ESTIMASI MODEL TERBAIK BANYAKNYA GEMPA BUMI MENGGUNAKAN POISSON HIDDEN MARKOV MODELS DAN ALGORITMA EM (Studi Kasus Banyaknya Gempa Bumi di Wilayah Sumatra Barat sampai Nusa Tenggara Timur) ROSYID SURYANDARU PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H ESTIMASI MODEL TERBAIK BANYAKNYA GEMPA BUMI MENGGUNAKAN POISSON HIDDEN MARKOV MODELS DAN ALGORITMA EM (Studi Kasus Banyaknya Gempa Bumi di Wilayah Sumatra Barat sampai Nusa Tenggara Timur) Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Rosyid Suryandaru 108094000024 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1436 H i PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul “Estimasi Model Terbaik Banyaknya Gempa Menggunakan Poisson Hidden Markov Models dan Algoritma EM” yang ditulis oleh Rosyid Suryandaru, NIM 108094000024 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 8 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana strata satu (S1) Program Matematika. Menyetujui: Penguji 1, Penguji 2, Dr. Nina Fitriyati, M.Kom NIP. 19760414 200604 2 001 Irma Fauziah, M.Sc NIP. 19800703 201101 2 005 Pembimbing 1, Pembimbing 2, Suma’inna, M.Si NIP. 19791208 200701 2 015 Mahmudi, M.Si Mengetahui, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Ketua Program Studi Matematika, Dr. Agus Salim, M.Si NIP. 19720816 199903 1 003 Yanne Irene, M.Si NIP. 19741231 200501 2 018 ii PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Jakarta, 8 Januari 2015 Rosyid Suryandaru 108094000024 iii PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibuku tercinta Sri Kus Indrati, Kakakkakakku, Pilon dan seluru keluarga besarku, dan juga Keluarga besar Prodi Matematika, serta semua pihak yang terlibat di dalamnya. Semoga selalu diridhoi Allah SWT, selalu dalam lindungan-Nya, serta selalu dibukakan pintu rahmat, kasih sayang, dan hidayah-Nya Amin MOTTO A good student never will forget a good teacher :’) Lebih baik salah karena melakukan sesuatu dari pada tidak pernah salah karena tidak pernah melakukan sesuatu iv ABSTRAK Rosyid Suryandaru, Estimasi Model Terbaik Banyaknya Gempa Bumi Menggunakan Algoritma EM dan Poisson Hidden Markov Models. Di bawah bimbingan Suma’inna, M.Si dan Mahmudi, M.Si. Penelitian dilakukan dengan dilatarbelakangi oleh wilayah Indonesia yang merupakan salah satu wilayah yang rawan akan gempa bumi. Secara umum, banyaknya peristiwa gempa bumi memiliki karakteristik distribusi Poisson. Akan tetapi terjadi overdispersi relatif terhadap distribusi poisson. Salah satu cara dalam mengatasi overdispersi khususnya pada distribusi poisson adalah dengan menggunakan Poisson Hidden Markov Models (PHMMs), yang kemudian mengaplikasikan algoritma EM (Expectation Maximisation Algorithm) pada masing-masing model untuk memdapatkan parameter estimasinya. Dari modelmodel yang diperoleh, selanjutnya dipilih model terbaik berdasarkan nilai AIC (Akaike Information Criterion) terkecil. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data banyaknya gempa bumi di wilayah Sumatra Barat sampai Nusa Tenggara Timur tahun 2008-2013 dengan magnitudo ≥5 Skala Richter yang terjadi pada kedalaman gempa bumi dangkal yaitu ≤60 Km. Dari penelitia yang dilakukan didapat 3 model PHMM, yaitu model dengan keadaan tersembunyi, yaitu ๐ = (2,3,4). Berdasarkan nilai AIC, model dengan 3 keadaan tersembunyi merupakan model estimasi banyaknya gempa bumi terbaik dengan nilai AIC sebesar 537,429. Hasil estimasi parameter dari model terbaik PHMM, yaitu model dengan 3 keadaan tersembunyi, nilai estimasi parameter ratarata banyaknya gempa bumi yang terjadi sebanyak 2,8446121 ≈ 3 peristiwa dalam kurun waktu 15 hari. Kata kunci: Overdispersi, Mixture Distribution, Rantai Markov, Peluang forward backward, PHMMs, algoritma EM, AIC. v ABSTRACT Rosyid Suryandaru, The Best Model Estimation for Many Earthquake Happen with Using EM Algorithm in Poisson Hidden Markov Models. Under guidance Suma’inna, M.Si and Mahmudi, M.Si. This research was conducted with Indonesian zone that one of zone have often earthquake happen. In other hand, many earthquake happen have a characteristic poisson of distribution. But often be relative overdisversion. One of method to solve overdisversion on poisson distribution specifically is with using Poisson Hidden Markov Models (PHMMs) that so applied EM algorithm (Expectation Maxsimisation Algorithm) on every models to generated estimation value. From every models resulted, next selecting the best model obtained from the least AIC value (Akaike Information Criterion). In this thesis, using secondary data, that is data of many earthquake happen in Sumatra Barat till Nusa Tenggara Timur on 2008-2013 with magnitude ≥ 5 SR that happen in earthquake low deepen is ≤ 60 km. From this research exist 3 PHMM models, that is hidden model happen, with m= (2,3,4). Obtained AIC value, 3 of hidden model happen is the best model estimation of many earthquake happen with weight of AIC value is 537,429. Estimation parameter result from the best model of PHMM is 3 of hidden happen model, average of estimation parameter value in many earthquake happen is 2,8446121≈3 moment of 15 day. Keywords: Overdisversion, Mixture Distribution, Markov Chain, Forward Backward Probability, PHMMs, EM Algirithm, AIC. vi KATA PENGANTAR โซุจุณู ูููุง ุงุงุฑ ุญู ู ุงุงุฑ ุญูู โฌ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, tak terkecuali pada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Estimasi Model Terbaik Banyaknya Gempa Bumi Menggunakan Poisson Hidden Markov Models dan Algoritma EM” dengan studi kasus “Banyaknya Gempa Bumi di Wilayah Sumatra Barat sampai Nusa Tenggara Timur”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, manusia luar biasa karena kecerdasannya, kemuliaan akhlaqnya, keluhuran budi pekertinya, dan sunnah-sunnah Rasulullah yang tetap subur. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan, semangat, dan bimbingan serta kritikan dan sara dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tuaku (Bapak Surais, Ibu Sulasmi dan Ibu Sumariyati), Kakakku (Mas Wahid) dan adikku (Zulfikar) tercinta serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, 2. