ARTIKEL AKULTURASI KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDDHA DI VIHARA BUDDHA DHARMA SUNSET ROAD, KUTA, BALI (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) Oleh: NI WAYAN WIWIK ASTUTI NIM : 0914021045 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 0 Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Buddha di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) Oleh: Ni Wayan Wiwik Astuti NIM 0914021045 Jurusan Pendidikan Sejarah e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Legian, Kecamatan Kuta, Badung yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali dengan arsitektur Hindu dan Buddha, (2) Bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali, (3) Potensi-potensi dari bentuk akulturasi pada bangunan di Vihara Buddha Dharma yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ialah (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (3) Penentuan Informan, (4) Pengumpulan Data, (5) Validitas Data yang terdiri dari triangulasi data dan triangulasi metode, (6) Analisis Data. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Vihara Buddha Dharma didirikan oleh para Bhikkhu sebanyak tujuh orang dan umat Buddha yang tinggal di Desa Adat Legian. Ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Vihara Buddha Dharma, yakni faktor historis (Sejarah), faktor kultural (keterbukaan) dan faktor politik. (2) Bentuk-bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma dapat dilihat dari bentuk bangunan yang berakulturasi, akulturasi bahan bangunan, akulturasi ornamen pada bangunan dan makna simboliknya. (3) Potensi Vihara Buddha Dharma sebagai sumber belajar sejarah yaitu sejarah Vihara Buddha Dharma memiliki peran penting dalam perkembangan Agama Buddha di Badung, di mana keberadaan Vihara Buddha Dharma sebagai Vihara orang Cina dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah Badung yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata dapat di sentuh pula oleh Agama Buddha. dan arsitektur bangunan Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber belajar sejarah mengenai fakta-fakta tentang proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur. Kata Kunci: Vihara Buddha Dharma, Bentuk Akulturasi, Potensi Vihara Buddha Dharma Sebagai Sumber Belajar Sejarah. 1 ABSTRACT The research was conducted in the Legian Village, Kuta district, Badung regency which aimed to determine: (1) The background of Buddha Dharma Vihara, Sunset Road, Kuta, Bali with Hindu and Buddhist architecture. () The form of acculturation who wore in Buddha Dharma Vihara, Sunset Road, Kuta, Bali. (3) The potentialities of acculturation on buildings in Buddha Dharma Vihara which could be developed as a source of historycal acquirement. This research is qualitative research types. The stages of the qualitative research conducted in the: (1) the determination of the location of research. (2) determination of the informant. (3) data collection (4) the validity of data consisting of triangulation data and triangulation method, (5) Analysis of data. The results showed: (1) Buddha Dharma Vihara established by the buddhist monk as many as seven people and buddhists who lives in the village of customary Legian. There are three factors the rationale behind the construction of Vihara Buddhist Dharma, namely historical factors (history), cultural factors (openess) and political factors. (2) The forms acculturation of Buddha Dharma