POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 ISSN : 1858-3709 Tinjauan Perilaku Perkuatan Pasir Menggunakan Ijuk Terhadap Pemodelan Likuifaksi Sand Strength Analysis Using Palm Fiber Towards Liquefaction Modeling Yelvi, Enita Suardi, Yan Partawijaya & Lusyana Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 ABSTRACT Liquefaction is the process of changing conditions of water-saturated sandy soil into a liquid, due to increased pore water pressure value becomes equal to the total pressure because of the occurrence of dynamic loads, so the effective pressure becomes ground zero (Seed et al, 1982). According to Adrin Tohari, the terms of the occurrence of events liquefaction must meet five criteria namely the soil layer of sand or silt, a layer of water-saturated soil, the soil layer is decomposed or loose (not solid), earthquakes must be strong and long. Utilization of the fibers to be mixed in the soil of sand is expected to overcome liquefaction events. Soil testing conducted in the laboratory of Civil Engineering Department, Polytechnic Padang. Soil samples taken in the area of Air Tawar Barat, Padang with disturbed soil. Tests carried out include the physical properties (water content, Specific Gravity, Weight Volume, and Sieve Analysis). Testing is only done for the physical properties of native soil alone. Proceed to make a table vibrator with two types of test samples of miniature houses and sand tower. Vibration strength given in the table vibrator is 7.5 V, 9 V and 12 V. Percentage levels of fibers for miniature house is 0% and 0.1%, while the percentage content of the fibers to the tower of sand is 0%, 0.1%, 0.15%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, 0.5%, 0.6%, 0.7%, 0.8% , and 0.9%. Based on the test results can be concluded that the addition of palm fiber content can reduce the impact of liquefaction. When that occurs when a house collapsed on a miniature palm fiber content 0% (9 V) is 0.19 minutes and at levels of 0.1% fibers (9 V) to 0.35 minutes. The addition of palm fiber content can also add strength to withstand the vibrations of sand in a given (7.5 V, 9 V and 12 V). The optimum level of fibers is 0.8%, because the levels of 0.9% strength of sand, the tower collapse rapidly within 1.45 menit. Keywords : Sand, Palm Fiber, Liquefaction PENDAHULUAN Indonesia yang terletak di antara empat lempeng aktif (Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Filipina) menjadikan hampir seluruh kawasan di Indonesia rawan gempa tektonik. Sumatera Barat misalnya, sudah beberapa tahun terakhir ini sering mengalami guncangan akibat gempa. Gempa teranyar terjadi pada tanggal 30 September 2009 pusat gempa di barat laut Pariaman dengan kekuatan 7,6 skala richter. Disusul pada tanggal 25 Oktober 2010 terjadi lagi gempa tektonik dengan kekuatan 7,2 skala richter pusat gempa di Pagai Selatan yang diikuti dengan gelombang tsunami. Tentu saja banyak sekali kerusakan infrastruktur dan kerugian yang ditimbulkannya baik materil maupun jiwa manusia. Terkait dengan hal tersebut, pengetahuan akan gempa dan segala upaya meminimalisasi dampaknya adalah hal yang mutlak untuk diketahui. Pada tahun 2007, tim geologi LIPI memaparkan hasil penelitian mereka tentang kondisi bawah tanah Kota Padang yang tersusun atas lapisan pasir gembur hingga pasir padat. Kondisi tanah yang berpotensi likuifaksi tersebut, digambarkan dengan kepadatan lapisan pasir yang meningkat menurut kedalaman dan permukaan air tanah yang cenderung dangkal. Ini akan memperparah efek gempa bumi yang terjadi. Selanjutnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bencana gempa bumi tektonik dengan kekuatan 7,6 SR