PENGANTAR MASA PERAYAAN PASKAH DAN PENTAKOSTA 2017 Puji Tuhan, tahun ini kita kembali menghayati Masa Perayaan Paskah dan Pentakosa tahun 2017. Melalui MPPP ini, kita akan disegarkan dan dikuatkan dengan makna Paskah dan Pentakosta. Tema MPPP tahun ini adalah “Memperjuangkan Keutuhan Ciptaan bagi Sumbangsel”. Tema ini disepakati bersama mengingat krisis Keutuhan Ciptaan yang menjadi pergumulan bersama pada saat ini. Harapan kami melalui bahan Masa penghayatan Paskah dan Pentakosta ini, kita didorong dan ditolong untuk memahami dan mengalami hal-hal berharga sebagai gereja yang hidup di tengah krisis Keutuhan Ciptaan di Sumatera Bagian Selatan. Serta disemangati untuk mengambil sikap yang sesuai dengan refleksi dan komitmen yang ditemukan disepanjang MPPP ini. Besar harapan kami agar para pelayan yang menggunakan bahan-bahan (khotbah dan PA) dalam MPPP 2017 ini, dapat mempelajari, mendalami dan mengembangkan dengan baik setiap materi yang akan disampaikan. Tercapai tidaknya tujuan dari setiap materi sangat ditentukan oleh kesungguhan pelayan dalam mempersiapkan diri. Kami mengucapkan terimakasih kepada penulis Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta 2017 yaitu Pdt. Jannus Sianturi (JPS), Pdt. Deny Tampi (DYAT), Pdt. Tulus Silitonga (TS), Pdt. Serly Kawulusan (SK), Pnt. Sutarto(S), Pdt. Suwarno (PW), Pdt. Suko Wismono (SSo), Pdt. Selvie Bire Doko (BDS), Pnt. Budi Utomo (BU), Pdt. Andi Jiron Mandalika (AJM), Pdt. Joko Nawanto (JN), Pdt. Em. Rakimin Hadi Nugroho (RHN), Pdt. Eko Nugroho (EN) yang telah menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Kiranya Tuhan memberkati. Metro, Desember 2016 an. MPS GKSBS Pdt. A.T. Hariyanto, S.Pd., M. Div. Sekretaris 1 KEGIATAN MASA PENGHAYATAN PASKAH PENTAKOSTA Di bawah ini adalah beberapa usulan aksi dalam Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta. Namun, setiap jemaat GKSBS juga diperkenankan menyusun aksi lainnya selama Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta. Bisa berupa lomba kategorial, pelatihan, retreat, unduhunduh dan sebagainya. Usulan untuk Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta sebagai berikut : 1. Aksi Puasa Paskah Aksi ini sebenarnya biasa dilakukan oleh GKSBS yakni setiap warga jemaat mengurangi atau bahkan meniadakan kebiasaan hidupnya dan kemudian diwujudkan melalui persembahan Aksi Puasa Paskah. Persembahan tersebut adalah wujud dari hasil puasa selama 40 hari. Misal : Berpuasa (berpantang atau mengurangi): makan, minum, merokok, nonton sinetron ataupun membuka facebook dsb, selama 40 hari. Waktu selama berpuasa diwujudkan melalui tindakan positif misalnya membaca alkitab, berdoa, atau kegiatan lain yang mendukung peningkatan kerohanian. Sedangkan pengurangan konsumsi bisa diwujudkan persembahan yang dikumpulkan pada saat Paskah. 10% dari Hasil persembahan Aksi Puasa Paskah dikirimkan ke Sinode GKSBS. Aksi Puasa Paskah ini dimulai dari Rabu Abu sampai Paskah. Mohon kepada Majelis Jemaat untuk menyediakan amplop aksi puasa ini dan dibagikan kepada masing-masing anggota jemaat. 2. Aksi “bersih lingkungan” Maksud aksi ini adalah setiap GKSBS melakukan aksi bersih lingkungan misal kerja bakti dan lomba kebersihan tingkat lingkungan gereja, atau lingkungan desa sekitar dalam hal ini dapat bekerjasama dengan pemerintah desa setempat. Perihal teknis pelaksanaannya dapat diusulkan atau dirembuk bersama. Aksi ini diwujudkan masa Paskah. 3. Aksi "kelola sampah” Aksi Kelola sampah atau recycle atau daur ulang ini dimaksudkan agar limbah-limbah rumah tangga dapat dikelola dengan baik sehingga memberi manfaat ekstra selain dibuang percuma juga menjaga keasrian dan kesehatan udara dan lingkungan alam. Beberapa hal yang bisa dilakukan pengelolaan gelas/botol air mineral, plastik minyak goreng, plastik sabun cuci/deterjen, dan sampah-sampah organik (dedaunan, sisa sayur-sayuran dan buahbuahan), dan lain sebagainya. Aksi ini selain dikelola sedemikian rupa oleh warga gereja dalam momen Paskah dan Pentakosta juga dapat dijadikan sebagai kegiatan bersama dengan warga masyarakat melalui pemerintah setempat. Semata-mata tujuan yang diharapkan adalah menghadirkan lingkungan sekitar yang segar, indah, asri dan sehat. 4. Aksi “Tanam Pohon” Aksi Tanam Pohon yang dimaksud adalah menggerakkan seluruh warga gereja khususnya kaum muda untuk mengupayakan keasrian, kesegaran, keindahan, kesehatan lingkungan gereja melalui penanaman pohon maupun tanaman lain yang sesuai dengan lingkungan gereja dan sekitarnya. Aksi ini dapat dimulai dengan menyiapkan pembibitan atau mengumpulkan berbagai jenis bibit tanaman yang bersumber dari setiap KK warga jemaat kemudian ditindaklanjuti oleh kaum muda atau warga jemaat lainnya yang telah dibentuk. 2 BAHAN KHOTBAH RABU ABU DAN PEMBUKAAN MPPP 2017 Rabu, 1 Maret 2017 Warna Liturgi : Ungu Bacaan : Kejadian 3: 19b Tujuan : Jemaat sungguh merendahkan diri dalam perkabungan atas kegagalan memelihara keutuhan ciptaan dan bersedia membuka diri dalam kesadaran untuk memulihkan ciptaan. “SEBAB ENGKAU DEBU, DAN AKAN KEMBALI MENJADI DEBU” Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dimana atau dalam peristiwa apakah kalimat “sebab engkau debu, dan akan kembali menjadi debu” biasa terdengar? (jeda sejenak). Ya, kalimat “sebab engkau debu dan akan kembali menjadi debu” adalah bagian dari liturgi pemakaman yang biasa diucapkan pemimpin ibadah sambil menjatuhkan tanah ke dalam makam, sebelum makam ditutup. Momen yang sering diiringi tangisan kedukacitaan. Debu, dalam bahasa Ibrani “avaq” atau “afar” dan sering disejajarkan dengan “efer” yang berarti abu. Debu dan abu sering dihubungkan dengan situasi perkabungan dan penyesalan (misalnya nabi Yunus, raja Daud, Ayub, dan lainnya). Perkabungan dalam debu dan abu ini juga sering disertai perendahan diri dan puasa, baik secara pribadi maupun komunal (umat/bangsa). Dalam Kejadian 3:19b, Debu dan abu juga merupakan sebuah penegasan terhadap rendahnya kedudukan manusia. Kalimat “sebab engkau debu dan akan kembali menjadi debu” diucapkan langsung oleh Allah kepada Adam dan Hawa setelah mereka jatuh ke dalam dosa, sebagai kalimat penutup atas akibat-akibat dosa yang harus mereka tanggung. “Imago Dei” atau citra Allah dalam diri manusia telah dirusak oleh dosa (Kejadian 3). Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sejak 2004, setiap tahunnya GKSBS menjalani masa Pra-paskah, Paskah, dan Pentakosta dalam bentuk Aksi Puasa Paskah dan Pentakosta. Perayaan gerejawi ini disatu sisi dapat terus melestarikan dan menumbuhkan iman melalui penghayatan dan perayaan karya keselamatan Allah. Namun disisi lain, perayaan yang menjadi rutinitas ini dapat mengaburkan nilai penghayatan umat. Ibarat menonton film yang sudah diketahui akhir ceritanya, sehingga sukacita diakhir cerita tidak dapat dirasakan. Mengawali MPPP dengan menarik diri ke titik awal penciptaan, kiranya membawa kita dalam sebuah kesadaran spiritual untuk secara jujur dan besar hati melihat dan mengakui kelemahan-kelemahan dan dosa kita sebagai ‘manusia debu’, sehingga karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus akan sungguh-sungguh menjadi garis Finish yang membaharui kita. Sebagaimana pemaparan Rasul Paulus kepada jemaat di kota Korintus dalam I Korintus 15: 4549, yang menggambarkan tubuh manusia yang fana sebagai ‘manusia debu’ yang diwarisi dari Adam, dan ‘tubuh rohani’ yang akan dikenakan pada kebangkitan sebagai gambaran ‘manusia sorgawi’ sebagai buah karya penyelamatan Allah dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Dalam MPPP tahun 2017 ini, GKSBS diajak untuk berefleksi diri dalam tema “Keutuhan Ciptaan untuk Sumbagsel”. Tema ini lahir dari kesadaran kritis akan ‘krisis multidimensi’ yang semakin gencar melanda dunia sebagai akibat retaknya keharmonisan manusia dengan sesama ciptaan. Maraknya pembalakan liar dan pembakaran hutan, ketergantungan petani terhadap 3 pupuk kimia, pestisida, dan obat-obatan kimia, pengelolaan sampah di perkotaan, ketidakadilan sosial maupun agraria, suburnya nilai konsumtif dan individualisme serta berbagai situasi nyata yang terjadi di Sumbagsel merupakan realita rusaknya ‘keutuhan ciptaan’. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Memasuki Rabu Abu dalam kesadaran sebagai ‘manusia debu’ kiranya membawa kita dalam kesadaran spiritual bahwa sebagai bagian dari ekosistem (jaring kehidupan), kita telah mengambil bagian secara langsung maupun tidak langsung, terhadap retaknya keutuhan ciptaan. Pencemaran tanah, air dan udara, maupun pola hidup yang mengabaikan keharmonisan dengan alam dan sesama, telah menjadi ‘sumbangan’ kita terhadap rusaknya ‘keutuhan ciptaan’ bukan hanya di Sumbagsel, namun juga bagi bumi tercinta. ‘Global warming’ atau pemanasan global merupakan salah satu akibat dari rangkaian ‘keserakahan’ manusia, yang kemudian dituai kembali dengan terjadinya bencana demi bencana maupun berbagai wabah penyakit. Kesadaran spiritual ini kiranya melahirkan sebuah penyesalan mendalam dan perkabungan akan kegagalan kita sebagai ‘manusia debu’ dalam menjaga keutuhan ciptaan. Namun, ini bukan akhir cerita, melainkan awal sebuah kisah yang akan kita gali, gumuli, dan refleksikan bersama disepanjang MPPP 2017 ini. Kesadaran diri sebagai ‘manusia debu’ merupakan langkah awal untuk membuka diri dan terus menerus memberi diri diperbaharui dalam komitmen demi komitmen untuk mengambil bagian aktif dalam memperjuangkan ‘keutuhan ciptaan di Sumbagsel’ yang akan ditemukan disepanjang MPPP ini. Selamat memasuki MPPP 2017 sebagai ‘manusia debu’. Amin (SK) Liturgi Ibadah Rabu Abu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nyanyian Pembukaan Votum & Salam Nast Pembimbing Nyanyian Litani Pengakuan Berita Anugerah & PHB Nyanyian Peneguhan Khotbah Nyanyian Respon Persembahan - Nyanyian Persembahan - Doa Persembahan 11. Pengakuan Iman Rasuli 12. Pengutusan dan berkat 13. Nyanyian Penutup : PKJ 43: 1-4 / KJ 29 : 1-2 : Yoel 2: 1-3 : KJ 157: 1 : Mazmur 51: 3-8 (dibaca berbalasan) : Yesaya 58: 11-12 : KJ 157 : 2 : PKJ 127: 1 & 3 / KJ 375 : Matius 6: 1-4 : KJ 300: 1-dst : KJ. 363: 1-2 4 BAHAN SARASEHAN “PERUBAHAN IKLIM: APAKAH GEREJA PERLU BERTANGGUNGJAWAB?” Pengantar Kita melihat perubahan cuaca saat ini terasa tidak menentu. Daerah-daerah tertentu yang sebenarnya tidak pernah mengalami kebanjiran pun sekarang terkena banjir karena luapan air sungai. Ada daerah yang mengalami kebanjiran sekaligus kekeringan. Bagi para petani, harus mengikuti perubahan musin tanam yang tidak seperti biasanya. Sungai-sungai yang dulunya penuh air, di beberapa tempat menjadi kering. Peristiwa-peristiwa seperti ini merupakan akibat dari perubahan iklim yang saat ini sedang terjadi di duni ini. Baik masyarakat pedesaan mapun perkotaan terkena dampak perubahan iklim. Dan, perbincangan demi perbincangan mengenai ekologi saat ini mulai marak diselenggarakan. Bermunculan akhirnya wacana-wacana di seputar ekologi, seperti misal keadilan ekologi (ecological justice), keadilan iklim (climate justice), Keadilan lingkungan (enviromental justice) maupun politik ekologi (political ecology). Kita tidak akan membicarakan semua wacana tersebut, sekalipun di sadari bahwa diskusi-diskusi mengenai itu penting. Lalu, apa hubungannya dengan gereja (GKSBS? Apa yang dapat dilakukan oleh gereja yang berkarya di Sumater Bagian Selatan ini, dan dengan tujuan dan cara seperti apa yang dapat ditempuh oleh gereja? Dampak Perubahan Iklim Bagi Masyarakat Petani1 Perubahan iklim merupakan kondisi beberapa unsur iklim yang cenderung berubah dari biasanya atau rata-ratanya. Perubahan ini tidak dapat lepas dari kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca yang mengakibatkan suhu bumi memiliki kecenderungan naik. Perubahan iklim ini sangat mengancam usaha-usaha produksi pertanian. Demikian beberapa hal yang dapat mengancam usaha produksi pertanian tersebut : 1. Sumber daya lahan dan air. Semakin sempit dan menurunnya fungsi sumber daya lahan, air dan penunjang irigasinya yang dapat mengakibatkan baik kekeringan maupun banjir. Perubahan alih fungsi lahan baik itu untuk pemukiman, kawasan industri maupun perkebunan berskala besar, seperti misalnya perkebunan sawit, yang tidak mempertimbangkan daerah aliran sungai sebagai penyangga akan mengakibatkan kerusakan lahan. Daya serap dan daya tampung yang semakin menurun akan mengakibat lahan menjadi rawan terkena banjir. 2. Tanaman. Pola curah hujan dan kejadian cuaca ekstrim yang kini semakin tidak menentu mengakibat tanaman pangan terganggu dan terancam gagal panen dan turunnya produksi pertanian. Kekeringan yang terjadi karena fenomena El-Nino2 yang seringkali 1 www.litbang.pertanian.go.id, Dampak Perubahan Iklim Pada Sektor Pertanian, Diakses pada tanggal 29 Januari 2017. 2 El-Nino merupakan pemanasan alami bagian-bagian di di pasifik tangan yang mengubah cuaca di seluaruh dunia. Membawa dampak pemanasan, dan sebaliknya La-Nina membawa dampak curah hujan yang tinggi di Indonesia. 5 dibarengi pembakaran lahan untuk perkebunan semakin mempeparah keadaan, yakni asap yang mengganggu aktifitas semua makhluk hidup, termasuk manusia. Selain dari pada ancaman kekeringan, lahan pertanian pun sangat rentan terganggu karena fenomena La-Nina, yakni terkena dan terendam banjir. Ada informasi bahwa tanaman padi yang sebelumnya terkena banjir pada musim sebelumnya sangat berpeluang terhadap hama wereng. Tanaman palawija, maupu perkebunan (sawit, karet dan coklat) pun sangat terganggu oleh perubahan iklim yang terjadi secara ektrim ini. 3. Ternak dan kesehatan hewan. Perubahan pola hujan dan iklim yang ekstrim dapat mengakibat pertumbuhan ternak tidak optimal. Ternak yang biasanya sangat menggantungkan pada ketersediaan pakan alami menjadi tidak tercukupi karena semakin berkurangnya jumlah pakan alami karena kekeringan. Demikian pula sebaliknya, ketika curah hujan tinggi maka penyakit hewan cenderung meningkat. Jamur aflatoksin3 pada kacang, gandum, jagung maupun beras yang rusak akibat cuaca ekstrim dapat mengkontaminasi hewan ternak dan akhirnya mengurangi produktifitas hewan ternak. Dampak Perubahan Iklim Bagi Masyarakat Perkotaan dan Pesisir Pantai4 Kenyataan sosial dimana terjadinya pemusatan jumlah penduduk di perkotaan merupakan kenyataan yang dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas hidup sosial dan lingkungannya, khususnya untuk masyarakat perkotaan di negera berkembang, termasuk Indonesia. Pemusatan ini terjadi karena perpindahan penduduk dari desa ke kota yang cukup besar. Seperti pada umumnya diketahui bahwa kota-kota besar selalu tidak lepas dari persoalan pencemaran udara, sanitasi yang buruk, kotoran dan limbah-limbah yang dibuang di aliran sungai. Limbah tidak diolah secara baik dan kemudian dialirkan ka sungai. Air sungai menjadi tercemar dan mempengaruhi konsisi air tanah. Salah satu persoalannya adalah semakin sulitnya mendapatkan air minum yang sehat. Kota-kota yang berada di pesisir pantai merupakan wilayah-wilayah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan air laut yang terjadi pada tiap tahunnya akan berakibatnya banjir dan limpahan air laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, dan karena itu pula sangat rentan dengan dampak perubahan iklim. Ada perkiraan naik 1 meter saja dapat menenggelamkan 405.000 hektar kawasan pesisir dan 2.000 pulau. Wilayah pesisir ini sangat rentan dengan erosi. Situasi ini pun ditambah dengan aktitas kegiatan manusia misalnya pengrusakan pohon manggrove di pesisir pantai, penambangan pasir dan batu, maupun pembendungan sungai. 3 Jamur ini berasal dari Aspergillus Flavus. Mengandung racun yang berbahaya bagi hewan ternak dan manusia. Cuaca ekstrim yang mengakibat curah hujan yang tinggi akan semakin meningkatkan jumlah Aspergillus Flavus penghasil aflatoksin. 4 Lih. Ari Mochamad, Merespon Ancaman Perubahan Iklim : Adaptasi Sebuah Pilihan Yang Mendesak dan Prioritas, ( Jakarta : 2014). Diakses dan diunduh di www.apikindonesia.or.id pada tanggal 30 Januari 2017. Dan, UNDP Indonesia, Sisi Perubahan Iklim, dalam dp2m.umm.ac.id, diakses pada tanggal 30 Januari 2017. 6 Aktifitas Manusa Sebagai Penyebab Perubahan Iklim5 Di atas kita sedikit telah melihat dampak perubahan iklim. Tentu saja, perlu untuk melihat sebabsebab mengapa itu dapat terjadi. Ada beberapa yang dapat kita catatkan sebagai penyebab perubahan iklim yang kini sedang dihadapi secara global. 1. Perubahan alih fungsi lahan. Indonesia sudah sangat luas kehilangan hutannya karena perubahan alih fungsli lahan hutan. Hutan dibuka untuk kepentingan-kepentingan perkebunan skala besar, misalnya pembukaan lahan hutan untuk perkebunan sawit. 2. Kegiatan industri. Mesin-mesin yang digunakan membutuhkan bahan bakar minyak. Aktifitas pengoperasian mesin-mesin industrisi berbahan bakar minyak mengeluarkan gas buang karbondiksida, dan gas lainnya yang mencemari udara. 3. Transportasi. Kendaraan pribadi maupun kendaraan masal bermesin yang menggunakan bahan bakar minyak pun menyumbangkan karbondioksida dan gas lainnya yang mencemari udara. 4. Pertanian. Pengelolaan lahan pertanian yang kurang mempertimbangkan pentingnya pelestarian alam. Penggunaan pupuk Nitrogen dalam urea dan kapur yang berlebihan sehingga tidak terjangkau oleh akar tanaman, dan jika dalam kondisi tanah basah maka akan melepaskan gas nitrogen dalam N2O ke udara, dan unsur hara akan semakin masuk ke lapisan bawah. Selain pemupukan, penggunaan pestisida kimia pun menyumbangkan pencemaran baik tanah, air maupun udara. 5. Peternakan. Peternakan pun rupanya juga menyumbangkan emisi gas CH4 melalaui pernawasan dan sendawanya, terutama sapi dan gas N2O melalui kotoran dan urin jika tidak dikelola dengan benar. 6. Limbah rumah tangga. Pengelolaan sampah pun rupanya masih persoalan serius. tumpukan sampah semakin meningkat. Jumlah penduduk semakin bertambah, maka sampah pun bertambah. Sampah organik dan an-organik yang tidak dikelola dengan baik akan meghasilkan gas CH4 dan CO2 ke udara. 1 ton sampah padat dapat menghasilan 50 kh gas methane. Bagaimana Dengan Gereja (GKSBS)? GKSBS sangat yakin dengan pilihannya, yakni menjadi gereja yang berdiakonia. Pertanyaannya adalah apakah gereja dapat melakukan diakonianya dalam konteks perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengancam semua yang hidup di dunia ini? Apa artinya jika kita sebagai gereja meyakini bahwa Allah adalah pencipta? Pertanyaan ini sangat mendasar karena mengandung implikisai teologis dan etis. Pertama, jika kita mengatakan bahwa Allah adalah pencipta, maka sumber dari semua yang ada yang diciptakan Allah adalah Allah, dan milik dari semua yang Allah ciptakan adalah milik Allah. Kedua, bahwa Allah senantiasa hadir dalam dunia ini (God is not absent from this earth). Ketiga, di dalam Kristus semesta mendapatkan keselamatan. Keempat, Roh Allah tidak pernih meninggalkan dunia ini. 5 Lih. Kurniatun Hairiah, Subekti Rahayu, Didik Suprayogo dan Cahyo Prayogo, Perubahan Iklim : Sebab dan Dampaknya Bagi Kehidupan, diterbitkan atas kerja sama World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Universitas Brawijaya. 7 Misi bahwa Allah adalah pencipta bukan bersifat Antroposentris (berpusat pada manusia), tetapi secara aplikatif mempunyai makna ekologis.6 Mengeksploitasi, memeras alam dan manusia merupakan persoalan ketidakadilan. Berpihak kepada alam dan manusia adalah misi Allah dalam penciptaan. Bumi ini menjadi rumah bersama, antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan semua yang hidup di sana. Missio Creatoris Dei, dengan demikian dekat sekali dengan gambaran gereja kita sebagai Rumah Bersama. Menghadirkan Rumah Bersama mempunyai berarti menghadirkan Allah sebagai Pencipta, Anak Allah sebagai pendamai dan penebus, dan Roh Kudus sebagai pemelihara. Cara-cara apa saja yang dapat kita lakukan untuk menghadirkan Rumah Bersama dalam konteks perubahan iklim ini adalah : a. Mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak pada perbaikan lingkungan hidup. b. Bersama dengan para pihak bekerja mengurangi dampak perubahan iklim. c. Melalui media yang dimiliki GKSBS berbagi pengalaman baik dalam pengurangan dampak perubahan iklim dan mengkampanyekan perbaikan lingkungan hidup. d. Mengembangkan pertanian organik untuk perbaikan lingkungan hidup. e. Menghargai dan melindungi keanekaragamn hayati. 6 Dietrich Werner, Elizabeth Jeglitzka(ed), Eco-theology, Climate Justice and Food Security, (Geneva : Globalethic, 2016), p.161-164. 8 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH I Minggu, 05 MARET 2017 Warna Liturgi : Ungu Bacaan : Kejadian 2:15 – 17 ; 3:1-7 “MENEMUKAN KEMBALI DUNIA YANG HILANG” Saudaraku yang dikasihi Tuhan, Taman Eden memiliki arti Taman Kemolekan. Pengertian ini boleh dimaknai sebagai keadaan yang sempurna (baca “sungguh amat baik”), sebab Eden yang di ciptakan Allah ini adalah Subur. Kesuburan Eden ini tergambar pada sumber air yang berlimpah, dengan adanya 4 aliran sungai yaitu Tigris, Eufrat, Gihon dan Pison yang mengalir di dalamnya. Sementara Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh mahkluk hidup. Kej 2: 8 – 14 menceritakan bagaimana Tuhan merancang Taman Eden. Tuhan menumbuhkan berbagai pohon dari bumi, ada emas, damar bedolah, batu kisopras dll, yang kesemuanya itu ingin menggambarkan Eden sebagai dunia yang ideal untuk merajut kehidupan. Dunia yang berkelimpahan kekayaan alam yang menunjukkan pada pemenuhan janji Allah akan perkenanan-Nya. Saudaraku yang diberkati Tuhan, Pada puncak penciptaan-Nya itu, manusia mendapat tugas untuk mengusahakan dan memelihara taman itu, yaitu suatu tugas untuk mengawasi keistimewaan/kekudusan taman tempat kediaman Allah tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut manusia tidaklah sendiri, namun Allah memberikan “penolong” (ayat 18) dan “penolong yang sepadan” (ayat 20). Penolong yang dimaksud pada ayat 18 adalah; Binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara. Mereka ditempatkan Allah disekitar manusia supaya taman tersebut terpelihara dan dapat diusahakan. Namun rupa-rupanya mereka bukanlah penolong yang sepadan bagi manusia dalam memelihara dan mengusahakan taman tersebut, maka Allah menciptakan seorang manusia perempuan untuk menjadikannya sebagai penolong yang sepadan. Dalam konteks ini, hubungan manusia dengan Allah dan alam sekitarnya (Pohon, binatang dan sesama manusia=Hawa) dalam keadaan baik, harmonis dan saling menguntungkan satu sama lain. Keselarasan seluruh isi alam semesta inilah yang memberikan kehidupan itu sungguh amat baik. Atau sampai di sini dapat dikatakan bahwa seluruh mahkluk hidup ini adalah subyek kehidupan. Oleh sebab semua adalah subyek kehidupan, maka salah satu diantara mereka tidak ada yang boleh hilang (seperti mata rantai yang saling mengait. Jika satu mata rantai hilang, maka rantai itu akan kehilangan maknanya sebagai rantai). Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Sesuatu yang ideal itu, akhirnya menjadi rusak tatkala dosa berkuasa atas manusia. Ada tiga hal yang terjadi akibat dosa: 1. Permusuhan Allah dengan manusia Pada mulanya Allah membuat taman Eden itu dengan sungguh amat baiknya, sesuatu yang sempurna itu adalah bentuk Kasih Allah kepada segenap ciptaan, supaya mereka dapat saling memberikan kehidupan satu dengan yang lain. Namun akibat dari ketidak-taatan manusia terhadap perintah Tuhan, manusia terusir dari taman Eden. Hal ini menandakan bahwa dosa membawa manusia pada kesengsaraan, dari kedamaian kepada kehidupan yang penuh dengan kecelakaan. 2. Permusuhan Manusia dengan alam Manusia harus bekerja keras dan bersusah payah untuk mencari rezeki. Tanah akan menghasilkan rumput duri dan semak duri. Menggambarkan bahwa alam tidak lagi berpihak dan bersahabat dengan manusia, seakan ikut ambil bagian dalam penghukuman atas dosa manusia. Yang sebelumnya, 9 manusia dapat dengan mudah mengusahakan tanah untuk kebutuhan hidup dan kesejahteraan, akhirnya dengan jerih payah yang sangat harus mengusahakan untuk kesejahteraannya. Bahkan tidak cukup itu saja, alam yang idealnya untuk memberikan kehidupan bagi manusia kadang kala justru menjadi ancaman yang membunuh manusia, misalnya bencana alam (banjir, puting beliung gempa bumi serta hama pertanian yang sulit untuk dikendalikan). 