Vihara can be seen through from the shape of the building, building materials, the building ornaments and meaning of symbol that it has build on it (3) The potency of Buddha Dharma Vihara can be used as a sourse of historycal acquirement, Buddha Dharma Vihara history has an important role of buddhism development of Badung region, which is Buddha Dharma Vihara presence as a Chinese Vihara can be used as historical evidence on Badung region that can be touched by Buddhism where most of them has Hindu religion. And architecture Buddha Dharma Vihara acculturated has huge potential as a source of historycal acquirement regarding the facts of interaction process on communities in various regions between buddhism and Hindu tradition can be seen on architecture sector. Keywords: Buddha Dharma Vihara, the form of acculturation, potential Buddha Dharma Vihara as a source of historycal acquirement. 2 generasi sepanjang peradaban dunia. A. Pendahuluan Umat Buddha menggunakan arca Agama Buddha ialah agama sebagai suatu lambang dan sebagai dan falsafah yang berasaskan ajaran objek konsentrasi untuk memperoleh Sakyamuni (Suzuki, 2009: 5). Dalam kedamaian pikiran (Dhammananda, Agama Buddha ada ritual dan juga 2004: 308-309). Arca Buddha ini tempat yang dianggap sakral yang dikenal dengan Vihara. pada umumnya banyak ditemukan di Umat vihara-vihara yang ada di Asia Timur Buddha menganggap tempat sakral (Vihara) sebagai pusat dan kegiatan Asia Tenggara termasuk Indonesia. keagamaan yang dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur Jika dilihat dari ciri-ciri dalam kehidupan beragama bagi arsitektur Vihara yang ada di Asia umat beragama, bagi umat Buddha, Timur dan Asia Tenggara termasuk baik dalam lingkungan Vihara pada Indonesia tidak beda jauh dengan khususnya lingkungan yang ada di India. Ciri-ciri simbol masyarakat pada umumnya serta yang digunakan kebanyakan berasal melalui pengertian dan usaha untuk dari menimbulkan tradisional orang India, antara lain: mendalam maupun kesadaran mengenai yang falsafah dan kepercayaan Dhamma stupa, sikhara, (Ajaran Buddha), dan juga bertujuan torana (gerbang), untuk mendidik putra-putri bangsa tokoh-tokoh bersejarah, orang-orang agar suci dan tulisan-tulisan dalam aksara menjadi masyarakat yang berguna (Conze, 2010: 8). pagoda arca (meru), Buddha, Buddha. Berbeda dengan salah satu Vihara di Bali, yang lebih dikenal Di Vihara umumnya umat dengan Buddha menyimpan arca Buddha. kebudayaan Hindu dengan Buddha. mengenang Sang Buddha dan sifat- jutaan orang yang dari Pada mengilhami generasi arsitektur Dharma ke yang Vihara Buddha merupakan hasil tindakan budaya umat Buddha di 3 Buddha yang berusaha mengakulturasikan yang membantu seseorang untuk luhurnya Vihara Dharma, Sunset Road, Kuta, Bali Arca Buddha adalah alat bantu visual sifat nama Bali yang diatur dan diarahkan oleh karena sistem budaya di dalam kehidupan budaya yaitu Hindu dan Buddha. suatu masyarakat, dalam hal ini Keberadaan akulturasi budaya dan budaya Buddha dan budaya Hindu. seni dalam bangunan Vihara Buddha terdapat akulturasi dua Dharma ini bisa dilihat dari corak Vihara Buddha Dharma bangunan yang mendapat pengaruh adalah tempat ibadah agama Buddha yakni pengaruh Buddhis dan Bali. yang terletak di Sunset Road, Kuta. Hal tersebut tentu saja menarik untuk Vihara ini diresmikan pada Maret dikaji karena bangunan suci umat tahun 1999 yang didirikan oleh para Buddha tersebut