
hubungannya dengan serangga, jamur
yang terisolasi dari umpan serangga yang
ditempatkan pada tanah digolongkan ke
dalam tiga katagori, yaitu (1) jamur patogen
serangga; (2) jamur patogen oportunis atau
jamur yang tidak dikenal luas sebagai jamur
patogen serangga tetapi telah dilaporkan
terisolasi dari serangga; dan (3) pengoloni
sekunder atau jamur yang belum diketahui
patogenitasnya pada serangga (8; 9). Dari 25
jenis jamur yang diisolasi dari ulat dan rayap,
hanya Beauveria brongniartii yang diisolasi
dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir
tanaman P. coronata dan Paecilomyces
lilacinus yang diisolasi dari ulat yang
ditempatkan pada rizosfir tanaman E. utilis
diketahui sebagai jamur patogen serangga
(8; 9)
. Dilaporkan pula bahwa B. brongniartii
adalah jamur entomopatogen yang diisolasi
dari cockchafer (Melolontha melolontha)
di Valle d’Aosta, Italy (10), menginfeksi ulat
Malacosoma neustria (11), diisolasi dari lalat
Heleomyza sp. (12), dan virulen melawan
larva instar 3 Melolontha melolontha dan
Holotrichia serrata (13). Paecilomyces lilacinus
adalah jamur patogen pada vektor penyakit
chagas, Triatoma infestans (Hemisptera:
Reduviidae) (14). Jamur-jamur dari jenis
Aspergillus, Cladosporium, Fusarium, Mucor,
dan Penicillium (Tabel 1, 2, & 3) merupakan
jamur patogen oportunis yang sangat umum,
sedangkan Trichoderma harzianum (Tabel
2 & 3) adalah jamur pengoloni sekunder (8;
9)
. Trichoderma harzianum diisolasi dari ulat
yang ditempatkan pada tanah gambut; dan
rayap yang ditempatkan pada rizosfer P.
macarthurii. Siddiqui et al. (15) melaporkan
bahwa filtrat T. harzianum dapat menurunkan
populasi nematoda Meloidogyne javanica
pada tanaman okra dan mungbean.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keanekaragaman jamur yang berkaitan
dengan serangga ada kecenderungan
berbeda pada berbagai rizosfer tanaman
dan pemberian umpan yang berbeda (ulat
atau rayap). Hasil tersebut sesuai dengan
pernyataan Jha et al. (16) bahwa komposisi
populasi dan aktivitas mikroba tanah banyak
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia
tanah, iklim, dan vegetasi. Tanah gambut
dengan pH sangat rendah dan seringkali
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
111
tergenang air cenderung menghasilkan
jumlah jamur relatif rendah, yaitu 3 jenis
(Tabel 2).
Dua marga jamur dari Ascomycotina
ditemukan dalam penelitian ini. Eurotium
diisolasi dari ulat mati di tempat penjualan
dan Eupenicillium diisolasi dari ulat mati yang
ditempatkan pada tanah gambut. Dilaporkan
bahwa Eupenicillium brefeldianum diisolasi
dari larva Plecia nearctica (4) dan Eurotium
repens diisolasi dari bagian dalam rayap (17).
Tiga jenis jamur dari Zygomycotina
yang ditemukan pada peneliatian ini adalah
Cunninghamella ecinulata, C. elegans,
dan Mucor sp. Cunninghamella echinulata
diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada
rizosfir E. utilis dan tanah gambut; serta rayap
yang ditempatkan pada rizosfir C. microcarpa,
P. macarthurii, dan semak belukar. Smyte &
Coppel (18) menginformasikan bahwa C.
echinulata telah digunakan sebagai agen
biokontrol untuk rayap. Cunninghamella
elegans diisolasi dari ulat yang ditempatkan
pada rizosfir tanaman P. major dan P.
coronata; serta rayap yang ditempatkan
pada tanah semak belukar.
