8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Permintaan
Permintaan timbul dari keinginan. Keinginan dan permintaan merupakan dua
hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah
keinginan konsumen terhadap barang atau jasa yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang atau menggunakan barang yang bersangkutan
(daya beli).
Permintaan akan sesuatu jenis barang adalah jumlah-jumlah itu yang pembeli
(atau para pembeli) bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu
pasar serta waktu tertentu. (Suherman Rosidi, 2005: 291)
Ada beberapa hal penting yang dapat dilihat dari definisi diatas, yaitu:
1. permintaan merupakan sederetan angka yang menunjukan banyaknya satuan
barang yang diminta pada pelbagai tingkat harga.
2. barang yang diselidiki dalam suatu pembicaraan mengenai permintaan adalah satu
jenis barang saja dan bahwa permintaan itu terjadi di pasar serta waktu yang juga
tertentu.
Lincolin Arsyad (1993:125) mengemukakan bahwa “dalam ilmu ekonomi
istilah permintaan menunjukan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen
pada periode waktu dan keadaan tertentu”.
8
9
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2002: 18). ” Permintaan adalah
keinginan konsumen membeli barang pada berbagai tingkat harga selama periode
waktu tertentu.”
Sementara itu Tati Suhartati Joesron (2003: 12) mengemukakan bahwa
“permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai
tingkat harga pada suatu waktu”. Definisi diatas menunjukan jumlah barang dan jasa
yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya dalam berbagai tingkat harga
terdapat sejumlah barang yang diminta, sehingga hubungan antara tingkat harga dan
jumlah barang yang diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan.
Vincent Gaspersz (1999:13) mengemukakan ”Pada dasarnya permintaan
(demand) dalam ekonomi manajerial dapat didefinisikan sebagai kuantitas barang
atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu
berdasarkan kondisi-kondisi tertentu”. Periode waktu disini dapat berupa satuan jam,
satuan hari, satuan minggu satuan bulan satuan tahun atau periode lainnya.
Sedangkan kondisi-kondisi tertentu adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan terhadap barang atau jasa itu.
Dalam permintaan ini, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukan
berapa banyak yang ingin dibeli oleh konsumen/rumah tangga
2. Apa yang dinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan
permintaan efektif.
3. Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu.
10
Jadi permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh
konsumen yang mempunyai daya beli pada waktu, kondisi tertentu serta pada tingkat
harga tertentu.
Hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang ini dapat dilihat dari kurva
permintaan. Kurva permintaan yaitu kurva yang menunjukan tempat titik-titik yang
menggambarkan maksimum pembelian pada harga tertentu dengan anggapan cateris
paribus (hal-hal lain dianggap tetap). (Tati Suhartati Joesron, 2003:12)
Kurva
permintaan
merupakan
tempat
titik-titik
yang
masing-masing
menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, dengan cateris
paribus. (Richard Billas, 1989:10)
Hal senada dikemukakan oleh Iswandono (2004:14), Kurva permintaan adalah
garis yang menunjukan berbagai kombinasi harga dan jumlah barang yang diminta
atau berbagai kemungkinan jumlah barang yang diminta pada berbagai kemungkinan
harga persatuan harga tertentu, misalnya perhari, perbulan, atau perdekade”
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva maka akan tampak seperti pada
gambar di bawah ini:
11
D
Harga
(P)
Kuantitas Barang (Q)
Sumber: Eeng Ahman (2007:73)
Gambar 2.1 Kurva permintaan
Gambar di atas memperlihatkan bahwa kurva permintaan berbentuk garis lurus
yang miring dari kiri atas ke kanan bawah. Miringnya kurva permintaan tersebut
menunjukan adanya hukum permintaan, dan lurusnya kurva permintaan menunjukan
adanya anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah yang diminta hanyalah
tingkat harga, sedangkan hal-hal lain dianggap tetap (cateris paribus).
Kurva permintaan umumnya menurun dari atas kekanan bawah. Menurut
Buchari Alma (2000:44) hal ini disebut dengan “The law of down ward sloping”,
dimana jika harga suatu barang dinaikan maka jumlah barang yang diminta akan
berkurang, atau bila sesuatu barang ditawarkan dalam jumlah yang lebih banyak
dipasar, maka harga tersebut hanya dapat dijual dengan harga yang lebih rendah.
Kurva permintaan akan mengalami pergerakan. Perubahan sepanjang kurva
permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau
makin menurun. Hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
12
Harga
(dalam
ribuan)
4
3
2
D
0
400
600
900
Kuantitas
Sumber: Sadono Soekirno (2005:83)
Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan
Selain mengalami pergerakan kurva permintaan pun mengalami pergeseran.
Kurva permintaan akan mengalami pergerakan ke kanan atau ke kiri, apabila terdapat
perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor bukan harga. Perubahan
permintaan dapat naik dan dapat pula mengalami penurunan. Kenaikan dan
penurunan permintaan dijelaskan sebagai berikut:
1. Permintaan dikatakan naik
a) permintaan dikatakan naik jika masyarakat bersedia membeli jumlah yang
lebih banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah. Fenomena ini akan
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke atas.
13
b) permintaan masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap sekalipun
harga barang itu sudah naik. Kejadian ini akan menyebabkan kurva
permintaan bergeser ke kanan.
2. Permintaan dikatakan turun
a) permintaan dikatakan turun jika masyarakat akan membeli jumlah barang
yang lebih sedikit sekalipun harga barag yang bersangkutan tidak berubah. Ini
akan menggeser kurva permintaan ke kiri.
b) permintaan dikatakan turun jika masyarakat akan membeli jumlah barang
yang tetap hanya apabila harga barang yang itu turun. Ini akan menggeser
kurva permintaan ke bawah.
Kurva permintaan akan bergerak apabila perubahan itu ditimbulkan oleh
perubahan faktor bukan harga, misalnya perubahan pendapatan. Sebagai contoh
pendapatan pembeli mengalami kenaikan. Apabila faktor-faktor lain tidak mengalami
perubahan, kenaikan pendapatan ini akan menaikan permintaan, yaitu pada setiap
tingkat harga jumlah yang diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan seperti ini
digambarkan pada gambar di bawah ini:
14
D2
D
D1
A1
P
A2
A
Harga
0
Q2
Q
Q1
Kuantitas
Sumber: Sadono Soekirno (2005:84)
Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan
Titik A menggambarkan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah Q,
sedangkan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta adalah
Q1. dapat dilihat bahwa Q1 > Q dan berarti kenaikan pendapatan menyebabkan pada
harga P permintaan bertambah sebesar QQ1. Contoh ini menunjukan bahwa apabila
kurva permintaan bergerak ke sebelah kanan, maka perpindahan itu menunjukan
pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan ke sebelah
kiri, misalnya menjadi D D2, berarti bahwa permintaan telah berkurang. Sebagai
akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang yang diminta adalah Q2.
Keadaan ini ditunjukan oleh titik A2. (Sadono Soekirno 2005:84).
15
2.1.2 Teori Permintaan
Ada dua pendekatan pokok mengenai teori permintaan kosumen yang
dikemukakan oleh Richard Billas (1992:55) diantaranya:
1.
Teori Permintaan Konsumen Analisis Guna Batas
Kaum klasik, mempergunakan guna-batas terukur (measurable marginal
utility), yakni kepuasan. Dimana kepuasan yang diperoleh konsumen dari barang dan
jasa yang dikonsumsinya dapat dinyatakan dalam angka kardinal. Sehingga teori
permintaan analisis guna batas disebut sebagai pendekatan kardinal/ sering juga
dikenal dengan marginal utility. Marginal utility merupakan tambahan kepuasan yang
diperoleh konsumen karena tambahan unit barang yang dikonsumsi oleh konsumen
tersebut. Pada marginal uitility ini berlaku hukum law of diminishing marginal utility,
yang dikemukakan oleh Herman Hendrik Gossen, sehingga dikenal dengan Hukum
Gossen.
Law of diminishing marginal utility yaitu keadaan dimana kepuasan seseorang
akan menurun ketika menambah konsumsinya secara terus menerus. Hal ini senada
yang diungkapkan oleh Richard Billas (1992:55) ”Pada jumlah pembelian tertentu,
guna total yang diperoleh konsumen karena memiliki barang, mencapai maksimum.
Sesudah tingkat konsumsi tersebut guna total turun, jika tidak ada alasan lain dari
pada masalah penyimpanan”.
Sadono Sukirno (2000:152) mengemukakan; ”tambahan nilai guna yang akan
diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin
16
sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya.…”.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Total utility
a
Maks
q1
q2
q3
Kuantitas barang/ jasa
b
Marginal utility
q1
q2
q3
Kuantitas barang/ jasa
Sumber: Sadono Sukirno (2000:152)
Gambar 2.4 Kurva Utilitas Total dan Utilitas Marginal
Pada gambar 2.4 (a) di atas ditunjukan pada mulanya kepuasan total konsumen
(total utility) meningkat dari q1 ke q2 yang berati jika mengkonsumsi suatu barang
atau jasa bertambah, maka kepuasannya meningkat. Kurva total utility ini mencapai
maksimum, ketika mengkonsumsi sebanyak q3. Sedangkan pada gambar 2.2(b) ini
menunjukkan kurva utilitas marjinal, dimana selama suatu periode waktu yang relatif
17
pendek (semua faktor relevan lainnya diasumsikan konstan), ketika konsumen
menaikan tingkat konsumsi produk melewati beberapa titik, maka utilitas marjinal
dari penambahan konsumsi tersebut akan menjadi kecil atau menurun. Dari gambar
tersebut tampak bahwa apabila nilai utilitas total mencapai maksimum, maka nilai
utilitas marjinal (Mu) sama dengan nol, selanjutanya, apabila nilai utilitas total
menurun, maka nilai utilitas marjinal (Mu) akan menjadi negatif. Pernyataan tersebut
membuktikan berlakunya Law of diminishing marginal utility.