memadukan antara Bhikkhu sebanyak tujuh orang yang kebudayaan luar dengan kebudayaan bergabung dalam Yayasan Buddha lokal yang bisa dijadikan sumber Dharma. Meskipun Vihara ini sudah belajar. berdiri sejak lama tetapi masyarakat belum banyak yang Akulturasi kebudayaan Hindu mengetahui dan Buddha itu bisa dilihat pada keberadaan dan sejarah berdirinya gerbang Vihara Buddha Dharma tersebut. mengkaji latar berbentuk orang seperti halnya bila mereka belakang memasuki areal pura. Candi Bentar berdirinya Vihara Buddha Dharma merupakan sebuah bangunan yang agar nantinya pembaca mengetahui sering digunakan sebagai gerbang bagaimana sejarah berdirinya Vihara masuk Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, pertama dari Jaba Sisi (halaman luar) pura menuju ke jaba Bali. tengah (halaman tengah) pura, yang Vihara Buddha Dharma mengambil konsep tri mandala. dibangun dengan tujuan sebagai Selain itu juga di Vihara sarana dan prasarana beribadah bagi Buddha Dharma terdapat Penunggun umat Buddha, khususnya umat-umat yang Agung bergabung Indonesia dalam Sangha dan Majelis Karang dan Padmasari beruang satu yang terbuat seluruhnya dari batu alam. Bentuk seperti ini adalah ciri Buddhayana Indonesia. Dilihat dari khas dari arsitektur tradisional Bali. segi bangunannya Vihara Buddha Hal ini yang menyebabkan Vihara Dharma memang tergolong unik 4 yang Candi Bentar, yang mengingatkan Oleh sebab itu peneliti sangat tertarik untuk masuk Buddha Dharma berbeda dengan Padahal Vihara Buddha bangunan suci umat Buddha lainnya. Dharma Keberadaan Vihara Road, Kuta, Bali yang merupakan Buddha Dharma akan bisa menjadi tempat suci agama Buddha bisa sebuah sumber belajar sejarah di dijadikan sumber belajar Sejarah SMA karena tempat karena suci ada akulturasi yang terletak di Sunset Vihara tersebut kebudayaan Hindu dan Buddha pada mengakulturasikan kebudayaan luar arsitektur Vihara Buddha Dharma. (Buddha) dengan kebudayaan lokal Hal ini bisa dilihat pada silabus SMA yaitu kebudayaan Hindu di Bali yang kelas yaitu masyarakatnya mayoritas beragama tentang fakta-fakta proses interaksi Hindu. Oleh sebab itu, Vihara masyarakat daerah Buddha Dharma dapat menambah dengan tradisi Hindu-Buddha di wawasan siswa mengenai akulturasi bidang arsitektur. kebudayaan luar dengan kebudayaan XI semester di ganjil berbagai Di dalam buku-buku Sejarah lokal yaitu kebudayaan agama SMA seperti buku Sejarah untuk Buddha dengan kebudayaan agama SMA Kelas XI Jilid 2 Program Ilmu Hindu. Sosial yang ditulis oleh I Wayan Penelitian Badrika (2006) dan buku Sejarah telah untuk SMA/MA Kelas XI Program Petandakan, Kecamatan Buleleng, tentang akulturasi kebudayaan agama Kabupaten Buleleng, tahun 1974- agama 2008 yang meneliti bangunan suci Hindu salah satunya dalam seni umat Buddha dari segi historisnya, bangunan tampak pada candi sebagai wujud kebudayaan percampuran lokal beberapa Vihara Samyag Dharsana di Desa tersebut ilustrasi yang ditampilkan kebudayaan oleh (2010) tentang sejarah berdirinya (2008), dari kedua buku sejarah dan dilakukan Vihara peneliti yakni Sukma Adi Dharma IPS yang disusun oleh Matroji Buddha tentang Ni Made Tya Astari (2011) tentang antara Wihara Dharma Giri Ditinjau dari dengan perspektif kebudayaan luar, contohnya Candi Borobudur, Candi Prambanan dll. Historis Struktur dan Fungsinya Sebagai Media Pendidikan Multikultur antara Agama Hindu dan Budha (19975 2010) di Desa Pupuan, Tabanan, yang mempunyai