DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.03/MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DIM NO 1. PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 Tetap PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN 2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Tetap DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, 3. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Tetap MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 4. Menimbang : 5. 6. Mengingat : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, perlu mengatur tata cara penetapan status perlindungan jenis ikan; Tetap b. bahwa untuk itu perlu diatur dengan Peraturan Menteri; Tetap 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UnitedNations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan BangsaBangsa tentang Hukum Laut) 1982 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1985, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3319); Menimbang : a. b. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, perlu mengatur tata cara penetapan status perlindungan jenis ikan; bahwa untuk itu perlu diatur dengan Peraturan Menteri; DIM NO PER.03/MEN/2010 7. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 8. 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556); 9. 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 10. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 11. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 DIM NO PER.03/MEN/2010 International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora; 12. 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008; 13. 8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 14. 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009; 15. 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/ MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2009; 16. 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.22/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2009; 17. 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional; SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 18. MEMUTUSKAN: Tetap MEMUTUSKAN: 19. Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN. Tetap Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN. 20. BAB I KETENTUAN UMUM Tetap BAB I KETENTUAN UMUM 21. Pasal 1 Tetap Pasal 1 22. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: Tetap Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 23. 1. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Tetap 1. 24. 2. Perlindungan jenis ikan adalah upaya untuk menjaga dan menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Menjadi rumusan pada DIM Nomor 26 Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. dari Penjelasan UU 45/2009 Pasal 1 angka 3 ayat (6) 25. 26. Rumusan baru 2. Jenis ikan adalah ikan yang termasuk dalam kelas : pisces (ikan bersirip), crustacea (udang,rajungan, kepiting dan sebangsanya), mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya), coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya), echinodermata (tripang, bulu babi, dan sebangsanya), amphibia (kodok dan sebangsanya), reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya), mammalia (paus, lumbalumba, pesut, duyung, dan sebangsanya), algae (rumput laut dan tumbuhan-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air) dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas. 27. Rumusan DIM Nomor 24 3. Perlindungan jenis ikan adalah upaya untuk menjaga dan menjamin keberadaan, ketersediaan, dan DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 kesinambungan jenis ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Rumusan baru 28. 4. Penetapan status perlindungan jenis ikan adalah pemberian status perlindungan terhadap jenis ikan yang terancam punah, langka, endemik, mengalami penurunan jumlah individu dalam populasi di alam secara drastis dan/atau mempunyai tingkat kemampuan reproduksi rendah. Usulan:. Penetapan status perlindungan jenis ikan adalah pemberian status perlindungan terhadap jenis ikan dengan kriteria tertentu. 29. Rumusan baru 5. Perlindungan penuh adalah status perlindungan jenis ikan yang melarang segala bentuk pemanfaatan. 30. Rumusan baru 6. Perlindungan terbatas adalah status perlindungan jenis ikan yang melarang bentuk pemanfaatan pada ukuran, waktu, wilayah sebaran dan/atau kondisi tertentu. 7. Otoritas keilmuan (scientific authority) adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 31. 3. Jenis ikan yang dilindungi adalah jenis ikan yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk jenis ikan yang dilindungi secara terbatas berdasarkan ukuran tertentu, wilayah sebaran tertentu atau periode waktu tertentu, dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan juga dilindungi berdasarkan ketentuan hukum internasional yang diratifikasi, telur, bagian tubuh, dan/atau produk turunannya (derivat). dihapus 32. 