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, vii 3. Ibu Yanne Irene, M.Si, selaku Ketua Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4. Ibu Suma’inna, M.Si, selaku Pembimbing I dan Mahmudi, M.Si, selaku Pembimbing II. Mohon maaf atas semua kesalahan penulis selama ini, serta terima kasih banyak atas waktu dan kesabarannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, 5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Matematika, yang telah mengajarkan banyak hal yang sangat bermanfaat bagi penulis. 6. Saudara-saudaraku, Mas Karno, Wawan, Degleng, Bono, Mas Adi, dan temanteman KremboL, 7. Shilvia ♥, yang selalu sabar dan tidak pernah berhenti memberi semangat penulis. 8. Sahabat-sahabat terbaikku selama mengenyam pendidikan di UIN Jakarta khususnya Math’08, Putra, Deny, Munir, Tedy, Ucok Lah, Azmi, Rijak, Nijaruddin, Sopyan Lampung, Ustad Luqman, dll, 9. Teman-teman Himatika UIN Jakarta. 10. Teman-teman Kosan Antalaklai (Mas Kiki dan Mbak Desi, Ka Ucal, bos Rengki, Furqon, Kochar, Dolay, Ega, Angga, Mukmin, Cahyadi, Hanip, Mali, Yopy, Azom, Zul, Onay, Awan) Bu Kosan Antalaklai, serta semua pihak yang telah membantu penulis. viii Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Atas dasar itulah penulis memohon maaf yang sebesarbesarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Namun, saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan pada penelitian selanjutnya. Akhir kata, harapan yang besar bahwa skripsi ini dapat bemanfaat dan memberikan kontribusi yang berarti, baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 8 Januari 2015 Penulis ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PENGESAHAN UJIAN ................................................................................... ii PERNYATAAN ................................................................................................ iii PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................................... iv ABSTRAK ........................................................................................................ v ABSTRACT ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peluang dan Variabel Acak ........................................................... 5 2.2 Distribusi Poisson ......................................................................... 6 2.3 Independent Mixture Models ........................................................ 9 2.4 Rantai Markov ............................................................................... 11 2.5 PHMMs (Poisson Hidden Markov Models) .................................. 17 2.6 Penskalaan Komputasi Likelihood ................................................ 22 x 2.7 Estimasi Algoritma EM (Expectaton Maximisation Algorithm) pada HMM .................................................................................... 23 2.8 Pemilihan Model Berdasarkan AIC ............................................... 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data .................................................................................. 29 3.2 Tahap Persiapan Data ................................................................... 30 3.3 Tahap Pemodelan ........................................................................... 30 3.4 Pemilihan Model Terbaik .............................................................. 34 3.5 Alur Peneliitian .............................................................................. 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ............................................................................... 36 4.2 Pengecekan Overdispersi Data ..................................................... 38 4.3 Pemodelan Banyaknya Gempa Bumi dengan PHMMs ................ 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 47 5.2 Saran ............................................................................................. 47 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48 LAMPIRAN ....................................................................................................... 50 xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Peluang Keadaan Cuaca ..................................................................... 15 Tabel 3.1 Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008-2013 .................................................... 29 Tabel 4.1 Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 ...................................................................... 36 Tabel 4.2 Banyaknya Peristiwa Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 ......................................................................................... 38 Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Banyaknya Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur Periode 15 Hari Tahun 2008-2013............................................................................... 39 Tabel 4.4 Hasil Perhitunggan Parameter ๐ dan Parameter ๐ pada 2 Keadaan Tersembunyi ...................................................................................... 41 Tabel 4.5 Peluang pada 2 Keadaan Tersembunyi .............................................. 42 Tabel 4.6 Parameter Input ๐, ๐ , dan ๐ช pada masing-masing PHMM .............. 43 Tabel 4.7 Parameter Estimasi Algoritma EM pada masing-masing PHMM ..... 45 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Matriks Peluang Transisi Satu Langkah berukuran ๐ × ๐ ......... 14 Gambar 2.2 Graf Dasar HMM ......................................................................... 18 Gambar 3.1 Alur Penelitian ............................................................................. 35 Gambar 4.1 Sebaran Data Gempa Bumi dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 ........................................ 37 Gambar 4.2 Peta Sebaran Gempa Bumi dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 ................................ 37 Gambar 4.3 Sebaran Banyaknya Peristiwa Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 .......................................................................... 39 Gambar 4.4a Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 2 Keadaan Tersembunyi .................................................................. 