BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran Matematika Menurut Depdiknas (2004 : 75), matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Menurut Wahyudi dan Inawati (2011:15) mengungkapakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang dikatahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol. Muhsetyo (2008) mengungkapkan pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah,pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika sekolah. 2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran Matematika Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, 5 6 analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan, informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. BSNP 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.Di dalam BSNP 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. BSNP 2006 tentang standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan 7 SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri dan pengukuran, 3) Pengolahan data. 2.1.2 PMRI 2.1.2.1 Pengertian PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)merupakan suatu pendekatan untuk belajar matematika. Pembelajaran Matematika Realistik pertama dikenalkan dan dikembangkan di Belanda oleh Frudenthal. Menurut freudenthal dalam Ariyadi Wijaya(2012:20) Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Hal ini berarti Pendekatan pembelajaran matematika di sekolah harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Pndidikan Matematika Realistik Indonesia menekankan pada ketrampilan berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dan menarik kesimpulan. Pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui proses belajar mandiri. Metode matematika realistik menekankan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Marpaung (2004) menyatakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigm pendidikan sekrang, PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigm pembelajaran, yaitu dari pradigma mengajar menjadi paradigma belajar. Suharta (2003) menyampaikan proses pembelajaran PMRI dapat diuraikan sebgai berikut, yaitu: siswa diberikan masalah realistic, dan diberi kesempatan untuk memahami masalah; siswa secara individual atau kelompok memecahkan masalah, dengan terlebih dahulu membuat model matematika; melalui diskusi/interaksi kelas siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal. Menurut Danoebroto (2008) menympaikan bahwa PMRI merupakan salah satu inovasi pembelajaran matematika yang potensial menngkatkan konesi siswa 8 terhadap konsep-konsep matematika. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI konsep matematika diporoleh melalui proses berpikir siswa sendiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. Masalah nyata atau situasi sehari-hari digunakan sebagai titik mula pembelajaran, oleh karena masalah kontekstual tersebut harus realistic atau nyata bagi siswa. Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah sehari-hari sebagai awal dalam belajar matematika sebagai ganti dari pengalaman konsep benda abstrak. Proses pengembangan konsep-konsep dan ide-ide dari matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata ini berarti konkrit secara fisik dan kasat mata. 2.1.2.2 Karakteristik PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Treffers dalam Ariyadi Wijaya (2012:21) merumuskan lima karakteristik pendidikan matematika realistik indonesia, yaitu: a) Penggunaan konteks Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara siswa dilibatkan secara aktif ntuk untuk melakukan eksplorasi permasalahan. b) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Dalam pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secacara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkritmenuju pengetahuan matematika tingkat formal. c) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produkyan siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam pendidikan matematika realistic siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. 9 d) Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individumelainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. e) Keterkaitan Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. 2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan PMRI 1. Kelebihan pendidikan matematika realistik indonesia Kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain: a. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan antaramatematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. b. Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh orang lain tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar matematika. c. Cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak usah harus sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. d. Mempelajari matematika peroses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajarai metematika orang harus menjalani sendiri peroses itu dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. e. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang juga dianggap unggul yaitu antara pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan. 10 2. Kelemahan pendidikan matematika realistik indonesia Kekurangan pendidikan matematika realistik indonesia: a. Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak terlalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa. b. Penilaian dan pembelajaran matematika realistik lebih rumit daripada pembelajaran konvensional c. Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses berfikir siswa. Cara mengatasi kelemahan pembelajaran matematika realistik dapat dilakukan upaya-upaya antara lain: a. Memodifikasi semua siswa untuk dalam kegiatan pembelajaran. b. Memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan. c. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk dapat menemukan dan memahami konsep. d. Mengguanakan alat peraga yang sesuai sehingga dapat membantu peroses berfikir siswa maka pembelajran matematika dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep matematika. 2.1.2.4 Langkah-langkah PMRI Secara umum langkah-langkah pendidikan matematika realistik indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Zulkardi, 2002) dalam Yusuf Hartono : 1. Persiapan Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya. 2. Pembukaan Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta 11 untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. 3. Proses pembelajaran Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum. 4. Penutup Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal. 2.1.2.5 Sintak PMRI. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik,pengembangan suatu konsep matematika dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasisehingga memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya. Adapun sintak implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia sebagai berikut. 12 Tabel 1 sintak implementasi PMRI Aktivitas Guru Guru memberikan siswa masalah realistik. Guru merespon secara positif jawaban siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif. Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah dan selanjutnya meminta siswa mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka Guru mengelilingi siswa sambil memberikan bantuan seperlunya. Guru mengenalkan istilah konsep. Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita beserta jawabanya yang sesuai dengan matematika formal. Aktivitas Siswa Siswa secara sendiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal. Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan. Siswa merumuskan bentuk matematika formal. Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru 13 2.1.3 Media Benda Konkit 2.1.3.1 Pengertian media benda konrit Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Heinich dan Ibrahim dalam buku Daryanto, mengungkapkan media merupakan sebagai peranatara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Criticos (1996), menyatakan media adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Gerlach & Ely dalam Arsyad (2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membbuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk pengantara atau pengantar penyampaian pesan dari komunikator menuju komunikan dalam proses komunikasi pembelajaran.. Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapa digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Menurut Ruseffendi (1997), menyatakan benda konkrit adalah suatu media pembelajaran matematika untuk menjelaskan konsep bilangan serta operasi penjumlahan dan pengurangan. Macam-macam benda konkrit misalnya : kapur, buah-buahan batu kerikil, sedotan, kelereng dan lain-lain. 2.1.3.2 Karakteristik Media Pembelajaran 1) Dua dimensi Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alata peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berbeda pada satu bidang datar. Media 14 pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi. 2) Tiga dimensi Media tiga dimensi adalah sekolompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya dimana benda asli itu berada. Media tiga dimensi dapat diproduksi dengan mudah, tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, dan bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahankelamahan media sederhana tiga dimensi adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. Jadi dapat kita simpulkan bahwa benda kongkrit termasuk dalam media sederhana tiga demensi. 2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar Udin S. Winaputra (2007:110), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi keterampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Hasil adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatau kegiatan. 15 Menurut Bloom dalam (Winkel, 2004:274-279) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup tiga kemampuan, yatu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik dan kemampuan afektif. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar dari aspek kognitif. Hasil belajar kognitif Bloom dalam (Winkel, 2004: 274-279) adalahHasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi 1) pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mancakup fakta, prinsip, dan metode yang diketahui. 2) pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.3) penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep atau ide dalam situasi yang baru. 4) analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5) sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan kriteria tertentu. Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies (Dimyati dan Mudjiono 2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. 16 Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. 2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut: 3 Faktor-faktor intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan factorkelelahan. 1. Faktor jasmaniah Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. 2. Faktor psikologis Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi 17 dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik. 3. Faktor kelelahan Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya 4 Faktor-faktor ekstern Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor keluarga 18 Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. 2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. 3. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Melalui penjelasan faktorinten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik. 2.1.5 Hubungan antara Pendekatan PMRI dengan Hasil belajar Pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui proses belajar mandiri. Pendekatan matematika realistik menekankan pentingnya konteks nyata. Ditambah lagi, menekankan pada keterampilan berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dan menarik kesimpulan. Sehingga dapat menarik siswa untuk berpikir kritis, sistematis, dan realistis.Maka dari itu, penerapan pendekatan PMRI dirasa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, yang cara berpikir anak usia 19 sekolah dasar masih dalam tataran berpikir konkrit. Dengan digunakannya pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat membantu anak usia sekolah dasar mempermudah mendapatkan hasil belajar yang diinginkan. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah dilakukan oleh Amanah (2007) upaya meningkatkan 11 hasil belajar matematika dalam konsep satuan ukur panjang melalui pendekatan matematika realistik bagi siswa kelas III SDN Muneng. Penelitian dari Kholidin, (2010) peningkatan pemahaman konsep perkalian bilangan cacah melaui pendekatan matematika realistik pada siswa kelas II SD Negeri lembasari 02 tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaranmatematikatelah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Hasil: dari jumlah 30 siswa yang tuntas ada 28 siswa sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa. Peningkatan rata-rata kelas juga meningkat dari 77 menjadi 84 dengan data nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 40. Sarinten melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan PMRI Pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Kelas II SD Girirejo Kecamatan Tegal Rejo Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas I dengan jumlah 30 siswa. Pada Postes I nilai rata – rata siswa 57 dan pada postes II nilai siswa 70 Sehingga metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang yang relevan di atas, maka tahap berikutnya peneliti menyusun kerangka berfikir yang mengarahkanperumusan hipotesis, dengan adanya alasan mengenai hasil mpenelitian yang relevan tersebut, perumusan hipoesis dalam kerangka pemikiran penelitian ini memiliki dasar yang kuat. 2.3 Kerangka Berfikir Pada PBM di kelas 1 SDN Kutowinangun 08 dalam mengajarkan materi Penjumlahan danPenguranganDua Angka guru menggunakan metode yang monoton 20 dan tanpa bantuan media benda konkrit sehingga siswa kurang memahami pelajaran penjumlahan dan pengurangan dua angka. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa mendapatkan nilai 48 dari setengah jumlah siswa. Dari jumlah keseluruhan yaitu 22 siswa yang mendapatkan nilai 48 sebanyak 12 siswa. Penelitian yang akan dilakukan dengan cara kolaborasi antara guru kelas dan peneliti. Peneliti sebagai pemberi ide dan observer saat guru yang melaksanakan PBM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan PMRI berbantuan media benda konkrit pada pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan, sehingga dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka dalam mata pelajaran Matematika. Penggunaan pendekatan PMRI berbantuan benda konkrit dalam PBM dapat membantu siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan oleh guru. Diharapkan dengan penggunaan pendekaran PMRI dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Adapun kerangka pikir untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, ditunjukan dalam sebuah gambar1 sebagai berikut. 21 Kondisi Awal Pembelajaran konvensional - Ceramah - Berpusat pada guru Hasil belajar siswa rendah Penerapan model pembelajaran PMRI dengan berbantuan media benda konkrit Hasil belajar siswa lebih meningkat Pemantapan penerapan model pembelajaran PMRI dengan berbantuan media benda konkrit Hasil belajar siswa meningkat Gambar 1 kerangka berpikir 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka fikir tersebut diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan PMRI diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I SDN Kutowinangun 08 Tingkir Salatiga.