Asumsi dasar pada pendekatan kardinal ini adalah;
1. Kosumen dikatakan rasional jika mereka senantiasa berusaha menggunakan
pendapatannya yang jumlahnya terbatas untuk memperoleh kombinasi barang dan
jasa yang akan mendatangkan kepuasan maksimum.
2. Kepuasan satu barang dapat diukur/ dikuantifisir dalam satuan ukuran
yang
disebut satuan kepuasan
3. Semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh konsumen maka tambahan
kepuasan konsumen semakin berkurang
4. Kepuasan atas suatu barang dapat ditambahkan dengan kepuasan atas suatu
barang lainnya.
Secara matematis kepuasan konsumen dapat dituliskan sebagai berikut;
TU = U 1 + U 2 + U 3 + ....U nx
Dimana Tu = total utility, sedangkan U1-Un adalah utility atas suatu barang
yang dikonsumsi. Kepuasan maksimum diperoleh ketika tambahan kepuasan atas
18
konsumsi suatu barang sama dengan harga barang yang dibayarkan (untuk konsumsi
satu jenis barang). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut;
MU = P
Sedangkan
jika
mengkonsumsi
dua
jenis
barang,
seseorang
akan
memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai
guna marginal dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang
yang dikonsumsikan (Sadono Sukirno,2000:157). Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
MU x MU y
=
Px
Py
2. Teori Permintaan Konsumen Anlisis Kurva Indifferen
Teori permintaan konsumen analisis kurva indifferen disebut juga dengan
pendekatan ordinal, yang dipelopori oleh Jhon. Hicks dan R.J. Allen. Pendekatan
ordinal muncul sebagai akibat adanya kelemahan pada pendekatan kardinal, yang
menyatakan kepuasan total atau kepuasan tambahan kepuasan bisa diukur dalam
angka. Menurut pendekatan ordinal kepuasan itu tidak perlu diukur, tetapi dibuat
peringkat atau ranking (ordinal magnitude). Konsumen harus mampu membuat
keputusan untuk memilih suatu barang yang dikonsumsi diantara berbagai pilihan
yang dihadapi.
Dalam memaksimumkan kepuasan oleh seorang konsumen, Sir John Hicks
mengembangkan analisis, yang dikenal dengan analisis kepuasan yang sama. Analisis
19
ini meliputi penggambaran dua macam kurva yaitu kurva kepuasan yang sama dan
garis anggaran.
a. Kurva kepuasan sama (Indifferen curve)
Kurva kepuasan sama merupakan kurva yang menggambarkan gabungan
barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya.
Jika digambarkan akan tampak seperti di bawah ini:
Pakaian
6
5
4
U4
3
2
U3
U2
1
U1
9
1
2
3
4
5
Makanan
Sumber: Samuelson dan Nordhaus(1997:119)
Gambar 2.5 Kurva Indifferen
Kurva diatas merupakan gambar kurva inddiferens, dimana kurva U3
menunjukan suatu taraf kepuasan yang lebih tinggi daripada U2, Sedangkan U4
menunjukan suatu taraf kepuasan yang lebih tinggi dari pada U3, dan seterusnya. Hal
ini Senada yang diungkapkan oleh Richard Billas (1982:88) ”kurva yang lebih tinggi
menunjukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi”.
20
b. Garis anggaran pengeluaran
Kombinasi dua jenis barang (pada kurva indifferen) tidak selamanya bisa
dilakukan karena dibatasi oleh pendapatan konsumen. Kombinasi yang berlainan dari
dua jenis barang dengan batasan pendapatan konsumen inilah yang disebut dengan
garis anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2000:171)” garis
anggaran pengeluaran menunjukan berbagi gabungan barang-barang yang dapat
dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu”. Garis anggaran dapat digambarkan sebagai
berikut:
p
a
k
a
i
a
n
6
5
Garis
Anggaran
4
3
2
1
0
1
2
3
4
Makanan
Sumber: Samuelson dan Nordhaus(1997: 120)
Gambar 2.6 Garis Anggaran
Gambar di atas merupakan gambar kurva garis anggaran (budget line). Jika
konsumen membelanjakan seluruh pendapatannya untuk pakaian, maka ia dapat
membeli 6 unit pakaian saja dan sebaliknya Jika konsumen membelanjakan seluruh
pendapatannya untuk makanan, maka ia dapat membeli 4 unit makanan saja. Pada
pendekatan ordinal ini kepuasan maksimum konsumen diperoleh ketika kurva
indifferen bersinggungan dengan garis anggarannya atau dengan garis anggaran
21
tertentu konsumen dapat mencapai kurva indifferen tertinggi yang mungkin
diraihnya.
Kurva permintaan dapat diturunkan dalam batasan tiga asumsi;
1) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan
2) Pendapatan nominal tidak berubah
3) Harga nominal barang lain tidak berubah.
Asumsi pendekatan ordinal:
1. Konsumsi dianggap rasional jika konsumen menginginkan kepuasan maksimum
dengan kendala pendapatan dan harga barang yang diketahui.
2. Kepuasan tidak perlu diukur karena konsumen dianggap mampu membuat
peringkat atas keputusannya untuk mengkonsumsi sejumlah barang tertentu
diantara berbagai barang yang dihadapi
3. Peringkat kepuasan konsumen yang dinyatakan dalam bentuk indiferen curve
dianggap mempunyai bentuk cembung dari titik O. Artinya dua barang yang
dikonsumsi harus mempunyai derajat konsumsi yang menurun. Jadi seorang
konsumen mau mengorbankan sejumlah barang teretentu untuk mendapatkan
sejumlah barang lain dalam perbandingan yang semakin mengecil. Kepuasan total
yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari berbagai barang yang ia
hadapi
4. Konsumen dianggap konsisten atas keputusan pilihannya.
22
2.1.3 Hukum Permintaan
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu
barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan
suatu hipotesis yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu
barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. (Sadono Soekirno,
2005:76)
Hal senada dikemukakan oleh Iswandono (2004: 14), Naik turunnya jumlah
barang dan jasa yang diminta berhubungan dengan naik turunnya harga. Hal ini
dinyatakan dalam suatu hipotesa atau hukum permintaan yang berbunyi: ”pada harga
yang lebih tinggi, jumlah barang yang diminta akan semakin berkurang, cateris
paribus. Atau sebaliknya: ” pada harga yang lebih rendah, jumlah barang yang
diminta akan semakin bertambah, cateris paribus.
Menurut Tati Suhartati Joesron (2003:13), Pertalian antara harga dan
permintaan yang berbanding terbalik (negative) menimbulkan konsekuensi bahwa
apabila harga naik maka permintaan turun dan apabila harga turun maka permintaan
akan naik. Hubungan ini disebut hukum permintaan.
Naik turunnya jumlah barang dan jasa yang diminta berhubungan dengan naik
turunnya harga. Hal ini dinyatakan dalam suatu hukum, yaitu hukum permintaan.
Secara sederhana hukum permintaan dapat dirumuskan berikut: kuantitas (jumlah)
yang akan dibeli perunit waktu, menjadi semakin besar, apabila harga cateris varibus
(keadaan lain tetap sama) semakin rendah. (Richard Billas,1989:9)
23
Cateris varibus maksudnya, hukum permintaan berlaku apabila semua faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan selain harga bersifat konstan/tetap, misalnya
pendapatan tetap, selera tidak berubah, harga barang-barang lain tetap, pengeluaran
iklan tetap serta tidak ada expectation/pengharapan akan adanya perubahan harga
yang segera.
Menurut Tati Suhartati Joesron (2003:13), penyebab utama berlakunya hukum
permintaan ini karena terbatasnya pendapatan konsumen. Hubungan terbalik antara
harga dan kuantitasnya yang diminta dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika harga barang naik, pendapatan konsumen yang tetap merupakan kendala bagi
konsumen untuk melakukan pembelian yang lebih banyak.
2. Jika harga suatu barang naik, konsumen akan mencari barang pengganti.
Hukum permintaan ini ada kalanya tidak berlaku yaitu jika harga suatu barang
naik justru permintaan terhadap terhadap barang tersebut meningkat pula. Ada tiga
kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku, yaitu:
1) Kasus barang Given
Barang Giffen dalah barang inferior, tetapi perlu dicatat bahwa tidak semua
barang inferior adalah barang giffen. Semakin tinggi tingkat harga menyebabkan
permintaan terhadap barang ini menunjukan angka yang semakin meningkat. Hal
ini disebabkan oleh semakin meningkatnya harga mengakibatkan orang
berpenghasilan rendah semakin tidak mampu membeli barang yang kualitasnya
lebih baik sehingga transaksi pembelian terhadap barang ini menjadi lebih
24
banyak. Oleh karena itu, barang giffen dikatakan sebagai barang yang mempunyai
slope kurva permintaan positif.