43 Gambar 4.4b Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 3 Keadaan Tersembunyi .................................................................. 44 Gambar 4.4c Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 4 Keadaan Tersembunyi .................................................................. 44 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 ................................................................................ 50 Lampiran 2. Peta Sebaran Gempa Bumi .................................................................. 51 Lampiran 3. Banyaknya Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013......................................... 52 Lampiran 4. Kode Komputasi Software R untuk Peluang Forward dan Peluang Backward pada PHMM ........................................................................ 53 Lampiran 5. Kode Komputasi Software R untuk Estimasi EM pada PHMM .......... 54 Lampiran 6. Parameter Estimasi Algoritma EM untuk ๐ = 2................................. 55 Lampiran 7. Parameter Estimasi Algoritma EM untuk ๐ = 3................................. 56 Lampiran 8. Parameter Estimasi Algoritma EM untuk ๐ = 4................................. 57 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara astronomis terletak di 60LU-110LS dan antara 950BT-1410 BT dan secara geografis teletak diantara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dan secara geologis wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia, yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur, atau berada di kawasan dengan sebutan "Pacific Ring of Fire", yaitu sebuah zona dimana banyak memiliki gunung berapi yang aktif sehingga sering terjadi gempa bumi vulkanik. Selain gempa bumi vulkanik, Indonesia juga rawan akan gempa bumi tektonik, dikarenakan letak Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, lempeng Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan lempeng Samudera Pasifik[10]. Sejumlah peristiwa bencana gempa bumi dengan magnitudo besar telah tejadi 10 tahun terakhir di sejumlah wilayah di Indonesia. Peristiwa gempa bumi tersebut antara lain gempa bumi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang mengakibatkan terjadinya bencana tsunami, gempa bumi Nias pada tanggal 28 Maret 2005, gempa bumi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006, di Pangandaran 17 Juli 1 2006, Tasikmalaya 2 September 2009 dan gempa bumi Padang Pariaman pada tanggal 30 September 2009. Tidak kurang dari 177.701 orang meninggal dunia akibat peristiwa tersebut[11]. Secara umum, karakteristik peristiwa banyaknya gempa bumi dalam periode tertentu didekati oleh distribusi Poisson, dengan sifat khas yang dimiliki yaitu ratarata dan variansinya memiliki nilai yang sama. Akan tetapi, terkadang dalam pengaplikasian distribusi Poisson, khususnya pada kasus kegempaan, terjadi overdispersi relatif dikarenakan sifat tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi, sehingga mengakibatkan ketidaktepatan distribusi sebagai model. Terjadinya overdispersi pada distribusi tertentu diduga disebabkan adanya beberapa pengelompokan data pada distribusi tersebut, dengan masing-masing kelompok memiliki parameter yang berbeda-beda. Salah satu metode untuk mengatasi masalah pengamatan overdispersi adalah dengan mengunakan Mixture Model (model campuran)[5]. Hidden Markov Models (HMMs) adalah perluasan dari rantai Markov dimana distribusi hasil pengamatannya bergantung pada keadaan proses Markov yang tidak teramati (unobserved). Distribusi marginal dari HMMs merupakan distribusi campuran. Pada kasus kegempaan, HMMs lebih dikenal dengan istilah PHMMs (Poisson Hidden Markov Models). Dalam PHMMs, setiap observasinya dihasilkan oleh salah satu dari ๐ keadaan tersembunyi (hidden state)[5]. PHMMs diaplikasikan untuk mengidentifikasi pola-pola barisan keadaan yang tidak teramati yang mendasari barisan observasi. 2 Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk membangun sebuah model banyaknya gempa bumi menggunakan metode PHMMs serta mencari nilai estimator parameternya dengan menggunakan Alogorima EM (Expectation Maximization Algorithm). Wilayah penelitian yang diteliti adalah wilayah Propinsi Sumatra Barat hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penulisan ini antara lain: 1. Bagaimana membangun model untuk mengestimasi banyaknya gempa bumi menggunakan PHMMs? 2. Apakah model terbaik untuk mengestimasi banyaknya gempa bumi di wilayah Propinsi Sumatra Barat hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan metode PHMMs dengan Algoritma EM? 3. Bagaimana hasil estimasi parameter banyaknya gempa bumi dengan menggunakan metode PHMMs? 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup pembahasan dalam skripsi ini hanya membahas banyaknya peristiwa gempa bumi yang terjadi di wilayah Propinsi Sumatra Barat hingga 3 Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan besar magnitudo gempa bumi ≥5 Skala Richter pada kedalaman gempa dangkal yaitu ≤60 Km. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Membangun model untuk mengestimasi banyaknya gempa bumi menggunakan PHMMs, 2. Mencari model banyaknya gempa bumi terbaik untuk wilayah Propinsi Sumatra Barat hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan metode PHMMs dengan estimasi algoritma EM, 3. Mencari nilai estimasi parameter banyaknya gempa bumi dengan menggunakan metode PHMMs. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diantaranya adalah: 1. Dapat diketahui nilai estimasi rata-rata banyaknya gempa bumi di wilayah Propinsi Sumatra Barat hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Sebagai tambahan pengetahuan tentang PHMMs dan pengaplikasian Algoritma EM untuk PHMMs. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengaplikasikan PHMMs dan Algoritma EM untuk bidang yang lain. 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peluang dan Variabel Acak A. Teori Peluang Misalkan ๐ adalah ruang sampel dari suatu eksperimen acak dan ๐จ adalah kumpulan semua titik sampel yang bisa dibentuk dari ๐. Peluang pada ๐ adalah kumpulan semua fungsi ๐ dengan domain ๐ด ke daerah hasil [0,1] yang memenuhi sifat sebagai berikut[1]: 1. 