yang 64 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 terjadi di Sumatera Barat 30 September 2009 merupakan fenomena likuifaksi. Menurut Adrin Tohari dari Puslit Geoteknologi LIPI, bencana gempa di Padang, termasuk dalam fenomena likuifaksi karena telah memenuhi lima kriteria terjadinya fenomena likuifaksi. Likuifaksi merupakan proses perubahan kondisi tanah pasir yang jenuh air rmenjadi cair, akibat meningkatnya tekanan air pori yang nilainya menjadi sama dengan tekanan total oleh sebab terjadinya beban dinamik, sehingga tegangan efektif tanah menjadi nol (Seed et al, 1982). Kondisi jenuh air pada lapisan tanah pasir menyebabkan getaran gempa bumi akan mudah sekali mengocok lapisan tanah pasir itu yang menyebabkan ikatan antar-partikel di dalamnya luruh, sehingga tanah kehilangan kekuatan. Menurut Adrin Tohari, syarat-syarat terjadinya peristiwa likuifaksi harus memenuhi lima kriteria yakni lapisan tanahnya berupa pasir atau lanau, lapisan tanahnya jenuh air, lapisan tanahnya bersifat terurai atau gembur (tidak padat), gempa buminya harus kuat dan lama. Dengan terpenuhinya kelima syarat itu, LIPI berkesimpulan bencana gempa di Padang, termasuk fenomena likuifaksi. Pada prinsipnya, Tanaka dkk (1991) menjelaskan bahwa bahaya likuifaksi ini dapat ditanggulangi dengan dua teknik yaitu (1) memperbaiki sifat-sifat tanah dan (2) memperbaiki kondisi yang berkaitan dengan tegangan, deformasi, dan tekanan air pori. Penelitian ini memilih menanggulangi likuifaksi dengan teknik yang kedua yaitu menggunakan ijuk sebagai perkuatan pada tanah. Pemilihan ijuk sebagai upaya mengatasi likuifaksi berdasarkan atas sifat yang dimilikinya dan beberapa hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap serat ijuk tersebut. Pada pembuatan genteng beton, penambahan prosentase serat ijuk dan pengurangan pasir menghasilkan genteng beton dengan beban lentur semakin meningkat dan berat jenis semakin kecil. (Warih, 2005). Selanjutnya dengan penambahan serat ijuk sebanyak ( 1 – 5) % pada campuran semen-pasir mampu ISSN : 1858-3709 meningkatkan : kuat tarik belah, kuat desak dan ketahanan kejut. (Wiryawan Sarjono P et al, 2008). Serat ijuk merupakan salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah satu bentuk pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk, tali ijuk ini tidak lapuk oleh asam dan garam air laut. Oleh karena itu sudah sejak lama nenek moyang kita menggunakan tali ijuk ini untuk berbagai pengikat bambu di air laut. Selain itu ijuk tidak mudah busuk baik dalam keadaan terbuka (tahan terhadap cuaca) maupun tertanam dalam tanah. Dengan karakteristik ijuk seperti ini maka diharapkan dapat menjadi pengikat antar butiran pasir atau lanau sewaktu diguncang gempa, sehingga kekuatannya masih ada. Disamping itu sifat ijuk yang mudah menyerap air, dapat mengurangi tekanan air pori yang naik pada waktu terjadi gempa. Sehingga pemanfaatan ijuk sebagai perkuatan khususnya pada pasir lepas diharapkan dapat mengatasi peristiwa likuifaksi. Penelitian ini dilakukan sedemikian rupa dengan membuat pemodelan likuifaksi akibat getaran gempa menggunakan meja vibrator. METODOLOGI Pengambilan Sample Tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan langsung di lokasi, yaitu di Air Tawar Barat Padang, tanah yang diambil adalah merupakan contoh tanah terganggu (disturbed sample) dimana pengambilannya menggunakan cangkul dan alat lainnya yang sesuai untuk keperluan ini dan tanah dimasukkan kedalam karung dengan jumlah sesuai keperluan kemudian dibawa ke laboratorium. Tanah dikeringkan dengan suhu udara dan maksimum dengan suhu panas matahari, kemudian dihancurkan dengan palu karet dan disaring dengan ayakan sesuai kebutuhan pengujian sehingga siap untuk dipergunakan dalam pengujian. 