i Laporan Studi Pustaka (KPM403) Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan Oleh Agus I34120015 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2015 ii ABSTRAK AGUS. Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan. Di bawah bimbingan AMIRRUDIN SALEH. Pembentukan kelompok tidak hanya ditentukan secara resmi terutama dalam dunia kerja. Kelompok sosial dibentuk secara sukarela dibentuk berdasarkan azas faktor-faktor tertentu. Pengaruh kelompok sosial ini dikaitkan dengan kesejahteraan rumah tangga karena lingkungannya di dunia kerja terutama fokus penulisan ini adalah kelompok sosial yang ada di perempuan pemandu lagu karoke . Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis karakteristik,sikap dan pengaruh dari kelompok sosial yang dibentuk oleh perempuan pemandu lagu karoke. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis bahan pustaka, berupa skripsi, jurnal ilmiah, buku teks, artikel, monograph, serta laporan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan Kelompok dan Kesejahteraan Rumah Tangga. Hasil identifikasi menyatakan bahwa adanya pengaruh yang disebabkan oleh lingkungan, norma, jaringan atau relasi, dan kepercayaan. Kata kunci: Pengaruh Kelompok Sosial, Perempuan, Kesejahteraan Rumah Tangga ABSTRACT AGUS. Influence of Women's Social Group guides Songs Karoke Against Level Household Welfare in Rural. Under the guidance AMIRRUDIN SALEH. Only a determined group formation not be especially labor relations of worked world . Social groups formed voluntarily formed based on the principle of Certain factors. The influence of social groups linked husband Welfare household cause environment at work primarily focus worked world Writing husband is a social group The focus Women wizard karaoke song. Purpose husband is to review analyzing the characteristics, attitude and the influence of social groups formed Posted Woman guides karaoke song. The method used hearts husband Writing materials library is the method of analysis, the thesis form, scientific journals, text books, articles, monographs, as well as other research report relates with group and Household Welfare. Results of identification stating that the influence caused Yang Posted Environment, norms,network or relationships, and Trust. Keywords: Effects of Social Groups, Women, Household Welfare iii PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke terhadap Tingkat Kesejahteraan di Pedesaan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbikan atau tidak diterbikan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya dapat mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Agus I34120015 iv PENGARUH KELOMPOK SOSIAL PEREMPUAN PEMANDU LAGU KAROKE TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN Oleh Agus I34120015 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 v PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Amirrudin Saleh MS sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman bimbingan dan teman-teman SKPM 49 serta teman-teman HIMASIERA khususnya Divisi Research and Development d, yang telah memberi semangat dan menemani penulis dalam proses penulisan laporan ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, -- --------Agus I34120015 vi LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Agus Nomor Pokok : I34120015 Judul : Pengaruh Kelompok Sosial Perempuan Pemandu Lagu Karoke Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Pedesaan Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP. 19611113 198811 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP: 19670903 199212 2 001 Tanggal Pengesahan: ____________________ vii DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................................... ii PERNYATAAN........................................................................................................... iii 2015PRAKATA ....................................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... vi PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................... 3 1. Judul : Hubungan Antara Sikap dan Perilaku .................................... 3 Manusia.................................................................................................................. 3 2. Judul : Pengaruh SPP (Simpan Pinjam ............................................ 4 Kelompok Perempuan) PNPM-MP ....................................................................... 4 Terhadap Pendapatan Masyarakat ......................................................................... 4 3. Judul : Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem ............................... 6 Usaha Tani Padi dan Metode ................................................................................. 6 Pemberdayaannya .................................................................................................. 6 4. Judul : Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok ............................ 7 Tani Hutan Rakyat di Kabupaten Situbondo ......................................................... 7 5. Judul : Konsep Diri Perempuan Marginal ....................................... 9 6. Judul : Mengkaji Kemiskinan dan ............................................. 10 Kesejahteraan Rumah Tangga ............................................................................. 10 Tahun : 2007....................................................................................... 10 7. Judul : Strategi Nafkah Petani di Lereng ...................................... 12 Gunung Sumbing ................................................................................................. 12 8. Judul : Sikap Remaja Perempuan Terhadap.................................. 14 Pencegahan Kanker Serviks Melalui ................................................................... 14 Vaksinasi HPV di kota Semarang ........................................................................ 14 9. Judul : Peran Modal Sosial dalam Menunjang.............................. 15 Dinamika Kelompok Peternak Sapi ..................................................................... 15 Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 ...................................................................... 15 TPK Pulosari Pangalengan) ................................................................................. 15 10. Judul : Studi Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau .................................. 19 ANALISIS SINTESIS ................................................................................................ 31 Kerangka pemikiran .................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah utama pembangunan lapangan kerja di Kota Bogor adalah tingginya angka pembangunan gedung hiburan malam yang berkembang tujuh tahun terakhir seperti : Club, Lounge , Karoke , Bar , dan sebagainya . Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk peningkatan ekonomi. Menurut Perda Bab 6 Pasal 12 tentang pariwisata menyebutkan bahwa “ ...perluasan lapangan pekerjaan bidang pariwisata, setiap usaha-usaha hiburan wajib disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pengunjung serta meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar...” , Dalam ptempatnya karoke keluarga tidak hanya menyuguhklan ruangan dan fasilitas karoke yang nyaman saja melaikan beberapa karoke keluarga menyediakan pendampingan beberapa perempuan pemandu lagu yang menemani proses hiburan tersebut . Perempuan pemandu lagu karoke tersebut secara tidak langsung membentuk kelompok yang telah dikelompokkan oleh perusahaan karoke keluarga tersebut . Sherif pada tahun 1962 memaparkan bahwa kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya. Pada analisa lanjut tentang kelompok ditemukan beberapa jenis kelompok diantaranya : Kelompok kerja, Kelompok Sosial, Kelompok Formal , Kelompok Informal dan Kelompok Semangat. Variable antara (Proximate Deteminant) kelompok didefinisikan sebagai faktor-faktor Sikap dan Perilaku mana yang lalui pembentukan kelompok modal sosial dan modal hidup mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benar berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing.Berdasarkan uraian diatas penulis merasa perlu untuk mengidentifikasi sejauhmana pengaruh kelompok sosial perempuan pemandu lagu karoke terhadap tingkat kesejahteraan di pedesaan. 