draft 2 hsl pengamatan

advertisement
IV.
HASIL PENGAMATAN
A. Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Lokasi
: Jatikuwung
Hari, Tanggal
: Sabtu, 26 Oktober 2013
Pukul
: 11.00 – 12.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 158 mdpl
Arah Hadap
: Utara
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.1.2 Denah lokasi praktikum Jatikuwung
Tabel 4.1.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono
No
Deskripsi
Keterangan
1.
Cuaca
2.
Latitude
7 31’5,2” LS
3.
Longitude
110 50’43,1” LU
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Cerah / bersih (Sunny / Clear)
158 mdpl
Utara
0,2%
Vulkanik
Rumput
Bahan Induk 1
Tanpa
0m
Erosi
Permukaan
(Sheet
erosion)
Ringan
Kelas 1
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Mangga 10%
Rumput Teki 40%
Rumput Gajahan 25%
Jambu 5%
Beringin 3%
Pisang 7%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.1.2 Pengamatan Profil Tanah
No
Deskripsi
Keterangan
1
2
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B
Horison
1.1 Ketegasan Horison
1.1.1 Horison A1
1.1.2 Horison A2
1.1.3 Horison B
1.2 Bentuk batas
horison
1.2.1 Horizon A1
1.2.2 Horison A2
1.2.3 Horison B
Perakaran
4.1 Ukuran
4.1.1 Horizon A1
4.1.2 Horison A2
4.1.3 Horison B1
4.2 Jumlah
4.2.1 Horizon A1
4.2.2 Horison A2
4.2.3 Horison B1
Irisan Sekop
3
4.
Sumber : Boardlist
0 – 13 cm
13 – 21 cm
21 – 32 cm
Berangsur
Berangsur
Berangsur
Berombak
Berombak
Berombak
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Banyak
Biasa
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
1.
2.
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
3.
4.
5.
Sumber : Boardlist
Keterangan
Geluh Lempungan
Lempung
Geluh Lempung Debuan
Gumpal Membulat
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Sangat Halus
Sangat halus
Sangat Halus
Kuat
Kuat
Sedang
Sangat Teguh Sekali
Teguh
Sangat Teguh Sekali
Black
Very Dark
Brown
2,5
2
1,5
1,25
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horison
Drainase
pH tanah dari
KC
K4Fe
Lapang
NS
(Cn)
H2O
KCl
A1
O3
R3
4-5
A2
O1
R3
B1
O1
R3
Kedar
Laboratorium
BO
Kapur
4-5
++
0
4-5
5
++
0
5
5
++
0
H2O
KCl
Sumber : Boardlist
5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.1.5. Data Tanah Kering Angin
Botol Ukuran
A (gr)
B (gr)
C (gr)
Kadar
Lengas
A
Bongkah 32,200 gr
65,798 gr
65,019 gr
6,591 %
B
Bongkah 54,961 gr
68,141 gr
67,347 gr
6,4 %
C
Ф 2 mm
53,938 gr
70,557 gr
69,699 gr
5,44 %
D
Ф 2 mm
53,932 gr
69,698 gr
68,888 gr
5,416 %
E
Ф0,5mm 54,893 gr
72,826 gr
71,992 gr
4,8 %
F
Ф0,5mm 57,734 gr
76,205 gr
75,340 gr
4,91 %
Sumber : Laporan Sementara
Perhitungan:
a) KL bongkah
KL1 =
65,798  65,019
x100%  6,591%
65,019  53,200
KL2 =
68,141  67,347
x100%  6,4%
67,347  54,961
KL sampel rata-rata =
6,591%  6,41%
 6,5005%
2
b) KL tanah 2 mm
KL tanah =
bc
x100%
ca
KL1 =
70,557  69,699
x100%  5,44%
69.699  53,938
KL2 =
69,698  68,888
x100%  5,416%
68,888  53,932
KL sampel rata-rata =
5,44%  5,416%
 5,428%
2
c) KL 0,5 mm
KL1 =
72,826  71,992
x100%  4,8%
71,992  54,893
KL2 =
76,205  75,340
x100%  4,91%
75,340  57,734
KL sampel rata-rata =
4,877%  4,913%
 4,895%
2
1) Kapasitas Lapangan
Tabel 4.2.6. Data Kapasitas Lapangan
Sampel a (gram)
b (gram)
c (gram)
2mm 1
52,200
70,984
68,947
2mm 2
54,961
71,751
69,660
Sumber: Broadlist
Ket: a = berat botol penimbang setelah dioven selama 30 menit
beserta tutup dan label
b = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka
c = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka yang telah dioven
(𝑏−𝑐)
Kapasitas Lapang = (𝑐−𝑎) x 100%
2mm 1 =
(70,984−68,947)
(68,947−53,200)
x 100% = 12,936%
2mm 2 =
(71,751−69,660)
(69,660−54,961)
x 100% =14,219 %
2) Lengas Maksimum
a
= 35,552 gr
b
= 77,180 gr
c
= 58,312 gr
d
= 20,473 gr
Kadar Lengas=
( 𝑏−𝑎)− ( 𝑐−𝑑 )
(𝑐−𝑑 )
𝑥100%
( 77,180−35,552)− ( 58,312−20,473 )
=
(58,312−20,473)
𝑥100%
= 10,013 %
a. Batas Berubah Warna ( BBW )
Tabel 4.2.7. Data Batas Berubah Warna (BBW)
Sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
0,5mm 1
54,916
55,900
55,774
0,5mm 2
54,739
58,552
58,468
Sumber: Broadlist
Ket: a = berat botol penimbang setelah dioven selama 30 menit beserta
tutup dan label
b = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka
c = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka yang telah dioven
(𝑏−𝑐)
BBW = (𝑐−𝑎) x 100%
(55,900−55,774)
0,5mm 1 = (55,774−54,916) x 100% = 14,685%
(58,552−58,468)
0,5mm 2 = (58,468−54,739) x 100% = 2,252 %
Rata-rata BBW
14,685+2,252
2
= 8,4685 %
b. Analisis pH tanah
pH H2O
= 6,87
pH KCl
= 5,605
Saat menggunakan pH stik, pH H2O = 6,87, pH KCl = 5,605.
pH H2O lebih besar dari pada pH KCL karena pH KCl berasal dari pH
pada larutan tanah dan pada koloid tanah sedangkan pada pH H2O berasal
dari larutan tanah.
B. Jumantono
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.2.1 Profil Tanah Jumantono
Lokasi
: Jumantono
Hari, Tanggal
: Minggu, 27 Oktober 2013
Pukul
: 08.00 – 09.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 187 mdpl
Arah Hadap
: Barat
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.2.2 Denah Lokasi Jumantono
Tabel 4.2.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono
No
Deskripsi
Keterangan
1.
Cuaca
2.
Latitude
7 37’50,4” LS
3.
