FORMULASI DAN EVALUASI PERMEN JELLY EKSTRAK MENIRAN (Phyllantus niruri L) MENGGUNAKAN BASIS KARAGENAN Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Farmasi Pada Program Studi D III Farmasi Oleh : NONI TRISNA SUKENDAR NIM. 13DF277037 PROGRAM STUDI D III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 Formulasi dan Evaluasi Permen Jelly Ekstrak Meniran (Phyllantus niruri L) Menggunakan Basis Karagenan1 Noni Trisna Sukendar2 Nia Kurniasih, M.Sc.,Apt3 Nurhidayati Harun, S.Farm.,Apt4 INTISARI Herba meniran (Phyllantus niruri L) merupakan tanaman obat yang berkhasiat sebagai imunomodulator. Maka dibuat sediaan permen jelly menggunakan ekstrak meniran (Phyllantus niruri L) agar memiliki bentuk sediaan yang praktis dan menarik. Untuk mendapatkan formula permen jelly dengan ekstrak meniran (Phyllantus niruri L) menggunakan basis karagenan yang tepat, penelitian dilakukan menggunakan analisis secara deskriptif kuantitatif dengan 3 Perlakuan dan 3 ulangan dengan konsentrasi basis karagenan yang berbeda. Evaluasi sediaan permen jelly yang dilakukan meliputi uji kadar air untuk mengetahui kandungan air yang tersimpan dalam permen jelly tersebut, uji pH dilakukan untuk mengukur derajat keasaman, dan uji organoleptik untuk mengetahui secara sensoris permen jelly tersebut layak dikonsumsi ataupun tidak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sediaan permen jelly ekstrak meniran (Phyllantus niruri L) umumnya memenuhi standar berdasarkan SNI- 3547.2-2008. Namun jika dibandingkan antara perlakuan formulasi dengan kontrol positif, perlakuan formulasi 3 dengan konsentrasi karagenan 9% hampir mendekati kontrol positif. Kata Kunci : Formulasi, meniran, karagenan, permen jelly Keterangan : 1. Judul, 2. Nama mahasiswa, 3. Nama Pembimbing I, 4. Nama Pembimbing II xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya dengan tanaman berkhasiat obat. Masyarakat Indonesia sudah biasa mengonsumsinya secara turun-temurun. Tak heran bila banyak ramuan jamu dipakai sebagai pengobatan atau pencegah penyakit tertentu hingga sekarang. Cara pembuatannya masih sangat sederhana yaitu dengan cara direbus atau diseduh dengan air panas dan penggunaannya didasarkan pada pengalaman turun temurun. Phyllanthus niruri L merupakan salah satu tumbuhan yang sebenarnya tumbuh liar dan mudah ditemui di pekarangan rumah, kebun, atau hutan. Meniran tumbuh subur di tempat lembab dan berbatu, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah, ladang, tanah terlantar diantara rumput atau selokan. Tumbuhan ini merupakan salah satu dari 700 jenis genus Phyllanthus yang banyak tumbuh di Asia seperti Indonesia, China, Filipina, dan India. Tumbuhan ini berasal dari Asia tropis yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini tumbuhan ini tersebar ke benua Afrika, Amerika dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Beberapa jenis tumbuhan ini sudah digunakan sejak 2.000 tahun lalu untuk pengobatan tradisional Ayurveda di India. Hasil penelitian, dikatakan Tanaman meniran banyak digunakan untuk hepatitis, infeksi saluran kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyembuhan diare, infeksi saluran pencernaan dan penyakit yang disebabkan karena gangguan fungsi hati.Buahnya berasa pahit, digunakan untuk luka dan scabies. Akar segar digunakan untuk pengobatan hepatitis. 1 2 Daun digunakan untuk penambahan nafsu makan dan antipiretik (Sudarsono, 1998). Hasil penelitian yang populer mengenai herba meniran ini menyatakan bahwa herba meniran (Phillantus niruri L) ini memiliki kandungan felantin yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor dan imunostimulan. Hepatoprotektor merupakan nama lain dari pelindung hati. Herba ini memiliki kandungan untuk melindungi hati dan memperbaiki sel-sel dalam jaringan hati. Sedangkan imunostimulan adalah penstimulan atau perangsang sistem imun tubuh untuk bekerja secara maksimal. Herbal ini sangat cocok digunakan pada anak-anak untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan suplemen tambahan bagi orang yang sakit atau baru sembuh dari sakit untuk mempercepat pemulihan kesehatannya (Maat, 1996). Tanaman obat umumnya dibuat menjadi produk olahan seperti jamu gendong, jamu instan, kapsul, tablet, sirup, ataupun