2 1.2 Rumusan Masalah 1. Perempuan adalah jenis kelamin, yakni orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Bagaimana karakteristik perempuan pemandu lagu karoke ? 2. Dalam pembentukan kelompok modal social diperhatian oleh beberapa perempuan untuk mengadopsi anggota yang tergabung dalam kelompoknya. Bagaimana aspek-aspek Modal Sosial perempuan pemandu lagu karoke ? 3. Dalam pembentukan kelompok, perempuan biasanya karakterisktik dalam pembentukan kelompok .bagaimana karakteristik pembentukan kelompok sosial di perempuan pemandu lagu karoke ? 4. Pengaruh kelompok social yang dibentuk perempuan pemandu lagu karoke secara tidak langsung mempengaruhi beberapa unsur psikologis anggotanya antara lain adalah sikap dan tindakan , bagaimana pengaruh kelompok social perempuan terhadap sikap dan tindakan dalam lingkungan ? 5. Pengaruh kelompok social yang dibentuk perempuan pemandu lagu karoke secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan beberapa aspek diantaranya adalah kesejahteraan rumah tangga , bagaimana pengaruh kelompok social perempuan mempengaruhi aspek-aspek kesejahteraan rumah tangga ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu : 1. Menganalisis karakteristik kelompok social yang terjadi perempuan pemandu lagu karoke 2. Menganalisis aspek-aspek modal social yang terkandung dalam kelompok perempuan pemandu lagu karoke 3. Menganalisis karakteristik perempuan yang tergabung dalam kelompok social 4. Menganalisis pengaruh kelompok social perempuan pemnadu lagu karoke terhadap sikap dan tindakan dalam lingkungan 5. Menganalisis pengaruh kelompok sosial perempuan pemandu lagu karoke terhadap kesejahteraan rumah tangga 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan berguna untuk beberapa pihak antara lain : 1. Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga sebagai pembelajaran mengenai fenomena masalah sosial di masyarakat 2. Pemerintah, hasil penelitian ini diharapan menjadi sumbangan saran untuk pemerintah maupun kementrian dalam hal pembangunan dan regulasi untuk sektor informal terutama dari segi dampak dan sasaran hiburan . 3 3. Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan memebrikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai fenomena dan permasalahan sector informal di Kota Bogor. Sekaligus sebagai ajang wadah aspirasi kepada pemerintah. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh : Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Manusia : 2009 :Jurnal : Elektronik : Dr. Yayat Surhayat, M.Pd :: Rieneka Cipta : Jurnal Pendidikan dan Perilaku : 1 No 2 : Http://repository.usu.ac.id : 10 Oktober 2015 Penelitian yang meneliti tentang suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Dalam beberapa aspek disebutkan bahwa perilaku manusia perlu adanya rangsangan terhadap lawan, Menurut Kurt Lewin, perilaku adalah fungsi karakteristik individu (motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dll) dan lingkungan, faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, terkadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu sehingga menjadikan prediksi perilaku lebih komplek. Jadi, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan.Selain mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu sikap mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri, dimana setiap orang belum tentu mempunyai kekuatan sikap yang sama. Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975; Krech dan Ballacy, 4 1963, Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000). Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Bahwa manusia dalam menjalin suatu hubungan atau relasi dengan lingkaungan baru atau orang-orang baru di pengaruhi dari aspek sikap orang orang lain . Analisis Pustaka Penulisan dalam tulisan jurnal tidak diperhatikan penulisan terdapat miss typing di beberapa kata, serta dalam pecantuman teori dan tahun teori tidak konsisten sumber yang tidak lengkap 2. Judul : Pengaruh SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh Terhadap Pendapatan Masyarakat : 2013 : Jurnal : Elektronik : Purwati Lestarini ::: Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang : 1 No 1 : Http://repository.ikip.ac.id : 10 Oktober 2015 Peneliti dalam penelitian ini berfokus pada Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh manakah pengaruh kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat di Desa Lanji Kec Patebon Kab Kendal Tahun 2010, yang didasarkan pada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum mengambil kredit SPP PNPM-MP dan sesudah mengambil kredit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat di Desa Lanji Kec Patebon Kab Kendal Tahun 2010. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga desa Lanji Kec Patebon Kab Kendal, yang menerima manfaat dari kredit SPP PNPM-MP sejumlah 23 orang. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil semua anggota populasi tersebut sebagai responden penelitian, sejumlah 23 warga. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode dokumentasi dan wawancara. 5 Hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh yang signifikan antara Kredit. SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dengan Pendapatan Masyarakat. Analisis data yang yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis uji-t. Dengan timbulnya krisis ekonomi yang melanda negara kita maka, berdampak dengan meningkatnya pengangguran, jumlah penduduk miskin bertambah dan derajat kesehatan serta pendidikan masyarakat menurun. Dengan kondisi semacam ini maka pemerintah melaksanakan program pembangunan diberbagai wilayah, dari tingkat pusat sampai tingkat desa atau kelurahan dalam rangka peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat desa. Sasaran pembangunan terutama kepada mereka yang dikategorikan miskin. Program pembangunan oleh pemerintah secara langsung dilaksanakan untuk menanggulangi kemiskinan. Pada umumnya RTM (Rumah Tangga Miskin) di desa Lanji yang berjumlah 195 KK dari 742 KK dengan jumlah penduduk 3034, menggantungkan penghasilan keluarganya pada suami/laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Ini dikarenakan kaum perempuan yang terbentur pada keterbatasan pendidikan dan modal untuk usaha. Untuk itu dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan, desa lanji mengambil alternatif, untuk memberdayakan perempuan dalam melaksanaan program PNPM-MP Untuk menunjang kegiatan tersebut kaum perempuan desa Lanji ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan SPP (simpan-pinjam kelompok perempuan), guna meningkatkan kemampuan dalam permodalan untuk usaha kecil, sehingga diharapkan akan dapat menambah pendapatan keluarga di kemudian hari . pengaruh kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP terhadap pendapatan masyarakat, maka perlu melihat perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah masyarakat mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP. Data tentang pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP adalah sebagai berikut: Jadi kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan masyarakat.Terdapat perbedaan secara signifikan pendapatan masyarakat sebelum mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dan sesudah mengambil kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP. Setelah masyarakat mengambil 6 kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP, penghasilan mereka menjadi meningkat Analisis Pustaka Dalam penulisan jurnal ini tidak mencantumkan beberapa teori yang di gunakan serta beberapa kesimpulan mengenai pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP terhadap penghasilan masyarakat adalah sebagai berikut: Terdapat kecenderungan bahwa adanya program simpan pinjam yang pro rakyat dengan syarat yang mudah dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Desa Lanji Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Hasil analisis data mengenai program kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang baik antara pengelola SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dengan masyarakat ternyata dapat mampu memberdayakan masyarakat desa untuk mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran bersama. 