analisis kandungan mineral logam singkapan batuan

advertisement
ANALISIS KANDUNGAN MINERAL LOGAM SINGKAPAN
BATUAN DIKAWASAN PERTAMBANGAN MANGAN DESA
KUMBEWAHA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN
BUTON DENGAN MENGGUNAKAN METODE X-RF
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI
DERAJAT SARJANA (S1)
DIAJUKAN OLEH :
IDUL FITRI
F1B1 11091
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
JANUARI 2016
ii
KATA PENGANTAR
Maha suci Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) dan segala Puji hanya
untuk-Nya, yang senantiasamelimpahkanrahmat dan hidayahnyasehinggatelah
kuperoleh setitik ilmu dari segitu luas dari samudra ilmu-Nya. Telah kuterima
hikmah dan pelajaran berharga berkat segala kemurahan dan kasih sayang-Nya.
Sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan tepat waktu.
Namun banyak kesulitan dan hambatan dalam penelitian ini kami dapatkan,
dengan rahmat Tuhan, bimbingan, dorongan, tekad, dan kemauan yang keras dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Eng. La Agusu,S.Si., M.Si selaku pembimbing I, dan Bapak Jahidin,S.Si., M.Si
selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penelitian
ini sampai selesai.
Melalui kesempatan ini secara khusus dan teristimewa, dengan hati yang
tulus tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
Ayahanda La Saukidan Ibunda Wa Fiyni limpahan cinta, kasih sayang,
perhatian, pengorbanan, dan doa restu, serta dukungan moril dan materi yang tak
terhingga diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan hasil
penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan pada semua pihak yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan kemudahan serta bantuan moril dan
iii
materil. Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selakuRektorUniversitasHalu
Oleo.
2. Ibu Prof.Dr.Ir.Weka widayanti, M.SselakuDekanFakultasIlmu dan Teknologi
Kebumian Universitas Halu Oleo.
3. Ibu Irawati,S.Si.,M.Siselaku Ketua Jurusan Geofisika FITK.
4. Bapak Drs.Firdaus, M.Si., Bapak Dr.L.O.Ngkoimani, S.Pd., M.Si dan Bapak
Abdul Manan, S.Si., M.Sc selaku tim penguji yang memberikan saran dan
kritikan yang bermanfaat.
5. Bapak Dr .La Hamimu, S.Si., MT selaku Penaset Akademik. Seluruh Dosen
dan Staf dilingkungan FITK khususnya Jurusan Geofisika yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam perkuliahan.
6. Kepala Laboratorium TeknikGeofisika dan Teknik Pertambangan FITK UHO
yang telah memberikan izin penelitian. Serta para staf dan jajarannya terima
kasih atas segala bantuan selama proses penelitian.
7. Direktur P.T Malindo Bara Murni yang telah memberikan izin dalam
melakukan penelitian di kawasan pertambangan mangan desa kumbewa
kecamatan Siotapina beserta pemerintah setempat.
8. Kakaku Fitri Sauki, A.Ma, Rajab,S.Si dan kakak iparku Tasrudin, S.Pd serta
Adikku tersayang Sahidin, Una, Mini, Tia, Icang, Ka Idin, Muksin, Yuyun,
Erni, Luwi, Sali, Harti Bibi Lamia, Rayana, Wa Liadi, Wa Naahi, Nenek, dan
iv
seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
atas doa, motivasi, dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
9. Bapak La Malu ,S.Pd.I ,Alimudin yang telah memberikan motivasi dan
dukungan dalam menyelesaikan studi.
10. Rekan penelitianku Akbar adikit iriano, terima kasih atas kerja sama dalam
suka dan duka dalam menyelesaikan penelitian dan terima kasih atas segala
bantuan selama proses penelitian.
11. Keluarga besar Al Harun Taate, S.Si, M.Si terima kasih atas segala bantuan
selama proses menuntut ilmu di Universitas Halu Oleo.
12. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Geofisika dari angkatan 2010 sampai 2015,
khususnya angkatan 2011, Sirami, Nandang, Akbar, Tati, Iswar, K baiyn,
Aidin , Jeni, Raivel, Rian, Sarman, Rizal, Damsiar, Leni, Mardiaana, Lastmi,
dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terima kasih atas segala kebersamaan dan kebaikan selama ini.
Sadar atas keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan waktu dalam
penyusunan penelitian ini maka ditinjau dari segi Ilmiah dan Bahasa tentulah
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran
senantiasa kami harapkan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas
tulisan ini yang juga nantinya menjadi cerminan dari kualitas penulis yang pada
akhirnya dapat meningkatkan lulusan Universitas Halu Oleo.
Semoga tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak,
khusunya berguna bagi peningkatan IPTEK bidang Fisika. Akhirnya Penulis
memohon maaf atas segala kekhilafan baik yang disengaja maupun yang tidak
v
disengaja dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat danhidayahNya kepada kita dalam menjalankan aktivitas keseharian kita, Amin.
Kendari, Januari 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
DATA LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
i
ii
iii
vii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
1
3
4
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Kabupaten Buton
B. Kondisi Pertambangan Kabupaten Buton
C. Tinjauan Umum Mineral
1. Defenisi dan Klasifikasi Mineral
D. Batuan
E. Karakteristik Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia
F. Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia
G. Mangan (Mn)
H. X-Ray Fluorescence (XRF)
5
6
9
9
10
11
12
13
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Alat dan Bahan
D. Prosedur Penelitian
1. Observasi daerah penelitian
2. Pengambilan sampel di lapangan
3. Preparasi sampel
a. Penggerusan sampel
b. Pengayakan
4. Penentuan kandungan unsur mineral sampel
a. Tahap pengujian dengan xrf
b. Tahap analisis data
18
18
18
19
19
20
21
21
21
21
21
22
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil pengujian X-Ray Fluorescence
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
24
24
26
32
32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keterangan umum unsur mangan
Tabel 2. Alat dan bahan penelitian
Tabel 3. Deskripsi tempat penelitian
Tabel 4. Data pengukuran singkapan batuan pada stasiun 1
Tabel 5. Data pengukuran singkapan batuan pada stasiun 2
Tabel 6. Data pengukuran singkapan batuan pada stasiun 3
ix
Halaman
14
18
23
36
39
42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penambangan bijih mangan di kawasan pertambangan mangan
Desa kumbewaha
7
Gambar 2. Prinsip kerja alat X-Ray Fluorescence
16
Gambar 3. Kandungan unsur – unsur pada tingkat energi tertentu
17
Gambar 4. Peta geologi kecamatan siotapina kabupaten buton
19
Gambar 5. Deskripsi lokasi tempat pengambilan sampel
20
Gambar 6. Alat XRF niton xl3t goldd
22
Gambar 7. Prosedur penelitian
23
Gambar 8. Grafik konsentrasi unsur Mn, Fe, Ni dan Co pada stasiun 1
Terhadap kedalaman
25
Gambar 9. Grafik konsentrasi unsur Mn, Fe, Ni dan Co pada stasiun 2
Terhadap kedalaman
25
Gambar 10. Grafik konsentrasi unsur Mn, Fe, Ni dan Co pada stasiun 3
Terhadap kedalaman
26
Gambar 11. Singkapan batuan pada stasiun 1
34
Gambar 12. Singkapan batuan pada stasiun 2
34
Gambar 13. Singkapan batuan pada stasiun 3
35
x
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/Singkatan
Ag
Al
As
BT
Ca
Cd
CaO
Co
Cr
Cu
CuSO4
Fe
FeO
FeO2
GPS
Hg
LS
Mg
MgO
Na
Ni
ppm
S
SiO2
St. 1
St. 2
St. 3
XRF
Arti
Perak
Alminium
Arsenik
Bujur Timur
Kalsium
Kadium
Kalsium oksida
Cobalt
Kromium
Tembaga
Tembaga Sulfat
Ferro/besi
Ferro oksida
Ferro dioksida
Global Positionning System
Merkuri
Lintang Selatan
Magnesium
Magnesium oksida
Natrium
Nikel
part per million
Belerang
Silikat dioksida
stasiun 1
stasiun 2
stasiun 3
X-Ray Fluorescence
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
2.
3.
Teks
Peta lokasi pengambilan sampel di Lapangan
Dokumentasi Penelitian
Data Hasil Analisis Sampel
xii
Halaman
33
33
34
ANALISIS KANDUNGAN MINERAL LOGAM SINGKAPAN BATUAN
DIKAWASAN PERTAMBANGAN MANGAN DESA KUMBEWAHA
KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON DENGAN
MENGGUNAKAN METODE X-RF
Oleh :
Idul Fitri
F1B1 11 091
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dengan judul: “analisis kandungan mineral logam singkapan
batuan dikawasan pertambangan mangan desa kumbewaha kecamatan siotapina kabupaten
buton dengan menggunakan metode x-rf”. Tujuan dari penelitiaan ini adalah (1) untuk
menentukan konsentrasi unsur logam besi (Fe), Mangan (Mn), nikel (Ni), dan Cobal (Co) , (2)
Untuk menentukan konsentrasi kandungan mineral logam yang dominan pada singkapan batuan
yang berada dikawasan pertambangan mangan Desa Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten
Buton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode X-Ray Fluoresence
(XRF).Hasil penelitian menunjukkan bahwa singkapan batuan dikawasan pertambangan mangan
desa kumbewaha kecamatan siotapina kabupaten buton memiliki konsentrasi rata-rata unsur logam
besi (Fe) pada kedalaman 15 cm – 1500 cm pada stasiun 1 , 2, dan 3 berturut-turut adalah
16,50314 %,8,2338 %dan2,77446 %.Mangan (Mn) 13,00906 %, 1,0933 %,dan0,38088 %.Nikel
(Ni) 0,1928 % , 0,0387 % dan0,02804 % .serta konsentrasi unsure logam Cobal (Co) rata-rata pada
kedalaman yang sama berturut-turut adalah 0,06461 %,0,00805%dan0,0147%. Konsentrasi ratarata kandungan mineral logam yang dominan dari 3 stasiun yang diteliti adalah mineral logam besi
(Fe) secara berturut-turut adalah 16,50314 %,8,2338 %dan2,77446 %.
