MODEL INTERMEDIASI FINANSIAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKELANJUTAN DI NEGARA BERKEMBANG ABSTRAK Pada periode sebelum krisis finansial 1997, sektor korporasi di Indonesia didominasi oleh hutang jangka pendek yang berasal dari kredit perbankan. Hal inilah yang menyebabkan krisis finansial 1997 menjadi sulit dibendung dan mengganggu perekonomian. Belajar dari pengalaman tersebut, pemerintah perlu memberikan insentif kepada sektor perbankan agar mendorong investasi jangka panjang (long-term investment) daripada investasi jangka pendek (short-term ventures), sebab investasi jangka panjang bersifat produktif, sedangkan investasi jangka pendek bersifat spekulatif dan berisiko. Penelitian ini mengkonstruksi sebuah model teoritis sistem perbankan di negara berkembang agar sektor perbankan dapat lebih optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Model teoritis menunjukkan bahwa sektor perbankan yang efisien dapat mendorong investasi jangka panjang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Sektor perbankan yang efisien juga dapat mengikis jebakan pertumbuhan (development trap) akibat rendahnya kapasitas permodalan masyarakat dalam proses produksi. Pada akhirnya penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah bahwa definisi intermediasi finansial yang dilakukan oleh sektor perbankan perlu direvisi, dari yang sebelumnya hanya menggunakan rasio kredit terhadap simpanan, menjadi rasio investasi jangka panjang terhadap simpanan, dimana rasio tersebut belum digunakan sebagai parameter berjalannya fungsi intermediasi perbankan di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN Pada periode sebelum krisis finansial 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak didukung oleh konsumsi seperti yang diformulasikan dalam model matematika sederhana bahwa : Y= C + K + (E-I), dimana Y , C, K, E dan I berturut-turut adalah pertumbuhan ekonomi, besarnya konsumsi, investasi/kapital, nilai ekspor dan nilai impor. Selain digambarkan oleh fungsi tersebut, dikenal pula fungsi produksi Cobb Douglas yang menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh kapital dan labour. Dalam analisa nilai kapital tersebut diatas, sangat menarik jika kita ikutkan lembaga keuangan : Bank. Menurut Bencivenga dan Smith (1991) perbankan mempunyai beberapa peran penting di dalam perekonomian, diantaranya : (1) menjalankan fungsi intermediasi terhadap simpanan masyarakat untuk disalurkan menjadi kredit, (2) memberikan jaminan likuiditas terhadap permintaan penarikan dari masyarakat (liquidity creation), (3) menghasilkan liabilitas yang bersifat lebih likuid daripada aset primer, dan (4) mengurangi kebutuhan pembiayaan dari sistem finansial non-formal (financial autarky). Sesuai dengan fungsinya tersebut diatas, akan coba dianalisa secara teori tentang relasi antara intermediasi finansial dan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Akan tetapi salah satu yang dijumpai pada saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia perbankan malah justru ikut memperparah keadaan krisis tersebut. Ini dikarenakan sektor perbankan belum memainkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sektor perbankan yang efisien-lah sesungguhnya yang mampu membuat investasi-investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif dapat diminimalkan. Sedangkan investasi-investasi jangka panjang yang bersifat produktif dapat dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi disuatu negara khususnya negara berkembang menjadi berkualitas. Sebuah model matematika tentang sistem perbankan di negara berkembang perlu diformulasikan agar sektor perbankan dapat lebih optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Model matematika tersebut, secara