suspensi. Namun, tanaman berkhasiat obat tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, jamu tradisional dan sediaan obat yang biasa dikenal oleh masyarakat. Tetapi bisa juga diolah menjadi bentuk olahan pangan yang menarik. Pengolahan ini bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, juga untuk meningkatkan daya tarik terhadap pengkonsumsian herbal. Dikarenakan sasarannya adalah anak-anak, maka herba meniran ini diolah menjadi sediaan permen jeli dengan bentuk, rasa, warna yang menarik, praktis dan mudah dikonsumsi. Permen jeli merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk gel, yang berpenampilan jernih, transparan, serta mempunyai tekstur dengan kekenyalan tertentu. Umumnya permen jeli dibuat dengan basis gelatin. Gelatin adalah suatu produk yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang berasal dari kulit, jaringan ikat dan tulang hewan. Gelatin dapat 3 berfungsi sebagai pembentuk gel, pemantap emulsi, pengental, penjernih, pengikat air, pelapis dan pengemulsi. Tetapi masyarakat Indonesia masih ragu dengan bahan baku gelatin yang issue nya terbuat dari kulit babi. Meskipun pada kenyataannya digunakan gelatin yang terbuat dari sapi. Firman Allah SWT dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 173. ٌيا َم َم ا ُك ِإ َّنا ِإ ِإااِإ َم ٌ ِإْيي َّن ِإاۖ ا َم َم ِإ ا اْي ُك يَّن ا َم ٌ َمْييا َم ٍغاا َم َمَلا ِإ َّن َم ا َم يَّن َم ا َم َم ْيٌ ُك ُكا ْيا َم ْيٌ َم َم ا َم ا َّنل َم ا َم اَم ْي َم ا ْيا ِإ ْي ِإ ِإ اي ِإٌ ٌرا َم لٍغا َم َم ا ِإ ْي َم ا َم َم ْيٌ ِإ اۚ ا ِإ َّن ا َّن َما َم ُك يٌر َم Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 173) Serta hadits Nabi SAW untuk menjauhi syubhat اياِإ َمًا ُكا َم ْي ُكه َم ا َمق َم ا َمس ِإ عْي ُك ًا َم ْي ا َم ِإ:ص َّنىا ُكا َم َم ْيٌ ِإا َم َمس َّن َم ا َمٌقُك ْي ُكا اي ُكس ْي َم ا ِإا َم ت َم َم ْي لِإا ِإا ا ُّ عْي َم ِإ ا ْي ِإ ا َمشِإ ٌ ٍغْيي َم ِإ َّن ا ْيا َم َم َم ا َم ٌِّ ٌر ا َم ِإ َّن ا ْيا َم َمي َم ا َم ٌِّ ٌر ا َم َم ْيٌ َم ُكه َم ا ُك ُك ْي يٌرا ُك ْيش َم ِإ َمه ٌر ا َم َم ِإ ا َّن َمقىا ا ُّش ُك َمه تِإا،س تاَلَما َمٌعْي َم ُك ُكه َّن ا َم ِإ ْيٌيٌرا ِإ َم ا ا َّن ِإ ا َم ايَّن ِإ ًا َمٌيْي َمىا َم ْي َم ا ْيا ِإ َم ىا ُكٌ ْي شِإ كُكا، ا َم َم ْي ا َم َمق َمعا ِإًا ا ُّش ُك َمه تِإا َم َمق َمعا ِإًا ْيا َم َمي ِإ،َم َمق ْيلا سْي َم َمْيي َمااِإ ِإل ْيٌ ِإ ِإا َم ِإ يْي اِإ ِإ ص َم َم ْيا ت ا َمَلَما َم ِإ َّن ااِإ ُك ِّا َم ِإكٍغ ا ِإ ًمىا َمَلَما َم ِإ َّن ا ِإ َم ىا ِإا َم َم ِإي ُك ُكا َمَلَما َم ِإ َّن ا ِإًا ْيا َم َمسلِإا ُكاْي َم ًم ا ِإ َم ا َم،َم ْي ا َمٌيْي َم َمعا ِإ ْيٌ ِإ ص َم َمحا ْيا َم َمس ُكلا ُك ُّ ُكا َم ِإ َم ا َم َمسل ْي ِإًا ْيا َمق ْيبا َمتا َم َمس َملا ْيا َم َمس ُكلا ُك ُّ ُكا َمَلَما َم َم َم { ييا س } ي ها ا Artinya : “Dari Abu ABdillah Nu‟man bin Basyir r.a,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, „Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka, barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang 4 dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim). Berdasarkan ayat diatas, sebagai pengganti gelatin dapat digunakan karagenan sebagai basis pada pembuatan permen jeli. Karagenan berasal dari rumput laut yang memiliki fungsi sebagai geling agent yang merupakan komponen pembentuk jeli. Dengan metode pembuatan yang sama dan bahan tambahan yang sama untuk membuat permen jeli, perbedaannya selain basis permen jeli diganti oleh karagenan, juga ditambah ekstrak meniran. Hal ini untuk menghasilkan kudapan yang berkhasiat, serta meningkatkan minat anak dalam pengkonsumsian suplemen yang berbahan dasar dari tumbuhan. Oleh sebab itu, perlu dibuat formulasi permen jeli dari ekstrak meniran dengan menggunakan basis karagenan, serta mengevaluasi sediaan permen jeli tersebut sesuai standar baku pembuatan permen. B. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi untuk membuat formulasi sediaan permen jelly ekstrak meniran (Phillantus niruri L) dan evauasi permen jelly meliputi uji organoleptik, uji kadar air, uji kadar abu, dan uji pH. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana formulasi permen jelly ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) menggunakan basis karagenan? 2. Bagaimana evaluasi permen jeli ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) menggunakan basis karagenan? 