Laporan Studi Pustaka (KPM403)

advertisement
i
Laporan Studi Pustaka (KPM403)
Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan
Oleh
Agus
I34120015
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2015
ii
ABSTRAK
AGUS. Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke
Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan. Di bawah bimbingan
AMIRRUDIN SALEH.
Pembentukan kelompok tidak hanya ditentukan secara resmi terutama dalam
dunia kerja. Kelompok sosial dibentuk secara sukarela dibentuk berdasarkan azas
faktor-faktor tertentu. Pengaruh kelompok sosial ini dikaitkan dengan kesejahteraan
rumah tangga karena lingkungannya di dunia kerja terutama fokus penulisan ini
adalah kelompok sosial yang ada di perempuan pemandu lagu karoke . Tujuan
penulisan ini adalah untuk menganalisis karakteristik,sikap dan pengaruh dari
kelompok sosial yang dibentuk oleh perempuan pemandu lagu karoke. Metode yang
digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis bahan pustaka, berupa skripsi,
jurnal ilmiah, buku teks, artikel, monograph, serta laporan hasil penelitian lainnya
yang berkaitan dengan Kelompok dan Kesejahteraan Rumah Tangga. Hasil
identifikasi menyatakan bahwa adanya pengaruh yang disebabkan oleh lingkungan,
norma, jaringan atau relasi, dan kepercayaan.
Kata kunci: Pengaruh Kelompok Sosial, Perempuan, Kesejahteraan Rumah Tangga
ABSTRACT
AGUS. Influence of Women's Social Group guides Songs Karoke Against Level
Household Welfare in Rural. Under the guidance AMIRRUDIN SALEH.
Only a determined group formation not be especially labor relations of worked world .
Social groups formed voluntarily formed based on the principle of Certain factors. The
influence of social groups linked husband Welfare household cause environment at
work primarily focus worked world Writing husband is a social group The focus
Women wizard karaoke song. Purpose husband is to review analyzing the
characteristics, attitude and the influence of social groups formed Posted Woman
guides karaoke song. The method used hearts husband Writing materials library is the
method of analysis, the thesis form, scientific journals, text books, articles,
monographs, as well as other research report relates with group and Household
Welfare. Results of identification stating that the influence caused Yang Posted
Environment, norms,network or relationships, and Trust.
Keywords: Effects of Social Groups, Women, Household Welfare
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
“Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke terhadap
Tingkat Kesejahteraan di Pedesaan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang
belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbikan
atau tidak diterbikan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya dapat
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Agus
I34120015
iv
PENGARUH KELOMPOK SOSIAL PEREMPUAN PEMANDU LAGU
KAROKE TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI
PEDESAAN
Oleh
Agus
I34120015
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka
berjudul “Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap
Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka
ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Bapak Dr. Ir. Amirrudin Saleh MS sebagai pembimbing yang telah memberikan
saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi
Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua
tercinta serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada
penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman
bimbingan dan teman-teman SKPM 49 serta teman-teman HIMASIERA khususnya
Divisi Research and Development d, yang telah memberi semangat dan menemani
penulis dalam proses penulisan laporan ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, -- --------Agus
I34120015
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Agus
Nomor Pokok
: I34120015
Judul
: Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu
Lagu Karoke
Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
NIP. 19611113 198811 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
NIP: 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan: ____________________
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
PERNYATAAN........................................................................................................... iii
2015PRAKATA ....................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... vi
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................... 3
1.
Judul
: Hubungan Antara Sikap dan Perilaku .................................... 3
Manusia.................................................................................................................. 3
2.
Judul
: Pengaruh SPP (Simpan Pinjam ............................................ 4
Kelompok Perempuan) PNPM-MP ....................................................................... 4
Terhadap Pendapatan Masyarakat ......................................................................... 4
3.
Judul
: Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem ............................... 6
Usaha Tani Padi dan Metode ................................................................................. 6
Pemberdayaannya .................................................................................................. 6
4. Judul
: Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok ............................ 7
Tani Hutan Rakyat di Kabupaten Situbondo ......................................................... 7
5. Judul
: Konsep Diri Perempuan Marginal ....................................... 9
6.
Judul
: Mengkaji Kemiskinan dan ............................................. 10
Kesejahteraan Rumah Tangga ............................................................................. 10
Tahun
: 2007....................................................................................... 10
7. Judul
: Strategi Nafkah Petani di Lereng ...................................... 12
Gunung Sumbing ................................................................................................. 12
8. Judul
: Sikap Remaja Perempuan Terhadap.................................. 14
Pencegahan Kanker Serviks Melalui ................................................................... 14
Vaksinasi HPV di kota Semarang ........................................................................ 14
9. Judul
: Peran Modal Sosial dalam Menunjang.............................. 15
Dinamika Kelompok Peternak Sapi ..................................................................... 15
Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 ...................................................................... 15
TPK Pulosari Pangalengan) ................................................................................. 15
10. Judul
: Studi Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung
Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau .................................. 19
ANALISIS SINTESIS ................................................................................................ 31
Kerangka pemikiran .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah utama pembangunan lapangan kerja di Kota Bogor adalah tingginya
angka pembangunan gedung hiburan malam yang berkembang tujuh tahun terakhir
seperti : Club, Lounge , Karoke , Bar , dan sebagainya . Dalam perencanaan
pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda
terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai
perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat dilihat
sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang
dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di antara berbagai pilihan tersebut,
pilihan yang terpenting adalah untuk peningkatan ekonomi.
Menurut Perda Bab 6 Pasal 12 tentang pariwisata menyebutkan bahwa “
...perluasan lapangan pekerjaan bidang pariwisata, setiap usaha-usaha hiburan wajib
disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pengunjung serta meningkatkan perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat sekitar...” , Dalam ptempatnya karoke keluarga tidak
hanya menyuguhklan ruangan dan fasilitas karoke yang nyaman saja melaikan
beberapa karoke keluarga menyediakan pendampingan beberapa perempuan pemandu
lagu yang menemani proses hiburan tersebut . Perempuan pemandu lagu karoke
tersebut secara tidak langsung membentuk kelompok yang telah dikelompokkan oleh
perusahaan karoke keluarga tersebut .
Sherif pada tahun 1962 memaparkan bahwa kelompok adalah unit sosial yang
terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu
sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah
mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya. Pada analisa
lanjut tentang kelompok ditemukan beberapa jenis kelompok diantaranya : Kelompok
kerja, Kelompok Sosial, Kelompok Formal , Kelompok Informal dan Kelompok
Semangat.
Variable antara (Proximate Deteminant) kelompok didefinisikan sebagai faktor-faktor
Sikap dan Perilaku mana yang lalui pembentukan kelompok modal sosial dan modal
hidup mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga oleh W.J.S.
Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan
berdasarkan norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama.
Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa
permasalahannya serta benar-benar berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya
masing-masing.Berdasarkan uraian diatas penulis merasa perlu untuk
mengidentifikasi sejauhmana pengaruh kelompok sosial perempuan pemandu lagu
karoke terhadap tingkat kesejahteraan di pedesaan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Perempuan adalah jenis kelamin, yakni orang (manusia) yang mempunyai
puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Bagaimana
karakteristik perempuan pemandu lagu karoke ?
2. Dalam pembentukan kelompok modal social diperhatian oleh beberapa
perempuan untuk mengadopsi anggota yang tergabung dalam kelompoknya.
Bagaimana aspek-aspek Modal Sosial perempuan pemandu lagu karoke ?
3. Dalam pembentukan kelompok, perempuan biasanya karakterisktik dalam
pembentukan kelompok .bagaimana karakteristik pembentukan kelompok
sosial di perempuan pemandu lagu karoke ?
4. Pengaruh kelompok social yang dibentuk perempuan pemandu lagu karoke
secara tidak langsung mempengaruhi beberapa unsur psikologis anggotanya
antara lain adalah sikap dan tindakan , bagaimana pengaruh kelompok social
perempuan terhadap sikap dan tindakan dalam lingkungan ?