teoritis menunjukkan bahwa sektor perbankan yang efisien dapat mendorong investasi jangka panjang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Sektor perbankan yang efisien juga dapat mengikis jebakan pertumbuhan (development trap) akibat rendahnya kapasitas permodalan masyarakat dalam proses produksi. Pada akhirnya penelitian ini akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah bahwa definisi intermediasi finansial yang dilakukan oleh sektor perbankan perlu direvisi, dari yang sebelumnya hanya menggunakan rasio kredit terhadap simpanan, menjadi rasio investasi jangka panjang terhadap simpanan, dimana rasio tersebut belum digunakan sebagai parameter berjalannya fungsi intermediasi perbankan di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya. BAB II STUDI PUSTAKA Selama lebih dari dua dekade terakhir, penelitian mengenai dampak pembangunan sektor finansial (financial development) terhadap pertumbuhan ekonomi belum mencapai titik temu. Diamond (1984) mengkonstruksi sebuah teori intermedasi finansial moderen, dimana kehadiran perbankan sebagai delegated monitoring dapat mengurangi biaya monitoring (monitoring cost) dari nasabah (investor) kepada peminjam (borrower). Efisiensi yang dihasilkan dari mekanisme tersebut akan memudahkan peminjam untuk meminimalkan biaya ketika menggunakan pembiayaan dari sektor perbankan dalam melakukan proses produksi. Bencivenga dan Smith (1991) kemudian mengkonstruksi sebuah model teoritis dimana pembangunan sektor perbankan perlu diprioritaskan daripada pembangunan pasar finansial (financial market) dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, melalui studi empiris, Levine dan Zevros (1998) menunjukkan bahwa likuiditas pasar bursa (stock market liquidity) dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, perbaikan produktivitas dan akumulasi kapital. Dengan demikian, pembangunan pasar finansial (financial market) juga perlu digalakkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, ketika asymmetric information dipertimbangkan dalam analisis, maka pembangunan pasar finansial melalui liberalisasi (financial market liberalization), meskipun mendorong likuiditas pasar bursa, dapat meningkatkan risiko krisis finansial dan kerentanan sektor perbankan, jika sektor perbankan banyak melakukan aktivitas di pasar finansial (Bihde, 1993; Demirgüç-Kunt and Detagriache, 1999). Risiko-risiko tersebut biasanya dipicu oleh investasi-investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif, dimana informasi memegang peran kunci dalam proses tersebut. Investor yang dapat memanfaatkan informasi akan cenderung bersikap curang (moral hazard) dikarenakan sifat animal spirit para pelaku pasar (Keynes, 1936). Semakin tinggi moral hazard dan spekulasi akan berakibat semakin rentannya sistem finansial terhadap krisis. Bencivenga dan Smith (1991) menunjukkan bahwa dengan sektor perbankan yang efisien-lah, investasi-investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif dapat diminimalkan. Sedangkan investasi-investasi jangka panjang yang bersifat produktif dapat dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan yang berkualitas. Namun, terdapat beberapa kelemahan pada model Bencivenga dan Smith (1991) dalam melihat sistem perbankan di negara berkembang. Pertama, asumsi pertumbuhan endogen (endogenous growth) yang digunakan Bencivenga dan Smith (1991) tidak relevan dengan kondisi perekonomian di negara berkembang. Hal ini disebabkan dalam fungsi produksi pertumbuhan endogen, terdapat eksternalitas yang berasal dari perkembangan teknologi (technological progress) dan pembangunan sumber daya manusia (human capital). Sedangkan di negara berkembang, kedua eksternalitas tersebut cenderung belum berkembang dengan