Kata kunci: Kawasa pertambangan mangan,singkapan batuan,Mineral logam , X-RF,Desa
kumbewaha.
xiii
THE ANALYSIS OF METALLIC MINERAL DEPOSITS OUTCROP
AREA OF THE VILLAGE OF MANGANESE MINING DISTRICTS
KUMBEWAHA SIOTAPINA BUTON REGENCY USING X-RF
BY :
Idul Fitri
F1B1 11 091
ABSTRACK
Aresearch has been conducted entitled "the analysis of metallic mineral deposits outcrop area of
the village of manganese mining districts kumbewaha siotapina Buton regency using x-rf". The
objectives of this research is (1) to determine the concentration of metallic elements iron (Fe),
manganese (Mn), nickel (Ni), and Cobalt (Co), (2) To determine the concentrations of metallic
minerals are predominant in outcrop located manganese mining area of the village of the District
Kumbewaha Siotapina Buton. The method used in this research is the method of X-ray
fluorescence (XRF).The result of the research shown that the outcrop area of manganese mining
village kumbewaha districts siotapina district Buton had an average concentration of the metal
element iron (Fe) at a depth of 15 cm - 1500 cm at stations 1, 2, and 3 respectively is 16,50314 %,
8,2338 %and 2,77446 %.Manganese (Mn) 13,00906 %, 1,0933 %,and 0,38088 %. Nickel (Ni)
0,1928 % , 0,0387 % and 0,02804 % . and the concentration of the metal element Cobal (Co) on
average at the same depth in a row is 0,06461 %,0,00805% and 0,0147% . The average
concentrations of the dominant metal mineral content of the three stations studied were metallic
mineral iron (Fe) in a row is 16,50314 %,8,2338 % and 2,77446 %.
Keywords: area of the village of manganese, outcrop , metallic mineral, the X-RF, village
kumbewaha.
xiv
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sumberdaya mineral sebagai salah satu sumberdaya alam, merupakan
sumber yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Dalam
skala global, mineral, khususnya penghasil energi utama, bahkan berperan
strategis dalam menentukan peta perpolitikan dunia. Endapan bahan galian
tersebut baru sedikit diketahui, dan dari hasil yang diperoleh endapan bahan
galian logam banyak tersebar dibeberapa kepulauan dengan jumlah cadangan
kurang dari 5 (lima) juta ton untuk suatu tempat tertentu. Sementara mineral
dalam bentuk logam mulia emas juga memiliki posisi penting dalam
perekonomian dunia (Departemen Pertambangan dan Energi, 1998).
Mineral logam mangan sangat luas pemakaiannya sehingga perlu dilakukan
eksplorasi untuk kelangsungan kegiatan industri logam. Kegunaan mangan sangat
luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun nonmetalurgi. Sekitar 85-90%
kegunaan mangan adalah untuk keperluan metalurgi terutama pembuatan logam
khusus seperti german silver dan cupro manganase. Mangan merupakan logam
yang banyak dimanfaatkan dalam industri peleburan besi-baja dan pengolahan
logam. Mangan juga digunakan untuk formula stainless stell dan alloy (campuran
logam). Mangan oksida dan mangan dioksida sebagai bahan baterai kering,
sebagai katalisator, keramik, dekolorisasi kaca (membuang warna hijau), serta
mangan dosis besar untuk membuat warna violet pada kaca. Mangan digunakan
dalam paduan baja untuk meningkatkan karakteristik yang menguntungkan seperti
kekuatan, kekerasan, dan ketahanan (Ansori, C. 2010).
1
2
Daerah provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) banyak mengandung bahan
tambang dan sumber energi yang sekaligus merupakan sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang utama. Menyadari hal tersebut, Departemen Pertambangan
dan Energi Propinsi Sultra pada tahun 1983 telah melakukan survei bahan galian
dan pada tahun 1986 dilanjutkan penelitian di daerah propinsi sultra. Hasil survei
yang dilakukan ini diketahui bahwa propinsi sultra memiliki bahan galian dan
tambang yang cukup banyak (Simandjuntak, dkk., 1994).
Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa pulau Buton memiliki
potensi pertambangan aspal yang cukup besar yang biasa disebut asbuton.
Terlepas dari itu, di daerah ini terdapat dua jenis komoditi lain yaitu
pertambangan nikel dan pertambangan mangan yang telah masuk pada tahap
eksploitasi. Pertambangan mangan sampai saat ini dikelola oleh P.T Malindo Bara
Murni yang secara administratif terletak di Desa Kumbewaha Kecamatan
Siotapina Kabupaten Buton.
Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa pada bijih mangan di Desa
Kumbewaha, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada kedalaman 5 m
didominasi mineral Mn 27,26 % dan mineral MnO 35,193 %, kedalaman 10 m
didominasi mineral Mn 55,23% dan mineral MnO 71,301%, kedalaman 15 m
didominasi mineral Mn 57,87 % dan mineral MnO 74,707 %. Adapun mineral
penyerta pada kedalaman tersebut diatas masing-masing diperoleh mineral Fe
yaitu 3,379%, 1,572% dan 1,489%. Mineral Fe2O3 yaitu 4,827%, 2,246%, dan
2,126%. SiO2 yaitu 25,456%, 5,314%, dan 3,071%. Mineral Al2O3 yaitu 3,887%,
1,376%, dan 1,445%. Nilai suseptibilitas magnetik bijih mangan
di Desa
3
Kumbewaha pada kedalaman tersebut diperoleh masing-masing 62,1x10-8 m3kg-1,
61x10-8 m3kg-1, dan 56,1 x10-8 m3kg-1 berdasarkan variasi nilai suseptibilitas
magnetik ini, bijih mangan memiliki sifat paramagnetik (La Sawaludin, 2015).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan
mineral Logam yaitu dengan metode X-Ray Fluorescence(XRF).Penggunaan
metode X-Ray Fluorescence dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan
bahwa teknik ini mempunyai limit deteksi hingga satuan part per million (ppm).
Selain itu metode XRF mempunyai beberapa keuntungan diantaranya biaya relatif
murah, multielemental, analisisnya cepat dan hasil analisisnya bersifat kualitatif
dankuantitatif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menggunakan
Metode X-Ray Fluorescence (X-RF) untuk menentukan komposisi kandungan
mineral logam besi (Fe), mangan (Mn), nikel (Ni), dan cobal (Co) pada singkapan
batuan yang terdapat dikawasan Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha
Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah berapa kandungan unsur logam besi (Fe),mangan
(Mn), nikel (Ni), dan cobal (Co) yang terdapat dalam singkapan batuanyang
terdapat dikawasan Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha Kecamatan
Siotapina Kabupaten Buton.
4
C.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk menentukan konsentrasi unsur logam besi (Fe), nikel (Ni), mangan
(Mn), dan cobal (Co) yang terdapat dalam singkapan batuanyang terdapat
dikawasan pertambangan mangan Desa Kumbewaha Kecamatan Siotapina
Kabupaten Buton.
2. Untuk menentukan konsentrasi kandungan unsurlogam yang dominan pada
singkapan batuanyang berada dikawasan pertambangan mangan Desa
Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton.
D.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai kandungan unsur logam besi (Fe), mangan
(Mn),nikel
(Ni),
batuandikawasan
dan
cobal
(Co)
pertambangan
yang
mangan
terdapat
Desa
pada
singkapan
Kumbewaha
KecamatanSiotapina Kabupaten Buton.
2. Sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya yang terkait dengan
bidang ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kondisi Geologi Daerah Kabupaten Buton
Mengacu pada Peta Geologi LembarButon, Sulawesi Tenggara (Sikumbang
N.dkk., 1995)., urutan formasi batuan daritua ke muda adalah : Komplek
Ultrabasa Kapontori yang merupakan komplekbatuan malihan tertua berumur
sekitar Permo Karbon. Batuannya terdiri atasperidotit, serpentinit dan gabro,
setempat terbreksikan dan tergeruskan.
Penyebaran batuan KomplekUltrabasa memanjang dari arah TimurlautBarat
Daya.Di bagian Barat Daya Komplek Ultrabasa Kapontori ini muncul sebagai
Horst dengan kontak tidak selaras terhadap beberapa formasi yang lebih muda
diantaranya :
Formasi Winto
Formasi Winto terdiri atas perselingan serpih, batupasir, konglomerat, dan
sisipan batugamping berumur Trias Atas.Dibeberapa tempat dalam Formasi
Wintoter dapat rembesan minyak. Salah saturembesan minyak di Kumele Winto.