3. Pada formulasi dengan konsentrasi karagenan berapakah yang memenuhi standar? 5 D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui cara formulasi permen jelly ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) menggunakan basis karagenan. 2. Untuk mengetahui evaluasi permen jeli ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) menggunakan basis karagenan. 3. Untuk mengetahui berapakah konsentrasi basis karagenan yang memenuhi standar berdasarkan hasil evaluasi. E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat untuk praktikan Sebagai rangkaian kegiatan yang dapat memicu motivasi diri dalam pengembangan pengetahuan mengenai ilmu farmakognosi, farmasetika, dan teknologi farmasi untuk pengaplikasian di masyarakat. 2. Manfaat untuk STIKes Muhammadiyah Ciamis Sebagai salah satu sumbangsih ilmu dalam pengembangan pengetahuan terutama dibidang farmasi dengan harapan bisa dikembangkan atau dilanjutkan lagi oleh peneliti selanjutnya. 3. Manfaat untuk Dunia Kefarmasian Sebagai salah satu upaya dalam memodifikasi sediaan dari tanaman obat berkhasiat menggunakan teknologi farmasi dengan jenis sediaan yang disesuaikan dengan sasaran dan cara pengkonsumsiannya. F. Keaslian Penelitiaan Ada beberapa penelitian sebelumnya persamaan dan perbedaan, diantaranya : dengan beberapa 6 Tabel I.1 Peneliti terdahulu yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan Judul Pengaruh pemberian ekstrak Phyllanthus Niruri L terhadap fungsi fagositosis makrofag pada mencit BALB/C yang diinfeksi Salmonella Typhimurium Nama Tempat Galuh A. Universitas Diponegoro Semarang Tahun Persamaan Perbedaan 2008 Tanaman meniran Pengaruh meniran terhadap fungsi fagositosis makrofag 2006 Formulasi sediaan permen jeli Penggunaan tanaman Universitas 2012 Jambi Kampus Pinang Masak Formulasi sediaan permen jeli Penggunaan tanaman Karakteristik Fisika Hastiatin Institut Kimia Permen Jelly dari Indah Yani Pertanian Rumput Laut Bogor (Eucheuma spinosum dan eucheuma cottonii) Pengaruh penambahan gelatin terhadap pembuatan permen Jelly dari bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Silvi Leila Rahmi, Fitry Tafzi, dan Selvia Anggraini Pembuatan Permen Jelly Dari Buah Nanas (Ananas comosus L.) Subgrade (kajian konsentrasi kara-genan dan gelatin) Susinggih Universitas Wijana, Arie Brawijaya Febrianto, Theresia DyanTiara Septivirta - Karakteristik fisik kimia dan organo leptik Permen jelly dari sari buah srikaya pada variasi konsentrasi agar-agar Hasriyanti Hasyim, Abdul Rahim, Rostiati Universitas Tadulako, Palu 2015 Formulasi sediaan permen jeli Mutu Permen Jelli Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Dengan Penambahan Karagenan Dan Gum Arab Jumri, Yusmari, Netti Herawati Universitas Riau 2015 Formulasi Penggunaan sediaan tanaman permen jeli dengan penambahan karagenan Formulasi Penggunaan permen jeli tanaman dengan basis karagenan Penggunaan tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Gambar 2.1 Meniran Sumber : www.meniran.com a. Sistematika Tumbuhan Meniran Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) memiliki sistematika sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus Spesies : Phyllanthus niruri Linn (Backer & van Den Brink, 1965) b. Morfologi Meniran merupakan terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang–cabang. Batang berwarna hijau pucat. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik 7 8 kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Dalam satu tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun. Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat (Hutapea dan Syamsyuhidayat, 1991). c. Daerah Distribusi dan Habitat Herba meniran tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, seperti di sepanjang saluran air, semak-semak, dan tanah diantara rerumputan. Meniran juga bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah gembur, berpasir di ladang, tepi sungai dan di pantai, bahkan tumbuh liar di sekitar pekarangan rumah. Tanaman ini menyebar luas hampir ke setiap daerah tropis ataupun subtropis seperti India, Cina, Malaysia, Filipina, dan Australia (Dalimarta, 2000). d. Kandungan Kimia Herba meniran banyak mengandung beberapa zat kimia