MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Ketidakadilan Sosial Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi E-learning 11 Kode MK Disusun Oleh Yuherina Gusman, M.A Abstract Kompetensi Dalam interaksi sosial secara alami muncul defernsiasi dan stratifikasi sosial yang berdampak lahirnya ketidakadilan sosial. Memahami ketidakadilan sosial dalam : Stratifikasi Sosial, Klas, Stratifikasi Global, Stratifikasi Gender, Ras dan etnis Ketidakadilan Sosial Pengertian Ketidakadilan sosial merupakan konsep yang berkaitan dengan keadaan/situasi dimana dirasakannya ketidakadilan di dalam masyarakat. Konsep ketidakadilan di sini tidak sama dengan pemahaman ketidakadilan dalam kacamata hukum, karena erat kaitannya dengan moral ditataran praktis. Munculnya ketidakadilan sosial disebabkan adanya ketidakadilan/ tidak merata penyebaran manfaat/nilai dalam sebuah masyarakat. Di saat kita berbicara mengenai ketidakadilan sosial, apa yang dimaksud di sini yakni ketidaksamaan (inequality) yang tidak adil (unfair) yang bisa diperbaiki jika ada perubahan pada institusi sosial. Deferensiasi dan Stratifikasi Sosial Munculnya ketidakadilan sosial di dalam masyarakat, erat kaitannya dengan deferensiasi dan stratifikasi sosial, yang terjadi secara alami ataupun dibentuk di dalam masyarakat. Deferensiasi Sosial Jika diperhatikan, masyarakat yang ada di sekitar kita mempunyai banyak sekali perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Akan tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi dan pendidikan , yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Perbedaan itu hanya secara horizontal yaitu mendatar. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial. Macam-macam deferensiasi: 1. Deferensiasi Menurut Ras Ketidaksamaan sosial karena perbedaan fisik dan biologis dengan cirri-ciri tertentu di setiap individu. Contoh ; ras kulit, mata, dan bentuk wajah. 2. Deferensiasi Sosial Menurut Etnis Ketidaksamaan sosial yang didasarkan persamaan kebudayaan (suku bangsa). Contoh ; suku jawa, batak ,minang dan sebagainya. 2012 2 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Deferensiasi Sosial Menurut Agama Ketidaksamaan sosial yang didasarkan pada apa yang dianut dan di pedomani. 4. Deferensiasi Sosial Menurut Gender Ketidaksamaan sosial yang didasarkan gender seseorang yang mana termasuk watak, psikologis, dan pengetahuan kesadaran. Stratifikasi Sosial Sejumlah ahli sosiologi mendefinisikan stratifikasi sebagai berikut ; Ø Mosca Stratifikasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Ø Max Weber Stratifikasi sosial merupakan penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system sosial tertentu atas lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, privilese, prestise. Ø Pitirim A. Sorokin Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelaskelas yang tersusun secara bertingkat. Kelas Sosial dalam masyarakat. a. Berdasarkan status ekonomi Golongan sangat kaya Golongan kaya Golongan miskin b. Berdasarkan status sosial : terbentuk karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Contoh ; Kasta brahmana lebih tinggi derajatnya dari pada kasta satria. c. Berdasarkan status politik : Ketidaksamaan sosial yang didasarkan pada kekuasaan dan wewenang. Pejabat (Eksekutif, legislatif, yudikatif) Rakyat biasa d. Berdasarkan Hirarki militer Perwira Bintara Pengaruh Deferensiasi dan Stratifikasi Sosial 2012 3 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Era globalisasi dengan teknologi dan informasi yang membuat manusia dapat mengakses dan menjalankan hidupnya menjadi lebih mudah dan instan. Di era ini perbedaan gaya hidup sangat jelas terlihat. Gaya hidup atau Life style merupakan symbol untuk menampakan identitas diri atau identitas kelompok . Karena yang dapat menggunakan kecanggihan teknologi adalah kalangan masyarakat berstatus sosial tinggi, khususnya pada status ekonominya. Sedangkan pada deferensiasi di era ini tidak terlalu menonjol, karena sikap toleransi sudah mulai tumbuh untuk ketidaksamaan sosial secara horizontal. Menghormati seseorang yang beragama lain, atau bersuku bangsa lain misalnya, ini sudah menunjukan bahwa ketidaksamaan sosial bisa diatasi oleh toleransi. Dampak positif Stratifikasi - Setiap orang akan terus berusaha untuk meningkatkan derajat kehidupan mereka. - Setiap orang akan berlomba-lomba untuk berprestasi. - Setiap orang