Formasi Ogena Penyebaran Formasi Ogena sekitar 2% berada di bagian Timurlaut
lembarpeta. Litologinya terdiri atas batugamping pelogos, bersisipan klastika
halus danbatugamping pasiran dan batupasir.Diperkirakan berumur Jura Atas
diendapkan pada lingkungan laut dalam.
Formasi Tobelo
Formasi Tobelo tersebar mengikuti pola umum perlipatan di daerah
penelitian. Litologinya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kaya akan
5
6
radilaria.Umur formasi diperkirakan antara Kapur Paleosen dan terbentuk pada
lingkungan pengendapan Batial.
Formasi Tondo
Formasi Tondo tersusun atas konglomerat, batupasir kerikilan,perselingan
batupasir, batulanau dan batulempung. Pada formasi ini seringkali dijumpai
rembesan aspal kepermukaan membentuk urat-urat aspal. FormasiTondo
diendapkan dalam lingkungan pengendapan Neritik hingga Batial Bawah pada
Miosen Tengah Miosen Atas.
Formasi Sampolakosa
Formasi Sampolakosa terdiri dari batupasir gampingan, lempunggampingan.
Pada beberapa tempat seperti di Desa Wining terimpregnasi olehaspal,
mengandung bitumen dan pada tempat-tempat tertentu dijumpairembesan aspal
murni menembus sampai ke permukaan. Formasi Sampolakosa diendapkan di
lingkunganpengendapan Neritik-Batial pada MiosenAtas-Pliosen Bawah.
Formasi Wapulaka
Formasi ini sebagian besar berupa batugamping, batugamping pasiran,
batupasir gampingan.Batugamping terutama sebagai gamping terumbu ganggang
atau koral, topografi batuan ini memperlihatkan undak-undak pantai purba dan
topografi karst diendapkan pada kala Plistosen (Sikumbang N, dkk., 1995).
B.
Kondisi Pertambangan yang Terdapat di Kabupaten Buton
Kabupaten Buton memiliki potensi pertambangan yang cukup kaya dan
beragam. Selain aspal yang sudah lama dikelola, terdapat tambang mangan dan
nikel. Kegiatan pertambanganmangan yang telah masuk pada tahap eksploitasi
7
dengan luas potensi pertambangannya sebesar 602ha dan secara administratif
terletak di Desa Kumbewaha Kecamatan Siotapina. Adapun perusahaan yang
telah mengeksploitasi pertambangan mangan yaitu P.T Malindo Bara Murni.
Gambar 1. Penambangan bijih mangan dikawasan pertambangan
mangan desa Kumbewaha
Hasil analisis conto bijih mangan menunjukkan endapan bijih mangan
di daerah penelitian nilainya cukup bervariasi. Conto bijih mangan di lokasi
pengolahan dan stock pile sebanyak 3 conto dan hasil analisisnya sebagai
berikut : BT04/R conto bijih mangan yang akan dicuci di tempat pengolahan
dan stock pile, mengandung Fe total 3,18%, Fe2O3 4,55%, Mn total
16,89%, MnO2 19,56%, MnO 5,85%, Mn2O3 25,41%. BT05/TL conto waste
bijih mangan di tempat pengolahan, mengandung Fe total 4,71%, Fe2O3
6,73%, Mn total 19,05%, MnO2 24,87%, MnO 4,31%, Mn2O3 29,18%.
Conto bijih mangan di lokasi penambangan PT. Malindo Bara Murni
sebanyak 6 conto, terdiri dari 3 conto bijih mangan, 2 conto mangan oksida
8
dan 1 conto waste penambangan hasil analisis sebagai berikut :Hasil analisis
3 conto bijih mangan dari lokasi penambangan (BT07/R, BT37/R, BT39/R)
mengandung Fe total 2,2 - 10,24%, Fe2O3 3,14 - 14,64%, Mn total 21,5 22,1%, MnO2 30,68 - 45,66%, MnO 0,31-2,73%, Mn2O3 33,41-47,24%.
Hasil analisis 2 conto bijih hematit
di
lokasi penambangan (BT08/R,
BT37/R) mengandung rata-rata unsur Fe 33,7%, Fe2O3 48,03%, Mn total
4,68%, MnO2 4,31%, MnO 2,53%, Mn2O3 6,83%.
Conto 1 waste bijih mangan penambangan (BT37/R) berupa bijih
mangan berbutir kerikil sampai kerakal mengandung Fe total 3,13%, Fe2O3
4,47%, Mn total 36,20%, MnO2 56,46%, MnO 0,68%, Mn2O3 57,14%.
Berdasarkan hasil analisis conto bijih mangan mempunyai kualitas
cukup bagus, disamping itu terdapat bahan galian lain berupa mangan oksida
dengan kadar Fe2O3 rata-rata 48,03%. Mangan oksida terdapat setempatsetempat dan berupa nodul-nodul pada endapan bijih mangan.Selain mangan
oksida terdapat pula bahan galian lainnya yaitu batugamping dan batupasir
tufaan karbonatan. Hasil analisis petrografi conto batugamping (BT40/R/A)
menunjukkan batugamping kristalin.
Hasil analisis kimia 2 conto batugamping nomor BT40/R dan BT41/R
mengandung unsur rata-rata SiO2 4,19%, Al2O3 0,56%, Fe 2O3 0,52%, CaO
51,32%, MgO 1,39%, H2O-0,21% dan HD 41,28%. Sebaran batugamping tidak
merata, keterdapatannya setempatsetempat dan berupa boulder-boulder.
Hasil analisis petrografi conto batupasir tufaan karbonatan nomor
BT09/R/A menunjukkan batugamping organik . Hasil analisis kimia conto
9
batugamping organik nomor BT09/R mengandung nilai unsur SiO2 21,62%,
Al2O3 5,75%, Fe2O3 2,26%, CaO 34.53%, MgO 2,24%, H2O-2,93% dan HD
32,38%.Sebaran endapan batupasir tufan karbonatan keterdapatannya setempat
merupakan produk volkanik yang diendapkan di laut (Rohmana,dkk., 2009).
C.
Tinjauan Umum Mineral
1.
Definisi dan klasifikasi mineral
Pada tahun 1995, The International Mineralogical Association telah
mengajukan definisi baru tentang definisi mineral. Mineral adalah unsur atau
senyawa hablur/kristalin yang ada pada kerak bumi, bersifat homogen mempunyai
sifat fisik dan kimia tertentu, mempunyai persenyawaan anorganik, mempunyai
susunan kimia yang tetap, serta terbentuk secara alami melalui proses geologi.
Mineral dapat dijumpai disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, dan
pasir yang di endapkan di dasar sungai.
Berdasarkan jumlah keberadaan dalam batuan, maka mineral dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu mineral utama, mineral sekunder dan mineral
tambahan. Mineral utama adalah komponen mineral dari batuan yang dijadikan
dasar untuk menggolongkan dan menamakan batuan atau hasil kristalisasi magma.
Dua mineral utama yang terdapat pada batuan yaitu feldespar dan mika. Feldespar
adalah kumpulan mineral pembentuk batuan dan merupakan mineral yang paling
banyak tersebar pada batuan (60 % dari kerak bumi). Mika merupakan kumpulan
mineral pembentuk batuan yang terdapat pada batuan beku dan batuan malihan
(Munir, 1995).
10
Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari mineral primer akibat
proses pelapukan, sirkulasi larutan, atau metamorfosis. Beberapa jenis mineral
sekunder yaitu kaolinit, haloisit, vermikulit, smektit, dan alofan. Kaolinit adalah
mineral utama pada tanah oxisol dan ultisol. Haloisit adalah mineral utama pada
tanah vulkan inceptisol dan entisol, sedangkan vermikulit merupakan mineral
utama pada tanah yang berkembang dari bahan kaya akan mika. Smektit adalah
mineral utama tanah andisol dan hemotit. Mineral oksida besi terdapat pada tanah
merah oxisol dan ultisol (Balai Penelitian, 2005).
Mineral tambahan adalah mineral yang terbentuk akibat proses kristalisasi
magma dengan jumlah sedikit (umumnya kurang dari 5%). Mineral ini tidak
menentukan sifat dan nama jenis batuannya. Mineral tambahan antara lain adalah
mineral magnetik (Fe3O4). Senyawa pembentuk batuan dikelompokan menjadi
empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.
D.
Batuan
Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi.
Kebanyakan batuan merupakan campuran mineral yang tergabung secara fisik
satu sama lain. Beberapa batua terutama tersusun dari satu jenis mineral saja, dan
sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik serta bahanbahan vulkanik (Nandi, 2010).
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif. Magma ini dapat berasal dari
11
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi (Montgomery and Carla, 1986).
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi
proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Sedangkan batuan metamorf
adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan
yang sudah ada baik batuan beku, sedimen, ataupun dari batuan matemorf yang
lain (Nandi, 2010).
E.
Karakteristik Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia
Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di
sepanjang bentang kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah
memberikan gambaran tentang cara terjadinya mineral dan berbagai faktor yang
mengendalikannya. Dengan mengetahui faktor–faktor geologi, penyebaran
mineral itu dapat diperkirakan. Karena itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi
geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.
Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak
jauh) maupun dari hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah
memiliki peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan
peta geologi tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam
tujuan pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai
proses geologis.
Berdasarkan teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global
dan teori tektonik lempeng, maka jalur–jalur magmatik yang membawa cebakan
12
mineral di kepulauan Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya.
Pemetaan geologi yang selesai pada tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut
dalam menelusuri penyebaran batuan, menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat
15 jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar karakteristik sumberdaya mineral
di Indonesia.
Pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik.
Lingkungan pembentukan mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan
vulkanik. Hal ini dapat dipahami karena proses magmatik berlangsung simultan
dengan kegiatan gunung api. Sebagai akibat erosi yang intensif, batuan magmatik
tersebut dapat muncul ke permukaan dan hanya menyisakan sedikit batuan
vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada zona mineralisasi, maka
mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.
F.
Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia
Mineral yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan umat manusia tidak
semuanya terdapat di Indonesia. Diperkirakan hanya 30 % atau 30 Macam
mineral utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas, perak,
tembaga, nikel, timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan, chromit,
minyak bumi, gas bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral
industri (asbes, bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia,
termasuk intan, dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di
Indonesia, demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci
mengenainya.
13
Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di Indonesia.
Produksi dan cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya, memproduksi
sekitar 15% produksi dunia, sementara cadangannya lebih kurang 8% cadangan
dunia. Cadangan nikel mencapai 15% cadangan dunia, tetapi produksinya baru
mencapai 10% produksi dunia (Departemen Pertambangan dan Energi, 1998).
G.
Mangan (Mn)
Mangan adalah salah satu jenis unsur kimia dan ditemukan oleh Johann
Gahn pada tahun 1774 di Swedia. Pada kondisi murni logam mangan berwarna
putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah
teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetik. Hal ini dapat dilihat
dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi elektron. mangan adalah unsur
yang sering ditemukan dibumi sebagai unsur murni atau berikatan dengan besi.
Sebagai unsur murni, mangan adalah logam yang penting dalam industri
pembuatan baja tahan karat (Ansori, 2010).
Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun
nonmetalurgi. Sekitar 85-90% kegunaan mangan adalah untuk keperluan
metalurgi terutama pembuatan logam khusus seperti german silver dan cupro
manganese. Keperluan non-metalurgi biasanya digunakan untuk produksi baterai,
keramik, gelas, dan glasir. Mangan juga digunakan untuk pertanian dan proses
produksi uranium (Murthy, 2009). Berdasarkan kandungan mineral mangan dalam
bijih mangan, mangan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu manganese ore
dengan kadar mangan lebih dari 40%, ferrugineous manganese dengan kadar
14
mangan 15 % sampai 40%, dan manganiferous iron ore dengan kadar Mangan
5% sampai 15% (Corathers, 2002).
Sebagai unsur transisi dengan sifat paramagnetik, mangan sangat ideal
digunakan untuk produk industri peleburan besi-baja dan pengolahan logam.
Dalam kimia indutri dengan konsentrasi yang besar digunakan dalam membuat
warna violet pada kaca. Pada mangan dioksida mengandung pigmen warna coklat
yang biasa digunakan untuk keramik.
Tabel 1.Keterangan umum unsur mangan (Sumber:General Chemistry, Hill J. W,
Petrucci R. H)
Nama (Lambang Unsur)
Nomor atom
Nomor massa
Deret pada tabel berkala, subkulit
Golongan, Periode
Fase
Titik didih (oC)
Titik lebur (oC)
Kerapatan
Ditribusi Elektron
Energi pengionan (eV)
Keelektronegatifan
Jari-jari atom
Struktur Kristal
Penampilan
Mangan (Mn)
25
54,94 g/mol
Logam transisi, Elektronnya berakhir
pada orbital subkulit d
VII B, 4
Padat
2.120
1.244
7,30 g/cm3
2,8,13,2
7,4 Ev
1,5
0
1,25 A
Sc
Mangan murni
keperakan
berwarna
abu-abu
15
H.
X-Ray Fluorescence (XRF)
Tekhnik analisis X-Ray Fluoresence (XRF) merupakan tekhnik analisis
suatu bahan dengan menggunakan peralatan spektrometer yang dipancarkan oleh
sampel dari penyinaran sinar-X. Sinar-X yang dianalisis berupa sinar-X
karakteristik yang dihasilkan dari tabung sinar-X, sedangkan sampel yang
dianalisis dapat berupa sampel padat pejal dan serbuk. Dasar analisis alat X-Ray
Fluoresence (XRF)adalah pencacahan sinar-X yang dipancarkan oleh suatu unsur
akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat
dengan inti atom (kulit K) oleh elektron yang terletak pada orbital yang lebih luar.
Kekosongan elektron ini terjadi karena eksitasi elektron. Pengisian elektron pada
orbital K akan menghasilkan spektrum sinar-X deret K, pengisian elektron pada
orbital berikutnya menghasilkan spektrum sinar-X deret L, deret M, deret N dan
seterusnya (Sumantry, 2002).
Spektrum sinar-X yang dihasilkan selama proses diatas menunjukkan
puncak (peak) karakteristik yang merupakan landasan dari uji kualitatif untuk
unsur-unsur yang ada pada sampel. Sinar-X karakteristik diberi tanda sebagai K,
L, M, N dan seterusnya untuk menunjukkan dari kulit mana unsur itu berasal.
Penunjukkan alpha (α), beta (β) dan gamma (γ) dibuat untuk memberi tanda sinarX itu berasal dari transisi elektron dari kulit yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Kα
adalah sinar-X yang dihasilkan dari transisi elektron kulit L ke kulit K (Sumantry,
2002).
16
Gambar 2. Prinsip kerja alat X-Ray Fluoresence (XRF)
Masrukan dkk. (2007) menyatakan bahwa unsur yang dapat dianalisis
adalah unsur yang mempunyai nomor atom rendah seperti unsur karbon (C)
sampai dengan unsur yang mempunyai nomor atom tinggi seperti uranium
(U).Atom C mempunyai sinar-X transisi ke kulit K sebesar 0,28 keV sedangkan
sinar-X karakteristik dari kulit L pada atom U sebesar 13,61 keV. Oleh karena
energi setiap atom terdiri dari energi pada kulit atom K, L, M dan seterusnya
maka energi yang diambil untuk analisis adalah energi sinar-X yang dihasilkan
oleh salah satu kulit atom tersebut. Pada pengoperasian alat X-Ray Fluoresence
(XRF) diperoleh bahwa rentang energi sinar-X pada pealatan adalah 5 – 50 keV.
Oleh karena itu, untuk menganalisis atom U harus diambil pada energi kulit L
(13,61 keV) karena energi kulit K sangat besar (97,13 keV) dan berada diluar
kemampuan alat. Analisis menggunakan alat X-Ray Fluoresence (XRF) akan
menghasilkan suatu spektrum yang menunjukkan kandungan unsur-unsur pada
17
tingkat energi tertentu sesuai dengan orbital yang mengalami kekosongan elektron
dan pengisian elektron dari orbital selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada
gambar dibawah (Masrukan dan Rosika, 2008).
Gambar 3. Kandungan unsur-unsur pada tingkat energi tertentu.
Data hasil pengukuran XRF berupa sumber spektrum 2 dimensi dengan
sumbu-x adalah energi (keV) sedangkan sumbu-y adalah cacahan/ intensitas
sinar-x yang dipancarkan oleh setiap unsur. Setiap unsur menghasilkan spektrum
dengan energi yang spesifik. Energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan inti
elektron dan juga energi yang dipancarkan oleh transisi merupakan kharakteristik
dari setiap unsur. Transisi dari kulit elektron L yang mengisi kulit K
menghasilkan transisi K  , sedangkan kulit elektron M yang mengisis kulit K
menghasilkan transisi K  . XRF sangat cocok untuk menentukan unsur seperti Si,
Al, Mg, Ca, Fe, K, Na, Ti, S, dan P dalam batuan siliciclastik dan juga untuk
unsur metal seperti Pb, Zn, Cd, dan Mn (Tucker dan Hardy, 1991).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilakukan padabulan Agustus 2015 sampai selesai. Sampel
dalam penelitian ini diambil dari kawasan pertambangan mangan Desa
Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton.Preparasi dan analisis
kandungan mineral sampel dilakukan di Laboratorium Teknik Geofisika dan
Teknik pertambangan FITK UHO.
B.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen Laboratorium.
C.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan
Manfaat
No. Alat dan Bahan
1.
Mortal
Untuk menghancurkan batu dalam bentuk
bongkahan
2.
Batang kayu
Sebagai pengaman dalam pengambilan
sampel
3.
Kertas label dan spidol
Untuk melabeli sampel
Saringan (ASTM) 100
mesh
Holder terbuat dari plastik
dengan diamater 2,54 cm
dan tinggi 2,2 cm
Untuk memisahkan sampel serbuk standar
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tali Nilon
Untuk tempat sampel
Sebagai pengaman dalam pengambilan
sampel
Plastik klip dan wadah
sampel
X-Ray Fluorescence (XRF)
portable Thermo Niton
Untuk tempat sampel
Tissu
Untuk membersihkan alat
Untuk menganalisismineral unsur
18
19
No. Alat dan Bahan
Manfaat
10.