4. Populasi adalah kelompok jenis ikan tertentu yang secara alami dan dalam jangka panjang memiliki kecenderungan untuk mencapai keseimbangan secara dinamis sesuai kondisi habitat beserta lingkungannya. dihapus 33. 5. Otoritas keilmuan (scientific authority) adalah lembaga pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola (management authority) mengenai konservasi sumber daya ikan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan termasuk Rumusan diubah DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 dalam rangka pelaksanaan CITES. 34. 6. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. 35. 7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Tetap 8. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. 36. Pasal 2 Tetap Pasal 2 37. Penetapan status perlindungan jenis ikan bertujuan untuk menjaga dan menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Tetap Penetapan status perlindungan jenis ikan bertujuan untuk menjaga dan menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. 38. BAB II KRITERIA STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN Tetap BAB II KRITERIA STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN 39. Pasal 3 40. Penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan kriteria: 41. a. terancam punah; a. terancam punah; 42. b. langka; b. langka; 43. c. daerah penyebaran terbatas (endemik); c. daerah penyebaran terbatas (endemik); 44. d. terjadinya penurunan jumlah individu dalam populasi ikan di alam secara drastis; dan/atau d. terjadinya penurunan jumlah individu dalam populasi ikan di alam secara drastis; dan/atau 45. e. tingkat kemampuan reproduksi yang rendah. e. tingkat kemampuan reproduksi yang rendah. 46. Pasal 3 (1) Rumusan baru (2) Penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan kriteria: F. data dan informasi yang terbatas Sehingga Pasal 3 menjadi 2 ayat 47. Rumusan baru a. jenis ikan yang telah ada status perlindungannya berdasarkan konvensi regional dan/atau internasional yang telah diratifikasi; dan/atau DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 Rumusan baru 48. b. jenis ikan yang dimanfaatkan secara umum oleh masyarakat namun belum diketahui status biologi dan/atau status populasinya. 49. Pasal 4 Tetap 50. (1) Kriteria terancam punah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a ditentukan berdasarkan kondisi populasi jenis ikan tertentu yang mengalami ancaman kepunahan akibat faktor alami dan/atau aktivitas manusia. Tetap (1) Kriteria terancam punah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf a ditentukan berdasarkan kondisi populasi jenis ikan tertentu yang mengalami ancaman kepunahan akibat faktor alami dan/atau aktivitas manusia. 51. (2) Ancaman kepunahan akibat faktor alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan: Rumusan disempurnakan dengan menambahkan kata “dapat” (2) Ancaman kepunahan akibat faktor alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan: Pasal 4 52. a. perubahan komponen ekosistem; dan/atau Rumusan disempurnakan dengan menghilangkan frasa “dan/atau” a. perubahan komponen ekosistem; 53. b. bencana alam. Rumusan disempurnakan dengan menambahkan frasa “dan/atau” b. bencana alam; dan/atau Rumusan baru 54. 55. (3) Ancaman kepunahan akibat aktivitas manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan: (3) Ancaman kepunahan akibat aktivitas manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan: Rumusan diubah a. penangkapan berlebih (over fishing); penangkapan ikan dengan alat penangkapan ikan yang merusak; Rumusan diubah dengan menambahkan frasa “ dan bahan........tidak ramah lingkungan”. b. penangkapan dengan alat dan penangkap ikan tidak ramah lingkungan; c. masuknya spesies pendatang berupa predator, kompetitor dan pembawa penyakit; dan/atau Tetap c. masuknya spesies predator, kompetitor dan dan/atau d. kerusakan habitat. Rumusan disempurnakan dengan menambahkan frasa “ekosistem dan perubahan lingkungan”. d. kerusakan habitat, ekosistem dan perubahan lingkungan. 56. a. tangkapan lebih; 57. b. 58. 59. 60. Rumusan disempurnakan dengan menambahkan kata “dapat” c. perubahan iklim Pasal 5 Tetap Pasal 5 bahan pendatang berupa pembawa penyakit; DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 61. (1) Kriteria langka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b ditentukan berdasarkan kondisi jenis ikan tertentu yang populasinya sangat kecil atau kelimpahan stoknya terbatas. Tetap (1) Kriteria langka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf b ditentukan berdasarkan kondisi jenis ikan tertentu yang populasinya sangat kecil atau kelimpahan stoknya terbatas. 