Longitude
110 56’54,0” LU
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Cerah / bersih (Sunny / Clear)
187 mdpl
40˚ menghadap timur laut
5%
Vulkanik
Tutupan buatan
Sangat jarang
0m
Erosi
Permukaan
(Sheet
erosion)
Ringan
Kelas 1
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Rumput 40%
Mangga 20%
Rambutan 5%
Singkong 5%
Jambu Monyet 2%
Alang-alang 8%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.2.2 Pengamatan Profil Tanah
No
Deskripsi
Keterangan
1
2
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B1
2.4 Horison B2
Horison
3.1 Ketegasan Horison
3.1.1 Horison A1
3.1.2 Horison A2
3.1.3 Horison B1
3.1.4 Horison B2
3.2 Bentuk batas
horison
3.2.1 Horizon A1
3.2.2 Horison A2
3.2.3 Horison B1
3.2.4 Horison B2
Perakaran
3.3 Ukuran
3.3.1 Horizon A1
3.3.2 Horison A2
3.3.3 Horison B1
3.3.4 Horison B2
3.4 Jumlah
3.4.1 Horizon A1
3.4.2 Horison A2
3.4.3 Horison B1
3.4.4 Horison B2
Irisan Sekop
3
4.
Sumber : Boardlist
0 – 11 cm
11 – 22 cm
22 – 45 cm
45 – 60 cm
Berangsur
Berangsur
Baur
Berangsur
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Banyak
Biasa
Sedikit
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
1.4 Lapisan 4
2.
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.1.4 Lapisan 4
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.2.4 Lapisan 4
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
3.
2.3.4 Lapisan 4
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
4.
3.4 Lapisan 4
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
5.
4.4 Lapisan 4
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
5.2.4 Lapisan 4
Sumber : Boardlist
Keterangan
1.
Geluh lempung debuan
Lempung
Geluh Lempungan
Lempung Pasiran
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Halus
Halus
Halus
Halus
Lemah
Sedang
Kuat
Kuat
Sangat Teguh
Teguh
Teguh
Gembur
Dark Red
Dark Red Dish Brown
Dark Brown
Dark Brown
2
1,5
1,5
1,5
1,5
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horison
Drainase
KC
K4Fe
NS
(Cn)
pH tanah dari
Lapang
H2O
Kadar
Laboratorium
KCl
H2O
BO
Kapur
++
KCl
A1
O1
R3
+++
A2
O3
R3
++
0
B1
O3
R3
++
0
B2
O3
R3
++++
0
Sumber : Boardlist
6. Analisis Lengas Tanah
a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin
No
Keterangan
A
B
C
Kadar lengas tanah
𝑏−𝑐
𝑥 100%
𝑐−𝑎
1
Gumpalan 1
55,035
60,004
59,487
gram
gram
gram
60,004 − 59,487
𝑥 100%
59,587 − 55,035
= 11,6 %
2
Gumpalan 2
54,436
59,459
58,931
gram
gram
gram
59,459 − 58,931
𝑥 100%
58,931 − 54,436
= 11,7%
Ctka  2 mm
3
56,400
61,400
60,933
gram
gram
gram
61,400 − 60,933
𝑥 100%
60,933 − 56,400
= 10,3%
Ctka  2 mm
4
54,440
59,453
58,952
gram
gram
gram
59,453 − 58,952
𝑥 100%
58,942 − 54,440
= 11,1%
5
Ctka

0,5 53,708
gram
mm
58,714
58,233
gram
gram
58,714 − 58,233
𝑥 100%
58,233 − 53,708
= 10,6%
6
Ctka
mm

0,5 51,697
gram
56,720
56,228
gram
gram
56,720 − 56,228
𝑥 100%
56,228 − 51,697
= 10,9%
a. Rata-rata gumpalan =
11,6% + 11,7%
= 11,65%
2
b. Rata-rata  2 mm =
10,3% + 11,1%
= 10,7%
2
c. Rata-rata  0,5 mm =
10,6% + 10,9%
= 10,75%
2
b. Kapasitas Lapangan
Keterangan
A
B
C
Kadar
Lengas
𝑏−𝑐
Tanah 𝑐−𝑎 𝑥 100%
No
1
2
Ctka  2 mm
Ctka  2 mm
54,774
66,353
62,305
gram
gram
gram
54,431
66,237
62,006
gram
gram
gram
4,048
𝑥 100% = 53,75%
7,531
4,231
𝑥 100% = 55,85%
7,575
Rata-rata:
53,75% + 55,85%
= 54,8%
2
c. Lengas Maksimum
No
keterangan
A
B
C
D
Kadar Lengas Maksimum
(𝑏 − 𝑎) − (𝑐 − 𝑑)
𝑥 100%
(𝑐 − 𝑑)
1 Ctka  2 mm
49,112
99,908
76,337
48,104
gr
gr
gr
gr
50,796 − 28,273
𝑥 100%
28.233
= 79,917%
d. Batas Berubah Warna ( BBW )
No
Keterangan
A
b
C
Kadar Lengas Tanah
𝑏−𝑐
𝑥 100%
𝑐−𝑎
1
Ctka  0,5 mm
54,375
57,949
57,217
gram
gram
gram
57,949 − 57,217
𝑥 100%
57,217 − 54,375
= 25,76%
2
Ctka  0,5 mm
54,543
58,148
57,336
gram
gram
gram
58,148 − 57,336
𝑥 100%
57,336 − 54,543
= 29,07%
Rata-rata:
25,76% + 29,07%
= 27,415% (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖)
2
e. Analisis pH Tanah
No
Keterangan
1
KCl 1
5,473
KCl 2
5,781
H2O 1
5,698
H2O 2
5,794
2
pH
Rata-rata
5,627
5,746
f. Struktur tanah
a) Bobot Volume
No Keterangan
a
b
p
Q
Perhitungan bobot volume
87𝑥𝑎
𝑥 100%
(100𝑥𝐾𝐿)𝑥(0,87𝑥(𝑞 − 𝑝) − (𝑏 − 𝑎)
1
Tanah
1
2,8
3,4
bongkahan
gram
gram
20
22
87𝑥2,8
𝑥 100%
(100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,4 − 2,8)
= 2,209
Tanah
1
2
bongkahan
2,9gram 3,6
gram
20
22
87𝑥2,9
𝑥 100%
(100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,6 − 2,9)
= 2,513
b) Bobot Jenis
No keterangan
A
B
C
D
Picknometer
1
23,6
51,5
28,7
55,6
1
gram
gram
gram
C
gram
Suhu
Suhu BJ 1
1
2
30o
28oC 0,99
BJ2
0,96
Perhitungan Bobot Jenis =
100𝑥(28,7 − 23,6)𝑥0,99𝑥0,96
𝑥 100% = 5,195
(100𝑥10,7)𝑥(0,96𝑥(51,5 − 23,6) − 51,5𝑥(55,6 − 28,7)
c). Porositas
𝐵𝑉
𝑛1 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100%
𝑛 = (1 −
2,209
) × 100% = 57,5
5,195
𝐵𝑉
𝑛2 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100%
𝑛 = (1 −
2,513
) × 100% = 51,6
5,195
C. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.3.1 Profil Tanah Jumantono
Lokasi
: Fakultas Pertanian UNS
Hari, Tanggal
: Minggu, 27 Oktober 2013
Pukul
: 10.00 – 11.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 119 mdpl
Arah Hadap
: Barat Laut
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.3.2 Denah Lokasi Fakultas Pertanian UNS
Tabel 4.3.1 Pencandraan Bentang Lahan Fakultas Pertanian UNS
No
Deskripsi
1.
