IV. HASIL PENGAMATAN A. Jatikuwung 1. Pencandraan Bentang Lahan Lokasi : Jatikuwung Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2013 Pukul : 11.00 – 12.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 158 mdpl Arah Hadap : Utara Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.1.2 Denah lokasi praktikum Jatikuwung Tabel 4.1.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono No Deskripsi Keterangan 1. Cuaca 2. Latitude 7 31’5,2” LS 3. Longitude 110 50’43,1” LU 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Cerah / bersih (Sunny / Clear) 158 mdpl Utara 0,2% Vulkanik Rumput Bahan Induk 1 Tanpa 0m Erosi Permukaan (Sheet erosion) Ringan Kelas 1 Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Mangga 10% Rumput Teki 40% Rumput Gajahan 25% Jambu 5% Beringin 3% Pisang 7% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.1.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B Horison 1.1 Ketegasan Horison 1.1.1 Horison A1 1.1.2 Horison A2 1.1.3 Horison B 1.2 Bentuk batas horison 1.2.1 Horizon A1 1.2.2 Horison A2 1.2.3 Horison B Perakaran 4.1 Ukuran 4.1.1 Horizon A1 4.1.2 Horison A2 4.1.3 Horison B1 4.2 Jumlah 4.2.1 Horizon A1 4.2.2 Horison A2 4.2.3 Horison B1 Irisan Sekop 3 4. Sumber : Boardlist 0 – 13 cm 13 – 21 cm 21 – 32 cm Berangsur Berangsur Berangsur Berombak Berombak Berombak Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Banyak Biasa Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi 1. 2. Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 3. 4. 5. Sumber : Boardlist Keterangan Geluh Lempungan Lempung Geluh Lempung Debuan Gumpal Membulat Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Sangat Halus Sangat halus Sangat Halus Kuat Kuat Sedang Sangat Teguh Sekali Teguh Sangat Teguh Sekali Black Very Dark Brown 2,5 2 1,5 1,25 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horison Drainase pH tanah dari KC K4Fe Lapang NS (Cn) H2O KCl A1 O3 R3 4-5 A2 O1 R3 B1 O1 R3 Kedar Laboratorium BO Kapur 4-5 ++ 0 4-5 5 ++ 0 5 5 ++ 0 H2O KCl Sumber : Boardlist 5. Analisis Lengas Tanah Tabel 4.1.5. Data Tanah Kering Angin Botol Ukuran A (gr) B (gr) C (gr) Kadar Lengas A Bongkah 32,200 gr 65,798 gr 65,019 gr 6,591 % B Bongkah 54,961 gr 68,141 gr 67,347 gr 6,4 % C Ф 2 mm 53,938 gr 70,557 gr 69,699 gr 5,44 % D Ф 2 mm 53,932 gr 69,698 gr 68,888 gr 5,416 % E Ф0,5mm 54,893 gr 72,826 gr 71,992 gr 4,8 % F Ф0,5mm 57,734 gr 76,205 gr 75,340 gr 4,91 % Sumber : Laporan Sementara Perhitungan: a) KL bongkah KL1 = 65,798 65,019 x100% 6,591% 65,019 53,200 KL2 = 68,141 67,347 x100% 6,4% 67,347 54,961 KL sampel rata-rata = 6,591% 6,41% 6,5005% 2 b) KL tanah 2 mm KL tanah = bc x100% ca KL1 = 70,557 69,699 x100% 5,44% 69.699 53,938 KL2 = 69,698 68,888 x100% 5,416% 68,888 53,932 KL sampel rata-rata = 5,44% 5,416% 5,428% 2 c) KL 0,5 mm KL1 = 72,826 71,992 x100% 4,8% 71,992 54,893 KL2 = 76,205 75,340 x100% 4,91% 75,340 57,734 KL sampel rata-rata = 4,877% 4,913% 4,895% 2 1) Kapasitas Lapangan Tabel 4.2.6. Data Kapasitas Lapangan Sampel a (gram) b (gram) c (gram) 2mm 1 52,200 70,984 68,947 2mm 2 54,961 71,751 69,660 Sumber: Broadlist Ket: a = berat botol penimbang setelah dioven selama 30 menit beserta tutup dan label b = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka c = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka yang telah dioven (𝑏−𝑐) Kapasitas Lapang = (𝑐−𝑎) x 100% 2mm 1 = (70,984−68,947) (68,947−53,200) x 100% = 12,936% 2mm 2 = (71,751−69,660) (69,660−54,961) x 100% =14,219 % 2) Lengas Maksimum a = 35,552 gr b = 77,180 gr c = 58,312 gr d = 20,473 gr Kadar Lengas= ( 𝑏−𝑎)− ( 𝑐−𝑑 ) (𝑐−𝑑 ) 𝑥100% ( 77,180−35,552)− ( 58,312−20,473 ) = (58,312−20,473) 𝑥100% = 10,013 % a. Batas Berubah Warna ( BBW ) Tabel 4.2.7. Data Batas Berubah Warna (BBW) Sampel a (gram) b (gram) c (gram) 0,5mm 1 54,916 55,900 55,774 0,5mm 2 54,739 58,552 58,468 Sumber: Broadlist Ket: a = berat botol penimbang setelah dioven selama 30 menit beserta tutup dan label b = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka c = berat botol penimbang yang diisi 2/3 ctka yang telah dioven (𝑏−𝑐) BBW = (𝑐−𝑎) x 100% (55,900−55,774) 0,5mm 1 = (55,774−54,916) x 100% = 14,685% (58,552−58,468) 0,5mm 2 = (58,468−54,739) x 100% = 2,252 % Rata-rata BBW 14,685+2,252 2 = 8,4685 % b. Analisis pH tanah pH H2O = 6,87 pH KCl = 5,605 Saat menggunakan pH stik, pH H2O = 6,87, pH KCl = 5,605. pH H2O lebih besar dari pada pH KCL karena pH KCl berasal dari pH pada larutan tanah dan pada koloid tanah sedangkan pada pH H2O berasal dari larutan tanah. B. Jumantono 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.2.1 Profil Tanah Jumantono Lokasi : Jumantono Hari, Tanggal : Minggu, 27 Oktober 2013 Pukul : 08.00 – 09.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 187 mdpl Arah Hadap : Barat Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.2.2 Denah Lokasi Jumantono Tabel 4.2.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono No Deskripsi Keterangan 1. Cuaca 2. Latitude 7 37’50,4” LS 3. Longitude 110 56’54,0” LU 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Cerah / bersih (Sunny / Clear) 187 mdpl 40˚ menghadap timur laut 5% Vulkanik Tutupan buatan Sangat jarang 0m Erosi Permukaan (Sheet erosion) Ringan Kelas 1 Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Rumput 40% Mangga 20% Rambutan 5% Singkong 5% Jambu Monyet 2% Alang-alang 8% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.2.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B1 2.4 Horison B2 Horison 3.1 Ketegasan Horison 3.1.1 Horison A1 3.1.2 Horison A2 3.1.3 Horison B1 3.1.4 Horison B2 3.2 Bentuk batas horison 3.2.1 Horizon A1 3.2.2 Horison A2 3.2.3 Horison B1 3.2.4 Horison B2 Perakaran 3.3 Ukuran 3.3.1 Horizon A1 3.3.2 Horison A2 3.3.3 Horison B1 3.3.4 Horison B2 3.4 Jumlah 3.4.1 Horizon A1 3.4.2 Horison A2 3.4.3 Horison B1 3.4.4 Horison B2 Irisan Sekop 3 4. Sumber : Boardlist 0 – 11 cm 11 – 22 cm 22 – 45 cm 45 – 60 cm Berangsur Berangsur Baur Berangsur Berombak Berombak Berombak Berombak Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Banyak Biasa Sedikit Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 1.4 Lapisan 4 2. Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.1.4 Lapisan 4 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.2.4 Lapisan 4 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 3. 2.3.4 Lapisan 4 Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 4. 3.4 Lapisan 4 Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 5. 4.4 Lapisan 4 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 5.2.4 Lapisan 4 Sumber : Boardlist Keterangan 1. Geluh lempung debuan Lempung Geluh Lempungan Lempung Pasiran Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Halus Halus Halus Halus Lemah Sedang Kuat Kuat Sangat Teguh Teguh Teguh Gembur Dark Red Dark Red Dish Brown Dark Brown Dark Brown 2 1,5 1,5 1,5 1,5 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horison Drainase KC K4Fe NS (Cn) pH tanah dari Lapang H2O Kadar Laboratorium KCl H2O BO Kapur ++ KCl A1 O1 R3 +++ A2 O3 R3 ++ 0 B1 O3 R3 ++ 0 B2 O3 R3 ++++ 0 Sumber : Boardlist 6. Analisis Lengas Tanah a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin No Keterangan A B C Kadar lengas tanah 𝑏−𝑐 𝑥 100% 𝑐−𝑎 1 Gumpalan 1 55,035 60,004 59,487 gram gram gram 60,004 − 59,487 𝑥 100% 59,587 − 55,035 = 11,6 % 2 Gumpalan 2 54,436 59,459 58,931 gram gram gram 59,459 − 58,931 𝑥 100% 58,931 − 54,436 = 11,7% Ctka 2 mm 3 56,400 61,400 60,933 gram gram gram 61,400 − 60,933 𝑥 100% 60,933 − 56,400 = 10,3% Ctka 2 mm 4 54,440 59,453 58,952 gram gram gram 59,453 − 58,952 𝑥 100% 58,942 − 54,440 = 11,1% 5 Ctka 0,5 53,708 gram mm 58,714 58,233 gram gram 58,714 − 58,233 𝑥 100% 58,233 − 53,708 = 10,6% 6 Ctka mm 0,5 51,697 gram 56,720 56,228 gram gram 56,720 − 56,228 𝑥 100% 56,228 − 51,697 = 10,9% a. Rata-rata gumpalan = 11,6% + 11,7% = 11,65% 2 b. Rata-rata 2 mm = 10,3% + 11,1% = 10,7% 2 c. Rata-rata 0,5 mm = 10,6% + 10,9% = 10,75% 2 b. Kapasitas Lapangan Keterangan A B C Kadar Lengas 𝑏−𝑐 Tanah 𝑐−𝑎 𝑥 100% No 1 2 Ctka 2 mm Ctka 2 mm 54,774 66,353 62,305 gram gram gram 54,431 66,237 62,006 gram gram gram 4,048 𝑥 100% = 53,75% 7,531 4,231 𝑥 100% = 55,85% 7,575 Rata-rata: 53,75% + 55,85% = 54,8% 2 c. Lengas Maksimum No keterangan A B C D Kadar Lengas Maksimum (𝑏 − 𝑎) − (𝑐 − 𝑑) 𝑥 100% (𝑐 − 𝑑) 1 Ctka 2 mm 49,112 99,908 76,337 48,104 gr gr gr gr 50,796 − 28,273 𝑥 100% 28.233 = 79,917% d. Batas Berubah Warna ( BBW ) No Keterangan A b C Kadar Lengas Tanah 𝑏−𝑐 𝑥 100% 𝑐−𝑎 1 Ctka 0,5 mm 54,375 57,949 57,217 gram gram gram 57,949 − 57,217 𝑥 100% 57,217 − 54,375 = 25,76% 2 Ctka 0,5 mm 54,543 58,148 57,336 gram gram gram 58,148 − 57,336 𝑥 100% 57,336 − 54,543 = 29,07% Rata-rata: 25,76% + 29,07% = 27,415% (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) 2 e. Analisis pH Tanah No Keterangan 1 KCl 1 5,473 KCl 2 5,781 H2O 1 5,698 H2O 2 5,794 2 pH Rata-rata 5,627 5,746 f. Struktur tanah a) Bobot Volume No Keterangan a b p Q Perhitungan bobot volume 87𝑥𝑎 𝑥 100% (100𝑥𝐾𝐿)𝑥(0,87𝑥(𝑞 − 𝑝) − (𝑏 − 𝑎) 1 Tanah 1 2,8 3,4 bongkahan gram gram 20 22 87𝑥2,8 𝑥 100% (100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,4 − 2,8) = 2,209 Tanah 1 2 bongkahan 2,9gram 3,6 gram 20 22 87𝑥2,9 𝑥 100% (100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,6 − 2,9) = 2,513 b) Bobot Jenis No keterangan A B C D Picknometer 1 23,6 51,5 28,7 55,6 1 gram gram gram C gram Suhu Suhu BJ 1 1 2 30o 28oC 0,99 BJ2 0,96 Perhitungan Bobot Jenis = 100𝑥(28,7 − 23,6)𝑥0,99𝑥0,96 𝑥 100% = 5,195 (100𝑥10,7)𝑥(0,96𝑥(51,5 − 23,6) − 51,5𝑥(55,6 − 28,7) c). Porositas 𝐵𝑉 𝑛1 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100% 𝑛 = (1 − 2,209 ) × 100% = 57,5 5,195 𝐵𝑉 𝑛2 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100% 𝑛 = (1 − 2,513 ) × 100% = 51,6 5,195 C. Fakultas Pertanian UNS 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.3.1 Profil Tanah Jumantono Lokasi : Fakultas Pertanian UNS Hari, Tanggal : Minggu, 27 Oktober 2013 Pukul : 10.00 – 11.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 119 mdpl Arah Hadap : Barat Laut Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.3.2 Denah Lokasi Fakultas Pertanian UNS Tabel 4.3.1 Pencandraan Bentang Lahan Fakultas Pertanian UNS No Deskripsi 1. Cuaca 2. Latitude 3. Longitude 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan Keterangan Berawan Sebagian (Partly Cloudly) 7 33’36,513” LS 110 51’28,284” LU 119 mdpl 13% Miscellaneous Rumput Tanpa 0m Erosi Permukaan erosion) Ringan Kelas 1 (Sheet 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Lain-lain 50% Rumput 30% Jati 10% Lamtoro 10% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.3.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 3 4. Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B1 2.4 Horison B2 Horison 3.1 Ketegasan Horison 3.1.1 Horison A1 3.1.2 Horison A2 3.1.3 Horison B1 3.1.4 Horison B2 3.2 Bentuk batas horison 3.2.1 Horizon A1 3.2.2 Horison A2 3.2.3 Horison B1 3.2.4 Horison B2 Perakaran 3.3 Ukuran 3.3.1 Horizon A1 3.3.2 Horison A2 3.3.3 Horison B1 3.3.4 Horison B2 3.4 Jumlah 3.4.1 Horizon A1 3.4.2 Horison A2 3.4.3 Horison B1 3.4.4 Horison B2 Sumber : Boardlist Irisan Sekop 0 – 8 cm 8 – 23 cm 23 – 42 cm 42 – 58 cm Berangsur Berangsur Berangsur Baur Berombak Berombak Berombak Berombak Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Biasa Sedikit Sedikit Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 1.4 Lapisan 4 2. Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.1.4 Lapisan 4 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.2.4 Lapisan 4 3. 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 2.3.4 Lapisan 4 4. Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 3.4 Lapisan 4 5. Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 4.4 Lapisan 4 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 5.2.4 Lapisan 4 Sumber : Boardlist Keterangan 1. Lempung Pasiran Lempung Pasiran Geluh Lempung Debuan Geluh Lempung Debuan Gumpal Menyudut Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Halus Halus Sedang Kasar Kuat Kuat Sedang Lemah Sangat Teguh Sangat Teguh Teguh Sangat Gembur Dark Reddish Brown Very Dark Brown Dark Yellow Brown Dark Brown 1 0,7 0,7 0,5 0,6 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horiso Drainase pH tanah dari Kedar n KC K4Fe NS (Cn) Lapang H2O KCl Laboratorium H2O BO Kapur KCl A1 O2 O2 + 0 A2 O2 O2 + 0 A3 O2 O2 ++ 0 A4 O2 O2 ++ 0 Sumber : Boardlist 5. Analisis Lengas Tanah a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin No Keterangan A B C Kadar lengas tanah 𝑏−𝑐 𝑥 100% 𝑐−𝑎 1 Gumpalan 1 54,850 gram 64,850 gram 63,515 gram 64,850 − 63,515 𝑥 100% 63,515 − 54,850 = 15,406% 2 Gumpalan 2 55,570 gram 65,750 gram 63,951 gram 65,750 − 63,915 𝑥 100% 63,915 − 55,750 = 22,473% 3 Ctka 2 mm 53,570 gram 63,570 gram 62,962 gram 63,570 − 62,962 𝑥 100% 63,962 − 53,570 = 6,473% 4 Ctka 2 mm 52,760 gram 62,760 gram 61,422 gram 62,760 − 61,422 𝑥 100% 61,422 − 52,760 = 15,446% 5 Ctka 0,5 mm 56,509 gram 66,509 gram 65,971 gram 66,509 − 65,971 𝑥 100% 65,971 − 56,509 = 5,685% 6 Ctka 0,5 mm 55,328 gram 65,328 gram 64,091 gram 65,328 − 64,091 𝑥 100% 64,091 − 55,328 = 14,116% a. Rata-rata gumpalan = 15,406% + 22,473% = 18, 939% 2 b. Rata-rata 2 mm = 6,473% + 15,446% = 10,959% 2 c. Rata-rata 0,5 mm = 5,685% + 14,116% = 10,063% 2 b. Kapasitas Lapangan No Keterangan A B c Kadar Lengas Tanah 𝑏−𝑐 𝑥 100% 𝑐−𝑎 1 Ctka 2 53,858 mm gram 64,183 61,657 gram gram 64,183 − 61,657 𝑥 100% 61,657 − 53,868 = 32% 2 Ctka 2 54,045 mm gram 55,045 63,133 gram gram 65,758 − 63,133 𝑥 100% 63,133 − 55,045 = 32,1% Rata-rata: 32% + 32,1% 2 c. Lengas Maksimum No keterangan A B C d Kadar Lengas Maksimum (𝑏 − 𝑎) − (𝑐 − 𝑑) 𝑥 100% (𝑐 − 𝑑) 1 Ctka 2 37,258 mm gr 71,545 51,038 20,167 gr gr gr 34,287 − 30,871 𝑥 100% 30,871 = 11% d. Batas Berubah Warna ( BBW ) No Keterangan A B C Kadar Lengas Tanah 𝑏−𝑐 𝑥 100% 𝑐−𝑎 1 Ctka 0,5 53,166 mm gram 2 Ctka 0,5 48,354 mm gram 54,519 54,161 gram gram 49,358 49,316 gram gram Rata-rata: 35% + 40% = 37,5% (𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) 2 0,355 𝑥 100% = 35% 0,995 0,046 𝑥 100% = 40% 0,958 e. Analisis pH Tanah No Keterangan 1 2 pH KCl 1 5,582 KCl 2 5,674 H2O 1 6,763 H2O 2 6,620 Rata-rata 5,6 6,6 f. Struktur tanah a) Bobot Volume Nono Keterangan a b p q Perhitungan bobot volume 87𝑥𝑎 𝑥 100% (100𝑥𝐾𝐿)𝑥(0,87𝑥(𝑞 − 𝑝) − (𝑏 − 𝑎) 1 Tanah 1 2,8 3,4 bongkahan gram gram 20 22 87𝑥2,8 𝑥 100% (100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,4 − 2,8) = 2,209 Tanah 1 2 bongkahan 2,9gram 3,6 gram 20 22 87𝑥2,9 𝑥 100% (100𝑥11,6)(0,87𝑥(22 − 20) − (3,6 − 2,9) = 2,513 b) Bobot Jenis No keterangan A B C D Picknometer 1 23,6 51,5 28,7 55,6 1 gram gram gram C gram Suhu Suhu BJ 1 1 2 30o 28oC 0,99 BJ2 0,96 Perhitungan Bobot Jenis = 100𝑥(28,7 − 23,6)𝑥0,99𝑥0,96 𝑥 100% = 5,195 (100𝑥10,7)𝑥(0,96𝑥(51,5 − 23,6) − 51,5𝑥(55,6 − 28,7) c). Porositas 𝐵𝑉 𝑛1 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100% 𝑛 = (1 − 2,209 ) × 100% = 57,5 5,195 𝐵𝑉 𝑛2 = (1 − 𝐵𝐽 ) × 100% 𝑛 = (1 − 2,513 ) × 100% = 51,6 5,195 V. PEMBAHASAN A. Jatikuwung a. Pencandraan Bentang Lahan Praktikum lokasi pertama dilaksanakan di Jatikuwung, Mojosongo pada hari Minggu 26 Oktober 2013 pada pukul 11.00-12.00 WIB dengan tinggi tempat 158 mdpl dan mempunyai arah hadap sebesar 238o dari barat daya. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79. Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jatikuwung. Untuk kemiringan lahan atau lereng yaitu sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan klinometer. Fisiografi lahan pada lokasi ini adalah up lift, yaitu suatu lahan hasil pengangkatanoleh gaya endogen/bumi. Arah hadap lokasi ini dari utara. Maksud dari penentuan arah hadap mengetahui intensitas matahari yang mempengaruhi pembentukan tanah, karena dapat mempengaruhi pelapukan. Pada lokasi ini tanpa terjadi genangan. Daerah tersebut terletak pada 7031’ 05,2” LS dan 1100 50’ 43,1” BT. Pada saat pengamatan, cuacanya cerah / bersih .Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari proses pembentukannya. Bentuk lahan di Jatikuwung ialah vulkanik, yaitu hasil aktivitas/endapan materi gunung berapi. Fisiologi lokasi bergelombang sehingga tidak terjadi banjir atau genangan sementara dan dengan kemiringan lereng sangat miring (3).Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass). Fisiologi lokasi yang bergelombang sehingga bisa dipastikan bahawa erosi yang terjadi ialah erosi permukaan (sheet erosion) dengan tingkat erosi rendah. Batuan permukaan berjumlah <0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil sekitar >8m dan antara batu-batu besar kira-kira 20 m. Dengan batuan permukaan yang semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berupa rumput, manga, jambu, beringin dll. Vegetasi yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara lain rumput gajah, pohon pisang, pohon mangga, pohon waru dan lain-lain. b. Penyidikan Profil Tanah Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah vertisols (menurut USDA), vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi Penyidikan profil tanah di Jatikuwung menggunakan metode observasi lubang kecil. Jeluk horison A1 0-13cm, horison A2 13-21cm dan horison B 21-32 cm. Ketegasan batas horison AI , A2, B berangsur. Topografi batas tiap horison sama yaitu berombak. Jumlah perakaran horison A1 banyak, horison A2 biasa, sedangkan horison B sedikit. Untuk ukuran perakaran horison A1, A2 dan B sama yaitu sangat halus. c. Sifat Fisika Tanah Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/ penetrasi. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Pada pengamatan tanah ini, tekstur tanah yang didapat pada tiap horinzon berbeda-beda. Pada horinzon A1 adalah geluh debuan yang bercirikan rasa licin membentuk bola teguh dapat sedikit digulung, serta melekat . Pada horison A1 adalah geluh lempungan. Sedangkan horison A2 adalah lempung dan horizon B adalah feluh lempung debuan. Struktur tanah merupakan susunan saling mengikat antara partikelpartikel tanah pada semua horison. Cara menentukannya dengan mengambil gumpalan tanah, dipecah dengan jari. Pecahan tersebut merupakan agregrat, kemudian ditentukan tipe, ukuran, dan derajad struktur horison. Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu : pada horison A1 dan A2 memunyai tipe struktur gumpal membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat. dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip. Sedangkan horizon B mempunyai tipe struktur yaitu gumpal menyudut dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip. Dengan ukuran kasar dan derajat kuat (horison A1 dan A2), sedangkan berukuran sedang dan derajat sedang (horison B) . Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Cara menentukan konsistensi tanah adalah dengan meremas atau memijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air. Konsistensi tanah berpengaruh pada ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau pepecahan yang disebabkan oleh berbagai faktor dari luar maupun dalam seperti tekanan dari air hujan, aliran air, suhu yang fluktuatif baik dari dalam maupun luar tanah. Pada profil ini memiliki kondisi tanah yang lembab. Konsistensi tanah pada pengamatan tanah kali ini, untuk horison A1 dan B yaitu sangat teguh sekali . Pada horison A2 yaitu teguh. Aerasi dan drainasi tanah merupakan sifat tanah yang erat hubungannya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan air dan udara. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanah di lokasi ini memiliki aerasi drainase sedang pada setiap horison. Tanah vertisols di Jatikuwung ini cenderung berwarna cokelat tua. Pengidentifikasian tanah menggunakan buku Munsell Soil Color Chart (MSCC). Untuk horison A1 berwarna Black, A2 berwarna very dark dan B berwarna Brown. Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah kamampuan sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan atau beban (dari akar tanaman, alat olah, mesin-mesin kehutanan atau pertanian) yang diterimanya. Alat yang digunakan adalah penetrometer tanah yang terdiri dari dua tipe utama, yaitu: penetrometer tanah tipe tekan dan penetrometer tipe tusuk. Satuan yang digunakan pada uji penetrometer adalah kg/cm2. Selain itu dengan cara manual menggunakan tusukan dengan ibu jari. Hasil pengamatan uji penetrometer pada tanah alluvial pada posisi vertikal yaitu 2,5 kg/cm2 , sedangkan pada posisi horisontal untuk horison A1 2 kg/cm2, , A2 1.5 kg/cm2 ,dan horizon B 1,25 kg/cm2 . d. Sifat Kimia Tanah Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi, kemasaman (pH), bahan organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah. Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Dari hasil pengamatan didapat pH H2O pada horison A1 dan A2 yaitu 4-5 sedangkan pada horizon B 5. Dari hasil yang didapat maka tingkat keasaman tanah adalah cukup asam dan pH KCl pada horison A1 4-5 dan pada horizon A2 dan B 5. Analisis ini menggunakan pH meter dikarenakan saat prakikum di lapangan terjadi kehabisan larutan KCl. Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati jumlah bahan organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara mengamati buih yang timbul setelah ditetesi dengan H2O2 10 % . Pada praktikum kali ini didapat buih yang dihasilkan pada tiap – tiap lapisan berbeda. Pada horison Bw terdapat banyak buih (BO tinggi) pada A1, A2 dan B mempunyai buih sedang. Kadar kapur (CaCO3) tidak ditemukan pada ketiga lapisan horison tersebut. e. Analisis Lengas Tanah Tanah Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur liat dan menyebar luas di daerah beriklim tropis dan subtropis dengan curah hujan 1500 mm pertahun. Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif. Karena itu dapat mengkerut (Shrinking) jika kering dan mengembang (Swelling) jika jenuh air. Vertisol di Indonesia terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature tahunan rata-rata 250 C dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering. Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 8,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 38,3%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 5,9% dan pada batas berubah warna kurang lebih 13% (sedang). f. Analisis pH Tanah pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu Analisis pH Tanah pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu Analisis pH Tanah pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Dari praktikum ini didapatkan pH di tanah jumantono ini yaitu pH KCl 5,3 dan pH H2O 6,1. B. Jumantono Praktikum lokasi kedua dilaksanakan di lahan percobaan UNS Jumantono, Karanganyar pada hari Minggu, 27 Oktober 2013 pukul 08.00 – 09.00. Praktikum dilakukan pada ketinggian tempat 187 mdpl dan mempunyai arah hadap sebesar 40o dari timur laut. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79. a. Penyandraan Bentang Lahan Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di Jumantono. Untuk kemiringan lahan atau lereng yaitu agak miring. Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan klinometer. Fisiografi lahan pada lokasi ini adalah miscellaneous, yaitu suatu lahan yang telah mendapat campur tangan manusia. Arah hadap lokasi ini 310o dari arah barat laut. Maksud dari penentuan arah hadap mengetahui intensitas matahari yang mempengaruhi pembentukan tanah, karena dapat mempengaruhi pelapukan.Pada lokasi ini tidak terjadi genangan. b. Penyidikan Profil Tanah Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah alfisolsol (menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Saat praktikum, kami mengamati profil yang terdiri dari 5 lapisan yaitu lapisan I (horison A1), lapisan II (horison A2), lapisan III (horison B1), lapisan IV (horison B2). Penyidikan profil tanah di Jumantono menggunakan metode observasi BC (Beveled Cut). Jeluk horison A1 (0-11 cm), horison A2 (11-22cm), horison B1 (22-45cm), horison B2 (4560cm). Ketegasan batas horison A dengan A-B baur sedangkan A-B dengan B dan B-C1 dan B-C2 jelas. Topografi batas tiap horison mulai dari horison teratas sampai horison terbawah yaitu rata-berombak-berombak-terputus-rata. Jumlah perakaran horison A1 dan A2 banyak, horison B1 biasa, horison B2 sedikit. Untuk ukuran perakaran horison A1 halus, horison A2 sedang, horison B1 kasar, horison B2 sangat kasar. c. Sifat Fisika Tanah Pada pembahasan sifat fisika tanah, yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/ penetrasi. Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Pada pengamatan tanah ini, tekstur tanah yang didapat pada tiap horinzon berbeda-beda. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa kasar, debu memberi rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I (horison A) geluh lempung debuan yaitu membentuk bola agak teguh tapi mudah hancur serta melekat, lapisan II (horison A-B) geluh debuan yaitu membentuk bola teguh serta melekat, lapisan III (horison B) lempung debuan yaitu membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit serta melekat sekali, lapisan IV (horison B-C1) geluh pasiran yaitu membentuk bola agak keras mudah hancur serta melekat, dan lapisan V (horison B-C2) geluh lempungan yaitu membentuk bola agak teguh mudah hancur serta melekat sedang. Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I (horison A) dan lapisan II (horison A-B) adalah gumpal membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat sedangkan lapisan III (horison B), lapisan IV (horison B-C1) dan lapisan V (horison B-C2) ialah lempeng dengan ciri rata dan seperti plat horisontal. Pada lapisan I (horison A) mempunyai ukuran ekstrim kasar dan derajat lemah. Lapisan II (horison A-B) mempunyai ukuran kasar dan derajat sedang, sedangkan pada lapisan III (horison B) dan lapisan IV (horison B-C1) mempunyai ukuran sedang dan derajat kuat. Serta pada lapisan V (horison B-C2) mempunyai ukuran halus dan derajat kuat. Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I, II, III, IV dan V konsistensi tanahnya dalam kondisi kering dengan urutan kategori berikut lepas, lunak, agak keras, keras dan keras Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperatur tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I dark red, lapisan 2 dark reddish red , lapisan 3 dark brown, dan lapisan 4 juga dark brown Hasil pengamatan uji penetrometer pada tanah vulkanik pada posisi vertikal yaitu 0,5 kg/cm2 , sedangkan pada posisi horisontal untuk horison A adalah 0,5 kg/cm2, horison A-B, B-C1 dan B adalah 0,75 kg/cm2 sedangkan horizon B 0,6 kg/cm2. d. Sifat Kimia Tanah Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi, kemasaman (pH), bahan organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi.Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah. Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Dari hasl pengamatan maka didapat pH H2O adalah 5 dan pH KCl 6. Lapisan I dan II mengandung sangat banyak bahan organik tetapi sama sekali tidak mengandung kapur, lapisan III mengandung banyak bahan organik tetapi sama sekali tidak mengandung kapur, sedangakan Lapisan IV dan V menagandung banyak bahan organik dan sangat sedikit kapur. Kadar kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10 %. Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run off maupun resapan.Pada pedon ini tingkat aerasi dan drainase adalah buruk (R2) ditunjukan dengan warna biru nyata disertai merah jambu. e. Analisis Lengas Tanah Tanah alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang dan halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan dengan erosi. Alfisol adalah tanah relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun demikian, bahay erosi dapat terjadi mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil dan tanah ini banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga dapat menyebabkan horison argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang baik. Air perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal ini menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah. Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 10,2%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 39,2%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 79,8% dan pada batas berubah warna kurang lebih 14,2% (sedang). f. Analisis pH Tanah pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangakan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah alfisol kering angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu 4,8. Dan pH KCl 6,6. C. Kampus FP UNS Praktikum lokasi ketiga dilaksanakan di Kampus Fakultas Pertanian UNS Kentingan pada hari Minggu tanggal 27 Oktober 2013 pada pukul 10.00 11.00 dengan tinggi tempat 119 mdpl dan mempunyai arah hadap sebesar barat laut. Dan sebagai surveyor adalah kelompok 79. a. Pencandraan Bentang Lahan Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan yang dilaksanakan di sekitar kampus Fakultas Pertanian UNS. Untuk kemiringan lahan atau lereng yaitu 2% (hampir datar). Lereng adalah perbandingan antar perbedaan ketinggian tanah dengan jarak horisontal yang dinyatakan dalam persentase atau derajad. Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan klinometer. Fisiografi lahan pada lokasi ini adalah miscellaneous, yaitu suatu lahan yang telah mendapat campur tangan manusia. Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass). Tingkat erosi yang terjadi adalah erosi permukaan/lembar (Sheet Erosion) dengan tingkat erosi rendah. Batuan permukaan kurang dari 0,1% dari luas permukaan dengan jarak antar batuan kecil lebih dari 8 meter dan jarak antar batuan besar sekitar 20 meter. Dengan batuan permukaan yang semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berupa rumput, semak, dan pohon karena tanah sebagian besar tidak tertutup oleh batu sehingga masih dapat diolah. Vegetasi yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara lain rumput, pohon akasia, pohon asem, pohon jati, pohon mangga dan lain – lain. b. Penyidikan Profil Tanah Adapun taksonomi tanah pada wilayah adalah tanah entisols (menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Kemiringan mencapai 2% dengan vegetasi yang tumbuh sangat beragam. Tanah entisols merupakan tanah yang belum berkembang dan banyak pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Tingkat perkembangan yang