5. Pengaruh kelompok social yang dibentuk perempuan pemandu lagu karoke
secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan beberapa aspek
diantaranya adalah kesejahteraan rumah tangga , bagaimana pengaruh
kelompok social perempuan mempengaruhi aspek-aspek kesejahteraan rumah
tangga ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu :
1. Menganalisis karakteristik kelompok social
yang terjadi perempuan
pemandu lagu karoke
2. Menganalisis aspek-aspek modal social yang terkandung dalam kelompok
perempuan pemandu lagu karoke
3. Menganalisis karakteristik perempuan yang tergabung dalam kelompok social
4. Menganalisis pengaruh kelompok social perempuan pemnadu lagu karoke
terhadap sikap dan tindakan dalam lingkungan
5. Menganalisis pengaruh kelompok sosial perempuan pemandu lagu karoke
terhadap kesejahteraan rumah tangga
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan berguna untuk beberapa pihak antara lain :
1. Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam
melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga sebagai pembelajaran
mengenai fenomena masalah sosial di masyarakat
2. Pemerintah, hasil penelitian ini diharapan menjadi sumbangan saran untuk
pemerintah maupun kementrian dalam hal pembangunan dan regulasi untuk
sektor informal terutama dari segi dampak dan sasaran hiburan .
3
3. Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan memebrikan pengetahuan kepada
masyarakat luas mengenai fenomena dan permasalahan sector informal di
Kota Bogor. Sekaligus sebagai ajang wadah aspirasi kepada pemerintah.
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
: Hubungan Antara Sikap dan Perilaku
Manusia
: 2009
:Jurnal
: Elektronik
: Dr. Yayat Surhayat, M.Pd
:: Rieneka Cipta
: Jurnal Pendidikan dan Perilaku
: 1 No 2
: Http://repository.usu.ac.id
: 10 Oktober 2015
Penelitian yang meneliti tentang suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh
sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi
tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita
mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu
perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk
berperilaku tertentu. Dalam beberapa aspek disebutkan bahwa perilaku manusia perlu
adanya rangsangan terhadap lawan, Menurut Kurt Lewin, perilaku adalah fungsi
karakteristik individu (motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dll) dan lingkungan, faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, terkadang
kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu sehingga menjadikan prediksi
perilaku lebih komplek. Jadi, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan.Selain
mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu sikap
mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini
maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri,
dimana setiap orang belum tentu mempunyai kekuatan sikap yang sama.
Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif,
afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975; Krech dan Ballacy,
4
1963, Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000). Komponen kognitif merupakan
aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek.
Bahwa manusia dalam menjalin suatu hubungan atau relasi dengan lingkaungan baru
atau orang-orang baru di pengaruhi dari aspek sikap orang orang lain .
Analisis Pustaka
Penulisan dalam tulisan jurnal tidak diperhatikan penulisan terdapat miss typing di
beberapa kata, serta dalam pecantuman teori dan tahun teori tidak konsisten sumber
yang tidak lengkap
2.
Judul
: Pengaruh SPP (Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan) PNPM-MP
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
Terhadap Pendapatan Masyarakat
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Purwati Lestarini
::: Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran
Semarang
: 1 No 1
: Http://repository.ikip.ac.id
: 10 Oktober 2015
Peneliti dalam penelitian ini berfokus pada Permasalahan dalam penelitian ini
adalah sejauh manakah pengaruh kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan)
PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat di Desa Lanji Kec Patebon Kab Kendal
Tahun 2010, yang didasarkan pada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum
mengambil kredit SPP PNPM-MP dan sesudah mengambil kredit. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok
Perempuan) PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat di Desa Lanji Kec Patebon
Kab Kendal Tahun 2010. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
warga desa Lanji Kec Patebon Kab Kendal, yang menerima manfaat dari kredit SPP
PNPM-MP sejumlah 23 orang.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil semua anggota populasi tersebut
sebagai responden penelitian, sejumlah 23 warga. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode dokumentasi dan wawancara.
5
Hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh yang signifikan antara Kredit. SPP
(Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dengan Pendapatan Masyarakat.
Analisis data yang yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis
uji-t.
Dengan timbulnya krisis ekonomi yang melanda negara kita maka, berdampak
dengan meningkatnya pengangguran, jumlah penduduk miskin bertambah dan derajat
kesehatan serta pendidikan masyarakat menurun. Dengan kondisi semacam ini maka
pemerintah melaksanakan program pembangunan diberbagai wilayah, dari tingkat
pusat sampai tingkat desa atau kelurahan dalam rangka peningkatan kegiatan
ekonomi masyarakat desa. Sasaran pembangunan terutama kepada mereka yang
dikategorikan miskin. Program pembangunan oleh pemerintah secara langsung
dilaksanakan untuk menanggulangi kemiskinan.
Pada umumnya RTM (Rumah Tangga Miskin) di desa Lanji yang berjumlah 195
KK dari 742 KK dengan jumlah penduduk 3034, menggantungkan penghasilan
keluarganya pada suami/laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Ini dikarenakan
kaum perempuan yang terbentur pada keterbatasan pendidikan dan modal untuk
usaha. Untuk itu dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan, desa lanji
mengambil alternatif, untuk memberdayakan perempuan dalam melaksanaan program
PNPM-MP Untuk menunjang kegiatan tersebut kaum perempuan desa Lanji ikut
serta berpartisipasi dalam kegiatan SPP (simpan-pinjam kelompok perempuan), guna
meningkatkan kemampuan dalam permodalan untuk usaha kecil, sehingga diharapkan
akan dapat menambah pendapatan keluarga di kemudian hari . pengaruh kredit SPP
(Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat,
maka perlu melihat perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah masyarakat
mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP. Data
tentang pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah mengambil kredit SPP
(Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP adalah sebagai berikut:
Jadi kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP berpengaruh
secara nyata terhadap tingkat pendapatan masyarakat.Terdapat perbedaan secara
signifikan pendapatan masyarakat sebelum mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam
Kelompok Perempuan) PNPM-MP dan sesudah mengambil kredit SPP
(Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP. Setelah masyarakat mengambil
6
kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP, penghasilan mereka
menjadi meningkat
Analisis Pustaka
Dalam penulisan jurnal ini tidak mencantumkan beberapa teori yang di gunakan serta
beberapa kesimpulan mengenai pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok
Perempuan) PNPM-MP terhadap penghasilan masyarakat adalah sebagai berikut: Terdapat
kecenderungan bahwa adanya program simpan pinjam yang pro rakyat dengan syarat yang
mudah dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Desa Lanji Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal. Hasil analisis data mengenai program kredit SPP (Simpan-Pinjam
Kelompok Perempuan) PNPM-MP menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang baik antara
pengelola SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dengan masyarakat
ternyata dapat mampu memberdayakan masyarakat desa untuk mencapai kemajuan ekonomi
dan kemakmuran bersama.
3.
Judul
: Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem
Usaha Tani Padi dan Metode
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
Pemberdayaannya
: 2003
: Jurnal
: Elektronik
: Sri Wahyuni
::: Jurnal Litbang Pertanian
: 1 Hal 22
: Http://
: 10 Oktober 2015
Dari hasil temuan lapang diketahui bahwa factor-faktor yang kinerja
kelompok tani adalah jumlah anggota,struktur, asset kelompok status anggota dalam
kepemilikan lahan , kredibelitas pengurus dan kelembagaan penunjang.Ti8ga metode
dalam perbedayaan kelompok yang dapat diterapkan meliputi 1). Sosisalisasi
program yang diawali dengan perkenalan fasilitator dan petani dilanjutkan dengan
penjelasan
enam
issue
penting
tentang
program
apa,siapa,kapan,dimana,kenapa,bagaimana ; 2) menerapkan pendekatan parsisipatif
dengan bootom-up 3) menerapkan ibu tani sebagai motivator dalam adopsi dan
sosialisasi teknologi.
7
Indikator diatas adalah sebagai penyempurna indikator sebelumnya (8
indikator) yang diciptakan oleh Slamet (1987) : 1) Tujuan Kelompok, 2) Struktur
Kelompok, 3) Fungsi Tugas, 4) Tekanan Pada Kelompok, 5) Pembinaan Kelompok,
6) Kekompakan, 7) Suasana Kelompok, 8) Efektifitas Kelompok.
Analisis Pustaka
Dalam jurnal ini ditemukan bahwa perempuan dalam kelompok tani lebih
cenderung mudah terpengaruh oleh faktor internal dan eksternal namun tetap saja
menghasil hasil yang optimal . ditemukan bahwa kelompok tani wanita dalam
kinerjanya dapat diukur dengan indikator-indikator kelompok . namun dalam
penulisan jurnal ini masih tidak dicantumkan beberapa ahli yang tertulis teori
didalamnya.
4.