Cuaca
2.
Latitude
3.
Longitude
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
Keterangan
Berawan Sebagian (Partly
Cloudly)
7 33’36,513” LS
110 51’28,284” LU
119 mdpl
13%
Miscellaneous
Rumput
Tanpa
0m
Erosi
Permukaan
erosion)
Ringan
Kelas 1
(Sheet
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Lain-lain 50%
Rumput 30%
Jati 10%
Lamtoro 10%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.3.2 Pengamatan Profil Tanah
No Deskripsi
Keterangan
1
2
3
4.
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B1
2.4 Horison B2
Horison
3.1 Ketegasan Horison
3.1.1 Horison A1
3.1.2 Horison A2
3.1.3 Horison B1
3.1.4 Horison B2
3.2 Bentuk batas
horison
3.2.1 Horizon A1
3.2.2 Horison A2
3.2.3 Horison B1
3.2.4 Horison B2
Perakaran
3.3 Ukuran
3.3.1 Horizon A1
3.3.2 Horison A2
3.3.3 Horison B1
3.3.4 Horison B2
3.4 Jumlah
3.4.1 Horizon A1
3.4.2 Horison A2
3.4.3 Horison B1
3.4.4 Horison B2
Sumber : Boardlist
Irisan Sekop
0 – 8 cm
8 – 23 cm
23 – 42 cm
42 – 58 cm
Berangsur
Berangsur
Berangsur
Baur
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Biasa
Sedikit
Sedikit
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
1.4 Lapisan 4
2.
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.1.4 Lapisan 4
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.2.4 Lapisan 4
3.
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
2.3.4 Lapisan 4
4.
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
3.4 Lapisan 4
5.
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
4.4 Lapisan 4
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
5.2.4 Lapisan 4
Sumber : Boardlist
Keterangan
1.
Lempung Pasiran
Lempung Pasiran
Geluh Lempung Debuan
Geluh Lempung Debuan
Gumpal Menyudut
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Halus
Halus
Sedang
Kasar
Kuat
Kuat
Sedang
Lemah
Sangat Teguh
Sangat Teguh
Teguh
Sangat Gembur
Dark Reddish Brown
Very Dark Brown
Dark Yellow Brown
Dark Brown
1
0,7
0,7
0,5
0,6
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horiso
Drainase
pH tanah dari
Kedar
n
KC
K4Fe
NS
(Cn)
Lapang
H2O
KCl
Laboratorium
H2O
BO
Kapur
KCl
A1
O2
O2
+
0
A2
O2
O2
+
0
A3
O2
O2
++
0
A4
O2
O2
++
0
Sumber : Boardlist
5. Analisis Lengas Tanah
a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin
No
Keterangan
A
B
C
Kadar lengas tanah
𝑏−𝑐
𝑥 100%
𝑐−𝑎
1 Gumpalan 1
54,850 gram 64,850 gram 63,515 gram 64,850 − 63,515
𝑥 100%
63,515 − 54,850
= 15,406%
2 Gumpalan 2
55,570 gram 65,750 gram 63,951 gram 65,750 − 63,915
𝑥 100%
63,915 − 55,750
= 22,473%
3 Ctka  2 mm
53,570 gram 63,570 gram 62,962 gram 63,570 − 62,962
𝑥 100%
63,962 − 53,570
= 6,473%
4 Ctka  2 mm
52,760 gram 62,760 gram 61,422 gram 62,760 − 61,422
𝑥 100%
61,422 − 52,760
= 15,446%
5 Ctka  0,5 mm
56,509 gram 66,509 gram 65,971 gram 66,509 − 65,971
𝑥 100%
65,971 − 56,509
= 5,685%
6 Ctka  0,5 mm
55,328 gram 65,328 gram 64,091 gram 65,328 − 64,091
𝑥 100%
64,091 − 55,328
= 14,116%
a.
Rata-rata gumpalan =
15,406% + 22,473%
= 18, 939%
2
b.
Rata-rata  2 mm =
6,473% + 15,446%
= 10,959%
2
c.
Rata-rata  0,5 mm =
5,685% + 14,116%
= 10,063%
2
b. Kapasitas Lapangan
No
Keterangan
A
B
c
Kadar Lengas Tanah
𝑏−𝑐
𝑥 100%
𝑐−𝑎
1
Ctka  2 53,858
mm
gram
64,183
61,657
gram
gram
64,183 − 61,657
𝑥 100%
61,657 − 53,868
= 32%
2
Ctka  2 54,045
mm
gram
55,045
63,133
gram
gram
65,758 − 63,133
𝑥 100%
63,133 − 55,045
= 32,1%
Rata-rata:
32% + 32,1%
2
c. Lengas Maksimum
No
keterangan
A
B
C
d
Kadar
Lengas
Maksimum
(𝑏 − 𝑎) − (𝑐 − 𝑑)
𝑥 100%
(𝑐 − 𝑑)
1 Ctka  2 37,258
mm
gr
71,545
51,038
20,167
gr
gr
gr
34,287 − 30,871
𝑥 100%
30,871
= 11%
d. Batas Berubah Warna ( BBW )
No
Keterangan
A
B
C
Kadar
Lengas
Tanah
𝑏−𝑐
𝑥 100%
𝑐−𝑎
1 Ctka  0,5 53,166
mm
gram
2 Ctka  0,5 48,354
mm
gram
54,519
54,161
gram
gram
49,358
49,316
gram
gram
Rata-rata:
35% + 40%
= 37,5% (𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖)
2
0,355
𝑥 100% = 35%
0,995
0,046
𝑥 100% = 40%
0,958
e.
Analisis pH Tanah
No
Keterangan
1
2
pH
KCl 1
5,582
KCl 2
5,674
H2O 1
6,763
H2O 2
6,620
Rata-rata
5,6
6,6
f. Struktur tanah
a) Bobot Volume
Nono
Keterangan
a
b
p
q
Perhitungan bobot volume
87𝑥𝑎
𝑥 100%
(100𝑥𝐾𝐿)𝑥(0,87𝑥(𝑞 − 𝑝) − (𝑏 − 𝑎)
1
Tanah
1
2,8
3,4
bongkahan
gram
gram
20
22
87𝑥2,8
𝑥 100%
(100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,4 − 2,8)
= 2,209
Tanah
1
2
bongkahan
2,9gram 3,6
gram
20
22
87𝑥2,9
𝑥 100%
(100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,6 − 2,9)
= 2,513
b) Bobot Jenis
No keterangan
A
B
C
D
Picknometer
1
23,6
51,5
28,7
55,6
1
gram
gram
gram
C
gram
Suhu
Suhu BJ 1
1
2
30o
28oC 0,99
BJ2
0,96
Perhitungan Bobot Jenis =
100𝑥(28,7 − 23,6)𝑥0,99𝑥0,96
𝑥 100% = 5,195
(100𝑥10,7)𝑥(0,96𝑥(51,5 − 23,6) − 51,5𝑥(55,6 − 28,7)
c). Porositas
𝐵𝑉
𝑛1 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100%
𝑛 = (1 −
2,209
) × 100% = 57,5
5,195
𝐵𝑉
𝑛2 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100%
𝑛 = (1 −
2,513
) × 100% = 51,6
5,195
V.