0 ≤ ๐(๐ด) ≤ 1, ∀๐ด ∈ ๐จ, 2. ๐ ∅ = 0, 3. ๐ ๐ = 1 Peluang terjadinya ๐ต bila diketahui bahwa suatu kejadian lain ๐ด telah terjadi disebut dengan peluang bersyarat dan dilambangkan dengan ๐(๐ต|๐ด). Lambang ๐(๐ต|๐ด) dibaca “peluang terjadinya ๐ต bila ๐ด terjadi” atau lebih singkatnya lagi “peluang ๐ต, bila ๐ด diketahui”. Jika ๐ด dan ๐ต adalah ๐, maka peluang bersyarat ๐ต bila ๐ด diketahui didefinisikan sebagai[1]: ๐ ๐ต๐ด = ๐(๐ด∩๐ต) ๐(๐ด) , dengan ๐ ๐ด > 0 (2.1) Jika kejadian ๐ด dan ๐ต keduanya dapat terjadi sekaligus, maka[1]: ๐ ๐ด ∩ ๐ต = ๐ ๐ด .๐ ๐ต ๐ด 5 (2.2) Berdasarkan kaidah penggandaan umum, jika dalam suatu percobaan kejadiankejadian ๐ด1 , ๐ด2 , ๐ด3 , … dapat terjadi, maka[1]: ๐ ๐ด1 ∩ ๐ด2 ∩ ๐ด3 ∩ … ∩ ๐ด๐ = ๐ ๐ด ๐ ๐ด2 ๐ด1 ๐ ๐ด3 ๐ด1 ∩ ๐ด2 … ๐ ๐ด๐ ๐ด1 ∩ ๐ด2 ∩ … ∩ ๐ด๐−1 (2.3) B. Variabel Acak Misal ๐ธ adalah sebuah percobaan dangan ruang sampel ๐. Peubah acak atau variabel acak didefinisikan sebagai sebuah fungsi ๐ yang memetakan setiap anggota ๐ ∈ ๐ dengan sebuah bilangan real ๐(๐ )[2]. Jika dalam ruang sampel mengandung titik sampel yang berhingga banyaknya atau suatu deretan anggota yang banyaknya sama dengan banyaknya bilangan bulat (terhitung), maka variabel acak yang didefinisikan pada ruang sampel tersebut adalah variabel acak diskrit[2]. 2.2 Distribusi Poisson Percobaan yang menghasilkan nilai-nilai bagi suatu peubah acak ๐, dimana banyaknya hasil percobaan terjadi selama selang waktu tertentu atau pada daerah tertentu, disebut dengan percobaan Poisson[1]. Selang waktu yang dimaksud misalkan: semenit, sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan sebagainya. Sedangkan daerah tertentu yang dimaksud misalkan: suatu luasan, volume, bagian bahan dan sebagainya. Dalam contoh kasus misalkan: a. Banyaknya dering telepon per jam di kantor, 6 b. banyaknya kecelakaan mobil per hari di jalan tol, c. banyaknya nasabah yang mengantri di bank dalam waktu satu jam, d. banyaknya tikus sawah per hektar, e. banyaknya bakteri dalam satu tetes air, f. banyaknya kesalahan ketik per halaman dan sebagainya. Karakteristik percobaan Poisson adalah sebagai berikut[1]: 1. Banyaknya hasil percobaan yang terjadi dalam selang waktu atau daerah tertentu, tidak bergantung pada banyaknya hasil percobaan yang terjadi pada selang waktu atau daerah lain yang terpisah. 2. Peluang terjadinya suatu hasil percobaan selama selang waktu yang singkat sekali atau dalam suatu daerah yang kecil, sebanding dengan panjang selang waktu tersebut atau besarnya daerah tersebut, dan tidak bergantung pada banyaknya hasil percobaan yang terjadi di luar selang waktu atau daerah tersebut. 3. Peluang bahwa lebih dari satu hasil percobaan akan terjadi dalam selang waktu yang singkat atau daerah yang kecil dapat diabaikan. Bilangan ๐ yang menyatakan banyaknya hasil percobaan dalam suatu percobaan Poisson disebut peubah acak Poisson, dan sebaran peluangnya disebut dengan distribusi Poisson[1]. Distribusi Poisson pertama kali ditemukan oleh S.D. Poisson (1781–1840), seorang ahli matematika berkebangsaan Perancis. Distribusi Poisson 7 disebut juga distribusi peristiwa yang jarang terjadi, dimana melibatkan jumlah percobaan (๐) yang besar dengan peluang sukses (๐) sangat kecil[3]. Variabel acak ๐ dikatakan berdistribusi Poisson dengan parameter ๐ > 0, dinotasikan ๐ ~ Poisson(๐), jika ๐ mempunyai fungsi massa peluang (PMF)[4]: ๐ −๐ ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ = , ๐ฅ = 0, 1, 2, … ๐ฅ! 0 , (2.4) ๐ฅ lainnya. Persamaan (2.4) memenuhi syarat-syarat PMF dikarenakan[4]: (i) ๐ ๐ฅ ≥ 0 karena ๐ > 0 (ii) Total peluangnya adalah 1 dikarenakan: ∞ ๐ ๐ฅ = ๐ฅ ๐ฅ=0 ๐ −๐ ๐๐ฅ = ๐ −๐ ๐ฅ! ∞ ๐ฅ=0 ๐๐ฅ = ๐ −๐ ๐ ๐ = 1 ๐ฅ! Variable acak berdistribusi Poisson umumnya digunakan untuk menyatakan banyaknya peristiwa yang terjadi dalam satu satuan waktu, misalnya banyaknya kecelakaan mobil per hari di jalan tol selama bulan Oktober, banyaknya mobil yang lewat selama 10 menit di suatu ruas jalan, banyaknya antrian nasabah bank dalam waktu satu jam, dan sebagainya. Distribusi Poisson mempunyai Fungsi Pembangkit Momen (MGF)[4]: ∞ ๐ ๐ก =๐ธ ๐ ๐ก๐ฅ ∞ ๐ก๐ฅ = ๐ ๐ก๐ฅ ๐ ๐ ๐ฅ = ๐ฅ=0 ๐ฅ=0 ∞ =๐ −๐ ๐ฅ=0 ๐ก ๐๐ฅ ๐ −๐ ๐ฅ! (๐๐ ๐ก )๐ฅ ๐ฅ! = ๐ −๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐(๐ ๐ก −1) (2.5) 8 untuk setiap ๐ก ∈ โ. Karena ๐′ ๐ก = ๐ ๐(๐ ๐ก −1) ๐๐ ๐ก dan ๐′′ ๐ก = ๐ ๐(๐ ๐ก −1) ๐๐ ๐ก + ๐ ๐(๐ ๐ก −1) ๐๐ ๐ก 2 maka ๐ = ๐′ 0 = ๐ (2.6) dan ๐ 2 = ๐′′ 0 − ๐ = ๐ + ๐2 − ๐2 = ๐ (2.7) Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pada distribusi Poisson mempunyai ciri khas bahwa mean (๐) dan variansinya (๐ 2 ) memiliki nilai yang sama dengan parameternya (๐). 2.3 Independent Mixture Models Pada distribusi Poisson dengan fungsi massa peluang ๐ ๐ฅ = ๐ −๐ ๐๐ฅ /๐ฅ! memiliki sifat khas bahwa nilai variansi sama dengan nilai mean (persamaan 2.6 dan 2.7). Akan tetapi ketika nilai variansi sampel (๐ 2 ) lebih besar dari rata-rata sampelnya (๐ฅ) maka akan mengakibatkan overdispersi relatif pada distribusi Poisson dan ketidaktepatan distribusi sebagai model. Salah satu metode dalam mengatasi pengamatan overdispersi yaitu dengan mengunakan Mixture Model (model campuran)[5]. 9 Mixture Models dirancang untuk mengakomodasi heterogenitas yang tidak teramati (unobserved) pada populasi, dimana populasi dimungkinkan terdiri dari kelompok-kelompok yang tidak teramati[5]. Sebagai contoh misalkan ๐ adalah distribusi banyaknya bungkus rokok yang dibeli oleh pelanggan di supermarket. Para pelanggan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, misalkan dibagi menjadi dua kelompok yaitu perokok pasif dan perokok aktif. Jika banyaknya bungkus rokok yang dibeli oleh masing-masing kelompok pelanggan berdistribusi Poisson, maka distribusi ๐ belum tentu berdistribusi Poisson dan memungkinkan terjadinya overdispersi relatif pada distribusi tersebut. Anggaplah masing-masing kelompok berdistibusi Poisson memiliki rata-rata ๐1 dengan peluang ๐ฟ1 dan ๐2 dengan peluang ๐ฟ2 = 1−๐ฟ1 , dimana dalam menentukan nilai rata-rata tersebut didasarkan pada beberapa mekanisme acak lain yang disebut “proses parameter”. Jika proses parameter dimana serangkaian variabel acaknya saling bebas (independent) dan banyaknya juga saling bebas maka proses tersebut disebut “mixture independen” (independent