2) Kasus Pengaruh Harapan Dinamis (Dynamic Expectational Effect)
Dalam hal ini, perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan harga
yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya, kenaikan harga suatu barang hari
ini justru akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut, karena
terselip adanya harapan bahwa barang tersebut akan terus mengalami kenaikan.
Contohnya Emas dan Valas.
3) Kasus Barang prestise
Barang Prestis yaitu barang yang dibeli seseorang karena adanya unsur gengsi,
meskipun harganya naik, permintaan terhadap barang tersebut tetap meningkat.
Pada kasus ini memasukan kepuasan konsumen dalam pembelian suatu barang.
Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi kepuasan konsumen sehingga
meningkatkan unsure prestise, akibatnya semakin tinggi pula kesediaan
konsumen untuk membayar harga barang tersebut. Misalnya mobil mewah,
lukisan dari pelukis terkenal.
2.1.4 Macam–macam permintaan
Menurut Abdullah. N.S (1987:23) ditinjau dari segi kemampuan dan daya
belinya, maka permintaan dibagi atas:
a. Permintaan potensial
Yaitu permintaan yang hanya menunjukan intensitas kebutuhan seseorang
akan guna suatu barang tanpa disertai dengan daya beli.
25
b. Permintaan efektif
Yaitu permintaan yang tidak hanya menunjukan adanya intensitas kebutuhan
juga disertai dengan daya beli.
Ditinjau dari manajemen pemasaran permintaan dibedakan atas:
a. Permintaan negatif (negative demand)
Pasar dalam keadaan negatif artinya sebagian besar pelaku pasar ini yang
dinyatakan oleh pembeli, tidak menyukai produk yang ditawarkan bahkan para
penjual bersedia untuk menghapus produk tersebut.
b. Tidak ada permintaan
Para pembeli/konsumen tidak mengacuhkan produk yang ditawarkan pasar
bahkan cenderung tidak tertarik.
c. Permintaan yang terpendam (laten demand)
Para konsumen memiliki kebutuhan yang kuat yang tidak dapat dipuaskan
oleh produk yang ada.
d. Permintaan yang menurun (falling demand)
Permintaan yang mengalami masa naik turun sesuai dengan keadaan dan
kondisi pasar.
e. Permintaan yang tidak beraturan (irregular demand)
Permintaan terhadap barang dan jasa yang kadang-kadang berubah sesuai
dengan musim, sehingga hal ini dapat menyulitkan perusahaan dalam mengatur
produksinya.
26
f. Permintaan penuh (full demand)
Hal ini terjadi jika perusahaan sangat puas dengan hasil penjualan yang telah
dicapai.
g. Permintaan yang tidak sehat
Yaitu permintaan terhadap barang-barang yang memiliki sifat dapat merusak
seperti alkohol, obat bius dan lain-lain
h. Permintaan yang berlebih
Yaitu permintaan yang terlalu banyak dan tidak sesuai dengan jumlah yang
tersedia dan bisa diproduksi oleh perusahaan.
Lincolin Arsyad (1993:126) mengemukakan bahwa dalam permintaan terdiri
dari:
a. Permintaan langsung yaitu permintaan akan barang dan jasa yang dapat
memuaskan keinginan konsumen secara langsung.
b. Permintaan turunan yaitu permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan
sebagai input penting dalam pengolahan dan pendistribusian produk-produk
lainnya, misalnya permintaan akan pekerja, tenaga penjual, mesin-mesin kantor,
peralatn industri dan lain-lain.
Sedangkan jika ditinjau dari jumlah orang yang meminta maka permintaan ini
dibedakan atas:
a. Permintaan individual, yaitu permintaan yang datang dari seorang individu.
Permintaan individual ini dikaitkan oleh dua faktor yaitu:
1) Nilai dari cara mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa
27
2) Kemampuan untuk mendapatkan barang dan jasa.
b. Permintaan kolektif/permintaan pasar, yaitu permintaan yang dilakukan oleh
semua orang didalam pasar.
Contoh permintaan individual dan permintaan pasar dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.1
Permintaan Pasar dan Permintaan Individual
Harga Rp
Jumlah barang X yang diminta dalam sebulan
Permintaan Aziz
Permintaan Andre
Permintaan Pasar
500
10
+
12
=
22
400
20
+
18
=
38
+
=
300
30
26
56
+
=
200
42
38
80
+
=
100
70
42
112
Sumber : data diolah sendiri
Dalam contoh tabel diatas dimisalkan hanya terdapat dua individu dalam
pasar barang X, yaitu Aziz dan Andre. Dalam tabel tersebut digambarkan permintaan
Aziz maupun permintaan Andre pada barang X dengan harga diantara Rp500 dan Rp
100. Permintaan pasar diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya yang diminta oleh
Aziz dan Andre pada setiap tingkat harga. Berdasarkan pada data dalam tabel diatas
dapat dibuat kurva permintaannya sebagai berikut:
28
Harga
D1
Harga
500
500
400
300
200
100
0
D2
Harga
D
500
400
300
200
100
400
300
200
100
40
80
40
0
0
Jumlah barang X
Jumlah barang X
(i) Permintaan Aziz
(ii) Permintaan Andre
40
80
120
Jumlah barang X
(iii) Permintaan Pasar
Sumber : data diolah sendiri
Gambar 2.7 Permintaan Pasar dan Permintaan Individual
2.1.5 Elastisitas Permintaan
Rasio yang mengukur perubahan relatif jumlah yang diminta atau ditawarkan
sebagai
akibat
perubahan
faktor
yang
mempengaruhinya
itulah
disebut
elastisitas.(Eeng Ahman, 2007:99)
Maka elastisitas secara umum dapat dibuat formulanya, yaitu:
Dalam praktek kehidupan pelaku bisnis, konsep elastisitas jarang
dimanfaatkan untuk menentukan strategi bisnis, misalnya untuk strategi penentuan
harga dan kuantitas produk, strategi penggeseran beban pajak dan lainnya.
29
Jarangnya pelaku ekonomi mempergunakan konsep elastisitas adalah
sukarnya mengumpulkan data yang terukur dan runtut dari waktu ke waktu (time
series), padahal kita tahu bahwa baik tidaknya pemanfaatan konsep ellastisitas nanti
sangat bergantung pada tersedia atu tidaknya data yang akurat tersebut. Sehingga
tidak aneh jika kebanyakan konsep elastisitas ini hanya banyak dibahas dalam kajian
teoritis dan atau dalam prakteknya digunakan dalam tataran perencanaan ekonomi,
terutama level makro.
1. Pengertian Elastisitas Permintaan
Elastisitas berati kelenturan atau kepekaan. Elastisitas permintaan berarti
tingkat kepekaan permintaan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tingkat
kelenturan atau kepekaan ditunjukan oleh rasio atau perbandingan antara perubahan
relatif junlah barang yang diminta (permintaan) dengan perubahan relatif faktorfaktor yang mempengaruhinya.
Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti harga
barang itu sendiri (Px), pendapatan konsumen (I), dan harga barang lain (Py) maka
kita juga akan mengenal beberapa jenis elastisitas permintaan, antara lain : elastisitas
harga permintaan, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang.
Angka yang menunjukan besaran elastisitas disebut koefisien elastisitas (E).
Nilai dari koefisien elastisitas selalu dinyatakan dengan persentase dan nilai mutlak
(absolut). Sedangkan tanda plus (+) atau minus (-) hanya menggambarkan hubungan
faktor tersebut dengan permintaan. Contohnya antara harga dengan permintaan
30
memiliki hubungan negatif, maka koefisien elastisitasya negatif, artinya jika harga
turun jumlah barang yang diminta naik demikian juga sebaliknya.
Secara garis besar elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
atau
2. Macam dan Model Elastisitas Permintaan
a. Elastisitas harga permintaan (price elastisity of demand, Ed)
Elastisitas harga permintaan (Ed) atau sering disebu elastisitas permintaan saja
merupakan rasio atau perbandingan antara perubahan relative jumlah barang yang
diminta dengan perubahan relative harganya. Untuk menghitung koefisien
elastisitasnya, digunakan rumus sebagai berikut:
Atau
Keterangan:
Q = Jumlah permintaan
P = Harga
31
Secara teoritis, jenis elastisitas permintaan yang berhubungan dengan hukum
permintaan hanya terdapat tiga jenis, yaitu yang bersifat elastis, inelastis, dan uniter.
Berikut ini penjelasannya:
1. Ed = 1, dinamakan unitary, artinya juka harga naik atau turun sebesar 1% maka
permintaan akan turun atau naik sebesar 1% juga (persentase perubahan jumlah
yang diminta sama dengan persentase perubahan harga).
Bentuk kurvanya adalah:
P
P1
Gradien/Slope Kurva
permintaan = 1
∆P
P2
∆Q
D
∆Q = ∆P. 0P1 = 0P1 →
%∆Q = %∆P → Ed = 1
0
Q1
Q2
Q
Sumber: Eeng Ahman (2007:101)
Gambar 2.8 Kurva Elastisitas Permintaan Unitary
2. Ed > 1, dinamakan elatis, artinya jika harga naik atau turun sebesar 1%, maka
permintaan akan turun atau naik lebih besar dari 1% (permintaan sangat peka
terhadap perubahan harga).
