BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari secara formal pada
berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Biologi secara mandiri mulai
dibelajarkan sejak jenjang pendidikan dasar pada tingkat sekolah menengah
pertama sampai jenjang pendidikan lanjutan pada tingkat sekolah menengah atas
atau yang sederajat. Pada pembelajaran biologi di sekolah, tak jarang ditemukan
pemahaman maupun konsep siswa yang berbeda dari konsep ilmiah. Pemahaman
siswa yang janggal dan tidak tepat secara ilmiah tersebut disebut miskonsepsi
(Bahar, 2003).
Beberapa peneliti menggunakan istilah berbeda untuk merujuk miskonsepsi.
Istilah lain yang memiliki makna yang sama dengan miskonsepsi seperti konsepsi
alternatif/alternative conceptions (Arnaudin dan Mintzes, 1985; Dikmenli, Osman
dan Fulya, 2009; Cinici, 2013b), prekonsepsi/preconception (Hawseh dalam
Bahar 2003) maupun kesalahan gagasan/erronous ideas (Fisher dalam Bahar
2003), tetapi menurut Bahar (2003) istilah miskonsepsi lebih umum digunakan.
Untuk alasan itu istilah miskonsepsi digunakan pada penelitian ini.
Miskonsepsi dapat terjadi pada berbagai aspek atau bidang ilmu pendidikan,
termasuk dalam bidang pendidikan biologi. Beberapa penelitian berhasil
mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi dalam pendidikan biologi. Miskonsepsi
yang terjadi, tidak hanya mencakup pemahaman siswa pada suatu konsep.
Adisendjaja dan Romlah (2007) menemukan bahwa terdapat miskonsepsi dan
kesalahan pada buku teks biologi SMA. Sementara dalam konteks pemahaman
siswa, Tekkaya (2002) merangkum beberapa konsep dalam biologi yang menjadi
miskonsepsi berdasarkan penelitian peneliti-peneliti sebelumnya. Konsep-konsep
tersebut diantaranya terjadi pada konsep fotosintesis, respirasi, biologi seluler,
sistem peredaran darah, ekologi, energi, genetika, dan klasifikasi yang mencakup
vertebrata dan invertebrata (Tekkaya, 2002). Miskonsepsi pada konsep lain
mungkin masih banyak dan perlu untuk diidentifikasi.
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Bahar (2003) berpendapat bahwa miskonsepsi merupakan salah satu faktor
penting yang memengaruhi belajar siswa. Merujuk pada pendapat tersebut,
miskonsepsi dalam pendidikan biologi harus diubah atau diperbaiki, namun
Tekkaya (2002) menyatakan bahwa sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki, kita
harus terlebih dahulu mengindetifikasinya. Terlebih dahulu harus dilakukan
identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Karena itu, identifikasi
miskonsepsi penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mengubah konsep yang
tidak tepat tersebut menjadi konsep yang tepat secara ilmiah agar perkembangan
pemahaman siswa secara utuh akan sesuai dengan konsep ilmiah yang telah
disepakati.
Jika miskonsepsi dibiarkan, selain akan memengaruhi pemahaman individu
siswa pada konsep berikutnya, miskonsepsi juga dapat menimbulkan masalahmasalah lain. Mengacu pada karakteristik miskonsepsi menurut Adeniyi dan
Fisher (dalam Tekkaya, 2002), miskonsepsi cenderung dapat menyebar melalui
interaksi antar siswa pada pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu jika miskonsepsi dibiarkan, miskonsepsi tersebut mungkin dapat
terbawa hingga pada kehidupan setelah pendidikan formal. Hal ini dimungkinkan
karena karakteristik dari miskonsepsi yang salah satunya adalah cenderung
resisten terhadap perubahan dengan pembelajaran tradisional seperti dipaparkan
sebelumnya (Tekkaya, 2002). Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan keilmuan biologi di masa mendatang. Dalam lingkup
kecil terhadap pemahaman konsep siswa. Miskonsepsi pada suatu konsep akan
berdampak pada pemahaman konsep lain yang terintegrasi.
Pada penelitian ini konsep biologi yang dikaji untuk diidentifikasi
miskonsepsinya adalah konsep Arthropoda. Dalam Silabus Peminatan Matematika
dan Ilmu-ilmu Alam Mata Pelajaran Biologi SMA , sesuai Kurikulum 2013 yang
diterapkan di Indonesia saat ini, konsep Arthropoda merupakan bagian dari BAB
8. Invertebrata pada semeseter 2 atau kelas X (sepuluh). Konsep yang dikaji
diantaranya mencakup morfologi, pengelompokan serta peran hewan-hewan
Arthropoda bagi kehidupan.