1 Unit komputer
Untuk mengolah data sampel
11.
Bongkaha batuan (sampel)
Sebagai obyek yang diteliti
12.
GPS
Untuk menentukan posisi koordinat titik
pengambilan sampel
13.
Kamera digital
Untuk mendokumentasi
14.
Meteran
Sebagai alat ukur
15
Palu geologi
Untuk pengambilan sampel
D.
Prosedur Penelitian
1.
Observasi daerah penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan pertambangan mangan Desa
Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton. Koordinat geologi titik
pengambilan sampel bongkahan batuan ditentukan menggunakan GPS.Geologi
daerah penelitian berdasarkan gambar 5.
Gambar 4. Peta Geologi Kecamatan Siantopina Kabupaten Buton
(DISTAMBEN Provinsi Sultra, 2012).
20
2.
Pengambilan Sampel di Lapangan
Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini adalah bongkahan batuan dari
kawasan pertambangan mangan Desa Kumbewaha Kecamatan Siotapina
Kabupaten Buton. Sampel yang diambil dalam bentuk bongkahan
yang
dinamakan Hand-Sample. Hand-Sample tersebut akan di ambil dari beberapa titik
pengambilan sampel. Proses pengambilan Hand-Sample tersebut dilakukan
dengan menggunakan palu geologi.Adapun deskripsi posisi koordinat dan
ketinggian tanah di atas permukaan laut (elevasi) tempat pengambilan sampel
dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 5. Deskripsi lokasi tempat pengambilan sampel
21
3.
Preparasi Sampel
Adapun tahap preparasi sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Penggerusan Sample
Penggerusan ini dilakukan dengan menggunakan mortal. Tujuan dari
penggerusan ini adalah membuat sampel dalam bentuk serbuk yang sangat halus
karena dapat mempengaruhi ketelitian waktu penganalisan sampel,yang mana
semain halus akan semakin mendekati ketelitian. Pada kegiatan penggerusan
sampel diusahakan tidak ada kontaminasi dari unsur/mineral lain.sebelumnya
mortal dibersihkan dahulu dengan kertas tisu setiap akan dipakai.
b.
Pengayakan
Sampel yang telah menjadi bubuk diayak dengan menggunakan saringan
berukuran 100 mesh. Serbuk sampel hasil pengayakan kemudian dimasukkan
kedalam amplop/kemasan, selanjutnya akan diuji dengan
menggunakan alat
spektrometer X-Ray Flourescence (XRF) portable.
E.
Penentuan Kandungam Unsur Mineral Sampel
a.
Tahap pengujian dengan XRF
Pengujian unsur mineral
menggunakan instrumen X-Ray Fluoresence
(XRF) dengan spektrometertipeNiton XL3t GOLDD+ (Portable). Semua sampel
yang akan dianalisis dalam bentuk press powder. Data yang terukur berupa
intensitas (I) dan energi unsur yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka
sehingga data yang dihasilkan berupa persententase unsur mineral sampel.
22
Gambar 6. Alat XRFNiton XL3t GOLDD
b.
Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, data diperoleh hasil analisis dari pengujian menggunakan X-
Ray Flourescence (XRF) berupa hasil analisis kualitatif dan hasil analisis
kuantitatif. Hasil anlisis kualitatif yaitu mengidentifikasi jenis unsur yang
terkandung dalam sampel yang ditunjukan berupa adanya jenis unsur yang
terdeteksi oleh alat XRF sedangkan analisis kuantitatif yaitu mengidentifikasi
jumlah unsur yang terkandung dalam sampel berupa konsentrasi unsur dalam
bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji.
23
Mulai
Observasi
Pengambilan Sampel
Preparasi Sampel
Pengujian dengan
XRF
Analisis Sampel
Konsentrasi Logam
Fe, Ni, Mn dan Co
Kesimpulan
Selesai
Gambar 7. Prosedur Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil pada 3 singkapan batuan
yang mengandung Bijih Mangan dikawasan Pertambangan Mangan Desa
Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton. Pengambilan sampel
dilakukan dengan posisi vertical kebawah dengan kedalaman 15 m pada lokasi
pertama dan kedua, dan 7 m pada lokasi ketiga, dengan interval 15 cm untuk
setiap pengambilan sampel., hal ini disebabkan lokasi pengambilan sampel sangat
curam. Posisi geografis, elevasi dan kedalaman maksimum dari tempat
pengambilan sampel untuk semua profil dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3. Deskripsi Tempat Pengambilan Sampel
Lokasi
I
II
III
1.
Titik Koordinat
S: 05o23’40.5”
E: 123o05’22.9”
S: 05o23’39.5”
E: 123o05’22.1”
S: 05o23’40.1”
E: 123o05’22.5”
ID
Elevasi
(m)
Kedalaman maksimum
sampling (m)
S1
275
15
S2
290
15
S3
284
7
Hasil Pengujian X-Ray Fluorescence (XRF)
Pengujian X-Ray Fluorescencedilakukan pada 250 sampelyang diambil dari
3 titik koordinat yang berbeda berdasarkan tabel 4 yaitu Stasiun 1 sebanyak 100
sampel dari kedalaman 15 cm sampai kedalaman 15 m, stasiun 2 sebanyak 100
sampel dari kedalaman 15 cm sampai kedalaman 15 m, dan stasiun 3 sebanyak 50
sampel dari kedalaman 15 cm sampai kedalam 7,5 m. Hasil analisis berupa
konsentrasi unsur dalam bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji.Adapun
24
25
hasil pengujian X-Ray Fluorescence (XRF)tersebut disajikan dalam bentuk grafik
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 8 sampai 10.
Gambar 8. Grafik konsentrasi (%) unsur Mn ,Fe, Ni dan Co pada stasiun 1
terhadap kedalaman
Gambar 9. Konsentrasi (%) unsur Mn,Fe,Ni dan Co pada stasiun 2 terhadap
kedalaman
26
Gambar 10. Konsentrasi (%) unsur Mn,Fe,Ni danCo pada stasiun 3
terhadap kedalaman
2.
Pembahasan
Data yang diperoleh hasil analisis dari pengujian menggunakan metode X-
Ray Flourescence (XRF) dengan spektrometer tipe Niton XL3t GOLDD+
(Portable) di Laboratorium Geofisika UHO untuk ketiga Stasiun yaitu stasiun 1,
stasiun 2, dan stasiun 3 berupa hasil analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil anlisis
kualitatif yaitu mengidentifikasi jenis unsur yang terkandung dalam sampel yang
ditunjukan berupa adanya unsur yang terdeteksi oleh alat XRF sedangkan analisis
kuantitatif yaitu mengidentifikasi jumlah unsur yang terkandung dalam sampel
berupa konsentrasi unsur dalam bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji.
Hasil analisis X-ray Fluorescence (XRF) dapat dilihat berdasarkan grafik yang
yang ada pada gambar 8 sampai gambar 10 yang mengidentifikasikan jenis unsur
27
yang terdeteksi oleh sinar X berupa unsur Co , Fe , Mn , dan Ni dengan nilai
konsentrasi yang bervariasi berdasarkan variasi kedalaman dalam bentuk bilangan
perseratus (%) dari sampel yang di uji dari ketiga stasiun yang diteliti.
Berdasarkan grafik yang ada pada gambar 8 sampai gambar 10
menunjukkan bahwa konsentrasi besi,mangan, nikel, dan cobal bervariasi pada
kedalaman yang berbeda yang terdapat dalam singkapan batuan . Selain itu pada
titik pengambilan yang berbeda dengan kedalaman yang sama juga menunjukkan
konsentrasi unsur-unsur yang berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
pada kondisi iklim tropis curah hujan cukup tinggi sehingga menghasilkan volume
air besar sebagai sarana proses melarutnya mineral mangan, besi, nikel, dan cobal.
Pada daerah kedalaman yang tidak jauh dari permukaan tanah, maka volume air
yang besar tersebut yang dapat melarutkan mineral-mineral akan mengalami
proses pencucian (leaching) bijih mineral mangan, besi, nikel, dan cobal yang
terkandung dalam singkapan batuan . Akibatnya kandungan keempat logam
tersebut pada kedalaman tertentu akan berbeda dengan kandungan unsur batuan
yang terletak lebih dalam.
Kandungan logam-logam tersebut juga dipengaruhi oleh Struktur geologi.
Struktur geologi yang penting adalahrekahan (Joint) dan patahan (Fault). Adanya
rekahan dan patahan ini akan mempengaruhi dan mempermudah rembesan air
kedalam tanah dan akan mempercepat proses pelapukan terhadap batuan induk.
Selain itu, rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi sebagai tempat
pengendapan larutan-larutan yang mengandung logam Fe, Ni, Mn dan Co. Selain
itu juga dipengaruhi oleh Topografi : secara teoritis daerah yang baik untuk
28
tempat pengendapan bijih logam adalah punggung bukit yang landai dengan
kemiringan antara 10 – 300% dimana pada tempat ini pelapukan secara mekanis
dan kimia memungkinkan terbentuknya endapan bijih logam pada batuan
ultrabasa. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh kepermukaan lebih
banyak mengalir dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yang terjadi
adalah erosi intensif, unsur–unsurnya ikut tererosi (Alam, 2011). Oleh karena itu
kandungan mineral pada tiga titik pengambilan sampel dalam penelitian ini juga
memiliki kandungan logam yang berbeda.