65 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 Motor getar horizontal (roda penggerak mendorong lantai arah horizontal) Pot. Pot. I I Tabel 1. Jumlah dan Variasi Benda Uji - Kadar Ijuk 0% Uji Kadar Air 3 buah Uji Berat 3 buah Jenis Uji Berat 3 buah Volume Uji Analisa 1 buah Saringan Jumlah Total Benda Uji 10 buah Pemodelan Getaran Gempa dengan Meja Vibrator Meja vibrator ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan suatu getaran yang mempunyai simpangan vertikal dan horizontal. Pembuatan gerakan vertikal dan horizontal ini berdasarkan atas gelombang yang dihasilkan gempa bumi yaitu gelombang primer (P) yang merupakan gelombang longitudinal dan gelombang sekunder (S) berupa gelombang transversal. Akibat getaran gempa dari meja vibrator dan peristiwa likuifaksi yang ditimbulkannya akan dilihat pengaruhnya pe per r 10 cm Jenis Pengujian Motor getar vertikal (roda penggerak mendorong lantai arah Motor gerak horizontal Multipleks 12 mm 10 cm a. Pemeriksaan Kadar Air (ASTM 1989, D 2216-80) b. Berat Jenis (Specific Gravity) (ASTM 1989, D 854-23) c. Pengujian Berat Volume Tanah (ASTM 1989, D 854-20) d. Analisis Saringan (ASTM 1989, D 42263) Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dan tanah yang digunakan merupakan tanah yang terganggu, kecuali untuk uji kadar air. Rencana variasi dan jumlah benda uji untuk uji fisik seperti tabel berikut : pada pasir dalam kondisi jenuh. Selanjutnya pasir jenuh ini diberi perkuatan menggunakan ijuk dengan variasi kadar ijuk 0 %, 0.1 %, 0.15 %, 0,2 %, 0,3 %, 0,4 %, 0,5 %, 0.6 %, 0.7 %, 0.8 %, dan 0.9 %. Di atas media pasir jenuh dan setiap variasi penambahan ijuk diletakkan miniatur rumah untuk melihat efek yang ditimbulkan akibat peristiwa likuifaksi. Miniatur rumah ini terbuat dari stereofom, sehingga faktor kekuatan struktur dalam menahan gempa diabaikan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur waktu yang terjadi pada saat meja vibrator digetarkan sampai peristiwa likuifaksi terjadi. Pengukuran dilakukan setiap perbedaan variasi kadar ijuk. Bentuk meja vibrator ini dapat dilihat pada Gambar 1. : 50 cm 10 cm Pengujian Sifat Fisik Tanah Pengujian ini gunanya untuk mengetahui sifat fisik tanah asli yang diuji, sehingga bisa diketahui apakah tanah itu rentan terhadap likuifaksi atau tidak. Pengujian sifat fisik tanah secara keseluruhan berdasarkan kepada ketentuan 1989 nnual Book of ASTM Standards Volume 04. 08. Pemeriksaan sifat fisik meliputi : ISSN : 1858-3709 per 10 cm 50 10 cm Pot. ILantai media I pasir Gambar 1. Meja Vibrator Untuk membuat meja vibrator ini dibutuhkan beberapa bahan dan alat, diantaranya : Bahan dan alat : 1. Multipleks tebal 12 mm 66 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 2. Dynamo 6 volt (4 buah), 2 bh untuk putaran ke kanan dan 2 bh putaran ke kiri 3. Roda penggerak arah vertikal dan horizontal (4 buah) 4. Lakban 5. Kabel (2 m) 6. Timah ( 2 m) 7. Steoroform (sebagai miniatur rumah) 8. Paku 9. Baut sekrup (25 buah) 10. Lem 11. Plat besi tebal 0.5 mm 12. Pegas (5 buah) 13. Pasir + ijuk ( 0 %, 0.1 %, 0.15 %, 0.2 %, 0.4 %, 0.5 %, 0.6 %, 0.7 %, 0.8 %, dan 0.9 %) 14. Gergaji 15. Adaptor dengan tegangan 6 volt – 12 volt (2 buah) 16. Solder 17. Cutter Langkah Kerja : 1. Pasang 5 buah pegas pada masingmasing sudut pada papan kayu berukuran 50 cm x 50 cm dengan posisi vertikal pada tiap rusuk dan 1 pegas tepat ditengah-tengah papan. 2. Pasang roda penggerak vertikal dan horizontal pada setiap dinamo. 