yaitu: flavonoid seperti kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin, serta kaempferol-4-ramnopiranosid, eridiktol-7ramnopiranosid, nirurin, nirurisid, filantin, hipofilantin, triterpen, dan alkaloid sekurinin (ASEAN, 2004); Lignan; Tanin; Alkaloid; Saponin (Bagalkotkar et al., 2006). e. Khasiat Tanaman Meniran adalah salah satu tumbuhan obat Indonesia yang telah lama digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan berbagai penyakit seperti diuretik, ekspektoran dan pelancar haid. Selain itu herba meniran juga digunakan untuk pengobatan sembab (bengkak), infeksi dan batu saluran kencing, kencing 9 nanah, menambah nafsu makan, diare, radang usus, konjungtivitas, hepatitis, sakit kuning, rabun senja, sariawan, digigit anjing gila, rabun senja, dan rematik gout (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991). Herba meniran telah terbukti mempunyai berbagai efek farmakologis, antara lain sebagai hepatoprotektif (Munjrekar et al., 2008), antidiabetes (Nwanjo, 2007) dan antioksidan (Ahmeda et al. 2005). Berdasarkan penelitan Maat (1996) menunjukkan bahwa meniran mempunyai efek terhadap respon imun nonspesifik maupun spesifik. Efeknya terhadap respon imun nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktivitas hemolisis komplemen, sedangkan terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak meniran meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNF-α dan IL-4 serta menurunkan aktivitas sekresi IL-2 dan IL-10. Uji klinis terhadap manusia juga telah dilakukan dan menunjukkan bahwa ekstrak meniran meningkatkan kadar IFNγ, kadar CD4 dan rasio CD4/CD8. 2. Pembuatan Simplisia Pembuatan Simplisia a) Pengumpulan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : 1) Bagian tanaman yang digunakan. 2) Umur tanaman yang digunakan. 3) Waktu panen. 4) Lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman 10 tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. b) Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahanbahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. c) Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, 11 Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih. d) Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan mempermudah proses bahan simplisia pengeringan, dilakukan untuk pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap seperti minyak atsiri. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari. e) Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu 12 atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad reniklainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. Ini dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30o sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30o sampai 45o C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mmHg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama 13 berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan. 1) Pengeringan Alamiah. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan : (a) Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. (b) Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap. 2) Pengeringan Buatan Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber 14 panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. f) Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus. 3. Proses Ekstraksi Proses ekstraksi bertujuan untuk memperoleh ekstrak zat aktif dari bahan dasar. Bahan yang akan diekstrak haruslah dalam keadaan kering karena keberadaan air dalam jaringan bahan bisa melindungi komponen penting dalam bahan dari masuknya penyari untuk mengikat senyawa organik dalam bahan (Harbourne, 1987), kadar air pada bahan juga dapat menurunkan efisiensi proses 15 ekstraksi karena titik didihnya yang lebih tinggi dibandingkan pelarut organik memperlama proses pemekatan (Yudiastuti et al., 2007). Beberapa macam metode Ekstraksi : a. Maserasi Proses ekstraksi yang digunakan dengan metode maserasi merupakan teknik perendaman dengan pelarut tertentu untuk bahan yang tidak tahan panas. Mekanisme pelarutan zat aktif dengan menembusnya penyari melalui dinding sel tanaman dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Selama proses maserasi, rendaman disimpan di tempat yang jauh dari sinar cahaya langsung untuk mencegah perubahan warna dan reaksi yang tidak diinginkan (Voight 1994; Indraswari, 2008). Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3×5 hari. Prinsip maserasi, Pelarut akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka senyawa kimia yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. b. Sokletasi Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang-ulang senyawa bahan alam dengan menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyarian telah selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya berupa 16 ekstrak yang mengandung komponen kimia tertentu. Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok. c. Perkolasi Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat menggunakan alat perkolator. Prinsip Perkolator : Merendam sampel dengan derajat kehalusan tertentu, selama 3 jam dalam bejana tertutup. Tuang dg cairan penyari secukupnya hingga cairan penyari menetes (bahan harus terendam cairan penyari). Tutup perkolator selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1 ml/menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian perkolat. Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian lebih sempurna. Tapi metoda ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak. d. Digestasi Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa. e. Infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90 oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. 17 f. Dekokta Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta membutuhkan waktu pemanasan yang lebih lama dibanding metoda infus, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90oC. Metoda ini jarang digunakan karena proses penyarian kurang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang termolabil. g. Fraksinasi Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang tidak bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Tujuan fraksinasi adalah memisahkan senyawa-senyawa kimia yang ada di dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan tertarik oleh pelarut non polar seperti heksan & pertolium eter. Senyawa yg semipolar seperti golongan terpenoid dan alkaloid akan tertarik oleh pelarut semi polar seperti etil asetat & DCM. Senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan flavonoid dan glikosida akan tertarik oleh pelarut polar seperti butanol dan etanol. 4. Permen Jeli Gambar 2.2 Permen jelly Sumber : http://febbynaura.blogspot.co.id/ 18 Definisi permen secara umum adalah produk yang dibuat dengan mendidihkan campuran bahan bersama pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar air kurang lebih 30% (Buckle et al., 1987). Permen merupakan produk pangan yang banyak digemari. Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan. Suhu yang panas menghasilkan permen keras, suhu menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya (Anonim 2006). Salah satu jenis permen yang banyak beredar saat ini adalah Permen jelly. Permen jelly termasuk permen lunak yang memiliki tekstur kenyal (elastis). Permen jelly merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk gel, yang berpenampilan jernih trasnsparan serta mempunyai tekstur dengan kekenyalan tertentu. Metode pembuatan meliputi pencampuran gula yang dimasak dengan bahan yang diperlukan dan penambahan bahan pembentuk gel seperti gelatin sehingga menghasilkan cita rasa dan aroma yang menarik. Permen jelly memerlukan bahan pelapis berupa campuran tepung tapioka dan tepung gula. Guna bahan pelapis ini adalah untuk membuat permen tidak melekat satu sama lain dan juga menambah rasa sehingga bertambah manis. Umumnya permen dari gelatin dilapisi dengan tepung pati kering untuk membentuk lapisan luar yang tahan lama dan, menghasilkan bentuk gel yang baik. Perbandingan komposisi bahan pelapis permen jelly terbaik adalah tepung tapioka : tepung gula (1 : 1). 5. Bahan Pembentuk Permen Jelly a. Basis pembentuk jelly / Geling agent 1) Gelatin dapat berfungsi sebagai pembentuk gel, pemantap emulsi, pengental, penjernih, pengikat air dan pengemulsi. 