62. (2) Populasi sangat kecil atau kelimpahan stok terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicirikan oleh: Rumusan disempurnakan kata “kecil” dihapus diganti dengan “rendah” (2) Populasi sangat rendah atau kelimpahan stok terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicirikan oleh: 63. a. kepadatan populasi kecil atau terbatas pada suatu habitat; Rumusan disempurnakan kata “kecil” dihapus diganti dengan “rendah” a. kepadatan populasi rendah atau terbatas pada suatu habitat; 64. b. jangka waktu untuk mencapai tingkat matang seksual pertama sangat lama; dan/atau Rumusan disempurnakan kata “seksual” dihapus diganti dengan “gonad” b. jangka waktu untuk mencapai tingkat matang seksual pertama sangat lama; dan/atau 65. c. laju pertumbuhan lambat dan berumur panjang. Rumusan disempurnakan frasa “dan berumur panjang” dihapus 66. Pasal 6 Tetap c. laju pertumbuhan lambat. Pasal 6 67. (1) Kriteria daerah penyebaran terbatas (endemik) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c didasarkan pada keadaan jenis ikan tertentu yang hanya memiliki sebaran geografis alami terbatas dan karakteristik ekosistem tertentu. Tetap (1) Kriteria daerah penyebaran terbatas (endemik) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1huruf c didasarkan pada keadaan jenis ikan tertentu yang hanya memiliki sebaran geografis alami terbatas dan karakteristik ekosistem tertentu. 68. (2) Yang dimaksud sebaran geografis alami terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keberadaan jenis ikan tertentu yang secara alami hanya terdapat pada lingkungan hidup yang sempit. Tetap (2) Yang dimaksud sebaran geografis alami terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keberadaan jenis ikan tertentu yang secara alami hanya terdapat pada lingkungan hidup yang sempit. 69. (3) Karakteristik ekosistem tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh sifat bio-ekologi khas yang mengakibatkan biota yang ada di dalamnya harus beradaptasi dan berevolusi membentuk pola hidup khusus sesuai karakteristik lingkungannya. Tetap (3) Karakteristik ekosistem tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh sifat bio-ekologi khas yang mengakibatkan biota yang ada di dalamnya harus beradaptasi dan berevolusi membentuk pola hidup khusus sesuai karakteristik lingkungannya. 70. (4) Lingkungan hidup yang sempit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa sungai, danau, rawa dan laut. Rumusan disempurnakan frasa “dapat berupa sungai, danau, rawa dan laut” dihapus (4) Lingkungan tempat hidup yang sempit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat pada tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan. 71. Pasal 7 Tetap Pasal 7 DIM NO 72. 73. PER.03/MEN/2010 (1) (2) 74. SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 Kriteria terjadinya penurunan jumlah individu dalam populasi ikan di alam secara drastis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d disebabkan berkurangnya jumlah individu jenis ikan pada habitat tertentu dalam jumlah besar dan dalam kurun waktu paling lama 1 (satu) tahun. Rumusan disempurnakan kalimat “pada habitat tertentu dalam jumlah besar dan dalam kurun waktu paling lama 1 (satu) tahun” dihapus. Kriteria terjadinya penurunan jumlah individu dalam populasi ikan di alam secara drastis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d disebabkan berkurangnya jumlah individu jenis ikan pada habitatnya dalam jumlah besar dan dalam kurun waktu relatif singkat. Berkurangnya jumlah individu jenis ikan pada habitat tertentu dalam jumlah besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan kecenderungan penurunan hasil tangkap per satuan. Dihapus Pasal 8 Usulan: Rumusan tetap. Tetap Pasal 8 75. (1) Kriteria tingkat kemampuan reproduksi yang rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e merupakan kondisi rendahnya jumlah individu baru yang dihasilkan. Tetap (1) Kriteria tingkat kemampuan reproduksi yang rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e merupakan kondisi rendahnya jumlah individu baru yang dihasilkan. 76. (2) Rendahnya jumlah individu baru yang dihasilkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicirikan oleh: Tetap (2) Rendahnya jumlah individu baru yang dihasilkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicirikan oleh: 77. a. jumlah sel telur yg dihasilkan per tahun atau per satuan berat ikan (fekunditas) yang rendah; Rumusan disempurnakan frasa “per tahun” dihapus 78. b. berpasangan tetap; dan/atau b. berpasangan tetap; dan/atau 79. c. jumlah kematian (mortalitas) alami tinggi dan jumlah yang hidup sampai dewasa secara alami rendah. c. jumlah kematian (mortalitas) alami tinggi dan jumlah yang hidup sampai dewasa secara alami rendah. 80. Rumusan baru 81. Rumusan baru 82. Rumusan baru a. jumlah sel telur yg dihasilkan per satuan berat ikan (fekunditas) yang rendah; Pasal 8A (1) Kriteria jenis ikan yang telah ada status perlindungannya berdasarkan konvensi dan keanggotaan regional/internasional yang telah diratifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) huruf a antara lain: a. CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna and Flora); in DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 83. Rumusan baru b. IOTC (Indian Ocean Tuna Commission); 84. Rumusan baru c. WCPFC (Western and Central Pacific Fisheries Commission); dan/atau 85. Rumusan baru d. CCSBT (Commission for Southern Bluefin Tuna). 