3. Pasang 2 buah motor listrik pada 2 sudut kiri dan kanan multiplek, dengan roda penggerak diletakkan di samping multiplek 50 x 50 yang dihubungkan dengan kawat, sehingga menimbulkan getaran horizontal jika motor dialiri listrik DC. 4. Pasang 2 buah motor lagi pada bagian yang saling berhadapan pada multiplek 50 x 50 dengan posisi roda penggerak dihubungkan dengan kawat arah vertical dengan multiplek ini, sehingga menimbulkan getaran vertikal jika motor dialiri listrik DC. 5. Potong kabel dengan ukuran 100 cm sehingga didapatkan 8 buah kabel. Kemudian kupas semua ujung pada masing-masing kabel. Setelah semua terkupas, pasang masing-masing kabel ISSN : 1858-3709 dengan mensolder pada panel dinamo. Dimana terdapat 8 buah panel dalam 4 dinamo yang masing-masing terdapat komponen positif dan negatif. 6. Setelah kabel terpasang, bentuk rangkaian kabel dalam bentuk rangakaian paralel tujuannya adalah untuk mendapatkan tegangan yang sama disetiap dinamo. 7. Buat steoroform sebagai miniatur rumah-rumahan. 8. Setelah semua rangkaian selesai terpasang, untuk yang terakhir pasang kabel dinamo dengan sumber tegangan dari adaptor dan taruh pasir basah pada meja triplek. Dari rangkaian yang sudah terpasang, pemodelan siap diujikan. Pasang steker adaptor pada stop kontak sebagai input power. Dengan menekan tombol on/off pada adaptor maka secara otomatis power akan menggerakkan meja yang terbuat dari multiplek tersebut. Untuk mengubah power, dapat diatur panel pada adaptor mulai dari 7.5 volt, 9 volt, dan 12 volt. Waktu yang dibutuhkan dari awal getaran sampai terjadinya likuifaksi diukur menggunakan stop watch .Untuk memahami mekanisme terjadinya likuifaksi diletakkan miniatur rumah-rumahan yang terbuat dari steoroform diatas papan multiplek meja vibrator yang diberi pasir basah dengan ketebalan 7 cm. Sebelum miniatur rumah dimasukkan ke dalam lapisan tanah ditandai dengan spidol, agar penurunan yang terjadi bisa diketahui. HASIL Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian pengaruh penambahan ijuk pada tanah pasir dalam mengurangi resiko peristiwa likuifaksi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang. Penelitian ini dibatasi pada pengujian sifat fisik tanah saja. Sifat fisik tanah yang diukur adalah specific grafity, analisa pembagian butir, kadar air tanah dan berat jenis tanah. Sampel uji yang diujikan untuk sifat fisik hanya untuk tanah asli. Tanah asli berupa 67 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 tanah pasir yang berasal dari daerah Air Tawar Barat, Padang. Sedangkan sampel uji yang dilakukan di dalam meja vibrator menggunakan campuran ijuk dan pasir dengan variasi campuran 0 %, 0.1%, 0.15%, 0.2%, 0,3%, 0.4 %, 0.5 %, 0.6 %, 0.7 %, 0.8 %, dan 0.9%. Selanjutnya dari hasil-hasil penelitian ini disajikan analisis ataupun pembahasan yang akan diuraikan lebih lengkap pada sub bab berikut. Pengujian Sifat Fisik Tanah Pengujian Kadar Air Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kadar yang terkandung dalam tanah. Kadar air tanah adalah nilai perbandingan antara berat air dengan berat kering tanah dalam yang dinyatakan dalam persentase. Hasil pengujian kadar air ditujukan dalam Tabel 2. Hasil dari uji kadar air tanah dapat dihitung dengan tabel berikut. Tabel 2. Hasil pengujian Kadar Air No. Sample 1 2 3 Berat Cawan,gr 16,27 16,31 16,47 Brt.Cwn+Tnh 35,98 40,53 43,79 Brt.Cwn+Tnh 34,08 38,22 41,14 Krg,gr Brt Tnh Krg, gr 17,81 21,91 24,67 Berat Air, gr 1,90 2,31 2,65 Kadar Air, % 10,67 10,54 10,74 Kadar Air Rata-rata, 10,65 % Dari pengujian dan perhitungan di dapat kadar air tanah pasir Air Tawar barat, Padang sebesar 10,65 %. Pengujian Berat Jenis Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara berat butir-butir tanah dengan berat air destilasi di udara dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Hasil dari pengujian berat jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 3. ISSN : 1858-3709 Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Jenis No. Piknometer 1 2 3 Brt Pic.,gr 32,37 34,33 35,96 Brt Pic.