Judul
: Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Tani Hutan Rakyat di Kabupaten Situbondo
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
8
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
: Agus Supriono , Cahyoadi Bowo , A. Syaffari
Kosasih, Tuti Herawati
::: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
: 10 Nomor 3
:Http://pustaka.pelitbangnashut.ac.id/jurnalkelompok-pdf
Tanggal Unduh
: 13 Oktober 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi dalam kegiatan penguatan
kapasitas kelompok tani hutan rakyat di Kabupaten Situbondo yang sedang giat
mengembangkan hutan di lahan milik. Permasalahan yang dikaji meliputi faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja tani, dan strategi yang efektif dan
efisien untuk menguatkan kelompok tani hutan rakyat. Pendekatan analisis yang
digunakan adalah analisis matrik evaluasi faktor internal dan ekternal serta strategi
interaksiSWOT.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya 9 faktor kekuatan internal, 9
faktor kelemahan internal, 7 faktor peluang eksternal, serta dan 4 faktor ancaman
ekternal. Secara umum kondisi kelembagaan kelompok tani berada dalam posisi kuat
secara internal dan dapat efektif memanfaatkan peluang serta sekaligus
meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal yang ada. Strategi yang
dipilih untuk memperkuat kelompok tani adalah strategi memanfaatkan kekutan dan
peluang. Artinya bahwa potensi keunggulan yang dimiliki berupa faktor-faktor
kekuatan internal yang ada dapat dikelola menjadi kekuatan pendorong guna meraih
peluang-peluang serta sekaligus meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman
eksternal.
Darusman dan Hardjanto (2006) menyatakan bahwa pengusahaan hutan
rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan yang dilakukan oleh keluarga petani
kecil secara subsisten. Pendapatan dari hutan rakyat masih diposisikan sebagai
pendapatan sampingan dan insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% dari
pendapatan total. Namun demikian, manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung
dapat dirasakan nyata dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian
desa. Sejalan dengan itu Zein (1998) menyatakan, setidaknya ada 2 (dua) aspek
penting dalam pengusahaan hutan rakyat, yaitu sosial ekonomi dan kelestarian.Aspek
sosial ekonomi mengindikasikan bahwa produk hutan rakyat merupakan andalan
pemenuhan konsumsi kayu lokal dan berperan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Aspek kelestarian hutan rakyat terkait dengan
fungsi hutan rakyat untuk perlindungan tata air dan pengawetan tanah.
Alternatifstrategi yang efektif dan efisien untuk menguatkan keberdayaan kelompok tani
hutan rakyat adalah strategi SO (Streght and Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internaluntuk dimanfaatkan dalam meraih
peluang eksternal disebut juga dengan strategi agresif. Dengan kata lain bahwa potensi
9
keunggulan yang dimiliki, yaitu berupa faktor-faktor kekuatan internal, dapat dimanfaatkan
sedemikian rupa agar dapat menjadi kekuatan pendorong.
.
Analisis Pustaka
Secara umum kondisi kelompok tani hutan rakyat di lokasi penelitian berada dalam posisi
kuat secara internal dan dapat efektif memanfaatkan potensi peluang serta sekaligus
meminimalkan pengaruh negatif dari potensi ancaman eksternal yang ada. Strategi untuk
menguatkan kelompok tani hutan rakyat lahan kering di lokasi penelitian adalah strategi SO
atau memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Secara teknis, strategi yang dapat
dilakukan adalah : a) meningkatkan minat terhadap usaha hutan rakyat melalui pembinaan
intensif ; b) memanfaatkan potensi modal sosial semangat kekeluargaan, gotong- royong,
serta swadaya para petani; c) meningkatkan peran para pemuda tani yang memiliki
pengalaman berorganisasi (Pemuda Ansor dan NU); d) memanfaatkan dukungan Pemerintah
Daerah dalam menggagas terbentuknya koperasi dan implementasi Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan .
5.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
: Konsep Diri Perempuan Marginal
: 2000
: Jurnal
: Elektronik
: Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti
Hayu Purnamaningsih
::: Jurnal Psikologi
: 1 Hal 22
: Http://repository.ui.ac.id/jurnal/15627pdf
: 10 Oktober 2015
Penelitian yang meniliti tentanggal perempuan termaginalisasikan di
Indonesia khususnya di beberapa daerah tertentu karena kualitas kesejahteraan
mereka yang relative lebih rendah .Fakta ini ditunjukkan oleh data Profil
Kesejahteraan Rakyat Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 1997 yangmenyatakan bahwa
secara umum tingkat pendidikan perempuan lebih rendah darilaki-laki. Hal tersebut
dapat dilihat dari perbandingan antara besarnya persentase penduduk laki-laki dan
perempuan yang tamat SLTP dan SLTA ke atas yaitu 46,72 persen berbanding 34,09
10
persen. Sedangkan jika dilihat dari angka butahuruf, perempuan mencapai angka
23,65persen sedangkan laki-laki 9,95 persen. Ironisnya, dengan bekal pendidikan
formal yang sangat minim tersebut, perempuan marginal, dengan alasan meringankan
beban ekonomi keluarga, seringkali terpaksa masuk ke dalam dunia kerja.Akhirnya,
mereka hanya dapat bekerja di bidang informal dengan penghasilan yang minimal
(Soetrisno, 1997) dan sulit untuk memperoleh kesempatan untuk dapat menaikkan
taraf hidupnya.
Hasilnya, mereka tetap saja miskin. Secara khusus, masalah perempuan
miskin di perkotaan dapat dipecahkan dengan pendekatan humanistik,
yaitumenjunjung nilai-nilai kemanusiaan, menghormati potensi dan perbedaan
individu atau kelompok yang ada. Menurut Rogers (dalam Schultz, 1993), segi
pertumbuhan dan perkembangan manusia selalu beroperasi dengan proses aktualisasi
diri yang pada tingkat dasar berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar
akan makanan, air, dan udara. Terhambatnya kebutuhan fisiologis, yang jelas-jelas
tidak dapat dikekang untuk mendorong individu melangkah ke tingkat pematangan
yang berikutnya, membuat anak terlalu disibukkan dengan upayanya sendiri untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka tidak sempat mengembangkan diri sesuai
keinginannya dan proses individu dalam pencapaian aktualitas diri akan terhambat,
apalagi untuk menjadi manusia yang utuh. Maya dan Hanum (1996) Karakteristik
perempuan ditentukan oleh lingkungan sosial yaitu Penampilan, Status Sosial, dan
Bahasa .
Analisis Pustaka
Dalam penelitian ini penulis sudah baik dalam penggunaan tori dan
pengambilan data kualitatif . Daftar pustaka dalam jurnal ini hampir semua alhi tidak
dimasukan namun dipakai didalam penulisan .
6.
Judul
: Mengkaji Kemiskinan dan
Kesejahteraan Rumah Tangga
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
: 2007
: Buku
: Elektronik
: Ade Cahyat, Christian Gönner, Michaela
Haug
::: Buku Kesejahteraan
:: Http://jurnalilmiah.go.id/kemiskinan1211pdf
: 21 November 2015
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
11
Penelitian ini ditulis dalam buku dengan tiga peneliti membuktikan bahwa
Pemerintah Indonesia memiliki beberapa model kesejahteraan dan kemiskinan;
misalnya, Badan pusat statistik yang mengukur kemiskinan dengan fokus konsumsi
dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berfokus pada
kesejahteraan keluarga. Lembaga-lembaga internasional, seperti United Nations
Development Programme (UNDP) juga memperhatikan isu pengembangan manusia,
yang didefinisikan sebagai harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan, dan
tingkat daya beli per kapita. Konsep-konsep tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dilihat dari sudut pandang pemerintah daerah, misalnya
Kutai Barat, model-model tersebut memilikibeberapa kelemahan, yaitu:
• Tidak menggambarkan ciri khas lokal (misalnya, kondisi perumahan atau preferensi
makanan setempat).
• Tidak menyentuh konteks kemiskinan (misalnya, tidak ada dari model tersebut yang
berhubungan dengan sumberdaya alam atau konteks sosial).
• Data yang ada sering kontradiktif.
• Tidak terkait dengan pengurangan kemiskinan atau perencanaan pembangunan.
Oleh karena itu, konsep kemiskinan dan kesejahteraan yang baru diperlukan untuk
menghubungkan aktivitas pemantauan dan perencanaan secara lebih baik.Ciri khas
lokal, kepentingan pemerintah daerah, dan persepsi masyarakat tentang kemiskinan
dan kesejahteraan dipelajari melalui studi kehidupan masyarakat secara mendalam,
lokakarya pemerintah, dan analisis kebijakan.
Berdasarkan temuan dari pembelajaran partisipatif ini, kemiskinan
didefinisikan sebagai berikut: “Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang
atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara
lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan”.Dari
definisi di atas, kita dapat melihat tiga tingkat kondisi yang perlu dipantau: (1)
Kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing atau disingkat SWB), (2) Kesejahteraan
inti (kebutuhan dasar, seperti kekayaan materi, pengetahuan dan kesehatan), dan (3)
Lingkungan pendukung (konteks).
