UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Mata Pelajaran Matematika
2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran Matematika
Menurut Depdiknas (2004 : 75), matematika merupakan suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas.
Menurut
Wahyudi
dan
Inawati
(2011:15)
mengungkapakan
bahwa
matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang dikatahui
melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka
atau simbol-simbol.
Muhsetyo (2008) mengungkapkan pada hakikatnya pembelajaran matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar) melaksanakan kegiatan belajar
matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika.
Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha
dan
mencari
pengalaman
tentang
matematika.
Dalam
batasan
pengertian
pembelajaran yang dilakukan di sekolah,pembelajaran matematika dimaksudkan
sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika
sekolah.
2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
5
6
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, memanfaatkan, informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
BSNP 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa matematika merupakan
ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang
dan matematika diskrit.Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.Di dalam BSNP 2006
tentang standar isi dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. BSNP 2006 tentang
standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan
7
SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri dan pengukuran, 3)
Pengolahan data.
2.1.2
PMRI
2.1.2.1 Pengertian PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)merupakan suatu
pendekatan untuk belajar matematika. Pembelajaran Matematika Realistik pertama
dikenalkan dan dikembangkan di Belanda oleh Frudenthal. Menurut freudenthal
dalam Ariyadi Wijaya(2012:20) Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
merupakan pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika
merupakan aktivitas manusia. Hal ini berarti Pendekatan pembelajaran matematika di
sekolah harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Pndidikan Matematika Realistik Indonesia menekankan pada ketrampilan berdiskusi,
berkolaborasi, berargumentasi dan menarik kesimpulan. Pendekatan pembelajaran
matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui
proses belajar mandiri. Metode matematika realistik menekankan pentingnya konteks
nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa
sendiri.
Marpaung (2004) menyatakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan
paradigm pendidikan sekrang, PMRI menginginkan adanya perubahan dalam
paradigm pembelajaran, yaitu dari pradigma mengajar menjadi paradigma belajar.
Suharta (2003) menyampaikan proses pembelajaran PMRI dapat diuraikan sebgai
berikut, yaitu: siswa diberikan masalah realistic, dan diberi kesempatan untuk
memahami masalah; siswa secara individual atau kelompok memecahkan masalah,
dengan terlebih dahulu membuat model matematika; melalui diskusi/interaksi kelas
siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal.
Menurut Danoebroto (2008) menympaikan bahwa PMRI merupakan salah
satu inovasi pembelajaran matematika yang potensial menngkatkan konesi siswa
8
terhadap konsep-konsep matematika. Pembelajaran matematika dengan pendekatan
PMRI konsep matematika diporoleh melalui proses berpikir siswa sendiri sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Masalah nyata atau situasi sehari-hari digunakan
sebagai titik mula pembelajaran, oleh karena masalah kontekstual tersebut harus
realistic atau nyata bagi siswa.
Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah sehari-hari
sebagai awal dalam belajar matematika sebagai ganti dari pengalaman konsep benda
abstrak. Proses pengembangan konsep-konsep dan ide-ide dari matematika bermula
dari dunia nyata. Dunia nyata ini berarti konkrit secara fisik dan kasat mata.
2.1.2.2 Karakteristik PMRI
Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia
(PMRI)
mencerminkan
pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan
bagaimana matematika harus diajarkan. Treffers dalam Ariyadi Wijaya (2012:21)
merumuskan lima karakteristik pendidikan matematika realistik indonesia, yaitu:
a) Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran
matematika. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara siswa dilibatkan
secara aktif ntuk untuk melakukan eksplorasi permasalahan.
b) Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Dalam pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam melakukan
matematisasi secacara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan
dari pengetahuan dan matematika tingkat konkritmenuju pengetahuan matematika
tingkat formal.
c) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produkyan siap dipakai
tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam pendidikan
matematika realistic siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
9
d) Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individumelainkan juga secara
bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi
singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan
gagasan mereka.
e) Keterkaitan
Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar
konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan PMRI
1.
Kelebihan pendidikan matematika realistik indonesia
Kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain:
a. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan
antaramatematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan
matematika pada umumnya bagi manusia.
b. Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh orang lain tidak hanya oleh
mereka yang disebut pakar matematika.
c. Cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak usah
harus sama antara orang yang satu dengan yang lainnya.
d. Mempelajari matematika peroses pembelajaran merupakan sesuatu yang
utama dan untuk mempelajarai metematika orang harus menjalani sendiri
peroses itu dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan
bantuan guru.
e. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain
yang juga dianggap unggul yaitu antara pendekatan pemecahan masalah,
pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis
lingkungan.
10
2.
Kelemahan pendidikan matematika realistik indonesia
Kekurangan pendidikan matematika realistik indonesia:
a. Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak terlalu mudah untuk setiap topik
matematika yang perlu dipelajari siswa.
b. Penilaian dan pembelajaran matematika realistik lebih rumit daripada
pembelajaran konvensional
c. Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses berfikir
siswa.