sangat rendah pada entisol disebabkan adanya beberapa factor berikut: a. Iklim sangat ekstrim basah/kering, sehingga perombakan bahan induk terhambat, b. Bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan, c. Adanya faktor erosi yang selalu menggerus epipedon, sehingga tidak pernah terbentuk horisan iluviasi. Entisol (alluvial) umumnya adalah tanah yang subur karena mengandung bahan-bahan alluvium yang diendapkan. Pada tanah ini tersedia air dengan baik tanpa kemungkinan adanya penggenangan karena keadaan alami air tanah. Tanah ini dikatakan baik apabila memiliki lapisan liat atau lempung berliat yang tebal (sekitar 1 m) terletak diatas lapisan tekstur yang kasar yang sering membatasi aliran air tanah ke atas. Pada hasil pengamatan, menunjukan bahwa rata-rata memiliki warna coklat. Hal ini disebabkan karena kadar lengas atau tingkat hidratasi yang sangat berpengaruh terhadap warna tanah, apabila lembab hingga basah maka tanah akan tampak berwarna lebih gelap/kelam. Proses pembentukan tanah diawali dengan pengendapan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan pembentukan horison lebih lambat daripada pengendapan. Proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah dan pembentukan struktur tanahnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Semakin dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit. Kandungan O2 tanah semakin berkurang dengan bertambahnya jeluk tanah sehingga menjadi salah satu faktor pendorong bagi perakaran tumbuhan, hewan tanah dan jasad renik pengurai untuk menempati lapisan atas tubuh tanah. Profil merupakan suatu penampang vertikal di dalam pedon yang menunjukkan susunan horison yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah. Saat praktikum, kami mengamati profil yang terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan I (horison C1), lapisan II (horison C2), lapisan III (horison C3) dan lapisan IV (horison C4). Penyidikan profil tanah di Jumantono menggunakan metode observasi BC (Beveled Cut). Jeluk horison C1 (0-13cm), horison C2 (13-21cm), horison C3 (21-27cm) dan horison C4 (27-40cm). Ketegasan batas horison C1 dengan C2 dan C3 baur sedangkan C3 dengan C4 jelas. Topografi batas tiap horison mulai dari horison teratas sampai horison terbawah yaitu berombak-tak beraturan-tak beraturan-rata. Jumlah perakaran horison C1 banyak, horison C2 dan C3 biasa, sedangkan horison C4. Untuk ukuran perakaran horison C1 sedang, horison C2 kasar, sedangkan horison C3 dan C4 sedang. c. Sifat Fisika Tanah Pada pembahasan sifat fisika tanah ini, yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/ penetrasi. Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Pada pengamatan tanah kali ini, tekstur tanah yang didapat pada semua lapisan sama yaitu geluh lempung pasiran, yang bercirikan rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipirid tetapi mudah hancur, serta agak melekat. Tanah di wilayah ini termasuk tanah alluvial yang mempunyai tekstur lempung, punya porositas total besar, jumlah pori makro besar sehingga kapasitas memegang air juga besar. Sehingga banyak mengakumulasi air. Istilah struktur tanah digunakan untuk menunjukkan secara garis besar keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah hasil dari proses pedogenesis. Hal yang dicatat dalam menentukan struktur tanah meliputi tipe, ukuran dan derajad struktur. Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu : pada lapisan pertama mempunyai struktur tanah dengan tipe gumpal menyudut (Anguler Blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip, dengan ukuran halus dan berderajad sedang. Dan pada lapisan lainnya memiliki struktur dengan tipe gumpal membulat (Sub angular blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat dengan ukuran halus, berderajad sedang dan ukuran sedang berderajad kuat. Aerasi adalah kemampuan sirkulasi udara dalam tanah. Sedangkan drainase menunujukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Lapisan I (horison C1) lempung pasiran yaitu membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit serta melekat sekali, lapisan II (horison C2) lempung debuan yaitu membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit serta melekat sekali, lapisan III (horison C3) dan laisan IV (horison C4) geluh pasiran yaitu membentuk bola agak keras tetapi mudah hancur serta melekat. Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I (horison C1) adalah gumpal membulat dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat sedangkan lapisan II (horison C2) dan lapisan III (horison C3) adalah gumpal menyudut dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dan lapisan IV (horison C4) adalah lempeng dengan ciri rata dan seperti plat horisontal. Pada lapisan I (horison C1) mempunyai ukuran kasar dan derajat lemah. Lapisan II (horison C2) dan Lapisan III (horison C3) mempunyai ukuran sangat kasar dan derajat kuat, sedangkan pada lapisan IV (horison C4) mempunyai ukuran halus dan derajat sedang. Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I, II, III dan IV konsistensi tanahnya dalam kondisi kering dengan urutan kategori berikut lunak, sangat keras, agak keras dan keras. Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperatur tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I 2,5 YR 3/1 (dark raddish grey), warna lapisan II dan lapisan III 2,5 YR 4/1 (dark raddish grey) sedangkan warna lapisan IV 2,5 YR 4/2 (dark raddish grey). Hasil pengamatan uji penetrometer pada tanah alluvial pada posisi vertikal yaitu 0,5 kg/cm2 , sedangkan pada posisi horisontal untuk horison C1 dan horison C3 adalah 0,6 kg/cm2, horison C2 adalah 0,7 kg/cm2 dan horizon C4 adalah 0,5 kg/cm2. d. Sifat Kimia Tanah Pada pembahasan sifat kimia tanah meliputi kemasaman (pH), bahan organik tanah, kadar kapur dan konsentrasi. pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator kertas pH atau pH stick yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH stick dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada keempat lapisan diperoleh pH H2O DAN pH KCL yang sama yaitu 6 dan 5. Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam tanah. Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam hitam dan ada tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan organik di lapisan pertama sedikit (buih-buih nampak), pada lapisan kedua (beberapa buih kelihatan). Sedangkan pada lapisan ketiga dan keempat tidak ada. Adanya perbedaan bahan organik pada lapisan karena peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun hewan. Maka, semakin ke dalam kandungan bahan organik tanah semakin sedikit, hal ini juga dipengaruhi adanya aktivitas mikroorganisme yang semakin ke dalam semakin berkurang karena ikatan-ikatan partikel atau butir-butir tanah yang semakin kuat sehingga ruang udara yang menyediakan oksigen bagi kehidupan mikroorganisme tersebut juga terbatas. Kadar kapur (CaCO3) hanya ditemukan pada lapisan pertama dan kedua dalam jumlah yang sedikit. e. Analisis Lengas Tanah Tanah Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai. Tanah Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah yang subur. Perbaikan deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfide dan sulfat. Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas ratarata sebesar 13,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 32,05%, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung sedang, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 11% dan pada batas berubah warna kurang lebih 37,5% (sangat tinggi). f. Analisis pH Tanah pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah. Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah entisol kering angin diperoleh pH H2O yang sama yaitu 6,6 dan pH KCl 5,6. VI. Komprehensif A. Jumantono Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Jumantono, terdapat sifat – sifat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui diskripsi lingkungan, fisiografi lahan di daerah ini trjadi akibat adanya proses vulkanisme dari Gunung Lawu kala itu dan dalam waktu yang lama membentuk bahan induk tanah vulkan pada daerah yang miringyang kemudian diolah manusia menjadi hampir datar, dengan ketinggian tempat 193 m dpl. Kesuburan tanah sangat menetukan adanya vegetasi yang dapat bertahan pada suatu jenis tanah. Pada profil tanah yang diamati, kesuburan fisik tanahnya adalah baik yang ditandai oleh struktur dan tekstur tanahnya yang memungkinkan terciptanya aerasi dan drainase sedang. Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari tingkat kesuburan fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan kesuburan biologi yang baik pula, yaitu adanya kegiatan mikrobia yang melakukan proses dekomposisi bahan – bahan kimia yang nantinya sangat bermanfaat bagi tumbuhan. Profil tanah diketahi bahwa tanah tempat praktikum mengalami erosi bentuk tingkat permukaan bebas dengan kata lain tidak terjadi erosi. Bentuk ini menyebabkan tanah tahan erosi, banjir dan genangan. Dari hasil pengamatan fisika tanah, pada profil tanah tiap lapisan memiliki unsur tekstur yang berbeda – beda. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga golongan dasar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung, debu dan pasiran. Secara garis besar tekstur tanah yang ada di daerah Jumantono ini adalah geluh. Tekstur tanah memiliki kaitan erat dengan struktur tanah dan konsistensi tanah, sehingga berguna untuk menentukan cara pengolahan tanah yang efisien dan penetrasi tanaman serta air udara di lapisan bawah tanah. Tekstur tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan air dan unsur hara dalam tanah. Warna tanah merupakan sifat fisika tanah yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat kimianya. Hal ini berkaitan pula dengan kandungan bahan organik (BO). Warna tanah yang gelap memiliki kandungan BO yang tinggi. Sebaliknya warna tanah yang cerah memiliki kandungan BO yang rendah. Selain itu warna tanah dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan tanah pada profil. Warna tanah juga menunjukan adanya bahan kasar pada tanah yang memberikan warna lain. Konsentrasi atau bercak merupakan keadaan warna tanah yang lebih gelap dibandingkan dengan sekitarnya secara vertikal. Bercak tanah merupakan gabungan dari konkresi tanah, di mana konkresi merupakan pencucian basa – basa mineral oleh air hujan yang terjadi di dalam tanah. Pada kedalaman tertentu, bercak ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan yang banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu, maka tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada bercak tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang menghasilkan senyawa senyawa penting bagi tanaman. Pada lokasi ini yang timbul adalah bercak bermangan. Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam. B. Kampus FP UNS Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori tanah entisols yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik menggunakan indikator H2O maupun KCl antara 4 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi dapat tumbuh dengan subur. Pada tanah tersebut, semakin kecil ukuran partikel pada tingkat suspensinya akan memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai kasar. Hal tersebut sesuai yang terlihat pada hasil pengamatan pada struktur tanah yang memiliki tipe, ukuran dan derajad yang bervariasi. Tanah entisols yang mempunyai tekstur kasar, berkadar bahan organic dan nitrogen lebih rendah daripada tanah yang bertekstur halus, seperti pada hasil pengamatan. Hal tersebut disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah bahan organik kurang dari tanah yang lebih halus. Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Hal itu berpengaruh pula untuk meminimalisir terjadinya erosi. Sehingga pada lokasi ini yang terjadi hanya erosi permukaan dengan tingkat yang rendah. Kandungan bahan organik terbanyak pada lapisan teratas. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang baik pula. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur dan strukturnya, pada horison tanah terdalam konsistensinya sangat teguh. Adapun pentingnya mengetahui konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. C. Jatikuwung Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisols yang umumnya mempunyai tekstur lempung, kandungan lempung berkisar antara 35%90% dari total tanah. Pada vertisols variasi kandungan lempung dengan kedalaman tanah berasal dari bahan induk. Pada umumnya tidak terdapat variasi lempung yang nyata menurut kedalaman tanah. Pada hasil pengamatan dapat diketahui warna tanah adalah gelap, yang terjadi akibat pengaruh BO yang dikandungnya, terutama yang berkaitan dengan liat halus dan akan tahan terhadap oksidasi H2O2. Vertisols mempunyai tekstur yang berat sehingga mengalami kesukaran dalam hal pengolahan tanah. Hal ini disebabkan karena kandungan mineral liat 2:1 yang dominan, sehingga pada saat kering tanah menjadi sangat keras dan pada saat basah tanah menjadi lekat. Dalam pengukuran pH pada tanah ini, diketahui bahwa pH tanah mendekati netral, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl diperoleh hasil yang sama. Dengan kemiringan lereng sebesar 7% memungkinkan terjadinya erosi alur dengan tingkat rendah yang berpengaruh terhadap aerasi drainase tanah, yaitu semakin dalam horison tanah, aerasi drainase tanahnya semakin buruk. Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang baik pula. Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui adanya perbedaan jenis tanah. Sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat fisika dan sifat kimianya. Sifat – sifat tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pada lokasi kampus, diketahui bahwa jenis tanah tersebut adalah tanah entisols (menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut PPT).Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Berbeda halnya dengan jenis tanah di lokasi kedua yaitu di Jumantono yang berjenis tanah alfisols (menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Sedangkan untuk lokasi ketiga yaitu wilayah Jatikuwung memiliki jenis tanah vertisols (menurut USDA), vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi. Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang berbahan induk dari batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbauhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertektur lempung. Selain itu hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masingmasing lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh berbagai faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk konsistensi berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya, semakin teguh konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah semakin sedikit. Hal itu terlihat pada hasil pengamatan di setiap lokasi. Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing lokasi hampir sama yaitu kurang dari 7, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl. Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut. Perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masing-masing likasi ini, menunjukkan adanya berbedaan pula pada sifat kimia dan fisikanya. Sehingga tingkat kesuburan bagi pertumbuhan tanaman pun berbeda-beda pula. VII.KESIMPULAN A. Jumantono 1.. Fisiografi lahan di wilayah pengamatan yaitu terletak diantara pegunungan vulkanik dan aktivitas fluvial dengan keadaan geologi lahan berupa formasi vulaknik dan bahan induknya batuan vulkanik. 2. Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat rendah. 3. Lahan berupa tanah alfisol dengan warna hitam-coklat, dengan vegetasi berupa rumput, pohon dan tanamah budidaya seperti kacang tanah, mangga, dan pohon singkong yang mampu bertahan pada lingkungan kering. 4. Profil tanah yang dibuat terdiri dari empat lapisan di horison A 5. Tekstur tanah dengan perbandingan antara debu, pasir dan lempung lebih di dominasi lempung, dengan struktur, ukuran dan derajat yang bervariasi. 6. Konsistensi tanah dari lapisan atas ke bawah semakin keras. 7. Daya topang semakin kebawah semakin kuat. Maka tanah ini dikatakan cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor. 8. Lahan pada lokasi ini merupakan tanah yang bersifat asam. 9. Aerasi dan drainase baik sehingga permeabilitasnya lambat. 10. Warna tanah semakin ke lapisan atas akan semakin gelap karena pengaruh bahan organik yang jumlahnya semakin ke atas juga semakin banyak. 11. Tekstur tanah erat hubunganya dengan struktur tanah, konsistensi tanah dan bahan organik. B. Kampus FP UNS 1. Fisiografi lahan di kampus fakultas pertanian terletak diantara Gunung Lawu dan aliran sungai Bengawan Solo dengan kondisi bentuk batuan induk alluvial yang berkembang. 2. Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat rendah. 3. Lahan berupa tanah entisol dengan warna hitam-coklat, dengan vegetasi berupa rumput, pohon dan semak yang mampu bertahan pada lingkungan kering. 4. Profil tanah yang dibuat terdiri dari 4 lapisan di horison A 5. Tekstur tanah adalah pasir dengan perbandingan antara debu, pasir dan lempung lebih banyak pasirnya, dengan struktur, ukuran dan derajat yang bervariasi. 6. Konsistensi tanah dari lapisan atas ke bawah semakin keras. 7. Aerasi-drainase tanah semua lapisan sama yaitu sedang. 8. Tanah lahan lokasi 1 ini merupakan tanah yang bersifat asam. 9. Kandungan kapur (CaCO3) jarang ditemukan. C. Jatikuwung 1. Lahan di desa Jatikuwung merupakan tanah vertisol dengan fisiologi lahan vulkanik dari batuan Gunung api merapi. 2. Lahan ini memiliki kemiringan 10 % (sangat miring) tetapi tidak mengalami erosi berat hanya erosi permukaan dengan taraf yang rendah. 3. Tekstur tanah adalah lempung dengan perbandingan antara debu, pasir dan lempung dan di dominasi oleh lempung, dengan struktur, ukuran dan derajat yang bervariasi. 4. Kandungan akar yang terdapat pada tiap lapisan berkurang dari lapisan yang teratas sampai terbawah yaitu dari yang sangat banyak sampai sedikit dengan ukuran dari sedang sampai halus. 5. Konsistensi pada lahan ini bersifat lembab dan teguh. 6. Aerasi dan draenasi pada lahan pengamatan tergolong sedang