12
Analisis Pustaka
Dalam kebutuhan kesejahteraan rumah tangga , menggolakan kesejahterasan
itu sendiri kedalam kesejahteraan inti yang dimana mencangkup aspek materi,
kesehatan dan pengetahuan . semakin tinggi ketiga aspek tersebut semakin minimim
juga angka kemiskinan yang menggolongkan rumah tangga kedalam kemiskinan .
dalam jurnal ini membahas secara detail tentang kesejahteraan namun kesejanteraan
tidak dapat di ukur dengan nilai atau angka ekonomi .
7.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
: Strategi Nafkah Petani di Lereng
Gunung Sumbing
: 2010
: Jurnal
: Elektronik
: Widyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan
Nuraini Prasodjo
::: Buku Transdisiplin Sosiologi,Komunikasi,
Ekologi
: Vol. 4 No. 1 Halaman 91-114
: http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article
13
Tanggal Unduh
: 17 Oktober 2015
Penelitian pengaruh tanam paksa yang dilakukan oleh penjajah terhadap
kehidupan petani-petani di Indonesia khususnya pada era tanam paksa. Tembakau
sudah menjadi sumber daya yang memberikan penghidupan atau livehood di sebagian
petani khususnya dilokasi penelitian ini, perubahan strategi nafkah di Gunung
Sumbing merunut pada pengalihan mata pencaharian.
Menurut Ellis (2000), nafkah adalah mata pencaharian terdiri dari asset (alam,
manusia, finansaial, dan modal sosial), kegiatan, dan akses masuk (dimediasi oleh
lembaga dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup yang diperoleh
oleh individu atau rumah tangga.
Gambar 1. Diversifikasi Mata Pencaharian Pedesaan (Sumber: Ellis 2000)
Asset
Modal alam, Modal fisik, Modal
manusia, Modal sosial, Modal
finansial
Institusi
Tanah tenurial, Properti bersama,
Pasar nyata, dll
Hubungan sosial
Desa, Etnis, Gender, dll
Kegiatan
Organisasi
(yang ditunjukkan)
Agen pemerintah, Kelompok
komunitas, LSM, dll
Akses
dimediasi
oleh
Terdapat lima modal yang dijelaskan Ellis sebagai livelihood Asset yaitu
modal alam, modal, fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial. Modal
alam merujuk pada sumber daya alam dasar (tanah, air, pohon) yang menghasilkan
produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan hidup mereka.
Modal fisik merujuk pada asset-aset yang dibawa ke dalam eksistensi proses produksi
ekonomi, sebagai contoh, alat-alat, mesin, dan perbaikan tanah seperti teras atau
saluran irigasi.
14
Modal manusia merujuk pada tingkat pendidikan dan status kesehatan
individu dan populasi. Modal finansial merujuk pada persediaan uang tunai yang
dapat diakses untuk membeli barang-barang konsumsi atau produksi, dan akses pada
kredit dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. Modal sosial merujuk pada jaringan
sosial dan asosiasi di mana orang berpartisipasi, dan dari mana mereka dapat
memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan mereka.
Analisis Pustaka
Dalam jurnal ini menerangkan bahwa startegi nafkah masyarakat petani
tembakau beralih ke sumberdaya lain . dalam penulisan dan pustaka serta literatur
peneliti melihat bahwa pengaruh dari perubahan nafkah akan merubah kapasitas
petani tersebut.
8.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
: Sikap Remaja Perempuan Terhadap
Pencegahan Kanker Serviks Melalui
Vaksinasi HPV di kota Semarang
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Berlian Rachman, Zahroh Shaluhiyah, dan
Kusyogo Cahyo
::: Jurnal Psikologi Kesehatan Remaja
: Vol 11 Nomor 1
: ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6161
: 10 Oktober 2015
Dalam penelitian ini, pengetahuan yang baik dari remaja perempuan
dikarenakan jenjang pendidikan remaja perempuan tersebut dalam lingkup kesehatan,
sehingga remaja perempuan pernah mendapatkan pembelajaran tentang kanker
serviks dan pencegahannya. Pembelajaran yang didapatkan remaja perempuan tidak
hanya dari dosen dalam memberikan materi tentang kanker serviks tetapi ketika
peneliti bertanyakepada beberapa remaja perempuan menjawabpernah mendapatkan
informasi tentang kanker serviks dari media massa cetak maupun elektronik. Hal
inilah yang memungkinkan remaja perempuan memiliki pengetahuan yang baik
tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Mubarak 2007, tentang
faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.(5) Hal ini selaras dengan
15
Pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah pengalaman dan tingkat pendidikan.(10) Dalam
penelitian ini, Remaja perempuan dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
melakukan perbaikan dalam dirinya sehingga muncul suatu sikap dalam upaya
mencegah terjadinya kanker serviks melalui vaksin HPV. Dukungan teman sebaya
dalam memberikan informasi terhadap pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi
HPV dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58,8% teman sebaya dari
remaja perempuan tidak mendukung pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi
HPVdan hanya 41,2% teman sebaya dari remaja perempuan mendukung pencegahan
kanker serviks melalui vaksinasi HPV.
Secara teori dalam pembentukan sikap maupun kepribadian seorang remaja
dipengaruhi oleh konformitas dari teman sebaya. Menurut Baron dan Byrne
konformitas remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma
kelompok acuan, menerima ide atau aturanaturan kelompok yang mengatur cara
remaja berperilaku.(11) Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan
gambaran diri seseorang sehingga terbentuklah sikap dan pandangan baru dari
seseorang yang memungkinkan seseorang (remaja) tersebut melakukan tindakan
sesuai dengan ide dari teman sebaya sehingga konformitas dapat dikatakan terbentuk
dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitar remaja. Dalamyang tinggi akan
melakukan perbaikan dalam dirinya sehingga muncul suatu sikap dalam upaya
mencegah terjadinya kanker serviks melalui vaksin HPV.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian ini penulis tidak mencantumkan ahli psikologi atau teori
yang dikemukakan oleh ahli karena di lihat dari daftar pustaka jurnal ini hanya
mencantumkan ahli kesehatan tanpa melihat teori tentang remaja perempuan serta
dukungan sosial.
9.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
: Peran Modal Sosial dalam Menunjang
Dinamika Kelompok Peternak Sapi
Perah (Studi Kasus di Kelompok 3
TPK Pulosari Pangalengan)
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Raisya Nur Pratisthita, Mumun Munandar,
dan Siti Homzah
16
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
Tanggal Unduh
::: Jurnal Ilmu Ternak
: VOL. 1, NO. 10, 52 - 57
: http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/viewFile/
: 10 Oktober 2015
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok 3 TPK Pulosari KPBS Pangalengan,
Desa Pulosari, Kabupaten Bandung Selatan. Tujuan dari penelitian adalah 1)
mengetahui potensi modal sosial pada kelompok peternak sapi perah, 2) mengetahui
peran potensi modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok peternak sapi
perah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan menganalisis data secara
deskriptif kualitatif dengan cara interpretative (verstehen). Variabel yang diamati
adalah modal sosial dan dinamika kelompok. Informan kunci yang dijadikan sebagai
sumber informasi dalam penelitian ini sebanyak 6 informan terdiri atas tokoh dan non
tokoh yang ada dalam kelompok.
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap
keadaan. Cartwright dan Zander mengartikan dinamika kelompok sebagai suatu
keadaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut dapat tumbuh dan
berkembang secara alamiah dengan peraturan pengembangan yang ada pada mereka
dan hubunganhubungan dikalangan anggota kelompok itu hidup, bergerak, aktif, dan
efektif dalam mencapai tujuannya (Mardikanto, 1993).
Dinamika yang ada pada kelompok saat ini cukup terasa yang ditunjukkan
dengan berkurangnya jumlah anggota kelompok. Berkurangnya jumlah anggota
kelompok sendiri akan mengurangi kekuatan kelompok dan mempengaruhi
keharmonisan didalam kelompok. Modal sosial yang ada dalam anggota kelompok
sudah cukup baik. Kepercayaan anggota satu sama lain, anggota terhadap ketua dan
ketua terhadap kinerja kelompoknya sudah cukup baik. Potensi modal sosial yang
cukup baik ini masih belum bisa menunjang kedinamisan kelompok dikarenakan
masalah eksternal yang sangat krusial, yaitu pakan. Turunnya kualitas rumput
menyebabkan peternak menjadi sangat bergantung kepada kualitas konsentrat, namun
turunnya kualitas konsentrat menyebabkan turun pula semangat anggota untuk
beternak. Konsentrat merupakan satu-satunya pakan yang diandalkan oleh anggota
untuk menaikkan produksi susu sapi.