Hasil pengujian XRF dari ketiga stasiun dari 250 sampel menunjukan
bahwa mineral mendominasi sampel adalah mineral Fe untuk stasiun 1 ,2 dan 3
secara berturut-turut adalah 0,533 % sampai 77,35 % , 0,784% sampai 44,16 %
dan 0,412 % sampai 36,25 % , mineral Mn secara berturut-turut adalah 0,350 %
sampai 91,16 %, 0,050 % sampai 6,33 % dan 0,038 % sampai 7,69 % sementara
konsentrasi kandugan mineral unsur Co dan Ni kurang dari 1 %. Dari grafik
gambar 8 sampai gambar 10 memperlihatkan bahwa dari beberapa unsur yang
dianalisis dari ketiga titik pengambilan sampel pada beberapa variasi kedalaman,
kadar unsur logam yang paling dominan adalah besi (Fe) yang rata-ratanya secara
berturut-turut 16,50314 % , 8,23381 % dan 2,77446 % . Hal ini disebabkan
karena unsur besi dominan kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam
lain termasuk dalam batuan.
Hubungan keterdapatan unsur Fe, Co , Ni, dan Mn berdasarkan hasil grafik
menunjukan bahwa unsur Mn, Co, dan Ni berasosiasi terhadap keterdapatan
endapan mineral Mangan (Mn) sementara unsur Fe berkorelasi negatif terhadap
29
keterdapatan mineral Mn pada sampel. Menurut (Sabtanto, 2000) mineral Cr, Ni,
Co, dan Fe memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kuat. Hubungan ini
pencerminan dari adanya kontrol batuan ultrabasa sedangkan kekerabatan Cu, Zn,
Mn, Co, dan Fe
tidak terlalu kuat dan kurang memberikan gambaran tipe
mineralisasi yang mungkin terjadi.
Keterdapatan mineral Mn dilokasi penelitian membentuk jalur rekahan
dengan konsentrasi Mn yang tinggi. Diduga bahwa bijih mangan dilokasi
penelitian terbentuk melalui proses sedimentasi karena adanya pelapukan dari
batuan induk maka bulir-bulir mineral Mn mungkin menjadi lebih stabil atau
justru terlarut oleh gaya pengangkut kemudian diendapkan di tempat lain sebagai
endapan sedimenter.
Unsur yang mendominasi sampel pada stasiun 1 dari kedalaman 15 cm
sampai 1500 cm adalah unsur besi (Fe) dengan konsentrasi kandungannya mulai
dari 46,11 % sampai 2,90 % dengan nilai terbesar dan terkecil sebesar 77,35 %
dan 0,533 % dengan kosentrasi rata - rata sebesar 16,50314 % , unsur managan
(Mn) mulai dari 2,69 % sampai 2,65 % dengan nilai terbesar dan terkecil sebesar
91,16 % dan 0,350 %
dengan konsentrasi rata – rata sebesar 13,00906 %
sementara konsetrasi kandungan unsur logam cobal (Co) dan nikel (Ni) kurang
dari 1 %. Pada kondisi ini menunjukan semakin bertambahnya kedalaman
kandungan unsur mangan (Mn) semakin besar karena kandungan unsur yang
dekat dengan permukaan telah mengalami proses pencucian (leaching) sehingga
kandungan unsur tersebut meresap ke bagian bawah memungkinkan kandungan
mineral logam yang jauh di bawah permukaan jauh lebih besar dibandingkan
30
dengan kandungan mineral logam yang dekat dengan permukaan. Akibatnya
kandungan keempat logam tersebut pada variasi kedalaman tertentu akan
memiliki nilai kandungan unsur yang bervariasi. Berdasarkan grafik pada gambar
8 memperlihatkan bahwa kandungan unsur Mn, Ni dan Co berasosiasi positif ,
kondisi ini menunjukan endapan mineral mangan pada stasiun 1 merupakan jenis
batuan pasir tufaan dan mineral mangan oksida.
Unsur yang mendominasi sampel pada stasiun 2 dari kedalaman 15 cm
sampai kedalaman 1500 cm adalah unsur besi (Fe) dengan konsentrasi
kandungannyaa mulai dari 1,06 % sampai 17,07 % dengan kandunag unsur
terendah dan tertinggi sebesar 0,784 % dan 44,16 % , dengan konsentrasi rata –
rata sebesar 8,23381%, unsur mangan (Mn) dengan konsentrasi kandungannya
mulai dari 0,111 % sampai 0,852 % dengan konsentrasi kandungan terrendah dan
tertinggi sebesar 0,050 % dan 6,33 % , dengan konsentrasi rata- rata sebesar
1,09326 % , sementara kandungan unsur logam cobal (Co) dan nikel (Ni) kurang
dari 1 %. Besarnya kandungan unsur besi (Fe) berasosiasi negative dengan
kandungan unsur logam cobal (Co) dan berasosiasi dengan positif dengan
kandungan unsur mangan (Mn) dan nikel (Ni), kondisi ini menginformasikan
bahwa pada stasiun 2 ada mineral ikutan hematit dimana ditandai dengan kecilnya
konsentrasi Mn dan besarnya konsentrasi unsur besi (Fe).
Demikian juga sampel pada stasiun 3 dari kedalaman 15 cm sampai
kedalaman 750 cm unsur yang mendominasi sampel tersebut yaitu unsur Fe
dengan kandungannya mulai dari 1,21 % sampai 26,77 % dengan kandungan
terbesar dan terkecil sebesar 36,25 % dan 0,412 % dengan konsentrasi rata – rata
31
sebesar 2,77446 % unsur mangan Mn dengan konsentrasi kandungannya mulai
dari 0,158 % sampai 1,43 % dengan nilai terbesar dan terkecil sebesar 7,69 % dan
0,038 % dengan konsentrasi rata – rata sebesar 0,38088 %, sementara untuk
kandungan unsur logam Co dan Ni kurang dari 1 %. Rendahnya konsentrasi unsur
Ni dan Co yang konsentrasinya dibawah 1% dikarenakan adanya gaya pengangkut
sehingga menyebabkan mineral tersebut ikut terlindi atau justru terbawa erosi dari
permukaan. Hal ini sesuai dengan kondisi topografi daerah telitian yang sangat
terjal.
Tingginya kuantitas mangan dilokasi penelitian selain memberikan manfaat
yang positif juga memberikan dampak yang negatif. Hal serupa yang dilaporkan
(Ansori, 2010) bahwa mangan merupakan kelompok logam berat dan memiliki
berat jenis 7,4 g/cm3 serta tidak dapat terdegradasi atau hancur sehingga logam
mangan tetap persisten ada dilingkungan. Kondisi ini memberikan informasi
apabila unsur mangan terlarut dalam permukaan tanah kemudian tererosi masuk
ke dalam air maka akan menyebabkan air terkontaminasi dengan logam berat
sehingga akan mencemari lingkungan air.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Konsentrasi rata-rata unsur logamMangan (Mn), Besi (Fe), Nikel (Ni) dan
Cobal (Co) pada kedalaman 15 cm sampai 1500 cm pada stasiun 1 berturutturut adalah 13,00906 %, 16,50314 %, 0,1928 % dan 0,06461 %, pada
stasiun 2 pada kedalaman 15 cm sampai 1500 cm secara berturut-turut
adalah 1,0933%, 8,2338%, 0,0387%dan 0,00805%, pada stasiun 3 pada
kedalaman 15 cm sampai 750 cm secara berturut-turut adalah 0,38088% ,
2,77446%, 0,02804% dan 0,0147% .
2.
Konsentrasi rata-rata kandungan unsur logam yang dominan dari 3 stasiun
yang diteliti adalah mineral logam besi (Fe) . Hal ini disebabkan karena
unsur besi dominan kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam
lain termasuk dalam batuan .
B.
Saran
Adapun saran peneliti yaitu sebaiknya dalam mendukung hasil analisa
kandungan mineral logam dikawasan tempat penelitian maka perlu dilakukan
penelitian dengan metode lain sebagai pembanding seperti Difraksi Sinar-X atau
metode SEM-EDX.
32
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A.F, 2011, Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit dari Kegiatan
Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan pada PT. Gane Permai
Sentosa (GPS) Kecamatan Obi Utara Kabupaten Halmahera Selatan
Propinsi Maluku Utara, Skripsi S-1, http://wikipedia.Com, 12 Oktober
2013.
Ansori, C, 2010, Potensi dan Genesis Mangan Di Kawasan Kars Gombong
Selatan Berdasarkan Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data
Induksi Polarisasi dan Kimia Mineral,Buletin Sumber Daya Geologi,
Volume 5.
Corathers, 2002, U.S. Manganese,Geological Survey Minerals Yearbook. USGS.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara, 2012, Peta Bahan
Galian Tambang Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara.
DISTAMBEN, 1998, Peranan Departemen pertambangan dan Energi Dalam
Pengembangan Peletakan Kerangka Landasan Pengembangan Industri
Nasional,
Departemen
Pertambangan
Dan
Energi,
Jakarta.http://ebookbrowse.com/7a-peranan-departemen-pertambangandan-energi-dalam-pengembangan-peletakan-kerangka-landasan-pdfd331413582, 27 maret 2013.