Cara mengatasi
kelemahan pembelajaran matematika realistik dapat
dilakukan upaya-upaya antara lain:
a. Memodifikasi semua siswa untuk dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan.
c. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk dapat menemukan dan
memahami konsep.
d. Mengguanakan alat peraga yang sesuai sehingga dapat membantu peroses
berfikir siswa maka pembelajran matematika dengan pendekatan realistik
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika.
2.1.2.4 Langkah-langkah PMRI
Secara umum langkah-langkah pendidikan matematika realistik indonesia
dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Zulkardi, 2002) dalam Yusuf Hartono :
1.
Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh
siswa dalam menyelesaikannya.
2.
Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai
dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta
11
untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.
3.
Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok.
Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan
terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk
mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat
lebih umum.
4.
Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,
siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran
siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.
2.1.2.5 Sintak PMRI.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada dasarnya adalah
pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik,pengembangan suatu konsep matematika
dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasisehingga memberikan
peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya. Adapun sintak
implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia sebagai berikut.
12
Tabel 1 sintak implementasi PMRI
Aktivitas Guru
Guru memberikan siswa masalah
realistik.
Guru merespon secara positif jawaban
siswa. Siswa diberikan kesempatan
untuk memikirkan strategi siswa yang
paling efektif.
Guru mengarahkan siswa pada beberapa
masalah dan selanjutnya meminta siswa
mengerjakan masalah dengan
menggunakan pengalaman mereka
Guru mengelilingi siswa sambil
memberikan bantuan seperlunya.
Guru mengenalkan istilah konsep.
Guru memberikan tugas di rumah, yaitu
mengerjakan soal atau membuat
masalah cerita beserta jawabanya yang
sesuai dengan matematika formal.
Aktivitas Siswa
Siswa secara sendiri atau kelompok
kecil mengerjakan masalah dengan
strategi-strategi informal.
Siswa secara sendiri-sendiri atau
berkelompok menyelesaikan
masalah tersebut.
Beberapa siswa mengerjakan di
papan tulis. Melalui diskusi kelas,
jawaban siswa dikonfrontasikan.
Siswa merumuskan bentuk
matematika formal.
Siswa mengerjakan tugas rumah dan
menyerahkannya kepada guru
13
2.1.3
Media Benda Konkit
2.1.3.1 Pengertian media benda konrit
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Heinich dan Ibrahim
dalam buku Daryanto, mengungkapkan media merupakan sebagai peranatara atau
pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Criticos (1996),
menyatakan media adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa
pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.
Gerlach & Ely dalam Arsyad (2011) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membbuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau
sikap. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk
pengantara atau pengantar penyampaian pesan dari komunikator menuju komunikan
dalam proses komunikasi pembelajaran..
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapa digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan secara optimal.
Menurut Ruseffendi (1997), menyatakan benda konkrit adalah suatu media
pembelajaran
matematika untuk menjelaskan konsep bilangan serta operasi
penjumlahan dan pengurangan.
Macam-macam benda konkrit misalnya : kapur, buah-buahan batu kerikil,
sedotan, kelereng dan lain-lain.
2.1.3.2 Karakteristik Media Pembelajaran
1) Dua dimensi
Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alata peraga yang hanya
memiliki ukuran panjang dan lebar yang berbeda pada satu bidang datar. Media
14
pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan dan media cetak yang
penampilan isinya tergolong dua dimensi.
2) Tiga dimensi
Media tiga dimensi adalah sekolompok media tanpa proyeksi yang
penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan
yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan
langsung ke dunia sesungguhnya dimana benda asli itu berada. Media tiga dimensi
dapat diproduksi dengan mudah, tergolong sederhana dalam penggunaan dan
pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat
sendiri oleh guru, dan bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki
kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara
kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukan objek secara utuh baik
konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara
jelas, dapat menunjukan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahankelamahan media sederhana tiga dimensi adalah: tidak bisa menjangkau sasaran
dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan
perawatannya rumit. Jadi dapat kita simpulkan bahwa benda kongkrit termasuk dalam
media sederhana tiga demensi.
2.1.4
Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Udin S. Winaputra (2007:110), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi keterampilan proses, keaktifan,
motivasi juga prestasi belajar. Hasil adalah kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan suatau kegiatan.
15
Menurut Bloom dalam (Winkel, 2004:274-279) menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup tiga kemampuan, yatu kemampuan kognitif, kemampuan
psikomotorik dan kemampuan afektif. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur
hasil belajar dari aspek kognitif. Hasil belajar kognitif Bloom dalam (Winkel, 2004:
274-279) adalahHasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan
pengertian pada suatu materi yang meliputi 1) pengetahuan yaitu kemampuan
mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mancakup fakta, prinsip, dan
metode yang diketahui. 2) pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti
dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.3)
penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep atau ide
dalam situasi yang baru. 4) analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke
dalam bagian-bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5) sintesis
yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa
hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan kriteria tertentu.
Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi
guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua
dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies (Dimyati dan Mudjiono
2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum
dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai.
16
Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar
yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor
yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,
keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi:
faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan
dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:
3
Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi
menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan factorkelelahan.
1.
Faktor jasmaniah
Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh
adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh.
2.
Faktor psikologis
Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi
17
dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan
objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar.
Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau
berlatih. Kelima
motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus
memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar.
Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor
tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil
belajar tidak akan baik.
3.
Faktor kelelahan
Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada
bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya
untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan
masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama
atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatiannya
4
Faktor-faktor ekstern
Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan
sebagai berikut:
1.
Faktor keluarga
18
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu,
keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar.
2.
Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi
pengaruh pada hasil belajar siswa.
3.
Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
Melalui penjelasan faktorinten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar.
Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern
meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk
memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus
memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar
maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.
2.1.5
Hubungan antara Pendekatan PMRI dengan Hasil belajar
Pendekatan
pembelajaran
matematika
realistik
adalah
pendekatan
pembelajaran yang dilaksanakan melalui proses belajar mandiri. Pendekatan
matematika realistik menekankan pentingnya konteks nyata. Ditambah lagi,
menekankan pada keterampilan berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dan
menarik kesimpulan. Sehingga dapat menarik siswa untuk berpikir kritis, sistematis,
dan realistis.Maka dari itu, penerapan pendekatan PMRI dirasa dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, yang cara berpikir anak usia
19
sekolah dasar masih dalam tataran berpikir konkrit. Dengan digunakannya
pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat membantu anak usia sekolah
dasar mempermudah mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Amanah (2007) upaya meningkatkan
11
hasil belajar matematika dalam konsep satuan ukur panjang melalui pendekatan
matematika realistik bagi siswa kelas III SDN Muneng.
Penelitian dari Kholidin, (2010) peningkatan pemahaman konsep perkalian
bilangan cacah melaui pendekatan matematika realistik pada siswa kelas II SD Negeri
lembasari 02 tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaranmatematikatelah
dilaksanakan sebanyak dua siklus. Hasil: dari jumlah 30 siswa yang tuntas ada 28
siswa sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa. Peningkatan rata-rata kelas juga
meningkat dari 77 menjadi 84 dengan data nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 40.
Sarinten melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan PMRI Pada Pembelajaran Penjumlahan
dan Pengurangan Kelas II SD Girirejo Kecamatan Tegal Rejo Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2009/2010”. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas I dengan jumlah
30 siswa. Pada Postes I nilai rata – rata siswa 57 dan pada postes II nilai siswa 70
Sehingga metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang yang relevan di atas, maka
tahap berikutnya peneliti menyusun kerangka berfikir yang mengarahkanperumusan
hipotesis, dengan adanya alasan mengenai hasil mpenelitian yang relevan tersebut,
perumusan hipoesis dalam kerangka pemikiran penelitian ini memiliki dasar yang
kuat.
2.3 Kerangka Berfikir
Pada PBM di kelas 1 SDN Kutowinangun 08 dalam mengajarkan materi
Penjumlahan danPenguranganDua Angka guru menggunakan metode yang monoton
20
dan tanpa bantuan media benda konkrit sehingga siswa kurang memahami pelajaran
penjumlahan dan pengurangan dua angka. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan
siswa mendapatkan nilai 48 dari setengah jumlah siswa. Dari jumlah keseluruhan
yaitu 22 siswa yang mendapatkan nilai 48 sebanyak 12 siswa.
Penelitian yang akan dilakukan dengan cara kolaborasi antara guru kelas dan
peneliti. Peneliti sebagai pemberi ide dan observer saat guru yang melaksanakan
PBM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan PMRI berbantuan
media benda konkrit pada pelajaran Matematika materi penjumlahan dan
pengurangan, sehingga dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar
mereka dalam mata pelajaran Matematika.
Penggunaan pendekatan PMRI
berbantuan benda konkrit dalam PBM dapat membantu siswa dalam menerima materi
yang telah disampaikan oleh guru. Diharapkan dengan penggunaan pendekaran PMRI
dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.
Adapun kerangka pikir untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak
menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, ditunjukan dalam sebuah gambar1
sebagai berikut.
21
Kondisi Awal
Pembelajaran
konvensional
- Ceramah
- Berpusat pada
guru
Hasil belajar
siswa rendah
Penerapan model
pembelajaran
PMRI dengan
berbantuan media
benda konkrit
Hasil belajar
siswa lebih
meningkat
Pemantapan
penerapan model
pembelajaran
PMRI dengan
berbantuan
media benda
konkrit
Hasil belajar
siswa
meningkat
Gambar 1 kerangka berpikir
2.4
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka fikir tersebut diatas maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan PMRI diduga
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I SDN Kutowinangun 08
Tingkir Salatiga.
Download