kebudayaan yang Bali. Aspek yang diteliti adalah berbeda-beda keberadaan Wihara Dharma Giri. mengadakan kontak secara langsung Sedangkan Anton Priatna (2011) dan terus-menerus; yang kemudian tentang Vihara menimbulkan perubahan dalam pola Arama, di Desa Banjar Tegeha, kebudayaan yang original dari salah Kecamatan satu kelompok atau kedua-duanya Sejarah Brahma Banjar, Kabupaten bertemu dan Buleleng (Th 1958-2010). Adapun (Adhiputra, hal yang diteliti yakni: sejarah Buddha Dharma merupakan salah berdirinya satu Brahmavihara struktur bangunan Arama, dan Arama, Brahmavihara fungsi 2010: wujud 77). Vihara akulturasi yang berdasarkan pertemuan antara dua bangunan kebudayaan yaitu budaya Hindu dan Brahmavihara Arama di Desa Banjar Buddha yang berpotensi sebagai Tegeha bagi umat Buddha dan sumber belajar sejarah masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu penulis Dari beberapa penelitian di tertarik untuk menelusuri lebih jauh yang meneliti tentang keberadaan Vihara Buddha tentang Vihara, belum tampak yang Dharma yang ada di Sunset Road, mengkaji tentang akulturasi Vihara dengan judul: Akulturasi kebudayaan dari proses Hindu dan Buddha di Vihara Buddha akulturasi dengan agama lain yakni Dharma Sunset Road, Kuta, Bali dengan budaya agama Hindu dan (Latar Belakang Sejarah, Bentuk pengembangannya sebagai sumber Akulturasi dan Potensinya Sebagai belajar sejarah. Vihara-vihara yang Sumber Belajar Sejarah di SMA). diteliti Adapun atas sama-sama sudut terjadinya masih sebatas sejarah rumusan masalah yang berdirinya, struktur bangunannya dan diangkat adalah: fungsinya 1. Apakah yang melatarbelakangi tempat yang suci khusus agama sebagai berdirinya Buddha. Vihara Buddha Penelitian tentang akulturasi sangat Dharma Sunset Road, Kuta, Bali penting dilakukan untuk mengetahui dengan arsitektur Hindu dan fenomena yang timbul sebagai hasil Buddha? jika kelompok-kelompok manusia 6 2. Apa sajakah bentuk akulturasi adalah I Made Madia Surya yang nampak di Vihara Buddha Nathe, Dharma Sunset Road, Kuta, Legian yang mengetahui seluk Bali? beluk Desa Adat Legian, I 3. Potensi-potensi apakah dari Lurah sejarah SMA Negeri 2 Kuta. di Vihara Buddha Dharma yang dikembangkan selaku Wayan Suweca, SH selaku guru bentuk akulturasi pada bangunan dapat SSTP (3) Teknik Pengumpulan Data sebagai Pengumpulan sumber belajar sejarah di SMA? penelitian data ini dalam menggunakan teknik observasi, wawancara dan B. Metode Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk studi dokumentasi. memberikan gambaran secara jelas (4) Validitas Data kepada pembaca tentang akulturasi Data kebudayaan Hindu dan Buddha di dicatat dan dikumpulkan sesuai Vihara Buddha Dharma Sunset road, jenisnya. Kuta, Bali. Adapun metode yang kemantapan atau validitas data digunakan dalam penelitian ini yaitu dapat deskriptif triangulasi sumber, dengan cara kualitatif. Dengan yang sudah Untuk diperoleh memperoleh dilakukan teknik langkah-langkah penelitian sebagai membandingkan berikut: yang diperoleh dari informan 1, (1) Teknik Penentuan Lokasi informan 2, dan informan 3. data Penelitian ini dilaksanakan di Melalui cara ini akan diperoleh Vihara Buddha Dharma Sunset validitas Road, Kuta, Bali. membandingkan (2) Teknik Penentuan Informan Penentuan penelitian teknik informan ini yaitu dengan kesesuaian uraian sumber data antara orang dalam satu dengan orang lainnya. menggunakan purposive data, (5) Teknik Analisis Data