Distamben, 2012,Potensi Pertambangan yang Berada di Kabupaten Buton. Dinas
Pertambangan Kabupaten Buton, Buton.
La Sawaludin, 2015,AnalisisMineralPenyerta Dan Sifat Magnetik Bijih Mangan
di kawasan Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha Kecamatan
Siotapina Kabupaten Buton, Skripsi S-1, http://wikipedia.Com, 15
Desember 2015.
Masrukan, Anggraini, Dian., dan Rosika., 2007, Studi Komparasi Hasil Analisis
Komposisi Paduan AlMgSi1 dengan Menggunakan Teknik X - Ray
Fluorocency (XRF) dan Emission Spectroscopy,Urania, 13(3), 109110,
http://www.batan.go.id/Study_Komparasi_XRF_dan_EmisiMRK.pdf,15 Desember 2015.
Masrukan dan Rosika., 2008, Perbandingan Hasil Analisis Bahan Bakar U-Zr
dengan Menggunakan Teknik XRF dan SSA, Urania, 14(1),
19,http://www.batan.go.id/03_Kajian_Masrukan.pdf,17 Desemer 2015.
Montgomery, W., and Carla, 1986, Enviromental Geology Second Edition,
Northern Illinois, University San Fransisco, California USA.
Munir, M., 1995,Geologi dan Mineralogi Tanah, Pustaka Jaya, Jakarta.
Murthy, B.V.S. 2009,Geophysical Exploration for Manganese-some First Hand
Examples from Keonjhar District Orissa. Journal India Geophysics
Union. Vol.13, 149-161.
Nandi, 2010, Handouts Geologi Lingkungan (GG405) Batuan, Mineral dan
Batubara, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas, Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19790101
2005011,NANDI/geologi%20lingkungan/BATUAN.pdf__suplemen_Ge
ologi_Lingkungan.pdf, 12 februari 2013.
Ralph H. Petrucci, 1999,Seminar Kimia Dasar, Jakarta.
Rohmana, Trisa Muliyana dan Nining Widaningsih, 2009, Penelitian Mineral Lain
dan Mineral Ikutan Pada Wilayah Pertambangan di Kabupaten
ButonProvinsi Sulawesi Tenggara, Kelompok Penyelidikan
Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi.
Sikumbang N, Sanyoto P, Supandjono, R.J.B dan Gafoer S, 1995., Peta Geologi
Lembar Buton, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Simandjuntak, T.O., Surono, dan Sukido, 1994,Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi Skala 1:250.000. Pusat Pengembangan dan Peneliti Geologi.
Bandung.
Subatanto, J.S., 2006,Geokimia Regional Sulawesi Bagian Utara Percontoh
Endapan Sungai Aktif-80 Mesh. Jurnal geologi Indonesia Vol. 1 No.2
Sumantry, Teddy.2002, Aplikasi XRF Untuk Identifikasi Lempung Pada Kegiatan
Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif, Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pengelolaan Limbah VII, Pusat Teknologi Limbah RadioaktifBATAN,http://jurnalp2plr.go.id/Teddy-AplikasiXRF.pdf, 17 Desember
2015.
Tucker, M., dan Hardy, R., 1991,Techniques In Sedimentology, Edited By
Maurice Tucker, Blackwell Scientific Pub., London.
Van Dam, R. L., 2008, Mineralogy and magnetic properties of bassaltic subtrate
soils : Kaho’olawe and Bog Island, Hawai, Soil Science Society of
America Journal, 72, 244-257.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
33
Lampiaran 1 . Peta lokasi pengambilan sampel di Lapangan
Gambar 5. Peta Geologi Kecamatan Siotapina
34
Lampiran 2. Dokumentasi penelitian
Gambar 11.Dokumentasi Proses Pengambilan Sampel pada stasiun 1
Gambar 12.Dokumentasi Proses Pengambilan Sampel pada stasiun 2
35
Gambar 13.Dokumentasi Proses Pengambilan Sampel pada stasiun 2
36
Tabel 4. Data pengukuran pada stasiun 1
Kode sampel Kedalaman Mn (%)
(cm)
S1.1
15
2.69
S1.2
30
1.36
S1.3
45
1.47
S1.4
60
0.350
S1.5
75
0.978
S1.6
90
1.28
S1.7
105
0.7
S1.8
120
0.146
S1.9
135
0.56
S1.10
150
0.39
S1.11
165
1.24
S1.12
180
2.26
S1.13
195
0.961
S1.14
210
1.62
S1.15
225
2.47
S1.16
240
0.355
S1.17
255
0.998
S1.18
270
0.782
S1.19
285
2.87
S1.20
300
2.79
S1.21
315
4.0
S1.22
330
3.95
S1.23
345
1.63
S1.24
360
5.99
S1.25
375
1.55
S1.26
390
0.661
S1.27
405
1.52
S1.28
420
5.81
S1.29
435
7.96
S1.30
450
8.51
S1.31
465
1.51
S1.32
480
1.88
S1.33
495
11.25
S1.34
510
10.09
S1.35
525
10.67
S1.36
540
10.79
S1.37
555
21.86
S1.38
570
19.23
S1.39
585
18.3
S1.40
600
9.88
S1.41
615
6.74
S1.42
630
20.17
Fe (%)
Ni (%)
Co (%)
46.11
56.49
38.61
18.35
12.87
45.4
56.04
18.48
16.58
37.02
43.51
68.44
43.87
62.8
77.35
22.52
40.83
51.23
70.6
67.81
33.52
57.64
21.79
16.58
55.96
37.05
35.8
16.23
9.35
8.86
15.77
16.58
9.55
61.6
10.17
49.78
16.23
8.66
8.7
6.68
9.35
13.87
0.197
0.153
0.078
0.042
0.04
0.158
0.067
0.047
0.059
0.071
0.098
0.11
0.067
0.094
0.105
0.052
0.095
0.088
0.128
0.118
0.088
0.1
0.06
0.102
0.055
0.048
0.057
0.088
0.106
0.096
0.042
0.051
0.387
0.259
0.387
0.253
0.233
0.35
0.216
0.216
0.476
0.341
0
0.094
0.01
0
0.004
0.12
0.018
0
0.015
0.068
0.006
0
0.014
0
0
0
0.045
0.055
0
0
0
0
0
0
0
0.02
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.319
0
0.179
0.11
0
37
S1.43
S1.44
S1.45
S1.46
S1.47
S1.48
S1.49
S1.50
S1.51
S1.52
S1.53
S1.54
S1.55
S1.56
S1.57
S1.58
S1.59
S1.60
S1.61
S1.62
S1.63
S1.64
S1.65
S1.66
S1.67
S1.68
S1.69
S1.70
S1.71
S1.72
S1.73
S1.74
S1.75
S1.76
S1.77
S1.78
S1.79
S1.80
S1.81
S1.82
S1.83
S1.84
S1.85
S1.86
645
660
675
690
705
720
735
750
765
780
795
810
825
840
855
870
885
900
915
930
945
960
975
990
1005
1020
1035
1050
1065
1080
1095
1110
1125
1140
1155
1170
1185
1200
1215
1230
1245
1260
1275
1290
29.46
19.32
37.1
26.58
24.72
9.34
52.87
25.74
44.06
7.01
38.43
21.16
20.44
21.56
24.35
17.79
2.14
1.13
1.28
1.93
6.28
5.21
2.31
0.855
1.71
1.21
1.56
1.82
1.97
2.94
1.34
0.9
2.09
1.71
3.83
4.38
3.78
8.48
91.16
70.29
50.34
26.06
14.04
20.95
7.51
6.94
6.7
7.54
5.08
5.18
2.6
5.18
6.94
5.78
3.85
8.23
6.73
3.31
4.41
6.03
2.28
1.25
1.08
1.38
2.83
3.24
1.06
1.63
0.568
0.933
1.31
1.83
1.31
1.28
0.85
0.533
2.18
1.12
1.57
2.83
1.22
2.66
3.29
4.74
3.75
10.6
8.69
7.8
0.542
0.422
0.495
0.322
0.398
0.267
0.168
0.389
0.379
0.385
0.253
0.399
0.362
0.22
0.264
0.207
0.082
0.068
0.06
0.071
0.13
0.138
0.066
0.067
0.045
0.04
0.057
0.05
0.065
0.072
0.084
0.067
0.059
0.085
0.104
0.15
0.161
0.221
0.318
0.26
0.201
0.354
0.389