PEMBAHASAN
A. Jatikuwung
a. Pencandraan Bentang Lahan
Praktikum lokasi pertama dilaksanakan di Jatikuwung, Mojosongo
pada hari Minggu 26 Oktober 2013 pada pukul 11.00-12.00 WIB dengan
tinggi tempat 158 mdpl dan mempunyai arah hadap sebesar 238o dari barat
daya. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79.
Pengamatan
pencandraan
bentang
lahan
dengan
cara
pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jatikuwung. Untuk kemiringan
lahan atau lereng yaitu sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan
menggunakan klinometer. Fisiografi lahan pada lokasi ini adalah up lift, yaitu
suatu lahan hasil pengangkatanoleh gaya endogen/bumi. Arah hadap lokasi ini
dari utara. Maksud dari penentuan arah hadap mengetahui intensitas matahari
yang mempengaruhi pembentukan tanah, karena dapat mempengaruhi
pelapukan. Pada lokasi ini tanpa terjadi genangan. Daerah tersebut terletak
pada 7031’ 05,2” LS dan 1100 50’ 43,1” BT.
Pada saat pengamatan, cuacanya cerah / bersih .Fisiografi lahan adalah
ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari proses
pembentukannya. Bentuk lahan di Jatikuwung ialah vulkanik, yaitu hasil
aktivitas/endapan materi gunung berapi. Fisiologi lokasi bergelombang
sehingga tidak terjadi banjir atau genangan sementara dan dengan kemiringan
lereng sangat miring (3).Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass).
Fisiologi lokasi yang bergelombang sehingga bisa dipastikan bahawa
erosi yang terjadi ialah erosi permukaan (sheet erosion) dengan tingkat erosi
rendah. Batuan permukaan berjumlah <0,1% dari luas permukaan, jarak antar
batuan kecil sekitar >8m dan antara batu-batu besar kira-kira 20 m. Dengan
batuan permukaan yang semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh
berbagai jenis tanaman berupa rumput, manga, jambu, beringin dll. Vegetasi
yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara
lain rumput gajah, pohon pisang, pohon mangga, pohon waru dan lain-lain.
b. Penyidikan Profil Tanah
Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah vertisols
(menurut USDA), vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols
(menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api
Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena
berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi
Penyidikan profil tanah di Jatikuwung menggunakan metode observasi
lubang kecil. Jeluk horison A1 0-13cm, horison A2 13-21cm dan horison B
21-32 cm. Ketegasan batas horison AI , A2, B berangsur. Topografi batas tiap
horison sama yaitu berombak. Jumlah perakaran horison A1 banyak, horison
A2 biasa, sedangkan horison B sedikit. Untuk ukuran perakaran horison A1,
A2 dan B sama yaitu sangat halus.
c. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/ penetrasi.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand),
debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan
menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan
lengketnya tanah tersebut.
Pada pengamatan tanah ini, tekstur tanah yang didapat pada tiap
horinzon berbeda-beda. Pada horinzon A1 adalah geluh debuan yang
bercirikan rasa licin membentuk bola teguh dapat sedikit digulung, serta
melekat . Pada horison A1 adalah geluh lempungan. Sedangkan horison A2
adalah lempung dan horizon B adalah feluh lempung debuan.
Struktur tanah merupakan susunan saling mengikat antara partikelpartikel tanah pada semua horison. Cara menentukannya dengan mengambil
gumpalan tanah, dipecah dengan jari. Pecahan tersebut merupakan agregrat,
kemudian ditentukan tipe, ukuran, dan derajad struktur horison. Struktur tanah
yang terlihat pada pengamatan, yaitu : pada horison A1 dan A2 memunyai
tipe struktur gumpal membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka
saling berpotongan membentuk sudut membulat. dengan ciri berbidang
banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip. Sedangkan
horizon B mempunyai tipe struktur yaitu gumpal menyudut dengan ciri
berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip.
Dengan ukuran kasar dan derajat kuat (horison A1 dan A2), sedangkan
berukuran sedang dan derajat sedang (horison B) .
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk
atau perpecahan. Cara menentukan konsistensi tanah adalah dengan meremas
atau memijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air. Konsistensi tanah
berpengaruh pada ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau pepecahan
yang disebabkan oleh berbagai faktor dari luar maupun dalam seperti tekanan
dari air hujan, aliran air, suhu yang fluktuatif baik dari dalam maupun luar
tanah. Pada profil ini memiliki kondisi tanah yang lembab. Konsistensi tanah
pada pengamatan tanah kali ini, untuk horison A1 dan B yaitu sangat teguh
sekali . Pada horison A2 yaitu teguh.
Aerasi dan drainasi tanah merupakan sifat tanah yang erat
hubungannya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan air dan udara.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanah di lokasi ini memiliki
aerasi drainase sedang pada setiap horison.
Tanah vertisols di Jatikuwung ini cenderung berwarna cokelat tua.
Pengidentifikasian tanah menggunakan buku Munsell Soil Color Chart
(MSCC). Untuk horison A1 berwarna Black, A2 berwarna very dark dan B
berwarna Brown.
Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah kamampuan
sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan atau beban (dari akar
tanaman, alat olah, mesin-mesin kehutanan atau pertanian) yang diterimanya.
Alat yang digunakan adalah penetrometer tanah yang terdiri dari dua tipe
utama, yaitu: penetrometer tanah tipe tekan dan penetrometer tipe tusuk.
Satuan yang digunakan pada uji penetrometer adalah kg/cm2. Selain itu
dengan cara manual menggunakan tusukan dengan ibu jari. Hasil pengamatan
uji penetrometer pada tanah alluvial pada posisi vertikal yaitu 2,5 kg/cm2 ,
sedangkan pada posisi horisontal untuk horison A1 2 kg/cm2, , A2 1.5 kg/cm2
,dan horizon B 1,25 kg/cm2 .
d. Sifat Kimia Tanah
Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi, kemasaman (pH), bahan
organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi.
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat berpengaruh dan
penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah. Penentuan pH pada
praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial).
pH aktual dianalisis dengan mencampur tanah dengan air (H2O) dengan
perbandingan 1: 2,5. Dari hasil pengamatan didapat pH H2O pada horison A1
dan A2 yaitu 4-5 sedangkan pada horizon B 5. Dari hasil yang didapat maka
tingkat keasaman tanah adalah cukup asam dan pH KCl pada horison A1 4-5
dan pada horizon A2 dan B 5. Analisis ini menggunakan pH meter
dikarenakan saat prakikum di lapangan terjadi kehabisan larutan KCl.
Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati jumlah
bahan organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara mengamati buih yang
timbul setelah ditetesi dengan H2O2 10 % . Pada praktikum kali ini didapat
buih yang dihasilkan pada tiap – tiap lapisan berbeda. Pada horison Bw
terdapat banyak buih (BO tinggi) pada A1, A2 dan B mempunyai buih
sedang. Kadar kapur (CaCO3) tidak ditemukan pada ketiga lapisan horison
tersebut.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur
liat dan menyebar luas di daerah beriklim tropis dan subtropis dengan curah
hujan 1500 mm pertahun. Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni
mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang
relatif. Karena itu dapat mengkerut (Shrinking) jika kering dan mengembang
(Swelling) jika jenuh air.
Vertisol
di
Indonesia
terbentuk
pada
tempat-tempat
yang
berketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature
tahunan rata-rata 250 C dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun.
Vertisol memiliki potensi cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala
adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, bersifat sangat
lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 8,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 38,3%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung
sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar
5,9% dan pada batas berubah warna kurang lebih 13% (sedang).
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang
telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air
sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH
meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering
angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang
telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air
sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH
meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering
angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang
telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air
sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH
meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Dari praktikum ini
didapatkan pH di tanah jumantono ini yaitu pH KCl 5,3 dan pH H2O 6,1.
B. Jumantono
Praktikum lokasi kedua dilaksanakan di lahan percobaan UNS Jumantono,
Karanganyar pada hari Minggu, 27 Oktober 2013 pukul 08.00 – 09.00.
Praktikum dilakukan pada ketinggian tempat 187 mdpl dan mempunyai arah
hadap sebesar 40o dari timur laut. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79.
a. Penyandraan Bentang Lahan
Pengamatan
pencandraan
bentang
lahan
dengan
cara
pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jumantono. Untuk kemiringan
lahan atau lereng yaitu agak miring. Kemiringan lereng diukur dengan
menggunakan
klinometer.
Fisiografi
lahan
pada
lokasi
ini
adalah
miscellaneous, yaitu suatu lahan yang telah mendapat campur tangan manusia.
Arah hadap lokasi ini 310o dari arah barat laut. Maksud dari penentuan arah
hadap mengetahui intensitas matahari yang mempengaruhi pembentukan
tanah, karena dapat mempengaruhi pelapukan.Pada lokasi ini tidak terjadi
genangan.
b. Penyidikan Profil Tanah
Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah alfisolsol
(menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut
PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu.
Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi
perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan
usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta
tanaman yang sebaik-baiknya. Saat praktikum, kami mengamati profil yang
terdiri dari 5 lapisan yaitu lapisan I (horison A1), lapisan II (horison A2),
lapisan III (horison B1), lapisan IV (horison B2). Penyidikan profil tanah di
Jumantono menggunakan metode observasi BC (Beveled Cut). Jeluk horison
A1 (0-11 cm), horison A2 (11-22cm), horison B1 (22-45cm), horison B2 (4560cm). Ketegasan batas horison A dengan A-B baur sedangkan A-B dengan B
dan B-C1 dan B-C2 jelas. Topografi batas tiap horison mulai dari horison
teratas sampai horison terbawah yaitu rata-berombak-berombak-terputus-rata.
Jumlah perakaran horison A1 dan A2 banyak, horison B1 biasa, horison B2
sedikit. Untuk ukuran perakaran horison A1 halus, horison A2 sedang, horison
B1 kasar, horison B2 sangat kasar.
c. Sifat Fisika Tanah
Pada pembahasan sifat fisika tanah, yang diamati adalah tekstur tanah,
struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/
penetrasi.
Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay).
Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif,
yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut.
Pada pengamatan tanah ini, tekstur tanah yang didapat pada tiap
horinzon berbeda-beda. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa
kasar, debu memberi rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I
(horison A) geluh lempung debuan yaitu membentuk bola agak teguh tapi
mudah hancur serta melekat, lapisan II (horison A-B) geluh debuan yaitu
membentuk bola teguh serta melekat, lapisan III (horison B) lempung debuan
yaitu membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit serta melekat sekali,
lapisan IV (horison B-C1) geluh pasiran yaitu membentuk bola agak keras
mudah hancur serta melekat, dan lapisan V (horison B-C2) geluh lempungan
yaitu membentuk bola agak teguh mudah hancur serta melekat sedang.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun
oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses
Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I (horison A) dan lapisan II (horison
A-B) adalah gumpal membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka
saling berpotongan membentuk sudut membulat
sedangkan lapisan III
(horison B), lapisan IV (horison B-C1) dan lapisan V (horison B-C2) ialah
lempeng dengan ciri rata dan seperti plat horisontal. Pada lapisan I (horison
A) mempunyai ukuran ekstrim kasar dan derajat lemah. Lapisan II (horison
A-B) mempunyai ukuran kasar dan derajat sedang, sedangkan pada lapisan III
(horison B) dan lapisan IV (horison B-C1) mempunyai ukuran sedang dan
derajat kuat. Serta pada lapisan V (horison B-C2) mempunyai ukuran halus
dan derajat kuat.
Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh
tekanan yang dipengaruhi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan
dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I, II, III, IV dan V konsistensi
tanahnya dalam kondisi kering dengan urutan kategori berikut lepas, lunak,
agak keras, keras dan keras
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari
tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi
matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah
yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperatur tanah dan
kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I dark red, lapisan 2 dark reddish red ,
lapisan 3 dark brown, dan lapisan 4 juga dark brown
Hasil pengamatan uji penetrometer pada tanah vulkanik pada posisi
vertikal yaitu 0,5 kg/cm2 , sedangkan pada posisi horisontal untuk horison A
adalah 0,5 kg/cm2, horison A-B, B-C1 dan B adalah 0,75 kg/cm2 sedangkan
horizon B 0,6 kg/cm2.
d. Sifat Kimia Tanah
Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi, kemasaman (pH), bahan
organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi.Senyawa kimia yang terkandung
dalam tanah sangat berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat
kesuburan tanah. Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH
stick (pH aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur
tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Dari hasl pengamatan
maka didapat pH H2O adalah 5 dan pH KCl 6. Lapisan I dan II mengandung
sangat banyak bahan organik tetapi sama sekali tidak mengandung kapur,
lapisan III
mengandung banyak bahan organik tetapi sama sekali tidak
mengandung kapur, sedangakan Lapisan IV dan V menagandung banyak
bahan organik dan sangat sedikit kapur. Kadar kapur atau kalsium karbonat
(CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah.
Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10 %.
Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam
tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan,
baik berupa run off maupun resapan.Pada pedon ini tingkat aerasi dan
drainase adalah buruk (R2) ditunjukan dengan warna biru nyata disertai merah
jambu.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa
dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh,
tekstur berkisar antara sedang dan halus, drainasenya baik. Reaksi tanah
berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basanya
beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang
hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan
fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan dengan erosi. Alfisol adalah tanah
relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk,
mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun demikian, bahay erosi
dapat terjadi mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil dan tanah ini
banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga dapat menyebabkan
horison argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang baik. Air
perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal ini
menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 10,2%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 39,2%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung
sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar
79,8% dan pada batas berubah warna kurang lebih 14,2% (sedang).
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangakan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang
telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air
sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH
meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah alfisol kering
angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu 4,8. Dan pH KCl 6,6.
C. Kampus FP UNS
Praktikum lokasi ketiga dilaksanakan di Kampus Fakultas Pertanian
UNS Kentingan pada hari Minggu tanggal 27 Oktober 2013 pada pukul 10.00 11.00 dengan tinggi tempat 119 mdpl dan mempunyai arah hadap sebesar barat
laut. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79.
a. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan
pencandraan
bentang
lahan
dengan
cara
pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di sekitar kampus Fakultas
Pertanian UNS. Untuk kemiringan lahan atau lereng yaitu 2% (hampir datar).
Lereng adalah perbandingan antar perbedaan ketinggian tanah dengan jarak
horisontal yang dinyatakan dalam persentase atau derajad. Kemiringan lereng
diukur dengan menggunakan klinometer. Fisiografi lahan pada lokasi ini
adalah miscellaneous, yaitu suatu lahan yang telah mendapat campur tangan
manusia. Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass).
Tingkat erosi yang terjadi adalah erosi permukaan/lembar (Sheet
Erosion) dengan tingkat erosi rendah. Batuan permukaan kurang dari 0,1%
dari luas permukaan dengan jarak antar batuan kecil lebih dari 8 meter dan
jarak antar batuan besar sekitar 20 meter. Dengan batuan permukaan yang
semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman
berupa rumput, semak, dan pohon karena tanah sebagian besar tidak tertutup
oleh batu sehingga masih dapat diolah. Vegetasi yang tumbuh beraneka
ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara lain rumput, pohon
akasia, pohon asem, pohon jati, pohon mangga dan lain – lain.
b. Penyidikan Profil Tanah
Adapun taksonomi tanah pada wilayah adalah tanah entisols (menurut
USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut PPT).
Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari
abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Kemiringan mencapai 2%
dengan vegetasi yang tumbuh sangat beragam. Tanah entisols merupakan
tanah yang belum berkembang dan banyak pada tanah dengan bahan induk
yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Tingkat
perkembangan yang sangat rendah pada entisol disebabkan adanya beberapa
factor berikut:
a. Iklim sangat ekstrim basah/kering, sehingga perombakan bahan
induk
terhambat,
b. Bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan,
c. Adanya faktor erosi yang selalu menggerus epipedon, sehingga tidak
pernah terbentuk horisan iluviasi.
Entisol (alluvial) umumnya adalah tanah yang subur karena
mengandung bahan-bahan alluvium yang diendapkan. Pada tanah ini tersedia
air dengan baik tanpa kemungkinan adanya penggenangan karena keadaan
alami air tanah. Tanah ini dikatakan baik apabila memiliki lapisan liat atau
lempung berliat yang tebal (sekitar 1 m) terletak diatas lapisan tekstur yang
kasar yang sering membatasi aliran air tanah ke atas.
Pada hasil pengamatan, menunjukan bahwa rata-rata memiliki warna
coklat. Hal ini disebabkan karena kadar lengas atau tingkat hidratasi yang
sangat berpengaruh terhadap warna tanah, apabila lembab hingga basah maka
tanah akan tampak berwarna lebih gelap/kelam. Proses pembentukan tanah
diawali dengan pengendapan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan
pembentukan horison lebih lambat daripada pengendapan. Proses pelapukan
bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah dan pembentukan
struktur tanahnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Semakin dalam
lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit. Kandungan O2 tanah
semakin berkurang dengan bertambahnya jeluk tanah sehingga menjadi salah
satu faktor pendorong bagi perakaran tumbuhan, hewan tanah dan jasad renik
pengurai untuk menempati lapisan atas tubuh tanah.
Profil merupakan suatu penampang vertikal di dalam pedon yang
menunjukkan susunan horison yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk
tanah. Saat praktikum, kami mengamati profil yang terdiri dari 4 lapisan yaitu
lapisan I (horison C1), lapisan II (horison C2), lapisan III (horison C3) dan
lapisan IV (horison C4). Penyidikan profil tanah di Jumantono menggunakan
metode observasi BC (Beveled Cut). Jeluk horison C1 (0-13cm), horison C2
(13-21cm), horison C3 (21-27cm) dan horison C4 (27-40cm). Ketegasan
batas horison C1 dengan C2 dan C3 baur sedangkan C3 dengan C4 jelas.
Topografi batas tiap horison mulai dari horison teratas sampai horison
terbawah yaitu berombak-tak beraturan-tak beraturan-rata. Jumlah perakaran
horison C1 banyak, horison C2 dan C3 biasa, sedangkan horison C4. Untuk
ukuran perakaran horison C1 sedang, horison C2 kasar, sedangkan horison C3
dan C4 sedang.
c. Sifat Fisika Tanah
Pada pembahasan sifat fisika tanah ini, yang diamati adalah tekstur
tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji
penetrometer/ penetrasi.
Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay).
Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif,
yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut.
Pada pengamatan tanah kali ini, tekstur tanah yang didapat pada semua
lapisan sama yaitu geluh lempung pasiran, yang bercirikan rasa kasar agak
jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipirid
tetapi mudah hancur, serta agak melekat.
Tanah di wilayah ini termasuk tanah alluvial yang mempunyai tekstur
lempung, punya porositas total besar, jumlah pori makro besar sehingga
kapasitas memegang air juga besar. Sehingga banyak mengakumulasi air.
Istilah struktur tanah digunakan untuk menunjukkan secara garis besar
keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah hasil dari proses
pedogenesis. Hal yang dicatat dalam menentukan struktur tanah meliputi tipe,
ukuran dan derajad struktur.
Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu : pada lapisan
pertama mempunyai struktur tanah dengan tipe gumpal menyudut (Anguler
Blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan
membentuk sudut lancip, dengan ukuran halus dan berderajad sedang. Dan
pada lapisan lainnya memiliki struktur dengan tipe gumpal membulat (Sub
angular blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling
berpotongan membentuk sudut membulat dengan ukuran halus, berderajad
sedang dan ukuran sedang berderajad kuat.