sampling. Pada penelitian ini analisis data Informan kunci disini adalah yan digunakan adalah model Tjiptawan Halim, SE salaku analisis interaktif. wakil ketua Vihara Buddha Dharma. Informasi selanjutnya 7 sumber Mengwi sampai ke Legian berjarak ± C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum 10 Km. Lokasi Penelitian Dilihat dari batas wilayah, Desa Adat Dalam penelitian ini yang Legian berbatasan dengan: menjadi tempat penelitian adalah Vihara Buddha terletak di Dharma Desa Di yang Adat sebelah Utara: Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta Legian, Kelurahan Legian, Kecamatan Kuta, Di sebelah Timur Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Untuk mendapat gambaran umum mengenai kawasan yang akan diteliti maka akan diuraikan wilayah Desa : Sebagian dengan Kelurahan Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, sebagian dengan Kelurahan Kuta Adat Legian secara umum. Melalui Di sebelah Selatan uraian ini akan dapat diperoleh mengenai lokasi dari penelitian ini dari kondisi Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta. karakteristik dan gambaran umum terutama : Di sebelah Barat geografis : Samudera Indonesia. lokasi penelitian. Desa Adat Legian yang Dilihat dari posisi ketinggian, berada di wilayah kecamatan Kuta, Kelurahan Kabupaten Badung merupakan salah ketinggian ±5 m dari permukaan satu Desa yang juga satu Kelurahan laut, dengan Koordinat 8 42 24 LS dari lima Kelurahan yang ada di dan 115 9 56 BT sesuai dengan data Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung yang diberikan dari BMG Bali. yang terletak ± 3 km dari ibu kota Berdasarkan data yang diperoleh Kecamatan Kuta ke arah Utara . Jalur pada Data Profil Desa Adat Legian lalu-lintas menuju Legian dari Kota Tahun 2013, luas wilayah Desa Adat Denpasar cukup lancar dengan jarak Legian 305 ha atau 30,5 Km² yang di ± 12 Km dengan waktu tempuh ± 20 bagi menjadi 3 (tiga) Lingkungan menit begitu pula dari jarak Pusat yaitu : Pemerintahan Kabupaten berada pada Badung yang berada di Sempidi Kecamatan 8 Legian • Lingkungan Legian Kaja. • Lingkungan Legian Tengah. • Dharma terletak di Desa Adat Lingkungan Legian Kelod. Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Lingkungan Legian didukung Badung, oleh satu Desa Adat/Pekraman yaitu belakang disebabkan oleh beberapa faktor Adat Legian mewilayahi 3 (tiga) Adat/Banjar Latar pendirian Vihara Buddha Dharma Desa Adat Legian . Dimana Desa Banjar Bali. yaitu: (1) faktor sejarah (historis), Suka-Duka Pendirian Vihara Buddha Dharma di yaitu: Legian disebabkan karena keberadaan umat Buddha di Desa - Banjar Legian Kaja. - Banjar Pekandelan Legian. - Banjar Legian Kelod. Adat Legian bukan karena adanya proses perubahan masyarakat agama lokal dari tetapi karena Berdirinya adanya kedatangan etnis Cina yang Dharma beragama Buddha. Kedatangan etnis dengan Arsitektur Hindu dan Cina di Desa Adat Legian telah Buddha berlangsung pada abad ke XIX. 2. Latar Belakang Vihara Buddha Keberadaan etnis Cina yang tinggal Bangunan melaksanakan suci ritual dalam dan menetap di daerah Legian ini keagamaan memerlukan sebuah tempat ibadah dalam agama Buddha dikenal dengan Vihara. Uruddha dalam untuk (Mego, tempat berfungsi penggalian spiritual pemujaan sebagai untuk yang Bhiksu yang datang ke Bali yang yang pelatihan awalnya bertujuan untuk melakukan dan pencerahan/kebaktian kepada umat meningkatkan lebih Buddha yang berada di Bali ikut