Ibu Positif HIV Dianjurkan Menyusui Eksklusif Bayinya Jan 15, '10 12:18 AM by Farrah for everyone AIMI, Jakarta (9/12): Seorang ibu yang positif mengidap HIV dan mengkonsumsi obat antiretroviral dapat menyusui secara eksklusif enam (6) bulan pada bayinya, tanpa menularkan virus HIV tersebut ke bayinya. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh NACA (National Agency for the Control of AIDS ) Nigeria di Bostwana – Nigeria. Hasil penelitian ini dirilis oleh Professor John Idoko Direktur NACA - Nigeria, pada 26 November 2009 dalam pembukaan peringatan hari AIDS sedunia di Nigeria dengan tema “Universal Access and Human Rights’, Closing the Wide Gap in Preventing Mother To Child Transmission (PMTCT)”. Hal ini disambut positif oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). “Sebelum ada pengumuman dari hasil penelitian ini, pihak internasional masih ragu untuk menyarankan ibu yang positif HIV untuk menyusui bayi mereka. Dengan adanya hasil penelitian ini, maka ketakutan bahwa bayi yang lahir dari ibu positif HIV akan tertular melalui air susu ibunya menjadi terminimalisir. Selama ibu positif HIV tersebut mengkonsumsi obat antiretroviral,” demikian jelas Mia Sutanto – Ketua AIMI. AIMI sedari awal selalu menyarankan agar ibu dapat menyusui secara eksklusif meskipun dalam keadaan sakit. Hal ini dikarenakan, selain bayi mendapatkan segala kebaikan air susu ibu (ASI), bayi juga akan mendapatkan antibodi dari ibu terhadap penyakit tersebut. Bayi baru lahir sangat rentan terkena infeksi ataupun berbagai penyakit yang sudah diderita oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, cara terbaik untuk melindungi bayi tersebut dari infeksi dan berbagai penyakit yang terdapat di lingkungannya adalah dengan memberikan ASI, jelas Mia. “Mengapa demikian? Karena ASI adalah asupan nutrisi yang paling higienis, yang memiliki gizi paling lengkap, dan terutama memiliki kandungan antibodi yang dihasilkan oleh tubuh ibunya. Antibodi inilah yang tidak dimiliki susu pengganti manapun, yang bisa melindungi bayi dari infeksi sekitarnya,” kata Mia. Pemberian ASI tidak bisa dibandingkan atau digantikan dengan pemberian susu formula. Karena susu formula bukanlah produk steril. Belum lagi untuk proses penyajiannya yang memerlukan tempat dan air, yang belum tentu disterilkan terlebih dahulu. Maka, pemberian susu formula akan meningkatkan bahaya berbagai penyakit infeksi dan mal-nutrisi. Dengan adanya rekomendasi dari NACA tersebut, maka semakin menguatkan gerakan AIMI dalam mendorong pemerintah dan pihak swasta untuk memberikan dukungan terhadap ibu menyusui. Indonesia termasuk negara dengan laju pertumbuhan penderita kasus HIV AIDS yang tercepat di Asia. Dalam setahun diperkirakan terjadi 1 juta kasus baru HIV di Indonesia. Tragisnya 92% di antaranya adalah usia produktif termasuk anak dan remaja. Sampai bulan September 2009 DEPKES telah melaporkan jumlah penderita AIDS pada anak dibawah 15 tahun telah mencapai 464 anak. Menurut laporan yang dikeluarkan Depkes hingga bulan September 2009, dilaporkan sudah 464 anak Indonesia berusia di bawah 15 tahun yang positif terinfeksi AIDS. Sebagian besar terinfeksi karena lahir dari ibu yang positif HIV. Hal inipun mungkin jumlahnya akan lebih besar lagi karena semua kasus belum tentu dilaporkan, kasus HIV/AIDS baik di Indonesia maupun negara-negara lain merupakan sebuah fenomena gunung es. Penderita HIV/AIDS pada bayi dan anak kian meningkat pesat. Bertambahnya prevalensi ini diduga mudahnya jalur penularan: selama kehamilan, persalinan atau selama menyusui. ODHA yang tidak mendapat terapi ARV berisiko 15 – 45 persen anaknya tertular HIV/AIDS. Berdasarkan berbagai fakta-fakta tersebut AIMI mendorong pemerintah dan swasta, terutama yang bergerak di bidang kesehatan untuk memberikan dukungan kepada ibu penderita HIV untuk tetap menyusui bayinya.*** Sumber: http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/3938/Ibu_Positif_HIV_Dianjurka n_Menyusui_Eksklusif_Bayinya