Sementara koperasi hingga saat ini masih belum mampu menyediakan
konsentrat berkualitas baik, namun tuntutan koperasi agar kelompok tetap dapat
berfungsi sebagai penyalur susu dengan kualitas dan kuantitas baik harus tetap
17
terpenuhi dan hal ini ditujukan kepada anggotakelompok, terutama kepada ketua. Hal
inilah yang menyebabkan banyak anggota kelompok tidak dapat mempertahankan
usahanya. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok ditunjukkan
dengan meningkatkan interaksi atau kerjasama dalam kelompok dan meningkatkan
pelaksanaan fungsi tugas kelompok. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika
kelompok dengan meningkatkan interaksi atau kerjasama dalam kelompok ditandai
dengan meningkatnya rasa tolongmenolong sesama anggota yang ditunjukkan dengan
mereka akan langsung menolong sesama anggota, baik satu kelompok maupun
bukan, yang sapinya akan melahirkan tanpa dikoordinir. Prinsip timbal balik sangat
mereka rasakan disini. Apabila mereka menolong saat kelahiran sapi anggota lain,
maka mereka juga akan mendapatkan pertolongan dari anggota lain saat sapi mereka
melahirkan. Saat mereka membagikan informasi yang mereka miliki kepada anggota
lain, mereka juga akan mendapatkan informasi lain yang belum diketahuinya dari
anggota lain.
Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok lainnya adalah
meningkatkan fungsi dan tugas dalam kelompok ditunjukkan dengan peningkatan
fungsi ketua dalam kelompok dan peningkatan penyebaran informasi dalam
kelompok. Pada keadaan kelompok yang sedang sulit saat ini, fungsi dan peranan
ketua kelompok menjadi lebih nyata. Tugas internal yang diberikan ketua kepada
anggota kelompok untuk menyetor susu setiap hari kepada koperasi masih berjalan,
ditunjukkan dengan ketua dan anggota kelompok yang tersisa masih mampu untuk
menyetor susu kepada koperasi. Tugas khusus yang diberikan ketua kepada anggota
yang memiliki tunggakan dengan mengurangi jatah konsentrat maupun berasnya
untuk meniadakan tunggakannya kepada koperasi juga dilaksanakan anggota tersebut.
Kepercayaan yang diberikan ketua terhadap anggota tersebut tidak disia-siakan.
Selama ini belum ada anggota yang melanggarnya dengan mengambil konsentrat
maupun beras diluar ketentuan ketua. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika
kelompok dapat dilihat pada Tabel 1.
18
Analisis Pustaka
Modal sosial pada kelompok sudah cukup baik, ditunjukkan dengan
kepercayaan yang baik antara sesama anggota dalam kelompok, yang ditandai dengan
seringnya mereka berbagi pikiran dalam masalah yang dihadapi. Partisipasi anggota
dalam setiap kegiatan kelompok juga sudah cukup baik. Mereka merasa bebas dan
nyaman dalam mengeluarkan pendapat saat diskusi kelompok. Rasa timbal balik
yang terjadi dalam kelompok dirasakan anggota sebagai hukum alam. Mereka merasa
bahwa pertolongan yang mereka dapatkan dalam kelompok karena mereka juga suka
menolong anggota lain, maka sikap ini ada didalam diri mereka masing-masing. 2.
Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok ialah meningkatkan
19
interaksi atau kerjasama dalam kelompok dan meningkatkan fungsi dan tugas dalam
kelompok.
Perlu adanya pembuatan tujuan kelompok yang lebih jelas, lebih spesifik dan
sesuai dengan tujuan anggota. 2. Perlu adanya pembuatan struktur organisasi
kelompok yang lebih lengkap agar menunjang kinerja kelompok yang lebih baik
dimasa yang akan datang. 3. Koperasi harus menyelesaikan masalah pakan yang turut
mempengaruhi keutuhan kelompok sesegera mungkin. 4. Koperasi harus bekerja
sama dengan kelompok dan mengusahakan berbagai aspek untuk membuat anggota
yang telah keluar menjadi bersemangat kembali bergabung dengan kelompok dan
menjalani usaha ternaknya lagi. 5. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang ada
diusahakan menjadi lebih baik dengan memiliki jadwal yang teratur dan tetap pada
setiap tahunnya agar kelompok dapat lebih berkembang.
10.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamt URL
: Studi Tingkat Kesejahteraan
Nelayan di Kampung Gurimbang
Kecamatan Sambaliung
Kabupaten Berau
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Eko Sugiharto, Salmani, dan Bambang
Indrianto Gunawan
::: Jurnal Ilmu Perikanan Tropis
: Vol. 18. No. 2
: https://fpik.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/9-SalmaniSTUDI-TINGKAT-KESEJAHTERAAN-MASYARAKAT.pdf
Tanggal Unduh
: 13 Oktober 2015
Kampung Gurimbang memiliki kondisi alam yang sebagian besar adalah
kawasan laut dan sungai, membuat sebagian warga masyarakat ini bermata
pencaharian sebagai nelayan yang merupakan penghidupan (livelihoods) utama pada
masyarakat di kampung ini. Masyarakat nelayan Kampung Gurimbang yang secara
fisik terlihat hidup sederhana, hal ini tampak pada pemukiman rumah mereka yang
dibangun sederhana, sarana dan prasarana yang kurang menunjang diantaranya tidak
20
adanya jenjangan sekolah yang lebih tinggi (SMA), dan masih terkendala biaya yang
sangat minim untuk membeli peralatan dan perlengkapan sebagai penunjang untuk
melaut.
Nelayan pergi menangkap ikan hanya bersifat (one day fishing) yaitu
berangkat subuh dan kembali pada sore hari, dikarenakan masih sederhananya perahu
yang dimiliki dan belum dilengkapi dengan tempat pengawetan yang memadai untuk
tetap menjaga mutu hasil tangkapan, kemudian ada juga nelayan yang pergi melaut
dalam waktu seminggu di laut kemudian baru kembali pulang. Keseluruhan
faktor-faktor tersebut telah mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan
di wilayah kampung ini. Informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat
nelayan dan permasalahan yang dihadapi kelompok masyarakat di Kampung
Gurimbang belum diketahui secara baik. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai Studi Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung Gurimbang
Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau.
Dalam pencarian data mengenai monografi kampung yang mendeskripsikan
tentang kampung Gurimbang yang diolah dengan berpedoman pada tehnik penentuan
tipologi desa (swadaya, swakarya dan swasembada) yang dikemukakan oleh Sajogyo
(1990) dengan pemberian kode. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat
Nelayan : Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat nelayan di
lokasi studi akan digunakan pendekatan deskriptif. Menurut Nawawi Hadari, (2007)
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak, atau sebagai mana adanya.
Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kampung Gurimbang dapat
ditentukan berdasarkan indikator Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Indikator-indikator tersebut adalah pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologi, kebutuhan pengembangan dan partisipasi dalam kegiatan
sosial. Selanjutnya seluruh tanggapan responden akan dihitung berdasarkan nilai dari
indikator BKKBN yaitu jawaban ‘Ya’ bernilai 1 dan jawaban ‘Tidak’ bernilai 0.
Untuk lebih jelasnya Tahapan keluarga sejahtera masyarakat nelayan di Kampung
Gurimbang berdasarkan indikator BKKBN dapat dilihat pada Tabel 1.
21
Berdasarkan indikator BKKBN, keluarga masyarakat nelayan di daerah
Kampung Gurimbang yang termasuk dalam kategori keluarga prasejahtera, dengan
jumlah nelayan prasejahtera adalah sebanyak 31 orang responden dengan persentase
(94%), Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal. Kemudian yang temasuk dalam kategori
keluarga prasejahtera I, dengan jumlah nelayan prasejahtera I sebanyak 2 orang
responden dengan persentase (6%) Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya.
22
Analsisis Pustaka
Dalam penelitin ini indicator-indikator kesejahteraan menurut BKKBN
mewakili pengukuran sayogyo. Dalam penulisan penelitian ini melihat banyaknya
pengaruh-pengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga .
PENDEKATAN TEORITIS
Pengertian Kelompok Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan
dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara
individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social
group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama
lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan
antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu
dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam
aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil.
Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne:
• Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.
• Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi
perilaku anggota yang lain.
• Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan
dan tahun).
• Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.
• Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga
mereka memiliki set peran.
• Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat.
Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok
sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling
ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H.
Page: Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961: 213).
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara
lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto, 2006:104).
B. Ciri dan Syarat Kelompok Sosial
23
Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial.
• Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
• Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang
terlibat di dalamnya.
• Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang
jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
• Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang
ada.
• Berlangsungnya suatu kepentingan.
• Adanya pergerakan yang dinamik.
Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu,
sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib
yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama
dan lain-lain.
d.
Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
C. Macam-macam Kelompok Sosial
a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan
kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya
organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat
macam antara lain:
1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan
organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan
kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok
penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang
memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi
dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya
memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan
24
yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan
organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan
lain-lain.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya
mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan
kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama.
Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan
sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan
lain-lain.
Faktor Pembentukan Kelompok Sosial Bergabung dengan sebuah kelompok
merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya,
seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah
pilihan.
Faktor Pembentukan Kelompok Sosial
Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan
dan kesamaan.
•
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok
bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok
kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling
berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik
meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang
memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
• Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang
lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat
intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor
utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang
disebut keluarga.
25
Nafkah
Pengertian Nafkah Menurut Ellis (2000), nafkah adalah mata pencaharian terdiri
dari aset (alam, manusia, finansaial, dan modal sosial), kegiatan, dan akses masuk
(dimediasi oleh lembaga dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup
yang diperoleh oleh individu atau rumahtangga. Sedangkan, Diversifikasi mata
pencaharian pedesaan didefinisikan sebagai proses dimana rumah tangga pedesaan
membangun sebuah portofolio yang semakin beragam dengan kegiatan dan aset
dalam rangka untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup mereka.
Terdapat lima modal yang dijelaskan Ellis sebagai livelihood asset yaitu modal alam,
modal fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial.
Modal alam merujuk pada sumber daya alam dasar (tanah, air, pohon) yang
menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan
hidup mereka. Modal fisik merujuk pada aset-aset yang dibawa ke dalam eksistensi
proses produksi ekonomi, sebagai contoh, alat-alat, mesin, dan perbaikan tanah
seperti teras atau saluran irigasi. Modal manusia merujuk pada tingkat pendidikan dan
status kesehatan individu dan populasi. Modal finansial merujuk pada persediaan
uang tunai yang dapat diakses untuk membeli barang-barang konsumsi atau produksi,
dan akses pada kredit dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. Modal sosial merujuk
pada jaringan sosial dan asosiasi di mana orang berpartisipasi, dan dari mana mereka
dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan
mereka.
Menurut Dharmawan (2007), pada mahzab Bogor, strategi penghidupan dan
nafkah pedesaan dibangun selalu menunjuk ke sektor pertanian (dalam arti luas).
Dalam posisi sistem nafkah yang demikian, basis nafkah rumahtangga petani adalah
segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian. Karakteristik sistem
penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga
sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya setempat. Terdapat tiga elemen sistem
sosial terpenting yang sangat menentukan bentuk strategi nafkah yang dibangun oleh
petani kecil dan rumahtangganya. Ketiga elemen tersebut tersebut adalah:
(1) infrastruktur sosial (setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku)
(2) struktur sosial (setting lapisan struktur agrarian, struktur demografi, pola
hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal)
(3) supra-struktur sosial ( setting ideologi, etika-moral ekonomi, dan sistem nilai yang
berlaku).
Kesejahteraan
26
Berdasarkan Rancangan Undang-Undang tentang Sistem Kesejahteraan Sosial
Nasional (RUU SKSN), kesejahteraan sosial adalah kondisi sosial ekonomi yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk dapat memenuhi kebutuhan yang
bersifat jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Kesejahteraan menurut Cahyat et al (2007) merupakan kondisi dapat memenuhi
kebutuhan dasar baik material maupun non-material yang mencakup aspek gizi dan
kesehatan, pengetahuan, dan kekayaan materi. Kemiskinan sendiri merupakan bentuk
ketidakmampuan untuk meraih kesejahteraan dipandang dari sisi ekonomi - dalam
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan- yang diukur dari sisi
pengeluaran.
Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (GK) (BPS, 2009). Selain itu,
kemiskinan juga dijelaskan sebagai suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan
pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara
berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan (Cahyat et al, 2007).
Tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diukur melalui besarnya
pendapatan/pengeluaran. Pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi dapat
mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, dan kemampuan daya beli
masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan meningkatnya kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan selanjutnya akan berdampak meningkatnya
kesejahteraan masyarakat (BPS, 2009).
Dalam mengukur kesejahteraan rumah tangga diperlukan indikator moneter,
indikator yang banyak digunakan adalah pendapatan dan pengeluaran (BPS, 2009,
dan The World Bank, 2007). Indikator pengeluaran, dalam hal ini disebut juga
konsumsi, dipilih karena sifatnya tetap dan relatif stabil terhadap berfluktuasinya
pendapatan dari tahun ke tahun.
Suryadarma (2005) mengungkapkan variabel-variabel yang menjadi ciri
kesejahteraan suatu keluarga antara lain: kepemilikan asset, kepemilikan binatang
ternak, status perkawinan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga,
tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan pasangannya, anggota rumah tangga
yang bekerja, sektor pekerjaan, akses terhadap rumah tangga, konsumsi makanan dan
indikator kesehatan, indikator kesejahteraan lainnya serta partisipasi politik dan akses
kepada informasi.
27
Jumlah anggota rumah tangga diduga mempunyai keterkaitan erat dengan
kesejahteraan rumah tangga karena kemiskinan dihitung berdasar pengeluaran dan
jumlah anggota rumah tangga.Makin besar jumlah anggota rumah tangga akan makin
besar pula resiko untuk menjadi miskin apabila pendapatannya tidak meningkat
(Faturochman dan Molo, 1995).
Umur kepala rumah tangga juga berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga
walaupun hubungannya tidak begitu jelas, akan tetapi ada kecenderungan bahwa
kepala rumah tangga yang lebih sejahtera lebih tua dibandingkan kepala rumah
tangga yang kurang sejahtera. Jenis karakteristik lain adalah karakteristik jenis
pekerjaan. Kemampuan mayoritas rumah tangga untuk keluar dari 3 kemiskinan akan
bergantung pada upah mereka dari pekerjaan yang dilakukan. Jadi penting untuk
menguji hubungan antara kesejahteraan dengan jenis pekerjaan anggota rumah tangga
yang berada dalam usia kerja.
Dillon dan Hermanto dalam Faturochman dan Molo (1995) mengungkapkan
bahwa kenyataannya, sebagian penduduk atau rumah tangga miskin di desa masih
mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utamanya akan tetapi usaha-usaha di luar
pertanian tetap menjadi sumber pendapatan komplementer dan alternatif bagi
keluarga. Sedangkan rumah tangga miskin di kota lebih banyak mengandalkan
penghasilan dari sektor-sektor jasa atau lebih dikenal dengan sektor informal.
Sedangkan karakteristik umum penduduk miskin menurut Rusastra dan Togar,
2007 adalah sebagian besar tinggal di desa, bekerja di sektor pertanian, sifat
pekerjaan adalah informal serta status pekerjaan sebagai pekerja keluarga yang tidak
di bayar. Salah satu karakteristik umum penduduk miskin lainnya menurut The World
Bank (2006) adalah sifat pekerjaan yang bersifat informal serta status pekerjaan
sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar.
Marginalisasi Perempuan
Murniati (2004:xx) menjelaskan bahwa marginalisasi berarti menempatkan atau
menggeser ke pinggiran. Marginalisasi merupakan proses pengabaian hak-hak yang
seharusnya didapat oleh pihak yang termarginalkan. Namun, hak tersebut diabaikan
dengan berbagai alasan demi suatu tujuan. Sebagai contoh, penggusuran lapak
dagang yang ada di sekitar alun-alun kota.
28
Demi alasan kebersihan dan keindahan kota maka lapak-lapak tersebut dipindah
ke suatu daerah yang masih lapang yang kemudian dijadikan pusat jajanan. Namun,
pemindahan tersebut tidak memperhatikan bagaimana kondisi penjualan di tempat
tersebut, karena tempat tersebut tidak strategis untuk dijadikan tempat transaksi jual
beli (terlalu sepi). Hal tersebut tentu akan merugikan pihak pedagang yang
dipindahkan. Hak mereka untuk mendapatkan penghasilan dari berdagang
dipinggirkan dan akibatnya mereka jadi bangkrut dan menambah daftar
pengangguran.