Aerasi adalah kemampuan sirkulasi udara dalam tanah. Sedangkan
drainase menunujukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Salah satu sifat
fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara
fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur
tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan
tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Lapisan I (horison C1)
lempung pasiran yaitu membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit
serta melekat sekali, lapisan II (horison C2) lempung debuan yaitu
membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit serta melekat sekali,
lapisan III (horison C3) dan laisan IV (horison C4) geluh pasiran yaitu
membentuk bola agak keras tetapi mudah hancur serta melekat.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun
oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses
Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I (horison C1) adalah gumpal
membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan
membentuk sudut membulat sedangkan lapisan II (horison C2) dan lapisan
III (horison C3) adalah gumpal menyudut dengan ciri berbidang banyak,
bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dan lapisan IV
(horison C4) adalah lempeng dengan ciri rata dan seperti plat horisontal. Pada
lapisan I (horison C1) mempunyai ukuran kasar dan derajat lemah. Lapisan II
(horison C2) dan Lapisan III (horison C3) mempunyai ukuran sangat kasar
dan derajat kuat, sedangkan pada lapisan IV (horison C4) mempunyai ukuran
halus dan derajat sedang.
Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh
tekanan yang dipengaruhi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan
dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I, II, III dan IV konsistensi
tanahnya dalam kondisi kering dengan urutan kategori berikut lunak, sangat
keras, agak keras dan keras.
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari
tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi
matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah
yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperatur tanah dan
kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I 2,5 YR 3/1 (dark raddish grey),
warna lapisan II dan lapisan III 2,5 YR 4/1 (dark raddish grey) sedangkan
warna lapisan IV 2,5 YR 4/2 (dark raddish grey).
Hasil pengamatan uji penetrometer pada tanah alluvial pada posisi
vertikal yaitu 0,5 kg/cm2 , sedangkan pada posisi horisontal untuk horison C1
dan horison C3 adalah 0,6 kg/cm2, horison C2 adalah 0,7 kg/cm2 dan horizon
C4 adalah 0,5 kg/cm2.
d. Sifat Kimia Tanah
Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi kemasaman (pH), bahan
organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi.
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator kertas pH atau pH stick yang dicelupkan pada larutan
tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah
dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat.
Setelah itu pH stick dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada keempat lapisan
diperoleh pH H2O DAN pH KCL yang sama yaitu 6 dan 5.
Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam tanah.
Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam hitam dan
ada tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan organik di lapisan
pertama sedikit (buih-buih nampak), pada lapisan kedua (beberapa buih
kelihatan). Sedangkan pada lapisan ketiga dan keempat tidak ada.
Adanya perbedaan bahan organik pada lapisan karena peningkatan
bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun hewan. Maka,
semakin ke dalam kandungan bahan organik tanah semakin sedikit, hal ini
juga dipengaruhi adanya aktivitas mikroorganisme yang semakin ke dalam
semakin berkurang karena ikatan-ikatan partikel atau butir-butir tanah yang
semakin kuat sehingga ruang udara yang menyediakan oksigen bagi
kehidupan mikroorganisme tersebut juga terbatas. Kadar kapur (CaCO3)
hanya ditemukan pada lapisan pertama dan kedua dalam jumlah yang sedikit.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai.
Tanah Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah
yang subur. Perbaikan deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan
munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfide dan sulfat.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 13,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 32,05%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung
sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar
11% dan pada batas berubah warna kurang lebih 37,5% (sangat tinggi).
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah,
sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi,
ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas
ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan
menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang
telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air
sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH
meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O
(pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran
ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi
tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah entisol kering
angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu 6,6 dan pH KCl 5,6.
VI. Komprehensif
A. Jumantono
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Jumantono, terdapat
sifat – sifat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui diskripsi
lingkungan, fisiografi lahan di daerah ini trjadi akibat adanya proses vulkanisme
dari Gunung Lawu kala itu dan dalam waktu yang lama membentuk bahan induk
tanah vulkan pada daerah yang miringyang kemudian diolah manusia menjadi
hampir datar, dengan ketinggian tempat 193 m dpl.
Kesuburan tanah sangat menetukan adanya vegetasi yang dapat bertahan
pada suatu jenis tanah. Pada profil tanah yang diamati, kesuburan fisik tanahnya
adalah baik yang ditandai oleh struktur dan tekstur tanahnya yang memungkinkan
terciptanya aerasi dan drainase sedang. Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini
juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan
adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang
akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari
tingkat kesuburan fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan kesuburan biologi
yang baik pula, yaitu adanya kegiatan mikrobia yang melakukan proses
dekomposisi bahan – bahan kimia yang nantinya sangat bermanfaat bagi
tumbuhan.
Profil tanah diketahi bahwa tanah tempat praktikum mengalami erosi
bentuk tingkat permukaan bebas dengan kata lain tidak terjadi erosi. Bentuk ini
menyebabkan tanah tahan erosi, banjir dan genangan. Dari hasil pengamatan
fisika tanah, pada profil tanah tiap lapisan memiliki unsur tekstur yang berbeda –
beda. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga golongan dasar partikel
tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung,
debu dan pasiran. Secara garis besar tekstur tanah yang ada di daerah Jumantono
ini adalah geluh. Tekstur tanah memiliki kaitan erat dengan struktur tanah dan
konsistensi tanah, sehingga berguna untuk menentukan cara pengolahan tanah
yang efisien dan penetrasi tanaman serta air udara di lapisan bawah tanah. Tekstur
tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan air dan unsur hara
dalam tanah.
Warna tanah merupakan sifat fisika tanah yang dapat digunakan untuk
mengetahui sifat kimianya. Hal ini berkaitan pula dengan kandungan bahan
organik (BO). Warna tanah yang gelap memiliki kandungan BO yang tinggi.
Sebaliknya warna tanah yang cerah memiliki kandungan BO yang rendah. Selain
itu warna tanah dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan tanah pada profil.
Warna tanah juga menunjukan adanya bahan kasar pada tanah yang memberikan
warna lain.
Konsentrasi atau bercak merupakan keadaan warna tanah yang lebih gelap
dibandingkan dengan sekitarnya secara vertikal. Bercak tanah merupakan
gabungan dari konkresi tanah, di mana konkresi merupakan pencucian basa –
basa mineral oleh air hujan yang terjadi di dalam tanah. Pada kedalaman tertentu,
bercak ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan
yang banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu,
maka tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada
bercak
tersebut
tidak
memungkinkan
adanya
kegiatan
mikrobia
yang
menghasilkan senyawa senyawa penting bagi tanaman. Pada lokasi ini yang
timbul adalah bercak bermangan.
Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur
dan struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk.
Begitu pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah.
Jika aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam.
B. Kampus FP UNS
Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam
kategori tanah entisols yang proses pembentukan tanahnya berupa proses
pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan
pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai
perekat).
Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik
menggunakan indikator H2O maupun KCl antara 4 sampai 6. Ini menandakan
bahwa tanah tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi
dapat tumbuh dengan subur.
Pada tanah tersebut, semakin kecil ukuran partikel pada tingkat
suspensinya akan memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus
sampai kasar. Hal tersebut sesuai yang terlihat pada hasil pengamatan pada
struktur tanah yang memiliki tipe, ukuran dan derajad yang bervariasi. Tanah
entisols yang mempunyai tekstur kasar, berkadar bahan organic dan nitrogen lebih
rendah daripada tanah yang bertekstur halus, seperti pada hasil pengamatan. Hal
tersebut disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi
yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah
bahan organik kurang dari tanah yang lebih halus.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang
gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin
meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya
vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Hal itu berpengaruh pula
untuk meminimalisir terjadinya erosi. Sehingga pada lokasi ini yang terjadi hanya
erosi permukaan dengan tingkat yang rendah. Kandungan bahan organik
terbanyak pada lapisan teratas. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan
organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah
yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil
pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur
tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan
ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang
baik pula.
Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur dan strukturnya, pada horison
tanah terdalam konsistensinya sangat teguh. Adapun pentingnya mengetahui
konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien
dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
C. Jatikuwung
Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisols yang
umumnya mempunyai tekstur lempung, kandungan lempung berkisar antara 35%90% dari total tanah. Pada vertisols variasi kandungan lempung dengan
kedalaman tanah berasal dari bahan induk. Pada umumnya tidak terdapat variasi
lempung yang nyata menurut kedalaman tanah.
Pada hasil pengamatan dapat diketahui warna tanah adalah gelap, yang
terjadi akibat pengaruh BO yang dikandungnya, terutama yang berkaitan dengan
liat halus dan akan tahan terhadap oksidasi H2O2. Vertisols mempunyai tekstur
yang berat sehingga mengalami kesukaran dalam hal pengolahan tanah. Hal ini
disebabkan karena kandungan mineral liat 2:1 yang dominan, sehingga pada saat
kering tanah menjadi sangat keras dan pada saat basah tanah menjadi lekat.
Dalam pengukuran pH pada tanah ini, diketahui bahwa pH tanah mendekati
netral, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl diperoleh hasil yang sama.
Dengan kemiringan lereng sebesar 7% memungkinkan terjadinya erosi alur
dengan tingkat rendah yang berpengaruh terhadap aerasi drainase tanah, yaitu
semakin dalam horison tanah, aerasi drainase tanahnya semakin buruk.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang
gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin
meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya
vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Semakin ke dalam lapisan
tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap
aerasi drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk
seperti terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi
drainase adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan
antara bahan padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik
mendukung aerasi drainese yang baik pula.
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui
adanya perbedaan jenis tanah. Sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah,
sifat fisika dan sifat kimianya. Sifat – sifat tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lainnya.
Pada lokasi kampus, diketahui bahwa jenis tanah tersebut adalah tanah
entisols (menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial
(menurut PPT).Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan
berbahan induk dari abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Berbeda halnya
dengan jenis tanah di lokasi kedua yaitu di Jumantono yang berjenis tanah alfisols
(menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut
PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols
secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu
mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha
intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang
sebaik-baiknya. Sedangkan untuk lokasi ketiga yaitu wilayah Jatikuwung
memiliki jenis tanah vertisols
(menurut USDA), vertisols (menurut
FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm
yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang
subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi.
Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika
dan kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi
yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur
adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang
berbahan induk dari batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut
telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk
lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti
teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk
pertumbauhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung
yang rata-rata bertektur lempung.
Selain itu hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masingmasing lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh
berbagai faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk
konsistensi berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya,
semakin teguh konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah
semakin sedikit. Hal itu terlihat pada hasil pengamatan di setiap lokasi.
Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga
berpengaruh terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga
dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik
maka tanah itu semakin subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing
lokasi hampir sama yaitu kurang dari 7, baik menggunakan indikator H2O
maupun KCl.
Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada
saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di
lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari
pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masing-masing likasi ini,
menunjukkan adanya berbedaan pula pada sifat kimia dan fisikanya. Sehingga
tingkat kesuburan bagi pertumbuhan tanaman pun berbeda-beda pula.
VII.KESIMPULAN
A. Jumantono
1..
Fisiografi lahan di wilayah pengamatan yaitu terletak diantara
pegunungan vulkanik dan aktivitas fluvial dengan keadaan geologi
lahan berupa formasi vulaknik dan bahan induknya batuan vulkanik.
2.
Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat rendah.
3.
Lahan berupa tanah alfisol dengan warna hitam-coklat, dengan
vegetasi berupa rumput, pohon dan tanamah budidaya seperti kacang
tanah, mangga, dan pohon singkong yang mampu bertahan pada
lingkungan kering.
4.
Profil tanah yang dibuat terdiri dari empat lapisan di horison A
5.
Tekstur tanah dengan perbandingan antara debu, pasir dan lempung
lebih di dominasi lempung, dengan struktur, ukuran dan derajat yang
bervariasi.
6.
Konsistensi tanah dari lapisan atas ke bawah semakin keras.
7.
Daya topang semakin kebawah semakin kuat. Maka tanah ini
dikatakan cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor.
8.
Lahan pada lokasi ini merupakan tanah yang bersifat asam.
9.
Aerasi dan drainase baik sehingga permeabilitasnya lambat.
10.
Warna tanah semakin ke lapisan atas akan semakin gelap karena
pengaruh bahan organik yang jumlahnya semakin ke atas juga semakin
banyak.
11.
Tekstur tanah erat hubunganya dengan struktur tanah, konsistensi
tanah dan bahan organik.
B. Kampus FP UNS
1.
Fisiografi lahan
di kampus fakultas pertanian terletak diantara
Gunung Lawu dan aliran sungai Bengawan Solo dengan kondisi
bentuk batuan induk alluvial yang berkembang.
2.
Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat rendah.
3.
Lahan berupa tanah entisol dengan warna hitam-coklat, dengan
vegetasi berupa rumput, pohon dan semak yang mampu bertahan pada
lingkungan kering.
4.
Profil tanah yang dibuat terdiri dari 4 lapisan di horison A
5.
Tekstur tanah adalah pasir dengan perbandingan antara debu, pasir dan
lempung lebih banyak pasirnya, dengan struktur, ukuran dan derajat
yang bervariasi.
6.
Konsistensi tanah dari lapisan atas ke bawah semakin keras.
7.
Aerasi-drainase tanah semua lapisan sama yaitu sedang.
8.
Tanah lahan lokasi 1 ini merupakan tanah yang bersifat asam.
9.
Kandungan kapur (CaCO3) jarang ditemukan.
C. Jatikuwung
1.
Lahan di desa Jatikuwung merupakan tanah vertisol dengan fisiologi
lahan vulkanik dari batuan Gunung api merapi.
2.
Lahan ini memiliki kemiringan 10 % (sangat miring) tetapi tidak
mengalami erosi berat hanya erosi permukaan dengan taraf yang
rendah.
3.
Tekstur tanah adalah lempung dengan perbandingan antara debu, pasir
dan lempung dan di dominasi oleh lempung, dengan struktur, ukuran
dan derajat yang bervariasi.
4.
Kandungan akar yang terdapat pada tiap lapisan berkurang dari lapisan
yang teratas sampai terbawah yaitu dari yang sangat banyak sampai
sedikit dengan ukuran dari sedang sampai halus.
5.
Konsistensi pada lahan ini bersifat lembab dan teguh.
6.
Aerasi dan draenasi pada lahan pengamatan tergolong sedang
Download