86. Rumusan baru 87. Rumusan baru a. jenis ikan yang belum diidentifikasi dan belum memiliki nama ilmiah; 88. Rumusan baru b. jenis ikan dan/atau 89. Rumusan baru c. jenis ikan yang belum diketahui parameter biologi dan populasinya. (2) the Conservation of Kriteria jenis ikan yang dimanfaatkan secara umum oleh masyarakat namun belum diketahui status biologi dan/atau status populasinya dicirikan oleh: yang belum diketahui distribusinya; 90. BAB III TIPE STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN Tetap BAB III TIPE STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN 91. Pasal 9 Tetap Pasal 9 92. Penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digolongkan dalam 2 (dua) tipe, yaitu: Rumusan disempurnakan kata “Penetapan” dihapus Status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu : 93. a. perlindungan penuh; atau Tetap a. perlindungan penuh; atau 94. b. perlindungan terbatas. Tetap b. perlindungan terbatas. 95. Pasal 10 Tetap Pasal 10 96. (1) Perlindungan penuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan pada seluruh siklus hidup dan/atau bagian-bagian tubuhnya. Tetap (1) Perlindungan penuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan pada seluruh siklus hidup dan/atau bagian-bagian tubuhnya 97. (2) Siklus hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tetap (2) Siklus hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 meliputi: meliputi: 98. a. siklus hidup di habitat asli; dan/atau Tetap a. siklus hidup di habitat asli; dan/atau 99. b. siklus hidup di luar habitat asli. Tetap b. siklus hidup di luar habitat asli. Bagian-bagian tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk telur, cangkang, dan/atau produk turunannya (derivat). Tetap 100. (3) 101. Pasal 11 (3) Bagian-bagian tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk telur, cangkang, dan/atau produk turunannya (derivat). Tetap Pasal 11 Perlindungan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi: Tetap 103. a. perlindungan berdasarkan ukuran tertentu; Tetap a. perlindungan berdasarkan ukuran tertentu; 104. b. perlindungan berdasarkan wilayah sebaran tertentu; dan/atau Tetap b. perlindungan berdasarkan wilayah sebaran tertentu; dan/atau 105. c. perlindungan berdasarkan periode waktu tertentu. Tetap c. perlindungan berdasarkan periode waktu tertentu. 102. 106. (1) (2) Perlindungan berdasarkan ukuran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditentukan berdasarkan berat dan/atau panjang badan. (1) Perlindungan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi: Dihapus 107. Rumusan baru 108. Rumusan baru (1) Perlindungan terbatas berdasarkan ukuran tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a merupakan larangan penangkapan/pengambilan jenis ikan berdasarkan satuan ukuran tertentu 109. Rumusanbaru (2) Perlindungan terbatas berdasarkan ukuran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan mempertimbangkan: Pasal 11A a. b. ukuran dan/atau usia pertama kali matang seksual; ukuran yang paling banyak ditangkap/diambil dan/atau DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 c. 110. (3) Perlindungan berdasarkan wilayah sebaran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditentukan berdasarkan daerah pemijahan, daerah pengasuhan, daerah mencari makan, dan/atau alur ruaya. ukuran nilai ekonomis. Dihapus 111. Rumusan baru 112. Rumusan baru (1) Perlindungan terbatas berdasarkan wilayah sebaran tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b merupakan larangan penangkapan/pengambilan jenis ikan yang ditetapkan pada kawasan perairan tertentu. 113. Rumusan baru (2) Perlindungan terbatas berdasarkan wilayah sebaran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan mempertimbangkan: 114. Rumusan baru a. daerah pemijahan (spawning ground), daerah peneluran (nesting ground), daerah pengasuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), daerah tumbuh (growing ground) dan/atau jalur ruaya 115. Rumusan baru b. daerah penangkapan (fishing ground) 116. Rumusan baru c. penyebaran sumberdaya ikan 117. Rumusan baru d. 118. (4) Perlindungan berdasarkan periode waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditentukan berdasarkan musim pemijahan, musim kemarau, dan/atau musim ruaya. Pasal 11B dihapus 119. Rumusan baru 120. Rumusan baru Pasal 11C (1) Perlindungan terbatas berdasarkan periode waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c merupakan larangan penangkapan/pengambilan jenis ikan secara periodik pada kurun waktu tertentu dan/atau larangan penangkapan/pengambilan