tinggi, mendirikan sebuah bangunan suci pengembangan meditasi, pemantapan Vihara. Bangunan Vihara tersebut gerak-gerik pikiran yang sedang dinamai berkembang dan juga untuk diskusi. dengan nama Vihara Buddha Dharma. (2) faktor kultural (keterbukaan), Faktor kultural atau Salah satu Vihara yang ada di keterbukaan Kabupaten Badung adalah Vihara faktor Buddha Dharma. Vihara Buddha 9 pujabakti. Sehingga umat Buddha dan para 2003: 8) menyatakan bahwa Vihara adalah melakukan menjadi yang salah satu melatarbelakangi didirikannya Vihara Buddha Dharma keperluan nyata dan sungguh- di Desa Adat Legian. Adanya sikap sungguh berdasarkan jumlah keterbukaan masyarakat penduduk bagi pelayanan Hindu dengan masyarakat beragama beragama yang bersangkutan Buddha wilayah Kelurahan/Desa di antara Desa menyebabkan Adat di Adat sikap Legian. Pendirian Vihara Buddha beragama. Dharma ini dilakukan dengan tetap Sehingga, dengan dimilikinya sikap menjaga kerukunan umat beragama, saling menghargai dalam menyikapi tidak mengganggu ketentraman dan perbedaan menyebabkan hubungan ketertiban umum, serta mematuhi antara peraturan toleransi tumbuhnya Legian umat antar dua umat kebudayaan menjadi perundang-undangan. semakin erat. Dari sanalah muncul Pendirian Vihara Buddha Dharma akulturasi juga disepakati dan disetujui pleh kebudayaan mencerminkan yang perpaduan Pemerintah Kabupaten Badung kebudayaan Hindu dan Buddha yang dengan mendasarkan kepada Pasal diwujudkan dalam bentuk bangunan 13 suci yang dikenal dengan nama Menteri Agama dan Menteri Dalam Vihara Buddha Dharma. (3) faktor Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun politik, 2006. faktor politik yang tentang Hal melatarbelakangi berdirinya Vihara menghindari Buddha beragama. Dharma adalah untuk Peraturan ini Bersama bertujuan konflik untuk antar umat memberikan citra yang baik bahwa umat Buddha memiliki 3. Bentuk-Bentuk sikap yang keterbukaan terhadap budaya luar. Nampak Akulturasi di Vihara Vihara Buddha Buddha Dharma Dengan adanya sikap keterbukaan antar budaya akan meningkatkan Bangunan kepercayaan dan persahabatan di Dharma memiliki struktur dasar dari antara terpenting bangunan Tiongkok dan memakai mereka dapat berbagi cinta dan kasih bahan finising dengan style Bali bagi masyarakat dan budaya yang sehingga menjadi contoh Vihara berbeda. Selain itu pendirian Vihara yang mampu beradaptasi dengan Buddha Dharna budaya lain. Di mana pada arsitektur mereka yang didasarkan pada 10 Vihara Buddha Dharma merupakan Penggunaan hasil tindakan budaya umat Buddha dengan warna alami bahan hanya di Bali yang di atur dan diarahkan terdapat pada bangunan yang lebih oleh cenderung sistem budaya di dalam bahan alami menonjolkan lokal identitas kehidupan suatu masyarakat, dalam Bali seperti Penunggun Karang, hal ini budaya Buddha dan budaya Padmasari, Candi Bentar dan Candi Hindu. akulturasi Kurung. Bahan alami lokal yang yang nampak di Vihara Buddha dipakai dominan adalah batu hitam Dharma, yaitu: (1) Bangunan Vihara Selat, Karangasem. (3) Akulturasi Buddha Dharma yang berakulturasi ornamen pada bangunan dan makna seperti: gerbang masuk utama Vihara simboliknya, yaitu: ornamen bunga Buddha Dharma yang berbentuk teratai dan naga. Bunga teratai candi bentar dan candi kurung, memiliki makna penting bagi umat Dhammasala yang terdapat ornamen Buddha ataupun masyarakat Hindu naga dan bunga teratai dibagian di Bali, karena merupakan simbol depannya, penunggun