3. Permusuhan Manusia dengan mahkluk hidup yang lain. Adam dengan hawa saling menyalahkan – hawa dengan ular saling menyalahkan. Tidak adalagi keharmonisan antara setiap mahkluk. Semua terjebak dalam sikap mencari keselamatannya sendirisendiri. Saudaraku yang terkasih, 3 akibat dosa ini menunjukkan dan menegaskan bahwa adanya dunia ideal yang pernah Allah ciptakan itu rusak bahkan menuju pada kesirnaan dan hilang. Kehidupan yang selaras, harmonis saling menghidupkan satu sama lain berubah menjadi dunia yang penuh dengan kecelakaan, saling membunuh dan cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri. Apabila kita mau mengamati dengan lebih mendalam keadaan bumi saat ini, maka kita akan menemukan bahwa adanya dunia yang hilang. Eden yang telah diciptakan dengan sungguh amat baik itu, rasa-rasanya hanya akan tinggal menjadi cerita jika keserakahan manusia tidak ditobatkan. Secara jujur mari kita menjawab: mengapa manusia menebangi hutan? Alasan yang terjawab adalah soal ekonomi. Hutan menjadi lahan sawit, tebu, jagung, karet dll, tanpa pernah memperhitungkan bagaimana dengan kehidupan segala hewan yang di dalamnya. Akhirnya semua hewan di dalam hutan menjadi musuh/hama pertanian yang sewaktu-waktu mengakibatkan kegagalan hasil pertanian. Begitu pula perlakuan manusia dengan yang lain; batu alam, minyak, batu bara dll, dikuras dan dihabiskan demi kepentingan ekonomi. Satu alasan yang dimunculkan adalah, bahwa pertumbuhan ekonomi yang baik diharapkan mampu mendatangkan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun manusia lupa bahwa merusak alam dengan pertimbangan ekonomi semata adalah pertanda kematian. Pada minggu-minggu Pra-Paskah ini, marilah kita membangun kesadaran untuk mengusahakan dan merawat bumi. Bekerja dan berusaha mengembalikan bumi pada kondisi sungguh amat baiknya adalah sama dengan mensyukuri karya Tuhan atas keselamatan kita. Selamat berjuang untuk menemukan kembali dunia yang hilang, serta menghadirkan kembali Eden di bumi. Tuhan memberkati. Amin. (Sso) Nats Pembimbing : Kejadian 1:29 Nats Berita Anugerah : Ulangan 31 :19 - 21 Nats Persembahan : Ulangan 26:9 -10. Nyanyian: 1. KJ 10:1-2 4. KJ 337: 1 - 2. KJ 336: 1-3 5. KJ 428: 1,2,6 3. KJ 403: 1 - 3 6. KJ 461:1 – 2 10 RENUNGAN Minggu Pra-Paskah I Bacaan Matius 4:1-11 “Peganglah Kendalimu!” Salah satu pengajaran Yesus bagi umatnya adalah pengendalian diri. Dari pengajaran ini, maka muncul pertanyaan MENGAPA DIRI INI HARUS DIKENDALIKAN? LIARKAH?, BUASKAH? Setelah Yesus berpuasa selama 40 hari, Iblis dalam wujud ular menghampiri Yesus untuk mencobaiNya. Iblis mengambil waktu yang tepat: pertama: Iblis melihat keadaan Yesus yang sudah lemah setelah puasa 40 hari, kelaparan, dehidrasi sepertinya menjadi gambaran akibat dari puasa tersebut. Kedua: Iblis ingin menyadarkan bahwa Yesus adalah anak Allah, dengan status itu Yesus bisa berbuat apa saya untuk menyelamatkan hidupnya. Dari cerita ini ada beberapa hal yang dapat kita renungkan 1. Banyaknya tindakan kriminal (korupsi, pencurian, perampokan, pembunuhan, dll) yang dimotivasi oleh upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Manusia kehilangan kendali diri ketika terhimpit desakan kebutuhan hidup, sehingga rela melakukan apa saja walaupun sadar bahwa tindakannya itu melanggar firman Tuhan, merugikan orang lain, atau bahkan nyawa orang lain. 2. Harta. Yesus ditempatkan oleh iblis di puncak gunung yang sangat tinggi untuk memperlihatkan seluruh kekayaan bumi. Semuanya itu akan diberikan asal manusia Yesus sujud menyembah Iblis. Namun tidak untuk Yesus, harta tidak membuat Yesus berpaling kesetiaannya kepada Allah. Hanya kepada Allah saja kita harus menyembah. Dari sini, alkitab sepertinya mau mengingatkan bahwa harta juga memiliki kekuatan untuk membuat manusia berpaling dari Tuhannya. Misalnya: bekerja tanpa mengenal waktu sehinggu tidak memiliki waktu untuk ibadah, berkumpul dengan keluarga. Hilangnya kejujuran dan ketulusan sehingga selalu merencanakan penipuan dan lain-lain. 3. Kesombongan Iman. Iblis meminta supaya Yesus menjatuhkan dirinya dari atas bubungan bait Allah, sebab ada terrtulis bahwa Allah akan mengutus para malaikatnya untuk menatang Yesus supaya kakinya tidak terantuk batu. Kesalehan yang dibangun Yesus bukan karena supaya Allah ......tetapi karena Allah maka Yesus harus membangun hidupnya pada kesalehan. Untuk menguji iman, tidaklah mendorong Yesus untuk mencobai Allah “iya..ya jika Allah mengasihi Aku, pasti aku selamat. Allah mencintaiku tidak Ya?? Lah tak coba jatuhlah”. Tuhan mengajarkan supaya kita berbagi makanan. Tuhan mengajarkan supaya dengan harta yang kita miliki, kita berbagi dengan mereka yang tidak punya. Tuhan mengajarkan dengan kedewasaan iman supaya kita menolong yang lemah Iman, bukan untuk menghakimi melainkan menolongnya dengan Cinta Kasih. Yesus telah memberikan teladan terbaik bagi kita ketika dicobai ditengah kelemahan dan ketidakberdayaanNya. Karenanya, marilah kita pun terus melatih diri dalam MPPP ini untuk memegang kendali atas diri kita dalam mewujudkan kebaikan, keadilan dan kebenaran serta apa yang menjadi kehendak Allah bagi umatNya. (Sso) 11 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu Pra-Paskah I Nilai Sebuah Pengalaman Pengantar: Seorang ibu menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat anak perempuannya yang pulang dengan membawa kantong belanjaan berisi pakaian baru. Sesaat kemudian terlontarlah celetukan sang ibu pada anaknya: “Nak, nak... karna belum merasakan susahnya mencari uang, maka begitu mudah bagimu menghambur-hamburkannya”. Sang ibu yang telah mengalami susahnya mencari uang, memberi nilai lebih terhadap uang sehingga lebih bijaksana dalam menggunakannya. Sedangkan, sang anak yang belum merasakan susahnya mencari uang, memberi nilai yang rendah terhadap uang sehingga memanfaatkannya secara kurang bijaksana. Kesimpulan sementara dari situasi di atas adalah pengalaman telah memberi nilai yang berbeda terhadap sesuatu benda/hal. Bagikan pengalaman peserta PA dalam menemukan nilai dari sebuah peristiwa! ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ _____________________________________________________ Mengapa kita perlu menemukan nilai dari sebuah pengalaman? ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ________________________________________________________ Terimakasih atas kesediaan peserta PA yang telah berbagi pengalaman dalam proses ini. Kini, marilah kita memperkaya pengalaman dan pemahaman kita dalam terang Firman Tuhan dalam Mazmur 32: 1-11 (dapat dibaca berbalas-balasan). Peserta PA yang dikasihi Tuhan, Mazmur 32 adalah nyanyian pengajaran yang disampaikan oleh Daud untuk umat yang beribadah. Dibacakan dalam perayaan Yom Kippur yang adalah Hari Pendamaian/hari grafirat adalah hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi. Dalam perayaan ini umat diajak untuk Berfokus pada pertobatan diri sendiri, memperbanyak amal dan melakukan perbuatan baik, membaca kisah-kisah yang menginspirasikan untuk bertobat. 12 Ayat 8 “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasehat, mataKu tertuju padamu.” biasanya dibacakan dalam perayaan Rosh Hashanah yaitu perayaan tahun baru meriah dan penuh khidmat. Yang unik dari perayaan ini adalah merayakan hari penciptaan alam raya, sekaligus memperingati hari kiamat. Rosh Hashanah dipercayai sebagai hari Sabat pertama pada saat penciptaan dunia terjadi. Hari raya ini dilangsungkan selama dua hari dengan tradisi memakan roti yang dicelupkan pada madu (atau garam) untuk melambangkan harapan yang baik dan "manis" di tahun baru. Perayaan dari umat yang baru saja mengalami pengampunan dosa, tentu saja membawa makna syukur lebih mendalam. Kelegaan lahir batin dan kesukacitaan iman yang dialami dari anugerah pengampunan Tuhan (ayat 1-5) ditindaklanjuti dengan kesediaan diri menerima pengajaran dan petunjuk dari Tuhan untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam menentukan langkah dan pilihan di perjalanan kehidupan selanjutnya (ayat 8). Dalam bahan kotbah minggu, 05 Maret 2017 dinyatakan bahwa kuasa dosa membuat dunia ideal yang pernah Allah ciptakan itu rusak bahkan menuju pada kesirnaan. Kehidupan yang selaras, harmonis, dan saling menghidupkan satu sama lain telah berubah menjadi dunia yang penuh dengan kecelakaan, saling membunuh dan cenderung mementingkan diri sendiri. Realita ini menjadi pengalaman umat pada masa kini, yang perlu digumuli untuk dapat menemukan nilai didikan sebagai pijakan tindakan dimasa depan. Sebagaimana nilai didikan dalam pengalaman-pengalaman yang kita bagi dalam dalam proses tadi telah membuat kita lebih bijaksana untuk tidak “jatuh pada lubang yang sama”, maka mari kita temukan bersama apa yang dapat kita lakukan sebagai umat tebusan Allah yang hidup ditengah kehancuran alam ciptaan Tuhan agar kehancuran ini tidak berkelanjutan di masa depan. (SSo) Demikian dasar Firman Tuhan yang meneguhkan pengalaman iman kita. Sebelum menyepakati komitmen baru yang kita temukan dalam proses ini, kami masih memberi kesempatan, jika ada peserta PA yang ingin memberi pertanyaan maupun penegasan terhadap tema kita saat ini: _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ __________________________________________________ Saudara/i yang dikasihi Tuhan, komitmen apa yang dapat kita sepakati bersama dari proses kita saat ini: ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ 13 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH II Minggu, 12 Maret 2017 Warna Liturgi: Ungu Bahan: Kejadian 12: 1 – 4 MEMBUNUH BUMI ADALAH MEMBUNUHMU Saudaraku yang dikasihi Tuhan Betapa bersyukurnya kita, ketika Tuhan menempatkan kita di bumi Indonesia. Di tempat ini hampir semua yang diciptakan Tuhan dapat dinikmati (hujan, matahari,kandungan bumi yang melimpah, keanekaragaman suku budaya dlsb), dan hebatnya lagi sudah ratusan tahun hidup berdampingan walaupun berbeda-beda (bandingkan Suku rohingya yang mendapat perlakuan kasar dari pemerintahnya, Irak, siria yang perang saudara). Inilah Indonesia, yang bagi saya adalah bangsa besar yang telah Tuhan anugerahkan. Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman mahkluk Hidup, sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut sebagai “Mega Blodiversity” atau keanekaragaman mahkluk hidup yang sangat tinggi. Hutan yang luas sehingga Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia artinya dikolong ini, negara Indonesia diakui sebagai negara penyumbang oksigen bagi keberlangsungan mahkuk hidup di seluruh dunia. Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Salah satu janji Allah kepada Abram adalah menjadikan Abram sebagai bangsa yang besar dan memberikan Abram tanah perjanjian. Jika dicermati janji tersebut, bangsa besar yang dimaksud dalam janji Allah itu adalah keturunan Abram. Artinya Abram akan memiliki keturunan yang sangat banyak seperti pasir dilaut dan seperti bintang di langit. Dan Tanah perjanjian itu adalah tanah yang berlimpah susu dan madu, yaitu tanah yang menunjuk pada daerah Kanaan sebuah bagian wilayah dipadang pasir yang hijau dan memiliki banyak air. Nampaknya sudah dirancangkan oleh Allah sedemikian rupa bahwa untuk menopang bangsa yang besar itu diperlukan sebuah daerah yang subur dan makmur, supaya daerah seperti itu mampu men-sejahterakan penduduknya. Inilah Janji Allah kepada Abram, bahwa Allah akan memberkati Abram dan keturunannya dengan menjadi bangsa yang besar serta makmur dan sejahtera. Merefleksikan firman Tuhan inilah mendorong saya untuk mengajak saudara melihat dan mengagumi sekagum-kagumnya akan Indonesia. Allah tidak hanya berjanji kepada Abram, tetapi juga berjanji kepada Saudara-saudara. Allah tidak hanya membuat Abram menjadi bangsa yang besar dengan tanah yang subur makmur, tetapi Allah juga sudah memberikan negeri yang berlimpah susu dan madu kepada saudara. Tinggal persoalannya yang mesti direnungkan adalah, Apakah tanah ini sudah men-sejahterakan masyarakatnya atau belum? Kalau sudah apakah yang harus diperbuat? Kalau belum mari kita gali apa penyebab dari semua ini? 14 Saudaraku yang dikasihi Tuhan Indonesia ini memiliki daratan yang luas dengan luas 1.904.569 km2 ini naif ketika Indonesia tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya, idealnya adalah Indonesia bukan pengimpor pangan tapi pengekspor pangan. Indonesia memiliki gas bumi, batubara, ada pancaroba, ada minyak bumi dlsb. Adalah naif jika Indonesia Krisis Energi. Idealnya di Indonesia ini tidak ada pemadaman listrik dan masih banyak kekayaan yang lain diantaranya bio teknologi yang bahan bakunya berlimpah ruah ada dinegeri ini. Seperti tidak ada yang kurang dari negeri ini untuk membuat rakyatnya selalu tersenyum bahagia. Saudaraku yang terkasih di dalam Tuhan Kita ini sudah masuk tanah perjanjian itu, bukan Kanaan, tetapi Indonesia. Maka marilah kita jaga dan rawat Indonesia ini. Jangan relakan bumi yang baik ini dirusak dan dihancurkan oleh pihak-pihak rakus yang hanya mencari keuntungan pribadi. Sudah saatnya, tanggung jawab ini tidak hanya di bebankan kepada negara, melainkan singsingkan lengan bajumu untuk melindungi tanah Indonesia jaya! Hentikan membuang sampah sembarangan karena ini akan merusak keindahan dan menjadi sumber penyakit. Hentikan penambangan-penambangan liar, penebangan hutan secara besar-besaran, perusakan terumbu karang, pembakaran lahan gambut dll, sebab semuanya itu hanya akan membawa kita kepada “babel” negeri yang penuh dengan siksaan dan penderitaan Hentikan pungutan liar, jangan memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang bernafsu menguasai tanah, air demi keuntungan pribadi dan kelompoknya. MARI SEHATKAN BUMI, SEHATKAN TANAH, SEHATKAN AIR, SEHATKAN UDARA DI INDONESIA SEBAB TUHAN MEMBERIKANNYA SEMUA ITU UNTUK KITA. YA, UNTUK SAYA, SAUDARA, DAN ANAK CUCU KITA. Semoga Tuhan memberkati. Amin.(Sso) Nats Pembimbing : Yeremia 29:7 Nats Berita Anugerah : Mazmur 104: 13 – 24 Nats Persembahan : Kejadian 28: 20 – 22 Pujian 1. 2. 3. 4. 5. 6. PKJ 28: 1, 3 PKJ 58: 1-2 PKJ 109: 1,4 KJ 433: 1-dst PKJ 176: 1-2 PKJ 243: 1-3 15 RENUNGAN Minggu Pra-Paskah II Bacaan : Yohanes 3: 1-17 KedatanganKu Bukan Untuk Menghakimi Dunia Tapi Menyelamatkannya Maraknya para penebang hutan secara liar atau ilegal, bebas dan semakin banyaknya para penambang liar baik penambang pasir, emas, batu bara, pada kenyataannya di waktu-waktu kemudian berdampak pada keadaan kestabilan dan keseimbangan alam di sekitar kita. Potret negeri yang sering dilanda bencana alam, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gempa bumi, kebakaran hutan, ditambah lagi dengan berbagai perilaku umat manusia yang tega berbuat jahat dengan mengorbankan sesamanya seperti menculik dan menjual anak-anak, memperdayai dan melecehkan orang kecil, mengeksploitasi alam secara besar-besaran, dan sebagainya haruskah kita mengatakan bahwa Tuhan sedang marah? Tuhan menghukum bumi khususnya manusia? Sepintas dengan akal sehat kita berpendapat tentang Tuhan. Siapakah Tuhan itu sesungguhnya dan bagaimanakah sifat-Nya? Apakah tujuan Ia menciptakan langit, bumi beserta isinya termasuk kita manusia? Apakah maksud Allah menjadikan umat manusia secara istimewa berbeda dengan makhluk hidup lainnya? Pertanyaan-pertanyaan ini juga patut kita renungkan untuk kita jawab. Satu hal yang pasti sebagaimana firman-Nya bahwa kasih Allah begitu besar kepada dunia. Bahkan oleh karena besarnya kasih tersebut Allah berkenan mengutus putra tunggalNya yaitu Yesus Kristus ke tengah dunia untuk menyelamatkan dunia bukan untuk memusnahkan dan menghakimi dunia. Bahkan penyelamatan itu harus dibayar dengan nyawaNya sendiri lewat penyaliban di kayu salib. Berdasarkan firman Tuhan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Allah yang penuh kasih itu adalah Allah yang mencipta, Allah yang memelihara, Allah juga yang menebus dan menyelamatkan kita. Oleh karenanya tidak cukup beralasan kalau kita mengatakan bahwa Allah marah dan menghukum bumi sebaliknya Allah mengasihinya. Jika Allah sungguh mengasihi kita bahkan telah, sedang dan akan menyelamatkannya apakah yang seharusnya kita lakukan sebagai respon kita? Hidup benar dengan sikap, perilaku dan tindakan yang tepat dan benar baik terhadap alam sekitar maupun terhadap sesama manusia dan makhluk hidup lainnya adalah kewajiban yang sebaiknya kita lakukan karena itu merupakan tanggung jawab kita yaitu titipan Allah kepada manusia yang dicipta dengan segala keistimewaannya. Ketamakan, keserakahan yang mewujud pada tindakan brutal dan sewenang-wenang dengan tidak memerhatikan dampak yang ditimbulkannya hendaklah kita buang jauh-jauh dari diri kita, dan mari kembali ke kehidupan yang dikehendakiNya dengan mengasihi, memelihara, melestarikan, mengupayakan kehidupan ciptaan dan semesta yang lebih kondusif. Amin (JPS) 16 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu Pra-Paskah II Ketaatan Sebagai Harga Mati Pengantar: Ketika kita mencoba membandingkan kondisi dunia masa kini dan masa lampau, maka tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perubahan yang telah terjadi. Dalam bidang ilmu pengetahuan, transportasi dan komunikasi misalnya, kemajuan demi kemajuan telah dinikmati dalam berbagai fasilitas moderen yang memberi kemudahan. Namun sayangnya, jika melihat kondisi alam dan lingkungan sekitar, realita perubahan ke situasi yang lebih buruk nyata terpampang di depan kita. Untuk itu, marilah kita sikapi situasi perubahan lingkungan ini dengan menggali pengalaman kita melalui pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: 1) Apa penyebab semakin buruknya kondisi alam dan lingkungan sekitar kita? __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ _____________________________________________________________ 2) Upaya apa yang selama ini telah kita lakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut? __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ ______________________________________________________________ 3. Adakah hubungan antara memelihara lingkungan dengan iman kepada Allah? ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________ __________________________________________________________ Terimakasih atas kesediaan peserta PA yang telah berbagi pengalaman dalam proses ini. Kini, marilah kita memperkaya pengalaman dan pemahaman kita dalam terang Firman Tuhan dalam: Roma 4 : 1 - 5 Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus pada sekitar Tahun 55-56 Masehi. Tujuan surat ini ditulis adalah supaya jemaat mendapat peneguhan pemahaman tentang Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi setiap orang percaya. Dalam membangun kualitas iman ternyata perlu contoh atau teladan orang lain sebagai pembanding. Rasul Paulus menyebut nama Abraham untuk kembali diingat oleh jemaat Tuhan di Roma. Abraham adalah sosok teladan yang baik dalam membangun imannya, ia begitu taat kepada Tuhan dengan menjalankan Taurat Yahudi meskipun ia hidup jauh sebelum Taurat itu 17 sendiri diwahyukan kepada Musa. Ketaatan Abraham kepada Tuhan inilah yang kemudian menjadi ia diakui sebagai bapa bagi setiap orang percaya. Selain itu dengan ketaatannya Abraham diperhitungkan oleh Tuhan, sehingga mengalami sukacita dan kebahagiaan dalam hidupnya. Mensyukuri segala yang ada adalah sebuah sikap yang baik, karena dengan sikap yang demikian orang bisa mengendalikan diri untuk tidak menjadi serakah dan tamak. Abraham memberikan teladan kepada setiap orang percaya. Semua dilakukan oleh Abraham demi kebaikan bersama, ketaatan dan ucap syukurnya atas kasih Allah yang diterima semua tidak ada yang hilang bahkan Tuhan Allah semakin memberikan berkat yang melimpah-limpah. Dalam tahap penggalian dan reflektif di atas, kita telah melihat bersama realita kerusakan alam ciptaan Tuhan serta tanggungjawab kita sebagai manusia yang diberi mandat untuk mengusahakan dan memeliharanya. Kita boleh bangga ketika ada banyak Pabrik Pengolah Kelapa sawit didirikan dan berjutajuta hektar tanaman sawit ditanam. Disatu sisi tindakan ini dapat membuka lapangan kerja untuk memberikan penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan, namun disisi lain menurut ahli lingkungan, adanya peralihan pemanfaatan hutan alam menjadi hutan industri mempunyai dampak yang besar. Ekploitasi hutan dengan menanam tanaman industri yaitu kelapa sawit, kita perlu tahu bahwa akarnya tidak bisa menyerap air dengan baik dan sebagai penyedia O2 (Oksigen) ternyata berbeda dengan pohon-pohon yang lain. Padahal, produksi O2 dari hutanhutan di Indonesia sangat berperan besar dalam terjaganya lapisan ozon (lapisan udara yang melindungi bumi). Dengan berkurangnya produksi O2, maka lapisan ozon semakin menipis bahkan berlubang. Dampaknya adalah penyakit kanker kulit (karena sinar matahari langsung), pemanasan global (peningkatan suhu bumi) dan sebagainya. “Ketaatan” menjadi kata kunci yang diteladankan Abraham bagi kita. Jika kita mengkuatirkan perubahan buruk yang terjadi pada alam dan lingkungan kita, maka pentinglah bagi kita untuk mempertimbangkan dampak terhadap alam sebelum kita mengupayakan atau mengelolanya. Demikian juga “ketaatan” kita dalam menerapkan pola hidup ramah lingkungan, akan menjadi perwujudan iman kita sebagai umat yang mengasihi Allah Sang Pencipta. (PW) Demikian dasar Firman Tuhan yang meneguhkan pengalaman iman kita. Sebelum menyepakati komitmen baru yang kita temukan dalam proses ini, kami masih memberi kesempatan, jika ada peserta PA yang ingin memberi pertanyaan maupun penegasan terhadap tema kita saat ini: _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ __________________________________________________________ Saudara/i yang dikasihi Tuhan, komitmen apa yang dapat kita sepakati bersama dari proses kita saat ini: _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ ________________________________________________________________ 18 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH III Minggu, 19 maret 2017 Warna liturgi : ungu Bacaan : Keluaran 17: 1-7 Tujuan : “Jemaat dapat menghayati kehadiran Allah melalui ciptaanNya” “ADAKAH TUHAN DI TENGAH-TENGAH KITA ATAU TIDAK? Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tema kita pada saat ini adalah “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” Sebagai makhluk religius, kita mungkin dapat menganggap kalimat tadi sebagai pertanyaan yang sangat kekanak-kanakan dan tidak masuk akal. Atau bahkan pertanyaan tersebut mungkin ikut menggores perasaan kita yang sedang beribadah saat ini. Bagaimana tidak? Tuhan yang hanya terlihat oleh mata iman kita, yang padaNya pujian dan bakti sedang dinyatakan saat ini, justru dipertanyakan oleh umat yang sedang menyaksikan langsung kehadiranNYA di tengah-tengah mereka. Kejadian 13: 21-22 menyatakan “Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam hari dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.” Namun ini bukanlah pertama kalinya bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa bahkan mempertanyakan Allah. Sebelumnya, ketika terjepit diantara pasukan Firaun dan Laut Teberau, ketika kehausan di Mara dan kelaparan diantara Elim dan gunung Sinai. Dan atas segala sungut-sungut mereka, Allah selalu menjawab dengan mujizatnya (terbelahnya laut teberau, air yang pahit menjadi manis, 12 mata air dan 70 pohon korma di Elim, burung puyuh dan manna diantara Elim dan Sinai). Apakah yang membuat umat Israel terus mempertanyakan kehadiran Tuhan, walaupun tiang awan dan tiang api nyata di depan mata mereka, serta mujizat-mujizatnya telah mereka kecap sendiri? Dan jika Tuhan bersedia menolong mereka, mengapa tidak sejak awal Ia menyediakan segala yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak sampai bersungut-sungut dan mempertanyakanNya? Jemaat yang dikasihi Tuhan, 40 tahun perjalanan umat Israel menuju tanah perjanjian sejak awalnya merupakan sebuah “perjalanan didikan”. Didikan bagi umat untuk hidup dalam penyerahan diri kepada Allah, dan didikan bagi pribadi seorang Musa dalam menunjukkan kemahakuasaan Tuhan sekaligus sebagai perpanjangan mulut, tangan dan kaki Tuhan bagi Israel. Masa dan Meriba merupakan salah satu wujud didikan Tuhan untuk umat dapat menghayati kehadiranNya melalui ciptaanNya, yaitu “air” yang mereka minum dan gunakan. Setelah umat begitu kehausan dan sekarat, air menjadi sebuah “kebutuhan” dan ‘harapan’ mereka untuk dapat bertahan hidup, sehingga sampailah mereka dalam pemaknaan Tuhan 19 sebagai ‘air’. Pertanyaan “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” menjadi sebuah titik spiritual bagi umat, yang tidak lagi hanya mengkonsepkan Tuhan sebagai hal yang luar biasa (tiang awan dan tiang api), melainkan Tuhan sebagai kebutuhan utama dalam perjalanan kehidupannya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Israel sebagai umat yang “tegar tengkuk”, sayangnya sering mewakili sifat-sifat manusia pada umumnya. Untuk itu, didikan Allah bagi Israel, kembali menjadi sebuah didikan dalam perjalanan hidup umat, khususnya dalam minggu ketiga Pra-Paskah pada rangkaian MPPP 2017. Perikop ini mendidik kita untuk menghayati kehadiran Tuhan melalui ciptaanNya. Bahwa Tuhan bukanlah Pribadi tidak tersentuh yang hanya nampak dalam hal-hal luar biasa, melainkan Ia pun dapat ditemui dalam ciptaanNya. Seperti ‘air’ di Masa dan Meriba yang mengalir memberikan kehidupan bagi umat manusia, memberikan kesejukan ditengah teriknya padang gurun. Menghayati kehadiran Tuhan dalam segelas air yang kita teguk, mengalir dalam tenggorokan dan memuaskan dahaga kita. Menghayati kehadiran Tuhan dalam sentuhan air yang menyentuh kulit, menyejukkan dan membersihkan diri kita. Betapa dekatnya, betapa tidak terpisahkannya Tuhan dari kehidupan kita. Perjalanan spiriual melalui didikan di Masa dan Meriba, akan semakin membuka mata hati kita akan kehadiran Tuhan yang begitu nyata, sekaligus memberi pemaknaan baru dalam melihat alam ciptaan Tuhan. Dengan sikap hidup mengasihi alam dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, maka kita telah memberi jawab dengan tegas: “YA, ALLAH ADA DI TENGAH-TENGAH KITA”. Amin (S) Nats pembimbing : Mazmur 95: 1-7 BA / PHB : Kejadian 2:15-17 Nats persembahan : Roma : 11: 36 Nyanyian: 1. PKJ 242: 1-2 2. KJ 68: 1-2 3. PKJ 205 4. PKJ 135: 1-2 5. KJ 403: 1-dst 6. KJ: 453 : 1-2 20 RENUNGAN Minggu Pra-Paskah III Bacaan: Mazmur 95: 1-9 Nyatakanlah Hormatmu Kepada Allah Dengan Menjaga Dan Melestarikan Ciptaan-Nya Ketika kita mendengar berita tentang banyaknya musibah, adanya bencana, baik itu banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, bahkan banyaknya penyakit-penyakit yang sedang di rasakan dan menghampiri manusia, banyak orang yang menundukkan kepala sambil berkata “Mengapa bencana ini terjadi? Mengapa musibah ini terjadi?” Dan biasanya sambil menarik napas panjang-panjang orang akan berkata, “Yah, dasar sudah takdir Allah. Kita Cuma bisa berserah.” Jadi dengan ungkapan “takdir Allah” itu menganggap bahwa segala sesuatu yang akan terjadi dalam hidup ini sudah ditentukan terlebih dahulu oleh Allah. Kalaupun memang celaka atau selamat, musibah, ataupun bencana sudah ditetapkan lebih dulu untuk apa kita berhati-hati dalam bertindak atau melangkah? Mazmur 95 ini ingin kembali menegaskan kepada kita sebagai umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini kepunyaan Allah sendiri, dan manusia diberi kepercayaan untuk mengusahakan dan memeliharanya seperti yang tertulis dalam kejadian 2 : 15-17. Namun demikian Allah membuat batasan. Allah memberi kepada manusia kemungkinan untuk menentukan arah hidupnya. Allah memberikan manusia untuk membuat pilihan : menghargai batasan itu atau melanggarnya. Yang terpenting manusia itu bukan hanya sekedar bebas dan mampu membuat keputusan, namun apakah isi keputusan itu mengungkapkan hormat dan taat kepada Allah serta selaras dengan tugas untuk memelihara kelangsungan hidup manusia, sejalan dengan tugasnya untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan segala bentuk kehidupan di bumi. Bagaimana halnya dengan musibah, bencana? Langkah manusiakah yang menentukan dan menyebabkannya? Disadari atau tidak ternyata musibah, bencana yang terjadi sebenarnya manusia sesungguhnya ikut bertanggung jawab atas kedatangan musibah tersebut baik itu gempa bumi, gunung meletus yang disebabkan oleh pemanasan global. Dan juga adanya tanah longsor, banjir yang sering melanda, kebakaran hutan yang di lakukan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadi pencemaran udara yang semuanya itu mengangkibatkan munculnya berbagai penyakit. Itulah sifat manusia yang sering kali lalai, ceroboh, semau gue, masa bodoh, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu,ucapan, ”yah, dasar takdir Allah” yang kita ucapkan ketika musibah dan bencana itu terjadi tidak banyak membawa faedah. Yang bisa kita dapatkan sebagai pelajaran dari perikop ini ialah bahwa manusia sebenarnya di beri kemampuan dan tanggung jawab untuk mengamankan kehidupan, karena ditangan manusia jugalah bisa terjadi rupa-rupa bencana, musibah, pencemaran udara dan lain sebagainya, bahkan sebaliknya, di tangan manusia juga alam ini akan menjadi indah, alam akan bersahabat dengan manusia itu sendiri. Melalui Masa Perayaan Paskah di tahun 2017 ini, marilah kita semakin menghormati dan mentaati Allah dengan kembali menjaga, mengusahakan dan memelihara ciptaan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah. Karena itu “Nyatakanlah hormatmu kepada Allah dengan menjaga dan melestarikan ciptaanNya.”