mixture)[5]. Secara umum, distribusi campuran yang saling bebas (independent mixture distribution) terdiri dari sejumlah bilangan/komponen yang berhingga (๐ komponen) dan distribusi pencampuran yang dipilih dari komponen tersebut. Misalkan ๐ฟ1 , … , ๐ฟ๐ adalah peluang pada masing-masing ๐ komponen dan misalkan ๐ 1 , … , ๐ ๐ adalah peluang fungsi densitas masing-masing komponen tersebut. Misalkan ๐ 10 menyatakan variabel acak yang memiliki disribusi campuran. Peluang fungsi densitas ๐ didefinisikan sebagai[5]: ๐ ๐ ๐ฅ = ๐ฟ๐ ๐๐ ๐ฅ (2.8) ๐=1 Sehingga, untuk kasus diskrit, peluang fungsi densitas ๐ adalah[5]: ๐ Pr ๐ = ๐ฅ = Pr ๐ = ๐ฅ ๐ถ = ๐ Pr ๐ถ = ๐ (2.9) ๐=1 Misalkan ๐๐ adalah komponen variabel acak dengan peluang fungsi densitas ๐ ๐ฅ . Nilai harapan distribusi campuran X didefinisikan sebagai[5]: ๐ E ๐ = ๐ Pr ๐ถ = ๐ E ๐ ๐ถ = ๐ = ๐=1 ๐ฟ๐ E ๐๐ (2.10) ๐=1 Secara umum, nilai harapan untuk distribusi campuran X dengan ๐ moment adalah[5]: ๐ ๐ฟ๐ E ๐๐ ๐ , ๐ ∈ โ E ๐๐ = (2.11) ๐=1 dimana nilai variansi campuran untuk kasus dua komponen adalah: Var ๐ = ๐ฟ1 Var ๐1 + ๐ฟ2 Var ๐2 + ๐ฟ1 ๐ฟ2 (E ๐1 − E ๐2 )2 (2.12) 2.4 Rantai Markov A. Pengantar Stokastik Proses stokastik didefinisikan sebagai proses menyusun dan mengindeks sekumpulan variabel acak { ๐ถ๐ก , ๐ก ≥ 0}, dengan indeks ๐ก berada pada sekumpulan 11 ๐[6]. Sehingga ๐ dinamakan ruang parameter atau ruang indeks ∀ ๐ก ∈ ๐, dengan ๐ก merupakan parameter bilangan bulat tak negatif yang merepresentasikan karakteristik terukur yang kita perhatikan pada waktu ๐ก. Himpunan variabel acak ๐ถ๐ก pada proses stokastik menggambarkan keadaaan (state) sistem pada waktu ๐ก. State merupakan posisi atau keadaan yang akan ditentukan klasifikasinya. Misalkan {๐ถ๐ก , ๐ก = 0,1,2, … , ๐} adalah barisan peubah acak dengan ruang keadaan himpunan bilangan berhingga (finite). Jika ๐ถ๐ก = ๐, ๐ ∈ โค+, maka kita katakan bahwa proses tersebut pada waktu ๐ก berada pada keadaan ๐. B. Definisi Proses Markov Pada tahun 1906, A.A. Markov seorang ahli matematika dari Rusia yang merupakan murid Chebysev mengemukakan teori ketergantungan variabel acak dari proses acak yang dikenal dengan proses Markov[7]. Proses Markov adalah proses stokastik yang mempunyai sifat bahwa jika nilai ๐ถ๐ก telah diketahui, maka ๐ถ๐ di mana ๐ > ๐ก tidak dipengaruhi oleh ๐ถ๐ข di mana ๐ข < ๐ก. Dengan kata lain, Proses Markov merupakan fenomena dimana kejadian masa datang hanya dipengaruhi oleh masa sekarang dan tidak dipengaruhi oleh masa lalu. C. Rantai Markov Diskrit Analisis rantai Markov (Markov Chain Analysis) merupakan suatu teknik peluang yang menganalisis pergerakan peluang dari suatu keadaan ke keadaan 12 lainnya. Proses stokastik {๐ถ๐ก โถ ๐ก ∈ โ} dikatakan sebuah rantai Markov dengan waktu diskrit jika untuk setiap ๐ก ∈ โ berlaku[5]: Pr ๐ถ๐ก+1 ๐ถ๐ก , ๐ถ๐ก−1 , … , ๐ถ1 ) = Pr ๐ถ๐ก+1 ๐ถ๐ก ) (2.13) Definisi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa untuk suatu rantai Markov, sebaran bersyarat dari sembarang keadaan yang akan datang {๐ถ๐ก+1 } dengan syarat keadaan pada masa lalu adalah {๐ถ๐ก−1 , … , ๐ถ1 } dan keadaan sekarang adalah {๐ถ๐ก }, adalah bebas terhadap semua keadaan yang lalu dan hanya bergantung dari keadaan sekarang (kita definisikan ๐ (๐ก) sebagai kejadian {๐ถ1 , ๐ถ2 , … , ๐ถ๐ก }). Persamaan (2.13) dapat ditulis sebagai berikut[5]: Pr ๐ถ๐ก+1 ๐ช(๐ก) ) = Pr ๐ถ๐ก+1 ๐ถ๐ก ) (2.14) Kuantitas terpenting yang terkait dengan rantai Markov adalah peluang bersyarat yang disebut dengan peluang transisi (transition probabilities) dimana pada kasus rantai Markov homogen persamaannya adalah sebagai berikut: ๐พ๐๐ = Pr ๐ถ๐+1 = ๐ ๐ถ๐ = ๐) (2.15) untuk semua ๐, ๐, ๐ = {1,2, … }. Nilai ๐พ๐๐ merupakan elemen dari ๐ช(1), yaitu elemen dari matriks peluang transisi satu langkah (one-step transition probabilities matrix). Kita definisikan ๐ช 1 = ๐ช. Nilai ๐พ๐๐ menyatakan peluang bahwa jika proses rantai Markov berada pada keadaan ๐, maka keadaan berikutnya ke keadaan ๐ setelah satu langkah dan memenuhi syarat-syarat berikut[6]: a. ๐พ๐๐ ≥ 0, untuk semua ๐, ๐ = {1, 2, 3, ..., ๐} b. ๐พ๐๐ = 1, untuk semua ๐ = {1, 2, 3, ..., ๐} 13 dimana ๐ menyatakan banyaknya keadaan pada rantai Markov dengan jumlah masing-masing baris pada matriks ๐ช sama dengan 1. 1 ๐พ11 ๐พ21 โฎ ๐พ๐1 2 ๐พ12 ๐พ22 โฎ ๐พ๐2 โฏ โฏ โฏ โฑ โฏ ๐ ๐พ1๐ ๐พ2๐ โฎ ๐พ๐๐ 1 2 ๐ช 1 = ๐ช = โฎ ๐ Gambar 2.1 Matriks Peluang Transisi Satu Langkah berukuran m × m Pada peluang transisi ๐ก langkah, yaitu peluang bahwa suatau proses yang mula-mula berada pada keadaan ๐ akan berpindah pada keadaan ๐ setelah ๐ก langkah didefinisikan sebagai[5]: ๐พ๐๐ (๐ก) = Pr ๐ถ๐ +๐ก = ๐ ๐ถ๐ = ๐) (2.16) untuk semua ๐, ๐, ๐ , ๐ก ∈ โ. Nilai ๐พ๐๐ (๐ก) merupakan elemen matriks ๐ช(๐ก) (t-step transition probabilities matrices). Berdasarkan persamaan Chapman Kolmogorov matriks peluang transisi ๐ก langkah dapat ditentukan dengan mengalikan matriks ๐ช sebanyak ๐ก kali dengan persamaan sebagai berikut[5]: ๐ช ๐ก + ๐ข = ๐ช ๐ก . ๐ช ๐ข , untuk semua ๐ก, ๐ข ∈ โ (2.17) Persamaan Chapman Kolmogorov mengimplikasikan bahwa ๐ช ๐ก = ๐ช 1 ๐ , untuk semua ๐ก ∈ โ Sejauh ini, semua peluang yang ditentukan merupakan peluang bersyarat. Misalnya ๐ช(๐ก) adalah peluang bahwa pada waktu ke ๐ก proses berada pada keadaan ๐ dengan syarat keadaan mula-mula adalah ๐. Pada sebaran tidak bersyarat rantai Markov, nilai peluang sebaranya ditentukan oleh sebaran peluang pada keadaan awal 14 (initial state). Peluang tidak bersyarat (unconditional probabilities) Pr(๐ถ๐ก = ๐) dari rantai Markov berada pada keadaan tertentu pada waktu ke ๐ก didefinisakan sebagai vektor baris sebagai berikut[5]: ๐ฎ ๐ก = ( Pr ๐ถ๐ก = 1 , … , Pr ๐ถ๐ก = ๐ ), ๐ก ∈ โ (2.18) dimana ๐ฎ 1 merupakan peluang pada keadaaan awal (initial distribution) rantai Markov. Sehingga, untuk mengetahui peluang keadaan pada waktu ๐ก + 1 diperoleh persamaan[5]: ๐ฎ ๐ก+1 =๐ฎ ๐ก ๐ช (2.19) Sebagai contoh, misalkan peluang besok akan terjadi hujan bergantung pada keadaan cuaca hari ini, serta tidak bergantung pada keadaan cuaca sebelumnya (sifat rantai Markov). Misalkan diberikan peluang transisi satu langkah rantai Markov dengan dua keadaan, dimana keadaan jika cuaca hujan = 1 dan jika cuaca cerah = 2 dengan peluang transisinya ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Peluang