+ Tnh 71,15 69,77 69,91 Krg,gr Brt Tnh Krg,gr 38,78 35,44 33,95 Brt Pic.+Tnh 157,14 156,27 156,64 Kering+Air,gr Brt Pic. + Air,gr 132,90 134,14 135,37 Temp., ( ° C ) 26 26 26 Fakt. Koreksi 0,9997 0,9997 0,9997 Temp. Brt Pic.+Air 132,86 134,10 135,33 Terkoreksi,gr Brt Jenis Tanah 2,67 2,67 2,69 Brt Jenis Tanah 2,68 Rata2 Dari pengujian didapat berat jenis tanah pasir Air Tawar Barat, Padang sebesar 2.68. Berikut diberikan nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah yang diberikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Berat Jenis Tanah (Specific Gravity) Macam Tanah Berat Jenis Kerikil 2.65 – 2.68 Pasir 2,65 – 2.68 Lanau anorganik 2.62 – 2.68 Lempung organic 2.58 – 2.65 Lempung anorganik 2.68 – 2.75 Humus 1.37 Gambut 1.25 – 1.80 (Sumber : Hary Christady, H, Mekanika Tanah 1) Berdasarkan Tabel 4. dan hasil yang didapatkan dari pengujian berat jenis, maka tanah ini termasuk ke dalam jenis tanah pasir. Pengujian Berat Volume Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat volume suatu sampel tanah. Berat volume adalah nilai perbandingan berat tanah total termasuk air yang terkandung didalamnya dengan volume tanah total. Hasil dari pengujian ini ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah 68 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 No. Pengujian Diameter ring (d) Tinggi cincin (t) Volume ring (V) Berat ring (w1) Brt ring + tnh bsh (w2)tnh bsh (w2-w1) Brt Brt vol. tanah (γ) Brt vol. rata2 (gr/cm3) 1 6.4 2.5 80.38 81.55 235.8 2 6.4 2.5 80.38 81.55 238.2 154.25 156.65 1.919 1.949 1.934 Pengujian Analisa Saringan Dari pengujian analisa saringan, didapat hasil pengujian seperti Gambar 3.1. Gambar 2. Distribusi Ukuran Butiran Sistem klasifikasi yang digunakan untuk menginterprestasikan hasil dari pengujian ini adalah menggunakan system USCS. Tanah ini lebih dari 50 % tertahan pada saringan No. 200 yaitu sebesar 94,81 %, dan lebih dari 50 % lolos saringan No. 4 yaitu 81,82 %, maka tanah ini termasuk pada klasifikasi pasir (S). D 1,6 Cu = 60 = = 15,09 D10 0,106 D302 0,5 2 = = 1,47 (D60 xD10 ) (1,6 x0.106) Karena yang lolos saringan No. 200 antara 5 % sampai dengan 12 %, yaitu 5,19 %, maka akan mempunyai simbol ganda. Pasir bergradasi baik jika Cu > 6 dan 1< Cc < 3, kedua kriteria harus dipenuhi, jika tidak maka termasuk bergradasi jelek. Dari nilai Cu dan Cc yang didapatkan maka diklasifikasikan termasuk pasir bergradasi Cc = ISSN : 1858-3709 baik sedikit mengandung butiran halus. Akhirnya dapat disimpulkan klasifikasi tanah tersebut adalah SW-SM. Pengujian pada Meja Vibrator Pengujian pada meja vibrator dilakukan untuk 2 jenis sampel uji, yaitu miniatur rumah yang dibuat dari steoroform dan menara pasir yang dicetak menggunakan cetakan ukuran dengan ukuran tinggi 12 cm, diameter atas = 5.9 cm, dan diameter bawah = 5.5 cm. Menara pasir ini dibuat karena ternyata untuk penambahan ijuk dari 0.1 % ke 0.15 % untuk miniatur rumah yang menggunakan steroform kurang terlihat dampak terjadinya likuifaksi. Pada pengujian ini peristiwa likuifaksi bisa dilihat dari air yang naik ke atas permukaan, miniatur rumah dalam kondisi roboh, amblas dan miring. Pada kadar ijuk 0.15 % miniatur rumah sulit untuk ditanamkan ke dalam lapisan tanah karena ada ijuk yang menahan. Pengujian pada menara pasir gunanya untuk melihat pengaruh penambahan ijuk terhadap ketahanannya menghadapi getaran yang diberikan. Jadi pengujian terhadap miniatur rumah hanya pada 0 % dan 0.15 %. Sedangkan untuk menara pasir dilakukan pada kadar ijuk 0 %, 0.1 %, 0.15 %, 0.2 %, 0.3 %, 0.4 %, 0.5 %, 0.6 %, 0.7 %, 0.8 %, dan 0.9 %. Hasil pengujian pada meja vibrator untuk miniatur rumah dapat dilihat pada Tabel 6. dan Gambar 2. Tabel 3.5. Hasil Pengujian miniatur rumah Voltage Kadar Ijuk 0 % Kadar Ijuk 0.1 % Wakt Ket. Waktu Ket. 7.5 V 0.45 3 0.55 1 roboh 5.00 roboh 5.00 3 amblas 1 2 mm amblas 2 mm 9V 0.19 5.00 3 0.35 2 roboh roboh 5.00 3 amblas 1 2 mm amblas 3 mm 69 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 12 V 0.06 4 roboh 0.09 ISSN : 1858-3709 4 roboh (a) Gambar 3. Hubungan antara kuatnya getaran (Voltage) dengan waktu dan kadar ijuk Berdasarkan Gambar 3. terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan miniatur rumah untuk roboh semakin mengecil dengan peningkatan kekuatan getaran. Hal ini bisa terlihat pada kadar ijuk 0 % maupun 0.15 %. Contohnya pada kadar ijuk 0 %, voltage 7.5 V berkurang waktunya dari 0.45 menit menjadi 0.19 menit pada voltage 9 V. Jika diperhatikan pengaruh penambahan kadar ijuk, terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan miniatur rumah untuk roboh memerlukan waktu yang semakin lama. Pada Voltage 7.5 V, kadar ijuk 0 % memerlukan waktu untuh roboh sebesar 0.45 menit setelah ditambahkan ijuk 0.1 % waktunya meningkat mejadi 0.55 %. Pada voltage 7,5 V waktu yang dibutuhkan miniatur rumah yang amblas jumlahnya meningkat dari 1 menjadi 3 buah untuk voltage 7.5 V dan 9 V, sedangkan untuk 12 V ke-4 miniatur rumah tersebut roboh. Pengambilan data untuk miniatur rumah yang amblas dibatasi hanya sampai pada menit ke-5. Secara visual proses likuifaksi dapat terlihat pada Gambar 3.3, yaitu naiknya air ke permukaan tanah, miniatur rumah yang roboh serta amblas. (b) (c) Gambar 4. Peristiwa Likuifaksi (a). Naiknya air ke permukaan tanah (b). Miniatur rumah roboh (c). Miniatur rumah amblas PEMBAHASAN Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan ijuk pada pasir dapat memberikan ikatan pada butiran pasir jenuh yang kekuatan gesernya berkurang akibat naiknya tegangan air pori. Butiran pasir tersebut masuk ke dalam jalinan yang tebentuk dari serat ijuk, sehingga masih ada yang mengikat butiran tersebut. Terbukti dengan waktu yang dibutuhkan terjadinya likuifaksi menjadi lebih lama dibandingkan dengan pasir tanpa campuran ijuk. 70 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 Setelah digetarkan, menara pasir mengalami tiga kondisi yaitu masih utuh, miring dan runtuh. Kondisi ini dapat dilihat Pada Gambar 5. (a) (b) (c) Gambar 5. Kondisi menara pasir setelah digetarkan (a). Utuh (b). Miring (c). Runtuh Hasil pengujian pada meja vibrator untuk menara pasir menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan menara untuk roboh semakin menurun apabila kekuatan getaran (voltage) meningkat. Contohnya untuk kadar ijuk 0.1 %, pada voltage 9 V waktunya 3.25 menit dan setelah ditambah kekuatan getaran menjadi 12 V waktunya menjadi 2.88 menit. Sedangkan untuk persentase kadar ijuk, waktu akan semakin meningkat jika kadar ijuk ditambahkan. Namun fenomena ini terlihat hanya sampai ISSN : 1858-3709 persentase 0.3 %, karena pencatatan waktu hanya dibatasi pada 15 menit saja. Hal ini disebabkan waktu 15 menit sudah dianggap terlalu lama untuk suatu getaran yang terjadi. Sehingga pada kadar ijuk 0.4 % sampai dengan 0.8 % dengan waktu sampai 15 menit, kondisi ada yang masih berdiri vertikal dan ada yang miring. Jika dilihat secara visual kondisi menara yang miring disebabkan adanya ikatan yang terbentuk dari serat ijuk sehingga pada menit ke 15 menara tersebut tetap tidak runtuh hanya dalam keadaan miring. Pengujian menggunakan menara pasir ini tidak