. Amin. (STR) 21 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu Pra-Paskah III Mata Air Yang Terus Memancar Pengantar: Tanggal 22 Maret diperingati sebagai Hari Air. Tidaklah berlabihan untuk mengkhususkan satu hari dalam setahun (berdasarkan kalender lingkungan hidup) sebagai momentum peringatan akan pentingnya air bagi keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Untuk itu, mata air menjadi salah satu harta yang sangat berharga bagi segenap ciptaan. Kalimat ini mungkin kedengaran terlalu berlebihan bagi orang-orang yang hidup di daerah yang berlimpah air, namun bagi mereka yang hidup di daerah-daerah yang sering mengalami kemarau panjang atau kekeringan, bahkan harus menempuh perjalanan panjang dan perjuangan keras hanya untuk mendapatkan air, kalimat tersebut sangat tepat. 1. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peserta PA, kapan waktu yang tepat untuk mencari mata air ketika hendak membuat sumur? dan bagaimana caranya? ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ______________________________________________________________ 2. Dalam pengalaman peserta PA, hal-hal apa yang dapat mempengaruhi perubahan kualitas mata air? ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ _______________________________________________________________ 3. Mengapa mata air perlu dijaga? ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________ Terimakasih atas kesediaan peserta PA yang telah berbagi pengalaman dalam proses ini. Kini, marilah kita memperkaya pengalaman dan pemahaman kita dalam terang Firman Tuhan dalam: Yohanes 4: 4-14 Percakapan Yesus, yang adalah seorang guru yang sangat dihargai dan dihormati, dengan seorang perempuan Samaria di dekat sumur Yakub merupakan sebuah peristiwa istimewa. Keistimewaan yang pertama, yaitu sangat tidak wajar bagi seorang Yahudi berkomunikasi dengan orang Samaria. Keistimewaan yang kedua, bahwa orang Samaria tersebut bahkan adalah seorang perempuan, yang dalam struktur masyarakat saat itu termasuk golongan rendah. Dan keistimewaan yang ketiga, bahwa Yesus menawarkan ‘air hidup’ kepada sang perempuan Samaria yang memiliki latar belakang hidup yang kelam. 22 Wilayah palestina dan sekitarnya termasuk daerah yang sangat kering karena sebagian besar wilayahnya berupa padang gurun. Sehingga, tidak jarang terjadi pertikaian bahkan perang antar suku hanya demi memperebutkan mata air (sumur). Karenanya, sangat wajar ketika sang perempuan Samaria begitu heran ketika Yesus menawarkan ‘air hidup’ yang saat itu masih dipahaminya secara harafiah. Sumur Yakub merupakan salah satu mata air yang sangat berkualitas pada saat itu, sehingga ia merasa tidak mungkin Yesus dapat memberi air lain dengan kualitas yang lebih baik. Menjawab keheranan sang perempuan Samaria tersebut, Yesus malah menegaskan bahwa bukan hanya air yang akan diberikanNya, melainkan sekalian mata airnya. Dan bukan sembarang mata air, melainkan mata air yang akan terus-menerus memancar sampai kepada hidup kekal. Mata air yang baik perlu dijaga. Berkurangnya satu pohon disekitar mata air dapat mempengaruhi kualitasnya.. (seperti penggalaman-pengalaman di atas). Dalam tema besar MPPP 2017 yaitu “memperjuangkan keutuhan ciptaan bagi Sumbagsel”, kita pun diajak untuk turut mengambil bagian dalam ‘memelihara mata air”. Baik “mata air’ yang dipahami secara harafiah, maupun mata air rohani sebagai anugerah keselamatan Tuhan. Pola hidup menggunakan air dengan bijaksana, membangun kebiasaan membawa air minum dalam wadah yang tidak sekali pakai, mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat mencemari tanah dan air, serta memelihara lingkungan sekitar mata air dapat menjadi bentukbentuk penghargaan kita terhadap air. Demikian juga, menuntaskan konflik batin dengan kebesaran hati untuk memaafkan dan keberanian untuk meminta maaf, mengurangi kebiasaan mengeluh dengan belajar bersyukur, melatih disiplin spiritual melalui doa, puasa dan meditasi, dan masih banyak lagi hal yang dapat dilakukan sebagai upaya membersihkan dan menjaga “mata air rohani” yang telah dikaruniakan Kristus bagi kita. Berada didekat ‘mata air yang terus memancar’ pastilah mendatangkan kesejukan dan kedamaian tersendiri bagi makhluk disekitarnya. Masihkah ada kesejukan dan kedamaian yang dirasakan oleh sesama ciptaan dalam kehadiran kita? (SK) Demikian dasar Firman Tuhan yang meneguhkan pengalaman iman kita. Sebelum menyepakati komitmen baru yang kita temukan dalam proses ini, kami masih memberi kesempatan, jika ada peserta PA yang ingin memberi pertanyaan maupun penegasan terhadap tema kita saat ini: _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ ________________________________________________ Saudara/i yang dikasihi Tuhan, komitmen apa yang dapat kita sepakati bersama dari proses kita saat ini: _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ ________________________________________________________________ 23 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH IV Minggu, 26 Maret 2017 Warna Liturgi: Ungu Bacaan : Efesus 5 : 8-14 Tujuan : - Warga Jemaat menemukan kesadaran akan tugas panggilan pemulihan Ciptaan Allah. - Warga Jemaat terpanggil untuk menyuarakan keadilan Ciptaan Semesta. SEMESTA BERPESAN , MANUSIA BERPERAN Saudara-saudaraku terkasih….. Indonesia memiliki kekayaan yang dapat menjadikan rakyatnya sejahtera. Namun kenyataannya, ketimpangan dalam pengelolahan Sumber Daya Alam Indonesia membuat kehidupan rakyat Indonesia jauh dari sejahtera. Hasil bumi, air dan seluruh yang ada di bumi Indonesia sebagian besar telah dikuasi oleh pemilik modal dan ini sebagai bentuk dari keserakahan manusia dalam membangun Ekonomi. Apa akibat dari prilaku yang demikian ini ? tentu yang terjadi adalah yang pertama, kerusakan alam semesta Indonesia seperti contoh: hancurnya ekosistem, krisis air, bencana asap, bencana longsor, gagal panen dan lain-lain. Dan yang kedua, kerusakan relasi antar manusia, yang juga menimbulkan kecemburuan sosial ekonomi, hilangnya penghargaan terhadap budaya lokal, dan juga dapat diartikan sebagai bentuk dari ketidakadilan sosial. Saudara-saudaraku terkasih … Efesus adalah kota terpenting di propinsi Roma wilayah Asia. Kota metropolitan yang terkenal dengan gedung theaternya yang megah dengan daya tampung 25.000 - 50.000 orang, tempat permandian, perpustakaan dan jalan-jalan yang diperkeras dengan batu pualam. Kenyataan ini sudah dapat menggambarkan kemajuan dan gaya hidup masyarakat pada saat itu. Namun, keberadaan kuil Arthemis atau Diana, dalam wujud perempuan yang elok, menjadi salah satu alasan kemajuan kota tersebut. Karna berhala Arthemis atau Diana(Nama Dewi) ini dihormati diseluruh penjuru dunia pada masa itu, maka kota Efesus pun mendapat penghidupan dari orang-orang yang berziarah ke kuil Arthemis dan dari penjualan patung-patung berhala tersebut. Hidup ditengah masyarakat bergaya metropolitan, dengan perpaduan dari beberapa paham-paham, atau aliran-aliran agama atau kepercayaan yang kuat (sinkritisme), bukanlah hal yang mudah. Tidak sedikit dari gaya hidup, paham dan budaya yang pada dasarnya bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani namun diterima dan dimaklumkan secara umum pada saat itu, sehingga jemaat yang sedang bertumbuh tersebut hampir kehilangan jati diri (identitas Kristianinya). Dalam situasi tersebut, rasul Paulus menasehatkan di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, bahwa mereka adalah anak-anak terang. Istilah ‘terang’ dan ‘gelap’ yang berulang-ulang ditegaskan oleh rasul Paulus dalam surat ini adalah berbicara tentang identitas Kristiani. Ada situasi-situasi yang harus disaring bahkan di rubah oleh para pengikut Kristus. Ada proses ‘adaptasi’ yang harus dijalani tanpa kehilangan nilai Kristiani. Patokan dalam upaya adaptasi tanpa kehilangan jati diri ini dipertegas dalam buah ‘terang’ berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan, serta evaluasi (ujilah) apa yang berkenan 24 kepada Allah (ayat 9-10). Sehingga hal-hal yang bertentangan dengan kebaikan, kebenaran dan keadilan dapat digambarkan sebagai situasi ‘gelap’ yang perlu diperbaharui, hal inilah yang menjadi pesan teks dimana kebaikan, kebenaran dan keadilan menjadi sikap hidup orang-orang percaya. Saudara-saudaraku terkasih, Gereja sebagai pembawa terang yang hidup ditengah dunia ini, akan terus untuk berrefleksi diri ditengah berbagai pergeseran nilai dan budaya yang terjadi ditengah masyarakat pada saat ini. Khususnya, dalam kerusakan lingkungan hidup. Patutlah kita melihat kembali keadaan alam semesta ini, dimana dizamannya manusia pernah membangun hubungan (relasi) bersama alam semesta dengan begitu harmonisnya, nilai penghargaan, penghormatan terhadap segenap ciptaan menjadi bagian pola kehidupan manusia. Namun, dengan segala kemajuan yang terjadi dikehidupan manusia, menempatkan alam semesta sebagai objek kepuasan manusia. Saudara-saudaraku terkasih, Bagaimana dengan kita sebagai gereja yang berada di tanah Sumatera Bagian Selatan? Yang juga diperhadapkan dengan kerusakan lingkungan, seperti: hutan telah menjadi perkebunan sawit, hilangnya sumber-sumber air tanah, limbah-limbah dari pabrik, asap dari pembakaran lahan, tambang-tambang yang meninggalkan kerusakan lingkungan dan sebagainya. Situasi ini, membuat kita merefleksikan kembali kehadiran gereja, peran gereja dalam krisis lingkungan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia yang tersistem dengan dasar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Apakah ada upaya penegakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan bagi alam raya ini, atau kita hanya menerima situasi ini sebagai kebenaran bersama yang tidak mungkin diubah? Tidak diragukan bahwa selama ini telah ada upaya-upaya gereja untuk menunjukkan ‘kasih’ kepada alam. Gerakan penanaman pohon, pengelolaan sampah secara bijak dan berbagai aksi pemulihan alam lainnya bukan menjadi hal baru dalam upaya memperjuangkan keutuhan ciptaan. Namun, apakah cukup sampai disitu? Tidak adakah tindakan prefentif (pencegahan) yang menyentuh akar kerusakan alam oleh keserakahan manusia yang menguras bumi? Saudara-saudaraku terkasih, Pesan teks yang disampaikan Rasul Paulus akan mendorong kita untuk tetap memiliki identitas sebagai anak-anak terang yang terus untuk memiliki kesadaran konteks dimana kita berada. Dan juga pesan Sang Pencipta semesta kepada manusia di dalam penciptaanNya, agar manusia menjaga, menguasai dan melestarikan alam semesta (Kejadian 2:15-17) menjadi pesan sekaligus penugasan kepada manusia untuk mampu berperan dalam menjaga keutuhan ciptaan Allah. Sebagai umat yang hidup di dalam terang Kristus, sudah waktunya kita berperan membangun perbuatan atau aksi yang berbuahkan kebaikan, kebenaran dan keadilan dalam panggilan keutuhan ciptaanNya. Aksi kebaikan itu adalah keberanian untuk membangun relasi atau hubungan dengan segenap ciptaanNya (seperti mana Allah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan baik) agar terjadi keharmonisan, keindahan, kesejukan dan keselarasan sebagai contoh: Penanaman pohon yang memiliki cadangan air, pengelolahan sampah dan lain-lain. Sedangan aksi kebenaran merupakan keberanian untuk menyuarakan pengerusakan lingkungan hidup dimanapun gereja berada, sebagai contoh: berani menyuarakan tentang kebakaran lahan yang terjadi di Sumatera Selatan dan Jambi (wilayah pelayanan GKSBS), menyuarakan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah-limbah pabrik dan lain-lain. Dan aksi 25 keadilan merupakan keberanian untuk berpihak dalam perjuangan ekologi atau lingkungan hidup, sebagai contoh: terlibat dalam kebijakan daerah tentang krisis lingkungan yang terjadi. Saudara-saudaraku terkasih, Mari kita terus berjuang untuk menyatakan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan sebagai anak-anak terang sambil terus merefleksikan diri, atau bahasanya Rasul Paulus ujilah (evaluasi) apa yang berkenan kepada Tuhan, sejauh mana yang telah terjadi, dan bagaimana dampak perubahan lingkungan?. Sehingga kita sebagai gereja, akan terus memperbahurui dalam semangat untuk mewujudkan kebaikan, kebenaran dan keadilan bagi keutuhan ciptaan Allah. Ingatlah : Bahwa Semesta telah Berpesan, dan Waktunya Manusia Berperan dalam mewujudkan keutuhan Ciptaan Allah. Tuhan Memberkati. Amin (TS) Nats Pembimbing Berita Anugrah Nats Persembahan 1. PKJ. 8: 1-2 2. KJ 415: 1 3. PKJ 37: 1-2 4. PKJ 55: 1-3 5. KJ 337:1-dst 6. PKJ 183: 1-2 : Mazmur 23 : 1-6 : 1 Samuel 16 :12-13 : Matius 6: 19-20 26 RENUNGAN Minggu Pra-Paskah IV Bacaan: I Samuel 16: 4-11 Dari Prasangka Menjadi Prapaham Ada sebuah kenangan tak terlupakan ketika saya baru ditahbiskan di Gereja Kalimantan Evangelis dan diutus untuk melayani di Kahayan Hulu Utara (Kalteng) pada tahun 2008. Saat baru 3 hari menempati pastori, saya kedatangan seorang tamu dan beginilah percakapan kami terjadi. Bapak A : “Selamat pagi” Saya : “Selamat pagi. Silahkan masuk pak” Bapak A : (sambil duduk) “Apa pendetanya ada?” Saya : “Iya pak. Ada yang bisa dibantu?” Bapak A : “Iya de, tapi saya perlu bicara langsung dengan pendetanya” Saya : “Iya pak. Silahkan disampaikan apa keperluannya” Bapak A : “Ini tidak bisa dipesan, saya harus ketemu langsung dengan pendetanya” Saya : “Iya pak. Saya mendengarkan. Bapak A : (terdiam sejenak) lho?? Ade ini pendeta ya??? (tatapan bingung) Saya : “hehehe.. iya pak..” Sadar atau tidak, dalam diri setiap manusia telah terbentuk nilai-nilai dan konsep terhadap banyak hal yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh indra kita. Konsep inilah yang membentuk sebuah praduga/prapaham yang pada akhirnya bisa melahirkan sebuah prasangka. Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Sangat manusiawi bagi nabi dan imam Samuel untuk memiliki konsep (standar) tentang sosok seorang raja yang gagah perkasa. Apalagi raja bukan hanya seorang negarawan tetapi sekaligus sebagai pemimpin pasukan di medan perang. Karenanya, dengan cepat ia ber’prasangka’ bahwa Eliab, anak tertua Isai sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang raja. Namun untunglah, prasangkanya kemudian berubah menjadi prapaham, ketika ia bersedia memahami firman Tuhan, bahwa penampilan fisik bukanlah hal utama menjadi seorang raja, melainkan hati sebagai pemimpin sejati yang dilihat oleh Allah. Perubahan inilah yang membuat Samuel, tanpa perdebatan, berdiri dan mengurapi Daud, yang masih begitu belia (‘kemerah-merahan’), sebagai raja Israel. Prapaham berarti kesediaan untuk belajar memahami atau mengenal. Prasangka yang tidak berkembang menjadi prapaham, pada akhirnya hanya menjadi penilaian sepihak dan mengeneralisasi situasi. Misalnya, karena pernah berkenalan dengan seorang Aceh yang sombong, kemudian menyimpulkan bahwa semua orang Aceh pastilah sombong. Atau karena pernah mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dengan tetangga yang fanatik, kemudian menyimpulkan bahwa semua orang dengan keyakinan tersebut pastilah fanatik. Bahkan ada banyak prasangka-prasangka lain yang pada akhirnya dapat merusak keutuhan ciptaan. Prasangka terhadap alam dapat terjadi ketika manusia hanya melihat diri sebagai mahkota ciptaan yang diberi ‘mandat’ oleh Allah untuk ‘berkuasa’ atas ciptaan lainnya, dan mengabaikan realita bahwa manusia diberi mandat bukan hanya untuk ‘mengusahakan’ tetapi sekaligus ‘memeliharanya’ (Kej 2: 17). Prasangka sebagai ‘penguasa’ melahirkan tindakan semena-mena terhadap alam ciptaan Tuhan. MPPP 2017 kembali mengajak kita untuk memperjuangkan keutuhan ciptaan bagi sumbagsel, marilah kita merendahkan diri untuk mengubah prasangka-prasangka dalam diri kita menjadi prapaham. Sehingga terus menerus memberi diri untuk dibaharui dalam pemahaman dan pengalaman berdasarkan Firman Tuhan dalam membangun keutuhan ciptaan. Amin (SK) 27 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu Pra-Paskah IV Yohanes 9: 1-41 “Membuka Mata, Melihat Krisis Lingkungan Hidup” Pengantar: Mata, salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi untuk melihat. Dengan melihat manusia dapat mengetahui apa yang sedang terjadi, dengan melihat, manusia dapat memberikan respon dari sebuah peristiwa, dan dengan melihat, manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendaki sesuai kebutuhannya dengan melihat banyak hal yang dapat dilakukan oleh manusia. (Jika memungkinkan, pemandu PA membawa contoh buah atau sayuran segar) 1. (Sambil menunjukkan buah/sayuran) Apa reaksi bapak, ibu, saudara/i dan anak-anak ketika melihat buah/sayuran yang segar seperti ini? __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ ____________________________________________________ 2. Bagaimana respon bapak, ibu, saudara/i dan anak-anak, ketika mengetahui bahwa dibalik kesegaran sayuran/buah ini, terdapat kandungan zat kimia/pestisida? __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ ____________________________________________________ Penggunaan pestisida dan zat-zat kimia pada bahan makanan merupakan satu dari sekian banyak bentuk kerusakan alam yang sedang kita hadapi. Menurut bapak, ibu, saudara/i dan anak-anak, mengapa perlu untuk melihat dan mengetahui lebih jauh tentang bentuk-bentuk kerusakan alam yang terjadi di sekitar kita? _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ ________________________________________ Terimakasih atas kesediaan peserta PA yang telah berbagi pengalaman dalam proses ini. Kini, marilah kita memperkaya pengalaman dan pemahaman kita dalam terang Firman Tuhan dalam: Yohanes 9: 35 41 Kerusakan lingkungan atau ekologi telah membuat gereja-gereja Dunia memikirkan dan menggumuli sejak tahun 1968, yang salah satunya tertuang didalam sidang raya VII DGD tahun 1991 yang menekankan bahwa gereja-gereja memberikan prioritas utama tentang semangat keberlanjutan alam sebagai nilai-nilai Kristiani yang menjadi aspek penting dalam tugas gereja. Tidak hanya, berhenti di tahun itu saja, pada tahun 2004, Pengakuan ACCRA(nama tempat) ditetapkan bersama oleh gereja Reformed se-Dunia (WARC) dengan isu ketidakadilan ekonomi dan lingkungan hidup yang mendorong gereja-gereja Reformasi untuk merespon, sebagai suatu sikap iman dan menyerukan kepada umat Kristen Reformed di seluruh dunia untuk menentang ketidakadilan sebagai suatu bagian terpadu dari kesaksian dan misi gereja. Di Indonesia, PGI juga mendorong gereja-gereja di Indonesia untuk memperjuangkan pemulihan ciptaan dalam semangat keutuhan Ciptaan. Karena memang disadari situasi lingkungan hidup di Indonesia makin memperhatinkan sebagai contoh bahwa Indonesia telah kehilangan 85% dari keseluruhan hutan yang terjadi akibat perambahan hutan, pembangunan infastruktur dan kebijakan dalam pertambangan. Pada Yohanes 9 ini, merupakan suatu kisah pemulihan yang dilakukan oleh Yesus Kristus terhadap orang buta sejak lahirnya. Tindakan Yesus ini telah memunculkan berbagai respon, dimana pemahaman yang berkembang bahwa orang yang buta sejak lahir adalah orang yang penuh dengan dosa, dan dianggap sebagai kaum yang tidak berharga di masyarakat. Namun yang dilakukan Kristus, membongkar pemahaman dan pandangan terhadap situasi maupun kondisi dari orang buta tersebut dengan cara memberikan pemulihan untuk dapat melihat kembali. Peristiwa dapat melihatnya orang buta 28 telah menjadikan pertentangan diantara orang-orang Farisi, orang-orang Yahudi maupun masyarakat pada umumnya. Selanjutnya orang yang telah disembuhkan itu pun menceritakan kepada setiap orang tentang peristiwa pengalaman hidupnya, walaupun ia melihat banyak orang yang tidak percaya, dan ia melihat banyak orang hanya mepersoalkan tentang kehidupannya. Kemudian Yesus bertemu dengan orang yang telah disembuhkan itu, untuk kembali meneguhkan apa yang ia lihat, dan orang tersebut itu pun sujud menyembah Dia sebagai wujud pengakuan akan keyakinannya. “…supaya barang siapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barang siapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Kalimat ini merupakan penegasan agar manusia memiliki kepekaan untuk melihat situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Melihat dengan kesadaran iman, bahwa Yesus Kristus akan melakukan sesuatu perubahan ketika ada sebuah peristiwa krisis kehidupan terjadi (seperti kisah orang buta yang disembuhkanNya). Melihat dengan panggilan Iman adalah sebuah tindakan iman. Saat ini, kita dapat melihat bagaimana lingkungan hidup disekitar kita. Kita melihat kerusakan air, kita melihat kerusakan tanah karena pestisida, kita melihat panas udara karena pohon-pohon telah banyak di tebang, kita melihat sampah-sampah menjadi polusi yang biasa terjadi di perkotaan dan masih banyak lagi yang dapat kita lihat dengan mata indra kita. Namun pertanyaanya, apakah cukup dengan melihat ? tindakan iman yang lahir dari melihat menjadi sangat perlu agar apa yang telah kita lihat dapat menjadi bukti bahwa kita adalah umat yang terus melihat dengan iman dan bertindak dengan iman. Mari kita terus membuka mata, peka terhadap perubahan yang terjadi di setiap lingkungan, menumbuhkan kesadaran untuk melihat bahwa perlu untuk memulihkan bumi ini dari krisis. (TS) “ Jika Kristus lahir di Indonesia serta melihat kondisi alam yang begitu menderita, maka hal pertama yang diperjuangkan untuk mewujudkan cinta kasih-Nya adalah alam tersebut. Untuk itu jika kehadiran Kristus membawa kebebasan dalam konteksnya , maka orang Kristen di Indonesia pun harus mampu memperjuangkan krisis alam yang terjadi dalam konteks Indonesia sebagai bagian dari penyelamatan keutuhan ciptaan Allah “ (Teo Avantgarde) Demikian dasar Firman Tuhan yang meneguhkan pengalaman iman kita. Sebelum menyepakati komitmen baru yang kita temukan dalam proses ini, kami masih memberi kesempatan, jika ada peserta PA yang ingin memberi pertanyaan maupun penegasan terhadap tema kita saat ini: ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ____________________ Saudara/i yang dikasihi Tuhan, komitmen apa yang dapat kita sepakati bersama dari proses kita saat ini: ______________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ ___________________________________________________ 29 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH V Minggu, 02 APRIL 2017 Warna Liturgi : Ungu Bacaan : Yehezkhiel 37:1-14 ALLAH YANG MEMULIHKAN Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus. Latar belakang pelayanan nabi Yehezkiel tidak pada situasi yang menyenangkan. Berada dalam masa pembuangan bangsa Israel ke Babel. Nebukadnezar telah membawa orang Yahudi dari Yerusalem dalam 3 tahap: 1) pada tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel antra lain Daniel dan ketiga sahabatnya. 2) pada tahun 597 SM 10.000 tawanan dibawa ke Babel, diantaranya Yehezkiel. 3) pada tahun 586 SM, pasukan Nebukadnesar telah membinasakan kota Yerusalem beserta Bait Sucinya dan membawa sebagian orang yang tidak terbunuh ke Babel. Pelayanan Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap. Tujuan nubuatan-nubuatan nabi Yehezkiel terutama bersifat ganda. Pertama, untuk menyampaikan berita mengenai hukuman Allah atas Yehuda dan Yerusalem yang sudah murtad (ps 1-24) dan tujuh bangsa asing disekitar mereka (ps 25-32). Kedua, untuk menopang iman sisa umat Allah dalam pembuangan, dengan menyampaikan berita mengenai janji pemulihan (ps 3348). Sang nabi juga menekankan tanggung jawab pribadi setiap orang di hadapan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan sebagai sekedar akibat dosa-dosa leluhur saja (18:132; 33:10-20). Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam pasal 37:1-14 adalah bagian dari sebuah pemberitahuan akan kemahakuasaan Allah juga sebuah seruan penguatan pada pengharapan akan pemulihan yang datangnya dari Allah sendiri sebagai yang mahakuasa. Kemahakuasaan Allah tidak hanya meliputi persoalan kehidupan jasmani namun juga rohani setiap umat manusia. Setelah kejatuhan Yerusalem yang sangat dalam ini Allah yang mahakuasa tidak melupakan umat pilihan-Nya. Melalui nabi Yehezkiel Allah memberikan sebuah penglihatan yang luar biasa tentang sejumlah besar tualangbelulang (37:1-2) yang dengan perintah Allah secara nubuatan dihidupkan kembali (7;10;12). Ini menjadi sebuah kabar yang menggembirakan bagi umat Allah yang ada di pembuangan pada saat itu. Harapan akan pemulihan yang datangnya Dari Allah sendiri. Dalam penglihatan ini dapat dilihat bahwa ada dua karya pemulihan yang akan dikerjakan oleh kuasa Allah sendiri bagi umat pilihan-Nya ini yakni pemulihan jasmani (keluar dari pembuangan) dan rohani akan kehidupan iman dimana Allah berkuasa atas kehidupan. Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam menjalani kehidupan ini setiap orang tentu memiliki pengalaman kelam di masa lalu baik secara jasmani maupun rohani. Namun kehadiran Allah dalam kehidupan orang percaya memberikan kekuatan, pengharapan dan janji akan penyelamatan dari Tuhan sendiri bagi setiap orang yang sudah dipilih-Nya. Karya pemulihan Allah yang terjadi dalam kehidupan kita 30 berlangsung bahkan dengan cara dan metode yang kadang tidak dipahami. Sehingga kita hanya dapat tertegun kagum ketika merenungkan kembali bagaimana kita yang pernah kecewa, berduka, dan tidak berdaya, bisa dipulihkan dan bangkit dari pengalaman kelam untuk terus melangkah sampai kini dan disini. Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Masa Pra-Paskah memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali merenungkan betapa Allah peduli dengan kehidupan kita sebagai umat pilihan Allah. Pengorbanan Kristus di atas kayu salib adalah bukti akan kasih Allah yang besar bagi umat-Nya yang tidak hanya dalam nubuatannubutan dimasa lampau tetapi sebagai bukti dan penggenapan akan janji penyelamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya sampai pada saat ini. Dengan demikian maka keberadaan gereja di dunia ini sebagai duta Allah yang bertanggungjawab untuk menyampaikan kabar baik ini bagi semua orang. Allah yang memilih, Allah yang berjanji, Allah yang memulihkan, dan Allah yang masih terus berkarya dalam kehidupan saudara dan saya sampai selama-lamanya. AMIN (BDS) Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan : Mazmur 130:5-8 : Roma 8:9-11 : Roma 12:1-2 Nyanyian: 1. KJ 18: 1, 4 2. PKJ 14 3. PKJ 232: 1-2 4. PKJ 148: 1-dst 5. PKJ 241: 1,3 6. KJ 453 : 1-2 31 RENUNGAN Minggu Pra-Paskah V Bacaan: Roma 8: 6-11 Keinginan Daging Vs Keinginan Roh Sebagai manusia yang normal setiap manusia memiliki keinginan dalam dirinya masingmasing. Dari semua keinginan yang ada dalam hati manusia, dapat kita klasifikasikan menjadi dua keinginan besar yang selalu ada dan “bertarung” dalam hati mausia yakni keinginan untuk melakukan yang jahat atau daging (perseteruan dengan Allah, maut, tidak takluk kepada Allah dan tidak berkenan kepada Allah) dan baik atau Roh (hidup, damai sejahtera dan kebenaran). Keinginan dalam bahasa Yunani “phronema” pikiran akal budi yang dalam konteks ini keinginan daging adalah maut. Pada satu pihak maut adalah akibat dari hidup dalam keinginan daging. Pada bagian lain hidup mengalir dari hidup menurut Roh. Pada konteks ini dapat dipelajari bahwa kehidupan yang berada dalam pengaruh kekuatan daging akan membawa manusia kepada ketidak berkenannya dihadapan Allah, pada hal segala usaha membangun hubungan dengan Allah adalah bagaimana kita dapat berkenan kepada Allah sehingga tidak jatuh ke dalam maut (kematian kekal). Hidup oleh Roh adalah perwujudan penaklukan daging yang sudah ditebus oleh Kristus dengan pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Persekutuan dengan Kristus memberikan damai sejahtera dan menuntun kepada kehidupan yang kekal. Kehidupan yang dikuasai oleh keinginan daging memiliki sifat seperti gaya gravitasi yang selalu menarik kebawah atau jatuh sedangkan kehidupan di dalam tuntunan Roh memiliki sifat seperti gaya aerodinamis yang selalu menarik atau mengangkat ke atas. Dosa hanya membawa manusia kepada kejatuhan dan kematian sedangkan pengorbanan Kristus mengangkat kehidupan kita agar semakin hari semakin naik dan berkenan kepada Allah. Marilah, sebagai umat tebusan Kristus yang telah ditebus dengan darah-Nya yang mahal teruslah berjuang untuk hidup dalam tuntunan Roh, terus membangun persekutuan dengan Allah, menaklukan keinginan daging pada pimpinan Roh sehingga kehidupan rohani kita semakin hari semakin berkenan kepada Allah di dalam kebenaran. (BDS) 32 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu Pra-Paskah V “Penyerahan Diri dalam Doa” Pengantar: Doa adalah ’nafas’ kehidupan umat. Untuk itu, sudah menjadi sebuah bagian tidak terpisakan dalam kehidupan kita akan makna doa itu sendiri. Doa memiliki dimensi dan cakupan yang luas dan kaya sehingga dalam PA ini kita akan menemukan bersama bagian dari makna doa yangkiranya akan semakin membangun iman kita. 1. Apa yang biasa kita pintakan ketika berdoa ditengah situasi penderitaan? _________________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ 2. Mengapa kita tidak selalu melihat perubahan dalam penderitaan yang kita alami walaupun telah bersungguh-sungguh dan berkali-kali membawanya dalam doa? _________________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________ ________________________________________________________________ Terimakasih atas kesediaan peserta PA yang telah berbagi pengalaman dalam proses ini. Kini, marilah kita memperkaya pengalaman dan pemahaman kita dalam terang Firman Tuhan dalam: Markus 14: 32-50 Setelah Perjamuan Malam, Yesus datang ke Getsemani untuk berdoa. Lukas 22: 39 menerangkan bahwa Yesus biasaberdoa di tempat tersebut. Perasaan Yesus saat itu adalah kesedihan yang teramat dalam yang tergambar dalam ungkapan “seperti mau mati rasanya”. Yesus benar-benar merasa tidak berdaya, sehingga Ia berdoa dalam posisi merebahkan diri ke tanah. Dalam doaNya, dengan jujur Yesus mengungkapkan ketidakberdayaanNya untuk menghadapi cawan (lambang penderitaan) yang harus dihadapiNya, sehingga ia berkata “...jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu”. Namun Yesus menutup doanya dengan kalimat: “tetapi jangan apa yang Ku kehendaki melainkan apa yang Engkau kehendaki”. Begitu besarnya depresi yang dirasakan, sehingga sampai tiga kali Ia mengulang doa yang sama dengan penuh kesungguhan sampai sampai keringatkan bertetesan seperti titik-titik darah. Ia adalah manusia yang begitu ketakutan dan tidak berdaya menghadapi penderitaan didepanNya. Sayangnya, para murid yang menemaniNya kurang peka terhadap apa yang sedang terjadi walaupun secara langsung Yesus telah mengungkapkan perasaan takutNya. Ia semakin merasa ditinggalkan sendirian dalam penderitaanNya. Setelah berdoa dengan begitu khusuk dan sungguh-sungguh, apakah penderitaan yang akan dihadapiNya berubah? Apakah terkabul permintaanNya untuk menghindari cawan itu? Tidak! Cawan penderitaan itu tetap ada dan diberikan kepadaNya. Situasi penderitaan tidak berubah. Sangat menarik bahwa perubahan tersebut bukan terjadi pada situasi penderitaan diluar diri Yesus, melainkan justru terjadi dalam diri Yesus. Penyerahan diri dalam doa telah memberi sebuah kekuatan baru pada Yesus untuk menghadapi penderitaanNya. Hal ini sangat tampak pada sikap tenangNya menghadapi peristiwa penangkapan malam itu yang sangat bertolak belakang dengan Ketakutan dan depresi yang dialami sebelum berdoa. Ketenangan, kedamaian dan ketabahan menanggung jalan salib di hadapanNya sebagai hasil doaNya yang disertai penyerahan diri. 33 Mari kita belajar dari keteladaan Yesus. Janganlah menjadi tawar hati jika tidak terjadi perubahan dalam pergumulan yang selalu didoakan, melainkan serahkanlah dirimu kepada apa yang menjadi kehendak Allah didalam doamu. Penyerahan diri inilah yang akan mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan bijak dalam menghadapi dan menjalani rancangan indah Allah dalam hidup kita. Kehidupan doa semakin membawa kita kepada kedewasaan iman. (SK) Demikian dasar Firman Tuhan yang meneguhkan pengalaman iman kita. Sebelum menyepakati komitmen baru yang kita temukan dalam proses ini, kami masih memberi kesempatan, jika ada peserta PA yang ingin memberi pertanyaan maupun penegasan terhadap tema kita saat ini: ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ ____________________________________________________ Saudara/i yang dikasihi Tuhan, komitmen apa yang dapat kita sepakati bersama dari proses kita saat ini: ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ __________________________________________________ 34 BAHAN KHOTBAH MINGGU PRA-PASKAH VI (Minggu Palma) , 9 April 2017 Warna Liturgi: Merah Bacaan : Matius 21 : 1 – 11 BERANI BERTINDAK DEMI KEBENARAN Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus, Hari ini kita memperingati hari Minggu Palma. Hari Minggu Palma diperingati 1 Minggu sebelum Paskah. Biasanya pada hari Minggu Palma pokok pemberitaan Firman Tuhan berpijak pada peristiwa Tuhan Yesus dieluk-elukan. Pada perenungan Firman Tuhan saat ini kita akan melihat sisi lainnya. Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ketika Tuhan Yesus, masuk ke kota Yerusalem, DIA memang dieluk-elukan oleh orang banyak, akan tetapi ketika Tuhan Yesus melihat hal tersebut tidaklah membuatNya bahagia, karena IA tahu bahwa masa-masa penderitaanNya sudah semakin dekat. Orang banyak yang saat itu mengeluk-elukan Dia, mereka juga yang akan berteriak Salibkan Dia. Penyadaran akan waktu penderitaan yang semakin dekat ternyata tidak membuat Tuhan Yesus mundur akan tetapi Tuhan Yesus tetap memilih memasuki kota Yerusalem. Walaupun orang banyak bersemangat menyambut kedatangan Tuhan, mereka menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohonpohon dan menyebarkannya di jalan, mereka berjalan di depan dan ada juga mengikutiNya dari belakang dan berseru “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Hosiana di tempat yang maha tinggi” akan tetapi penguasa kota Yerusalem sangat membenci Tuhan Yesus dan telah bersumpah akan melenyapkanNya, dan mereka juga lah yang menentukan tentang hukuman yang harus diterima oleh Tuhan Yesus. Kota Yerusalem merupakan pusat kegiatan atau perayaan-perayaan agama Yahudi, sehingga tokoh-tokoh agama, ahli-ahli taurat, para orang farisi yang sangat membenci Tuhan Yesus berada di kota itu. Sepertinya yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus ialah yang penting berani, apa yang terjadi itu urusan nanti. Sepertinya Tuhan Yesus ini suporter Persebaya, BONEK, Bondo Nekat. Kalau melihat kasus ini mungkin banyak orang yang akan berpikir ribuan kali untuk melakukan hal seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Menurut pemikiran manusia, harusnya Tuhan Yesus tidak usah masuk ke kotaYerusalem, kalaupun memang harus masuk ke Yerusalem, masuk kotanya dengan cara menyelinap, jangan sampai ketahuan orang, apalagi ketahuan para penguasa. Tapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, DIA masuk kota Yerusalem dengan berani, bahkan terjadi kegemparan ketika Tuhan Yesus masuk ke kota Yerusalem, sehingga dengan sengaja menjadikanNya menjadi pusat perhatian setiap mata. Sepertinya Tuhan Yesus sengaja menantang pihak penguasa kota Yerusalem untuk melakukan tindakan mereka yang paling jahat. 35 Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yesus melakukan itu bukan tanpa alasan, DIA tidak hanya sekedar bondo nekat, akan tetapi ada tujuannya, memang DIA akan ditangkap, disiksa, dan disalib tapi itu bukan tujuannya. Tujuan dari Tuhan Yesus melakukan itu ialah DIA ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah Mesias, Yang Diurapi Allah, DIA bukan sekadar nabi, akan tetapi DIA adalah Mesias, DIA adalah RAJA yang menyelamatkan Manusia dari hukuman dosa. Orang harus, mengakuinya sebagai Raja dan menerimaNya berkuasa di dalam hati dan kehidupan mereka atau tidak menerimanya sama sekali. Dari peristiwa Minggu Palma ini juga Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa tahtaNya ialah di dalam hati manusia, DIA mengalahkan maut dan mendatangkan damai di dalam hati manusia, ketika DIA masuk ke Yerusalem Tuhan Yesus menggunakan keledai menjadi tunggangannya. Tuhan Yesus tidak menunggangi kuda untuk masuk ke kota Yerusalem, Kuda sering kali disimbolkan sebagai tanda peperangan, karena kuda sering dipakai untuk berperang, dan keledai adalah lambang perdamaian, dan ketika Tuhan Yesus hadir masuk ke kota Yerusalem DIA ingin membawa damai bagi semua orang yang percaya kepadaNya, akan tetapi para penguasa, tokoh-tokoh agama yang hatinya sudah dibutakan, dan melihat Yesus sebagai musuh mereka tetap tidak bisa menerima Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berani melakukan tindakan masuk ke Kota Yerusalem yang mana DIA sendiri tahu bahwa ketika DIA melakukan itu, DIA akan ditangkap, disiksa, bahkan menerima hukuman salib. Hal itu memang harus diterima oleh Tuhan Yesus, karena dengan jalan itu maka Karya Penyelamatan Allah bagi umat manusia dari hukuman maut bisa dilakukan. Kalau mau bisa saja Tuhan Yesus tidak melakukan hal senekat itu, masuk ke kota Yerusalem dengan menyelinap tanpa ada orang yang tahu dan langsung ke persembunyianNya. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Tuhan Yesus, walaupun DIA harus mati, tapi demi kebenaran yaitu menyelamatkan manusia maka DIA melakukan hal tersebut. DIA adalah Raja yang mau mengorbankan diriNya dengan berani hanya untuk menghadirkan damai bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Di Hari Minggu Palma ini mari kita merenungkan tentang apa yang sudah kita lakukan di dalam kehidupan ini. Sebagai pengikut Kristus, yang menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, sudahkah kita meneladan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? sudahkah kita mau bersedia menanggung beban sesama atau kita hanya latah menyuarakan kebenaran, seperti orang banyak yang mengeluk-elukan Tuhan Yesus ketika Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem dan mereka juga yang berteriak Salibkan Dia pada saat Tuhan Yesus di bawah ke Pontius Pilatus, atau kita hanya berani menyuarakan kebenaran akan tetapi kita tidak melakukan kebenaran tersebut. Tuhan Yesus dengan berani menanggung beban manusia demi damai sejahtera bagi semua orang menjaga keutuhan seluruh ciptaan Allah. Sudah seharusnya kita juga berani untuk memperjuangkan dan menghadirkan damai sejahtera Allah bagi setiap orang disekitar kita dan bagi lingkungan di sekitar kita. Kita tidak perlu takut, sekalipun ada hal yang mungkin membuat kita menderita karena kita memperjuangkan kesejahteraan dan keutuhan ciptaan, Tuhan Allah akan selalu menolong kita dan memampukan 36 kita untuk melewatinya. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan damai sejahtera Allah bagi keutuhan ciptaanNya. Baik kita yang ada di kota maupun di desa harus berani menyatakan kebenaran untuk menjaga keutuhan ciptaan, kita dapat menjaga keutuhan ciptaan Allah, tinggal kita berani atau tidak diperhadapkan dengan akibat yang akan kita terima ketika kita menjaga keutuhan ciptaan Allah. Di desa, kita dapat mengkampanyekan cara menanam organik, menanam pohon-pohon yang bisa menjaga kestabilan air tanah, mengelola sampah organik dan non organik. Sedangkan untuk masyarakat kota, kita bisa mengkampanyekan untuk tidak membuang sampah sembarangan, kita juga bisa meminta kepada pemerintah untuk menyediakan ruang terbuka hijau untuk menjaga kestabilan udara, mengingatkan para pemilik pabrik untuk melakukan amdal (analisa masalah dan dampak lingkungan) yang menjaga kelestarian alam, mendorong pihak berwajib untuk mengeluarkan peraturan tentang amdal (Analisa masalah dan dampak lingkungan) yang tidak merusak lingkungan cukup berat, tapi yakinlah ketika kita bisa mewujudkannya, maka damai sejahtera Allah akan dirasakan oleh seluruh ciptaan Allah yang ada di sekitar kita. Selamat Hari Raya Minggu Palma, Selamat menghayati karya pengorbanan Kristus, Tuhan Memberkati. Amin. (DYAT) NP : Yesaya 50 : 9 BA/PHB : Filipi 2 : 5 – 11 Khotbah : Matius 21 : 1 – 11 Persembahan : Mazmur 31 : 8 – 9 1. PKJ 4 : 1- 2 2. PKJ 202 : 1 3. KJ 453 : 1 – 3 4. KJ 161: 1, 5 5. PKJ 148: 1 – 6. PKJ 185: 1 37 BAHAN KHOTBAH KAMIS PUTIH Kamis, 13 April 2017 Warna liturgi : Putih Bacaan : Yohanes 13: 1-20 MERENDAHKAN DIRI DAN MELAYANI SEPERTI YESUS Jemaat yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, Seorang abdi melayani seorang raja adalah hal yang biasa, dan itu juga sangat membanggakan bagi yang melakukannya. Melakukan sebuah pekerjaan walaupun itu melelahkan dihadapan bupati, gubernur ataupun presiden, itu sangat menyenangkan dan merasa terhormat. Tetapi sebaliknya, akan sangat sulit, dan terasa berat serta terlecehkan ketika seorang pejabat, seorang yang terhormat, harus melayani bawahannya, misalnya membuatkan teh manis untuk anak buahnya. Atau secara gampang dalam pesta hajatan, seorang yang dipandang terhormat, punya jabatan, dijadikan panitia sebagai sapu ranjau, atau pencuci piring, mungkin dianggap sebagai sebuah penghinaan. Tapi tidak tahu kalau semuanya dilaksanakan atas kesadaran diri sendiri, mau atau tidak? Lalu bagaimana dengan Tuhan Kita Yesus Kristus? Dalam perikop bacaan kita saat ini, diceritakan bahwa Yesus tahu saatnya telah tiba, bahwa diriNya akan beralih dari dunia kepada BapaNya. Yesus Sadar benar bahwa dirinya akan segera meninggalkan para muridNya untuk kembali kepada Bapa. Kita tahu, Yesus sangat mengasihi para muridNya, Yesus mengasihi mereka sampai pada penghabisan. Dalam detik-detik mendekati kematiannya kasih itu ditunjukan dengan sebuah tindakan pembasuhan kaki para muridNya. Yesus adalah seorang Guru dan Tuhan. Kata Tuhan dalam bahasa Yunani Kurios yang berarti Majikan/ penguasa, sebutan kurios ( Tuan) dapat dipakai untuk menyapa orang yang dihormati. Yesus yang adalah Tuhan dan guru, sebagai seorang yang dihormati dan terhormat, mau merendahkan diriNya dihadapan para muridnya. Pada saat perjamuan makan, Ia melepas jubahnya, lalu mengambil kain lenan dan mengikatkannya pada pinggangNya. Kemudian ia menuangkan air dalam sebuah basi, lalu mulai membasuh kaki para muridNya, lalu menyekanya dengan kain yang ada dipinggangNya. Sebuah adegan yang luar biasa, Yesus mau jongkok merendah diri dihadapan para muridNya, bukan hanya itu saja, Yesus mau memegang kaki murid-muridnya, kaki yang kotor karena debu tanah, Yesus mau membersihkanNya. Dalam Budaya masyarakat Yahudi Kuno, seorang pelayan wajib membasuh kaki tuannya. Yesus sebagai seorang yang terhormat sebagai guru dan Tuhan telah melakukan pekerjaan sebagai pelayan. Dan Pembasuhan kaki oleh Yesus ini, melambangkan tindakan mulia yang akan dilakukan Yesus, sebagai seorang pelayan, yakni mati di kayu salib untuk membersihkan segala noda dan cela manusia yang berdosa. 38 Setelah Yesus membasuh kaki para muridNya, Ia mengenakan jubahnya kembali lalu menjelaskan apa yang sudah Ia lakukan. Ada penegasan yang dikatakan Yesus, bahwa yang dikatakan para murid itu benar” Bahwa Yesus adalah Guru dan Tuhan”. Yesus yang adalah Guru dan Tuhan telah membasuh kaki para muridNya. Yesus tidak gengsi, tidak berpikir harga diri, tidak menjaga Image didepan para muridNya, sebagai seorang Guru dan Tuhan ia merendahkan diri, mau melayani para murid-muridNya. Di sini Yesus telah memberikan teladan bagi para murid-muridnya. Dalam ayat 14-15 “ Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu, sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” Tuhan menghendaki supaya para murid melakukan hal yang sama seperti yang telah Yesus lakukan. Jemaat yang dikasihi Yesus, Sebuah teladan yang diberikan Yesus bagi kita, untuk hidup saling melayani, dengan tidak melihat status, harga diri, gengsi, mau merendahkan hati melayani untuk kebaikan sesama. Di sini Yesus tidak hanya memberi perintah kepada para murid untuk melayani, tetapi DiriNya pun mau terlibat melayani. Di tengah dunia yang semakin egois, banyak orang inginnya hanya dilayani, sehingga yang terjadi adalah menuntut orang lain untuk melakukan banyak hal untuk kepuasan dirinya. Di tengah dunia yang seperti itu, kita semua dipanggil untuk melayani. Dengan demikian, kita akan melawan ke egoan, mencairkan sikap mementingkan diri sendiri, harapannya ini membawa dampak yang baik bagi yang lain. Untuk itu, apapun latar belakang kita, mari kita melayani, baik di tengah keluarga, gereja dan Masyarakat mari kita saling melayani. Seandainya kita punya jabatan, punya kedudukan, punya pangkat dan wibawa, mari kesempatan yang baik itu kita gunakan untuk melayani, dengan demikian nama Tuhan senantiasa dimuliakan di dalam diri kita. Amin (BU) Liturgi Kamis Putih Nast Pembimbing : Matius 20: 26-27 Berita Anugerah : Yohanes 14: 1-3, 6 Persembahan : II Korintus 8:9 Nyanyian Pujian : KJ 161 Nyanyian Penyesalan : KJ 155 Nyanyian Peneguhan : PKJ 80 Nyanyian Persembahan : PKJ 271: 1-dst Nyanyian Pengutusan : PKJ 275 39 BAHAN KHOTBAH JUMAT AGUNG Jumat, 14 April 2017 Warna liturgi : Merah Bacaan : Yesaya 53: 4-5 DEMI KEUTUHAN CIPTAAN Sonya adalah seorang mahasiswa yang sedang menjalani studi S1 di sebuah perguruan tinggi. Sebagai seorang mahasiswa perantau, ia sering mengeluh dan bersungut-sungut ketika orangtuanya terlambat mengirimkan biaya kuliah. Ia juga sering merasa malu ketika ibu kos harus berkali-kali managih bayarannya. Sonya pun kehilangan semangat untuk belajar dan memendam perasaan kesal karena menganggap orangtuanya tidak serius dalam menyekolahkannya. Kekesalan Sonya kemudian berubah menjadi sebuah penyesalan mendalam ketika pulang dan menyaksikan kondisi kesehatan ayahnya yang sangat lemah. Apalagi setelah mendengar cerita dari para tetangga tentang kerja serabutan yang harus dijalani kedua orangtuanya demi membiayai kuliahnya dan kedua adiknya. Menyadari hal tersebut, Sonya pun semakin bersungguh-sungguh dalam belajar, demikian juga dalam membelanjakan kiriman bulanan yang diterimanya. Bahkan, ia pun mulai memberi privat kapada anak-anak SD di lingkungan kosnya untuk mengasah ilmunya sekaligus membantu membiayai kebutuhannya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kisah di atas hanyalah fiktif semata. Jika ada kesamaan nama tokoh atau jalan cerita mohon dimaafkan. (jeda sejenak) Walaupun sekedar karya fiksi, namun kisah tadi memberi gambaran nyata pada kita tentang nilai sebuah pengorbanan. Demi mencapai sebuah tujuan, ada harga yang harus dibayar. Sadar atau tidak, setiap upaya dan kerja keras kita dalam mewujudkan harapan atau perencanaan dalam hidup pribadi maupun keluarga adalah bentuk pengorbanan satu sama lain. Alangkah membahagiakannya jika kerja keras kita terbayar dengan tercapainya tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, betapa mengecewakan jika pengorbanan kita bahkan tidak disadari sama sekali oleh orang-orang terkasih yang diperjuangkan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Memperingati momentum Jumat Agung, membawa kita kembali ke bawah kaki salib dan menengadah serta menatap DIA yang telah memberikan nyawaNYA bagi kita. Menatap mahkota duri yang melukai keningnya, menatap lengan dan kaki yang terpaku di kayu salib. Menatap DIA yang mulai tersenggal-senggal karena dehidrasi dan kehilangan banyak darah akibat luka disekujur tubuhNYA. Mendengarkan lirih suaranya yang masih mendoakan para penyiksaNya dan menyerahkan nyawaNya. Menatap lambung yang tertusuk, menatap kutukan dan hinaan tersalib diantara para kriminal. Sebesar itu harga yang harus dibayar. Sebesar itu pengorbanan yang telah dijalani. Apa tujuan yang begitu memotivasi sehingga IA memilih jalan salib? Apa harapan terbesar dibalik ketaatanNya untuk mati di atas kayu salib? Yesaya 53: 4-5 memberi jawab. Mari kita bacakan bersama (jeda sejenak, kemudian dibacakan bersama-sama dengan jemaat) “Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi ia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” 40 Ya, penyakit, kesengsaraan, pemberontakan dan kejahatan kitalah yang telah menyalibkanNYA. Namun IA bersedia menjalaninya dalam ketaatan, karena ada sebuah tujuan besar dibalik pengorbananNYA. Yohanes 3: 16 menegaskan bahwa “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini...”, dunia yang telah tercipta baik adanya. Dunia yang begitu dikasihiNYA. IA berkarya demi mewujudkan KEUTUHAN CIPTAAN. Menatap salib Kristus dan menatap krisis keutuhan ciptaan, kembali menjadi refleksi bagi gereja. Gereja yang hidup di dalam hingar bingar perkembangan dunia justru semakin terseret dalam suburnya nilai individualis (pementingan diri), konsumtif, dan hedonis (mengejar kesenangan) yang memperparah sikap semena-mena terhadap sesama ciptaan. Nilai salib Kristus semakin memudar menjadi aksesoris Kristiani semata. Keseriusan dan komitmen gereja untuk tidak menyia-nyiakan karya pengorbanan Kristus dalam mewujudkan keutuhan ciptaan masih menjadi sebuah panggilan yang terus menerus disuarakan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tataplah mahkota duri yang melukai kepalaNya Tataplah darah yang mengalir di wajahNya Tatapkah lengan dan kakinya yang terpaku Tataplah darah yang terus mengalir dari luka disekujur tubuhNya Dengarlah nafasnya yang tersengal-sengal Dengarlah lirih suaraNya yang masih memanjatkan doa dan menyerahkan nyawaNya. Tataplah sengsara, kutukan dan hinaan itu. Dan cankamlah, sebesar itu kasihNya akan dunia ini. Sang Mesias telah menuntaskan karyaNya. Merenung di bawah kaki salib meneguhkan kembali komitmen iman bahwa pengorbanan itu tidak sia-sia, karena kasih itu masih menyala dalam diri saudara dan saya dalam melanjutkan perjuangan bagi terwujudnya keutuhan ciptaan. (BU) Liturgi Ibadah Jumat Agung 1. Nyanyian Pembukaan 2. Votum & Salam 3. Nats Pembimbing 4. Nyanyian Penyesalan 5. Berita Anugerah 6. Nyanyian Peneguhan 7. Pemberitaan Firman 8. Nyanyian Respon 9. Doa Syafaat 10. Persembahan Syukur : KJ 170 : 1 - 3 : Markus 15: 16-39 : PKJ 43: 1-4 : Kolose 1: 13-14 : KJ 183 : 1 - 2 : KJ 157: 1-2 : - nast persembahan: Lukas 17: 17-19 - Nyanyian: PKJ 126: 1-dst - Doa 11. Pengakuan Iman Rasuli 12. Pengutusan & Berkat 13. Nyanyian Penutup : KJ 368 : 1- 2 41 BAHAN KHOTBAH PASKAH Minggu, 16 April 2017 Warna Liturgi: Putih Bacaan : Kisah Para rasul 10: 34-43 KEMENANGAN UNTUK MENGASIHI MELAMPAUI “ TAPAL BATAS” Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sebagaimana orang Yahudi pada umumnya, Simon Petrus dibesarkan dengan ajaran dan didikan yang sangat kuat tentang taurat dan berbagai aturan dalam agama Yahudi. Salah satunya adalah tentang kekudusan dan kenajisan. Karena Allah adalah kudus, maka untuk dapat berelasi dengan Allah, umat pun harus dalam kondisi/keadaan kudus. Sebaliknya, kenajisan berarti dosa dan tidak berkenan kepada Allah. Pemahaman inilah yang mendasari sistem peribadahan Yahudi. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tidak mudah bagi umat untuk mempertahankan kekudusan, karena penyebab orang menjadi najis tidak hanya akibat perbuatan dosanya sendiri, melainkan kenajisan bahkan dapat ditularkan melalui kontak/sentuhan. Pemahaman inilah yang kemudian melahirkan beberapa aturan praktis salah satunya adalah tidak boleh bagi orang berdosa untuk memasuki rumah umat Tuhan karena kehadirannya dapat menajiskan seisi rumah. Sebaliknya, jika memasuki rumah yang najis maka umat Tuhan pun akan menjadi najis. Kitab Imamat dapat semakin memperjelas pemahaman kita tentang detail konsep kekudusan ini. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari pemahaman akan konsep kekudusan ini antara lain: pertama, peranan seorang imam (termasuk imam besar) menjadi sangat penting sebab merekalah yang dapat melakukan ritual untuk mengembalikan kekudusan umat melalui upacara-upacara korban. Kedua, terpinggirkannya para orang cacat dan kaum berdosa dari tengah-tengah masyarakat sehingga daerah pinggiran desa atau pinggiran kotalah tempat bagi mereka. Ketiga, paham eksklusif yang kuat berupa keyakinan bahwa hanya merekalah umat yang dipilih dan diselamatkan oleh Allah. Bangsa lain di luar Israel tidak dapat menerima keselamatan dari Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sebagai salah satu dari kedua belas rasul, Simon Petrus tentu pernah menyaksikan sendiri sikap Yesus yang mau bergaul dengan pemungut cukai, perempuan Samaria, pelacur dan orang-orang cacat, yang kesemuanya adalah para najis. Bahkan tentang kenajisan pun, Yesus pernah memberi pengajaran langsung ketika mengatakan “bukan apa yang masuk ke dalam tubuhmu yang membuat najis, melainkan apa yang keluar dari hatimu yang akan menajiskan engkau” (Matius 15: 18). Dalam berbagai kesempatan, Tuhan Yesus mengecam kesombongan rohani bangsa Israel yang telah membutakan mata mereka akan kasih kepada Allah dan sesama manusia. Mengubah pemahaman tidak semudah membalik telapak tangan. Setelah 3 tahun mengikut Yesus, kemudian menjadi rasul yang memberitakan Injil sejak peristiwa Pentakosta, Petrus pun semakin luar biasa dalam pelayanannya untuk menyembuhkan orang-orang bahkan membangkitkan Dorkas (Kis. 10: 36-43). Namun dibalik kesuksesan tersebut, Petrus masih enggan untuk menerima kenyataan bahwa karya keselamatan Allah bahkan melampaui berbagai aturan keagamaan yang sudah diyakininya sekian lama. Pergumulan Petrus tersebut diceritakan dalam Kisah Para Rasul 10: 1-33. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Berawal dari kisah seorang perwira pasukan Italia yang bernama Kornelius yang senang mempelajari agama Yahudi (Kitab Perjajian Lama) dan ia banyak melakukan sedekah kepada orang-orang Yahudi. Saat itu ia sedang berdoa kepada Allah setelah ia berpuasa. Kira-kira jam tiga petang. Dan, datanglah malaikat 42 Tuhan memberitahukan agar ada yang disuruhnya menjemput Petrus yang saat itu berada di Yope menginap di rumah Simon seorang penyamak kulit. Lalu Kornelius memerintahkan dua hambanya dan satu prajurit untuk menjemput Petrus. Ditempat lain yaitu di mana Petrus berada,. Petrus meluangkan waktunya untuk berdoa kira-kira jam dua belas siang ia mendapatkan pengelihatan. Ia melihat suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya turun ke tanah. Dan di dalamnya ada ada pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung untuk disembelih dan dimakan. Akan tetapi ia menolak karena bagi seorang Israel itu di haramkan untuk dimakan. Dan, ada suara yang mengatakan “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” dan pengelihatan itu diperlihatkan kepada Petrus sampai tiga kali dan tiga kali pula ia tidak mau menurut Firman Allah. Dan setelah tiba tiga utusan Kornelius dan menceritakan kepada Petrus apa yang dialami oleh tuannya (Kornelius) maka Petrus dan ketiga utusan itu berangkat untuk menemui Kornelius. Kehadiran Petrus di rumah Kornelius adalah sebuah peristiwa yang sangat penting dan menegangkan. Perkunjungan Petrus disertai para pengikut Kristus dari golongan bersunat (ayat 45), yang kesemuanya masih memiliki pemahaman yang sama dengan Petrus sebelum menerima penglihatan. Mereka pun hadir dengan pertanyaan besar dalam dirinya akan maksud kehadiran Petrus. Demikian juga ketegangan dialami pihak Kornelius dan keluarganya yang juga mengatahui bagaimana pandangan umum para pengikut Kristus saat itu tentang bangsa non-Yahudi. Petrus yang memahami ketegangan yang terjadi, membuka pembicaraannya dengan kalimat “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.” (ayat34-35). Kalimat pembukaan ini menegaskan komitmen iman Petrus untuk menerima kebenaran Allah. Kalimat ini pun sekaligus sebagai penegasan dan ajaran bagi para pengikut dari bangsa Yahudi yang menyertainya saat itu. Dan tentu saja, kalimat pembukaan tersebut menjadi kabar baik bagi Kornelius dan keluarganya. Petrus membuka hati untuk menerima dan mengasihi Kornelius sekeluarga sebagai saudara dalam Tuhan. Dan sementara ia melanjutkan kata-katanya, Roh Kudus turun atas semua orang yang mendengarkan perkataannya. Dan Petrus pun membabtiskan mereka. Peristiwa ini menjadi berita yang menghebohkan diantara banyak orang percaya. Mendobrak tatanan aturan keagamaan, menimbulkan pro-kontra diantara para pengikut Yesus, sehingga Petrus pun kemudian mempertanggungjawabkan babtisan Kornelius tersebut dihadapan para rasul dan orang percaya di Yerusalem. (pasal 11) Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kebangkitan Kristus yang kita rayakan bersama pada saat ini adalah sebuah peristiwa kemenangan. Kemenangan atas maut dan dosa, kemenangan atas kematian hati nurani, serta kemenangan atas perwujudan kasih yang tidak terbatas bagi dunia. Kemenangan rasul Petrus dalam memperbaharui diri sehingga mampu untuk mengasihi melampaui ‘tapal batas’, menjadi tonggak sejarah dalam tumbuh kembang gereja dan pekabaran Injil. Bayangkan jika saat itu Petrus tetap menolak untuk menerima kebenaran kekayaan kasih Allah bagi seluruh bangsa.. betapa malangnya kita... Semangat kemenangan dalam Paskah serta keteladanan rasul Petrus, kiranya dapat memotivasi kita untuk “membongkar” batasan-batasan kasih kita terhadap sesama maupun alam semesta. Sesama manusia adalah “imago Dei”. Citra Allah ada dalam setiap umat manusia, apapun kondisi fisik, status sosial, suku ataupun latarbelakangnya. Allah sendiri tidak pernah membeda-bedakan, karenanya 43 sangat disayangkan, jika kita masih belum dapat mengalahkan prasangka buruk dalam diri kita terhadap sesama. Demikian juga, MPPP 2017 mengajak kita untuk memperluas jangkauan kasih kita kepada alam dan lingkungan hidup. Jika sebelumnya dalam pandangan kita “alam” hanyalah sebagai subyek pemenuhan kebutuhan kita sebagai manusia, maka sekarang kita diajak untuk melihat “alam” sebagai obyek cinta kita kepada Allah. Selamat merayakan Paskah. Selamat mereayakan kemenangan untuk mengasihi sesama dan alam melampaui ‘tapal batas’ dalam mewujudkan keutuhan ciptaan. Amin. (AJM) Liturgi Ibadah Paskah 1. Lagu Pembukaan : PKJ 90: 1-2 (berbalasan laki-laki dan perempuan sesuai petunjuk lagu) 2. Votum & Salam 3. Berita Paskah : Markus 16: 1-8 4. Nyanyian : KJ. 188 5. Litani Pujian : Mazmur 8: 2-6 6. Persembahan Syukur : - nast: Galatia 6:7-10 - Pujian: PKJ. 91 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pemberitaan Firman Nyanyian Respon : PKJ. 239 Doa Syafaat Pengakuan Iman Rasuli Pengutusan & Berkat Nyanyian Penutup : PKJ 282 44 RENUNGAN Minggu PASKAH Bacaan: Matius 28: 1-10 PEMULIHAN KOMITMEN Kita pasti mengalami kesedihan dan keputusasaan mana kalah ada saudara atau anggota keluarga kita meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Kesedihan dan keputusaan itu akan muncul kembali ketika kita menceritakan saudara atau anggota keluarga kita yang sudah meninggalkan kita tersebut. Apa lagi kalau ada kenangan yang indah atau janji yang pernah diucapkan yang membawa suatu harapan yang besar dalam hidup kita. Hanya kesedihan yang kita alami, dan juga tidak ada lagi harapan semua sudah berakhir. Kejadian yang sama juga dialami oleh Maria dan para perempuan yang datang kekubur Yesus. Coba kita lihat ayat pertama dikatakan: “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu”. Dari ayat ini jelas Maria dan Maria yang lainnya datang kekubur Yesus hanya sekedar menengok. Kalau di Injil Markus 16: 1 menegaskan rencana mereka yaitu untuk mengurapi jenazah Yesus. Tidak ada sedikitpun dalam hati mereka membayangkan apa yang pernah dikatakan oleh Yesus bahwa Ia akan mati dan bangkit pada hari yang ketiga. Tahunya mereka Yesus sudah mati. Orang mari tidak dapat hidup kembali. Ayat 5-6 mengatakan: “Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring”. Ketika malaikat itu mengatakan “jangan takut” kita bisa membayangkan bahwa Maria dan Maria yang lain itu mengalami peristiwa yang dramatis. Tiba-tiba datang Malaikat. Tentu ini yang membuat perasaan takut itu muncul dalam diri mereka. Namun, harapan mereka kembali bangkit ketika Malaikat itu memberikan kabar kebangkitan Yesus dari antara orang mati dan menunjukan tempat Yesus terbaring. Sehingga mereka percaya bahwa Yesus benar-benar hidup. Jadi Kesedihan dan keputusasaan menjadi sukacita, kekecewaan berubah menjadi penuh pengharapan. Ayat 9-10 mengatakan: Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Pengharapan Maria dan Maria yang lain itu pun menjadi semakin kuat ketika Yesus menemui mereka dan menyapa mereka dengan mengatakan “salam bagimu” . mendengar sapaan seperti itu tentunya membuat hati mereka menjadi damai dan semakin menguatkan iman mereka. Dan ada semangat baru untuk menjadi saksi Kristus. Selain itu, yang tidak kalah menariknya Mengapa Yesus meminta kepada mereka untuk memberitahukan murid-murid Yesus untuk pergi ke Galilea. Kita ingat bahwa pertama kali Yesus memulai pelayanannya di daerah Galilea. Galilea pada jaman Yesus adalah daerah yang sangat miskin dan sangat terbelakang. Ini menunjukan bahwa Yesus sangat peduli terhadap kaum yang lemah. Ia menginginkan murid-muridNya pun mempunyai kepedulian terhadap kamum yang lemah Peristiwa paskah merupakan langkah awal bagi kita umat Kristen untuk kembali menaruh pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang sudah memberikan teladannya bagi kita. Ia mau kita juga peduli terhadap mereka yang miskin agar nantinya mereka dapat bangkit dari keterpurukan mereka. Sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus tentu kita harus berani dan tidak boleh takut untuk membela mereka yang miskin dan tertindas. (AJM) 45 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH II Minggu, 23 April 2017 Warna liturgi: PUTIH Bacaan: Yohanes 20 : 19 – 31 KEBANGKITANNYA MENDATANGKAN DAMAI SEJAHTERA di BUMI Shallom…. Shallom…. Shallom….. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pada tanggal 22 kemarin ternyata kita memperingati hari Bumi, mungkin tidak banyak dari kita yang mengetahui kalau tanggal 22 kemarin diperingati sebagai Hari Bumi. Bapak/Ibu/Sdr/I, bila kita lihat bumi sebagai ciptaan Allah pada saat ini ternyata banyak mengalami kerusakan-kerusakan, pertanyaannya sudahkah damai sejahtera Allah hadir dalam kehidupan di bumi ini? ternyata damai sejahtera Allah belum sepenuhnya hadir dalam kehidupan bumi ini, karena apa? Hal tersebut terjadi karena banyak manusia yang masih hidup dalam ketakutan, dan dari ketakutan itu akhirnya banyak manusia yang serakah, banyak manusia yang mengolah alam dengan menggunakan bahan-bahan tanpa berpikir dampak keadaan alam dengan penggunaan bahan kimia yang berlebihan, dengan keserakahan dan penggunaan bahan kimia yang berlebihan membuat orang tidak bisa menghadirkan damai sejahtera bagi bumi, selain juga sering terjadi perluasan lahan pertanian dengan cara membabat habis hutan sehingga terjadi kerusakan alam. Kenapa bisa orang mengalami ketakutan? Apakah para murid Tuhan Yesus juga mengalami ketakutan? Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Setelah Tuhan Yesus bangkit, Dia beberapa kali menunjukkan dirinya kepada muridmuridNya, salah satunya yang kita baca pada saat ini, dari Injil Yohanes 20 : 19 – 31 dikisahkan tentang Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid, yang pertama tanpa Thomas, yang kedua para murid beserta Thomas. Dan di setiap kehadirannya Tuhan Yesus selalu mengucapkan salam Damai Sejahtera bagi para murid. Kata-kata damai sejahtera bagimu menunjukan bahwa melalui kehadiran Tuhan Yesus, para murid mendapatkan ketenangan, karena situasi pada saat itu para murid sedang mengalami ketakutan, karena mereka merasa kehilangan pegangan. Para murid setelah Tuhan Yesus mati dan dikuburkan, mereka mengalami ketakutan, mereka mengalami kebingungan, mereka kehilangan pegangan dan mengalami keputusasaan. Dan di dalam ketakutan mereka, mereka lupa akan tugas panggilan mereka sebagai murid Yesus yaitu memberitakan kabar suka cita. Di dalam ketakutan mereka, mereka mengalami keraguan akan ke Ilahian Tuhan Yesus. Mereka berpikir setelah Tuhan Yesus meninggal, Tuhan Yesus tidak akan bangkit lagi, mana mungkin orang mati akan bangkit. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh sikap Thomas yang tidak percaya kepada para murid yang lain yang telah melihat Yesus. Situasi ketakutan para murid cukup beralasan, karena mereka mengenal Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, atau Allah itu sendiri, dan pada saat itu Tuhan Yesus dianggap sebagai seseorang yang melawan penguasa, seseorang yang mengancam kenyamanan tokoh-tokoh agama Yahudi pada saat itu sehingga menjadi musuh tokoh-tokoh agama Yahudi. Dan sebagai pengikut Yesus, maka para murid pun dianggap juga sebagai musuhnya pada tokoh agama 46 Yahudi dan melawan penguasa. Mereka menjadi orang-orang yang dicari oleh tentara-tentara. Apalagi pada saat di dalam kehidupan masyarakat yahudi peristiwa kebangkitan Yesus dianggap bukan peristiwa kebangkitan, melainkan peristiwa pencurian jenazah Yesus yang dilakukan oleh para murid. Dalam situasi ketakutan itu mereka berkumpul di sebuah rumah, mereka menutup rapatrapat rumah tersebut, agar pertemuan mereka tidak diketahui orang lain, khususnya para tokoh agama yahudi yang dapat memerintahkan para tentara untuk menangkap mereka. Dan ketika mereka berkumpul tiba-tiba Tuhan Yesus hadir ditengah-tengah mereka sambil berkata “Damai Sejahtera Bagi Kamu”, pada awalnya mereka juga masih ketakutan karena mereka berpikir bahwa itu hantu, sebab semua pintu dan jendela sudah ditutup rapat, jadi tidak mungkin ada orang yang bisa masuk ke ruangan itu. Lalu Tuhan Yesus menunjukkan tanganNya dan lambungNya, baru mereka mempercayai bahwa yang mereka lihat itu adalah Tuhan Yesus, hal inilah yang membuat para murid merasa tenang. Lalu Tuhan Yesus kembali berkata “Damai Sejahtera Bagi kamu” akan tetapi tidak berhenti di situ, Tuhan Yesus juga mengutus para murid untuk membagikan damai sejahtera kepada ciptaan Tuhan yang lain, dan mengembusi mereka dengan Roh Kudus. Akan tetapi Thomas yang tidak ikut berkumpul dengan mereka, ketika diberitahu para murid bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit, Thomas tidak percaya. Thomas memiliki pemikiran yang sama dengan kebanyakan orang, mana mungkin orang sudah mati akan bangkit lagi. Tapi setelah dia bertemu secara langsung dengan Tuhan Yesus, baru Thomas mempercayainya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Situasi yang dihadapi oleh para murid dan khususnya Thomas, mungkin juga kita hadapi dalam kehidupan kita. Kita sering mengalami ketakutan-ketakutan yang pada akhirnya membuat kita melakukan tindakan-tindakan yang negatif, membuat kita tidak percaya atau meragukan sesuatu yang bisa saja mendatangkan kebaikan kepada kita. Bahkan akibat dari ketakutan kita itu, sering kali kita melakukan tindakan yang merusak alam sekitar kita. Misalnya kita takut akan kekurangan bahan pangan, sehingga kita mengolah tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat meningkatkan hasil panen, akan tetapi dengan penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan akan merusak unsur hara di tanah tersebut, dan hal itu juga akan mempengaruhi keadaan tanah kita di masa depan. Ketika ada orang yang menawarkan cara menanam yang lebih bijak yaitu dengan menggunakan pupuk organik, kita meragukan hal itu dapat dilakukan, karena kita takut kalau dengan menggunakan pupuk organik, akan menurunkan hasil pertanian kita. Kalau hal tadi kita lakukan, sudahkah kita meneruskan damai sejahtera Allah kepada ciptaan Allah yang lain? Apakah akan dirasakakan damai sejahtera di bumi ini ketika kita menggunakan pupuk kimia yang berlebihan? Ketakutan tentang kehidupan tidak hanya dialami oleh masyarakat di desa saja akan tetapi juga dialami masyarakat perkotaan, penimbuman rawah-rawah resapan air untuk membangun gedung-gedung yang pada akhirnya menjadikan mudah terjadi banjir di kota, ketakutan akan akses kendaraan, membuat masyarakat kota akhirnya memilih untuk memiiki kendaraan pribadi, akan tetapi sayangnya kendaraan pribadi yang dimiliki tidak cukup satu. 47 Dengan semakin banyaknya kendaraan pribadi hal tersebut akan mempengaruhi keadaan udara di sekitar kita. Udara menjadi kotor, polusi udara meningkat, selain karena asap kendaraan bermotor juga ditambah dengan asap dari pabrik-pabrik yang ada di kota. Sudah kah kita menghadirkan damai sejahtera bagi lingkungan sekitar kita, pembelian kendaraan pribadi bukan sesuatu yang dilarang, akan tetapi akan lebih baik kalau kita juga mengibanginya dengan menanam pohon di pekarangan rumah kita, kalaupun terbatas lahan, mungkin kita bisa menggunakan tekhnik menanam di lahan tanam yang terbatas, dengan melakukan hal tersebut, kita bisa menjaga keseimbangan unsur-unsur udara, dan memperkecil polusi udara, sehingga lingkungan di sekitar kita tetap terjaga kelestariannya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Situasi ketakutan mungkin kita rasakan dalam kehidupan kita, ketika kita dalam situasi ketakutan maka kita pasti akan lali tugas panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Bapak/Ibu/Sdr/I Tuhan Yesus telah bangkit dan telah hadir dalamm kehidupan kita, sehingga kita tidak perlu takut untuk menghadirkan damai sejahtera di bumi ini. Tuhan Yesus mengutus para muridNya pada saat itu, dan juga mengutus kita pada saat ini untuk menghadirkan damai sejahtera Allah di bumi ini. bukan hanya kepada sesama manusia akan tetapi kepada semua ciptaan Allah di bumi ini. Peristiwa Kebangkitan Tuhan Yesus adalah peristiwa hadirnya damai sejahtera Allah bagi bumi, kita semua sebagai pengikut Kristus yang telah mengalami kelahiran baru harus bisa mengabarkan kabar sukacita tentang persitiwa kebangkitan Kristus kepada semua orang dan semua ciptaanNya, kita tidak perlu takut untuk menyatakan damai sejahtera Kristus, karena Kristus yang bangkit telah mengalahkan maut akan selalu memampukan kita untuk melakukannya. Selamat Hari Minggu Paskah 2, selamat Hari Bumi. Kiranya Damai Sejahtera Allah terus melingkupi kehidupan di bumi. Tuhan Memberkati. Amien. (DYAT) NP BA/PHB Khotbah Persembahan : Kisah Para Rasul 2 : 22 – 24 : 1 Petrus 1 : 3 – 9 : Yohanes 20 : 19 – 31 : Mazmur 16 : 11 NYANYIAN: 1. PKJ 2. KJ 1 3. PKJ 4. KJ 5. PKJ 6. KJ 1 78 46 188 232 416 48 RENUNGAN Minggu PASKAH II Bahan: I Petrus 5: 6-11 MENGELOLA KEKUATIRAN Bacaan kita saat ini dalam konteksnya sebenarnya diperuntukkan bagi para panatua yang diberi tugas oleh Tuhan untuk menggembalakan umatNya. Dalam situasi jemaat yang mengalami penderitaan karena penganiayaan oleh pemerintah, Rasul Petrus menasihatkan kepada para Panatua supaya dapat menggembalakan domba-domba Allah dengan baik. Dalam ayat 6-11, dijelaskan supaya para panatua mau merendahkan hati dihadapan Tuhan karena ada waktunya nanti Tuhan akan meninggikan dia. Disamping itu dalam menghadapi situasi penganiayaan yang ada, para panatua dinasihati supaya mereka mau meneyerahkan kekuatirannya kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa Tuhanlah yang memelihara hidup mereka. Mengapa? karena kekuatiran dapat membuat seseorang mudah dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena dalam situasi kuatir seseorang dapat menjadi labil, maka panatua diingatkan oleh Rasul Petrus supaya sadar dan berjaga-jaga, karena musuh mereka yaitu Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari mangsa yang dapat ditelannya. Iblis harus dilawan dengan kekuatan iman yang dilakukan dengan memegang teguh iman kepada Yesus Kristus sehingga Iblis dapat dikalahkan. Rasul Petrus juga menguatkan kepada para panatua, bahwa penderitaan hidup karena penganiayaan tidak hanya dialami oleh orang percaya di mana mereka melayani, tetapi penderitaan juga dialami oleh semua orang percaya diseluruh dunia karena imannya kepada Kristus. Dalam penguatannya, Petrus menekanakan bahwa di dalam penderitaan Itu Allah juga tetap beserta kepada orang percaya. Karena Allah adalah sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil mereka dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan mereka semua, sesudah mereka menderita seketika lamanya. Sebab Dialah yang empunya kuasa sampai selamanya. Berefleksi dari nasihat Rasul Petrus kepada para Pantua pada waktu itu, lalu pesan apa yang dapat kita terima untuk kita lakukan dalam kehidupan kita saat ini? Kekuatiran yang dialami panatua dan jemaat pada waktu itu mungkin berbeda dengan kekuatiran yang kita alami pada saat ini. Tetapi kita meyakini bahwa setiap orang pasti mengalami kekuatiran. Misalnya kuatir sakit, kuatir tidak punya pekerjaan, kuatir tidak punya makanan, kuatir mati. Kekuatiran dalam hidup menjadi hati kita tidak damai dan bisa goyah, bisa tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak dikehendakiNya. Misalnya karena kuatir persediaan pangan menipis, maka dilakukan pembukaan lahan besar-besaran dengan merusak hutan. Karena kuatir tidak punya makanan, maka yang dilakukan menipu orang. Karena kuatir sakit, maka minum banyak vitamin sampai over dosis. Kuatir sampah plastik menumpuk terlalu banyak, maka membakar sampah hingga menyebabkan polusi udara, walaupun sebenarnya dapat di daur ulang. Karena kuatir menyerang 49 manusia, maka semua ular yang ada berusaha dilenyapkan, sehingga terjadi kerusakan keseimbangan alam, karena tikus berkembang biak merusak tanaman. Lalu bagaimana supaya kita bisa pulih dari rasa kekuatiran dalam hidup kita? Dalam menghadapi situasi kekuatiran hidup, Firman Tuhan pada saat ini menasihati kita, untuk : 1. Menyerahkannya kekuatiran kita kepada Tuhan. Dengan menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya, dapat menjadikan diri kita menjadi tenang, karena kita dapat menyakini bahwa Allah setia memelihara hidup kita. Dengan cara berserah kepada Tuhan, kita juga dapat mengolah situasi kekuatiran yang ada dalam hati kita, sehingga kita tidak mudah terjebak untuk melakukan yang jahat. 2. Mempunyai Iman yang teguh. Mempunyai iman yang teguh sangat dibutuhkan dalam rangka untuk melawan godaan-godaan kuasa gelap, karena kita tahu, bahwa dalam situasi kuatir, Iblis selalu datang menggoda supaya kita ikut dengannya. Ketika kita ikut dengannya maka bukan hanya diri kita yang mengalami kerusakan, tetapi juga sesama dan ciptaan yang lain juga akan mengalami kerusakan. Mengapa? Karena mengikuti kuasa gelap membuat hidup kita menjadi tidak terkendali, membabi buta dan menjadi brutal. 3. Tetap meyakini bahwa Allah selalu memberikan kekuatan dan penyertaan serta memperlengkapi kita semua sebagai anak-anakNya. Karena Dia kekal adanya. Untuk itu, ketika kita mau pulih dari rasa kuatir, maka hal itu dapat kita mulai dengan mengolah kekuatiran yang ada dalam hidup kita, dengan jalan mau menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya dan meyakini bahwa Allah sebagai pemelihara hidup kita. Amin. ( JN) Liturgi: ï‚· Nyanyian PKJ 2 ï‚· Doa ï‚· Nyanyian KJ 454 ï‚· Renungan ï‚· Nyanyian PKJ 417 ï‚· Doa Syafaat dan Penutup 50 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH II Bacaan: I Petrus 1: 3-9 Ciptaan Baru yang Memperbaiki Peristiwa Kebangkitan Kristus bukan hanya menyelamatkan kita, akan tetapi juga menjadikan kita ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru bukan dimaksudkan pada keadaan fisik yang baru, akan tetapi menjadi ciptaan baru dititik beratkan pada adanya pengharapan baru akan karya Keselamatan melaui peristiwa Kebangkitan Kristus. Pengharapan baru ini juga dinyatakan semakin menghayati dan mengenal akan Kasih Kristus yang nyata dalam hidup kita. Sekalipun kita mengalami duka cita akibat begitu banyak pencobaan dalam kehidupan ini, tapi dengan keyakinan Iman kepada karya penyelamatan Allah melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus kita akan dimampukan untuk bergembira dan bersukacita. Pencobaan yang kita alami adalah untuk membuktikan kemurnian imannya, dan hal itu jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang diuji kemurniannya dengan api. Keyakinan iman kita merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan. Mempercayai yang tidak kelihatan adalah sesuatu yang sulit akan tetapi bila dapat dilakukan itulah yang disebut dengan Iman. Kondisi hidup orang percaya yang memiliki keyakinan Iman akan karya penyelamatan Allah adalah suatu kondisi hidup sempurna yang tidak cemar dan layu, artinya hidup umat ditudungi oleh kemuliaan Kristus. Keadaan alam sekitar pada saat ini yang mengalami kerusakan, hal ini diakibatkan oleh ulah manusia yang memahami yang salah tentang menguasai dan mengelola alam. Sebagai ciptaan baru setiap kita juga terpanggil untuk mengelola alam dengan bijak. Alam yang telah rusak perlu diperbaiki dan dikelola dengan baik. Peristiwa Kebangkitan Kristus menjadikan kita ciptaan baru yang memiliki tugas untuk memperbaiki alam di sekitar kita. Pertanyaan Panduan Diskusi: 1. Apa yang bapak/ibu pahami tentang istilah “menjadi ciptaan baru”? 