Sepuluh marga jamur dari
Deuteromycotina yang terdeteksi dalam
penelitian ini adalah Acremonium, Aspergillus,
Beauveria, Cladosporium, Fusarium,
Geotrichum, Myrothecium, Paecilomyces,
Penicillium, dan Trichoderma. Fusarium
merupakan marga jamur yang banyak
ditemukan, yaitu 5 jenis diikuti Penicillium
dan Aspergillus masing-masing adalah 4 dan
3 jenis. Ke tiga marga jamur tersebut diisolasi
dari ketiga penelitian. Dapat dikatakan
bahwa ke tiga marga jamur tersebut adalah
umum diisolasi dari serangga. Zarrin et al.
(19)
menginformasikan bahwa Aspergillus,
Penicillium, Cladosporium, dan Fusarium
terisolasi dengan ferquensi tinggi, sedangkan
Beauveria dan Geotrichum terisolasi dengan
frequensi rendah dari lalat rumah (Musca
domestica).
Aspergillus flavus, A. fumigatus, dan
A. niger diisolasi hanya dari ulat mati di
tempat penjualan. Dilaporkan bahwa A.
112
flavus diisolasi dari permukaan dan bagian
dalam rayap (17) dan dari larva nyamuk
(20)
. Govindarajan et al. (21) menambahkan
bahwa filtrat jamur yang sama, toksik
terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus
Say. Sur et al. (20) menginformasikan bahwa
A. fumigatus sangat sering diisolasi dari
larva nyamuk. Dilaporkan bahwa A. niger
diisolasi sangat sering dari larva nyamuk
(20)
dan dari bagian permukaan dan dalam
rayap (17). Jamur yang sama telah digunakan
untuk mengendalikan rayap Reticulitermes
speratus dan Coptotermes formosanus
(22)
. Seperti halnya Aspergillus spp., C.
cladosporioides juga hanya diisolasi dari ulat
mati di tempat penjualan. Samek et al. (23)
menginformasikan bahwa C. cladosporioides
diisolasi dari pupa Cameraria ohridella
Deschka et Dimic. Fusarium avenaceum
diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada
rizosfir P. major dan ulat yang ditempatkan
pada tanah semak belukar. Dilaporkan
bahwa jamur yang sama diisolasi dari
telur gypsy moth, Lymantria dispar L.. (24).
Fusarium solani selain diisolasi dari ulat
mati di tempat penjualan, juga diisolasi dari
rizosfir tanaman P. coronata. Majumdar et al.
(25)
melaporkan bahwa F. solani adalah jamur
entomopatogen sugarbeet root maggot
(Tetanops myopaeformis Röder) di Dakota
Utara. Hartung & Lugo (26) menambahkan
bahwa jamur yang sama menginvasi telur
serangga Panstrongylus geniculatus dalam
vivarum. Fusarium oxysporum Schlecht
diisolasi hanya dari ulat yang ditempatkan
pada rizosfir tanaman E. utilis, P. major, dan
P. coronata. Jamur yang sama dilaporkan
virulen pada Culex pipiens di laboratorium
(27)
dan diisolasi berkali-kali dari Ochlerotatus
detritus Haliday (28). Geotrichum candidum
selain diisolasi dari ulat mati di tempat
penjualan, juga diisolasi dari ulat yang
ditempatkan pada rizosfir P. coronata, C.
microcarpa, P. macarthurii, dan semak
belukar. Sur et al. (20) melaporkan bahwa
jamur yang sama diisolasi dari larva nyamuk.
Myrothecium roridum hanya diisolasi dari ulat
yang ditempatkan pada rizosfir P. coronata.
Suciatmih, dkk., 2012
Hyang Burm Lee et al. (29) melaporkan bahwa
jamur yang sama mempunyai aktivitas
insektisida terhadap lima serangga, seperti
Nilaparvata lugens, Spodoptera litura, Myzus
persicae, Tetranychus urticae, dan Plutella
xylostella.
DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN DAN SARAN
2. Keller, S. and G. Zimmerman. 1989.
Mycopathogens of soil insects. In:
Wilding, N, Collins MN, PM Hammond,
& JF Webber (Eds.) Fungus-insect
interactios. Academic Press, London ,
pp. 240-270.