Bentuk kurvanya adalah:
32
P
P1
Kurva permintaan
lebih landai terhadap
sumbu Q
∆P
P2
∆Q
D
Q
0
Q1
∆Q > ∆P. P1 < Q1 →
%∆Q > %∆P → Ed > 1
Q2
Sumber: Eeng Ahman (2007:102)
Gambar 2.9 Kurva Elastisitas Permintaan Elastis
3. Ed < 1, dinamakan inelastis, artinya jika harga naik atau turun sebesar 1%, maka
permintaan akan turun atau naik kurang dari 1% (permintaan tidak peka terhadap
perubahan harga).
Bentuk kurvanya adalah:
P
P1
Kurva permintaan
lebih landai terhadap
sumbu harga
∆P
P2
D
∆Q
Q
0
Q1
∆Q < ∆P. P1 > Q1 →
%∆Q < %∆P → Ed < 1
Q2
Sumber: Eeng Ahman (2007:102)
Gambar 2.10 Kurva Elastisitas Permintaan Inelastis
33
Dalam prakteknya terdaftar juga kondisi permintaan dimana hukum permintaan
tidak bekerja dalam mekanisme pasar, yaitu pada saat permintaan tidak merespon
perubahan harga, atau sebaliknya harga yang tidak merespon perubahan
permintaan. Kondisi dimana permintaan tidak merespon perubahan harga atau
harga tidak merespon perubahan permintaan inilah disebut kondisi sempurna.
4. Ed = 0, dinamakan inelastis sempurna, yaitu jika permintaan tidak peka terhadap
perubahan harga, jadi berapa saja harga di pasar maka jumlah yang diminta akan
tetap saja (kurva permintaan sejajar dengan sumbu vertikasl/ sumbu harga. Kurva
permintaan sejajar dengan sumbu harga.
Bentuk kurvanya adalah:
P
D
P1
Kurva permintaan
sejajar dengan sumbu
harga
P2
∆Q = 0
Q
0
Q1
∆Q = 0 < ∆P, untuk
sembarang nilai P
(positif) dan Q
Sumber: Eeng Ahman (2007:103)
Gambar 2.11 Kurva Elastisitas Permintaan Inelastis Sempurna
Pada kondisi permintaan bersifat inelastis empurna, produsen dapat berbuat
semau dia di pasar karena ia bisa saja kapan waktu menaikan harga untuk
meningkatkan pemasukan. Oleh karena itu, pada kondisi ini peran pemerintah
34
diperlukan terutama dala penetapan harga patokan tertinggi (kondisi pasar
kebijakan pemerintah – persaingan tidak sempurna).
5. Ed = ” (tidak terhingga), dinamakan elastisitas sempurna, yaitu jika konsumen
mampu membeli berapa saja banyaknya jumlah barang yang ditawarkan pada
tingkat harga tertentu (kurva permintaan sejajar dengan sumbu horizontal/ sumbu
kuantitas).
Bentuk kurvanya adalah:
P
∆P = 0
D
Q
0
Q1
Q2
∆Q untuk sembarang
nilai P (positif) dan
Q
Sumber: Eeng Ahman (2007:103)
Gambar 2.12 Kurva Elastisitas Permintaan Elastisitas Sempurna
Pada kondisi seperti ini harga keseimbangan pasarlah yang berlaku seterusnya,
produsen tidak bisa berbuat banyak/ bebas menaikan harga (price taker) karena
konsumen menguasai informasi.
Dalam perhitungan matematis, untuk menghindari hasil yang berbeda dapat
digunakan rumus elastisitas titik tengah antara titik A dan B atau lebih dikenal
dengan Elastisitas busur. Elastisitas busur (arc elasticity of demand) (Ea) yaitu
35
perhitungan elastisitas harga permintaan dengan menggunakan dasar rata-rata
(average) harga [P1 + P2] / 2 dan rata-rata kuantitas [Q1 + Q2] / 2.
Hal ini dapat dilihat dalam rumus:
Disamping elastisitas busur atau elastisitas titik tengah diantara dua titik, kita
mengenal juga elastisitas titik (point elasticity of demand, Ep). Elastisitas titik
merupakan elatisitas atau tingkat kepekaan suatu titik pada kurva permintaan. Untuk
mencari koefisien elastisitas titik, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
•
Kurva permintaan harus linear (berbentuk garis lurus)
•
Perubahan harga sama dengan harga yang terjadi (dP = P)
Penjelasan diatas dapat dilihat dalam rumus seperti di bawah ini:
b. Elastisitas Pendapatan dari Permintaan (Income Elastisitas of Demand, Ey)
Elatisitas pendapatan dari permintaan yaitu mengukur persentase perubahan
dalam jumlah barang yang dibeli per unit waktu sebagai hasil dari persentase
perubahan dalam pendapatan konsumen.
Atau
36
Keterangan:
Y = Pendapatan
Nilai elastisitas pendapatan dapat digunakan untuk mengetahui jenis suatu barang.
Pada umumnya hubungan antara jenis barang dengan nilai elastisitas pendapatan
dapat dijelaskan berikut ini:
•
Jika Ey = positif, maka itu termasuk jenis barang normal, artinya ketika
pendapatan naik akan menyebabkan kenaikan dalam jumlah yang diminta juga.
•
Jika Ey = negatif, maka itu termasuk jenis barang inferior, artinya ketika
pendapatan naik justru akan menyebabkan penurunan dalm jumlah yang diminta.
•
Jika 0<Ey<1, maka itu termasuk jenis barang kebutuhan pokok, artinya
pendapatan dan jumlah barang kebutuhan pokok yang diminta berbanding
langsung, tetapi perubahan pendapatan tidak menyebabkan perubahan permintaan
terhadap barang tersebut sebesar perubahan pendapatannya.
•
Jika Ey>1, maka itu termasuk jenis barang mewah, artinya perubahan pendapatan
akan menimbulkan perubahan jumlah yang diminta, tetapi dalam hal ini
perubahan permintaan lebih besar daripada peubahan pendapatan itu sendiri.
c. Elastisitas silang (Cross Elasticity of Demand, Ec)
Elastisitas silang menjelaskan perubahan jumlah suau barang yang diminta
sebagai akibat perubahan harga barang lain. Elastisitas silang dari permintaan adalah
rasio atau perbandingan antara persentase perubahan dalam kuantitas komoditi X
yang diminta atau dibeli dengan persentase perubahan dalam harga komositi Y.
37
komoditi Y tidak lain merupakan barang substitusi atau barang komplementer.
Koefisien elastisitas silang dapat dirumuskan:
Atau
Keterangan:
Qx = Jumlah barang X yang diminta
Px = Harga barang X
Py = Harga barang Y
Nilai elastisitas silang ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
suatu barang dengan barang lainnya, apakah termasuk barang komplementer,
substitusi atau mungkin netral.
•
Barang komplementer jika Ec<0 (negatif). Hal ini berarti bahwa kenaikan harga
barang Y akan menyebabkan penurunan kuantitas barang X yang diminta.
•
Barang substitusi jika Ec>0 (positif). Hal ini berarti bahwa kenaikan harga barang
Y akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang X yang diminta.
3. Faktor yang mempengaruhi nilai elastisitas permintaan
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi nilai elastisitas permintaan,
yaitu:
38
1. Adanya barang susbtitusi. Jika suatu barang makin banyak substitusinya
(penggantinya) maka makin besar kemungkinan pembeli untuk berpindah dari
barang utama jika terjadi kenaikan atau penuruna harga. Secara teoritis, jika suatu
barang memiliki substitusi maka permintaannya cenderung elastis (Ed>1), yaitu
ketika harga naik 1% maka permintaan barang tersebut akan turun di atas 1%.
Demikian juga sebaliknya.
2. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Konsumen akan
memberikan preferensi yang lebih besar dari pendapatannya untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya, tetapi lebih sedikit untuk kebutuhan yang tidak terlalu
penting (bisa ditunda). Maka jika barang tersebut adalah barang yang dibutuhkan
atau dengan kata lain sebagian besar pendapatan dipergunakan untuk dapatkan
barang yang dimaksud maka semakin elastislah permintaannya.
3. Jangka waktu analisa/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam jangka
pendek terjadinya perubahan harga tidak serta merta menyebabkan terjadinya
perubahan permintaan, hal ini disebabkan perubahan yang terjadi di pasar belum
diketahui oleh konsumen banyak, sehingga dalam jangka pendek permintaan
cenderung tidak elastis (inelastis). Dalm jangka panjang kecenderunagnnya
menjadi elastis, karena adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut.
4. Tersedianya fasilitas/ sarana kredit. Meskipun harga barang telah diketahui naik,
sementara pendapatan kita tidak mencukupi, maka permintaan tersebut relatif
akan tetap jika ada fasilitas kredit dari penjual. Sebaliknya, jika harga barang
yang dimaksud turun maka permintaan atas barang tersebut tidak akan naik jika
39
fasilitas kredit untuk baran tersebut ada. Dengan demikian, jika terdapat fasilitas
kredit maka elastisitas cenderung inelastis atau elastisitas sempurna.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh
harga dari barang itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen,
harga barang lain, selera, dan lain sebagainya. (Tati Suhartati Joesron, 2003: 12)
Secara matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut:
DX = f (PX, Y, Py, T, u)
Keterangan:
Dx = Jumlah barang yang diminta
PX = Harga barang itu sendiri
Y = Pendapatan konsumen
Py = Harga barang lain
T = Selera
U = Faktor-faktor lainnya
Apabila terjadi perubahan factor yang mempengaruhi permintaan selain harga, maka
akan terjadi perubahan permintaan.