Keadaan Cuaca ๐ก+1 Hari ke ๐ก Hujan Cerah Hujan 0,9 0,6 Cerah 0,1 0,4 Tabel di atas menjelaskan bahwa peluang cuaca besok akan hujan sebesar 0,9 dengan syarat jika cuaca hari ini hujan dan sebesar 0,1 jika cuaca hari ini adalah cerah. Matriks peluang transisi ๐ช untuk memodelkan kondisi di atas adalah: ๐ช = 1 2 1 2 0,9 0,1 0,6 0,4 15 Jika cuaca hari ini (๐ก = 1) adalah cerah, maka peluang tidak bersyarat cuaca hari ini adalah (lihat Persamaan (2.18)): ๐ฎ 1 = Pr ๐ถ1 = 1 , Pr ๐ถ1 = 2 = (0 , 1) dan peluang cuaca untuk ๐ก = {2, 3, … }, yaitu peluang cuaca pada hari-hari berikutnya adalah (lihat Persamaan (2.19)): ๐ฎ 2 = Pr ๐ถ2 = 1 , Pr ๐ถ2 = 2 ๐ฎ 3 = Pr ๐ถ3 = 1 , Pr ๐ถ3 = 2 = ๐ฎ 1 . ๐ช = (0,6 , 0,4) = ๐ฎ 2 . ๐ช = (0,78 , 0,22), dan seterusnya. Jadi, peluang tidak bersyarat jika cuaca hari ini cerah maka peluang bahwa cuaca 2 hari yang akan datang akan turun hujan sebesar 0,78 dan cuaca akan cerah sebesar 0,22. Pada rantai Markov, setelah proses Markov berjalan dalam jangka yang panjang (๐ก → ∞), peluang yang dihasilkan akan bernilai tetap, dengan kata lain akan menuju stasioner. Hal ini berarti, proses Markov memiliki peluang yang konvergen ke suatu nilai yang sama, dimana proses tersebut tidak lagi bergantung pada keadaan awal (๐ 1 ). Rantai Markov dengan matriks peluang transisi ๐ช, dikatakan memiliki distribusi yang stasioner ๐น (vektor baris dengan elemen tak negatif) jika[5]: ๐ ๐ ๐ช = ๐ dan ๐ฟ๐ = 1 (2.20) ๐=1 Dalam contoh kasus cuaca sebelumnya, perhitungan ๐ yang stasioner pada rantai Markov dengan matriks peluang transisi keadaan cuaca ๐ช diperoleh dengan menggunakan Sistem Persamaan Linear (SPL) sebagai berikut: 16 ๐ฟ1 = 0,9๐ฟ1 + 0,6๐ฟ2 dan ๐ฟ1 + ๐ฟ2 = 1 sehingga diperoleh ๐ฟ1 = 6 7 dan ๐ฟ2 = 1 7 atau dapat ditulis ๐ = jangka panjang, peluang cuaca cerah akan konvergen ke 1 7 1 7 (6 , 1). Artinya, dalam dan peluang cuaca hujan 6 konvergen ke . 7 2.5 Poisson Hidden Markov Models (PHMMs) Poisson Hidden Markov Models (PHMMs) merupakan perluasan dari HMMs (Hidden Markov Models), dimana setiap observasinya dihasilkan oleh salah satu dari ๐ keadaan tersembunyi (hidden state) yang berdistribusi Poisson. Dalam memahami PHMMs, berikut dijelaskan mengenai dasar teori Hidden Markov Model (HMM), distribusi marginal dan moment HMM, serta likelihood HMM. 1. Hidden Markov Model (HMM) Hidden Markov Model merupakan sebuah proses stokastik yang terdiri dari dua bagian. Bagaian pertama adalah bagian yang tidak teramati (unobserved) {๐ถ๐ก , ๐ก ∈ โ} yang memenuhi sifat Markov, yang disebut juga sebagai “proses parameter” (parameter process). Bagian kedua adalah bagian yang teramati/terobservasi {๐๐ก , ๐ก ∈ โ}, yang disebut juga sebagai “proses keadaan bergantung” (state-dependent process) dimana distribusi ๐๐ก hanya bergantung pada kondisi saat ๐ถ๐ก dan bukan bergantung pada keadaan terobservasi sebelumnya ๐๐ก−1 . Representasi HMMs ditunjukkan pada Gambar 2.7[5]. 17 Gambar 2.2 Graf Dasar HMM Hidden Markov Model {๐๐ก , ๐ก ∈ โ} merupakan distribusi campuran yang bergantung, dengan ๐ (๐ก) dan ๐ (๐ก) mewakili kejadian masa lalu dari waktu 1 hingga waktu ๐ก, yang disimpulkan model sederhana tersebut dengan persamaan[5]: Pr ๐ถ๐ก ๐ (๐ก−1) ) = Pr ๐ถ๐ก ๐ถ๐ก−1 ), ๐ก = 2, 3, … (2.21) Pr ๐๐ก ๐ (๐ก−1) , ๐ (๐ก) ) = Pr ๐๐ก ๐ถ๐ก ), ๐ก ∈ โ (2.22) Jika rantai Markov {๐ถ๐ก } mempunyai ๐ keadaaan tersembunyi, kita katakan {๐๐ก } adalah HMM dengan ๐ keadaaan. Pada kasus pengamatan diskrit, jika rantai Markov pada waktu ๐ก berada pada keadaan ๐ maka fungsi masa peluang (pmf) ๐๐ก didefinisikan sebagai[5]: ๐๐ ๐ฅ = Pr ๐๐ก = ๐ฅ ๐ถ๐ก = ๐), ๐ = 1, 2, … , ๐ (2.23) Distribusi ๐๐ dengan ๐ keadaan tersembunyi dapat dikatakan sebagai distribusi keadaan bergantung (state-dependent distributions). 2. Distribusi Marginal dan Moment HMM Didefinisikan ๐ข๐ ๐ก = Pr(๐ถ๐ก = ๐) untuk ๐ก = 1, … , ๐. Distribusi univariat observasi ๐๐ก untuk nilai diskrit sebagai berikut[5]: 18 ๐ Pr ๐๐ก = ๐ฅ = Pr(๐ถ๐ก = ๐)โกPr ๐๐ก = ๐ฅ ๐ถ๐ก = ๐) ๐=1 ๐ = ๐ข๐ ๐ก ๐๐ ๐ฅ (2.24) ๐=1 Persamaan (2.21) dapat ditulis kedalam bentuk matriks sebagai berikut: Pr ๐๐ก = ๐ฅ = ๐ข1 ๐ก , … , ๐ข๐ ๐ก ๐1 ๐ฅ โฎ 0 โฑ 0 โฎ ๐๐ ๐ฅ 1 โฎ 1 = ๐ฎ ๐ก ๐ ๐ฅ ๐′ dimana ๐ ๐ฅ didefinisikan sebagai matrik diagonal utama dengan elemen diagonal utama ke ๐ adalah ๐๐ ๐ฅ . Berdasarkan Persamaan (2.19) bahwa ๐ฎ ๐ก = ๐ฎ 1 ๐ช ๐ก−1 diperoleh: Pr ๐๐ก = ๐ฅ = ๐ข 1 ๐ช ๐ก−1 ๐ ๐ฅ ๐′ (2.25) Persamaan (2.25) berlaku jika rantai Markov adalah homogen dan tidak harus stasioner. Jika kita asumsikan rantai Markov stasioner dengan distribusi stasioner ๐ , dimana ๐ ๐ช ๐ก−1 = ๐น maka[5]: Pr ๐๐ก = ๐ฅ = ๐ ๐ ๐ฅ ๐′ (2.26) Pada kasus distribusi bivariat, dimana terdapat empat variabel acak ๐๐ก , ๐๐ก+๐ , ๐ถ๐ก , ๐ถ๐ก+๐ dengan ๐ ∈ +โค, distribusi marginalnya adalah[5]: Pr ๐๐ก = ๐ฃ, ๐๐ก+๐ = ๐ค ๐ ๐ = Pr ๐๐ก = ๐ฃ, ๐๐ก+๐ = ๐ค, ๐ถ๐ก = ๐, ๐ถ๐ก+๐ = ๐ โกโก ๐=1 ๐ =1 19 ๐ ๐ = Prโก (๐ถ๐ก = ๐) ๐๐ ๐ฃ Pr(๐ถ๐ก+๐ = ๐|๐ถ๐ก = ๐) ๐๐ (๐ค)โกโก ๐=1 ๐ =1 ๐ ๐ = ๐ข๐ ๐ก ๐๐ ๐ฃ ๐พ๐๐ (๐) ๐๐ (๐ค)โก (2.27)โก ๐=1 ๐ =1 Persamaan (2.27) dapat ditulis kedalam bentuk matriks sebagai berikut: Pr ๐๐ก = ๐ฃ, ๐๐ก+๐ = ๐ค = ๐ฎ ๐ก ๐ ๐ฃ ๐ช ๐ ๐ ๐ค ๐′ (2.28) Jika rantai Markov stasioner maka: Pr ๐๐ก = ๐ฃ, ๐๐ก+๐ = ๐ค = ๐ ๐ ๐ฃ ๐ช ๐ ๐ ๐ค ๐′ (2.29) Pada kasus stasioner, nilai harapan keadaan bergantung (state-dependent) E ๐(๐๐ก ) dan E ๐(๐๐ก , ๐๐ก+๐ ) untuk setiap fungsi ๐ adalah sebagai berikut: ๐ E ๐(๐๐ก ) = ๐ฟ๐ E ๐(๐๐ก ) ๐ถ๐ก = ๐ (2.30) ๐=1 dan ๐ E ๐(๐๐ก , ๐๐ก+๐ ) = E ๐(๐๐ก , ๐๐ก+๐ |๐ถ๐ก = ๐, ๐ถ๐ก+๐ = ๐) ๐ฟ๐ ๐พ๐๐ (๐) ๐,๐ =1 ๐ = E ๐1 ๐๐ก ๐ถ๐ก = ๐ E ๐2 (๐๐ก+๐ )|๐ถ๐ก+๐ = ๐ ๐ฟ๐ ๐พ๐๐ ๐ (2.31) ๐,๐ =1 dimana ๐ ๐๐ก , ๐๐ก+๐ = ๐1 (๐๐ก )๐2 (๐๐ก+๐ ) dan ๐พ๐๐ ๐ = (๐ช ๐ )๐๐ , untuk setiap ๐ ∈ โ. Persamaan (2.30) dan Persamaan (2.31) berguna untuk mendapatkan nilai kovarian dan korelasi pada HMMs. Sebagai contoh, misalkan jika terdapat dua keadaan HMM dimana rantai Markov berdistribusi Poisson dan stasioner maka: 20 E ๐๐ก = ๐ฟ1 ๐1 + ๐ฟ2 ๐2 ; Var ๐๐ก = E ๐๐ก + ๐ฟ1 ๐ฟ2 ๐2 − ๐1 2 ≥ E ๐๐ก ; Cov ๐๐ก , ๐๐ก+๐ = ๐ฟ1 ๐ฟ2 ๐2 − ๐1 2 (1 − ๐พ12 − ๐พ21 )๐ , untuk setiap ๐ ∈ โ. 3. Likelihood HMMs Misalkan diketahui barisan observasi ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , … , ๐ฅ๐ yang dihasilkan oleh model. Peluang likelihood ๐ฟ๐ pada barisan obsevasi tersebut dimana