jenis ikan DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 secara terus menerus pada periode waktu tertentu; 121. Rumusan baru 122. Rumusan baru a. siklus hidup tertentu; 123. Rumusan baru b. waktu penangkapan/pengambilan; 124. Rumusan baru c. waktu ruaya; dan/atau 125. Rumusan baru d. kondisi habitat dan populasi. (2) Periode waktu tertentu dan/atau kurun waktu tertantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan mempertimbangkan: 126. BAB IV PROSEDUR PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN Tetap BAB IV PROSEDUR PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN 127. Bagian Kesatu Umum Tetap Bagian Kesatu Umum 128. Pasal 12 Tetap Pasal 12 129. Penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan melalui prosedur: dihapus Rumusan baru 130. (1) Prosedur penetapan status perlindungan jenis ikan yang termasuk dalam kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan melalui tahapan: 131. a. usulan inisiatif; tetap a. usulan inisiatif; 132. b. verifikasi usulan; tetap b. identifikasi; 133. c. analisis kebijakan; tetap c. rekomendasi ilmiah 134. d. rekomendasi ilmiah; dan tetap d. penilaian kelayakan usulan; dan 135. e. penetapan status perlindungan jenis ikan. tetap e. penetapan status perlindungan jenis ikan. DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 f. Rencana pengelolaan 136. Rumusan baru 137. Rumusan baru a. 138. Rumusan baru b. 139. Rumusan baru c. 140. Rumusan baru d. 141. Rumusan baru 142. Rumusan baru a. 143. Rumusan baru b. 144. Rumusan baru c. (2) (3) d. Untuk jenis-jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) dapat ditetapkan status perlindungannya setelah mendapat rekomendasi Ilmiah dari LIPI tanpa melalui tahapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) Cat: jenis yang sudah diatur secara Internasional dapat ditetapkan status perlindungannya tanpa melalui tahapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) 145. Rumusan baru 146. Rumusan baru (1) Dalam pelaksanaan prosedur penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Direktur Jenderal membentuk Kelompok Kerja (POKJA). 147. Rumusan baru (2) Keanggotaan Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari instansi pemerintah, pakar, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat; Pasal 12A DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN Rumusan baru 148. USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 (3) selanjutnya Jenderal. 149. Bagian Kedua Usulan Inisiatif Susunan dan uraian tugas Kelompok Kerja ditetapkan dengan Keputusan Direktur Tetap Bagian Kedua Usulan Inisiatif 150. (1) Usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dapat diajukan oleh orang perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat Rumusan disempurnakan frasa “orang perseorangan” diganti dengan frasa “setiap orang” (1) Usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dapat diajukan oleh setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. 151. (2) Usulan insiatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri. Rumusan disempurnakan frasa “Menteri” diganti dengan frasa “Direktur Jenderal” (2) Usulan insiatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direktur Jenderal. 152. Pasal 14 Pasal 14 153. (1) Usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 harus dilengkapi dengan kajian awal dan peta lokasi penyebaran. (1) Usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 harus dilengkapi dengan kajian awal dan peta lokasi penyebaran. 154. (2) Kajian awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: (2) Kajian awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: 155. a. keadaan umum populasi; 156. b. habitat penyebaran; Rumusan disempurnakan menambahkan kata “kondisi”, dan kata “penyebaran” dihapus Rumusan baru 157. 158. a. keadaan umum populasi; d. tingkat pengelolaan; c. penyebaran; dihapus Rumusan baru 159. b. kondisi habitat; d. status pemanfaatan; 160. e. nilai penting perlindungan; dan Tetap e. nilai penting perlindungan; dan 161. f. urgensi perlindungan. Tetap f. urgensi perlindungan. DIM NO 162. PER.03/MEN/2010 (3) Peta lokasi penyebaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peta sketsa tempat hidup (habitat) jenis ikan yang diusulkan untuk dilindungi. SARAN DAN MASUKAN Rumusan disempurnakan menambahkan kata “atau” USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 (3) Peta lokasi penyebaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peta atau sketsa tempat hidup (habitat) jenis ikan yang diusulkan untuk dilindungi. 163. Bagian Ketiga Verifikasi Usulan Tetap Bagian Ketiga Verifikasi Usulan 164. Pasal 15 Tetap Pasal 15 165. Berdasarkan usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Menteri menugaskan Direktur Jenderal untuk melakukan verifikasi usulan. Rumusan disempurnakan frasa “Direktur Jenderal untuk” dihapus diganti dengan frasa ”kelompok kerja” Berdasarkan usulan inisiatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Menteri menugaskan kelompok kerja melakukan verifikasi usulan. 