Menurut Sadono Sukirno (2005:76) faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan barang atau jasa adalah:
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
40
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5. Cita rasa masyarakat
6. Jumlah penduduk
7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.
Sedangkan menurut Samuelson (1996:62) faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan suatu barang atau jasa adalah ”harga, pendapatan rata-rata, penduduk,
harga barang lain yang berhubungan, selera dan faktor khusus lainnya yang
mempengaruhi permintaan barang atau jasa tersebut”.
Vincent Gaspersz ( 1999:13 ) mengemukakan bahwa:
Permintaan suatu barang atau jasa (Qdx) pada dasarnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: harga dari barang atau jasa itu, pendapatan konsumen,
harga dari barang-barang atau jasa yang berkaitan, ekspektasi konsumen (yang
berkaitan dengan harga barang atau jasa, tingkat pendapatan, dan ketersediaan dari
barang atau jasa itu di masa mendatang), selera konsumen, banyaknya konsumen
potensial, pengeluaran iklan, atribut atau features dari produk itu, serta faktor-faktor
spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan tehadap barang atau jasa itu.
Dalam bentuk model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang atau
jasa, dinotasikan sebagai berikut:
QDx = f ( Px, I,Pr , Pe, Ie,PAe,T ,N ,A ,F ,O)
Keterangan:
QDx
= kuantitas permintaan barang atau jasa X
f
= notasi fungsi yang berarti “fungsi dari” atau tergantung pada
Px
= harga dari barang atau jasa X
I
= pendapatan konsumen
Pr
= harga dari barang lain yang berkaitan
41
Pe
= ekspektasi konsumen terhadap harga dari barang atau jasa X dimasa
mendatang.
Ie
= ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya dimasa mendatang
PAe
= ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan barang atau jasa X itu
dimasa mendatang.
T
= selera konsumen
N
= banyaknya konsumen potensial
A
= pengeluaran iklan
F
= features atau atribut dari barang atau jasa itu
O
= faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap
barang atau jasa itu.
Menurut Suherman Rosidi (2005:301), Variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan yaitu:
QX = f (PX, AX, DX, OX, IC, TC, EC, PY, AY, DY, OY, N, W, G,...)
Dimana:
QX
PX
AX
DX
OX
IC
TC
EC
PY
AY
DY
OY
N
= Jumlah barang X yang diminta,
= Harga barang X per unit,
= Advertensi barang X
= Disain barang X
= Outlet (tempat menjual) barang X
= Income (pendapatan) konsumen
= Taste (selera atau cita rasa) konsumen
= Expectation (harapan, perkiraan, atau ramalan) konsumen
= Harga barang Y per unit
= Advertensi barang Y
= Disain barang Y
= Outlet (tempat menjual) barang X
= Number (jumlah) penduduk
42
W
G
= Weather (cuaca)
= Kebijakan pemerintah (Government)
Terdapat empat kelompok variabel di dalam persamaan fungsional tersebut,
yakni variabel strategis, variabel konsumen, variabel pesaing, dan variabel lain.
Kelompok Variabel strategis berisi variabel-variabel yang dapt dikendalikan oleh
produsen (PX, AX, DX, OX). Kelompok variabel konsumen berisi variabel-variabel
yang berhubungan dengan konsumen (IC, TC, EC). Kelompok variabel pesaing berisi
variabel-variabel yang berhubungan dengan pesaing (PY, AY, DY, OY). Kelompok
variabel lain berisi variabel-variabel yang bukan sebelas variabel pertama (N, W, G).
Sementara itu, empat belas variabel yang ada di sisi kanan persamaan di atas
terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri dari satu variabel
saja, yakni PX atau harga barang X. Jika PX berubah, jumlah yang diminta akan
berubah pula. Sementara kurva permintaan tidak akan bergeser ke kiri atau ke kanan.
Kelompok kedua terdiri dari semua variabel yang lain selain PX. Ketiga belas
variabel ini, jika berubah akan menyebabkan kurva permintaan bergeser atau akan
menyebabkan terjadinya perubahan permintaan.
Tedy Herlambang (2002: 29) mengemukakan bahwa permintaan atas suatu
produk dipengaruhi oleh harga produk itu sendiri, kualitas dan desain produk,
pengeluaran iklan untuk produk, saluran distribusi produk (bauran pemasaran produk
tersebut), harga produk lain yang berkaitan, kualitas dan disain produk lain,
pengeluaran iklan produk pesaing, saluran distribusi produk pesaing (bauran
43
pemasaran pesaing), pendapatan konsumen, jumlah penduduk, ekspektasi konsumen,
dll. Pengaruh perubahan faktor-faktor itu dijelaskan seperti dibawah ini:
a) Perubahan harga produk itu sendiri
Jika terjadi perubahan pada harga produk itu sendiri maka akan terjadi perubahan
pada jumlah produk yang diminta
b) Harga produk lain yang berhubungan
Perubahan atas harga produk lain yang berhubungan pada umumnya menggeser
kurva permintaan atas suatu produk. Sebagai contoh kenaikan harga daging ayam,
akan membuat sebagian konsumen beralih membeli daging sapi, karena secara
relatif harga daging ayam sekarang lebih mahal. Karena banyak konsumen yang
mensubstitusi daging ayam dengan daging sapi, maka jumlah total permintaan
daging sapi pada setiap harga menjadi lebih banyak. Sebagai hasil akhir kenaikan
permintaan terhadap daging sapi. Hubungan ini disebut saling bersustitusi.
Hubungan antara dua produk juga dapat saling berkomplementer. Produk yang
berkomplementer adalh produk-produk yang harus dipakai pada saat yang
bersamaan, karena fungsinya yang saling melengkapi.
c) Disain dan kualitas produk
Produk yang berkualitas tinggi dengan disain yang lebih menarik biasanya akan
menarik lebih banyak konsumen dibanding dengan produk yang harganya sama
tapi kualitas dan disainnya kurang menarik.
44
d) Iklan
Iklan pada umumnya dapat menggeser kurva permintaan atas suatu produk,
karena iklan dapat mempengaruhi selera konsumen. Iklan yang memberikan
informasi pada konsumen akan kualitas dan manfaat suatu produk dapat
mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut. Iklan semacam ini disebut
informative advertising. Sebuah iklan dapat juga membujuk dan meyakinkan
konsumen untuk membeli suatu produk. Iklan semacam ini disebut sebagai
advertising.
e) Lokasi
Permintaan konsumen atas suatu produk sangat dipengaruhi oleh saluran
distribusi dan tempat penjualan produk tersebut. Saluran distribusi yang lebih luas
dan tempat penjualan yang lebih strategis akan meyakinkan produk tersebut
menjangkau konsumen secara lebih merata, konsumen lebih mudah untuk
memperoleh dan membeli produk tersebut dan meyakinkan pelayanan purna jual
yang lebih pasti.
f) Pendapatan
Pendapatan konsumen mempengaruhi kemampuan konsumen untuk membeli
produk. Perubahan akan mempengaruhi jumlah barang yang dapat dibeli oleh
konsumen pada berbagai tingkat harga. Kenaikan pendapatan akan meningkatkan
daya beli konsumen sehingga dengan tingkat harga yang sama konsumen akan
sangggup untuk membeli lebih banyak produk.
45
g) Ekspektasi konsumen
Pengaruh ekspektasi konsumen terhadap permintaan produk, sangat terlihat untuk
produk-produk tahan lama.
h) Jumlah penduduk
Permintaan atas suatu produk juga dipengaruhi oleh perubahan jumlah persebaran
maupun komposisi penduduk. Sebagai contoh; permintaan atas produk-produk
pangan terus meningkat dari tahun ke tahun, selain karena terjadinya peningkatan
pendapatan juga disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk.
i) Faktor lain
Selain faktor diatas, beberapa faktor lain juag berpengaruh atas permintaan suatu
produk, misalnya musim, pendidikan, pengalaman, dan jabatan.
Berdasarkan teori-teori dan pendapat yang dikemukakan di atas banyak faktor
yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang dan jasa, namun yang akan
diambil sebagai variabel bebas/indevenden dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.1.7
Harga Barang
Menurut Philip Kotler (1997:107) ”Harga adalah nilai yang tertera dalam suatu
produk dan berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli yang merupakan satusatunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan”.
Pada umumnya harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjual belikan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut dipasar barang atau
jasa. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2000:91)
46
”Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah ditentukan
dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar”.
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, yaitu sistem dimana kekuatan
permintaan dan penawaran dapat bergerak secara bebas, harga yang terbentuk
merupakan pencerminan keinginan masyarakat karena permintaan merupakan
konsumen dan penawaran merupakan pencerminan produsen. Dengan demikian harga
pasar atau harga keseimbangan ini merupakan harga yang ditentukan oleh pertemuan
antara permintaan dan penawaran. Dengan kata lain bahwa pembeli dan penjual
sepakat atau setuju dengan tingkat harga tertentu untuk suatu barang.