diberikan ๐ keadaaan HMM yang memiliki distrbusi inisial/awal ๐ dan matriks peluang transisi ๐ช pada rantai Markov, dan peluang keadaan bergantung (state-dependent probability) ๐๐ yang merupakan elemen dari matriks ๐ ๐ฅ sebagai berikut[5]: ๐ฟ๐ = Pr ๐ ๐ป =๐ฑ ๐ป = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ช๐ ๐ฅ2 ๐ช๐ ๐ฅ3 … ๐ช๐(๐ฅ๐ )๐′ (2.32) Jika ๐ , yaitu distribusi ๐ถ1 adalah distribusi stasioner pada rantai Markov, maka: ๐ฟ๐ = Pr ๐ ๐ป =๐ฑ ๐ป = ๐ ๐ช๐ ๐ฅ1 ๐ช๐ ๐ฅ2 ๐ช๐ ๐ฅ3 … ๐ช๐(๐ฅ๐ )๐′ Misalkan kita definisikan vektor ๐ถ๐ก , untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ (lihat Persamaan (2.32)) dengan ๐ก ๐ถ๐ก = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ช๐ ๐ฅ2 … ๐ช๐ ๐ฅ๐ก = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ช๐(๐ฅ๐ ) ๐ =2 Sehingga kita peroleh: ๐ถ1 = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ถ๐ก = ๐ถ๐ก−1 ๐ช๐ ๐ฅ๐ก untuk ๐ก = 2, 3, … , ๐ ๐ฟ๐ = ๐ถ ๐ ๐′ 21 dengan ๐ถ0 = ๐ untuk kasus rantai Markov stasioner. Elemen dari ๐ถ๐ก biasanya dikenal dengan peluang forward dimana akan dijelaskan pada sub bab berikutnya[5]. 2.6 Penskalaan Komputasi Likelihood (Scaling the Likelihood Computation) Pada kasus distribusi state-dependent diskrit, hasil peluang elemen ๐ถ๐ก akan semakin kecil nilainya saat ๐ก meningkat, dan pada akhirnya dibulatkan menjadi 0, atau biasa disebut underflow. Salah satu cara dalam mengatasi masalah underflow digunakan penskalaan likelihood, yaitu menghitung nilai log dari likelihood, atau bisa disebut dengan penskalaan vektor peluang forward ๐ถ๐ก . Didefinisikan sebuah vektor, untuk ๐ก = 0,1, … , ๐ adalah[5]: ๐๐ก = ๐ถ๐ก /๐ค๐ก dimana ๐ค๐ก = ๐ ๐ผ๐ก (๐) = ๐ถ๐ก ๐′. Pertama kita perhatikan akibat langsung dari definisi ๐๐ก dan ๐ค๐ก : ๐ค0 = ๐ถ0 ๐′ = ๐ ๐′ = 1; ๐๐ก = ๐ ; ๐ค๐ก ๐๐ก = ๐ค๐ก−1 ๐๐ก−1 ๐๐ก ; (2.33) ๐ฟ ๐ = ๐ถ ๐ ๐ ′ = ๐ค๐ ๐ ๐ ๐ ′ = ๐ค๐ dimana kita definisikan ๐๐ก adalah sebuah matriks dengan ๐๐ก = ๐ช๐ ๐ฅ๐ก . Karena ๐ฟ ๐ = ๐ค๐ = ๐ ๐ก=1(๐ค๐ก /๐ค๐ก−1 ), berdasarkan Persamaan (2.33) diperoleh: ๐ค๐ก = ๐ค๐ก−1 (๐๐ก−1 ๐๐ก ๐′) dan sehingga 22 ๐ log ๐ฟ๐ = ๐ก=1 ๐ค๐ก log = ๐ค๐ก−1 ๐ log ๐๐ก−1 ๐๐ก ๐′ 2.34 ๐ก=1 2.7 Estimasi Algoritma EM (Expectation Maximisation Algorithm) pada HMM Salah satu metode umum yang digunakan untuk mengestimasi parameterparameter pada HMMs adalah dengan menggunakan metode Algoritma EM (Estimation Maximization Algorithm). Dalam konteks HMMs, algoritma EM dikenal sebagai algoritma Baum-Welch, dimana rantai Markov pada HMM adalah homogen dan tidak diharuskan stasioner. Parameter HMM yang diestimasi dengan Algoritma EM adalah distribusi keadaan bergantung ๐๐ , matriks peluang transisi ๐ช, dan distribusi inisial ๐ . Dalam penerapannya, Algoritma EM membutuhkan perangakat yaitu peluang forward dan peluang backward, dimana kedua peluang tersebut dapat digunakan untuk prediksi state[5]. 1. Peluang Forward Peluang forward ๐ถ๐ก untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ didefinisikan sebagai vektor baris[5]: ๐ก ๐ถ๐ก = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ช๐ ๐ฅ2 … ๐ช๐ ๐ฅ๐ก = ๐ ๐ ๐ฅ1 ๐ช๐(๐ฅ๐ ) (2.35) ๐ =2 dengan ๐น adalah distribusi inisial rantai Markov. Berdasarkan definisi peluang forward di atas, untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ −1, dapat ditulis ๐ถ๐ก+1 = ๐ถ๐ก ๐ช๐ ๐ฅ๐ก+1 , atau dalam bentuk skalar: ๐ ๐ผ๐ก+1 ๐ = ๐ผ๐ก ๐ ๐พ๐๐ ๐๐ ๐ฅ๐ก+1 , ๐=1 23 Artinya, ๐ผ๐ก ๐ dimana ๐ adalah komponen ๐ถ๐ adalah peluang bersama Pr(๐1 = ๐ฅ1 , ๐2 = ๐ฅ2 , … , ๐๐ก = ๐ฅ๐ก , ๐ถ๐ก = ๐) Dalil Peluang Forward[5]: Untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ dan ๐ = 1, 2, … , ๐, ๐ผ๐ก ๐ = Pr ๐ ๐ก = ๐ฑ ๐ก , ๐ถ๐ก = ๐ 2. Peluang Backward Peluang backward ๐ท๐ก untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ didefinisikan sebagai vektor baris[5]: ๐ก ๐ท′๐ก = ๐ช๐ ๐ฅ๐ก+1 ๐ช๐ ๐ฅ๐ก+2 … ๐ช๐ ๐ฅ๐ ๐′ = ๐ช๐ ๐ฅ๐ ๐′ (2.36) ๐ =๐ก+1 dimana untuk ๐ก = ๐, ๐ท ๐ = 1. Berdasarkan definisi peluang backward di atas, untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ −1, dapat ditulis ๐ท′๐ก = ๐ช๐ ๐ฅ๐ก+1 ๐ท′๐ก+1 . Dalil Peluang Backward[5]: Untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ − 1 dan ๐ = 1, 2, … , ๐, ๐ฝ๐ก ๐ = Pr ๐๐ก+1 = ๐ฅ๐ก+1 , ๐๐ก+2 = ๐ฅ๐ก+2 , … , ๐๐ = ๐ฅ๐ , ๐ถ๐ก = ๐ , dengan ketentuan bahwa Pr ๐ถ๐ก = ๐ > 0. Dalam notasi lebih sederhana dapat ditulis: ๐ ๐ฝ๐ก ๐ = Pr ๐ ๐๐ก+1 = ๐ฑ ๐ก+1 ๐ถ๐ก = ๐ , dimana ๐ ๐๐ merupakan vektor (๐๐ , ๐๐+1 , … , ๐๐ ). Dalil di atas mengidentifikasi ๐ฝ๐ก (๐) sebagai peluang bersyarat, yaitu peluang obeservasi ๐ฅ๐ก+1 , … , ๐ฅ๐ dimana diberikan rantai Markov berada pada keadaan ๐ pada waktu ๐ก. 24 3. Peluang Forward dan Peluang Backward Gabungan antara peluang forward dan peluang backward ๐ผ๐ก dan ๐ฝ๐ก dapat diterapkan untuk menghitung peluang Pr ๐ ๐ =๐ฑ ๐ , ๐ถ๐ก = ๐ , dimana gabungan peluang tersebut dibutuhkan dalam pengaplikasian algoritma EM pada HMMs. Dalil Peluang Forward dan Peluang Backward[5]: Untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐ dan ๐ = 1, 2, … , ๐, ๐ผ๐ก ๐ ๐ฝ๐ก ๐ = Pr ๐ dan akibatnya ๐ถ๐ ๐ท′๐ = Pr ๐ ๐ =๐ฑ ๐ ๐ =๐ฑ ๐ , ๐ถ๐ก = ๐ , = ๐ฟ๐ , untuk setiap ๐ก. Dan dalam pengaplikasian algoritma EM pada HMMs juga dibutuhkan dua sifat berikut[5]: Dalil Peluang Forward dan Peluang Backward[5]: Petama, untuk ๐ก = 1, 2, … , ๐, Pr ๐ถ๐ก = ๐ ๐ ๐ =๐ฑ ๐ = ๐ผ๐ก ๐ ๐ฝ๐ก ๐ / ๐ฟ๐ ; (2.37) dan yang kedua, untuk ๐ก = 2, … , ๐ Pr ๐ถ๐ก−1 = ๐, ๐ถ๐ก = ๐ ๐ ๐ =๐ฑ ๐ = ๐ผ๐ก−1 ๐ ๐พ๐๐ ๐๐ ๐ฅ๐ก ๐ฝ๐ก ๐ / ๐ฟ๐ (2.38) Pada HMM, yaitu dimana barisan keadaan rantai Markov tidak teramati, dimungkinkan terdapat data hilang (missing value) pada barisan tersebut, yang berakibat data tidak lengkap (incomplete data). Algoritma EM merupakan sebuah metode iteratif yang juga berfungsi untuk menghitung estimasi maksimum likelihood (maximum likelihood estimation) untuk data tidak lengkap, sehingga diperoleh data 25 lengkap log-likelihood[5]. Dalam setiap iterasi Algoritma EM terdapat 2 tahap, yaitu tahap Ekspektasi atau tahap E (E-step) dan tahap Maksimisasi atau tahap M (M-step). Pada kasus HMM, barisan keadaan ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ rantai Markov dengan variabel acak nol-satu didefinisikan sebagai[5]: ๐ข๐ ๐ก = 1 jika dan hanya jika ๐๐ก = ๐, (๐ก = 1, 2, … , ๐) dan ๐ฃ๐๐ ๐ก = 1 jika dan hanya jika ๐๐ก−1 = ๐ dan ๐๐ก = ๐ (๐ก = 2, 3, … , ๐). Data