166. Pasal 16 Tetap Pasal 16 167. (1) Verifikasi usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dan Pasal 15 dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi. Tetap (1) Verifikasi usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dan Pasal 15 dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi. 168. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa potensi populasi, daerah penyebaran, sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta kebijakan pemerintah. Rumusan disempurnakan, frasa Potensi populasi menjadi “status populasi”, frasa “kebijakan pemerintah” dihapus, dan ditambahkan huruf d, f g. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa: a. status populasi; b. c. d. e. f. g. kondisi habitat; daerah penyebaran; status pemanfaatan; sosial ekonomi dan budaya masyarakat; urgensi perlindungan; dan nilai penting perlindungan. Verifikasi usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya dilakukan melalui kegiatan: Tetap 170. a. kajian literatur; Tetap a. kajian literatur; 171. b. survei dan penilaian populasi; Rumusan disempurnakan b. survei tentang status populasi, kondisi sosial ekonomi dan budaya; 172. c. konsultansi publik; dan Tetap c. konsultansi publik; dan 173. d. koordinasi dengan instansi terkait. Tetap d. koordinasi dengan instansi terkait. 169. (3) (3) Verifikasi usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya dilakukan melalui kegiatan: DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 174. Pasal 17 Tetap Pasal 17 175. Kajian literatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a, mencakup kegiatan pengumpulan: Tetap Kajian literatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a, mencakup kegiatan pengumpulan: 176. a. data sekunder biologi dan populasi jenis ikan; dan Tetap a. data sekunder biologi dan populasi jenis ikan; dan 177. b. data keadaan umum daerah penyebaran jenis ikan. Tetap b. data keadaan umum daerah penyebaran jenis ikan. Pasal 18 Tetap 178. Pasal 18 179. Survei dan penilaian populasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf b dilakukan untuk memperoleh: Rumusan disempurnakan 180. a. keadaan umum populasi yang berupa data populasi dan bioekologis jenis ikan; Rumusan disempurnakan a. keadaan umum populasi dan bioekologis jenis ikan; 181. b. data daerah penyebaran yang meliputi luasan habitat daerah penyebaran jenis ikan; dan tetap b. daerah penyebaran yang meliputi luasan habitat dan penyebaran jenis ikan; dan 182. c. data sosial ekonomi dan budaya yang meliputi sistem nilai yang ada di masyarakat, tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, pontensi ancaman, kearifan lokal, adat istiadat, nilai penting jenis ikan, serta potensi rekreasi dan pariwisata. Rumusan disempurnakan c. kondisi sosial ekonomi dan budaya yang meliputi sistem nilai yang ada di masyarakat, tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi ancaman, kearifan lokal, adat istiadat, nilai penting jenis ikan, serta potensi rekreasi dan pariwisata. Rumusan baru 183. (1) (2) Survei status populasi dan kondisi sosial ekonomi serta budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf b dilakukan untuk memperoleh data dan informasi terkini tentang: Survei status populasi dan kondisi sosial ekonomi serta budaya tidak dilakukan apabila kebutuhan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terpenuhi. 184. Pasal 19 Tetap Pasal 19 185. Konsultansi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf c dilakukan untuk memperoleh informasi dan menjaring aspirasi langsung dari masyarakat dan pemangku kepentingan dapat melalui: Rumusan disempurnakan menambahkan kata “dilakukan” Konsultansi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf c dilakukan untuk memperoleh informasi dan menjaring aspirasi langsung dari masyarakat dan pemangku kepentingan dapat dilakukan melalui: DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 186. a. tatap muka; Tetap a. tatap muka; 187. b. diskusi kelompok terfokus; Tetap b. diskusi kelompok terfokus; 188. c. kuesioner; Tetap c. kuesioner; 189. d. wawancara; Tetap d. wawancara; 190. e. lokakarya/workshop; Tetap e. lokakarya/workshop; 191. f. komunikasi melalui media massa; dan/atau Rumusan disempurnakan kata “massa” dihapus diganti kata “cetak” f. komunikasi melalui media cetak; dan/atau 192. g. komunikasi melalui media elektronik. Tetap g. komunikasi melalui media elektronik. 193. Pasal 20 Tetap Pasal 20 194. Kegiatan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf d dilakukan untuk memperoleh data dan informasi langsung dari instansi/lembaga yang memiliki data dan informasi awal tentang jenis ikan yang akan dilindungi. Rumusan disempurnakan menambahkan frasa ”diusulkan untuk” Kegiatan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf d dilakukan untuk memperoleh data dan informasi langsung dari instansi/lembaga yang memiliki data dan informasi awal tentang jenis ikan yang diusulkan untuk dilindungi. 