19 Menurut Glicksman (1982), gelatin tidak larut dalam air dingin tetapi jika terjadi kontak dengan air dingin akan mengembang membentuk gelembung-gelembung yang besar. Jika dipanaskan pada suhu sekitar 71 °C, gelatin akan larut karena pecahnya agregat molekul dan membentuk dispersi koloid makromolekuler. Jika gelatin dipanaskan dalam larutan gula maka suhu yang diperlukan adalah diatas 82 °C. 2) Karagenan merupakan salah satu gelling agent yang dapat digunakan pada pembuatan permen jelly. Karagenan dipakai secara luas dalam industri makanan sebagai bahan pengental, pengemulsi, dan penstabil. Karagenan bersifat hidrokoloid yang terdiri dari dua senyawa utama, senyawa pertama bersifat mampu membentuk gel dan senyawa kedua mampu membuat cairan menjadi kental. (Tranggono dkk., 1991). 3) Pektin adalah suatu komponen serat yang terdapat pada lapisan lamella tengah dan dinding sel primer (Sirotek, 2004 dalam Daryono, 2012). Pektin merupakan pangan fungsional bernilai tinggi yang berguna secara luas dalam pembentukan gel dan bahan penstabil pada sari buah, bahan pembuatan jeli, jam dan marmalade (Williams et al., 2006 dalam Daryono, 2012). b. Sirup Glukosa Sirup glukosa yang mempunyai nama lain dectrose adalah salah satu produk bahan pemanis makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak berwarna tetapi memiliki rasa manis yang tinggi. Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair dibuat melalui proses hidrolisis pati. Perbedaannya dengan gula pasir yaitu, gula pasir (sukrosa) merupakan gula disakarida, sedangkan sirup glukosa adalah monosakarida, terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam atau dengan cara enzimatis. Dari 20 kedua cara tersebut, pembuatan sirup glukosa secara enzimatis dapat dikembangkan di pedesaan karena tidak banyak menggunakan bahan kimia sehingga aman dan tidak mencemarilingkungan. Bahan lain yang diperlukan adalah enzim amilase (anonim,2006). c. Sukrosa Penambahan sukrosa dalam pembuatan produk makanan berfungsi untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai pengawet, yaitu dalam konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dari bahan pangan. Sukrosa merupakan disakarida yang banyak terdapat di pasaran. Sukrosa banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kopyor. Kelarutan sukrosa dalam air sangat tinggi dan jika dipanaskan kelarutannya makin bertambah tinggi. Jika dipanaskan sukrosa akan membentuk cairan jernih yang segera akan berubah warna menjadi coklat membentuk karamel. d. Asam Sitrat Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi gula. Selain itu asam sitrat juga berfungsi sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama penyimpanan serta sebagai penjernih gel yang dihasilkan. Keberhasilan pembuatan jelly tergantung dari derajat keasaman untuk mendapatkan pH yang diperlukan. Nilai pH dapat diturunkan dengan penambahan sejumlah kecil asam sitrat. Penambahan asam sitrat dalam permen jelly beragam tergantung dari bahan baku pembentuk gel yang digunakan. Banyaknya asam sitrat yang ditambahkan dalam permen jelly berkisar 0.2 – 0.3 persen. e. Pewarna Untuk menambahkan warna pada permen jelly, supaya permen jelly yang dibuat memiliki sifat visual yang menarik. 21 f. Aroma dan perasa Untuk menambahkan cita rasa pada permen jelly dan meningkatkan daya tarik serta ciri khas dari permen jelly. 6. Pengujian Permen Jelly a. Uji kadar air (basis basah) (Sudarmadji dkk, 1997) Pertama-tama, cawan bersih kosong dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 1050C selama satu jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang beratnya. Permen jelly ditimbang sebanyak 2 g dengan menggunakan wadah cawan petri yang telah diketahui beratnya dan dioven pada suhu 100-1050C selama 3 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator , lalu bahan tersebut ditimbang. Permen jelly kemudian dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Perlakuan diulang hingga diperoleh berat konstan. b. Uji pH Uji evaluasi pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan permen. Derajat keasaman pH permen jelly sebaiknya di sesuaikan dengan Standar Pangan Nasional. Pengujian pH dilakukan ketika permen jelly masih dalam bentuk larutan. Dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam larutan tersebut. c. Uji Organoleptik (Rampengan dkk, 1985) Penilaian organoleptik dilakukan terhadap warna, rasa, aroma, tekstur dan kekenyalan pada permen jelly ekstrak meniran (Phyllantus niruri L). Pengujian meliputi homogenitas warna, kecerahan warna, aroma yang sesuai dengan essens, rasa yang dominan, tekstur permen jelly, serta kekenyalan permen jelly, dengan hasil berupa skala nominal. 