iii RINGKASAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI “AKU HIMUNG PETANI BANUA” DARI PERSPEKTIF KAPITAL SOSIAL (Kasus: PT Arutmin Indonesia Satui Mine, Kalimantan Selatan). (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI) Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah berbasis pada sumberdaya alam. Untuk itu ketiga unsur pelaku pertambangan yaitu masyarakat, perusahaan, dan pemerintah harus mengelola sumberdaya alam secara terintegrasi dan harmonis melalui Corporate Social Responsbility (CSR) agar tercapai makna sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Indonesia (Pasal 33 UUD 1945). Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Comunity Development (CD). Program CSR seharusnya tidak hanya bersifat charity, melainkan harus diikuti strategi pemberdayaan guna mengangkat fungsi sosial masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi mandiri. Kaitan dengan CD, program CSR yang dijalankan harus melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat pada proses kegiatan. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT Arutmin, 2) Menganalisis modal sosial yang terbangun antara masyarakat dan PT Arutmin dan hubungannya dengan tingkat partisipasi, dan 3) Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan hubunganya dengan tingkat partisipasi dalam program pengembangan masyarakat PT Arutmin. Penelitian ini dilaksanakan di desa sekitar tambang PT Arutmin Satui Mine Kalimantan Selatan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan program, sehingga responden dalam penelitian ini adalah peserta program Aku Himung Petani Banua (AHPB). Program AHPB adalah program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT Arutmin dengan sasaran program adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi tambang PT Arutmin Satui iv Mine yang secara langsung maupun tidak langsung merasakan dampak akibat beroperasinya perusahaan. Program AHPB menekankan pada pemberdayaan ekonomi yang dimulai sejak tahun 2007 dengan tiga bidang utama, yaitu bidang perikanan, peternakan, dan pertanian. Jumlah peserta program adalah 74 orang bidang pertanian, 22 orang bidang peternakan, dan 34 orang bidang perikanan. Dalam penelitian ini, resonden terdiri dari 80 orang dengan komposisi 40 orang responden yang tergabung dalam program AHPB bidang pertanian, 20 orang responden tergabung dalam program AHPB peternakan, dan 20 orang responden tergabung dalam program AHPB budidaya perikanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peserta program AHPB tinggi baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi kegiatan. Modal sosial responden juga tinggi, yaitu tingkat kepercayaan, jaringan, dan tingkat kerjasama. Modal sosial yang diukur adalah modal sosial vertikal yaitu antara penerima program AHPB dengan pihak perusahaan selaku penyelenggara program. Dengan menggunakan uji koralasi diperoleh bahwa etnis (suku) asal responden berasal berhubungan dengan tingkat partisipasi mereka dalam program AHPB. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, asal mula pekerjaan, dan lokasi tempat tinggal tidak berhubugan dengan partisipasi seseorang dalam program AHPB. Karakteristik sosial ekonomi individu yang diteliti, hanya jenis kelamin yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan dan tingkat kerjasama. Hasil analisis hubungan antara modal sosial ertikal masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program memberikan hasil bahwa modal sosial vertikal masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Program Aku Himung Petani banua memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar tambang berupa lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan. Keberlanjutan program diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat pasca tutup tambang yang dilakukan dengan pola pendampingan yang intensif/pemantauan dan menciptakan kader.