195. Bagian Keempat Analisis Kebijakan Tetap Bagian Keempat Analisis Kebijakan 196. Pasal 21 Tetap Pasal 21 Rumusan disempurnakan menambahkan kata “hasil”, mengganti frasa “Direktur Jenderal” dengan Kelompok Kerja” Berdasarkan hasil verifikasi usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Kelompok Kerja melakukan analisis kebijakan. Tetap Pasal 22 197. Berdasarkan verifikasi usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Direktur Jenderal melakukan analisis kebijakan. 198. Pasal 22 199. (1) Analisis kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dan Pasal 21 dilakukan terhadap data dan informasi hasil verifikasi usulan. Rumusan disempurnakan menghapus frasa “huruf c”, dan menambahkan kata “mempertimbangkan” 200. (2) Data dan informasi hasil verifikasi usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: Dihapus (1) Analisis kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 21 dilakukan dengan mempertimbangkan data dan informasi hasil verifikasi usulan. DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN 201. USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 (2) Analisis kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 202. a. kondisi habitat dan populasi di alam; a. kondisi habitat dan populasi di alam; 203. b. tingkat dan cara pemanfaatan; b. tingkat dan cara pemanfaatan; 204. c. kepedulian dan kesadaran masyarakat; dan c. kepedulian dan kesadaran masyarakat; 205. d. keterkaitan program lintas sektoral. d. keterkaitan program lintas sektoral; 206. Rumusan baru e. perkiraan dampak terhadap masyarakat; 207. Rumusan baru f. arah kebijakan pemerintah; dan 208. Rumusan baru g. status perlindungan regional/internasional 209. Pasal 23 Tetap 210. (1) Direktur Jenderal melaporkan hasil analisis kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 kepada Menteri. Dihapus 211. (2) Laporan Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan layak atau tidaknya usulan inisiatif status perlindungan jenis ikan. Dihapus 212. (3) Apabila laporan hasil analisis kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan layak, Menteri mengajukan permohonan rekomendasi ilmiah kepada Otoritas Keilmuan. Dihapus Pasal 23 213. Rumusan baru (1) Kelompok Kerja melaporkan hasil analisis kebijakan kepada Direktur Jenderal. 214. Rumusan baru (2) Hasil analisis kebijakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 menyatakan layak atau tidaknya usulan inisiatif penetapan status perlindungan jenis ikan. 215. Rumusan baru (3) Apabila laporan hasil analisis kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan layak, Direktur Jenderal mengajukan permohonan rekomendasi ilmiah DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 kepada Otoritas Keilmuan. 216. Bagian Kelima Rekomendasi Ilmiah Tetap Bagian Kelima Rekomendasi Ilmiah 217. Pasal 24 Tetap Pasal 24 218. (1) Berdasarkan permohonan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), Otoritas Keilmuan memberikan rekomendasi ilmiah. Tetap (1) Berdasarkan permohonan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), Otoritas Keilmuan memberikan rekomendasi ilmiah. 219. (2) Rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: Tetap (2) Rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: 220. a. nama spesies meliputi nama lokal dan nama ilmiah; Tetap a. nama spesies meliputi nama lokal dan nama ilmiah; 221. b. status spesies berdasarkan ketentuan international; Tetap b. status spesies berdasarkan ketentuan international; 222. c. status sebaran; Tetap c. status sebaran; 223. d. ukuran populasi; Tetap d. ukuran populasi; 224. e. daya reproduksi dan usia hidup; Tetap e. daya reproduksi dan usia hidup; 225. f. kondisi habitat; Tetap f. kondisi habitat; 226. g. adaptasi ekologis; Tetap g. adaptasi ekologis; 227. h. interaksi dengan manusia; Tetap h. interaksi dengan manusia; dan 228. i. jenis perlindungan; dan 229. j. Dihapus saran pengelolaan. i. saran pengelolaan. 230. (3) Rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bahan pertimbangan Menteri untuk menetapkan status perlindungan jenis ikan. Tetap (3) Rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bahan pertimbangan Menteri untuk menetapkan status perlindungan jenis ikan. 231. (4) Rekomendasi ilmiah harus diberikan oleh Otoritas Keilmuan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga Tetap (4) Rekomendasi ilmiah harus diberikan oleh Otoritas Keilmuan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 puluh) hari sejak diterimanya permohonan. 