4.1. Kesimpulan
Dari hasil riset dapat diismpulkan
bahwa sebanyak 25 jenis jamur yang
berkaitan dengan serangga berhasil diisolasi
dari berbagai rizosfir tanaman Arecaceae
koleksi Kebun Raya Bogor dan tanah
gambut Sebangau, Kalimantan Tengah
dengan menggunakan ulat Coleoptera
dan rayap sebagai umpan; serta dari ulat
mati di tempat penjualan. Dari total jamur
tersebut, Beauveria brongniartii (Sacc.)
Petch and Paecilomyces lilacinus (Thom)
Samson diketahui sebagai jamur patogen
pada serangga.
Fusarium merupakan marga jamur
yang banyak ditemukan, yaitu 6 jenis diikuti
Penicillium dan Aspergillus masing-masing
adalah 4 dan 3 jenis. Semua jamur yang
berkaitan dengan serangga bukan termasuk
jamur termofilik (jamur yang dapat tumbuh
dan bersporulasi pada temperatur 45o C).
Rizosfir tanaman P. coronata yang
digunakan untuk menempatkan ulat
menghasilkan jumlah jenis jamur paling
banyak, yaitu 8. Umpan rayap menghasilkan
jumlah jenis jamur yang berkaitan dengan
serangga lebih banyak daripada umpan ulat
Coleoptera.
4.2.Saran
Akan diteliti lebih lanjut potensi
biokontrol dari jamur Beauveria brongniartii
(Sacc.) Petch, Cunninghamella spp., and
Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson
terhadap rayap.
1. Hajek, A.E. and R.J. St. Leger. 1994.
Interactions between fungal pathogens
and insect hosts. Annual Rieview
Entomology 39: 293-322.
3.
Gunde-Cimerman, N., P. Zalar, and
S. Jeram. 1998. Mycoflora of cave
cricket Troglophilus neglectu Cadavers.
Mycophatologia 141: 111-114.
4. Domsch K.H, W. Gams and T. Anderson.
1980. Compendium of Soil Fungi Vol I.
London: Academic Press.
5. Carmichael J.W, W.B. Kendrick, I.L.
Conners and L. Sigler. 1980. Genera of
Hyphomycetes. Canada: The University
of Alberta Press.
6. Ellis M.B. 1993. Dematiaceous
Hyphomycetes. London: International
Mycological Institute.
7. Ferron, P. 1985. Fungal control. In
Comprehensive Insect Physiology
Biochemistry and Pharmacology (G. A.
Kerkut and L. I. Gilbert, eds.) Vol. 12,
pp. 313-346. Pergamon Press, Oxford.
8. Bin-Da Sun, Han-Ying Yu, J. Chen
Amanda, and Xing-Zhong Liu. 2008.
Insect-associated fungi in soils of field
crops and orchard. Crop Protection 27:
1421-1426.
9. Bin-Da Sun and Xing-Zhang Liu. 2008.
Occurrence and diversity of insect
associated fungi in natural soils in China.
Applied Soil Ecology 39 : 100-108.
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
113
10. Piatti, Cravanzola, Bridge, and Ozino.
2002. Molecular characterization of
Beauveria brongniartii isolates obtained
from Melolontha melolontha in Valle
d’Aosta (Italy) by RAPD-PCR. Applied
Microbiology 26(4): 317-324.
11. Jankevica, L. 2004. Ecological
Associations
between
entomophatogenic fungi and pest
insect Recorded in Latvia. Latvijas
Entomology 41: 60-65.
12. Kubatova, A. and L. Dvorak. 2005.
Entomopathogenic fungi associated
with insect hibernating in underground
shelters. Czech Mycology 57(3-4): 221237.
13. Hadabad, A., A. Reineke, and C.P.W.
Zebitz. 2006. Genetic variability among
Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch
isolates from various geographical and
host origins based on AFLP analysis.
Mith. Dtsch. Ges. Allg. Angew. Ent. 15:
71-76.
14. Gerrardo, A.M., C.C.L. Lastra, S.A.
Pelizza, and J.J Garcia. 2006. Isolation
of Paecilomyces lilacinus (Thom)
Samson (Ascomycota: Hypocreales)
from the chagas disease vector
Triatoma infestans Klug (Hemiptera:
Reduviidae) in an endemic area in
Argentina. Mycopathologia 162: 369372.