Pemilihan konsep Arthropoda didasari pada keberadaan hewan-hewan anggota
filum tersebut pada kehidupan siswa. Peneliti menilai pada kehidupan seahari-
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
hari, hewan-hewan invertebrata dari filum Arthropoda merupakan hewan
invertebrata yang relatif lebih sering dijumpai siswa daripada hewan-hewan
invertebrata dari filum lain. Hal ini merujuk pada Bullough (1958) yang
berpendapat bahwa Arthropoda merupakan filum tersukses dan terbesar dalam
dunia hewan. Hal ini berarti Arthropoda memiliki jumlah anggota yang banyak.
Melimpahnya hewan-hewan Arthropoda di lingkungan sekitar, membuat siswa
tidak kesulitan untuk menemukan hewan-hewan yang termasuk serangga, labalaba maupun udang-udangan sekalipun.
Identifikasi miskonsepsi Arthropoda dinilai penting untuk dilakukan
mengingat belum ada penelitian tentang hal ini sebelumnya di Indonesia.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya mencakup hal-hal
mengenai pandangan terhadap hewan (Kubiatko dan Prokop 2009; Cinici 2013a),
miskonsepsi dalam pengelompokkan hewan (Naz dan Nasreen, 2013), pandangan
siswa dan miskonsepsi tentang invertebrata (Cinici, 2013b) dan lain-lain. Tetapi
untuk khusus membahas konsep Arthropoda dan subtaksanya belum ditemukan
sebelumnya.
Identifikasi atau pengungkapan miskonsepsi di sekolah dapat dilakukan
melalui beberapa cara. Cara-cara untuk mengungkap miskonsepsi dapat berupa
penggunaan kuis, peta konsep, gambar, soal tes pilihan ganda
soal tipe
benar/salah (true/false type) dan interview (Tekkaya, 2002). Peneliti-peneliti
menggunakan berbagai metode untuk mengungkap miskonsepsi, misalnya
menggunakan teknik wawancara (Naz dan Nasreen, 2013), analisis gambar (Kose,
2008; Dikmenli, 2010; Nurhubaini, 2013) dan soal pilihan ganda (Kubiatko dan
Prokop, 2009; Cinici, 2013b).
Pada penelitian ini, untuk menjaring miskonsepsi siswa digunakan soal tes
pilihan ganda. Soal pilihan ganda dipilih karena memiliki beberapa kelebihan atau
keuntungan dalam penggunaannya. Menurut Al-Rubaeya (dalam Kutluay, 2005)
soal tipe ini dapat dinilai secara cepat dan objektif, mudah diterapkan pada jumlah
sampel yang banyak. Lebih lanjut Kutluay (2005) memaparkan temuan
Ooesterhof yang menyatakan bahwa soal tipe ini cenderung lebih disukai siswa
dan mampu memberikan penilaian diagnostik. Selain memiliki kelebihan, soal
pilihan ganda juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya jenis pengukuran
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
ini tidak dapat menelaah mengenai proses penalaran siswa dan penyebab
penyimpangan konseptual yang terjadi pada pemahaman siswa (Tekkaya, 2002).
Penggunaan metode interview/wawancara dapat digunakan untuk menelaah
penalaran siswa, namun metode tersebut sangat sulit dan memakan waktu yang
lama untuk diterapkan pada jumlah sampel yang besar (Kutluay, 2005). Untuk
menyiasati hal itu, soal pilihan ganda yang digunakan pada penelitian ini
dimodifikasi dengan mengadaptasi bentuk soal pilihan ganda bertingkat tiga
(three-tier). Tipe ini diambil untuk memeroleh alasan pemahaman siswa terhadap
satu konsep sebelum diverifikasi menggunakan wawancara individu. Pada tes
three-tier, tier keyakinan jawaban siswa ditambahkan untuk menentukan ada atau
tidaknya miskonsepsi pada suatu kesalahan. Oleh karena itu pada penelitian ini
digunakan tes dengan soal pilihan ganda bertingkat three-tier.