2. Apa komitmen bapak/ibu sebagai ciptaan baru untuk menjaga kelestarian alam sekitar dimana bapak/ibu berada (baik di kota maupun di desa)? Dyat 51 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH III Minggu, 30 April 2017 Warna Liturgi: Putih Bacaan : Kisah Para Rasul 2:14, 36-41 “KUALITAS DULU BARU KUANTITAS” Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kebangkitan Yesus, penyataan diri dan penggenapan janji akan pemberian Roh Kudus bagi murid-murid memberikan perubahan besar bagi diri mutud-murid. Petrus yang sebelumnya pengecut yang tidak beranai mengakui Yesus sebagai gurunya di depan oranglain dalam tiga kali penyangkalanya juga murid-murid lainnya yang lari terbirit-birit saat penangkapan di Getsemani kini mengalami perubahan yang sangat luarbiasa saat mereka semua dihingapi oleh Roh Kudus yang dijanjikan saat Yesus bersama-sama dengan mereka. Ketakutan yang selama ini meliputi mereka berubah menjadi keberanian yang tidak tertahankan untuk memyampaikan kasih Kristus akan penyelamatan bagi setiap orang yang mau bertobat dan memberi diri dibaptis untuk menerima kehidupan kekal. Tampilnya Petrus dan kesebelas rasul lainya di Yerusalem sebagai momentum untuk memproklamasikan kuasa Roh Kudus yang dicurahkan bagi manusia juga sebagai bukti penggenapan akan nubuatan nabi Yoel pada PL(2:16-18). Kualitas pengalaman yang dialami bersama dengan Yesus selama kurang lebih tiga setengah tahun dan kuasa Roh Kudus yang dicurahkan Allah bagi para rasul memberikan kemampuan yang luar bisa untuk bersaksi dengan keberanian yang berapi-api tentang Kristus dan kesalahan besar yang telah dilakukan oleh orangorang Yahudi pada saat itu. Satu-satunya jalan yang dapat menolong mereka untuk keluar dari “hutang darah” yang akan ditanggungkan kepada mereka dan anak cucu mereka sesuai dengan pengakuan di depan Pilatus pada saat mengambil keputusan untuk menyalibkan Yesus adalah hanya melalui satu jalan yakni “bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu” (12:38). Nama yang semula menjadi musuh terbesar, nama yang semuala dibenci, nama yang semualanya dihina, dicacimaki kini berubah menjadi suatu nama yang menyelamatkan. Euforia (kegembiraan yang berlebihan) kesuksesan menyesasikan misi kebencian di Golgota berubah menjadi kepanikan besar melihat kenyataan yang terbalik bahwa yang mereka teriakan untuk disalibkan adalah sang Mesias yang dinanti-nanti untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Dalam konteks ini tentunya kembali mengingatkan kita akan apa yang dikatakan Yesus saat disalibkan “ampunilah mereka karena mereka tidak tau apa yang mereka perbuat (............)” yang tentunya diresponi dengan pertobatan dan diwujudkan dalam penyerahan diri untuk dibaptiskan dalam Nama Yesus Kristus. Sentral dari semua pemberitaan Petrus dalam khotbah sulungnya ini adalah tentang bagaiman karya Kristus di kayu salib memberikan keselamatan bagi semua orang yang percaya tanpa terkecuali. Sehingga ke depan dalam pengajaran-pengajaran rasul-rasul menjadi sesuatu yang menarik bukan karena sebuah fenomena baru tetapi sebuah karya Ilahi yang digenapi melalui 52 orang-orang pilihan-Nya (rasul-rasul) untuk menyampaikan kabar keselamatan bagi semua orang. Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus Saudara dan saya mungkin pernah melakukan kesalahan dalan kehidupan ini, bahkan mungkin sangat fatal seperti yang dilakukan Petrus (menyangkal Yesus atau lari meningalkan Yesus), ingat bahwa apa yang sudah dilakukan oleh 3000 orang di Yerusalem 2000 tahun yang lalu juga dapat kita lakukan hari ini yakni bertobat. Demikian juga kasih Kristus juga masih berlaku sampai saat ini bagi setiap orang yang mau betobat dan memberi diri dibatis (bagi yang belum dibaptis) dalam nama Tuhan Yesus Kristus untuk pengampunan dosa. Kebangkitan Kristus memberikan perubahan yang besar bagi para rasul dan dampak yang besar bagi pertumbuhan iman kristen dan orang percaya mula-mula. Kualitas iman yang kokoh dari para rasul ditularkan bagi pengikut baru yang tentunya tidak terlepas dari keterlibatan pribadi dan kuasa Allah sehingga semakin hari mereka semakin bertambah-tambah jumlahnya. Dapat dipelajari di sini bahwa perubahan dimulai dari kualitas pribadi manusia (orang-orang percaya) kemudian kuantitas (jumlah yang terus bertambah) . Marilah kita sebagai orang-orang yang sudah menerima anugerah keselamatan dari Yesus Kristus semakin hari semakin memurnikan kualitas iman percaya kita kepada Yesus Kristus sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan. Harapan kita adalah Allah turut ambil bagian dalan menabah jumlah umat yang percaya dengan menambah-namabhkan orang-orang yang bertobat tentunya setelah mendapatkan kabar keselamatan dari saudara dan saya. Sebagai pribadi-pribadi yang sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus, kita juga dengan semangat yang sama memberikan dampak atau wuju peyelamatan bagi semua makluk hidup dan lingkungan alam di sekitar kita dengan penuh rasa syukur bagi pemberian Tuhan untuk menjamin kehidupan manusia. Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua... AMIN..! (BDS) Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan : Yeremia 31:1-6 : Kolose 3: 1-4 : Galatia 6:7-10 Nyanyian 1. KJ 188:1-3 2. PKJ 27 3. PKJ 88: 1-2 4. PKJ 91: 1,2 5. KJ 235: 16. PKJ 185: 1-5 53 RENUNGAN Minggu PASKAH III Bacaan: Mazmur 116:1-5; 12-19 “Allah Kita Penyayang” Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Setiap kita tentu memiliki sebuah barang (benda) yang kita sayangi lebih dari semua kepemilikan yang kita punya. Contohnya ada orang yang sayang dengan barang-barang antik seperti motor antik, mobil antik, gedget dan yang sangat buming saat-saat ini adalah batu akik. Tentunya sang pemilik dari barang-barang yang sudah disebutkan tadi akan meluangkan waktunya, tenaganya bahkan uangnya yang lebih untuk merawat barang-barang kesayangannya itu. Pemeliharaan yang baik dan ketelaten menjadi wujud rasa sayang yang mendalam pada barangbarang yang kita miliki. Dalam bacaan firman Tuhan saat ini raja Daud mengakui akan kasih sayang Allah yang dirasakan olehnya (166:5b) selama ini sebagai pribadi yang disayang oleh Allah. Tentunya sayangnya Allah kepada raja Daud juga sama dengan sayang-Nya Allah kepada kita sekalian. Pemeliharaan Allah yang sangat besar bagi setiap orang percaya adalah dengan menyelamatkan umat manusia dari murkah Allah akibat dosa yang membawa kepada maut (kematian kekal) dengan mengutus putra Tunggal-Nya Yesus Kristus untuk dikornankan sebagai korban yang sempurna bagi penyelamatan manusia yang berdosa. Kebangkitan Kristus memberikan kepastian akan karya keselamatan bagi semua umat manusia “jika Kristus tidak dibangkitkan, maka siasialah kepercayaan kamu” (bnd 1 Kor 15:17) Allah mewujudkan pemeliharan dan sayang-Nya kepada kita denga karya penebusan oleh putra tunggal-Nya Yesus Kristus. Sebagai orang-orang yang sudah merasakan sayan-Nya Allah dalam hidup kita maka apa yang dapat kita lakukan sebagai respon pada apa yang sudah kita dapatkan dari Allah. Raja Daud mewujudkanya dengan tekad untuk memuji nama Tuhan, menjunjung tinggi karya keselamatan yang sudah diberikan Allah kepadanya, membayar nazarnya kepada Allah didepan seluruh umat dan mempersembahkan korban syukur bagi Allah. Ada respon posetif yang dilakukan Daud bagi karya Allah. Hari ini keadan yang sama ada pada saudara dan saya respon apa yang akan kita berikan kepada Allah atas karya penyelamatan yang sudah Allah berikan kepada kita melalui pengorbanan putra-Nya Yesus Kristus. Allah menyangi kita demikian juga kita sudah seharusnya meyayangi, menjaga dan merawat semua karya penciptaan Allah demi terwujudnya keutuhan ciptaan yang penuh dengan kedamaian. Damai dengan Allah, damai dengan sesama dan damai dengan alam. Tuhan Yesus memberkati kita semua. AMIN...!(BDS) DO’A SYAFAAT: 1. Berdoa agar semua anggota jemaat hidup dalam penghayatan PASKAH. 2. Berdoa untuk pertumbuhan dan perkembangan jemaat serta kemajuan GKSBS. 3. Berdoa untuk bangsa dan negara Indonesia agar diberkati Tuhan 54 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH III “Menumpang Di Dunia” PENJELASAN TEKS Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pernakah saudara menumpang dirumah kerabat atau teman? Ketika sauadara menumpang dirumah teman maka ada satu tahap awal yang tentu secara otomatis kita lakukan yaitu beradaptasi dengan pemilik rumah tempat kita menumpang, bisa saja dengan menu makanan, kebiasaan tuan rumah dalam berpakaian atau bahasa yang digunakan oleh sang pemilik rumah tersebut atau yang lalinya. Adaptasi yang baik memberikan kenyamanan bagi pemilik rumah maupun kita sebagai tamu dirumah tersebut. (catatan: disinggung tentang rumah dikaitkan pada ayat) Pada Firman Tuhan yang kita baca saat ini dalam ayatnya yang ke-17 rasul Petrus dengan jelas mengingatkan kembali kepada setiap orang yang ada di muka bumi ini bahwa kita bukan pemilik dunia ini yang sebenarnya (bnd Kej 2:15). Pemilik dunia ini adalah Allah sendiri. Sebagai manusia kita hanya diberikan kesempatan untuk tinggal sementara di dunia ini. Sebagai pribadi yang bukan pemilik tetapi sebagai yang menumpang maka kita tidak memiliki hak untuk memperlakukan seluruh ciptaan Allah di dunia ini dengan sewenang-wenang (sesuka hati). Keserakahan yang dikendalikan oleh keinginan daging memaksa manusia untuk mengeksploitasi alam secara membabi buta tanpa memikirkan keberlasungan seluruh makluk hidup ciptaan Allah. Pengakuan akan keberadaan Allah sebagai Bapa yang adil yang mengadili semua perbuatan manusia dengan tidak memandang muka memberikan suatu peringatan keras agar kita dapat berhati-hati atau lebih bijaksana dalam mengelola segala hasil bumi ini yang sudah dipercayakan Allah kepada manusia sebagai ciptaan Allah yang sempurna. Sebagai orang-orang yang sudah dipercaya oleh Allah maka setiap kita bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan merawat seluruh ciptaan Allah dengan kasih yang tulus iklas antara sesama manusia sebagai makluk ciptaan Allah, manusia dengan alam semesta sebagai ciptaan yang dipercayakan kepada manusia. (BDS) 2. Membaca Alkitab (membacakan ayat bahan PA) a) Pertanyaan pendalaman Alkitab dan diskusi b) Bagaiman sikap dan perilaku kita terhadap bumi yang kita tumpangi selama ini? c) Sejauh mana keterlibatan saudara terhadap kerusakan alam disekitar? d) Seperti apakah bentuk-bentuk pemulihan keadan alam sekitar yang dibutuhkan? e) Apa Komitmen kita demi mempertahankan keutuhan ciptaan? 55 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH IV Minggu, 7 Mei 2017 Warna Liturgi: Putih Bacaan : 1 Petrus 2:19-25 PENGUTUSAN DAN KONSEKUENSINYA Syalom saudara......... Puji nama Tuhan berkat pertolongan, pemeliharaan dan pimpinanNya, kita bisa ketemu kembali dalam ibadah pada hari ini. Adapun tema yang akan kita renungkan pada minggu ini sebagaimana tema dari sinode kita adalah Pengutusan dan konsekuensi (akibat)nya. Pengutusan dan konsekuensi (akibat)nya secara sederhana dapat diartikan demikian, bahwa bagi setiap orang yang menerima dan mengalami pengutusan maka seseorang tersebut siap menerima dan mengalami juga konsekuensi (akibat) yang mungkin akan terjadi dan harus terjadi. konsekuensi (akibat) itu sangat mungkin bersifat sengsara atau menderita seperti misalnya ejekan atau olok-olok, caci maki, pengusiran, diabaikan atau dikucilkan, dijauhi, direndahkan. Bacaan kita dalam 1 Petrus 2:19-25 dipaparkan sedemikian rupa bagaimana situasi yang dialami oleh orang-orang yang ada di dalam Kristus. Penderitaan-demi penderitaan yang dialami harus dimaknai sebagai konsekuensi (akibat) dari sebuah panggilan pengutusan jika penderitaan itu diallami sekalipun seseorang telah bebuat yang baik, benar dan mulia. Pernyataan itu dipertegas kembali dengan mengatakan, “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.”(ayat 19). Seseorang yang menyadari betul akan kehendak Allah pada dirinya dan lingkungannya dan olehnya ia rela mengalami berbagai macam pergumulan penderitaan sekalipun penderitaan tersebut bukan karena perbuatan jahatnya melainkan perbuatan baiknya maka sikap menerima seperti inilah yang dimaksudkan pada ayat tersebut. Dan ini berarti seseorang tersebut tahu dan sadar serta siap akan konsekuensi (akibat) dari panggilannya sebagai utusan Kristus ke tengah dunia dalam mewartakan kabar baik. Dasar dari penerimaan tersebut itulah yang disebut sebagai kasih karunia yang berasal dari Allah. Tuhan Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat dunia telah memberikan teladan dalam hal penderitaan. Ia telah mengalami lebih dulu, bahkan penderitaan yang dialamiNya bukan karena perbuatan jahat atau dosaNya melainkan perbuatan jahat dan dosa manusia. Sekalipun demikian Ia ikhlas dan rela menerimaNya. Penerimaan inilah yang ingin ditekankan/disampaikan kepada para pengikut Kristus termasuk kita jemaat Tuhan yang adalah utusan-utusan Kristus ke tengah dunia. Saudara terkasih di dalam Tuhan Tuhan Yesus Kristus, Menilik sejenak pada realita kehidupan pada konteks kita saat ini, masih ada ditemukan sikap-sikap menentang atau memberontak apabila seorang yang disebut pengikut Kristus mengalami penderitaan apalagi penderitaan itu bukan karena perbuatannya sendiri. Sisi gelap pada manusia itu lebih mendominasi (lebih besar) di dalam dirinya daripada sisi terang Ilahi. Keinginan daging lebih besar daripada keinginan roh. Itulah sebabnya yang terjadi adalah sifat egois yang tinggi. Lebih mementingkan diri sendiri, keperluan dan kehendak sendiri bahkan kurang bisa mendengar, menghargai apalagi menerima pihak lain di luar dirinya. 56 Beberapa realita berikut dapat kita pakai sebagai contoh, antara lain: a. Pada tatanan alam sekitar seperti Rusaknya ekosistem (keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya dalam satu kesatuan) di lingkungan sekitar kita dikarenakan perilaku manusia yang ingin lebih memperkaya diri, habitat (tempat) berbagai jenis makhluk hidup mulai terkikis dan menghilang, populasi (jumlah) berbagai jenis makhluk hidup juga semakin kecil. Ketidakseimbangan ini menjadikan ekosistem rusak. Ketidakseimbangan ini juga berdampak pada bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. b. Pada tatanan sosial dapat dilihat kesenjangan yang sangat tajam antara si kaya dan si miskin, si Pejabat dan rakyat biasa, orang berpendidikan tinggi dan orang yang kurang pendidikan serta buta huruf, kelompok/golongan minoritas dan mayoritas. Fakta-fakta sebagaimana diuraikan di atas tersebut merupakan potret yang masih tampak jelas di lingkungan dimana kita tinggal dan berada saat ini. Dan, tidak jarang juga ditemukan bahwa subjek pelaku kerusakan tatanan alam dan tatanan sosial itu adalah mereka-mereka yang secara iman mengaku sebagai orang yang percaya Kristus yaitu orang kristen. Menjadi pertanyaan penting yang tidak mudah ditemukan jawabnya yaitu, “mengapa mereka berlaku demikian dan apa mau mereka?” Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Tuhan Yesus Kristus, Kembali pada bacaan kita, bahwa pada ayat 25, inilah situasi yang dinamakan kawanan domba yang tersesat yang butuh juruslamat baginya yaitu Gembala yang baik, yang mengerti, mengenali dan memahami domba-dombanya untuk dituntun dan diselamatkan. Disebutkan juga bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Gembala bagi kawanan domba. Oleh karenanya hidup dan tinggal di dalam Dia, Sang Gembala Agung adalah sebuah keuntungan, kebahagiaan bagi kawanan domba tersebut. Raja Daud dalam ungkapan bahagia dan syukurnya mengatakan bahwa,, “Tuhan itu adalah gembalaku. Di dalam Dia, aku (raja Daud) tidak merasa kekurangan. Dia, Sang Gembala membaringkan, menempatkan diriku di padang yang penuh dengan rerumputan hijau. Aku dituntun-Nya ke air tenang sehingga jiwaku merasakan kesegaran..., di dalam Dia sama sekali aku tidak merasakan takut, khawatir, karena Dia Sang Gembala Agung adalah Maha Kuasa, untuk itu aku (raja Daud) telah menyerahkan hidupku seutuhnya kepada Dia, tinggal di rumah-Nya, melakukan perintahNya, memberitakan kemuliaan-Nya.” Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Tuhan Yesus..., Dari pemaparan di atas dan juga berdasarkan kesaksian iman raja Daud, kita mendapatkan pemahaman dan kesadaran yang baru, yang dapat dijadikan sebagai sebuah komitmen atau tekad, yakni: pertama; sebagai utusan, kita patut bersyukur, berbahagia, sekaligus berserah penuh secara total kepadaNya walau sekalipun kita harus berhadapan dengan beban derita yang sangat menyengsarakan kita. Kita yakin di dalam Tuhan segala persoalan, pergumulan yang membuat kita menderita akan dapat kita tanggung dan kita selesaikan dengan baik. Kedua; sebagai utusan dengan hati yang merendah kita harus berani menyuarakan suara kenabian dengan menegakkan hal-hal yang baik dan benar juga yang mulia seraya memohonkan pendampingan dan perlindunganNya. Ketiga; sebagai utusan kita siap dan bersedia untuk mewujudkan kesejahteraan, keadilan, keseimbangan, keharmonisan, kesetaraan, baik dalam kehidupan dengan alam semesta, maupun kehidupan dalam tatanan sosial masyarakaat dengan segala keragaman suku, budaya, agama, bahasa yang ada. Setiap kita meyakini bahwa Kristus yang mati dan bangkit adalah bagi semua manusia dengan segala keragamannya. Demikian halnya kita yang adalah utusan Kristus ke tengah dunia, kita juga diutus ke segala makhluk tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada, sebaliknya mengasihi mereka, menghormati 57 dan menghargai mereka, mengingatkan mereka dan menolong mereka walau sekalipun perbuatan baik, mulia yang kita lakukan kadang direspon secara negatif, namun tetaplah teguh dan lakukan terus pemberitaan Injil dengan segala macam bentuk perwujudan yang ada. Tuhan beserta kita. Amin. (JPS) Nats Pembimbing Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Persembahan Puji-pujian: 1. KJ 13:1-3 2. KJ 18:1,5 3. KJ 415:1-3 4. PKJ 235:1,2 5. PKJ 216:1... 6. KJ 407:1-3 :Yohanes 10:9-10 :Mazmur 23:1-3 :Mazmur 23:4-6 :Kisah Para Rasul 2:44-47 Allah Bapa, Tuhan Tuhanku Tuhan Yesus Gembala Baik Bersuling Nan Merdu Janganlah Takut Berlimpah Suka Cita di Hatiku Tuhan, Kau Gembala Kami 58 RENUNGAN Minggu PASKAH –IV Bacaan: Matius 28:19-20 Aku Milik-Mu, Jadilah Padaku S’perti Yang Kau Ingini . Darah-Nya yang mahal telah dicurahkan untuk membasuh setiap dosa kita umat manusia. Kita telah ditebus-Nya, pelanggaran dan kesalahan kita diampuni-Nya, dosa kita dihapuskan-Nya, kita telah menjadi milik-Nya, umat kepunyaan-Nya. Sungguh, Tuhan itu baik, besar kasih setia-Nya, tidak dibalaskannya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita. Kematian-Nya mengingatkan kita akan pengorbanan-Nya untuk menebus kita, dan kebangkitan-Nya mengingatkan kita akan rencana Allah yang agung, mulia yang membawa umat manusia pada kesadaran dan pertobatan serta kembali kepada-Nya, mengikut Dia, dan melakukan perintah-Nya. Perintah-Nya kepada para murid untuk melanjutkan misi keselamatan dari Allah bagi seluruh umat manusia di seluruh dunia. Menjadikan manusia menjadi umat kepunyaan-Nya, yang berhati dan berperilaku murid yang tunduk, hormat, patuh kepada sang Guru sejati yaitu Tuhan Yesus Kristus. Teladan sang Guru (Tuhan Yesus Kristus) dalam kerendahan hati, kesetiaan, kerelaan dan keikhlasan dalam menanggung derita merupakan teladan yang sejatinya diikuti dan dilakukan oleh para murid. Sang Guru Sejati, Tuhan Yesus Kristus memerintahkan para murid untuk memberitakan Injil, Kabar Sukacita ke segala makhluk di seluruh dunia. Biarlah setiap yang bernafas memuji Tuhan, berlaku hidup secara benar dan terpuji, yang melihat sesamanya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang harus diterima dan dihargai. Tuhan Yesus memberi perintah agar para murid juga memberikan pengajaran sebagaimana pengajaran sang Guru Sejati. Mencintai kehidupan dan seluruh makhluk hidup. Hidup berdampingan dan bersama dengan alam secara damai, saling menghargai, saling memperhatikan, saling memperlengkapi, saling menjaga keharmonisan satu dengan yang lainnya. Murid yang telah mendapatkan pembelajaran yang baik dan benar diharapkan mampu meneruskannya kepada orang lain juga mampu menerapkannya dalam praktik hidupnya bersama sesama dan lingkungannya. Lingkungan alam sekitar adalah tempat bagi makhluk hidup khususnya manusia untuk tinggal dan berdiam. Kekayaan alam yang disediakan Allah adalah untuk dinikmati guna kelangsungan hidup makhluk hidup itu. Oleh karenanya keberadaannya harus dijaga, dipelihara, dilestarikan bukan dimusnahkan. Melakukan penghijauan, penanaman pohon, apotik hidup dimaksudkan untuk menolong makhluk hidup itu dengan menyediakan sumber Oksigen yang lebih banyak lagi. Selain itu, keberadaannya juga dimaksudkan untuk mengurangi kegersangan, penggundulan hutan dan alam yang dapat berdampak pada erosi hingga tanah longsor bahkan dapat merugikan manusia itu sendiri. Demikian juga ketika kita berbicara tentang manusia sebagai makhluk sosial maka keberadaan manusia dengan sesamanya itu harus dijaga, dilestarikan, kelak hubungan satu dengan yang lain bisa harmonis, saling melengkapi, saling membantu, saling membangun bukan meruntuhkan. Tuhan Tuhan Yesus Sang Penebus dan pemilik kehidupan kita sangat mencintai dan mengasihi kita, oleh karenanya menjaga dan merawat kehidupan dengan perilaku hidup yang tepat, benar, terpuji dan mulia adalah kehendakNya. Untuk itu sebagai umat manusia yang telah ditebus dengan darah yang mahal, dan yang telah menjadi miliki-Nya, marilah kita kembali kepada-Nya, melakukan apa yang dikehendaki-Nya bagi kita di dunia dimana kita ditempatkan. Kiranya Tuhan menolong. Amin (JPS) 59 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH –IV Bacaan: Yohanes 20:19-23 Demikian Juga Sekarang Aku Mengutus Kamu Latar Belakang: Sekalipun bahasa dan susunannya sederhana, kitab ini merupakan suatu paparan yang mendalam mengenai diri Kristus di dalam latar belakang sejarah. Di dalamnya terdapat pesan bagi murid Tuhan yang sederhana dan bagi pakar teologi yang paling canggih sekalipun. Kitab yang diperkirakan ditulis oleh Yohanes pada tahun 80-90 an ini dimaksudkan agar orang menjadi percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, Anak Allah, sehingga orang itu dapat memperoleh hidup melalui iman. Maksud-maksud sampingan mungkin juga ada, seperti penolakan terhadap Dosetisme, suatu pandangan yang tidak menerima kemanusiaan Tuhan Yesus dan pengungkapan bahwa Yudaisme adalah sistem keagamaan yang tidak memadai karena telah menutupi dosa-dosanya yang lain dengan menolak Mesiasnya yang dijanjikan dan lain-lain. Secara khusus perikop Yohanes 20:19-23 mengkisahkan tentang kehadiran Tuhan Yesus pasca kebangkitanNya dan menampakkan diri kepada para murid yang tengah berkumpul yang juga berada dalam situasi ketakutan terhadap orang-orang Yahudi perihal hilangnya Tuhan Yesus dari kubur (kebangkitan-Nya). Uraian Teks Ayat 19; Pasca kebangkitanNya dari kubur dan setelah menampakkan diri kepada Maria, Tuhan Yesus kemudian menampakkan diri kepada para murid yang tengah berkumpul di malam hari dengan kondisi pintu yang terkunci dan tertutup rapat. Pintu terkunci dan tertutup rapat dikarenakan para murid mengalami ketakutan pasca hilangnya Tuhan Yesus dari kubur. Mereka takut kalau-kalau orang-orang Yahudi menuduh mereka yang mencurinya. Dalam situasi seperti tersebut, Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit datang menghampiri dan menyapa mereka dengan berkata: “damai sejahtera bagi kamu”. Ayat 20; Setelah menyapa para murid yang tengah berkumpul itu, Tuhan Yesus menunjukkan bekas luka paku di tangan-Nya dan bekas luka tusukan di lambung-Nya. Para murid merasa senang dan bersuka cita ketika mereka melihat Tuhan Yesus. Kesukacitaan yang dirasakan para murid tampak disebutkan setelah Tuhan Yesus menunjukkan bekas luka pada tangan dan lambungNya tersebut bukan sesaat setelah Yesus menyapa mereka dengan kalimat, “damai sejahtera bagi kamu.” Ayat 21; Untuk ke dua kalinya Tuhan Yesus menyapa para murid dengan mengatakan, “damai sejahtera bagi kamu.” Lagi ia meneruskan perkataan, “sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian sekarang Aku mengutus kamu.” Perkataan Pengutusan ini disampaikan Tuhan Yesus sesaat setelah Tuhan memberi salam kepad mereka untuk yang ke dua kali dan dikatakan juga hati mereka bersuka karena Tuhan. Menjadi menarik untuk dibahas mengapa sampai dua kali Ia mengatakannya. Ayat 22; Setelah menyapa dan mengatakan perihal pengutusan tersebut kepada para murid, Tuhan Yesus kemudian mengurapi mereka dengan cara mengembusi mereka dengan Roh Kudus (ay.22). Roh kuduslah yang akan memimpin, membimbing, menuntun dan memelihara hidup mereka kelak sampai kepada akhir zaman. (lih. Mat 28:20) Pada ayat 23, Tuhan Yesus melengkapi pengutusan dan pengurapan tersebut dengan mengatakan, “jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Melalui pengurapan tersebut para murid mendapatkan legalitas atau pengesahan untuk melanjutkan misi pengutusan yaitu pewartaan Injil ke seluruh bumi. 60 Pengantar Diskusi Pada suatu kesempatan dimana Tuhan Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid seperti pada bacaan di atas, ada 4 hal penting yang dinyatakan Tuhan Yesus untuk dipahami lebih jauh, al: 1) Tuhan Yesus menyapa, “damai sejahtera bagi kamu” sebanyak dua kali. 2) Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya. 3) Tuhan Yesus menyampaikan maksud kedatangan-Nya. 4) Tuhan Yesus mengurapi mereka dengan Roh Kudus sebagai utusan ke tengah dunia. Hal-hal yang dinyatakan Tuhan Yesus seperti tersebut di atas tentulah memiliki maksud khusus bagi para murid yang berkumpul tersebut. Dimana Tuhan Yesus mau agar para murid yang telah dipilihNya tersebut siap menjalankan tugas panggilan dan pengutuannya sebagai murid, mewartakan kabar baik kepada seluruh makhluk, dan menghadirkan syalom dimanapun berada. Pertanyaan Diskusi 1) “Damai Sejahtera bagi kamu”, mengapa kalimat ini disampaikan Tuhan Yesus hingga 2 kali? 2) Menurut analisa saudara, apa maksud dibalik tindakan Tuhan Yesus yang menunjukkan bekas luka di tangan dan lambungNya? 