Fertility of Soils 12: 272-278.
17. Hubert, J., V. Stejskal, Z. Munzbergová,
A. Kubátová,M. Váňová, and E.
Žd’árková. 2004. Mites and Fungi
in Heavily Infested Stores in the
Czech Republic. Journal of Economic
Entomology 97(6):2144-2153.
18. Smyte, R.V. & H.C. Coppel. 1965.
The susceptibility of Reticulitermes
flavipes Kollar and other termite species
to an experimental preparation of
Bacillus thuringiensis Berliner. Journal
of Invertebrate Pathology: 423-426.
19. Zarrin, M., B. Vazirianzadeh, S. S Solary,
A. Z. Mahmoudabadi, M. Rahdar. 2007.
Isolationof fungi from housefly (Musca
Domestica) in Ahwaz, Iran. Australian
Journal of Botany 35(1) 69 – 77.
20. Sur, B., V. Bihari, A. Sharma, and
S.K. Basu. 1998. Survey of termiteinhabited soil and mosquito breeding
sites in Lucknow, India for potential
mycopathogens of Anopheles
stephensi. Mycopathologia 144(2):
77-80.
21. Govindarajan, M., A.. Jebanesan, and
D. Reetha. 2005. Larvacidal effect of
extracellular secondary metabolites of
different fungi against the mosquito,
Culex quinquefasciatus Say. Tropical
Biomedicine 22(1): 1-3.
15. Siddiqui, I.A., Amer-Zareen, M.J.
Zaki, & S.S. Shaukat. 2001. Use of
Trichoderma species in the control
of Meloidogyne javanica, root knot
nematode in okra and mungbean.
Pakistan Journal of Biological Science
4(7): 846-848.
22. M y l e s , T. G . 2 0 0 2 . I s o l a t i o n o f
Metarhizium anisopliae fungi
(Deuteromycotina: Hyphomycetes)
from Reticulitermes flavipes (Isoptera:
Rhinotermitidae) with Convenient
Methods for its culture and collection of
conidia. Sociobiology 40(2): 257-264.
16. Jha, D.K, G.D Sharma, and R.R
Mishara. 1992. Ecology of soil microflora
and mycorrhizal symbionts. Biology and
23. Samek, T., D. Novotny, L. Jankovsky.
2006. Infection of wintering pupae of
horse-chesnut leafminer Cameraria
114
Suciatmih, dkk., 2012
ohridella Deschka et Dimic. By
Verticillium lecanii (Zimmerman)
Viegas. Journal of Forest Science
52(3): 136-140.
24. Hajek, A.E., P.E Nelson, R.A Humber,
and J.L. Perry. 1993. Two Fusarium
species pathogenic to gypsy moth,
Lymantria dispar. Mycologia 85(6):937940.
25. Majumdar, A., M.A. Boetel, and S. T.
Jaronski. 2008. Discovery of Fusarium
solani as naturally occurring pathogen
of sugarbeet root maggot (Diptera:
Ulidiidae) pupae: Prevalence and
baseline susceptibility. Journal of
Invertebrate Pathology 97(1): 1-8.
26. Hartung and Lugo. 1996. Fusarium
solani invader of the eggs of the
insect Panstrongylus geniculatus in a
vivarium. Mycopathologia 135(3):183185.
27. Scholte, E.J., B.G.J Knol, R.A Samson,
& W. Takken. 2004. Entomopathogenic
fungi for mosquito control: A review.
Journal of Insect Science 4: 1-24.
28. Hasan S., C. Vago. 1972. The
pathogenicity of Fusarium oxysporum
to mosquito larvae. Journal of
Invertebrate Pathology. 20:268–271.
29. Hyang Burm Lee, Jin-Cheol Kim,
Kyung-Sik Hong, and Chang-Jin Kim.
2008. Evaluation of a fungal strain,
Myrothecium roridum FO252, as a
herbicidal agent. Plant Pathology
Journal 24(4): 453-460.
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
115
Download