Keseimbangan pasar tersebut terjadi bila jumlah yang ditawarkan sama dengan
jumlah yang diminta oleh para pembeli. Mengenai harga keseimbangan ini tokoh
ekonomi Alfred Marshall mengemukakan bahwa ’keseimbangan output dari suatu
jenis komoditi adalah pada keseimbangan antara harga permintaan dan harga
penawaran. Berikut disajikan gambar keseimbangan di pasar barang:
47
S1
P
P1
S2
E
P2
D2
P3
D1
0
Q1
Q2
Q3
Sumber: Eeng Ahman (2007:87)
Gambar 2.13 Kurva Harga Keseimbangan Pasar
Gambar di atas menunjukan bahwa pada harga sebesar P kurva permintaan
dan kurva penawaran saling berpotongan yaitu dititik E dengan jumlah barang yang
diminta sebanyak q. Perpotongan ini memperlihatkan tercapainya keseimbangan
pasar, dimana permintaan sama dengan penawaran.
Menurut Sadono Soekirno, harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut
yang diperjualbelikan, ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut.
Suatu keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila
jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan
jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Untuk melihar harga
keseimbangan dapat dilihat dalan grafik dibawah ini:
48
P (dalam ribuan)
Kelebihan
Penawaran
5
S
4
3
2
D
1
Kelebihan
Permintaan
0
200
600
1000
Q
Sumber: Sadono Sukirno (2005:92)
Gambar 2.14 Penentuan Harga dan Jumlah Yang Diperjualbelikan
Pada Gambar 2.14 digambarkan kurva D adalah permintaan dan kurva S
adalah penawaran. Pada harga di atas Rp 3000 kurva penawaran berada disebelah
kanan dari kurva permintaan; yang berarti penawaran melebihi permintaan.
Pada harga di bawah Rp 3000 keadaan sebaliknya berlaku. Kurva permintaan
berada disebelah kanan daripada kurva penawaran, yang berarti permintaan melebihi
penawaran. Ketidakseimbangan ini menyebabkan harga tidak stabil, yaitu cenderung
mengalami kenaikan. Pada harga Rp 3000 kurva permintaan dan penawaran saling
berpotongan, yaitu dititik E. Perpotongan ini berarti sama dengan penawaran, dan
dengan demikian keadaan keseimbangan tercapai.
49
Jika kurva permintaan bergeser dan penawaran diasumsikan konstan, maka
hal ini akan berpengaruh pada harga keseimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Harga (rupiah)
D
P2
P1
D1
S
E2
E1
D
S
0
D1
q1 q2
Jumlah barang
Sumber: Sadono Sukirno (2005:94)
Gambar 2.15 Pergeseran Permintaan Terhadap Keseimbangan
Dari gambar di atas menunjukan bahwa kurva permintaan bergeser dari DD
menjadi D1D1, ini berarti terjadi pertambahan permintaan. Bergesernya kurva tersebut
menyebabkan keadaan keseimbangan berpindah dari E menjadi E1. Perpindahan ini
menunjukan bahwa kenaikan permintaan menyebabkan harga naik dari P1ke P2 dan
barang yang diperjual belikan bertambah dari q1 ke q2.
Harga yang mempengaruhi permintaan disini maksudnya adalah harga jual
barang. Harga yang murah atau menurun akan meningkatkan permintaan akan barang
tersebut. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga barang atau jasa X
naik/turun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan turun/naik” (Vincent
Gasversz,1999:14). Hukum permintaan tersebut berlaku jika variabel seperti selera,
50
pendapatan, harga barang lain, serta variabel lainnya dalam fungsi permintaan
bersifat konstan/ tidak berubah.
Berdasarkan hukum permintaan di atas, ketika harga suatu barang atau jasa
naik maka kuantitas permintaan terhadap barang atau jasa akan turun. Menurunnya
kuantitas barang atau jasa tersebut disebabkan oleh dua alasan yaitu;
1. Efek substitusi
Ketika harga suatu barang atau jasa naik, banyak rumah tangga akan beralih,
secara keseluruhan atau sebagian, pada barang atau jasa lain yang serupa. Sehingga
jumlah yang dibeli dari barang atau jasa yang harganya telah naik itu akan lebih
sedikit.
2. Efek pendapatan
Ketika harga suatu barang atau jasa naik (bila pendapatan yang diterima oleh
konsumen tetap/ tidak berubah), seorang konsumen akan merasa lebih miskin dari
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa pendapatannya
semakin berkurang/sedikit, sehingga mereka akan membatasi konsumsi terhadap
barang atau jasa.
Pergeseran kurva permintaan ke arah kanan atau kiri disebabkan oleh perubahan
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga komoditas barang dan
jasa tersebut. Sebagai contoh kenaikan pendapatan memungkinkan pembeli untuk
menaikan permintaan pada setiap tingkat harga bila harga komoditas yang dibeli tidak
berubah, sehingga akan menggeser kurva permintaan komoditas tersebut ke kanan.
Begitupun menurut Sadono Sukirno (2005:84) bahwa kurva permintaan akan
51
bergeser ke kanan atau ke kiri jika terdapat perubahan-perubahan atas permintaan
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga seperti pendapatan konsumen, harga
barang lain dan selera.
Px
b
P2
a
P1
D2
D1
0
Px
Px
Sumber: Sadono Soekirno (2005”84)
Gambar 2.16 Pergeseran Kurva Permintaan Akibat Efek Pendapatan
Kenaikan pendapatan konsumen, dapat membuat kurva permintaan bergeser ke
kanan. Hal ini dapat ditunjukan oleh gambar di atas, dimana pada awalnya kurva
permintaan berada pada D1, harga pada P1, ada kenaikan pendapatan, kurva
permintaan bergeser ke kanan menjadi D2, harga menjadi P2, kuantitas barang yang
diminta menjadi Q2 dan keseimbangan berubah menjadi pada titik b. Hal ini dapat
terjadi dengan asumsi barang yang ditawarkan (penawaran) tidak mengalami
perubahan.
2.1.8
Harga Barang Substitusi
Suatu barang dikatakan barang pengganti atau substitusi terhadap barang lain
apabila ia dapat menggantikan fungsi barang tersebut. Sehingga dapat dikatakan
52
bahwa barang subtitusi adalah barang yang dapat memberikan fungsi atau jasa yang
sama.
Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat
digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang
yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. (Sadono
Soekirno, 2005:80)
Seperti yang diungkapkan oleh Vincent Gasvertz (2002: 37) mengatakan
Pengaruh perubahan harga barang pengganti terhadap kuantitas permintaan suatu
produk bersifat negatif. Jika harga produk subtitusi dalam produksi naik maka
kuantitas permintaan produk tersebut akan turun dan begitu pula sebaliknya (Ceteris
Paribus = dengan asumsi nilai dari variabel-variabel lain dalam fungsi penawaran
dianggap konstan).
Berdasarkan tingkat subtitusi produk, Philip Kotler (1997 : 203) membedakan
empat tingkat persaingan, yaitu :
1. Persaingan
merek; terjadi apabila suatu perusahaan menganggap
para
pesainganya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang
serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama.
2. Persaingan industri; terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesainganya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk
yang sama.
53
3. Persaingan bentuk; terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya
adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang
sama.
4. Persaingan generik; terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan dolar
konsumen yang sama.
2.1.9
Biaya Promosi
1. Pengertian Promosi
Kegiatan promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk bila konsumen belum
pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka,
maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Promosi merupakan salah satu elemen dalam marketing mix. Promosi
merupakan salah satu dari banyak metode persaingan non harga yang dipergunakan,
Philip Kotler mengartikan pemasaran adalah serangkaian kegiatan manusia yang
ditujukan untuk memperlancar serta menyempurnakan pertukaran. Jadi, pemasaran
yang dilakukan dengan baik dan tepat pada akhirnya akan meningkatkan permintaan
konsumen akan barang tersebut.
Menurut Buchari Alma (2003: 292) promosi didefinisikan sebagai komunikasi
yang memberi informasi kepada calon konsumen mengenai suatu produk, yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mendorong mereka untuk
54
membeli. Dapat dikatakan pula bahwa promosi itu sendiri adalah usaha komunikasi
antara penjual dan penbeli untuk menginformasikan, memperkenalkan, serta
mempengaruhi pembeli dalam mengambil keputusan.
Sedangkan menurut Komarudin Sastradipoera (2003:187), arti dari promosi
adalah sebagai berikut:
1. Promosi adalah setiap kegiatan bukan tatap muka (non face to face activity) yang
berhubungan dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakup periklanan
2. Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya adalah untuk memberikan
informasi atau meyakinkan para konsumen aktual atau potensial mengenai
kegunaan (merits) suatu produk atau jasa (tertentu) dengan tujuan untuk
mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian produk atau
jasa perusahaan pada harga.
3. Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta
kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan
tujuan untuk mencari laba
4. Promosi adalah upaya periklanan untuk meningkatkan penjualan barang-barang.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu usaha
komunikasi dari produsen untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen
dengan tujuan untuk mencari laba. Adanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan
akan turut berperan dalam mencapai keberhasilan usaha. Jenis promosi yang dapat
55
dilakukan atau digunakan oleh para manajer marketing yaitu dalam hal periklanan,
penjualan pribadi, promosi penjualan, dan berbagai upaya lainnya.