3. Judul : Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem Usaha Tani Padi dan Metode Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh Pemberdayaannya : 2003 : Jurnal : Elektronik : Sri Wahyuni ::: Jurnal Litbang Pertanian : 1 Hal 22 : Http:// : 10 Oktober 2015 Dari hasil temuan lapang diketahui bahwa factor-faktor yang kinerja kelompok tani adalah jumlah anggota,struktur, asset kelompok status anggota dalam kepemilikan lahan , kredibelitas pengurus dan kelembagaan penunjang.Ti8ga metode dalam perbedayaan kelompok yang dapat diterapkan meliputi 1). Sosisalisasi program yang diawali dengan perkenalan fasilitator dan petani dilanjutkan dengan penjelasan enam issue penting tentang program apa,siapa,kapan,dimana,kenapa,bagaimana ; 2) menerapkan pendekatan parsisipatif dengan bootom-up 3) menerapkan ibu tani sebagai motivator dalam adopsi dan sosialisasi teknologi. 7 Indikator diatas adalah sebagai penyempurna indikator sebelumnya (8 indikator) yang diciptakan oleh Slamet (1987) : 1) Tujuan Kelompok, 2) Struktur Kelompok, 3) Fungsi Tugas, 4) Tekanan Pada Kelompok, 5) Pembinaan Kelompok, 6) Kekompakan, 7) Suasana Kelompok, 8) Efektifitas Kelompok. Analisis Pustaka Dalam jurnal ini ditemukan bahwa perempuan dalam kelompok tani lebih cenderung mudah terpengaruh oleh faktor internal dan eksternal namun tetap saja menghasil hasil yang optimal . ditemukan bahwa kelompok tani wanita dalam kinerjanya dapat diukur dengan indikator-indikator kelompok . namun dalam penulisan jurnal ini masih tidak dicantumkan beberapa ahli yang tertulis teori didalamnya. 4. Judul : Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Tani Hutan Rakyat di Kabupaten Situbondo : 2011 : Jurnal : Elektronik 8 Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL : Agus Supriono , Cahyoadi Bowo , A. Syaffari Kosasih, Tuti Herawati ::: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman : 10 Nomor 3 :Http://pustaka.pelitbangnashut.ac.id/jurnalkelompok-pdf Tanggal Unduh : 13 Oktober 2015 Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi dalam kegiatan penguatan kapasitas kelompok tani hutan rakyat di Kabupaten Situbondo yang sedang giat mengembangkan hutan di lahan milik. Permasalahan yang dikaji meliputi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja tani, dan strategi yang efektif dan efisien untuk menguatkan kelompok tani hutan rakyat. Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis matrik evaluasi faktor internal dan ekternal serta strategi interaksiSWOT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya 9 faktor kekuatan internal, 9 faktor kelemahan internal, 7 faktor peluang eksternal, serta dan 4 faktor ancaman ekternal. Secara umum kondisi kelembagaan kelompok tani berada dalam posisi kuat secara internal dan dapat efektif memanfaatkan peluang serta sekaligus meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal yang ada. Strategi yang dipilih untuk memperkuat kelompok tani adalah strategi memanfaatkan kekutan dan peluang. Artinya bahwa potensi keunggulan yang dimiliki berupa faktor-faktor kekuatan internal yang ada dapat dikelola menjadi kekuatan pendorong guna meraih peluang-peluang serta sekaligus meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Darusman dan Hardjanto (2006) menyatakan bahwa pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan yang dilakukan oleh keluarga petani kecil secara subsisten. Pendapatan dari hutan rakyat masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% dari pendapatan total. Namun demikian, manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan nyata dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa. Sejalan dengan itu Zein (1998) menyatakan, setidaknya ada 2 (dua) aspek penting dalam pengusahaan hutan rakyat, yaitu sosial ekonomi dan kelestarian.Aspek sosial ekonomi mengindikasikan bahwa produk hutan rakyat merupakan andalan pemenuhan konsumsi kayu lokal dan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Aspek kelestarian hutan rakyat terkait dengan fungsi hutan rakyat untuk perlindungan tata air dan pengawetan tanah. Alternatifstrategi yang efektif dan efisien untuk menguatkan keberdayaan kelompok tani hutan rakyat adalah strategi SO (Streght and Opportunity) Strategi ini menggunakan kekuatan internaluntuk dimanfaatkan dalam meraih peluang eksternal disebut juga dengan strategi agresif. Dengan kata lain bahwa potensi 9 keunggulan yang dimiliki, yaitu berupa faktor-faktor kekuatan internal, dapat dimanfaatkan sedemikian rupa agar dapat menjadi kekuatan pendorong. . Analisis Pustaka Secara umum kondisi kelompok tani hutan rakyat di lokasi penelitian berada dalam posisi kuat secara internal dan dapat efektif memanfaatkan potensi peluang serta sekaligus meminimalkan pengaruh negatif dari potensi ancaman eksternal yang ada. Strategi untuk menguatkan kelompok tani hutan rakyat lahan kering di lokasi penelitian adalah strategi SO atau memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Secara teknis, strategi yang dapat dilakukan adalah : a) meningkatkan minat terhadap usaha hutan rakyat melalui pembinaan intensif ; b) memanfaatkan potensi modal sosial semangat kekeluargaan, gotong- royong, serta swadaya para petani; c) meningkatkan peran para pemuda tani yang memiliki pengalaman berorganisasi (Pemuda Ansor dan NU); d) memanfaatkan dukungan Pemerintah Daerah dalam menggagas terbentuknya koperasi dan implementasi Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan . 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh : Konsep Diri Perempuan Marginal : 2000 : Jurnal : Elektronik : Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih ::: Jurnal Psikologi : 1 Hal 22 : Http://repository.ui.ac.id/jurnal/15627pdf : 10 Oktober 2015 Penelitian yang meniliti tentanggal perempuan termaginalisasikan di Indonesia khususnya di beberapa daerah tertentu karena kualitas kesejahteraan mereka yang relative lebih rendah .Fakta ini ditunjukkan oleh data Profil Kesejahteraan Rakyat Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 1997 yangmenyatakan bahwa secara umum tingkat pendidikan perempuan lebih rendah darilaki-laki. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara besarnya persentase penduduk laki-laki dan perempuan yang tamat SLTP dan SLTA ke atas yaitu 46,72 persen berbanding 34,09 10 persen. Sedangkan jika dilihat dari angka butahuruf, perempuan mencapai angka 23,65persen sedangkan laki-laki 9,95 persen. Ironisnya, dengan bekal pendidikan formal yang sangat minim tersebut, perempuan marginal, dengan alasan meringankan beban ekonomi keluarga, seringkali terpaksa masuk ke dalam dunia kerja.Akhirnya, mereka hanya dapat bekerja di bidang informal dengan penghasilan yang minimal (Soetrisno, 1997) dan sulit untuk memperoleh kesempatan untuk dapat menaikkan taraf hidupnya. Hasilnya, mereka tetap saja miskin. Secara khusus, masalah perempuan miskin di perkotaan dapat dipecahkan dengan pendekatan humanistik, yaitumenjunjung nilai-nilai kemanusiaan, menghormati potensi dan perbedaan individu atau kelompok yang ada. Menurut Rogers (dalam Schultz, 1993), segi pertumbuhan dan perkembangan manusia selalu beroperasi dengan proses aktualisasi diri yang pada tingkat dasar berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan makanan, air, dan udara. Terhambatnya kebutuhan fisiologis, yang jelas-jelas tidak dapat dikekang untuk mendorong individu melangkah ke tingkat pematangan yang berikutnya, membuat anak terlalu disibukkan dengan upayanya sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka tidak sempat mengembangkan diri sesuai keinginannya dan proses individu dalam pencapaian aktualitas diri akan terhambat, apalagi untuk menjadi manusia yang utuh. Maya dan Hanum (1996) Karakteristik perempuan ditentukan oleh lingkungan sosial yaitu Penampilan, Status Sosial, dan Bahasa . Analisis Pustaka Dalam penelitian ini penulis sudah baik dalam penggunaan tori dan pengambilan data kualitatif . Daftar pustaka dalam jurnal ini hampir semua alhi tidak dimasukan namun dipakai didalam penulisan . 