baik. Sehingga keduanya tidak relevan untuk dipertimbangkan sebagai faktor yang akan mempengaruhi secara signifikan tingkat pertumbuhan ekonomi. Kedua, Bencivenga dan Smith (1991) menunjukkan bahwa pembangunan sektor finansial selalu mempunyai dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Beberapa penelitian teoritis dan empiris kontemporer menunjukkan bahwa sektor perbankan tidak selalu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Deidda dan Fattouh (2002) menunjukkan secara teoritis dan empiris bahwa hubungan antara sektor perbankan dan pertumbuhan ekonomi bersifat ambigu. Sektor perbankan akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, saat tingkat perkembangan sektor perbankan melebihi ambang (threshold) tertentu. Hal tersebut ditunjukkan melalui studi empiris terhadap dua kelompok negara berkembang dan negara maju, dimana sektor perbankan di negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah (negara berkembang) tidak berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Jika demikian halnya, maka Deidda dan Fattouh (2002) menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan terjadinya efek terbalik (reverse causality) antara perkembangan sektor perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, dimungkinkan bahwa pertumbuhan ekonomilah yang mempengaruhi perkembangan sektor perbankan. Sementara Crouzille et al (2007) meneliti dampak bank perkreditan rakyat (rural banks) terhadap pertumbuhan regional di Filipina. Penelitian tersebut juga menunjukkan bukti bahwa terdapat efek ambang (threshold effect), dimana sektor perbankan tidak berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi selama tingkat produk domestik bruto di provinsi berada di bawah ambang tertentu. Berdasarkan isu-isu kontemporer tersebut, maka model teoritis yang menyatakan bahwa perbankan selalu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perlu direvisi. Penelitian kami mengisi ruang tersebut. BAB III METODE PENELITIAN Kami memodifikasi model teoritis Bencivenga dan Smith (1991), agar lebih mampu menggambarkan relasi antara intermediasi finansial dan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Kerangka yang digunakan dalam pemodelan kami adalah overalapping generation model yang dibagi menjadi tiga periode aktivitas ekonomi. Di tiap-tiap periode, terdapat dua tipe pelaku ekonomi: wirausahawan (entrepreneurs) dan non-wirausahawan (non-entrepreneurs). Penelitian kami mempunyai beberapa orisinalitas : a. Riset ini menggunakan hipotesis model pertumbuhan Neoklasik, di mana Bencivenga dan Smith (1991) menggunakan hipotesis pertumbuhan endogen. Dalam memodelkan sistem perbankan di negara berkembang, model Neoklasik dipandang lebih relevan, sebab model ini tidak memandang bahwa eksternalitas di dalam fungsi produksi, terkait dengan perkembangan teknologi ataupun sumber daya manusia (human capital), menjadi faktor yang mutlak diperlukan. Sebab di negara berkembang, kedua eksternalitas tersebut cenderung belum berkembang secara optimal. b. Keynes (1936) memandang bahwa keputusan pelaku ekonomi saat ini dipengaruhi oleh ekspektasi mereka terhadap masa depan. Dengan demikian, fungsi utilitas antara wirausahawan dan non-wirausahawan akan berbeda. Dalam hal ini, non-wirausahawan akan lebih risk-averse dan wirausahawan akan lebih risk-neutral. Asumsi ini tidak digunakan oleh Bencivenga dan Smith (1991). Dengan menggunakan beberapa modifikasi tersebut, akan dapat ditunjukkan bahwa kewirausahaan yang didukung oleh sektor perbankan selalu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Hubungan ini tidak terjadi di Bencivenga dan Smith (1991). Kami juga menemukan bahwa terdapat dua titik kesetimbangan: satu titik setimbang bersifat stasioner (long-run