Menurut Fakih (2008:14), proses marginalisasi sama saja dengan proses
pemiskinan. Hal ini dikarenakan tidak diberinya kesempatan kepada pihak yang
termaginalkan untuk mengembangkan dirinya. Demikian juga yang dialami oleh
perempuan saat proses marginalisasi ini terjadi pada jenis kelamin. Perempuan
merupakan pihak yang dirugikan daripada laki-laki dalam hal ketidakadilan gender
ini. Sebagai contoh dalam hal pekerjaan. Perempuan yang bekerja 12 dianggap hanya
untuk memberikan nafkah tambahan bagi keluarga, maka perbedaan gaji pun
diterapkan antara perempuan dan laki-laki.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Yuarsi (2006:240) yang menyatakan bahwa
posisi dan upah terendah akan dialami oleh perempuan walaupun bila dilihat dari
pendidikan dan kemampuan mereka tidak kalah dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan
pemilik modal usaha telah memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih bisa fleksibel
dalam berbagai hal dan perempuan dianggap tidak produktif. Jika perempuan
memerlukan cuti hamil, melahirkan, dan jarang yang bisa lembur karena beban ganda
mengurus keluarganya di rumah maka tidak demikian dengan laki-laki.
Perempuan mendapat perlakuan tidak adil, tidak hanya di tempat kerja, namun
juga di dalam keluarganya sendiri, yakni dalam bentuk diskriminasi atas anggota
keluarga laki-laki terhadap perempuan (Fakih, 2008:15).
Anggota keluarga berjenis kelamin perempuan tidak memiliki hak yang sama
dengan lakilaki dalam mengambil keputusan dalam keluarganya. Ayah akan memiliki
kekuasaan mutlak terhadap kehidupan istri maupun anak-anaknya, begitu pula
dengan kedudukan anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki akan langsung
menggantikan ayah jika yang bersangkutan pergi atau meninggal, walaupun posisi
anak perempuan lebih tua dari anak laki-laki.
Kedudukan laki-laki yang dianggap lebih tinggi juga akan berimbas pada
pendidikan yang rendah untuk perempuan. Hal tersebut dicontohkan ketika keadaan
keluarga yang sedang mengalami krisis keuangan, maka anak laki-laki akan
mendapat prioritas utama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi 13
daripada anak perempuan. Anak perempuan akan lebih banyak digunakan tenaganya
untuk membantu urusan rumah.
29
Hal ini karena anggapan masyarakat patriarki bahwa anak laki-laki sebagai
pengganti kepala keluarga (pengganti pencari nafkah) sedangkan perempuan akan
menjadi ibu rumah tangga kelak kalau sudah menikah. Stereotip masyarakat bahwa
perempuan lebih cocok bekerja mengurus rumah daripada bekerja di luar,
mengakibatkan kesempatannya untuk mengembangkan diri di luar terhambat.
Perempuan yang sudah tidak bisa hidup mandiri karena keadaan, menjadikannya
budak laki-laki.
Perempuan akan melakukan semua yang diinginkan laki-laki agar tetap bisa
bertahan hidup. Hal tersebut dapat dicontohkan dalam kehidupan rumah tangga, jika
yang bekerja adalah suami dan istri mengurus anak serta segala urusan rumah, istri
akan menuruti semua keinginan suami agar tetap diberi nafkah (secara materi) untuk
terus hidup.
Hal tersebut dikarenakan bila istri ditinggalkan suami, dia tidak akan memiliki
uang untuk melanjutkan hidupnya termasuk untuk membiayai anakanaknya.
Perempuan yang telah berhasil mendapat pekerjaan di luar pun masih harus
dihadapkan dengan beberapa masalah baru, misalnya saja masalah pelecehan seksual
di tempat kerja, perlakuan tidak adil sesama pekerja, dan beban kerja ganda.
Perempuan menjadi pekerja kelas dua karena anggapan-anggapan yang diberikan
pada pekerja perempuan membuat posisi perempuan menjadi terbelakang dan akan
terus menjadi pihak yang tergantung pada laki-laki (Yuarsi dalam Abdullah,
2006:244). 14 Murniati (2004: xxi) juga menjelaskan, proses marginalisasi tidak
hanya terjadi di luar perempuan saja, namun marginalisasi dalam diri pribadi pun
turut melanda perempuan. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakpercayaan diri
perempuan yang membuatnya kemudian menyingkir dari persaingan. Selain itu, juga
karena paksaan dari masyarakat patriarki yang telah menanamkan sifat lemah dan
lembut membuat diri perempuan sendiri seperti membentengi diri dari semua aturan
tersebut. Menurut Bhasin (1996:5), ada beberapa bidang kehidupan perempuan yang
dikontrol oleh laki-laki dalam masyarakat patriarki.
Bidang kehidupan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Membatasi Daya Produktif atau Tenaga Kerja Perempuan Menurut Walby
(via Bhasin, 1996: 5), ibu rumah tangga merupakan posisi di mana perempuan
dijadikan budak untuk suami dan orang-orang yang tinggal di dalam keluarga
tersebut. Tenaga perempuan di sini diperas untuk melayani semua kebutuhan hidup
anggota keluarga. Tidak berbeda jauh dengan perempuan yang bekerja. Perempuan
yang memiliki pekerjaan di luar domestik juga tidak memiliki kemerdekaan. Jenis
pekerjaan yang dapat meraka jalani sudah ditentukan oleh laki-laki,mana pekerjaan
yang cocok untuk perempuan dan mana yang tidak cocok (Bhasin, 1996:6).
Perempuan di sini disisihkan dari pekerjaan yang memiliki upah tinggi.
30
2.
Kontrol Atas Reproduksi Perempuan Perempuan terkadang tidak memiliki
kebebasan dalam hal reproduksi, semuanya dikontrol oleh laki-laki (Bhasin, 1996: 6).
Bahkan, pada zaman modern ini reproduksi ditentukan oleh negara (yang banyak
dikuasai oleh laki-laki). Hal tersebut dapat dilihat bagaimana sistem keluarga
berencana yang ditentukan negara untuk hanya memiliki dua anak saja dengan alasan
menekan pertumbuhan penduduk, demikian halnya dengan di negara India. Berbeda
dengan Indonesia dan India, Malaysia dan Eropa malah mendorong perempuan untuk
melahirkan anak banyak. Hal tersebut karena di Malaysia ingin meningkatkan
perekonomian dalam negeri, sedangkan di Eropa karena rendahnya pertumbuhan
penduduk. Hal tersebut menunjukkan adanya kontrol atau aturan yang dibebankan
pada perempuan dalam hal reproduksi. Perempuan dipinggirkan dalam menentukan
keputusan tersebut, hak mereka diabaikan oleh negara maupun penguasa.
3.
Kontrol Atas Seksualitas Perempuan Perempuan diwajibkan untuk
memberikan pelayanan seksual kepada lakilaki sesuai kebutuhan laki-laki bukan
perempuan (Bhasin, 1996:8). Laki-laki memiliki kuasa terhadap keinginan
seksualnya. Hal tersebut berarti perempuan tidak boleh menolak keinginan laki-laki
untuk melakukan hubungan seksual dan perempuan tidak diperbolehkan memaksakan
keinginannya untuk melakukan hubungan seksual pada laki-laki. Hukum yang
berlaku pun lebih membatasi perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut akan terlihat
pada masyarakat patriarki yang bagaimana perempuan dipaksa untuk memakai
pakaian yang tertutup daripada memaksa anak laki-laki 16 untuk menundukkan
kepala saat bertemu dengan perempuan (Bhasin, 1996:8). Hal tersebut berarti
perempuan dinilai menjadi penyebab adanya tindak kejahatan (seksualitas) dan
menafikan tidak adanya kontrol diri pada laki-laki.
4.
Gerak Perempuan yang Dibatasi Gerak-gerik perempuan memiliki batasan
yang jelas dalam masyarakat patriarki (Bhasin, 1996: 9-10). Hal tersebut akan terlihat
ketika banyaknya aturan yang membatasi anak perempuan. Pembatasan ini dapat
dicontohkan ketika anak perempuan akan keluar rumah, terdapat aturan untuk
pergaulannya dengan lawan jenis maupun sesame. Terkadang bahkan ada tradisi
pingitan untuk anak perempuan yang memasuki usia remaja, hal ini terjadi pada
jaman sebelum Indonesia merdeka.
5.
Harta Milik dan Sumber Daya Ekonomi Lainnya Dikuasai oleh Laki-Laki
Menurut Bhasin (1996:10), sebagian besar harta dan sumber daya produktif
dikendalikan oleh laki-laki kemudian diwariskan dari laki-laki ke lakilaki yang
lainnya. Hal tersebut terlihat pada hukum agama maupun sosial yang memberikan
bagian lebih banyak kepada pewaris laki-laki daripada pewaris perempuan.