6. Judul : Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : 2007 : Buku : Elektronik : Ade Cahyat, Christian Gönner, Michaela Haug ::: Buku Kesejahteraan :: Http://jurnalilmiah.go.id/kemiskinan1211pdf : 21 November 2015 Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh 11 Penelitian ini ditulis dalam buku dengan tiga peneliti membuktikan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki beberapa model kesejahteraan dan kemiskinan; misalnya, Badan pusat statistik yang mengukur kemiskinan dengan fokus konsumsi dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berfokus pada kesejahteraan keluarga. Lembaga-lembaga internasional, seperti United Nations Development Programme (UNDP) juga memperhatikan isu pengembangan manusia, yang didefinisikan sebagai harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan, dan tingkat daya beli per kapita. Konsep-konsep tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dilihat dari sudut pandang pemerintah daerah, misalnya Kutai Barat, model-model tersebut memilikibeberapa kelemahan, yaitu: • Tidak menggambarkan ciri khas lokal (misalnya, kondisi perumahan atau preferensi makanan setempat). • Tidak menyentuh konteks kemiskinan (misalnya, tidak ada dari model tersebut yang berhubungan dengan sumberdaya alam atau konteks sosial). • Data yang ada sering kontradiktif. • Tidak terkait dengan pengurangan kemiskinan atau perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, konsep kemiskinan dan kesejahteraan yang baru diperlukan untuk menghubungkan aktivitas pemantauan dan perencanaan secara lebih baik.Ciri khas lokal, kepentingan pemerintah daerah, dan persepsi masyarakat tentang kemiskinan dan kesejahteraan dipelajari melalui studi kehidupan masyarakat secara mendalam, lokakarya pemerintah, dan analisis kebijakan. Berdasarkan temuan dari pembelajaran partisipatif ini, kemiskinan didefinisikan sebagai berikut: “Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan”.Dari definisi di atas, kita dapat melihat tiga tingkat kondisi yang perlu dipantau: (1) Kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing atau disingkat SWB), (2) Kesejahteraan inti (kebutuhan dasar, seperti kekayaan materi, pengetahuan dan kesehatan), dan (3) Lingkungan pendukung (konteks). 12 Analisis Pustaka Dalam kebutuhan kesejahteraan rumah tangga , menggolakan kesejahterasan itu sendiri kedalam kesejahteraan inti yang dimana mencangkup aspek materi, kesehatan dan pengetahuan . semakin tinggi ketiga aspek tersebut semakin minimim juga angka kemiskinan yang menggolongkan rumah tangga kedalam kemiskinan . dalam jurnal ini membahas secara detail tentang kesejahteraan namun kesejanteraan tidak dapat di ukur dengan nilai atau angka ekonomi . 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL : Strategi Nafkah Petani di Lereng Gunung Sumbing : 2010 : Jurnal : Elektronik : Widyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan Nuraini Prasodjo ::: Buku Transdisiplin Sosiologi,Komunikasi, Ekologi : Vol. 4 No. 1 Halaman 91-114 : http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article 13 Tanggal Unduh : 17 Oktober 2015 Penelitian pengaruh tanam paksa yang dilakukan oleh penjajah terhadap kehidupan petani-petani di Indonesia khususnya pada era tanam paksa. Tembakau sudah menjadi sumber daya yang memberikan penghidupan atau livehood di sebagian petani khususnya dilokasi penelitian ini, perubahan strategi nafkah di Gunung Sumbing merunut pada pengalihan mata pencaharian. Menurut Ellis (2000), nafkah adalah mata pencaharian terdiri dari asset (alam, manusia, finansaial, dan modal sosial), kegiatan, dan akses masuk (dimediasi oleh lembaga dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup yang diperoleh oleh individu atau rumah tangga. Gambar 1. Diversifikasi Mata Pencaharian Pedesaan (Sumber: Ellis 2000) Asset Modal alam, Modal fisik, Modal manusia, Modal sosial, Modal finansial Institusi Tanah tenurial, Properti bersama, Pasar nyata, dll Hubungan sosial Desa, Etnis, Gender, dll Kegiatan Organisasi (yang ditunjukkan) Agen pemerintah, Kelompok komunitas, LSM, dll Akses dimediasi oleh Terdapat lima modal yang dijelaskan Ellis sebagai livelihood Asset yaitu modal alam, modal, fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial. Modal alam merujuk pada sumber daya alam dasar (tanah, air, pohon) yang menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Modal fisik merujuk pada asset-aset yang dibawa ke dalam eksistensi proses produksi ekonomi, sebagai contoh, alat-alat, mesin, dan perbaikan tanah seperti teras atau saluran irigasi. 14 Modal manusia merujuk pada tingkat pendidikan dan status kesehatan individu dan populasi. Modal finansial merujuk pada persediaan uang tunai yang dapat diakses untuk membeli barang-barang konsumsi atau produksi, dan akses pada kredit dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. Modal sosial merujuk pada jaringan sosial dan asosiasi di mana orang berpartisipasi, dan dari mana mereka dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan mereka. Analisis Pustaka Dalam jurnal ini menerangkan bahwa startegi nafkah masyarakat petani tembakau beralih ke sumberdaya lain . dalam penulisan dan pustaka serta literatur peneliti melihat bahwa pengaruh dari perubahan nafkah akan merubah kapasitas petani tersebut. 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh : Sikap Remaja Perempuan Terhadap Pencegahan Kanker Serviks Melalui Vaksinasi HPV di kota Semarang : 2012 : Jurnal : Elektronik : Berlian Rachman, Zahroh Shaluhiyah, dan Kusyogo Cahyo ::: Jurnal Psikologi Kesehatan Remaja : Vol 11 Nomor 1 : ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6161 : 10 Oktober 2015 Dalam penelitian ini, pengetahuan yang baik dari remaja perempuan dikarenakan jenjang pendidikan remaja perempuan tersebut dalam lingkup kesehatan, sehingga remaja perempuan pernah mendapatkan pembelajaran tentang kanker serviks dan pencegahannya. Pembelajaran yang didapatkan remaja perempuan tidak hanya dari dosen dalam memberikan materi tentang kanker serviks tetapi ketika peneliti bertanyakepada beberapa remaja perempuan menjawabpernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks dari media massa cetak maupun elektronik. Hal inilah yang memungkinkan remaja perempuan memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Mubarak 2007, tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.(5) Hal ini selaras dengan 15 Pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pengalaman dan tingkat pendidikan.(10) Dalam penelitian ini, Remaja perempuan dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan melakukan perbaikan dalam dirinya sehingga muncul suatu sikap dalam upaya mencegah terjadinya kanker serviks melalui vaksin HPV. Dukungan teman sebaya dalam memberikan informasi terhadap pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58,8% teman sebaya dari remaja perempuan tidak mendukung pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPVdan hanya 41,2% teman sebaya dari remaja perempuan mendukung pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV. Secara teori dalam pembentukan sikap maupun kepribadian seorang remaja dipengaruhi oleh konformitas dari teman sebaya. Menurut Baron dan Byrne konformitas remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma kelompok acuan, menerima ide atau aturanaturan kelompok yang mengatur cara remaja berperilaku.(11) Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang sehingga terbentuklah sikap dan pandangan baru dari seseorang yang memungkinkan seseorang (remaja) tersebut melakukan tindakan sesuai dengan ide dari teman sebaya sehingga konformitas dapat dikatakan terbentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitar remaja. Dalamyang tinggi akan melakukan perbaikan dalam dirinya sehingga muncul suatu sikap dalam upaya mencegah terjadinya kanker serviks melalui vaksin HPV. Analisis Pustaka Dalam penelitian ini penulis tidak mencantumkan ahli psikologi atau teori yang dikemukakan oleh ahli karena di lihat dari daftar pustaka jurnal ini hanya mencantumkan ahli kesehatan tanpa melihat teori tentang remaja perempuan serta dukungan sosial. 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan) : 2014 : Jurnal : Elektronik : Raisya Nur Pratisthita, Mumun Munandar, dan Siti Homzah 16 Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL Tanggal Unduh ::: Jurnal Ilmu Ternak : VOL. 1, NO. 10, 52 - 57 : http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/viewFile/ : 10 Oktober 2015 Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok 3 TPK Pulosari KPBS Pangalengan, Desa Pulosari, Kabupaten Bandung Selatan. Tujuan dari penelitian adalah 1) mengetahui potensi modal sosial pada kelompok peternak sapi perah, 2) mengetahui peran potensi modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok peternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan menganalisis data secara deskriptif kualitatif dengan cara interpretative (verstehen). Variabel yang diamati adalah modal sosial dan dinamika kelompok. Informan kunci yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini sebanyak 6 informan terdiri atas tokoh dan non tokoh yang ada dalam kelompok. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Cartwright dan Zander mengartikan dinamika kelompok sebagai suatu keadaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara alamiah dengan peraturan pengembangan yang ada pada mereka dan hubunganhubungan dikalangan anggota kelompok itu hidup, bergerak, aktif, dan efektif dalam mencapai tujuannya (Mardikanto, 1993). Dinamika yang ada pada kelompok saat ini cukup terasa yang ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah anggota kelompok. Berkurangnya jumlah anggota kelompok sendiri akan mengurangi kekuatan kelompok dan mempengaruhi keharmonisan didalam kelompok. Modal sosial yang ada dalam anggota kelompok sudah cukup baik. Kepercayaan anggota satu sama lain, anggota terhadap ketua dan ketua terhadap kinerja kelompoknya sudah cukup baik. Potensi modal sosial yang cukup baik ini masih belum bisa menunjang kedinamisan kelompok dikarenakan masalah eksternal yang sangat krusial, yaitu pakan. Turunnya kualitas rumput menyebabkan peternak menjadi sangat bergantung kepada kualitas konsentrat, namun turunnya kualitas konsentrat menyebabkan turun pula semangat anggota untuk beternak. Konsentrat merupakan satu-satunya pakan yang diandalkan oleh anggota untuk menaikkan produksi susu sapi. Sementara koperasi hingga saat ini masih belum mampu menyediakan konsentrat berkualitas baik, namun tuntutan koperasi agar kelompok tetap dapat berfungsi sebagai penyalur susu dengan kualitas dan kuantitas baik harus tetap 17 terpenuhi dan hal ini ditujukan kepada anggotakelompok, terutama kepada ketua. Hal inilah yang menyebabkan banyak anggota kelompok tidak dapat mempertahankan usahanya. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok ditunjukkan dengan meningkatkan interaksi atau kerjasama dalam kelompok dan meningkatkan pelaksanaan fungsi tugas kelompok. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok dengan meningkatkan interaksi atau kerjasama dalam kelompok ditandai dengan meningkatnya rasa tolongmenolong sesama anggota yang ditunjukkan dengan mereka akan langsung menolong sesama anggota, baik satu kelompok maupun bukan, yang sapinya akan melahirkan tanpa dikoordinir. Prinsip timbal balik sangat mereka rasakan disini. Apabila mereka menolong saat kelahiran sapi anggota lain, maka mereka juga akan mendapatkan pertolongan dari anggota lain saat sapi mereka melahirkan. Saat mereka membagikan informasi yang mereka miliki kepada anggota lain, mereka juga akan mendapatkan informasi lain yang belum diketahuinya dari anggota lain. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok lainnya adalah meningkatkan fungsi dan tugas dalam kelompok ditunjukkan dengan peningkatan fungsi ketua dalam kelompok dan peningkatan penyebaran informasi dalam kelompok. Pada keadaan kelompok yang sedang sulit saat ini, fungsi dan peranan ketua kelompok menjadi lebih nyata. Tugas internal yang diberikan ketua kepada anggota kelompok untuk menyetor susu setiap hari kepada koperasi masih berjalan, ditunjukkan dengan ketua dan anggota kelompok yang tersisa masih mampu untuk menyetor susu kepada koperasi. Tugas khusus yang diberikan ketua kepada anggota yang memiliki tunggakan dengan mengurangi jatah konsentrat maupun berasnya untuk meniadakan tunggakannya kepada koperasi juga dilaksanakan anggota tersebut. Kepercayaan yang diberikan ketua terhadap anggota tersebut tidak disia-siakan. Selama ini belum ada anggota yang melanggarnya dengan mengambil konsentrat maupun beras diluar ketentuan ketua. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. 18 Analisis Pustaka Modal sosial pada kelompok sudah cukup baik, ditunjukkan dengan kepercayaan yang baik antara sesama anggota dalam kelompok, yang ditandai dengan seringnya mereka berbagi pikiran dalam masalah yang dihadapi. Partisipasi anggota dalam setiap kegiatan kelompok juga sudah cukup baik. Mereka merasa bebas dan nyaman dalam mengeluarkan pendapat saat diskusi kelompok. Rasa timbal balik yang terjadi dalam kelompok dirasakan anggota sebagai hukum alam. Mereka merasa bahwa pertolongan yang mereka dapatkan dalam kelompok karena mereka juga suka menolong anggota lain, maka sikap ini ada didalam diri mereka masing-masing. 2. Peran modal sosial dalam menunjang dinamika kelompok ialah meningkatkan 19 interaksi atau kerjasama dalam kelompok dan meningkatkan fungsi dan tugas dalam kelompok. Perlu adanya pembuatan tujuan kelompok yang lebih jelas, lebih spesifik dan sesuai dengan tujuan anggota. 2. Perlu adanya pembuatan struktur organisasi kelompok yang lebih lengkap agar menunjang kinerja kelompok yang lebih baik dimasa yang akan datang. 3. Koperasi harus menyelesaikan masalah pakan yang turut mempengaruhi keutuhan kelompok sesegera mungkin. 4. Koperasi harus bekerja sama dengan kelompok dan mengusahakan berbagai aspek untuk membuat anggota yang telah keluar menjadi bersemangat kembali bergabung dengan kelompok dan menjalani usaha ternaknya lagi. 5. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang ada diusahakan menjadi lebih baik dengan memiliki jadwal yang teratur dan tetap pada setiap tahunnya agar kelompok dapat lebih berkembang. 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamt URL : Studi Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau : 2013 : Jurnal : Elektronik : Eko Sugiharto, Salmani, dan Bambang Indrianto Gunawan ::: Jurnal Ilmu Perikanan Tropis : Vol. 18. No. 2 : https://fpik.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/9-SalmaniSTUDI-TINGKAT-KESEJAHTERAAN-MASYARAKAT.pdf Tanggal Unduh : 13 Oktober 2015 Kampung Gurimbang memiliki kondisi alam yang sebagian besar adalah kawasan laut dan sungai, membuat sebagian warga masyarakat ini bermata pencaharian sebagai nelayan yang merupakan penghidupan (livelihoods) utama pada masyarakat di kampung ini. Masyarakat nelayan Kampung Gurimbang yang secara fisik terlihat hidup sederhana, hal ini tampak pada pemukiman rumah mereka yang dibangun sederhana, sarana dan prasarana yang kurang menunjang diantaranya tidak 20 adanya jenjangan sekolah yang lebih tinggi (SMA), dan masih terkendala biaya yang sangat minim untuk membeli peralatan dan perlengkapan sebagai penunjang untuk melaut. Nelayan pergi menangkap ikan hanya bersifat (one day fishing) yaitu berangkat subuh dan kembali pada sore hari, dikarenakan masih sederhananya perahu yang dimiliki dan belum dilengkapi dengan tempat pengawetan yang memadai untuk tetap menjaga mutu hasil tangkapan, kemudian ada juga nelayan yang pergi melaut dalam waktu seminggu di laut kemudian baru kembali pulang. Keseluruhan faktor-faktor tersebut telah mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di wilayah kampung ini. Informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan dan permasalahan yang dihadapi kelompok masyarakat di Kampung Gurimbang belum diketahui secara baik. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Studi Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Dalam pencarian data mengenai monografi kampung yang mendeskripsikan tentang kampung Gurimbang yang diolah dengan berpedoman pada tehnik penentuan tipologi desa (swadaya, swakarya dan swasembada) yang dikemukakan oleh Sajogyo (1990) dengan pemberian kode. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat Nelayan : Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat nelayan di lokasi studi akan digunakan pendekatan deskriptif. Menurut Nawawi Hadari, (2007) Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagai mana adanya. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kampung Gurimbang dapat ditentukan berdasarkan indikator Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Indikator-indikator tersebut adalah pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologi, kebutuhan pengembangan dan partisipasi dalam kegiatan sosial. Selanjutnya seluruh tanggapan responden akan dihitung berdasarkan nilai dari indikator BKKBN yaitu jawaban ‘Ya’ bernilai 1 dan jawaban ‘Tidak’ bernilai 0. Untuk lebih jelasnya Tahapan keluarga sejahtera masyarakat nelayan di Kampung Gurimbang berdasarkan indikator BKKBN dapat dilihat pada Tabel 1. 21 Berdasarkan indikator BKKBN, keluarga masyarakat nelayan di daerah Kampung Gurimbang yang termasuk dalam kategori keluarga prasejahtera, dengan jumlah nelayan prasejahtera adalah sebanyak 31 orang responden dengan persentase (94%), Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal. Kemudian yang temasuk dalam kategori keluarga prasejahtera I, dengan jumlah nelayan prasejahtera I sebanyak 2 orang responden dengan persentase (6%) Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. 