karang, dan kesucian, padmasari. (2) Akulturasi bahan pikiran. Sedangkan ornamen patung bangunan, yaitu: Dari segi material, naga (Lung) dalam kebudayaan umat Vihara Buddha Dharma didominasi Buddha oleh bahan beton dan kayu yang kemakmuran dicat yang secara menyeluruh berlaku umum dikehendaki sesuai simbol-simbol maupun pada perorangan. Sedangkan budayanya. Bentuk-bentuk menurut warna keselarasan adalah dan hati dan lambang kesejahteraan Tetapi, untuk dalam kebudayaan Bali naga sebagai sentuhan lokalnya, ragam hias pada aristektur tradisional bangunannya Bali yang dapat ditemui di beberapa lebih mengakomodasi bentuk-bentuk macam bangunan, secara umum tradisional Bali, baik pada kepala, antara lain: Gedong atau Pelinggih badan dan kaki (Tri Angga) dan dan Bade (menara jenazah pada ornamentasinya. khas waktu upacara ngaben). Penggunaan dimunculkan ornamen naga juga dapat ditemukan menunjukkan maka wujud-wujud Tiongkok dengan Kesan biasanya warna-warna bagian-bagian cat pada jenis bangunan pemujaan lain di bangunan. halaman utama pura, kadang-kadang 11 ornamen naga juga ditempatkan di juga depan sebelah kiri dan kanan Candi belajar sejarah seperti: bangunan Bentar sama halnya dengan di Candi Vihara Buddha Dharma. Kurung, Dhammasala, Penunggun pada Bentar, bangunan Candi Buddha Dharma memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber dapat Dikembangkan Sebagai belajar Sumber Belajar Sejarah di sejarah diaplikasikan SMA. Dasar Buddha sumber bentuk bangunan seperti itu, Vihara Bangunan Vihara Buddha Dharma yang Vihara sebagai Karang, Padmasari. Dari bentuk- 4. Potensi-Potensi dari Bentuk Akulturasi berpotensi Dharma khususnya dalam Kompetensi “Menganalisis perkembangan dapat pengaruh agama dan memiliki potensi sebagai sumber kebudayaan Hindu-Buddha terhadap belajar sejarah. Hal tersebut terbukti masyarakat di berbagai daerah di dari cerita sejarah awal berdirinya Indonesia”, Vihara “Mengidentifikasi fakta-fakta tentang Buddha memiliki peran Dharma yang penting dalam proses pada interaksi Materi Pokok masyarakat di perkembangan Agama Buddha di berbagai Badung, di mana keberadaan Vihara Hindu-Buddha di bidang arsitektur”. Buddha Dharma sebagai Vihara Hal orang Cina dapat dijadikan bukti keistimewaan sejarah bahwa daerah Badung yang akulturasi pada bangunan Vihara mayoritas penduduknya beragama Buddha Hindu ternyata dapat di sentuh pula makna yang sangat mendasar serta di oleh Agama Buddha. Hal tersebut dalam ruangannya terdapat interior- membuktikan bahwa sejarah Vihara interior yang mengandung nilai yang Buddha Dharma berpotensi sebagai tinggi seperti patung dan sarana- sumber belajar sejarah mengenai sarana upacara. bagaimana masuknya tersebut dengan tradisi terbukti dari bentuk-bentuk Dharma yang memiliki Agama D. Simpulan dan Saran Buddha ke Bali. Selain itu, bentuk- 1. Simpulan bentuk arsitektur bangunan Vihara Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi didirikan 12 daerah oleh Buddha Dharma para Bhikkhu sebanyak tujuh orang dan umat juga Buddha yang tinggal di Desa Adat belajar sejarah seperti : bangunan Legian. candi Ada tiga melatarbelakangi Vihara yang pembangunan sebagai bentar, sumber bangunan candi kurung, Dhammasala, Penunggun Dharma, yakni Karang, Padmasari. Dari bentuk- (Sejarah), faktor bentuk bangunan seperti itu, Vihara kultural (keterbukaan) dan faktor Buddha Dharma memiliki potensi politik. Ketiga faktor tersebutlah yang