steady state equilibrium) dan titik setimbang lainnya bersifat tak stasioner sehingga menghasilkan efek ambang (threshold effect) sebagai jebakan pertumbuhan. Dengan kata lain, sektor finansial (perbankan atau pasar finansial) tidak dapat berperan meningkatkan perekonomian, di saat indikator perekonomian (misalnya: produk domestik bruto) berada di bawah tingkat ambang tertentu. Namun demikian, sektor perbankan tetap lebih baik daripada pasar finansial, sebab sektor perbankan dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding pasar finansial, jika kondisi awal perekonomian berada di atas tingkat ambang tertentu. Di samping itu, sektor perbankan ternyata mampu menurunkan tingkat ambang (threshold level) yang diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh, di saat pasar finansial tidak dapat efektif menumbuhkan perekonomian dikarenakan tingginya tingkat ambang tersebut. BAB IV PEMBIAYAAN . Keterangan Jumlah Satuan Harga satuan Total 2 Person 5,000,000 10,000,000 1. Evaluation/ Information Dissemination a. Focus Group Discussion (FGD) a.1. Personell Cost Speaker honorarium Indonesia) Speaker honorarium accomodation (from france) Group leader honorarium (from and Notulis honorarium 2 Person 50.000.000 50.000.000 3 FGD 3 Person 500,000 1,500,000 3 FGD 3 Person 500,000 1.500,000 10 Person 200,000 2,000,000 Comitte c. Workshop/seminar International (France) Seminar/Workshop 2 Local workshop (Indonesia) 15 2 org akomodasi PP 2 org akomodasi 2 Person 30,000,000 60,000,000 2x2 Person 1,000,000 4,000,000 d. Referensi Pembelian Buku Jurnal referensi 64 10 exp Textbook 10 Jurnal 10 Exp 550,000 5,500,000 10 Exp 150,000 1,500,000 7 3. Systems Simulation Systems Development Collecting data Desain simulation systems Programmer 300 Hours 50,000 15,000,000 100 Hours 250,000 25,000,000 Finalizing 50 Hours 200,000 10,000,000 Systems Simulation 20 Hours 100,000 2,000,000 1 Package 15,000,000 15,000,000 1 1 1 Package Package Package 5,000,000 20,000,000 5,000,000 5,000,000 20,000,000 5,000,000 60 10 Hours Exemplar 100,000 100,000 6,000,000 1,000,000 1 Package 10,000,000 10,000,000 4. Project Implementation:publication Seminar Sosialisasi 5. General Administration a. Offices Utilities b. Project Communication (Vicon) c. Project Transportation d. Reporting (Final Report) Create brief all of project Copying Documentation, presentation (Animasi visual) TOTAL Rp. 250,000,000,- Dibiayai DIKTI Rp. 200.000.000,- Dibiayai CDR Kementrian Dalam Negri Prancis Rp. 50.000.000,- TIM PERENCANA Ketua Partner Anggota : Dr. Sutanto, S.Si, DEA Univ. Sebelas Maret : Prof. Dr. Laurent Augier Université de La Rochelle Wahyoe Soedarmono, DEA Université de Limoges : Triwik Jatu Parmaningsih,S.Si UPT Puskom UNS Sulistyo Joko W, ST International Office UNS DAFTAR PUSTAKA Azariadis, C., Smith, B., 1998. Financial intermediation and regime switching in business cycles. American Economic Review, 88, 516–536. Baumol, W.J., 1990. Entrepreneurship: Productive, Unproductive and Destructive. Journal of Political Economy, 98, 893-921. Bhide, A., 1993. The Hidden Costs of Stock Market Liquidity. Journal of Financial Economics, 34, 31- 51. Bencivenga, V.R., Smith, B.D, 1991. Financial Intermediation and Endogenous Growth. Review of Economic Studies, 58, 195-209. Berger, A. N., Di Patti, E., 2006. Capital structure and firm performance: A new approach to testing agency theory and an application to the banking industry. Journal of Banking and Finance, 30, 1065–1102. Bencivenga, V.R., Smith, B.D, 1995. Transactions Costs, Technological Choice, and Endogenous Growth. Journal of Economic Theory, 67, 53-177. Crouzille, C., Los Banos, J., Nys, E., Sauviat, A., 2007. Philippines Rural Banks and Economic Development. Working