22 Analsisis Pustaka Dalam penelitin ini indicator-indikator kesejahteraan menurut BKKBN mewakili pengukuran sayogyo. Dalam penulisan penelitian ini melihat banyaknya pengaruh-pengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga . PENDEKATAN TEORITIS Pengertian Kelompok Sosial Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne: • Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain. • Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain. • Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun). • Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota. • Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran. • Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok. Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H. Page: Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961: 213). Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto, 2006:104). B. Ciri dan Syarat Kelompok Sosial 23 Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial. • Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain • Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. • Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing • Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. • Berlangsungnya suatu kepentingan. • Adanya pergerakan yang dinamik. Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut. a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. C. Macam-macam Kelompok Sosial a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain: 1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan. 2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. 3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan 24 yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain. 4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain. Faktor Pembentukan Kelompok Sosial Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Faktor Pembentukan Kelompok Sosial Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. • Kedekatan Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan. • Kesamaan Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga. 25 Nafkah Pengertian Nafkah Menurut Ellis (2000), nafkah adalah mata pencaharian terdiri dari aset (alam, manusia, finansaial, dan modal sosial), kegiatan, dan akses masuk (dimediasi oleh lembaga dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup yang diperoleh oleh individu atau rumahtangga. Sedangkan, Diversifikasi mata pencaharian pedesaan didefinisikan sebagai proses dimana rumah tangga pedesaan membangun sebuah portofolio yang semakin beragam dengan kegiatan dan aset dalam rangka untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup mereka. Terdapat lima modal yang dijelaskan Ellis sebagai livelihood asset yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial. Modal alam merujuk pada sumber daya alam dasar (tanah, air, pohon) yang menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Modal fisik merujuk pada aset-aset yang dibawa ke dalam eksistensi proses produksi ekonomi, sebagai contoh, alat-alat, mesin, dan perbaikan tanah seperti teras atau saluran irigasi. Modal manusia merujuk pada tingkat pendidikan dan status kesehatan individu dan populasi. Modal finansial merujuk pada persediaan uang tunai yang dapat diakses untuk membeli barang-barang konsumsi atau produksi, dan akses pada kredit dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. Modal sosial merujuk pada jaringan sosial dan asosiasi di mana orang berpartisipasi, dan dari mana mereka dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan mereka. Menurut Dharmawan (2007), pada mahzab Bogor, strategi penghidupan dan nafkah pedesaan dibangun selalu menunjuk ke sektor pertanian (dalam arti luas). Dalam posisi sistem nafkah yang demikian, basis nafkah rumahtangga petani adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian. Karakteristik sistem penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya setempat. Terdapat tiga elemen sistem sosial terpenting yang sangat menentukan bentuk strategi nafkah yang dibangun oleh petani kecil dan rumahtangganya. Ketiga elemen tersebut tersebut adalah: (1) infrastruktur sosial (setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku) (2) struktur sosial (setting lapisan struktur agrarian, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal) (3) supra-struktur sosial ( setting ideologi, etika-moral ekonomi, dan sistem nilai yang berlaku). Kesejahteraan 26 Berdasarkan Rancangan Undang-Undang tentang Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional (RUU SKSN), kesejahteraan sosial adalah kondisi sosial ekonomi yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kesejahteraan menurut Cahyat et al (2007) merupakan kondisi dapat memenuhi kebutuhan dasar baik material maupun non-material yang mencakup aspek gizi dan kesehatan, pengetahuan, dan kekayaan materi. Kemiskinan sendiri merupakan bentuk ketidakmampuan untuk meraih kesejahteraan dipandang dari sisi ekonomi - dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan- yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (GK) (BPS, 2009). Selain itu, kemiskinan juga dijelaskan sebagai suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan (Cahyat et al, 2007). Tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diukur melalui besarnya pendapatan/pengeluaran. Pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, dan kemampuan daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan selanjutnya akan berdampak meningkatnya kesejahteraan masyarakat (BPS, 2009). Dalam mengukur kesejahteraan rumah tangga diperlukan indikator moneter, indikator yang banyak digunakan adalah pendapatan dan pengeluaran (BPS, 2009, dan The World Bank, 2007). Indikator pengeluaran, dalam hal ini disebut juga konsumsi, dipilih karena sifatnya tetap dan relatif stabil terhadap berfluktuasinya pendapatan dari tahun ke tahun. Suryadarma (2005) mengungkapkan variabel-variabel yang menjadi ciri kesejahteraan suatu keluarga antara lain: kepemilikan asset, kepemilikan binatang ternak, status perkawinan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan pasangannya, anggota rumah tangga yang bekerja, sektor pekerjaan, akses terhadap rumah tangga, konsumsi makanan dan indikator kesehatan, indikator kesejahteraan lainnya serta partisipasi politik dan akses kepada informasi. 27 Jumlah anggota rumah tangga diduga mempunyai keterkaitan erat dengan kesejahteraan rumah tangga karena kemiskinan dihitung berdasar pengeluaran dan jumlah anggota rumah tangga.Makin besar jumlah anggota rumah tangga akan makin besar pula resiko untuk menjadi miskin apabila pendapatannya tidak meningkat (Faturochman dan Molo, 1995). Umur kepala rumah tangga juga berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga walaupun hubungannya tidak begitu jelas, akan tetapi ada kecenderungan bahwa kepala rumah tangga yang lebih sejahtera lebih tua dibandingkan kepala rumah tangga yang kurang sejahtera. Jenis karakteristik lain adalah karakteristik jenis pekerjaan. Kemampuan mayoritas rumah tangga untuk keluar dari 3 kemiskinan akan bergantung pada upah mereka dari pekerjaan yang dilakukan. Jadi penting untuk menguji hubungan antara kesejahteraan dengan jenis pekerjaan anggota rumah tangga yang berada dalam usia kerja. Dillon dan Hermanto dalam Faturochman dan Molo (1995) mengungkapkan bahwa kenyataannya, sebagian penduduk atau rumah tangga miskin di desa masih mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utamanya akan tetapi usaha-usaha di luar pertanian tetap menjadi sumber pendapatan komplementer dan alternatif bagi keluarga. Sedangkan rumah tangga miskin di kota lebih banyak mengandalkan penghasilan dari sektor-sektor jasa atau lebih dikenal dengan sektor informal. Sedangkan karakteristik umum penduduk miskin menurut Rusastra dan Togar, 2007 adalah sebagian besar tinggal di desa, bekerja di sektor pertanian, sifat pekerjaan adalah informal serta status pekerjaan sebagai pekerja keluarga yang tidak di bayar. Salah satu karakteristik umum penduduk miskin lainnya menurut The World Bank (2006) adalah sifat pekerjaan yang bersifat informal serta status pekerjaan sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar. Marginalisasi