untuk melihat peristiwa likuifaksi, hanya (b) digunakan untuk melihat kekuatan pasir dengan persentase kadar ijuk apabila terjadi gempa. Waktu yang dibutuhkan untuk runtuh menurun cukup drastis pada kadar ijuk 0.9 %, yaitu sampai 1.45 menit pada 12 V. Hal ini menunjukkan jika terlalu banyak persentase ijuk yang ditambahkan menyebabkan kekuatannya dalam menahan getaran gempa menjadi lemah. Jadi nilai optimum persentase kadar ijuk berdasarkan hasil pengujian dalam menahan getaran dengan kekuatan 7,5 V, 9 V dan 12 V adalah pada kadar 0.8 %. SIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sifat fisik tanah pasir Air Tawar Barat, Padang mempunyai kadar air (w) = 10.65%. Berat Jenis (Gs) = 2.68, Berat volume = 1.934 gr/cm3. Hasil Analisa Saringan menyatakan bahwa tanah ini dapat diklasifikasikan ke dalam simbol SW-SM. 2. Pada pengujian miniatur rumah, semakin besar kekuatan getaran diberikan waktu yang dibutuhkan untuk roboh semakin kecil. Sedangkan untuk pertambahan kadar ijuk sampai 0.1 % waktu yang dibutuhkan untuk runtuh semakin lama. Peristiwa likuifaksi dapat dilihat secara visual dengan naiknya air ke permukaan, miniatur rumah yang amblas dan roboh. 71 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 3. Pada pengujian menara pasir, semakin besar kekuatan getaran diberikan waktu dibutuhkan untuk runtuh semakin kecil. Sedangkan untuk pertambahan kadar ijuk sampai 0.3 % waktu yang dibutuhkan untuk runtuh semakin lama. Kondisi menara pasir pada kadar ijuk 0.4 % sampai dengan 0.8 % pada menit ke 15 ada yang utuh dan miring. Penambahan kadar ijuk menjadi 0.9 % menyebabkan kekuatan menara pasir menurun cukup drastis dengan waktu yang dibutuhkan untuk runtuh 1.45 menit pada 12 V. Jadi persentase kadar ijuk optimum adalah 0.8 % dalam menghadapi getaran dengan kekuatan 7.5 V, 9 V dan 12 V. 4. Penambahan kadar ijuk dapat memberi ikatan pada butiran pasir dengan adanya jalinan yang terbentuk dari serat ijuk, sehingga butiran pasir masuk ke dalam jalinan tersebut. SARAN Tanah yang akan diteliti sebaiknya termasuk pada tanah yang mempunyai potensi yang besar terhadap likuifaksi. Perlu dilakukan penyelidikan terlebih dahulu terhadap tanah yang memiliki potensi likuifaksi. 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat potensi likuifaksi untuk persentase kadar ijuk yang lebih besar. 2. Pengujian mengenai besarnya kuat geser antara campuran ijuk dan pasir perlu dilakukan di laboratorium. 3. Agar ijuk dapat diterapkan sebagai alternatif dalam mengatasi dampak likuifaksi secara optimal, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara besarnya kekuatan gempa yang terjadi terhadap pemodelan yang digunakan dalam penelitian. ISSN : 1858-3709 DAFTAR PUSTAKA Seed H.B, and Idriss I.M., “Ground motions and soil liquefaction during earthquakes”, EERI Monograph,1982. Tanaka, Y., Nakajima, Y., and Tsuboi, H. (1991). Liquefaction control works. Symposium on Control of Soil Liquefaction, Japanese Society of Soil Mechanic and Foundation Engineering, Tokyo, 33-38 (in Japanese). Warih, “Pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir terhadap beban lentur dan berat jenis genteng beton”, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Universitas Negeri Semarang Pambudi, 2005. Wiryawan Sarjono P dan Agt Wahjono, “Pengaruh pemanfaatan serat ijuk pada kuat tarik campuran semen-pasir dan kemungkinan aplikasinya”, Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jurnal Teknik Sipil Volume 8 No. 2, Februari 2008. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada penyelenggara DIPA Politeknik Negeri Padang Tahun 2011 yang telah mendanai penelitian ini. Surat Kontrak No 191 / K3.1 – PG / 2011. 72