3) Tuhan Yesus mengutus para murid. Mengapa para murid harus diutus? 4) Apa makna kehadiran Roh Kudus bagi para murid? 5) Jika saudara dipilih dan ditetapkan sebagai utusan pada masa kini, bidang apakah yang akan saudara kerjakan dalam rangka pengutusan ini? Mengapa bidang itu? 6) Jika dikaitkan dengan konteks lingkungan alam sekitar dengan segala kondisinya yang telah terdampak, misal berkurangnya lahan pertanian sawah karena alih fungsi, erosi dan tanah longsor di di berbagai wilayah akibat pembalakan dan pertambangan liar, dan seterusnya, apa tanggapan dan sikap saudara sebagai utusan Tuhan pada situsasi ini? Penutup Pemimpin PA: 1) menemukan benang merah dari seluruh jawaban yang telah diberikan. 2) mengajak seluruh peserta PA untuk menyadari akan panggilan pengutusannya dan belajar untuk siap melakukan tugas pengutusan. 3) menekankan bahwa kehadiran Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus harus disertakan dalam setiap karya pengutusan. 4) Mengakhiri proses PA dengan mengucap syukur atas pimpinan Tuhan dalam doa. Selamat berdiskusi dan selamat ber PA, Tuhan memberkati. jps 61 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH V Minggu, 14 Mei 2017 Warna Liturgi : Putih Bacaan : Yohanes 21: 15 - 19 BELA RASA YANG MEMBEBASKAN Jemaat yang dikasihi Tuhan, Setelah bangkit dari kematian, Tuhan Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada murid-muridNya untuk meneguhkan kembali keyakinan mereka yang pernah tercabik-cabik ketika menyaksikan peristiwa penyaliban dan kematianNya. Walaupun kabar sukacita kebangkitan Kristus semakin tersebar diantara para pengikutNya, namun ketakutan masih membayang-bayangi mereka apalagi menghadapi reaksi para pemimpin agama yang menuduh mereka telah mencuri jenazah Yesus. Injil Yohanes secara khusus mencatat beberapa bagian dari kisah penampakan, yang tidak diceritakan dalam ketiga kitab Injil lainnya, yaitu penampakan kepada Tomas dan sarapan bersama di pantai danau Tiberias. Sarapan di pantai danau Tiberias dicatat sebagai ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada semua murid-muridNya. Rupanya dalam perjumpaan itu,Tuhan Yesus mengkhususkan waktu untuk bercakap-cakap dengan Simon. Tuhan Yesus sangat peka dengan apa yang dirasakan oleh Simon dalam setiap penampakan. Ketika para murid lainnnya menatap dengan takjub dan lega, Simon memberikan tatapan berbeda. Tuhan Yesus dapat merasakan ada rasa bersalah yang terpendam dalam diri Simon. Walaupun reaksinya untuk meninggalkan Yesus ketika ditangkap, disiksa dan disalibkan adalah sama dengan reaksi para murid lainnya, namun mengingat janjinya untuk menyerahkan nyawanya bagi Yesus, menjadikan keputusan tersebut sebagai hal yang sangat memalukan. Apalagi tiga kali penyangkalannya semakin mempertegas kualitas dirinya. Simon Petrus terpuruk dalam rasa bersalah dan tidak percaya diri. Karena itulah diakhir peristiwa penampakanNya, Tuhan Yesus dan Simon berjalan beriringan menyusuri tepi pantai, dengan diikuti oleh Yohanes yang berjalan agak jauh di belakang mereka (ayat 20). Dalam suasana santai dan akrab tersebut, Tuhan Yesus pun membuka percakapan dengan pertanyaan: “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?”. Dalam bahasa Yunani, ada empat kata yang kesemuanya diterjemahkan sebagai ‘kasih’ yaitu: filea, storge, eros dan agape.. Filea adalah kasih karena hubungan pertemanan atau persahabatan; Storge adalah kasih karena hubungan darah (kekeluargaan); Eros adalah kasih karena nafsu/hasrat diri; Agape adalah kasih tanpa syarat (bukan mengasihi karena, melainkan mengasihi walaupun...) Inilah yang sering menjadi pertanyaan ketika membaca kisah ini dalam versi bahasa Indonesia. Mengapa Tuhan Yesus selalu mengulang pertanyaan yang sama dan Yohanes pun memberi jawaban yang sama sampai tiga kali?. Kita dapat lebih memahaminya ketika membacanya dalam versi bahasa Yunani karena dalam percakapan tersebut Tuhan Yesus dan Simon Petrus menggunakan dua kata berbeda yang sama-sama diterjemahkan sebagai ‘kasih’, yaitu agape dan filea. Dengan demikian ketiga pertanyaan Yesus jelas berbeda dalam isi maupun tingkatan. Dalam pertanyaan pertama dan kedua, Tuhan Yesus menggunakan kata agape, sehingga pertanyaannya menjadi : “Simon anak Yohanes, apakah engkau agape aku lebih dari pada mereka ini?”. Penekanan utama dalam pertanyaan ini adalah ‘lebih dari pada mereka ini?’. Sebelumnya Simon sangat percaya diri bahkan cenderung pada sebuah kesombongan. Hal ini tampak dalam tanggapan-tanggapan spontan yang sering dilontarkannya sementara para murid yang lain masih terdiam. Namun menjawab pertanyaan tersebut, dengan kesadaran diri Simon menjawab: “Iya Tuhan, Engkau tahu bahwa aku filea Engkau”. Simon tidak lagi membandingkan diri dengan murid lainnya, dan dalam kerendahan hati ia 62 mengakui bahwa kulitas kasihnya masih sebatas filea yaitu kasih karena ikatan persahabatan dengan Yesus. Dalam pertanyaan kedua, Tuhan Yesus menegaskan pada kualitas kasih (agape) dan kembali dijawab dengan kesadaran yang sama bahwa kasih Simon kepada Yesus masih sebatas filea. Barulah pada pertanyaan ketiga, Tuhan Yesus menggunakan kata filea dalam pertanyaanNya: “Simon anak Yohanes, apakah engkau filea Aku?”. Dititik inilah, Simon semakin menyadari betapa Tuhan Yesus mengenal dan maha mengetahui segala yang ada dalam hatinya, sehingga dengan kesadaran mendalam ia kembali menegaskan kualitas kasihnya yang masih sebatas filea. Yang sama dari ketiga pertanyaan Yesus yaitu sapaan “Simon anak Yohanes”. Sapaan yang tidak wajar digunakan dalam konteks percakapan umum. Dalam sapaan ini ‘gelar’ atau julukan Petrus (batu karang yang teguh) yang pernah disematkan kepada Simon, dan selanjutnya menjadi julukan atau penggilan akrab diantara mereka , sengaja diabaikan oleh Yesus. Yesus ingin menyapa langsung kepada pribadi seorang Simon dan tentu saja mengharapkan jawaban yang jujur apa adanya. Melalui ketiga pertanyaan tersebut, Tuhan Yesus ingin membantu Simon melepaskan ‘topeng-topeng’ peran yang membebaninya, sehingga dalam kesadaran dan kejujuran mengakui serta menerima kekuatan dan kelemahan diri. Dalam kesadaran ini, terbersit tanya dihati Simon “masih layakkah saya menjadi murid Yesus?”. Karena itulah, tiga kali Tuhan Yesus menegaskan kalimat perutusan “Gembalakanlah/peliharalah domba-dombaKu!” Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tuhan Yesus tidak memaksa Simon untuk mengasihiNya secara sempurna (agape), bahkan Ia tetap mempercayakan Simon untuk menjadi rasulNya. Percakapan pastoral ditepi pantai danau Tiberias telah memulihkan seorang Simon anak Yohanes. Kesempatan kedua ini tidak disia-siakan Simon Petrus. Bangkit dari keterpurukan, ia pun menjadi pribadi yang semakin meneguhkan dirinya dalam meneruskan karya Kristus. Jemaat yang dikasihi Tuhan, “Kepekaan” Yesus terhadap keterpurukan Simon yang dilanjutkan dengan tindakan bela rasa yang ‘membebaskan’ kembali menjadi sebuah teladan bagi kita sebagai gerejaNya. Bumi sedang terpuruk oleh berbagai polusi, pencemaran, ekploitasi, dan sebagainya. Hewan-hewan sedang terpuruk oleh ancaman kehilangan habitat dan kepunahan. Pohon-pohon sedang terpuruk oleh berbagai penebangan liar dan pembakaran hutan. Sesama manusia sedang terpuruk oleh beratnya beban kehidupan, sakit penyakit, konflik, maupun kedukacitaan. Mari berbelarasa terhadap alam dan sesama ciptaan dalam segala bentuk tindakan yang dapat dilakukan untuk membebaskan mereka dari keterpurukan. Melalui kepekaan dan bela rasa inilah, perjuangan bagi terwujudnya keutuhan ciptaan tidak hanya menjadi semangat sesaat, melainkan akan melahirkan tindakan demi tindakan mengasihi alam dan sesama. Amin (SK) Nast Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Lagu-lagu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. : Mazmur 66: 8-10 : Yohanes 14: 12 : I Korintus 1: 5-6 PKJ. 12 PKJ. 179 KJ 387: 1, 3 PKJ 212 KJ 396: 1-dst KJ. 425: 1-3 63 RENUNGAN Minggu PASKAH V Bahan: I Petrus 2: 2-10 Lingkungan Hidup Juga Harus Diselamatkan Kita tentu sering mendengar berita, baik dari televisi, radio, surat kabar, dari saudara maupun dari tetangga. Berita tentu terkait dengan sebuah peristiwa, apakah peristiwa kecelakaan, bencana alam, politik, sosial dst. Sebuah peristiwa ketika diberitakan tentu ada maksud dan tujuannya, misalnya: pada saat ada tetangga kita yang meninggal dunia lalu diberitakan, maksudnya supaya para tetangga datang mendukung dan menguatkan keluarga yang berduka, ikut melayat. Dalam firman Tuhan pada saat ini, secara khusus pada ayat 9 juga berbicara tentang berita, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sebagai umat pilihan Allah, yaitu bagi mereka yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, mempunyai tugas untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Perbuatan-perbuatan besar yang mana? Perbuatan besar yang Allah perbuat adalah terkait dengan karya penyelamatan Allah akan dunia ini melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus digambarkan sebagai batu yang mahal, sebagai batu penjuru, batu yang mulia. Batu yang mahal ini diletakan oleh Allah di Sion. Tetapi batu yang mahal itu telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, yaitu orang-orang Yahudi secara khusus tokoh agama Yahudi telah membuangNya. Batu yang dibuang itu bisa menjadi batu sentuhan, batu penjuru dan batu sandungan. Bagi orang percaya batu yang diletakkan oleh Allah menjadi batu yang mulia dan berharga. Bagi orang yang tidak taat kepada firman Allah, batu itu menjadi bantu sandungan. Syukur kepada Allah, karena kita telah menjadi orang yang percaya, sehingga Batu itu kita terima sebagai batu yang mulia dan sebagai batu penjuru yang menunjukkan arah. Dialah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang ajaib. Kita bersyukur karena dengan karya penyelamatan Allah kita menjadi umat Allah yang dikasihiNya. Kita sebagai umat Allah yang telah diselamatkan dan mendapat terang Allah, tentu mempunyai tugas dari Tuhan, Yaitu; dengan memberitakan karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah dalam dunia tentu bersifat holistik ( menyeluruh/ utuh) termasuk di dalamnya menyangkut lingkungan hidup hidup. Untuk itu bagi kita yang telah diselamatkan tentu mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan. Hubungan yang benar dengan Tuhan tentu juga berdampak pada lingkungan sekitarnya. Hidup kita akan menjadi gelap bisa terjadi akibat dari rusaknya ekosistem ataupun tercemarnya lingkungan dengan limbah yang menyebabkan banyak penyakit. Oleh karena itu, tugas kita meneruskan karya keselamatan Allah dengan seantiasa menjaga Lingkungan supaya tidak menjadi rusak akibat dari dosa yang dilakukan oleh manusia. Tuhan Yesus memberkati Amin. (JN) Liturgi: ï‚· Nyanyian PKJ 172 ï‚· Doa ï‚· Nyanyian PKJ 15 ï‚· Renungan ï‚· Nyanyian PKJ 55 ï‚· Doa Syafaat dan Penutup 64 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH V Bacaan: Kisah Para Rasul 7:55-60 Buah Kebangkitan Tujuan Umum: 1. Membangung pendidikan untuk kesadaran keadilan ekologis 2. Membangun komitmen untuk aksi mewujudkan keutuhan ciptaan PENGANTAR Buah Kebangkitan adalah tema yang diangkat sebagai inti sari dari perikop di atas sekaligus dikaitkan dengan tema besar perihal Keutuhan Ciptaan Untuk Sumbagsel yang secara khusus fokusnya pada situasi ekologi. Adanya tekad atau komitmen yang muncul pasca penyelamatan dalam diri Tuhan Yesus Kristus merupakan buah yang dihasilkan dari kebangkitan itu sendiri. Kis 7:55-60 mengkisahkan seorang murid Tuhan Yesus yaitu Stefanus yang dengan kerelaan dan keberserahan yang teguh di dalam diri Tuhan Yesus Kristus rela mengalami penderitaan seperti ejekan, olok-olok bahkan penganiayaan yang hingga ia mati. Sungguh, Stefanus adalah sosok murid atau pengikut Kristus yang patut diteladani, dimana demi sebuah keyakinan kepada `Dia yang baik, agung dan mulia, maka kepentingan diri sendiri ditempatkan bukan pada urutan pertama. Catatan tambahan: memberi penjelasan sedikit tentang berkat yang dirasakan oleh Stefanus. Dan siapa Stefanus itu sendiri? Ketika saudara menerima berkat yang luar biasa dalam hidup, apa respon saudara? Apa pula respon saudara terhadap mereka sang sumber berkat tersebut. Menjaga dan memelihara serta mempertanggungjawabkan berkat yang kita terima adalah sikap yang seharusnya dilakukan. Dalam perikop di atas dikisahkan bahwa Stefanus rela mati demi mempertanggungjawabkan iman percayanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekalipun harus mendapatkan penganiayaan yang berat ia tetap setia dan mempertahankan keimanannya seraya memohon kepada Tuhan agar mengampuni setiap mereka yang telah salah dalam menilai, bersikap dan bertindak. Jika dikaitkan dengan kehidupan beriman kita saat ini dan dihubungkan dengan situasi alam sekitar yang semakin hari semakin menunjukkan ketidakseimbangannya, adakah hati kita tersentuh dan tergerak untuk menyelesaikannya? Keyakinan iman kita terhadap Dia sang sumber berkat dalam hidup yaitu Tuhan digugah dan ditantang kembali dalam pengimplementasinya. Pertanyaan Diskusi: 1. Mengamati perjalanan hidup saudara sejak ada di tempat ini hingga kini, apa pendapat saudara terhadap lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya? Manakah yang lebih bisa dirasakan, kenyamanan, kedamaian atau kesusahan, kebingungan dan kekhawatiran? 2. Sikap apa yang kemudian saudara tunjukkan sebagai respon terhadap situasi kondisi alam dan lingkungan sosial yang ada? 3. Mengkaitkan kehidupan nyata saat ini dengan iman kepada Tuhan sang sumber berkat, tanggung jawab iman seperti apa yang harus kita wujudkan? 4. Bentuk-berntuk perwujudan seperti apakah yang sangat mungkin kita susun untuk dilakukan dan bagaimana mengaplikasikannya? 65 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH VI Minggu, 21 MEI 2017 Warna Liturgi: Putih Bacaan : 1Petrus 3 : 13-22 DIPULIHKAN UNTUK MEMILIKI KOMITMEN MEMBERITAKAN KASIH KRISTUS SEKALIPUN HARUS MENDERITA Tujuan: Memperkuat komitmen jemaat untuk hidup yang berpihak kepada keutuhan ciptaan melalui perwartaan kasih Kristus. Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Penderitaan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan dalam hidup manusia. Ada beberapa macam penderitaan yaitu penderitaan yang dibuat sendiri sebagai akibat kesalahan/dosa, penderitaan bukan karena kesalahan tetapi diijinkan oleh Tuhan, dan penderitaan karena melakukan kebenaran. Diantara ketiga penderitaan ini, secara manusiawi penderitaan karena melakukan kebenaran seringkali dirasakan paling menyakitkan karena melakukan sesuatu yang benar tetapi hasilnya penderitaan. Dan situasi seperti ini seringkali juga menakutkan bagi kita. Olleh karena itu bisa menimbulkan sikap apatis terhadap kebenaran itu sendiri karena bisa mengakibatkan penderitaan. Agar kita bisa menangkap makna secara tepat dan ketika mengalami pendertiaan mampu memahami secara benar maka harus memiliki respon yang tepat. Lalu ketika kita mengalami penderitaan semacam ini bagaimana respon kita? Untuk menjawab hal tersebut mari kita dalami thema “DIPULIHKAN UNTUK MEMILIKI KOMITMEN MEMBERITAKAN KASIH KRISTUS SEKALIPUN HARUS MENDERITA”. Untuk menguraikan thema ini perlu didalami Firman Tuhan dari 1 Petrus 3:13-22 dan dibantu dengan nas pembimbing, berita anugerah dan petunjuk hidup baru dari bacaan leksionari minggu ini. Saudara-saudara kekasih Tuhan Yesus Kristus, Dalam nas pembimbing Paulus memberitakan Allah sejati, yang diperlawankan dengan pikiran orang bukan Yahudi tentang ilah, dimana Allah menciptakan alam semesta oleh karena itu orang tidak boleh menyangka bahwa Allah berkediaman dalam kuil atau membutuhkan kebaktian yang ditujukan kepadaNya. Bahkan Allah menjadikan manusia dan melimpahinya dengan berbagai anugerah. Karenanya tidak masuk akal Allah disamakan dengan barang mati (arca), oleh karena itu Paulus mengajak orang bertobat dengan ingat akan penghakiman kelak, dan agar meninggalkan dewa-dewa yang mereka sembah, karena dewa-dewa itu barang mati dan tidak punya kekuatan apa-apa dan sebaliknya orang harus menyembah Allah di dalam Kristus yang telah memberikan anugerah bagi mereka yang mengimaniNya. Setiap orang yang sungguh-sungguh mengimaniNya bahkan meninggalkan hidup lama kemudian menjaga komitmen imannya untuk menerima anugerah dan setia mewartakan kasih Kristus maka tidak perlu khawatir dan takut karena Roh Kudus akan menolong dan membimbingnya, hal ini jelas sekali diungkapkan dalam berita anugerah minggu ini. Memang untuk mewujudkan komitmen memberitakan kasih Kristus bukan hal yang mudah bahkan harus menghadapi tantangan yang berat atau bahkan penderitaan. 66 Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Untuk bisa menghadapi tantangan dan menjaga komitmen sebagai murid Tuhan Yesus Kristus yang harus memberitakan kasih Allah kepada dunia maka bacaan kita memberikan prinsip-prinsip yang harus kita lakukan sehingga kita dapat bertahan dan menang atas penderitaan. Ada 2 prinsip yang harus kita punyai untuk bisa memenangkan penderitaan yaitu : 1. Melihat penderitaan sebagai suatu anugerah bukan malapetaka. Bapak Ibu dan Saudara-saudara kekasih Tuhan, Reaksi umum yang paling menonjol ketika kita mengalami penderitaan karena kebenaran adalah perasaan takut. Penderitaan takut ini juga menimbulkan perasaan takut pada orangorang yang menyaksikannya. Hal ini terjadi karena pada umumnya kita memandang penderitaan sebagai suatu malapetaka yang harus dihindari. Sebagai orang yang telah diselamatkan kita perlu mempunyai cara pandang yang baru bahwa semestinya penderitaan adalah sesuatu yang sangat positif, terlebih penderitaan terjadi karena melakukan kebenaran, karena hal ini adalah merupakan anugerah dari Allah. Anugerah yang justru akan membuat kita berbahagia. Demikian kesaksian dari pada pemazmur menyatakannya bahwa penderitaan merupakan kebanggaan. (Mazmur 90:10). Demikian juga pandangan dari Matius dalam sabda bahagia yang diungkapkannya dalam Matius 5:10. Dimana Matius menjelaskan bahwa ketika kita berani menjaga kebenaran dan komit untuk mempertahankan demi Allah maka segala kesulitan, penderitaan yang kita alami menumbuhkan kebahagiaan. Petruspun dalam suratnya (1 Petrus 3:14) juga menyaksikan dan menyatakan bahwa melalui interaksi dengan Tuhan selama mengalami penderitaan membuat kita mempunyai pengalaman-pengalaman rohani yang memperluat iman kita semakin bertumbuh sehingga kita diajarkan bahwa kesulitan dan kesakitan fisik tidaklah menggoyahkan apa yang ada dalam hati kita. Hal ini juga diungkapkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus (lihat 2 Korintus 4:16). Pengalaman-pengalaman tersebut menolong kita memahami dan membuat kita mampu melihat penderitaan sebagai suatu anugerah yang patut disyukuri. Ucapan syukur muncul karena adanya perubahan dari perasaan takut pada penderitaan menjadi takut pada Tuhan (ayat 15). Betapa bersyukurnya jika kita mempunyai hati yang takut akan Tuhan. Adanya pengalaman-pengalaman rohani tersebut juga membuat kita mampu memberi kesaksian yang hidup atau pertanggungjawaban kepada orang lain. Kita tidak menyaksikan pengetahuan tentang iman kita tetapi menyaksikan iman kita yang hidup. Selain itu, adanya interaksi dengan Allah membuat kita mempunyai hati nurani yang terus dibersihkan sehingga dalam memberi kesaksian atau pertanggungjawaban, kita lakukan tidak dengan kemarahan atau keinginan untuk balas dendam tetapi dengan penuh hormat. Ini merupakan kesalehan yang dapat membuat mereka heran sehingga dengan demikian mereka yang membuat kita menderita atau memfitnah kita menjadi malu. 2. Penderitaan memberikan pengharapan yang pasti Ketika kita menderita karena melakukan kebenaran sesungguhnya kita ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus. Hal ini memberikan pengharapan yang pasti. Kepastian ini diberikan oleh Tuhan Yesus yang terlebih dahulu mengalami penderitaan yang sama. Ia yang tidak berdosa tetapi mengalami penderitaan, supaya membawa kita pada Allah. Ia menderita dalam keadaan sebagai manusia atau menderita secara kedagingan tetapi ia menang dengan kebangkitanNya dalam Roh, sehingga kita juga mengalami kuasa kebangkitanNya. Dan kelak kita beroleh pujianpujian, hormat dan kemuliaan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri (I Petrus 1:6, II Korintus 4:17). Inilah pengharapan pasti. 67 Saudara-saudara kekasih Tuhan Yesus Kristus. Selain itu, Kristus juga mewartakan kemenanganNya atas maut (ayat 19-20) yang membuat kitapun dimampukan untuk mewartakan pengharapan-pengharapan pasti kita. Apabila ada di antara kita yang saat ini tengah mengalami penderitaan apapun, janganlah kita menjadi takut karena penderitaan yang tersulitpun ternyata tidak harus ditakuti, karena sesungguhnya itu semua anugerah yang memberikan pengharapan pasti yaitu kebahagiaan kekal. Oleh karena itu sudah semestinya orang bersyukur atas anugerah Tuhan tersebut, dan ketika kita mau dan melaksanakan pemberitaan tentang kasih Kristus melalui segala bentuk kehidupan kita maka itu berarti membagikan berkat pemberitaan anugerah Tuhan kepada setiap orang yang terkait. Hal ini bukan hanya sebaiknya dilakukan oleh orang beriman tetapi merupakan tugas dan tanggungjawab sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Paskah yang ke enam ini hendaknya menjadi penyemangat kita untuk perperan aktif mewujudkan tugas panggilan kita untuk mewartakan kemenangan kasih Kristus. Ketika wujud syukur tersebut boleh dilaksanakan, maka pengharapan pasti semakin nyata. Tuhan memberkati.Amin.-(RHN).Rancangan bacaan Alkitab untuk Liturgi Nas Pembimbing Kisah 17 : 22-31 Berita Anugerah Yohanes 14 : 15-21 Petunjuk Hidup Baru Mazmur 66 : 8-20 Persembahan Roma 12 : 1,2 Rancangan Pujian untuk Liturgi 1. KJ 206: 1,2,3 2. PKJ 87 : 1,2 3. KJ 207:1,2,3 4. KJ 217 :1,2 5. PKJ 91:1,2 6. PKJ 154:1,2 68 RENUNGAN Minggu PASKAH VI Bacaan: Mazmur 16: 1-20 Beribadah Kepada Tuhan Mazmur ini terbagi dalam 4 stanza yang dipisahkan oleh sela, penting diperhatikan bahwa sela dalam Mazmur diartikan sebagai petunjuk musik dalam Mazmur, bisa memiliki arti pause/istirahat sejenak. Dalam pembacaan Alkitab Bahasa Inggris atau bahasa aslipun kata sela dibaca dengan selah. (bukan tidak dibaca). Jadi sebenarnya pengertian sela bukan hanya tanda musik saja, tetapi suatu tanda untuk berhenti sejenak dan memperhatikan apa yang sudah dibaca untuk kemudian dilanjutkan. Mazmur 66 ini adalah mazmur pengucapan syukur seperti mazmur 65 sebelumnya. Dalam mazmur ini, umat Tuhan menceritakan tentang pembebasannya dan mengundang orang lain untuk bersama-sama menyembah Allah. Mazmur ini menunjukkan suatu perjalanan kesaksian yang berpindah dari kesaksian bersama dan memuncak pada kesaksian pribadi di akhir mazmur ini. Peringatan untuk menyembah Tuhan dimulai dengan bangsa-bangsa (1-7), kemudian Israel (8-12) lalu berakhir dengan "aku" sebagai pribadi. Pemazmur, berbicara atas bangsanya, memanggil bangsa lain untuk bersama-sama menyembah Tuhan dengan bersorak, bermazmur dan berucap (katakanlah ...). Perbuatan Tuhan yang besar atas alam dan sejarah, menunjukkan kekuasaanNya yang mutlak atas ciptaanNya. Laut merah terbelah dan sungai Yordan mengering adalah salah satu tanda bagi bangsabangsa, supaya mereka berhenti memberontak terhadapNya. Kemudian pemazmur kembali memanggil bangsa-bangsa untuk memuji Tuhan atas apa yang Tuhan lakukan bagi Israel. Tuhan juga mendisiplinkan Israel, untuk membentuknya menjadi baik. Tuhan tidak meninggalkan umatNya tetapi membawa mereka kepada berkat yang lebih melimpah. Pemazmur sekarang berbicara kepada Tuhan secara pribadi. Ia memberikan dirinya sebagai contoh. Ia akan memberi persembahan syukur terbaik bagi Tuhan. Pemazmur juga memberikan kesaksian pribadi kepada pendengar, bahwa Tuhan telah menjawab doa dan seruannya, karena tidak ada niat jahat dihatinya. Ketika umat Tuhan beribadah kepada Tuhan, mereka harus beribadah dengan hati yang bersih. Jika beribadah dengan cara seperti itu maka ibadah mereka akan didengar dan dijawab oleh Tuhan dengan berkat. Dan hal inilah yang akan menyebabkan bangsa-bangsa atau orang lain menyaksikan itu dan akhirnya bisa ikut menyembah Tuhan. Beribadah pada Tuhan bukan hanya berbentuk ritual tetapi juga bentuk-bentuk dan dengan cara-cara yang lainnya. Kesaksian atas perbuatan Tuhan yang besar. Melalui Mazmur ini kita akan dapat melihat bahwa dalam cara menuturkannya dapat dibagi menjadi dua kesaksian : 1. Menuturkan kesaksian tentang Tuhan, yaitu tentang perbuatan-Nya yang besar dan dahsyat. 