mempunyai kesempatan untuk memajukan taraf hidup. - Dapat mengikuti perkembangan zaman Dampak negatif Stratifikasi - Terjadinya kesenjangan sosial - Timbul konflik-konflik antar individu, kelompok, bahkan generasi. Dampak positif Deferensiasi - Menjaga kestabilan budaya - Mempertinggi semangat patriotism - Memperkuat tingginya rasa cinta terhadap bangsa Dampak negatif Deferensiasi - Adanya sesuatu yang dianggap istimewa dibandingkan dengan kelompok lain. - Adanya sikap saling mempertahankan dan pembelaan yang akan menimbulkan konflik-konflik. Upaya menanggapi Deferensiasi dan Stratifikasi · Setiap anggota masyarakat di beri kesempatan yang sama. · Program pengurangan kemiskinan. · Diwajibkan belajar untuk semua lapisan masyarakat. · Menegakkan supermasi Hukum · Mengembangkan rasa Nasionalisme. · Setiap anggota masyarakat harus ikut serta dalam membangun masyarakat itu sendiri. 2012 4 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Stratifikasi Gender Pengertian Gender Selama lebih dari sepuluh tahun istilah gender meramaikan berbagai diskusi tentang masalah-masalah perempuan, selama itu pulalah istilah tersebut telah mendatangkan ketidakjelasan-ketidakjelasan dan kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan apa kaitan konsep tersebut dengan usaha emansipasi wanita yang diperjuangkan kaum perempuan tidak hanya di Indonesia yang dipelopori ibu Kartini tetapi juga di pelbagai penjuru dunia lainnya. Kekaburan makna atas istilah gender ini telah mengakibatkan perjuangan gender menghadapi banyak perlawanan yang tidak saja datang dari kaum laki-laki yang merasa terancam “hegemoni kekuasaannya” tapi juga datang dari kaum perempuan sendiri yang tidak paham akan apa yang sesungguhnya dipermasalahkan oleh perjuangan gender itu. Konsep gender pertama kali harus dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin secara biologis. Pengertian seks atau jenis kelamin secara biologis merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, bersifat permanen (tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan pemberian Tuhan; sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Melalui penentuan jenis kelamin secara biologis ini maka dikatakan bahwa seseorang akan disebut berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi sperma . Sementara seseorang disebut berjenis kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina dan rahim sebagai alat reproduksi, memiliki alat untuk menyusui (payudara) dan mengalami kehamilan dan proses melahirkan. Ciri-ciri secara biologis ini sama di semua tempat, di semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Berbeda dengan seks atau jenis kelamin yang diberikan oleh Tuhan dan sudah dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan sehingga menjadi kodrat manusia, istilah gender yang diserap dari bahasa Inggris dan sampai saat ini belum ditemukan padanan katanya dalam Bahasa Indonesia, ---kecuali oleh sebagian orang yang untuk mudahnya telah mengubah gender menjadi jender--- merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, etnik, adat istiadat, golongan, juga faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena gender merupakan suatu istilah yang dikonstruksi secara sosial dan kultural untuk jangka waktu yang lama, yang disosialisasikan secara turun temurun maka pengertian yang baku tentang konsep gender ini pun belum ada sampai saat ini, sebab pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan hubungan gender dimaknai secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu budaya ke budaya lain dan dari waktu ke waktu. Meskipun demikian upaya untuk mendefinisikan konsep gender tetap dilakukan dan salah satu definisi gender telah dikemukakan oleh Joan Scoot, seorang sejarahwan, sebagai “a constitutive element of social relationships based on perceived differences between the sexes, and…a primary way of signifying relationships of power.” 2012 5 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagai contoh dari perwujudan konsep gender sebagai sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya, misalnya jika dikatakan bahwa seorang laki-laki itu lebih kuat, gagah, keras, disiplin, lebih pintar, lebih cocok untuk bekerja di luar rumah dan bahwa seorang perempuan itu lemah lembut, keibuan, halus, cantik, lebih cocok untuk bekerja di dalam rumah (mengurus anak, memasak dan membersihkan rumah) maka itulah gender dan itu bukanlah kodrat karena itu dibentuk oleh manusia. Gender bisa dipertukarkan satu sama lain, gender bisa berubah dan berbeda dari waktu ke waktu, di suatu daerah dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah, identifikasi seseorang dengan menggunakan perspektif gender tidaklah bersifat universal. Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki mungkin saja bersifat keibuan dan lemah lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan kaum perempuan. Demikian juga sebaliknya seseorang dengan jenis kelamin perempuan bisa saja bertubuh kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap maskulin dan dianggap sebagai wilayah kekuasaan kaum laki-laki. Disinilah kesalahan pemahaman akan konsep gender seringkali muncul, dimana orang sering memahami konsep gender yang merupakan rekayasa sosial budaya sebagai “kodrat”, sebagai sesuatu hal yang sudah melekat pada diri seseorang, tidak bisa diubah dan ditawar lagi. Padahal kodrat itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, antara lain berarti “sifat asli; sifat bawaan”. Dengan demikian gender yang dibentuk dan terbentuk sepanjang hidup seseorang oleh pranata-pranata sosial budaya yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi bukanlah bukanlah kodrat. Stratifikasi Gender Macionis mendefenisikan stratifikasi gender yaitu sebagaiketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan dan privelese antara laki-laki dan perempuan. Menurut Macionis, ketimpangan ini dijumpai diberbagai bidang; di duniakerja, dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga, dibidang pendidikan, di dibidang politik, selain itu perempuan lebih cenderung menjadi korban kekerasan laki-laki dari pada sebaliknya.Adanya stratifikasi gender telah mendorong lahirnya gerakansosial di kalangan kaum perempuan, yang bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan. Gerakan ini dinamakan fenimisme. Menurut Giddens feminisme telah bermula di Perancis pada abad ke 18 dan kemudin menyebar ke negara-negara lain dibenua Eropa, Amerika, Afrika dan Asia. Macionis mengatakan bahwa feminisme merupakan suatu cara pandang baru dan berbeda mengenai diri kita sendiri dan masyarakat kita. Feminisme merubah pola-pola sosial yang konvensioanl yang diterima sebagaiman apa adanya oleh masyarakat. Dalam konteks ini, feminisme merupakan suatu tantangan baru khususnya terhadap nilai-nilai kekuasaan dan dominasi maskulinisme terhadap masyarakat yang patriarkhi. Oleh karena perjuangan feminisme bertujuan untuk menyamakan kedudukan sosial laki-laki dan perempuan, maka feminisme sering dianggap mereintegrasi kemanusiaan. Artinya kemanusiaan laki-laki dan perempuan adalah sama, dan oleh karena itu sudah seharusnya kesempatan-kesempatan sosialpun harus sama pada laki-laki dan perempuan. 2012 6 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perspektif sosiologi terhadap stratifikasi gender Perspektif Konflik. Randal Collins mengatakan bahwa kepemilikan alat produksi memungkinkan kelas yang satu mengeksploitasi kelas yang lainnya. Pada umumnya kelas yang berkuasa itu adalah laki-laki. Ini berarti laki-laki mendominasi wanita berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi. Dalam masyarakat tradisional di mana pemanfaatan teknologi masih rendah tidak ada pembagian kerja yang signifikan antara laki-laki dengan wanita, namun tidak demikian halnya menurut Collins dalam masyarakat modern. Masyarakat modern lebih kompleks dan ekonomi pada umumnya dikuasai oleh kaum laki-laki. Ekonomi merupakan sumber dari kekuasaan. Oleh karena perempuan kurang memiliki akses terhadap ekonomi secara signifikant, maka kontrol laki-laki terhadap perempuan tidak dapat dihindari lagi. Perempuan dalam hal ini tidak memiliki kekuasaan. Perspektif Fungsional Stratifikasi seksual merupakan sesuatu yang seharusnya bagi organisasi keluarga dan integrasi masyarakat yang lebih luas. Pembedaan antara laki-laki sebagap pencari nafkah dan perempuan sebagai isteri rumahan menyumbang kohesi sosial, kemurnian peran, dan penyelesaian tugas-tugas penting kemasyarakatan. Perspektif ini lebih jauh mengemukakan bahwa keluarga merupakan suatu institusi vital penting yang menyumbang integrasi sosial karena perannya memelihara anak, mempertahankan kelangsungan hidup dan sosialisasi kepada anak-anak. Ketidakadilan Gender Pembedaan gender pada dasarnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun persoalan nyata, pembedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan. Ketidakadilan itu nampak dalam marginalisasi peran perempuan dalam berbagai sektor kehidupan; pendidikan, politik, ekonomi dan sosial. Disribusi kekuasaan, presites dan hak-hak istimewa dalam masyarakat tidak seimbang. Ketidakadilan yang lain nampak dalam subordinasi perempuan. Perempuan dianggap sebagai kelas bawah dan suaranya tidak dapa diperhitungkan, di sini ada stereotipe. Dan yang lebih buruk lagi adalah kekerasan yang cenderung di alami oleh perempuan, pada hal perempuan memikul beban ganda dan keluarga. Ketidakadilan gender atau diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya sistem (struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjangperadaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan. Ketidakadilan atau diskriminasi gender sering terjadi dalam keluarga dan masyarakat serta di tempat kerja dalam berbagai bentuk, yaitu: a. Stereotip/Citra Baku Yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang seringkali bersifat negatif dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Misalnya, karena perempuan dianggap ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai sekretaris, guru Taman 2012 7 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kanak-kanak; kaum perempuan ramah dianggap genit; kaum laki-laki ramah dianggap perayu. b. Subordinasi/Penomorduaan Yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau dinomorduakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Contoh: Sejak dulu, perempuan mengurus pekerjaan domestik sehingga perempuan dianggap sebagai “orang rumah” atau “teman yang ada di belakang”. c. Marginalisasi/Peminggiran Adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, perkembangan teknologi menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh laki - laki. d. Beban Ganda/Double Burden Adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. e. Kekerasan/Violence, Yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang, sehingga kekerasan tersebut tidak hanya menyangkut fisik (perkosaan, pemukulan), tetapi juga nonfisik (pelecehan seksual, ancaman, paksaan, yang bisa terjadi di rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat umum. Konflik gender adalah berbagai masalah kritis yang dihadapi, terutama oleh perempuan. Walaupun perjuangan perempuan telah berjalan cukup lama, namun sampai saat ini masih dirasakan adanya kesenjangan gender. Di Indonesia terdapat beberapa hal yang merendahkan harkat dan martabat perempuansebagai keprihatinan bersama, antara lain: 2012 8 Masih banyak perempuan dirugikan dengan adanya peraturan perundangundangan yang diskriminatif (bias gender). Banyaknya penipuan dan perdagangan perempuan untuk dipekerjakan dengan penghasilan yang menjanjikan (TKW, dsb.). Perlindungan hukum yang kurang memadai terhadap tindak kekerasan, perkosaan, dan penyiksaan fisik dan nonfisik. Budaya kawin muda (< 16 tahun) yang diikuti dengan tingkat perceraian yang tinggi dapat merendahkan martabat perempuan. Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja (peraturan sekolah yang masih bias gender). Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adanya budaya, adat istiadat yang bias gender (laki-laki tidak boleh melakukan pekerjaan domestik, perempuan tidak perlu memperoleh pendidikan tinggi). Dari aspek kesehatan reproduksi, masih ada pendapat bahwa KB adalah urusan perempuan (tabu untuk dibicarakan secara terbuka). Gender menjadi bermasalah, jika : terjadi ketimpangan satu pihak dirugikan satu jenis kelamin dibedakan derajatnya satu jenis kelamin dianggap tidak mampu satu jenis kelamin diperlakukan lebih rendah satu jenis kelamin mengalami ketidakadilan gender Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Ketidakadilan gender adalah berbagai tindak ketidakadilan atau diskriminasi yang bersumber pada keyakinan gender. Diskriminasi berarti setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, dll oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara perempuan dan laki-laki. Daftar Pustaka Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi (Bagian 1 dan 2): Jakarta, Penerbit Erlangga Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers www theoryhead.com/gender. 2012 9 Sosiologi Yuherina Gusman, M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id