Perempuan yang mewarisi harta ayahnya pun jika dia memiliki suami maka harta
tersebut akan langsung dikuasai oleh suami (bertindak sebagai kepala keluarga yang
mengolah harta). Bhasin (1996:5-10) menegaskan bahwa hal-hal yang disebut di atas
merupakan batasan-batasan yang diberikan masyarakat patriarki untuk perempuan.
31
Perempuan tidak memiliki kemerdekaan bahkan pada dirinya sendiri. Hal
tersebut terlihat ketika reproduksi, gerak, dan seksualitas mereka masih 17 dikontrol
oleh laki-laki. Ketidakmerdekaan perempuan juga terlihat pada adanya pembagian
kerja yang jelas yang dibuat oleh laki-laki untuk perempuan. Perempuan hanya
dijadikan objek atas berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan laki-laki. Mereka tidak
diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan dirinya sesuai dengan keinginannya.
ANALISIS SINTESIS
Perempuan dalam lingkungannya membagikan diri kepada individu lain yang
sesuai dengan tujuan serta prinsipnya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Perempuan adalah jenis kelamin, yakni orang (manusia) yang mempunyai puki,
dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Menurut Maya dan Hanum
(1996) Karakteristik perempuan ditentukan oleh lingkungan sosial yaitu Penampilan,
Status Sosial, dan Bahasa. Jika ingin membentuk suatu kelompok dengan berazaskan
ikatan , dalam nyatanya perempuan lebih banyak bergaul dalam suatu
kelompok-kelompok kecil yang terbentuk tnpa adanya pengukan resmi ( kelompok
sosial) . Kelompok sosial yang dibentuk perempuan dibentuk secara tidak langsunng
terkandung modal sosial yang ada di dalamnya yakni kepercayaan, relasi dan norma,
Ellis (2000) . Kelompok perempuan cenderung memberikan pengaruh besar pada
income keluarga yang besar terbukti dari indikator-indikator yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli.
Pengaruh besar perempuan tersebut terletak dari kinerja kelompok sosial yang
dibentuk perempuan lebih disiplin dibanding dengan laki-laki. Dalam keputusan di
keluarga perempuan lebih dianggap pilihan kedua dibanding kepala keluarga.
Terbukti dalam beberapa kasus perempuan lebih cepat meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga inti yakni Kesehatan, Pengetahuan dan Materi .
Kelompok sosial perempuan dibentuk oelh perempuan yang beranggapan
bahwa ada individu-individu lain “perempuan” yang selarasa dengan perempuan
tersebut dengan tujuan, struktur serta keanggotaan yang jelas. Sehingga dalam
Kelompok Sosial perempuan pemandu lagu karoke terdapat beberapa pengaruh
terutama pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
32
Kerangka pemikiran
Karakteristik Perempuan
:
1. Penampilan
2. Interaktif
3. Tingkat
Pendidikan
4. Status Sosial
Karakteristik Modal
Sosial :
Karakteristik Sikap
dan Tindakan dalam
Kelompok :
1. Trust
2. Network
3. Norm
1. Dimensi
Rumah
Tangga
2. Dimensi
Masyarakat
Karakteristik Kelompok
Sosial :
1. Tujuan
2. Struktur
3. Tekanan pada
kelompok
Ket :
Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga :
1. Tingkat
Kesehatan
2. Tingkat
Pendidikan
Akhir
3. Tingkat
Pendapatan
Pengaruh
Hipotess
1.
Diduga adanya pengaruh karakteristik perempuan terhadap karakteristik sikap
dan tindakan dalam kelompok
2.
Diduga adanya pengaruh karakteristik Modal Sosial terhadap Karakteristik sikap
dan tindakan dalam kelompok
33
3.
Diduga adanya pengaruh Karakteristik Kelompok social terhadap karakteristik
sikap dalam kelompok
4.
Diduga adanya pengaruh karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok
terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga
5.
Diduga adanya pengaruh karakteristik perempuan terhadap tangkat kesejahteraan
rumah tangga
6.
Diduga adanya pengaruh Karakteristik Modal Sosial terhadap tingkat
kesejahteraan rumah tangga
7.
Diduga adanya pengaruh karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok
terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara kencana.
Adimiharja, Djasman.1987-1988.Psikologi Umum Pusat Pengembangan Penataran
Guru Tertulis. Bandung
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta31 Gerungan, op.
cit., h. 150 32 Ibid.., h. 141 33 Soekidjo Notoatmodjo, op. cit., h. 175
Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar BPRANOWO, Pembelajaran Yang Menumbuhkan Sikap
Wirausahawan. http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=51.
BPS. 1997. Profil Kesejahteraan Rakyat Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 1997.
Yogyakarta: Kerja sama antara Kantor Statistik dan Bappeda DIY.
Bongaarts J. 1978. A framework for analyzing the proximate determinants of
fertility.Population and Development Review [Internet]. [Diunduh pada 12 November
2015] ; Volume 4 (Issue 1) : 105-132.
Badan Pusat Statistik. (2009). Berita Resmi Statistik: Profil Kemiskinan di Indonesia
Maret 2009. BPS. Jakarta.
34
____. (2009). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 Provinsi Jawa
Timur. BPS Provinsi Jawa Timur. Surabaya.
____. (2009). Meta Data Subdit Statistik Kerawanan Sosial. www.bps.go.id (3
Maret 2011)
____. (2009). Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 Propinsi Jawa
Timur. BPS Jawa Timur. Surabaya.
____ dan The World Bank Institute. (2002). Dasar-dasar Analisis Kemiskinan.
Jakarta.
Cahyat, A., Gonner, C., dan Haug, M.. (2007). Mengkaji Kemiskinan dan
Kesejahteraan Rumah Tangga : Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat,
Indonesia. CIFOR. Bogor.
Darusman, D. dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan. Hal 4-13. http://www.dephut.go.id/files/
ekonomi_hr.pdf. Aksestanggal 13 Oktober 2015.
Dharmawan AH. 2007. Pandangan Sosiologi nafkah (livelihood sociology) Mazhab
Barat dan Mazhab Bogor. Jurnal Sodality . 01 (02): 1-24. [Internet]. [dikutip 25
November 2015]. Dapat diunduh dari: http://download.Portalgaruda.org/ article.ph
p?article =83493&val=223
Effendi, Ridwan. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek.
Ellis F. 2000. Rural Livelihood and Diversity in Development Countries. New York
(US): Oxford University Press.
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. 1974. Principles of Instructional Design.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc Gerungan WA. 2000. Psikologi Sosial.
Bandung: Refika Aditama H. C. Wherington. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Aksara Baru Howard H.,
Hadi S. 2004. Metodologi Research. Perpustakaan Nasional. Yogyakarta.
Kendler. 1974. Basic Psychology. Philipines: Benyamin/Cummings Hurlock,
Elizabeth B.1978. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Erlangga Keterkaitan Sikap,
Perilaku
Toleransi
Dengan
Nilai
Moral
Lainnya.
http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=14&fname+ppkn101_03.hm
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta
35
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Soerdanawati, Maya., dan Hanum Siregar.1995. Konsep Karakteristik Perempuan
Malam. Bandung: www.jurnalperempuan.com/jurnal/Psikologi/perempuan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta _______. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Rogers, C.R. 1951. Client Centered Therapy. Boston: Houghton Mifflin Company.
Sarwono, Sarlito Wirawan.1991. Pengantar Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
http://www.ligatama.org/jurnal/edisiI/Waris%20Islam.htm
Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan 2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sheriff.1962.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:PT Rienika Cipta
Soekanto, Surjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Suryadarma, D., Akhmad, H., dan Nina, T.. (2005). Ukuran Obyektif Kesejahteraan
Keluarga untuk Penargetan Kemiskinan : Hasil Uji Coba Sistem Pemantauan
Kesejahteraan oleh Masyarakat di Indonesia. SMERU. Jakarta
Tenrie, M. Shabran. 2005. “Tesis”. Studi Korelasional Antara Kompensasi dan Sikap
Guru Terhadap Tugas Dengan Disiplin Kerja Guru.Program Pascasarjana Magister
Studi Islam Konsentrasi manajeman Pendidikan.Bekasi : UNISMA Tjandrasa. 1989.
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Muria
Tu’u , Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Persetasi Siswa. Jakarta:
PT.Grafindo Persada
Zein, A.S. 1997. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat.
Jakarta: Rineka Jakarta.
Download