0.322
0.298
0.23
0.314
0
0.209
0.134
0
0.219
0.338
0.053
0.189
0
0.204
0.139
0.191
0
0.015
0.002
0.006
0.001
0.044
0.049
0.004
0.002
0.002
0
0.001
0.011
0.002
0.02
0.015
0.002
0.004
0.007
0.003
0.021
0.026
0.061
0.212
0
0
0
0.227
0
38
S1.87
S1.88
S1.89
S1.90
S1.91
S1.92
S1.93
S1.94
S1.95
S1.96
S1.97
S1.98
S1.99
S1.100
1305
1320
1335
1350
1365
1380
1395
1410
1425
1440
1455
1470
1485
1500
9.06
50.52
22.07
13.86
55.98
8.37
22.24
43.27
10.23
24.81
21.48
45.50
9.02
2.65
5.01
6.59
6.16
5.97
3.34
4.86
7.24
4.26
3.31
5.28
4.64
6.09
4.21
2.9
0.293
0.304
0.356
0.386
0.259
0.301
0.356
0.368
0.271
0.285
0.293
0.327
0.182
0.163
0.093
0
0.223
0.125
0.167
0.088
0.268
0.203
0.065
0.253
0.186
0.319
0.125
0.014
39
Tabel 5.Data pengukuran pada stasiun 2
Kode sampel Kedalaman Mn (%)
(cm)
S2.1
15
0.111
S2.2
30
0.054
S2.3
45
1.74
S2.4
60
1.02
S2.5
75
1.54
S2.6
90
1.76
S2.7
105
0.156
S2.8
120
0.097
S2.9
135
0.256
S2.10
150
0.133
S2.11
165
0.184
S2.12
180
0.849
S2.13
195
0.339
S2.14
210
0.266
S2.15
225
0.104
S2.16
240
0.337
S2.17
255
0.343
S2.18
270
0.129
S2.19
285
0.14
S2.20
300
0.165
S2.21
315
0.06
S2.22
330
0.207
S2.23
345
0.574
S2.24
360
0.1
S2.25
375
0.243
S2.26
390
0.24
S2.27
405
0.475
S2.28
420
0.052
S2.29
435
0.052
S2.30
450
0.155
S2.31
465
0.252
S2.32
480
0.062
S2.33
495
0.433
S2.34
510
0.326
S2.35
525
0.408
S2.36
540
0.291
S2.37
555
0.37
S2.38
570
0.954
S2.39
585
1.11
S2.40
600
0.099
S2.41
615
0.265
S2.42
630
0.087
Fe (%)
Ni (%)
Co (%)
1.06
1.76
1.66
4.28
5.51
1.58
2.16
5.73
2.23
1.08
2.39
9.11
3.38
3.29
1.59
2.1
1.29
1.41
1.24
1.43
1.33
1.12
1.41
1.27
1.16
1.17
1.51
0.926
1.25
0.987
1.21
0.784
1.07
0.985
1.55
1.01
0.951
0.841
1.83
0.996
1.01
0.766
0.007
0.007
0.025
0.017
0.023
0.027
0.015
0.019
0.014
0.015
0.016
0.025
0.016
0.019
0.01
0.017
0.018
0.011
0.023
0.012
0.011
0.01
0.018
0.012
0.013
0.012
0.016
0.011
0.013
0.014
0.014
0.009
0.013
0.014
0.031
0.015
0.019
0.018
0.023
0.012
0.018
0.014
0.001
0.015
0.017
0
0
0.014
0.008
0
0.004
0.013
0.009
0.002
0.004
0.017
0.008
0.009
0.002
0.008
0.009
0.001
0.006
0.007
0.003
0.012
0.007
0.003
0.002
0.008
0.008
0.009
0.005
0.003
0.003
0.002
0.01
0.007
0.005
0.001
0.01
0.006
0.012
0.009
40
S2.43
S2.44
S2.45
S2.46
S2.47
S2.48
S2.49
S2.50
S2.51
S2.52
S2.53
S2.54
S2.55
S2.56
S2.57
S2.58
S2.59
S2.60
S2.61
S2.62
S2.63
S2.64
S2.65
S2.66
S2.67
S2.68
S2.69
S2.70
S2.71
S2.72
S2.73
S2.74
S2.75
S2.76
S2.77
S2.78
S2.79
S2.80
S2.81
S2.82
S2.83
S2.84
S2.85
S2.86
645
660
675
690
705
720
735
750
765
780
795
810
825
840
855
870
885
900
915
930
945
960
975
990
1005
1020
1035
1050
1065
1080
1095
1110
1125
1140
1155
1170
1185
1200
1215
1230
1245
1260
1275
1290
0.181
0.05
0.093
0.077
0.09
0.692
0.622
0.699
0.454
0.963
1.28
1.07
0.842
0.538
1.84
1.6
2.25
1.35
0.395
0.629
0.919
1.21
1.21
0.508
0.833
0.667
0.525
0.748
0.763
1.01
0.494
0.629
0.522
0.87
0.527
0.947
1.43
1.15
0.145
0.796
0.33
1.26
2.24
3.58
0.963
1.02
1.59
1.18
1.32
1.15
1.05
1.03
1.32
1.26
1.29
1.6
3.16
17.11
41.78
16.19
14.38
7.67
1.49
2.35
1.43
2.22
2.03
1.51
1.75
4.7
1.4
1.41
1.52
1.69
0.942
2.4
1.15
1.75
19.15
2.78
15.29
15.93
23.13
18.26
1.19
35.08
19.15
36.5
0.014
0.012
0.008
0.021
0.02
0.022
0.029
0.024
0.025
0.054
0.056
0.06
0.043
0.041
0.061
0.057
0.066
0.067
0.01
0.017
0.015
0.015
0.028
0.013
0.018
0.022
0.016
0.014
0.014
0.022
0.013
0.02
0.015
0.017
0.027
0.02
0.067
0.058
0.044
0.061
0.012
0.071
0.069
0.108
0.003
0.007
0.004
0.009
0.009
0.006
0.005
0.006
0.009
0.04
0
0.044
0
0.007
0
0
0
0.033
0.001
0.01
0.012
0.014
0.014
0.004
0.005
0.007
0.001
0.008
0.002
0.01
0.002
0.005
0.001
0.015
0.024
0.004
0.051
0.03
0
0.005
0.004
0.05
0
0
41
S2.87
S2.88
S2.89
S2.90
S2.91
S2.92
S2.93
S2.94
S2.95
S2.96
S2.97
S2.98
S2.99
S2.100
1305
1320
1335
1350
1365
1380
1395
1410
1425
1440
1455
1470
1485
1500
0.307
0.871
5.69
3.81
5.38
6.33
5.23
5.03
4.4
3.03
6.46
3.39
3.25
0.582
44.16
12.74
33.75
30.31
32.1
37.28
14.01
25.91
23.25
10.8
62.11
34.54
34.49
17.07
0.03
0.052
0.132
0.117
0.144
0.171
0.134
0.123
0.111
0.085
0.216
0.161
0.176
0.061
0
0.028
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.037
42
Tabel 6.Data pengukuran pada stasiun 3
Kode sampel Kedalaman Mn (%)
(cm)
S3.1
15
0.158
S3.2
30
0.073
S3.3
45
0.103
S3.4
60
0.275
S3.5
75
0.099
S3.6
90
0.042
S3.7
105
0.171
S3.8
120
0.056
S3.9
135
0.038
S3.10
150
0.064
S3.11
165
0.048
S3.12
180
7.69
S3.13
195
0.209
S3.14
210
0.042
S3.15
225
0.051
S3.16
240
0.15
S3.17
255
0.291
S3.18
270
0.159
S3.19
285
0.321
S3.20
300
0.226
S3.21
315
0.377
S3.22
330
0.7
S3.23
345
0.194
S3.24
360
0.212
S3.25
375
0.286
S3.26
390
0.427
S3.27
405
0.566
S3.28
420
0.304
S3.29
435
0.131
S3.30
450
0.133
S3.31
465
0.123
S3.32
480
0.113
S3.33
495
0.081
S3.34
510
0.276
S3.35
525
0.332
S3.36
540
0.338
S3.37
555
0.311
S3.38
570
0.325
S3.39
585
0.188
S3.40
600
0.107
S3.41
615
0.081
S3.42
630
0.056
Fe (%)
Ni (%)
Co (%)
1.21
0.864
1.36
1.32
0.969
1.12
1.16
1.16
0.924
1
1.23
6.58
1.15
0.828
1.06
0.933
1.19
1.23
0.956
0.732
1.16
1.37
0.759
0.937
0.547
1.93
1.45
1
0.837
0.937
0.708
0.412
0.417
1.2
1.2
1.13
0.691
1.08
1.19
0.723
0.428
0.573
0.011
0.008
0.006
0.011
0.01
0.01
0.013
0.012
0.008
0.01
0.011
0.084
0.14
0.009
0.019
0.016
0.22
0.018
0.022
0.017
0.025
0.039
0.019
0.017
0.023
0.045
0.04
0.027
0.022
0.023
0.022
0.02
0.017
0.029
0.013
0.031
0.026
0.023
0.023
0.019
0.017
0.016
0.007
0.003
0.013
0.008
0.009
0.009
0.009
0.008
0.003
0.009
0.005
0.19
0.006
0.01
0.009
0.008
0.003
0.006
0.005
0.005
0.005
0.009
0.007
0.008
0.006
0.008
0.017
0.007
0.009
0.006
0.006
0.004
0.004
0.009
0.002
0.005
0.007
0.006
0.003
0.004
0.005
0.004
43
S3.43
S3.44
S3.45
S3.46
S3.47
S3.48
S3.49
S3.50
645
660
675
690
705
720
735
750
0.096
0.221
0.235
0.415
0.3
0.231
0.189
1.43
0.49
1.14
0.687
0.871
36.25
12.89
11.97
26.77
0.014
0.022
0.018
0.026
0.036
0.026
0.024
0.045
0.002
0.01
0.005
0.005
0.14
0.051
0.05
0.006
Download