Paper, Asialink/ASIE/B7-3010/2005/105-139, University of Limoges, France. Deidda, L., Fattouh, B., 2002. Non-linearity between finance and growth. Economic Letter, 74, 339-345. Demirgüç-Kunt, A., Detragiache, E., 1999. Financial Liberalization and Financial Fragility”. In: Pleskovic, B., Stiglitz, J.E. (Eds.), Annual World Bank Conference on Development Economics, World Bank, Washington, DC, 303–331. Demirgüç-Kunt, A., Maksimovic, V., 2002. Funding Growth in Bank-Based and Marketbased financial system: Evidence from Firm Level Data. Journal of Financial Economics, 65, 337-363. Diamond, D.W., 1984. Financial Intermediation and Delegated Monitoring. Review of Economic Studies, 51, 393-414. Fisman, R., Love, I., 2002. Pattern of Industrial Development Revisited: The Role of Finance. Policy Research Working Paper No. 2877, World Bank, Washington D.C. Hung, F.S., Cothren, R., 2002. Credit Market Development and Economic Growth. Journal of Economic and Business, 54, 219-237. King, R.G., Levine, R., 1993a. Finance and Growth: Schumpeter Might Be Right. Quarterly Journal of Economics, 108, 717-737. King, R.G, Levine, R., 1993b. Finance, Entrepreneurship and Growth: Theory and Evidence. Journal of Monetary Economics, 32, 513-542. Levine, R., 1998. Legal Environment, Bank, and Long-Run Economic Growth. Journal of Money, Credit and Banking, 30, 596-613. Levine, R., Zevros, S., 1998. Stock Markets, Banks and Economic Growth. American Economic Review, 88, 537-558. Levine, R., 2005. Finance and Growth: Theory and Evidence. In Handbook of Economic Growth, v.1A, 865-934. Mihci, S., 2006. Finance-Growth Nexus: A Threshold Effect. Journal of Economics, 8, 830844. Levine, R., 1991. Stock Markets, Growth, and Tax Policy. Journal of Finance, 46, 1445-65. Rajan, R.G., Zingales, L., 1998. Financial Dependence and Growth. American Economic Review, 88, 559-586. Ros, J. 2000. Development Theory and the Economics of Growth. University of Michigan Press. LAMPIRAN MoU yang telah disepakati antara lembaga di dalam dan luar negeri, baik antar Laboratorium, antar Pusat Studi, antar Jurusan, antar Fakultas, maupun antar Perguruan Tinggi. Hasil-hasil yang sudah diperoleh selama ini terkait dengan penelitian kerjasama tersebut (paten dan HAKI lain, publikasi ilmiah, dsb) Rangkuman rekam jejak masing-masing institusi termasuk peralatan yang akan digunakan baik milik institusi maupun milik lembaga lain yang sudah ada kerjasamanya. III. Sarana Jelaskan sarana yang akan digunakan, termasuk kapasitas, daya dukung/kemampuan, dan berapa persen dapat menunjang kegiatan yang diusulkan. Jika diperlukan, jelaskan pula pengaturannya dengan institusi lain yang terkait. 1) Laboratorium 2) Peralatan Utama: sertakan daftar peralatan utama yang penting yang sudah tersedia untuk menunjang kegiatan penelitian yang diusulkan, di mana lokasinya, apa kegunaan, dan bagaimana kemampuannya 3) Keterangan Tambahan: Informasi tambahan tentang lingkungan tempat kegiatan akan dilakukan. Tuliskan sarana pendukung termasuk bengkel (workshop) dan lainnya yang dapat dimanfaatkan selama kegiatan penelitian berlangsung. IV. Biodata Peneliti Informasikan secara lengkap biodata semua peneliti yang erat kaitannya dengan penelitian yang diusulkan baik dari dalam negeri maupun dari partner institusi di luar negeri. Setiap biodata harus ditandatangani dan diberi tanggal penandatanganan. 1) Identitas peneliti serta alamat lengkap 2) Pendidikan sarjana ke atas (nama perguruan tinggi dan lokasi, gelar, tahun tamat, bidang studi) 3) Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan/jabatan saat ini yang mencakup nama Institusi, jabatan, dan periode kerja yang disusun secara kronologis. 4) Daftar publikasi yang relevan dengan usul penelitian yang diajukan