232. Bagian Keenam Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan 233. Pasal 25 234. (1) Menteri menetapkan status perlindungan jenis ikan dengan mempertimbangkan rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dengan Keputusan Menteri. puluh) hari sejak diterimanya permohonan. Tetap Bagian Keenam Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan dihapus 235. Rumusan baru (1) Berdasarkan hasil analisis kebijakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 dan rekomendasi ilmiah sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 Direktur Jenderal mengajukan surat permohonan penetapan status perlindungan jenis ikan kepada Menteri. 236. Rumusan baru (2) Berdasarkan surat permohonan penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri menetapkan status perlindungan jenis ikan dengan mempertimbangkan: 237. Rumusan baru a. hasil analisis kebijakan ; dan 238. Rumusan baru b. Rekomendawsi ilmiah. Penetapan status perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat: Tetap 240. a. nama spesies meliputi nama lokal dan nama ilmiah; dan Tetap a. nama spesies meliputi nama lokal dan nama ilmiah; dan 241. b. tipe perlindungan. Tetap b. tipe perlindungan. Berdasarkan penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal melakukan: Tetap 239. 242. (2) (3) (3) (4) Penetapan sebagaimana dimaksud kurangnya memuat: status pada ayat perlindungan (1), sekurang- Berdasarkan penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), selanjutnya dilakukan: DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 243. a. pengumuman dan sosialisasi status perlindungan jenis ikan kepada publik; dan Tetap a. pengumuman dan sosialisasi status perlindungan jenis ikan kepada publik; dan 244. b. pengelolaan berkelanjutan. Tetap b. rencana pengelolaan berkelanjutan. c. (5) pengumuman, sosialisasi dan penyusunan rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Direktur Jenderal/Gubernur/Walikota/Bupati 245. Tetap BAB V PERUBAHAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN BAB V PERUBAHAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN 246. (1) Status perlindungan jenis ikan dapat diubah apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu sehingga jenis ikan yang bersangkutan tidak lagi termasuk kriteria jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Tetap (1) Status perlindungan jenis ikan dapat diubah apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu sehingga jenis ikan yang bersangkutan tidak lagi termasuk kriteria jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. 247. (2) Prosedur perubahan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku mutatis mutandis ketentuan prosedur penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 25. Tetap (2) Prosedur perubahan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku mutatis mutandis ketentuan prosedur penetapan status perlindungan jenis ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 25. 248. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Tetap BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN 249. Pasal 27 Tetap Pasal 27 250. (1) Selain perlindungan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), perlindungan terbatas dapat ditetapkan berdasarkan nilai budaya dan kearifan lokal yang berlaku di daerah tertentu. 251. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan status perlindungan jenis ikan secara terbatas berdasarkan nilai budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai daerah kewenangannya dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini. Tetap (2) Rumusan disempurnakan mengahapus kalimat “dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini” diganti kalimat “selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku”. (1) (3) Selain perlindungan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), perlindungan terbatas dapat ditetapkan berdasarkan nilai budaya dan kearifan lokal yang berlaku di daerah tertentu. DIM NO PER.03/MEN/2010 SARAN DAN MASUKAN USULAN PERUBAHAN PER.03/MEN 2010 252. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Tetap BAB VII KETENTUAN PERALIHAN 253. Pasal 28 Tetap Pasal 28 254. Penetapan status jenis ikan yang telah dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku. 255. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP diubah BAB VIII PENUTUP 256. Pasal 29 Tetap Pasal 29 257. Penetapan status jenis ikan yang telah dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Rumusan baru 258. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penetapannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 259. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 08 Februari 2010 diubah Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 260. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, diubah MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, FADEL MUHAMMAD Cat: 1. persyaratan usulan inisiatif bisa agak dilonggarkan 2. penjelasan tentang perubahan tahapan akan disesuaikan 3. anggota pokja siapa saja (termasuk ketuanya) 4. rencana pengelolaan SHARIEF C. SUTARDJO