2. Menuturkan kesaksian tentang manusia, dan perbuatan Tuhan yang besar atas kehidupan manusia. Menuturkan kesaksian tentang Tuhan. Perbuatan Allah yang mengatur alam bagi umat Israel untuk menyeberang, adalah suatu tindakan penyelamatan yang memperlihatkan kuasa Allah atas segala yang ada di atas bumi. Janji Tuhan atas Israel untuk membawa mereka ke tanah perjanjian - baik di awal mereka keluar dari Mesir dengan 69 menyeberangi Laut Merah, sampai mereka masuk ke Kanaan dengan menyeberangi sungai Yordan, ditepati dengan cara Tuhan. Tuhan penebus, Tuhan penyelamat dan Tuhan yang menepati janji-Nya. Jemaat kekasih Tuhan Yesus, Dalam Keluaran 14:21,22 disebutkan bahwa “Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.” Sedangkan di dalam Yosua 4:20-24 disebutkan bahwa “Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?, maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! Sebab Tuhan, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan Tuhan, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan Tuhan dan supaya mereka selalu takut kepada Tuhan, Allahmu”. Kesaksian inilah yang diberikan pemazmur supaya dunia tahu, apa dan bagaimana sebenarnya kebesaran Tuhan itu. Menuturkan kesaksian tentang manusia. Pemazmur menyaksikan bagaimana Tuhan dengan setia mengantar mereka sebagai bangsa dan kehidupan mereka. Jatuh bangun kehidupan mereka dalam dosa dan pertobatan, tetapi Kasih setia Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Dalam ayat 8-12 bercerita tentang bagaimana kelanjutan Israel setelah Yerikho, dimana mereka tidak mengindahkan perintah Tuhan dan dihukum dengan kekalahan, lalu bertobat dan akhirnya menerima berkat kembali. Sedangkan dalam ayat 13-15 bercerita tentang pengucapan syukur atas berkat Tuhan. Kemudian pada ayat 16-20 adalah ajakan untuk berdoa dan beribadah kepadaNya, dengan mengingatkan bahwa doa dan ibadah harus dilaksanakan dengan hati yang bersih. Kisah Israel ini, harus diakui bahwa ini mencerminkan bagian kisah hidup kita sekarang ini. Apa yang kita pelajari di atas adalah menyangkut ibadah. Ibadah kepada Tuhan yang melibatkan pujian dan kesaksian atas apa yang Tuhan perbuat dalam kehidupan kita. Pengertian ibadah sendiri dalam bahasa Indonesia adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukan hanya ritual tetapi aktual, itulah inti ibadah itu sendiri. Pujian dan kesaksian kita tentang perbuatan Tuhan yang besar adalah ketika kita melakukan kesaksian tentang Yesus Kristus, Anak Allah yang menebus dosa kita semua, yang sekarang menjadi dasar iman kita. Bagaimana mewujudkan kesaksian itu dalam kehidupan kita, mewujudkan kesaksian kehadiran Yesus Kristus yang kita pelajari dalam Alkitab, dan mewujudkan kesaksian apa yang telah Kristus perbuat dalam kehidupan kita sekarang dengan Roh Kudus yang menyertai kita. Sekali lagi ibadah, adalah untuk memuliakan Tuhan, bukan saja dengan penyembahan dan pujian, tetapi dengan kesaksian hidup kita dengan memberlakukan apa yang Tuhan perintahkan dan menjaga kemurnian hati dan kekudusan hidup. Ingatlah akan perkataan Yesus dalam Yohanes 4:23-24 “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Dan hal ini wajib kita dijadikan acuan untuk melakukan peribadatan yang baik dan benar di mata Tuhan. Amin.(RHN) 70 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH VI Bacaan: Mazmur 66: 1-20 Pujian Bagi Tuhan PENGANTAR. Mazmur 66 adalah gubahan, di mana pujian Jemaat dilanjut-kan dengan ucapan syukur seorang anggota Jemaat itu. Kemungkinan besar karena pada masa setelah Bait Suci didirikan sesudah pembuangan, anggota Jemaat diberikan kesempatan untuk membayar nazar di dalam kebaktian umum. Karena per-tolongan yang dialami setiap orang dalam hidup pribadi, berakar dan memuncak pada perbuatan dahsyat yang Tuhan lakukan semuanya untuk umat-Nya, maka doa ini tersimpan dalam kitab Mazmur. Dalam Mazmur ini, umat Tuhan menceritakan tentang pem-bebasannya dan mengundang orang lain untuk melihatnya dan kemudian menyembah Allah. Mazmur ini menunjukkan suatu perjalanan kesaksian yang berawal dari kesaksian bersama dan memuncak pada kesaksian pribadi. Peringatan untuk menyem-bah Tuhan ini dimulai dengan bangsa-bangsa, kemudian Israel dan berakhir dengan “aku” sebagai pribadi. Penyelamatan bangsa Israel bukan hanya ditujukan pada dirinya, melainkan juga menjadi tanda yang mengundang bangsa-bangsa lain untuk mengenali Tuhan dan memuji Dia. Alasannya adalah karena Tuhan telah membuktikan kuasa-Nya dengan karya-Nya atas bangsa Israel. Sekalipun umat Allah terbuang ke Babel dan kemudian tersebar di seluruh bumi - hidupnya dipertahankan oleh Tuhan. Kakinya tidak goyah, mereka tidak jatuh dan tidak kehilangan identitasnya sebagai umat pilihan Allah. Bagian ini dapat diartikan sebagai perlindungan setiap hari oleh Allah yang menjamin keselamatan bahkan di tengah-tengah bencana, ancaman bahaya dan maut. Tuhanlah yang menjamin setiap pribadi yang dikasihi-Nya tidak akan jatuh dalam kebinasaan kekal. Walaupun Allah menguji dalam "dapur ke-sengsaraan" seperti perak yang dileburkan agar dipisahkan dari segala logam campuran; dan walaupun ia tertangkap dalam jaring untuk dibawa ke Babel, atau dikenakan beban pada pinggangnya (kesusahan); walaupun ia harus menundukkan kepalanya di bawah penjajah asing (Catatan :dalam ukiran kuno tentang situasi kalah diperlihatkan dengan tahanan perang yang berbaring dan panglima pemenang yang sedang berjalan melintasi bahu atau kepala mereka); walaupun mereka mengalami segala macam penderitaan yang dikiaskan dengan api dan air, akhirnya Allah sendiri mengeluarkan umat-Nya itu sehingga mereka bebas. Allah menguji untuk memurnikan dan akhirnya Tuhan sendirilah yang melepaskan. lnilah kelepasan istimewa (keselamatan) dari kesusahan besar (kebinasaan kekal) yang dibuat Tuhan. Dengan demikian hendak ditekankan bahwa apapun yang sudah diderita dan masih akan ditanggung, akhirnya Tuhan selalu membebaskan setiap umat yang dikasihi-Nya. Bukankah itu yang dilakukan Tuhan dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus bagi kita? Pembebasan yang dilakukan Tuhan itu merupakan tanda yang mengajak sekalian orang memandang pada Tuhan. Pembebasan Tuhan inilah dasar kita beribadah. Perbuatan Tuhan Yesus yang besar ini patut dan harus kita terjemahkan dalam pujian dan kesaksian baik secara ritual di rumah Tuhan maupun dalam Tuhan. 71 Di berbagai daerah di Indonesia masih banyak kita temukan kebiasaan untuk menaruh sesajen di kuburan atau di kamar menjadi persembahan bagi nenek moyang yang sudah meninggal, atau pergi ke tempat-tempat yang terlihat angker dan ke dukun untuk meminta pertolongan dan nasihat. Menyanjung dan menyembah roh orang meninggal dan takut serta tunduk pada dukun ini sebenarnya adalah perbuatan dunia yang sia-sia. Bangsa Israel pernah melakukan semua itu dan karenanya Tuhan memutuskan untuk membawa mereka ke pembuangan. Pada saat itu tidak ada satupun dan' roh ilah-ilah yang mereka sembah sanggup melepaskan mereka dari hukuman Tuhan. Oleh karena itu mereka bersyukur bahwa Tuhan telah membawa mereka ke dapur pengujian, telah membiarkan mereka mengalami kekalahan, kesengsaraan dan kehinaan, supaya mereka menjadi murni kembali. Tuhan membersihkan mereka dengan semua penderitaan yang mereka alami sebagai bangsa yang dibuang untuk membebaskan mereka pada akhimya dan mengembalikan mereka pada keadaan sebagai umat Allah yang benar. Oleh karena itu Pemazmur kemudian mengarang pujipujian ini menjadi ajakan dan tuntunan bagi bangsa Israel untuk mengagungkan Tuhan. Tidak hanya kepada bangsa Israel, pemazmur juga mengajak seluruh bangsa untuk melihat kemutlakan kekuatan dan kekuasaan Tuhan lalu memuji-Nya bersama dengan bangsa Israel. Ajakan pemazmur juga ditujukan kepada kita. Kita telah dimurnikan oleh Yesus dari semua perbuatan kesia-siaan dunia. Pemurnian dan pembebasan Tuhan inilah dasar kita beribadah. Perbuatan Tuhan Yesus yang besar ini patut dan harus dengan setia kita terjemahkan dalam pujian dan kesaksian baik secara ritual di rumah Tuhan maupun dalam kehidupan sehari-hari supaya seluruh bangsa pada akhirnya mengenal dan memuji Tuhan. HAL-HAL UNTUK DIPERCAKAPKAN 1. Jemaat mensharingkan pengalaman kehidupannya tentangperumulan hidup? 2. Bagaimana jemaat memandang pergumulan yang dirasakan? 3. Bagikan pengalaman bapak ibu setelah melampaui pergumulan hidup selama ini? 4. Mengapa kita disuruh untuk memuji Tuhan? Apa maknanya memuji Tuhan itu bagi kita dan bagi dunia? 5. Bagaimanakah memuji Tuhan yang benar? 6. Gambarkanlah memuji Tuhan yang benar itu di dalam ritual ibadah! 7. Gambarkanlah memuji Tuhan yang benar itu di dalam kehidupan sehari-hari! 72 BAHAN KHOTBAH HARI KENAIKAN Kamis , 25 Mei 2017 Warna Liturgi : PUTIH Bacaan : Lukas 24:44-53 PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN DOSA BAGI SEGALA BANGSA Tujuan: Jemaat memiliki tekad dan semangat untuk memberitakan kabar baik yaitu pertobatan dan pengampunan dosa bagi segala bangsa Syalom saudara.... Memasuki puncak kehadiran Tuhan Yesus di bumi ini sebelum Ia terangkat ke sorga, sedikit banyak masing-masing kita dapat merasakan makna kehadiran-Nya, baik saat dimulai pada masa Rabu abu, pada saat masa-masa Pra Paskah, kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu sunyi maupun masa-masa Paskah. Berbagai macam perasaan seperti sedih, terharu, malu, takut, kecewa, marah, bersuka mungkin dialami oleh masing-masing kita. Penghayatan akan penderitaan, pengorbanan Tuhan Yesus hingga mati di kayu salib telah menggugah dan menyentuh banyak orang hingga kemudian bertekad untuk kembali ke jalan yang benar dan melakukan kehendakNya. Pemahaman dan penghayatan akan kuasa Tuhan Yesus lewat kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga telah menyemangati dan memotivasi banyak orang untuk hidup lebih berani dan lebih bermakna lagi, berani menyatakan benar jika benar dan menyatakan salah pada sesuatu yang salah agar hidup semakin hari semakin lebih bermakna. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, Sebelum terangkat ke Sorga, Tuhan Yesus berkesempatan menjumpai para murid dan menegaskan kepada mereka tentang suatu perkataan yang pernah disampaikan kepada murid di saat Yesus masih bersama-sama dengan mereka. Ia mengingatkan kembali bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Perkataan yang pernah diucapkan ini dimaksudkan untuk memberi penegasan kepada para murid bahwa Firman Tuhan itu Ya dan Amin. Apa yang dikatakan, dijanjikan, difirmankanNya pastilah diwujudkan-Nya. Ini juga dapat dimaknai sebagai penegasan kepada para murid dan banyak orang bahwa, “Aku lah, Tuhan yang tetap pada firman dan perkataan baik dulu maupun sekarang dan yang akan datang.” Pada ayat 47, Tuhan Yesus kemudian menambahkan perkataan bahwa berita pertobatan dan pengampunan dosa harus sampai kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Saudara....., dalam kehadiran-Nya di bumi, Tuhan Yesus melakukan banyak hal selama masa pelayanan-Nya. Ia menghibur, Ia memotivasi dan menyemangati, Ia menyembuhkan, menghidupkan, Ia juga mengampuni, menebus dan menyelamatkan. Apa yang telah dinyatakan Tuhan Yesus selama bersama-sama dengan para murid dan banyak orang, ini jugalah yang hendak ditegaskan bahwa Yesus, Tuhan adalah penebus dosa, oleh karenanya ajakan dan perintah untuk memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa harus sampai kepada segala bangsa, hal ini dimaksudkan agar apa yang menjadi Misi Allah, yaitu keselamatan bagi segala makhluk dapat dirasakan. Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat bagi umat manusia di dunia tanpa membedakan suku bangsa. Dalam hal ini, para murid adalah saksi atas misi keselamatan yang dibawa oleh Tuhan Yesus (ay.48). Kesediaan mendengarkan, mengamini, dan melakukan perintah Tuhan adalah inti dari maksud kehadiran Tuhan Yesus di bumi ini. Untuk itu para murid memiliki tugas untuk melanjutkan misi Allah yaitu keselamatan bagi segala bangsa dan 73 kesejahteraan bagi segala makhluk. Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga menunjukkan bahwa tugasNya untuk mengingatkan, menyadarkan dengan berbagai teladan yang diberikanNya yang selanjutnya akan diteruskan oleh para saksiNya yaitu para muridNya. Saudara yang dikasihi Tuhan, Sebagaimana telah disampaikan akan maksud kedatangan Tuhan ke dunia ini, yaitu keselamatan bagi segala bangsa, untuk itu sebagai murid dan perpanjangan tangan Allah diharapkan setiap kita siap dan bersedia melanjutkannya. Mengajak umat manusia untuk kembali ke jalan benar dan meninggalkan cara hidup yang lama merupakan tugas para murid. Keyakinan para murid dapat didasarkan pada kemahakuasaan Allah di dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang dibangkitkan dari kematian. Tiada yang mustahil di dalam Tuhan di bumi ini. Untuk itu tindakan-tindakan yang bersifat sesuka hati, sewenangwenang baik terhadap sesamanya maupun terhadap alam ciptaan Tuhan harus ditingggalkan dan dijauhi. Sebaliknya, hidup berserah secara penuh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan sikap hati yang merendah adalah wajib dan harus. Di samping itu, Tuhan Yang Maha Kuasa juga adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun, dan PengampunanNya kepada dunia sangat bisa dirasakan oleh setiap mereka yang mau mengakui kesalahan dan dosanya serta kembali ke jalanNya. Banyak hal yang bisa dilakukan dan diwujudkan sebagai konsekuensi dari pertobatan umat manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah, al: 1. 2. 3. Di tengah-tengah kehidupan bersama dengan sesama umat manusia; bersikap arif, bijaksana, toleran, dengan mengedepankan semangat harga menghargai, hormat menghormati satu sama lain tanpa pilih bulu. Di tengah-tengah lingkungan alam sekitar; menjaga lingkungan tetap asri, segar, dengan memerhatikan keseimbangan ekosistem serta melestarikannya. Memberdayakan dan mengelola alam dengan tepat, benar sambil memerhatikan dampak dan manfaat yang ditimbulkannya. Belajar dengan baik dan benar guna menambah pengetahuan dan peningkatan kemampuan untuk tujuan kebaikan, kesejahteraan, dan kedamaian seluruh makhluk di masa-masa yang akan datang. Untuk itu saudara, sebagai umat yang telah lebih dahulu mendapatkan pengampunan dosa dari Tuhan Allah, marilah kitapun dengan tekad dan komitmen yang sungguh-sungguh dan mantap kita melanjutkan misi Tuhan Yesus ini, yaitu keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian bagi segala bangsa dan segala makhluk. Tuhan memberkati kita. Amin (JPS) Rancangan bacaan Alkitab untuk Liturgi Nas Pembimbing : Kisah 1 : 1-3 Berita Anugerah : Efesus 1:15-17 Persembahan : Mazmur 47:7-10 Rancangan Pujian untuk Liturgi 1. KJ 222b:1-4 2. KJ 226: 1,2,3 3. KJ 218 : 1-5 4. KJ 221:1,2 5. KJ 217 :1,2 6. KJ 220:1, 3, 6 74 BAHAN KHOTBAH MINGGU PASKAH VII Minggu, 28 Mei 2017 Warna Liturgi: Merah Bacaan : Yohanes 17 : 1 – 11 MERAH BUMI Tujuan : Memperkuat Komitmen Umat untuk memiliki gaya hidup yang berpihak pada keutuhan ciptaan. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus Bersamaan berjalannya kegiatan Sinode GKSBS yaitu Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta bersama umat manusia di dunia pada tanggal 22 April ini kita memperingati hari Bumi, Mengapa harus ada hari Bumi ? Kata orang, memperingati hari bumi bertujuan untuk mengajak setiap orang yang hidup di bumi melihat keberadaan bumi yang dipijak, bumi yang dipakai untuk menghidupi dan bumi yang didiami saat ini sudah tidak utuh lagi. Umat manusia bukan pemilik bumi ini, tetapi ia hanya dititipi untuk mengelolanya (bdk. Kejadian 2:15 ), tidak kemudian menguasai dan merusaknya. Melalui peringatan ini kita semua diingatkan untuk menjaga dan melestarikan serta berdoa untuk keselamatan bumi kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Berbicara tentang doa bagian Alkitab yang kita baca saat ini adalah bagian yang sering kita kenal sebagai “Doa Juru Syafaat Agung” atau doa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Jika kita membaca secara keseluruhan Yohanes 17 ini, Tuhan Yesus berdoa untuk murid-muridnya sebagai milikNya dan kita dapat menemukan kalimat-kalimat terakhir yang Yesus katakan kepada murid-muridNya. Setelah itu Yesus ditangkap, mati, bangkit dan naik ke Sorga, tanpa ada kesempatan untuk memberikan pesan lagi kepada murid-murid. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam Yohanes 17 ini adalah doa sebagai pesan terakhir yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sebelum mati, untuk itu karena ini adalah pesan terakhir harus mendapat perhatian. Dalam doa ini Yesus menjelaskan bahwa Ia dan Bapa disorga adalah satu, Ia mengatakan: “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada”. Di sini jelas bahwa Yesus ingin menyatakan Allah Bapa dan Anak adalah kesatuan yang sempurna. Satu dalam kehendak, satu dalam rencana, satu dalam kasih dan komitmen untuk menyelamatkan manusia. Tuhan Yesus perlu mengungkapkan kesatuanNya dengan Allah Bapa di Sorga dalam rangka menyampaikan jaminan kepada setiap orang yang percaya kepada diriNya akan menerima janji Tuhan Yesus. Ia berjanji: “..... Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu...” (Kis 1 : 8); “.....Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat. 28:20); “.........Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu”.(Yoh 14:2). Tuhan Yesus memberikan janji kepada umatNya, tentu janji ini adalah janji Allah Bapa juga. 75 Tuhan Yesus tidak hanya mengaskan bahwa Ia dan Bapa di Sorga adalah satu, tetapi Ia menghendaki agar kita juga menjadi satu dengan Allah Bapa di Sorga. Dengan doaNya dinyatakan, “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu”, di sini jelas bahwa Yesus sangat menghendaki keselamatan dan suka cita juga dialami manusia. Sehingga dalam diri manusia juga ada kasih dan ada komitmen Allah. Apa yang dikenhendaki Allah juga menjadi kehendak manusia, dan tidak boleh dibalik menjadi : apa yang manusia kehendaki menjadi kehendah Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sejak mula Allah Bapa menciptkan manusia dengan memberikan sifat-sfatnya kepada manusia, manusia diciptakan segambar dengan Allah, dengan demikian apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa hendaknya dapat dilakukan dalam perjalanan hidupnya untuk menjadi gaya atau model. Pertanyaannya apa kehendak Allah Bapa yang harus kita lakukan saat ini ? PGI sebagai induk Sinode GKSBS dalam membangun kehidupan bersama gereja-gereja (oikumene) menerjemahkan kehendak Allah Bapa yang harus dilakukan kita sebagai umat saat ini adalah memerangi kemiskinan, memerangi ketidakadilan dan membangun keutuhan ciptaan. Dalam hal Keutuhan Ciptaan kita perlu memaknainya lebih dalam. Keutuhan ciptaan adalah suatu keadaan pada saat manusia tidak berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi ia sadar bahwa ia tidak bisa hidup sendiri bahkan bergantung dengan yang lain, termasuk bergantung kepada bumi yang didiami. Jangan sampai kita menerima “marah bumi”, terjadinya bencana akhir-akhir ini jika kita perhatikan sebenarnya adalah dampak munculnya keserakahan dan ketamakan manusia sendiri. Visi Sinode GKSBS adalah menjadi gereja yang berdiakonia; diakonia artinya melayani. Pemahaman kita tentang pelayanan selama ini adalah tindakan dalam doa dan perbuatan untuk membantu dan menolong sesama. Ini tidak keliru, namun baiklah kita perlu memahami lebih dalam bahwa pelayanan kita perlu kita tujukan kepada seluruh semesta, termasuk menjaga dan memelihara kelestarian alam. Untuk itu mari kita berdoa dan bertindak untuk alam kita agar terjaga dan lestari sehingga tidak marahlah bumi kita, Amin. (PW) Nats Pembimbing : Kejadian 1 : 27-28 Berita Anugerah : Mazmur 3 :3-4 Persembahan : Roma 12 : 1 Pujian : 1. KJ 15 :1,2 2. PKJ 27 : 1,2 3. PKJ 88: 1-2 4. PKJ 91: 1,2 5. PKJ 148: 16. PKJ 185: 1 76 PEMAHAMAN ALKITAB Minggu PASKAH VII Bahan : Matius 68:1-10 Diselamatkan untuk Menyelamatkan Sebuah Film yang menceritakan perang dunia I berjudul “Saving Private Ryan” (Misi Penyelamatan Ryan) pernah ditayangkan di televesi. Film ini mengisahkan tentang sepasukan tentara Amerika, yang dipimpin oleh aktor Tom Hank, menerima tugas berbahaya yaitu untuk menemukan prajurit bernama Ryan, yang ketiga saudaranya laki-laki juga sebagai tentara sudah terbunuh dalam perang. Pasukan penolong ini mengomel tentang tugas yang mereka terima, karena sekedar hanya menyelamatkan satu orang dan bahkan mereka menghina jendral yang memberikan perintah. Dalam menjalankan tugas mereka terlibat pertempuran-pertempuran kecil dengan Nazi di daerah musuh, beberapa dari mereka tewas dalam melaksanakan misi ksatria tersebut. Pada akhir film tersebut sang kapten (Tom Hanks) yang tergeletak luka parah. Ia memandang ke sekeliling ada kehancuran akibat pertempuran yang dilakukan demi menyelamatkan prajurit Ryan, lalu mengucapkan kata-kata ini, sebagai kalimat terakhir dalam film tersebut : “Earn ..., jangan pernah sia-siakan ini, lakukan sesuatu agar semua pengorbanan ini pantas dilakukan !!”; “Lakukan sesuatu ! kamu sudah diselamatkan oleh keberanian, pengorbanan dan akhirnya oleh nyawa orang-orang ini agar engkau bisa hidup. Mereka tidak menawarkan apa-apa lagi. Tetapi engkau bisa!! Engkau bisa hidup sedemikian sehingga pengorbanan mereka tidak sia-sia !! jangan bertindak karena merasa bersalah, tetapi karena rasa syukur, sebagai penghormatan atas apa yang sudah mereka lakukan. Mirip dengan kisah film tersebut, Mazmur 68 :1-10 menceritakan tentang Tuhan Allah (Yahwe) sebagai sebuah kekuatan melakukan sebuah misi yaitu untuk menyelamatkan orang-orang benar yang diserang oleh orang-orang fasik. Kekuatan Tuhan Allah mampu mengalahkan musuh, sehingga keadilan dan keselamatan dapat diterima orang-orang benar. Kekuatan Tuhan Allah dalam Perjanjian baru dinyatakan dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan membuktikan bahwa untuk mencapai sebuah misi atau tujuan harus ada perjuangan dan pengorbanan, terutama untuk umatNya agar selamat. - Untuk itu sebagai umat Tuhan jangan pernah sia-siakan hidup ini, lakukan sesuatu agar semua pengorbanan Tuhan Yesus untuk kita itu memang pantas dilakukan !!”; “Lakukan sesuatu” ! kita sudah diselamatkan oleh keberanian, pengorbanan dan akhirnya oleh nyawa Kristus kita bisa hidup. Untuk itu kita harus bertindak bukan karena merasa bersalah, tetapi karena rasa syukur, sebagai penghormatan atas apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan untuk kita. - PW - (Pak Warno/Pdt Warno) Pertanyaan : Apa yang dapat lakukan sebagai tanggapan pengorbanan Tuhan Yesus, yang telah menyelamatakan kehidupan ini ? 77 KHOTBAH Minggu PENTAKOSTA, 4 Juni 2017 Warna Liturgi Merah ROH KUDUS ADALAH MATA AIR KEHIDUPAN (Yohanes 7:37-39) Tujuan : Memperkuat Komitmen Umat untuk memiliki gaya hidup yang berpihak pada keutuhan ciptaan. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pada sekitar tahun 2014 di Jogjakarta terjadi konflik sosial, konflik ini disebabkan oleh air yang diperebutkan oleh masyarakat dan pengusaha hotel. Tepatnya di sebuah kampung yang bernama miliran. Menurut artinya tempat ini adalah tempat bayu mili atau tempat aliran air. Pemicu konflik adalah keringnya sumur-sumur masyarakat dikampung tersebut, padahal disepanjang sejarah hidup masyarakat di kampung tersebut tidak pernah terjadi. Setelah diteliti ternyata hilangnya air disebabkan adanya sumur bor yang dibuat oleh pengelola hotel guna memenuhi kolam renang, kamar mandi dan keperluan lainnya. Masyarakat menjadi resah dan marah karena air sangat berperan penting dalam kelanjutan hidup manusia. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam Yohanes 7: 38, Tuhan Yesus menyatakan “barangsiapa percaya kepadaKu... dari dalamnya akan mengaliran aliran-aliran air hidup”. Maksudnya, orang yang datang kepada Tuhan Yesus dan menerimaNya, akan mempunyai aliran air yang menyejukkan dan menyegarkan di dalam dirinya. “Aliran air” yang menyejukkan inilah yang dalam penjelasan Injil Yohanes diterjemahkan sebagai Roh Kudus (ayat 39). Dan Roh Kudus ini baru diberikan setelah Yesus dimuliakan dalam kebangkitan dan KenaikanNya ke sorga. Aliran air yang mengalir ke dalam hati para rasul yang menerima pencurahan Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta telah meluluhkan ketakutan dan kedukaan mereka. Dalam kesejukkan ini pula lahir keberanian dalam diri mereka untuk keluar dan memberitakan (dalam berbagai macam bahasa) tentang Yesus yang telah mati dan bangkit bagi dunia. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, “Memperjuangkan keutuhan ciptaan di Sumbagsel” yang menjadi tema Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta 2017 yang telah kita gumuli selama ini, mungkin masih menyisakan perasaan pesimis di dalam diri kita akan terlaksananya tugas besar ini. Siapakah kita, seorang manusia kecil yang ingin memperjuangkan keutuhan ciptaan di semesta ini? Pentakosta meneguhkan semangat dan motivasi kita. Sebagaimana ketakutan dan pesimisme para rasul digantikan dengan semangat dan keberanian, demikian pula Roh Kudus yang telah dicurahkan berkarya secara terus menerus di dalam diri saudara dan saya seperti aliran air yang terus mengalir untuk meneguhkan komitmen kita. Keberanian dan ketekunan dalam memperjuangkan keutuhan ciptaan, adalah bukti kehadiran Roh Kudus. Satu perbuatan kecil kita dalam memperjuangkan keutuhan ciptaan akan menghasilkan perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik. Keutuhan ciptaan bukanlah sebuah impian yang tidak dapat diwujudkan, melainkan realita yang dapat diwujudkan dalam semangat kita sebagai penerus karya Kristus. 78 Selamat Pentakosta, selamat menutup MPPP 2017 sebagai pejuang keutuhan ciptaan Allah. Tuhan memberkati. Amin (PW) Nats Pembimbing : Yesaya 1 : 16-18 Berita Anugerah : Habakuk 2 : 14 Persembahan : Matius 6 : 19-20 Firman : Yohanes 7 :37 – 39 Pujian 1. KJ. 18 :1,2 2. KJ. 234 :1,2 3. KJ. 237:1-3 4. KJ 230:1,2,4 5. KJ 235:1--6. KJ 240a: 1-3 79