2. Jenis Promosi
Ada beberapa jenis promosi atau bentuk promosi yang dikemukakan oleh
Buchari Alma (2003: 293), yaitu:
1. Advertising (Iklan)
Advertising adalah alat promosi yang sangat ampuh, dapat mencapai daerah
yang sangat jauh dan sulit dimasuki. Advertising dapat menggunakan berbagai media,
seperti televisi, radio, surat kabar, dan sebagainya.
Advertising merupakan semua bentuk penyajian non personal dan promosi
ide, barang, dan jasa yang dibayarkan oleh suatu sponsor tertentu. (Kotler dan Keller,
2006: 496).
Sedangkan menurut Komarudin Sastradipoera (2003:192), periklanan
(advertising) dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Periklanan merupakan salah satu alat marketing yang bertugas untuk memberikan
informasi kepada kelompok orang dan meninggikan nilai barang dan jasa yang
diiklankan
b. Periklanan mengacu pada penggunaan media iklan agar membangunkan perhatian
publik pada barang, jasa, atau gagasan
c. Periklanan merupakan promosi bukan pribadi (impersonal promotion)
kepada kelompok-kelompok yang dibayar oleh sponsor tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan (advertising)
merupakan media promosi yang dilakukan oleh seorang produsen atau pengusaha
untuk mengenalkan produknya melalui berbagai media dengan tujuan membujuk
konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
56
Menurut Buchari Alma (2002:155), Advertising ini memiliki beberapa
tipe, yaitu:
a. Price advertising, yaitu advertising yang menonjolkan harga yang menarik
b. Brand advertising, yang memberikan impressi tentang nama brand kepada
pembaca atau pendengarnya
c. Quality advertising yang mencoba menciptakan impressi bahwa produk yang
direklamekan mempunyai mutu yang tinggi
d. Product advertising berusaha mempengaruhi konsumen dengan faedah-faedah
dari pemakaian suatu produk
e. Prestige advertising yang berusaha memberikan fashion pada suatu produk atau
mendorong masyarakat mengasosiasikan produk tersebut dengan kekayaan atau
kedudukan.
f. Institutional advertising yaitu menonjolkan nama dari perusahaan dengan harapan
konsumen mempunyai kesan mendalam tentang nama perusahaan.
Fungsi dari iklan ini tentunya untuk memberikan informasi pada konsumen
mengenai suatu produk.
2. Personal Selling (Penjualan Pribadi)
Personal Selling adalah promosi yang dilakukan oleh orang atau dengan kata
lain promosi yang dilakukan langsung antara produsen dengan konsumen.
Menurut Komarudin Sastradipoera (2003:193) pengertian penjulan pribadi
adalah:
a. Proses penyajian komersial secara lisan selama pembeli atau penjual dalam situasi
wawancara. Dalam bahasa percakapan sehari-hari penjulan pribadi merupakan
kegiatan yang mengacu pada penjualan bermuka-muka. Kadang-kadang promosi
jenis ini disebut juga hubungan bermuka-muka antar pembeli dan penjual.
b. Penjualan pribadi merupakan komunikasi orang dengan orang antara penjual dan
prospektusnya. Karena itulah di dalamnya ada unsur ”pribadi”
Salah satu ciri yang penting dari personal selling ini adalah adanya penjual
yang melakukan personal selling. Agar aktivitas personal selling ini dapat dilakukan
57
dengan baik, diperlukan kriteria-kriteria penjual yang ditugaskan untuk melakukan
personal selling sebagai berikut:
a. Negotiating
Penjual harus mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi tentang syarat-syarat
penjualan
b. Salesmanship
Penjual harus memiliki pengetahuan tentang produk dan menguasai seni menjual,
seperti mendekati pelanggan, memberikan presentasi, dan demonstrasi, mengatasi
penolakan pelanggan, dan mendorong pembelian
c. Relationship marketing
Penjual harus tahu cara membina dan memelihara hubungan baik dengan
pelanggan.
3. Public Relation
Public Relation adalah bagian dari perusahaan yang yang memberi informasi
kepada publik tentang perusahaan dan produk yang dihasilkannya. Informasi dari
perusahaan ini dapat dilakukan dengan menerbitkan buletin, membuat brosur,
menjadi sponsor-sponsor dalam event atau peristiwa tertentu. Public relation ini
merupakan penyampaian informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan.
4. Sales Promotion (Promosi Penjualan)
Sales promotion adalah memberi insentif atau hadiah kepada konsumen agar
tertarik untuk membeli. Sedangkan menurut Komarudin Sastradipoera (2003: 293)
yang dimaksud dengan promosi penjualan adalah:
58
a. Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperluas pasar
penjualan.
Dalam perdagangan eceran, semua metode yang mendorong para pelanggan agar
melakukan pembelian, termasuk penjualan perseorangan, pengiklanan, dan
publisitas termasuk dalam istilah generik promosi penjualan
b. Kegiatan marketing diluar penjualan pribadi, periklanan, dan publisitas yang
mendorong konsumen membeli
dan aktivitas pedagang, seperti etalase,
pertunjukan, san eksposisi, demonstrasi, dan berbagai upaya penjualan yang tidak
berulang yang tidak dalam rutinitas biasa.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari promosi penjualan
adalah aktivitas membujuk konsumen untuk membeli barang yang diproduksi pada
saat itu juga.
Teknik yang biasa dilakukan dalam sales promotion ini, diantaranya: memberi
sampel gratis, kupon, rabat, diskon, kontes, bonus, hadiah uang, jual obral, cuci
gudang dan mega promo.
Adapun tujuan dari penggunaan sales promotion adalah:
-
Menarik para pembeli baru
-
Memberi hadiah kepada langganan lama
-
Menyuruh pembeli agar mengulangi pembeliannya
-
Mencegah konsumen lari ke merek lain
-
Meningkatkan loyalitas konsumen
-
Meningkatkan volume penjualan dalam jangka pendek
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pemasaran
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mengenalnya atau mendengarnya, dan tidak yakin bahwa produk tersebut dapat
berguna bagi konsumen, maka konsumen tidak akan pernah membelinya.
59
Jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi, maka tujuan dari promosi adalah
menggeser kurva permintaan akan produk suatu perusahaan ke kanan dan membuat
permintaan menjadi inelastis (dalam kasus harga naik) dan elastis (dalam kasus harga
turun).
Apapun dari jenis promosi yang dilakukan oleh pengusaha atau produsen pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperkenalkan produk pada
konsumen dengan harapan akan meningkatkan volume penjualan dari suatu barang
sehingga laba yang diperoleh juga akan semakin meningkat.
3. Fungsi Promosi
Menurut Kotler (1997: 78), promosi berfungsi sebagai:
1. Menginformasikan produk, yaitu berfungsi sebagai informasi pasar
2. Persuading (membujuk sasaran pasar) yang berfungsi untuk membentuk merek,
mengalihkan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut
produk serta dapat mendorong pembelian saat itu juga
3. Mengingatkan (remainding) terdiri atas mengingatkan pembeli bahwa produk
tersebut dibutuhkan dalam waktu dekat, misalnya mengaingat kembali akan
tempat, mengingat kembali walaupun tidak ada iklan dan menjaga ingatan
pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
4. Manfaat Promosi
Penjual menggunakan promosi penjualan untuk menarik pendatang baru, untuk
menghargai pelanggan setia, dan untuk menaikan tingkat pembelian berulang dari
pemakai sesekali.
60
Promosi penjualan memiliki 3 manfaat yang berbeda, yaitu:
1. Komunikasi. Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya memberikan
informasi yang dapat mengarahkan konsumen kepada produk
2. Insentif. Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan, atau
kontribusi yang memberikan nilai bagi konsumen
3. Ajakan. Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi
pembelian sekarang.
5. Biaya Promosi
Biaya promosi merupakan salah satu bagian dari biaya pemasaran. yaitu biayabiaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya biaya
iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli.
(Mulyadi, 2002 : 14). Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya promosi merupakan
konsekuensi dari adanya kegiatan promosi.
Pengertian biaya promosi menurut Mulyadi (2002 : 10) yaitu “Biaya promosi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan dan penyebaran komunikasi
persuasi mengenai penawaran yang dirancang untuk menarik pelanggan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya promosi merupakan dana yang telah
disediakan untuk digunakan dalam membiayai kegiatan promosi yang dilakukan oleh
perusahaan, sehingga kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan yang maksimal. Biaya promosi yang dikeluarkan oleh
perusahaan harus dipertimbangkan dengan mantap karena biaya yang dikeluarkan
tidaklah sedikit dan mempengaruhi biaya produksi serta harga jual barang.
61
Biaya promosi memang berpengaruh terhadap biaya produksi, apabila suatu
perusahaan melakukan promosi, ongkos produksi akan bertambah tinggi. Namun
dengan pengelolaan yang baik pengeluran untuk biaya promosi dapat dikeluarkan
dengan efektif sehingga biaya yang dikeluarkan dapat membawa dampak positif.
Biaya promosi yang sejalan dengan rencana pemasaran serta dapat dikendalikan
dengan baik sudah jelas dapat meningkatkan penjualan produk. mengingat penjualan
merupakan komponen yang paling penting dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
untuk mendapatkan laba yang optimal, maka kegiatan promosi mau tidak mau harus
dilakukan oleh perusahaan. Tentu saja dengan biaya promosi yang disesuaikan
dengan kondisi perusahaan.