Mengacu pada pemaparan-pemaparan sebelumnya identifikasi miskonsepsi
menggunakan tes three-tier pada konsep Arthropoda dinilai penting untuk
dilakukan, karena belum ada penelitian serupa dengan metode ini pada konsep
Arthropoda. Identifikasi miskonsepsi pada konsep Arthropoda dapat dikatakan
baru untuk diteliti mengingat sebelumnya penelitian miskonsepsi tentang hewan
invertebrata berkisar pada konsep vertebrata dan invertebrata (Naz dan Nasreen,
2013) dan pengelompokkan hewan invertebrata sampai tahap filum (Cinici,
2013b). Selain itu, pengungkapan miskonsepsi tentang konsep Arthropoda dinilai
penting untuk dikaji karena konsep ini termasuk konsep yang harus dipahami
siswa sesuai pedoman kurikulum, sehingga identifikasi miskonsepsi pada konsep
ini dapat dijadikan bahan pertimbangan perbaikan strategi pembelajaran di
sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk penelitian ini
adalah “Bagaimana miskonsepsi siswa SMA di kota Bandung pada konsepkonsep Arthropoda?”
Agar penelitian ini lebih terarah, maka dari rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah siswa mengalami miskonsepsi pada konsep Arthropoda?
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2. Pada konsep Arthropoda apa sajakah siswa mengalami miskonsepsi?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya miskonsepsi tersebut?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Konsep yang dikaji pada penelitian ini adalah Konsep Arthropoda.
2. Pembelajaran mengenai konsep Arthropoda dilakukan langsung oleh guru
yang mengajar di sekolah, sesuai strategi pembelajaran yang dikembangkan
masing-masing guru, bukan oleh peneliti
3. Miskonsepsi yang dijadikan data penelitian hanyalah miskonsepsi yang
terjaring melalui tes miskonsepsi menggunakan soal three tier.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
siswa SMA di Kota Bandung pada konsep Arthropoda. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada konsep Arthropoda.
2. Memeroleh data miskonsepsi umum siswa pada konsep Arthropoda
3. Mengetahui faktor penyebab munculmya miskonsepsi pada siswa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsep-konsep Arthropoda yang yang dipahami secara tidak tepat
oleh siswa, sehingga guru dapat melakukan penekanan atau memberikan
perhatian lebih ketika menjelaskan konsep-konsep tersebut untuk menghindari
terjadinya miskonsepsi.
2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada
konsep biologi lain yang memiliki karakteristik sama atau berkaitan dengan
materi Arthropoda.
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
F. Struktur Organisasi
Secara umum, gambaran tentang isi dari skripsi ini dapat dilihat dalam
struktur organisasi penulisan skripsi berikut ini. Sistematika penulisan yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah
Univesitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2014. Struktur organisasi penulisan
skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab I, dijelaskan mengenai apa yang menjadi latar belakang
dilakukannya penelitian ini. Kemudian, terdapat pula rumusan masalah yang
diteliti serta batasannya. Serta dijelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
2. Bab II Kajian Pustaka
Bab II berisi teori-teori yang relevan dan digunakan dalam penelitian ini.
Pertama
penjelasan mengenai miskonsepsi dan bagaimana cara mengungkap
miskonsepsi pada siswa. Kedua penjelasan mengenai tes pilihan ganda three-tier
yang digunakan pada penelitian ini. Ketiga dijelaskan mengenai hasil penelitianpenelitian yang relevan terhadap penelitian ini serta terakhir berupa karakteristik
materi pembelajaran konsep Arthropoda.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab III, dijelaskan secara terperinci mengenai metode penelitian yang
digunakan. Adapun sub bab yang dijelaskan mengenai definisi operasional, desain
penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan teknik
pengumpulan data serta analisis data pada penelitian ini.
4. Bab IV Temuan dan Pembahasan
Pada bab IV, dikemukakan tentang temuan penelitian dan pembahasan yang
dikembangkan berdasarkan temuan penelitian yang telah diperoleh. Perolehan
data didapat melalui desain penelitian yang terdapat pada bab III. Data tersebut
dianalisis dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada pada bab II.
5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi
Pada bab V, dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis penelitian serta
rekomendasi penulis sebagai bentuk pemaknaan terhadap hasil analisis penelitian.
Rekomendasi didasarkan pada kesalahan-kesalahan yang ditemukan serta upaya
untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Taufan Nurzaman Sulaeman, 2015
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download