BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

advertisement
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
BAB 2
TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus
penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV untuk
pertama kalinya diduga sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis
dan Robert Gallo dari Amerika pada tahun 1983-1984. Pada mulanya, virus tersebut
diberi
nama
Human
T-Lymphotropic
Virus
tipe
III
(HTLV-III)
atau
Lymphadenopathy-Associated Virus (LAV). Nama HIV sendiri baru digunakan pada
tahun 1986. [8]
Populasi penduduk dunia yang terkena HIV atau AIDS pada tahun 2004
sudah mencapai sekitar 39,4 juta. Sampai saat ini, lebih dari 20 juta jiwa telah
meninggal karena AIDS. Dan sekarang diperkirakan penderita AIDS berjumlah lebih
dari 42 juta jiwa. Jumlah ini terus bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per
hari. Jumlah pasien di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara sendiri diperkirakan
berjumlah sekitar 5,6 juta pasien.[1]
Ada ada jenis tipe HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV–1 mendominasi seluruh
dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986
dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan
HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama,
5
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa.
Pada orang yang terin eksi dengan HIV–2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan
tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang
yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari
lebih awal dalam proses penularannya. Pembahasan model matematika tentang
dinamika virus HIV pada tugas akhir ini diasumsikan untuk HIV-1.[9]
HIV sendiri bisa menular dengan memasuki pembuluh darah manusia melalui
luka yang terbuka, kulit yang terluka ataupun suntikan langsung. Sedangkan cairan
yang biasanya menjadi sarana penularan HIV diantaranya adalah darah, semen, cairan
vagina dan air susu ibu. Dibawah ini adalah gambaran komposisi rata-rata HIV
didalam 1 ml cairan tubuh:
HIV dalam Cairan Tubuh
20000
15000
10000
Darah
18000
5000
0
1
Semen
11000 Cairan Vagina
7000 Cairan Amnion
saliva
4000
1
2
3
4
5
Gambar 2.1 Komposisi HIV dalam cairan tubuh.[1]
2.2 Patogenesis HIV dalam Tubuh
Untuk bisa memodelkan dinamika virus HIV dalam tubuh, maka kita harus
mengetahui dulu bagaimana struktur virus HIV dan siklus hidup HIV tersebut dalam
tubuh penderita. Perhatikanlah gambar dibawah ini yang merupakan gambaran
struktur virus HIV dan siklus hidup siklus hidup HIV ketika meyerang sel inang
6
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
untuk bereplikasi. Sel inang yang menjadi sasaran dari HIV adalah sel T-penolong
yang memiliki reseptor yang berupa sel CD 4.
Gambar 2.2 Struktur virus HIV.[7]
Gambar 2.3 Siklus hidup HIV.[7]
Berdasarkan pada Gambar 2.3, proses replikasi virus dalam sel inang adalah
sebagai berikut: mula-mula HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Tpenolong. Sel T-penolong ini adalah sel imun yang berperan penting dalam sistem
kekebalan tubuh. Lalu HIV melekatkan dirinya pada protein CD4 yang merupakan
sel reseptor dari sel T-penolong lalu masuk kedalam sel inang dengan melepaskan
sejumlah protein kapsid. Ketika berada di dalam sel inang, materi viral ( jumlah virus
7
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut dengan RNA (ribonucleic acid) berubah
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse-transcriptase. Viral DNA tersebut kemudian masuk kedalam genom
(kumpulan gen) sel inang untuk ditranskripsi menjadi mRNA. mRNA kemudian
ditranslasi menjadi protein HIV. Protein inilah yang nantinya berfungsi sebagai
genom HIV untuk generasi selanjutnya. Terbentuknya genom HIV diikuti oleh
terbentuknya kapsid dan setelah itu muncullah pertunasan virus-virus baru yang akan
dikeluarkan oleh sel inang. Selain reverse transcriptase, terdapat juga enzim protease
yang mengatur viral kimia untuk membentuk virus-virus baru. Virus–virus baru
tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan akan
menulari lebih banyak sel lainnya. [3,7]
Proses yang telah disebutkan diatas sedikit demi sedikit akan merusak sistem
kekebalan tubuh dan akibatnya tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakit–penyakit yang lain. Jumlah normal sel CD4 pada seseorang yang sehat
adalah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang mengidap HIV, sel CD4–nya
akan terus berkurang mencapai angka dibawah 200 sel/ml kubik darah. Pada kondisi
tersebut, penderita HIV akan mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat, infeksi–
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang
pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal. Tanpa pengobatan, virus load yang
merupakan jumlah relatif dari virus yang bebas bergerak didalam plasma darah, akan
meningkat mencapai titik dimana tubuh tidak akan mampu melawannya. [9]
Ada beberapa tahapan ketika seseorang terkena infeksi HIV, diantaranya
yaitu:
ƒ
Infeksi utama atau primer (Primary HIV infection) merupakan tahap
ketika kebanyakan pengidap HIV tidak menyadari dengan segera
8
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
bahwa mereka telah terinfeksi. Tahap ini ditandai dengan gejala
ringan, seperti flu, demam, batuk dan gejaa ringan lainnya.
ƒ
Masa tanpa gejala (Asymptomatic HIV infection) merupakan tahap
dimana pengidap HIV tidak merasakan adanya gejala, akan tetapi
virus HIV tetap aktif menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan
tubuh.
ƒ
Masa dengan gejala (Symptomatic HIV infection) merupakan tahap
dimana seorang pengidap HIV mulai merasakan gejala menurunnya
kesehatan. Tahap ini ditandai dengan mnculnya penyakit yang cukup
berat, seperti paru-paru, kulit, saraf dan infeksi opportunistik lainnya.
ƒ
Infeksi lanjut merupakan tahap akhir yang ditandai dengan rusaknya
sistem kekebalan tubuh sehingga infeksi berat seperti tumor akan
menyerng penderita HIV. [1,9]
2.3 Pengenalan Obat HIV
Obat-obatan antivirus yang telah ditemukan pada saat ini menghambat
pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif.
Enzim yang membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse
transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut
protease. Artinya sampai saat ini belum ada obat HIV yang bisa membunuh virus
tersebut dengan sempurna. Obat-obatan yang berkembang saat ini hanyalah
menghambat pertumbuhan virus.
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan
pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase
membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA
dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena
itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi,
penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas
9
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini
hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun
tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total. Obat-obatan
lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat
enzim protease.[2,7]
Banyak kendala mengapa sampai sekarang ini belum ditemukan obat HIV.
Salah satunya adalah HIV merupakan virus yang memiliki tingkat mutasi yang tinggi.
Terjadinya mutasi ini menyebabkan virus mudah berubah bentuk dan sifat sehingga
resisten terhadap obat. Jika obat yang dipakai adalah inhibitor reverse transcriptase
seperti AZT (zinovudine, misalnya), terjadinya mutasi yang signifikan pada gen
reverse transcriptase akan membuat AZT tidak akan berfungsi lagi. Biasanya hal ini
bisa diatasi dengan menggunakan obat kombinasi. Tapi tindakan ini juga tidak
banyak berpengaruh terhadap virus HIV karena tingkat mutasinya yang sangat tinggi.
[7,9]
10
Download