Dengan adanya biaya promosi diharapkan dapat meningkatkan hasil penjualan.
semakin besar biaya promosi yang dikeluarkan diharapkan dapat meningkatkan hasil
penjualan apabila penjualan naik, maka penjualan yang telah dianggarkan dapat
terrealisasikan dengan optimal, dengan kata lain efektifitas hasil penjualan dapat
tercapai guna menghasilkan laba yang menjadi tujuan utama perusahaan.
62
2.2 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan oleh penulis dapat
disimak dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Kajian Empirik Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Nama
Peneliti
Yusniar
Herliza
Pitri
Agustina
Judul
Analisis FaktorFaktor yang
Mempengaruhi
Permintaan Wajit
Cililin di Sentra
Industri Wajit
Cililin
Analisis FaktorFaktor yang
mempengaruhi
Permintaan dan
Penawaran Ekspor
Udang Indonesia
ke Negara Jepang
Periode Tahun
1982 Sampai
Dengan 2002.
Variabel
yang Diteliti
Harga Wajit
Cililin, Harga
Produk
Substitusi,
Selera
Konsumen
Harga Udang
Domestik,
Harga Ekspor
Ikan Tuna,
Cakalang,
Tongkol,
Pendapatan
Negara
Jepang, Kurs
Rp/ Yen
Hasil
Penelitian
Tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan antara harga
wajit Cililin dan harga
produk substitusi
terhadap permintaan
wajit Cililin.
Sementara selera
konsumen berpengaruh
signifikan terhadap
permintaan wajit
Cililin.
Harga Udang
Domestik, Harga
Ekspor Ikan Tuna,
Cakalang, Tongkol,
dan Kurs Rp/ Yen
berpengaruh pada
permintaan ekspor
udang. Variabel yang
paling dominan yaitu
Harga Udang
Domestik, Harga
Ekspor Ikan Tuna,
Cakalang, Tongkol.
Sementara variabel
yang paling dominan
mempengaruhi
penawaran ekspor
udang yaitu Harga
ekspor udang dan
harga udang domestik.
Sumber
Skripsi
UPI
2006
Skripsi
UPI
2005
63
2.3 Kerangka Pemikiran
Permintaan (demand) adalah keinginan konsumen membeli suatu barang dan
jasa pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Dengan perkataan
lain, permintaan berarti sejumlah barang dan jasa yang dapat dibeli pada saat tertentu
pula.
Menurut Samuelson (1997:60), permintaan adalah “hubungan jelas antara harga
pasar suatu barang dengan jumlah yang diminta, dengan catatan faktor lain tetap tidak
berubah”. Sedangkan menurut Dominic Salvatore (1997:19), permintaan adalah
“jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu
merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan nominal
individu, harga komoditi lain, dan cita rasa (selera) individu”.
Menurut Vincent Gaspersz (2001:13) Permintaan (demand) dalam ekonomi
manajerial didefinisikan sebagai kuatitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli
oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasarlan kondisi-konsisi tertentu.
Berbicara mengenai permintaan tidak akan pernah bisa lepas hukum
permintaan, menurut Samuelson (1997:61), hukum permintaan berbunyi: ”Jika harga
suatu komoditi naik, (dan hal-hal lain dianggap tidak berubah), pembeli cenderung
membeli lebih sedikit komoditi tersebut. Demikian halnya jika harga turun, dan halhal lain tidak berubah, jumlah barang yang dibeli akan meningkat”.
Tati Suharti Joesron (2003: 12-13) mengemukakan bahwa sebenarnya,
permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga dari
barang itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen, harga
64
barang lain, selera, dan lain sebagainya. Secara matematis hal itu dapat dirumuskan
dalam formula sebagai berikut:
Dx = f (Px, Y, Py, T, u)
Keterangan:
Dx = Jumlah barang yang diminta
Px = Harga barang itu sendiri
Y = Pendapatan konsumen
Py = Harga barang lain
T = Selera
U = Faktor-faktor lainnya
Kemudian Richard A. Billas (1993:2) berpendapat bahwa, “permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh harga barang yang bersangkutan, harga barang-barang lain,
pendapatan, selera, dan kemakmuran.
Sedangkan menurut Samuelson (1996:62) faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan suatu barang atau jasa adalah: ”harga, pendapatan rata-rata, penduduk,
harga barang lain yang berhubungan, selera dan faktor khusus lainnya yang
mempengaruhi permintaan barang atau jasa tersebut”.
Menurut Sadono Sukirno (2000:80) ”faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang
lain, pendapatan para pembeli, distribusi pendapatan, jumlah penduduk serta ramalan
mengenai masa datang”.
65
Gaspersz (2001:13) menguraikan permintaan suatu barang atau jasa (Qdx) pada
dasarnya dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
1. Harga dari barang atau jasa itu (the price of good X = Px)
2. Pendapatan konsumen (the consumer’s income = I)
3. Harga dari barang-barang atau jasa yang berkaitan (the price of related goods
or service = Pr)
4. Ekspektasi konsumen yang berkaitan dengan : harga barang atau jasa, tingkat
pendapatan, dan ketersediaan dari barang itu dimasa yang akan datang
(consumers expectations with respect to future price levels, Pe, income level
Ie, and product availability, PAe)
5. Selera konsumen (the taste of consumers = T), T diukur dalam indeks skala
ordinal 1-5, atau 1-10, (skala ordinal antara sangat tidak suka sampai dengan
sangat suka)
6. Banyaknya konsumen potensial (the number of potential consumers = N)
7. Pengeluaran iklan (advertising expenditure = A)
8. Atribut atau feature dari produk itu (features or attributes of the product = F)
9. Faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap produk
X (another demand-related factors specific to product X =O)
Konsep dasar dari fungsi permintaan untuk suatu barang atau jasa dinyatakan
dalam bentuk hubungan antara kuantitas yang diminta dan sekumpulan variabel yang
spesifik yang mempengaruhi permintaan dari barang atau jasa itu. Dalam bentuk
66
model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang atau jasa, oleh Gaspersz
(2001:14) dinotasikan sebagai berikut :
QDX = f (Px, I, Pr, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, O)
Dimana:
QDX = Kuantitas permintaan suatu barang atau jasa X,
f
= Notasi fungsi yang berarti “fungsi dari” atau tergantung pada,
Px
= Harga dari barang atau jasa X,
I
= Pendapatan konsumen,
Pr
= Harga barang lain yang berkaitan,
Pe
= Ekspektasi konsumen terhadap harga dari barang atau jasa X pada masa
yang akan datang,
Ie
= Ekspektasi konsumen terhadap pendapatan pada masa yang akan datang,
PAe
= Ekspektasi konsumen ketersediaan barang atau jasa X itu pada masa
yang akan datang,
T
= Selera konsumen,
N
= Banyaknya konsumen potensial,
A
= Pengeluaran iklan,
F
= Features atau atribut dari barang atau jasa itu,
O
= Faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan
terhadap barang atau jasa itu.
Menurut Gaspersz (2001:14) adanya perubahan harga barang terhadap
permintaan adalah sebagai berikut :
67
∆QDX/∆Px < 0, berarti pengaruh perubahan dari variabel harga barang atau jasa X (Px)
terhadap kuantitas permintaan barang atau jasa X (QDX) bersifat negatif. Jika harga
barang atau jasa X naik/ turun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan
turun/naik (cateris paribus = dengan asumsi nilai dari variabel-variabel lain dalam
fungsi permintaan konstan).
Menurut Gaspersz (2001:16) adanya perubahan harga barang subtitusi terhadap
permintaan adalah sebagai berikut :
∆QDX/∆Pr ( > 0, jika barang substitusi), berarti pengaruh perubahan dari variabel
harga barang lain yang berkaitan (Pr) terhadap kuantitas permintaan barang dan jasa
X (QDX) bersifat positif untuk barang subtitusi. Dengan demikian, apabila harga dari
barang atau jasa lain yang berkaitan (bukan X) naik/turun, sedangkan kuantitas
permintaan terhadap barang dan jasa X juga ikut naik/turun (ceteris paribus) maka
hubungan antara barang lain bukan X dan barang X itu dikatakan bersifat substitusi
(saling mengganti).
Menurut Gaspersz (2001:18) adanya perubahan biaya promosi (pengeluaran
iklan) terhadap permintaan adalah sebagai berikut:
∆QX/∆A > 0, berarti pengaru perubahan dari variabel pengeluaran iklan (A) terhadap
kuantitas permintaan barang atau jasa X (QDX) bersifat positif. Jika anggaran untuk
iklan dari suatu produk yang ditawarkan meningkat/menurun, maka kuantitas
permintaan barang dan jasa X akan meningkat atau menurun (cateris paribus =
dengan asumsi nilai dari variabel-variabel lain dalam fungsi permintaan konstan).
68
Dari uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan skema
kerangka berpikir sebagai berikut:
Harga Barang
Harga Barang Substitusi
Permintaan
Biaya Promosi
Gambar 2.19 Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nazir, 2005: 151).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini Penulis rumuskan sebagai berikut:
1.
Harga barang berpengaruh negatif terhadap permintaan.
2.
Harga barang substitusi berpengaruh positif terhadap permintaan.
3.
Biaya promosi berpengaruh positif terhadap permintaan.
Download