Perempuan Murniati (2004:xx) menjelaskan bahwa marginalisasi berarti menempatkan atau menggeser ke pinggiran. Marginalisasi merupakan proses pengabaian hak-hak yang seharusnya didapat oleh pihak yang termarginalkan. Namun, hak tersebut diabaikan dengan berbagai alasan demi suatu tujuan. Sebagai contoh, penggusuran lapak dagang yang ada di sekitar alun-alun kota. 28 Demi alasan kebersihan dan keindahan kota maka lapak-lapak tersebut dipindah ke suatu daerah yang masih lapang yang kemudian dijadikan pusat jajanan. Namun, pemindahan tersebut tidak memperhatikan bagaimana kondisi penjualan di tempat tersebut, karena tempat tersebut tidak strategis untuk dijadikan tempat transaksi jual beli (terlalu sepi). Hal tersebut tentu akan merugikan pihak pedagang yang dipindahkan. Hak mereka untuk mendapatkan penghasilan dari berdagang dipinggirkan dan akibatnya mereka jadi bangkrut dan menambah daftar pengangguran. Menurut Fakih (2008:14), proses marginalisasi sama saja dengan proses pemiskinan. Hal ini dikarenakan tidak diberinya kesempatan kepada pihak yang termaginalkan untuk mengembangkan dirinya. Demikian juga yang dialami oleh perempuan saat proses marginalisasi ini terjadi pada jenis kelamin. Perempuan merupakan pihak yang dirugikan daripada laki-laki dalam hal ketidakadilan gender ini. Sebagai contoh dalam hal pekerjaan. Perempuan yang bekerja 12 dianggap hanya untuk memberikan nafkah tambahan bagi keluarga, maka perbedaan gaji pun diterapkan antara perempuan dan laki-laki. Hal serupa juga diungkapkan oleh Yuarsi (2006:240) yang menyatakan bahwa posisi dan upah terendah akan dialami oleh perempuan walaupun bila dilihat dari pendidikan dan kemampuan mereka tidak kalah dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pemilik modal usaha telah memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih bisa fleksibel dalam berbagai hal dan perempuan dianggap tidak produktif. Jika perempuan memerlukan cuti hamil, melahirkan, dan jarang yang bisa lembur karena beban ganda mengurus keluarganya di rumah maka tidak demikian dengan laki-laki. Perempuan mendapat perlakuan tidak adil, tidak hanya di tempat kerja, namun juga di dalam keluarganya sendiri, yakni dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki terhadap perempuan (Fakih, 2008:15). Anggota keluarga berjenis kelamin perempuan tidak memiliki hak yang sama dengan lakilaki dalam mengambil keputusan dalam keluarganya. Ayah akan memiliki kekuasaan mutlak terhadap kehidupan istri maupun anak-anaknya, begitu pula dengan kedudukan anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki akan langsung menggantikan ayah jika yang bersangkutan pergi atau meninggal, walaupun posisi anak perempuan lebih tua dari anak laki-laki. Kedudukan laki-laki yang dianggap lebih tinggi juga akan berimbas pada pendidikan yang rendah untuk perempuan. Hal tersebut dicontohkan ketika keadaan keluarga yang sedang mengalami krisis keuangan, maka anak laki-laki akan mendapat prioritas utama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi 13 daripada anak perempuan. Anak perempuan akan lebih banyak digunakan tenaganya untuk membantu urusan rumah. 29 Hal ini karena anggapan masyarakat patriarki bahwa anak laki-laki sebagai pengganti kepala keluarga (pengganti pencari nafkah) sedangkan perempuan akan menjadi ibu rumah tangga kelak kalau sudah menikah. Stereotip masyarakat bahwa perempuan lebih cocok bekerja mengurus rumah daripada bekerja di luar, mengakibatkan kesempatannya untuk mengembangkan diri di luar terhambat. Perempuan yang sudah tidak bisa hidup mandiri karena keadaan, menjadikannya budak laki-laki. Perempuan akan melakukan semua yang diinginkan laki-laki agar tetap bisa bertahan hidup. Hal tersebut dapat dicontohkan dalam kehidupan rumah tangga, jika yang bekerja adalah suami dan istri mengurus anak serta segala urusan rumah, istri akan menuruti semua keinginan suami agar tetap diberi nafkah (secara materi) untuk terus hidup. Hal tersebut dikarenakan bila istri ditinggalkan suami, dia tidak akan memiliki uang untuk melanjutkan hidupnya termasuk untuk membiayai anakanaknya. Perempuan yang telah berhasil mendapat pekerjaan di luar pun masih harus dihadapkan dengan beberapa masalah baru, misalnya saja masalah pelecehan seksual di tempat kerja, perlakuan tidak adil sesama pekerja, dan beban kerja ganda. Perempuan menjadi pekerja kelas dua karena anggapan-anggapan yang diberikan pada pekerja perempuan membuat posisi perempuan menjadi terbelakang dan akan terus menjadi pihak yang tergantung pada laki-laki (Yuarsi dalam Abdullah, 2006:244). 14 Murniati (2004: xxi) juga menjelaskan, proses marginalisasi tidak hanya terjadi di luar perempuan saja, namun marginalisasi dalam diri pribadi pun turut melanda perempuan. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakpercayaan diri perempuan yang membuatnya kemudian menyingkir dari persaingan. Selain itu, juga karena paksaan dari masyarakat patriarki yang telah menanamkan sifat lemah dan lembut membuat diri perempuan sendiri seperti membentengi diri dari semua aturan tersebut. Menurut Bhasin (1996:5), ada beberapa bidang kehidupan perempuan yang dikontrol oleh laki-laki dalam masyarakat patriarki. Bidang kehidupan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Membatasi Daya Produktif atau Tenaga Kerja Perempuan Menurut Walby (via Bhasin, 1996: 5), ibu rumah tangga merupakan posisi di mana perempuan dijadikan budak untuk suami dan orang-orang yang tinggal di dalam keluarga tersebut. Tenaga perempuan di sini diperas untuk melayani semua kebutuhan hidup anggota keluarga. Tidak berbeda jauh dengan perempuan yang bekerja. Perempuan yang memiliki pekerjaan di luar domestik juga tidak memiliki kemerdekaan. Jenis pekerjaan yang dapat meraka jalani sudah ditentukan oleh laki-laki,mana pekerjaan yang cocok untuk perempuan dan mana yang tidak cocok (Bhasin, 1996:6). Perempuan di sini disisihkan dari pekerjaan yang memiliki upah tinggi. 30 2. Kontrol Atas Reproduksi Perempuan Perempuan terkadang tidak memiliki kebebasan dalam hal reproduksi, semuanya dikontrol oleh laki-laki (Bhasin, 1996: 6). Bahkan, pada zaman modern ini reproduksi ditentukan oleh negara (yang banyak dikuasai oleh laki-laki). Hal tersebut dapat dilihat bagaimana sistem keluarga berencana yang ditentukan negara untuk hanya memiliki dua anak saja dengan alasan menekan pertumbuhan penduduk, demikian halnya dengan di negara India. Berbeda dengan Indonesia dan India, Malaysia dan Eropa malah mendorong perempuan untuk melahirkan anak banyak. Hal tersebut karena di Malaysia ingin meningkatkan perekonomian dalam negeri, sedangkan di Eropa karena rendahnya pertumbuhan penduduk. Hal tersebut menunjukkan adanya kontrol atau aturan yang dibebankan pada perempuan dalam hal reproduksi. Perempuan dipinggirkan dalam menentukan keputusan tersebut, hak mereka diabaikan oleh negara maupun penguasa. 3. Kontrol Atas Seksualitas Perempuan Perempuan diwajibkan untuk memberikan pelayanan seksual kepada lakilaki sesuai kebutuhan laki-laki bukan perempuan (Bhasin, 1996:8). Laki-laki memiliki kuasa terhadap keinginan seksualnya. Hal tersebut berarti perempuan tidak boleh menolak keinginan laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dan perempuan tidak diperbolehkan memaksakan keinginannya untuk melakukan hubungan seksual pada laki-laki. Hukum yang berlaku pun lebih membatasi perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut akan terlihat pada masyarakat patriarki yang bagaimana perempuan dipaksa untuk memakai pakaian yang tertutup daripada memaksa anak laki-laki 16 untuk menundukkan kepala saat bertemu dengan perempuan (Bhasin, 1996:8). Hal tersebut berarti perempuan dinilai menjadi penyebab adanya tindak kejahatan (seksualitas) dan menafikan tidak adanya kontrol diri pada laki-laki. 4. Gerak Perempuan yang Dibatasi Gerak-gerik perempuan memiliki batasan yang jelas dalam masyarakat patriarki (Bhasin, 1996: 9-10). Hal tersebut akan terlihat ketika banyaknya aturan yang membatasi anak perempuan. Pembatasan ini dapat dicontohkan ketika anak perempuan akan keluar rumah, terdapat aturan untuk pergaulannya dengan lawan jenis maupun sesame. Terkadang bahkan ada tradisi pingitan untuk anak perempuan yang memasuki usia remaja, hal ini terjadi pada jaman sebelum Indonesia merdeka. 