sangat besar sebagai sumber yang belajar faktor Buddha faktor berpotensi historis menjadi latar belakang sejarah berdirinya Vihara Buddha Dharma diaplikasikan dengan arsitektur Hindu dan Buddha. Dasar Vihara Buddha memiliki peran yang penting dalam pengaruh agama dan pada Materi Pokok “Mengidentifikasi fakta-fakta tentang proses interaksi berbagai daerah masyarakat dengan di tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur”. Badung, di mana keberadaan Vihara Hal Buddha Dharma sebagai Vihara tersebut keistimewaan orang Cina dapat dijadikan bukti terbukti dari bentuk-bentuk akulturasi pada bangunan Vihara sejarah bahwa daerah Badung yang Buddha mayoritas penduduknya beragama Dharma yang memiliki makna yang sangat mendasar serta di Hindu ternyata dapat di sentuh pula dalam ruangannya terdapat interior- oleh Agama Buddha. Hal tersebut interior yang mengandung nilai yang membuktikan bahwa sejarah Vihara tinggi seperti patung dan sarana- Buddha Dharma berpotensi sebagai sarana upacara. sumber belajar sejarah mengenai masuknya “Menganalisis Indonesia”, perkembangan Agama Buddha di bagaimana Kompetensi masyarakat di berbagai daerah di dari cerita sejarah awal berdirinya Dharma dapat kebudayaan Hindu-Buddha terhadap belajar sejarah. Hal tersebut terbukti Buddha dalam perkembangan Dharma memiliki potensi sebagai sumber Vihara khususnya Agama 2. Saran Buddha ke Bali. Selain itu, bentuk- Berdasarkan penelitian di atas, bentuk arsitektur bangunan Vihara maka dapat disampaikan beberapa Buddha Dharma yang berakulturasi saran yakni: 13 1. Masyarakat khususnya beragama Buddha menjaga kelestarian yang dimanfaatkan hendaknya dengan baik sebagai sarana belajar. Vihara 4. Penelitian di Vihara Buddha Buddha Dharma, agar Vihara Dharma tersebut dapat dimanfaatkan oleh menarik yang belum diteliti hal generasi ini selanjutnya, terlebih masih banyak dikarenakan hal keterbatasan dalam bidang pendidikan. Selain peneliti, maka dari itu diharapkan itu harus bagi peneliti lain dapat meneliti toleransi aspek-aspek lain dari Vihara masyarakat menumbuhkan sikap antar beragama umat dan Buddha Dharma. menerima perbedaan di tengahtengah masyarakat multietnis dan Daftar Pustaka multikultur. Adhiputra, Ngurah. 2010. Konseling 2. Kepada para guru atau pengajar Lintas Budaya. Denpasar: lainnya, diharapkan pula Vihara CV. Kayumas Agung ini dapat difungsikan sebagai Conze, 2010. Sejarah Agama Buddha. salah satu sumber belajar bagi Singkat siswa, di mana nantinya para Jakarta: Yayasan Penerbit pengajar khusunya bagi guru Karaniya sejarah dapat mengembangkan media pembelajaran interaktif bagi para didiknya, sehingga Dhammananda, Sri. 2004. Keyakinan yang Umat Buddha. Jakarta: peserta Yayasan Penerbit Karaniya. pelajaran Dharma, Sukma Adi. 2010. Sejarah sejarah tidak terkesan monoton Berdirinya Vihara Samyag dan lebih variatif. Dharsana 3. Bagi pemerintah, khususnya di Desa Petandakan, Kecamatan pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung diharapkan ikut serta Buleleng dalam mengawasi dan menjaga 2008.Skripsi eksistensi Buddha terbitkan). Dharma sehingga tetap eksis Singaraja. yang Vihara nantinya dapat 14 Edward. (Th 1974- (tidak di Undiksha. Mego, Alberto. 2003. Arsitektur dan terbitkan). Ragam Hias pada Brahma Singaraja. Undiksha. Vihara Arama di Banjar Suzuki, Beatrice Lane. 2009. Agama Singaraja. Skripsi (tidak di Buddha Mahayana. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. 15