22 7. Syarat Mutu Permen Jelly Tabel 2.1 Syarat Mutu Permen Jelly No Kriteria Uji 1 a. b. c. d. 2 3 Keadaan Bau Rasa Warna Tekstur Kadar air pH* Satuan Persyaratan % fraksi massa - Normal Normal Merata Lembut – kenyal Maks. 20,0 5,5 – 7 - Menurut SNI- 3547.2-2008 - * diambil dari hasil penelitian Udin (2013) B. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan membahas permasalahan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu : “Pengaruh pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L terhadap fungsi fagositosis makrofag pada mencit BALB/C yang diinfeksi Salmonella Typhimurium” oleh Galuh A yang memaparkan bahwa dosis meniran yang digunakan yaitu sehari 3 kali 50 mg untuk dewasa. Serta sehari 3 kali 25 mg untuk anak-anak. Hasil penelitian yang lainnya adalah “Pembuatan permen jelly dari buah nanas (Ananas comosus L.) subgrade (kajian konsentrasi karagenan dan gelatin)” oleh Susinggih Wijana, Arie Febrianto dan Theresia DyanTiara Septivirta yang memaparkan mengenai formulasi permen jelly serta penambahan beberapa konsentrasi karagenan terhadap formula yang menghasilkan permen jelly dengan kualitas sesuai standar. 23 C. Kerangka Berpikir Ekstrak etanol meniran (Phyllantus niruri L) Formulasi Permen Jelly ekstrak meniran (Phyllantus niruri L) menggunakan basis karagenan dengan beberapa konsentrasi Uji evaluasi permen jelly meliputi : Uji kadar air, uji pH, dan uji organoleptik Hasil sesuai standar Hasil tidak sesuai standar Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Berfikir D. Hipotesis Permen jeli ekstrak meniran (Phyllantus niruri L) dengan menggunakan basis karagenan akan menghasilkan permen jelly yang memenuhi standar kualitas. DAFTAR PUSTAKA Atmaka, W., Nurhartadi,E., Karim,M. (2013) Pengaruh Penggunaan Campuran Karaginan dan Konjak terhadap Karakteristik Permen Jelly Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Teknosains pangan Vol.2 No 2. Universitas Sebelas Maret [internet] ISSN : 2302-0733. www.ilmupangan.fp.uns.ac.id [diakses : 15 Januari 2016] Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. [internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/3656 [diakses : 30 Januari 2016] Hariana, A. (2013). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya Hasyim, H., Rahim, A., Rostiati. (2015). Karakteristik Fisik Kimia dan Organoleptik Permen Jelly dari Sari Buah Srikaya pada Variasi Konsentrasi agar-agar. Universitas Tadukalo. [internet]. e-j. Agrotekbis 3(4) : 463-474. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php [diakses: 30 Januari 2016] Jumri., Yusmarini., Herawati, N. (2015). Mutu Permen Jelly buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan Penambahan Karagenan dan Gom Arab. Universitas Riau. [internet]. Jom Faperta 2 (1) Februari. http://jom.unri.ac.id/index.php/jomfaperta/article/download/5261/51 40 [diakses : 23 Januari 2016] Koswara, S. (2009). Teknologi Pembuatan Permen. [internet]. Ebook pangan.com. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/teknologipembuatan-pangan [diakses : 08 Desember 2015] Rahmi,S., Tafzi, F., Anggraini, S. (2012). Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Pembuatan Permen Jelly dari Bunga Rosella (Hibuscus sabdariffa Linn). Jurnal penelitian Universitas Jambi : Seri Sains. [internet]. http://online-journal.unja.ac.id/index.php/sains/article/view/520 [diakses 08 Desember 2015] Wijana, S., Mulyadi, A., Tiara, T. (2014). Pembuatan Permen Jelly dari Buah Nanas (Ananas comosus L) Subgrade (Kajian Konsentrasi Karagenan dan Gelatin). Universitas Brawijaya. [internet]. http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2014/10/theresia-dyanseptivirta-pdf [diakses : 30 Januari 2016] Yani, H. (2006). Karakteristik Fisika Kimia Permen Jelly dari Rumput Laut Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni. Jurnal Penelitian Institut Pertanian Bogor. [internet] http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49122 [diakses : 15 Februari 2016]