5. Harta Milik dan Sumber Daya Ekonomi Lainnya Dikuasai oleh Laki-Laki Menurut Bhasin (1996:10), sebagian besar harta dan sumber daya produktif dikendalikan oleh laki-laki kemudian diwariskan dari laki-laki ke lakilaki yang lainnya. Hal tersebut terlihat pada hukum agama maupun sosial yang memberikan bagian lebih banyak kepada pewaris laki-laki daripada pewaris perempuan. Perempuan yang mewarisi harta ayahnya pun jika dia memiliki suami maka harta tersebut akan langsung dikuasai oleh suami (bertindak sebagai kepala keluarga yang mengolah harta). Bhasin (1996:5-10) menegaskan bahwa hal-hal yang disebut di atas merupakan batasan-batasan yang diberikan masyarakat patriarki untuk perempuan. 31 Perempuan tidak memiliki kemerdekaan bahkan pada dirinya sendiri. Hal tersebut terlihat ketika reproduksi, gerak, dan seksualitas mereka masih 17 dikontrol oleh laki-laki. Ketidakmerdekaan perempuan juga terlihat pada adanya pembagian kerja yang jelas yang dibuat oleh laki-laki untuk perempuan. Perempuan hanya dijadikan objek atas berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan laki-laki. Mereka tidak diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan dirinya sesuai dengan keinginannya. ANALISIS SINTESIS Perempuan dalam lingkungannya membagikan diri kepada individu lain yang sesuai dengan tujuan serta prinsipnya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Perempuan adalah jenis kelamin, yakni orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Menurut Maya dan Hanum (1996) Karakteristik perempuan ditentukan oleh lingkungan sosial yaitu Penampilan, Status Sosial, dan Bahasa. Jika ingin membentuk suatu kelompok dengan berazaskan ikatan , dalam nyatanya perempuan lebih banyak bergaul dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang terbentuk tnpa adanya pengukan resmi ( kelompok sosial) . Kelompok sosial yang dibentuk perempuan dibentuk secara tidak langsunng terkandung modal sosial yang ada di dalamnya yakni kepercayaan, relasi dan norma, Ellis (2000) . Kelompok perempuan cenderung memberikan pengaruh besar pada income keluarga yang besar terbukti dari indikator-indikator yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Pengaruh besar perempuan tersebut terletak dari kinerja kelompok sosial yang dibentuk perempuan lebih disiplin dibanding dengan laki-laki. Dalam keputusan di keluarga perempuan lebih dianggap pilihan kedua dibanding kepala keluarga. Terbukti dalam beberapa kasus perempuan lebih cepat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga inti yakni Kesehatan, Pengetahuan dan Materi . Kelompok sosial perempuan dibentuk oelh perempuan yang beranggapan bahwa ada individu-individu lain “perempuan” yang selarasa dengan perempuan tersebut dengan tujuan, struktur serta keanggotaan yang jelas. Sehingga dalam Kelompok Sosial perempuan pemandu lagu karoke terdapat beberapa pengaruh terutama pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga. 32 Kerangka pemikiran Karakteristik Perempuan : 1. Penampilan 2. Interaktif 3. Tingkat Pendidikan 4. Status Sosial Karakteristik Modal Sosial : Karakteristik Sikap dan Tindakan dalam Kelompok : 1. Trust 2. Network 3. Norm 1. Dimensi Rumah Tangga 2. Dimensi Masyarakat Karakteristik Kelompok Sosial : 1. Tujuan 2. Struktur 3. Tekanan pada kelompok Ket : Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga : 1. Tingkat Kesehatan 2. Tingkat Pendidikan Akhir 3. Tingkat Pendapatan Pengaruh Hipotess 1. Diduga adanya pengaruh karakteristik perempuan terhadap karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok 2. Diduga adanya pengaruh karakteristik Modal Sosial terhadap Karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok 33 3. Diduga adanya pengaruh Karakteristik Kelompok social terhadap karakteristik sikap dalam kelompok 4. Diduga adanya pengaruh karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga 5. Diduga adanya pengaruh karakteristik perempuan terhadap tangkat kesejahteraan rumah tangga 6. Diduga adanya pengaruh Karakteristik Modal Sosial terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga 7. Diduga adanya pengaruh karakteristik sikap dan tindakan dalam kelompok terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara kencana. Adimiharja, Djasman.1987-1988.Psikologi Umum Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Bandung Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta31 Gerungan, op. cit., h. 150 32 Ibid.., h. 141 33 Soekidjo Notoatmodjo, op. cit., h. 175 Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar BPRANOWO, Pembelajaran Yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan. http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=51. BPS. 1997. Profil Kesejahteraan Rakyat Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 1997. Yogyakarta: Kerja sama antara Kantor Statistik dan Bappeda DIY. Bongaarts J. 1978. A framework for analyzing the proximate determinants of fertility.Population and Development Review [Internet]. [Diunduh pada 12 November 2015] ; Volume 4 (Issue 1) : 105-132. Badan Pusat Statistik. (2009). Berita Resmi Statistik: Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009. BPS. Jakarta. 34 ____. (2009). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 Provinsi Jawa Timur. BPS Provinsi Jawa Timur. Surabaya. ____. (2009). Meta Data Subdit Statistik Kerawanan Sosial. www.bps.go.id (3 Maret 2011) ____. (2009). Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 Propinsi Jawa Timur. BPS Jawa Timur. Surabaya. ____ dan The World Bank Institute. (2002). Dasar-dasar Analisis Kemiskinan. Jakarta. Cahyat, A., Gonner, C., dan Haug, M.. (2007). Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga : Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Indonesia. CIFOR. Bogor. Darusman, D. dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan. Hal 4-13. http://www.dephut.go.id/files/ ekonomi_hr.pdf. Aksestanggal 13 Oktober 2015. Dharmawan AH. 2007. Pandangan Sosiologi nafkah (livelihood sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Jurnal Sodality . 01 (02): 1-24. [Internet]. [dikutip 25 November 2015]. Dapat diunduh dari: http://download.Portalgaruda.org/ article.ph p?article =83493&val=223 Effendi, Ridwan. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek. Ellis F. 2000. Rural Livelihood and Diversity in Development Countries. New York (US): Oxford University Press. Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. 1974. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc Gerungan WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama H. C. Wherington. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Howard H., Hadi S. 2004. Metodologi Research. Perpustakaan Nasional. Yogyakarta. Kendler. 1974. Basic Psychology. Philipines: Benyamin/Cummings Hurlock, Elizabeth B.1978. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Erlangga Keterkaitan Sikap, Perilaku Toleransi Dengan Nilai Moral Lainnya. http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=14&fname+ppkn101_03.hm Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta 35 Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press Soerdanawati, Maya., dan Hanum Siregar.1995. Konsep Karakteristik Perempuan Malam. Bandung: www.jurnalperempuan.com/jurnal/Psikologi/perempuan Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta _______. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Rogers, C.R. 1951. Client Centered Therapy. Boston: Houghton Mifflin Company. Sarwono, Sarlito Wirawan.1991. Pengantar Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Bulan http://www.ligatama.org/jurnal/edisiI/Waris%20Islam.htm Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan 2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Sheriff.1962.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:PT Rienika Cipta Soekanto, Surjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suryadarma, D., Akhmad, H., dan Nina, T.. (2005). Ukuran Obyektif Kesejahteraan Keluarga untuk Penargetan Kemiskinan : Hasil Uji Coba Sistem Pemantauan Kesejahteraan oleh Masyarakat di Indonesia. SMERU. Jakarta Tenrie, M. Shabran. 2005. “Tesis”. Studi Korelasional Antara Kompensasi dan Sikap Guru Terhadap Tugas Dengan Disiplin Kerja Guru.Program Pascasarjana Magister Studi Islam Konsentrasi manajeman Pendidikan.Bekasi : UNISMA Tjandrasa. 1989. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Muria Tu’u , Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Persetasi Siswa. Jakarta: PT.Grafindo Persada Zein, A.S. 1997. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Jakarta: Rineka Jakarta.