lengkap log-likelihood (CDLL) HMM, yaitu dimana terdapat barisan observasi ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , … , ๐ฅ๐ serta data hilang ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ , adalah[5]: log Prโก (๐ ๐ป ,๐ ๐ป ) ๐ ๐ ๐ ๐ข๐ 1 log ๐ฟ๐ + = ๐ =1 ๐ ๐ ๐ฃ๐๐ ๐ก ๐ =1 ๐=1 ๐ log ๐พ๐๐ + ๐ก=2 ๐ข๐ ๐ก log ๐๐ ๐ฅ๐ก (2.39) ๐ =1 ๐ก=1 = Bentuk 1 + Bentuk 2 + Bentuk 3 dimana ๐น adalah distribusi inisial rantai Markov (distribusi ๐ถ1 ) yang tidak diharuskan stasioner. Proses atau 2 tahapan Algoritma EM pada HMM adalah sebagai berikut: 1. Tahap E (E-step) Mengganti semua nilai ๐ฃ๐๐ dan ๐ข๐ ๐ก diberikan observasi ๐ฑ ๐ dengan ekpektasi bersyaratnya jika [5]: ๐ข๐ ๐ก = Pr ๐ถ๐ก = ๐| ๐ฑ ๐ = ๐ผ๐ก ๐ ๐ฝ๐ก ๐ /๐ฟ๐ ; (2.40) dan ๐ฃ๐๐ ๐ก = Pr ๐ถ๐ก−1 = ๐, ๐ถ๐ก = ๐| ๐ฑ ๐ = ๐ผ๐ก−1 ๐ ๐พ๐๐ ๐๐ ๐ฅ๐ก ๐ฝ๐ก ๐ /๐ฟ๐ . (2.41) 26 Sebagai catatan bahwa dalam perhitungan pada E-step, diperlukan peluang forward dan peluang backward pada HMM (Persamaan (2.37) dan Persamaan (2.38), dimana untuk peluang forward tidak mengasumsikan rantai Markov{๐ถ๐ก } stasioner. Akan tetapi pada peluang backward tidak terpengaruh dengan stasioneritas rantai Markov{๐ถ๐ก }[5]. 2. Tahap M (M-step) Setelah mengganti nilai ๐ฃ๐๐ dan ๐ข๐ ๐ก dengan ๐ข๐ ๐ก dan ๐ฃ๐๐ ๐ก , langkah berikutnya adalah memaksimalkan CDLL (Persamaan (2.39)), yang berkenaan dengan tiga set parameter, yaitu distribusi inisial ๐น, matriks peluang transisi ๐ช, dan parameter distribusi state-dependen (dalam kasus Poisson-HMM adalah ๐1 , ๐2 , … , ๐3 )[5]. Kedua langkah algoritma EM di atas diulang hingga mencapai kekonvergenan pada masing-masing parameter. 2.8 Pemilihan Model berdasarkan AIC (Akaike Information Criterion) Akaike Information Criterion (AIC) diperkenalkan pertama kali oleh Akaike (1974) untuk mengidentifikasikan model dari suatu dataset. Metode ini merupakan salah satu dari metode yang menerapkan pendekatan Maximum Likelihood[9]. Persamaan AIC dalam melakukan pemilihan model adalah sebagai berikut[5]: ๐๐๐ = −2 log ๐ฟ + 2๐, (2.42) dimana log ๐ฟ adalah log-likelihood pada model dan ๐ adalah banyaknya parameter bebas pada model. Misalakan, jika model diberikan 2 keadaan tersembunyi ๐ = 2, 27 maka model tersebut memiliki parameter bebas sebanyak ๐ = ๐2 + ๐ − 1 = 5. Hal tersebut dikarenakan parameter ๐ช memiliki parameter bebas sebanyak ๐2 , parameter ๐ sebanyak ๐ − 1, dan parameter ๐ sebanyak ๐ parameter bebas. 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data gempa bumi Wilayah II dari mulai tanggal 4 Maret 2008 hingga 17 Desember 2013. Data yang diambil berbentuk data sekunder yang diambil dari Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat dengan cakupan wilayah dari Propinsi Sumatra Barat (Sumbar) hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari data tersebut menjelaskan waktu, sistem koordinat, kedalaman serta besarnya kekuatan pada gempa bumi yang terjadi. Berikut adalah data gempa bumi wilayah dari Propinsi Sumatra Barat hingga Propinsi Nusa Tenggara Timur: Tabel 3.1 Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008-2013 Tanggal/Bulan/Tahun Jam Menit Detik Lintang Bujur Kedalaman (Km) Magnitudo (SR) 04/03/2008 09 45 41,0 -3,26 102,06 10,00 4,2 16/03/2008 23 05 28,0 -2,95 100,80 57,00 5,4 19/03/2008 11 18 21,0 -3,09 102,15 25,00 4,4 20/03/2008 08 26 53,9 -8,33 104,25 33,00 4,4 .... .... .... .... .... .... .... .... 13/12/2013 05 29 41 -6,74 102,66 30,18 4,9 13/12/2013 15 22 12 -6,82 102,59 33,05 4,3 16/12/2013 09 03 11 -6,80 102,58 34,31 5,0 29 3.2 Tahap Persiapan Data Berdasarkan tujuan penelitian ini, yaitu mencari model estimasi banyaknya gempa bumi terbaik menggunakan metode estimasi algoritma EM (Estimation Maximization algorithm) pada PHMM (Poisson Hidden Markov Models), maka data yang perlu dipersiapkan adalah data banyaknya gempa bumi. Peneliti menyaring data pada Tabel 3.1 berdasarkan kriteria kekuatan gempa bumi, yaitu gempa bumi dengan magnitudo ≥5 Skala Richter yang terjadi kedalaman gempa bumi dangkal yaitu ≤60 Km dari permukaan terjadinya gempa bumi tersebut[12]. Data hasil penyaringan, selanjutnya dihitung banyaknya gempa bumi yang terjadi dalam kurun waktu atau periode tertentu dengan kriteria yang sudah dijelaskan di atas. Dari proses pengambilan data banyaknya gempa bumi di atas, data memiliki karakteristik distribusi Poisson. Sehingga, langkah berikutnya adalah melakukan pengecekan overdispersi data terhadap distribusi Poisson, yaitu dengan membandingkan nilai rata-rata dan variansi dari data banyaknya gempa bumi. Jika nilai variansi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-ratanya, maka data terjadi overdispersi terhadap distribusi Poisson. 3.3 Tahap Pemodelan A. Penentuan Parameter Input Penentuan Parameter Input merupakan tahapan dalam mencari nilai parameter awal untuk masing-masing model, yaitu mencari parameter rata-rata banyaknya gempa bumi ๐๐ = ๐1 , … , ๐๐ dimana untuk setiap ๐๐ memliki kriteria 30 distribusi Poisson dengan peluang awal kejadiannya ๐ dan matriks peluang transisi ๐ช. Sebagai contoh, misalkan diketahui barisan variabel acak banyaknya peristiwa gempa bumi {๐๐ก , ๐ก = 1, … , 50 } hasil dari suatu observasi dengan periode tertentu, dimana ๐๐ก memiliki karakteristik distribusi Poisson sebagai berikut: ๐๐ก = {7,7,12,8,7,7,4,6,8,8,7,8,7,4,1,3,8,9,10,11,10,2,6,12,10,16,7,1, 5,6,4,11,12,7,15,10,10,2,5,5,10,13,16,11,5,6,7,14,11,14} Karena s 2 ≈ 14,01 > ๐ฅ ≈ 8,1 maka terjadi overdispersi terhadap distribusi Poisson. Sehingga, diduga terdapat pengelompokan data yang tidak teramati (unobseved) pada variabel observasi, misalkan pada periode tertentu, rata-rata banyaknya peristiwa gempa bumi terjadi dengan intensitas tinggi dan sedikit. Misalkan diberikan 2 kelompok keadaan tersembunyi (๐ = 2) dengan kelompok tersembunyi 1 panjang interval kelas banyaknya gempa bumi dari 1 sampai 6 dan interval kelas sisanya masuk dikelompok tersembunyi 2. Berdasarkan pembagian kelompok di atas diperoleh tiga parameter sebagai berikut: 1. ๐1 = (4+6+4+1+3+2+6+1+5+6+4+2+5+5+5+6)/16 = 4,0625 ๐2 = (7+7+12+8+7+7+8+8+7+8+7+8+9+10+11+10+12+10+16+7+11+ 12+7+15+10+10+10+13+16+11+7+14+11+14)/34 = 10 2. ๐ฟ1 = ๐ฟ2 = 16 50 34 50 = 0,32 = 0,68 31 3. ๐ช = ๐1 ๐2 ๐1 ๐2 9/15 6/33 6/15 27/33 ๐1 = ๐1 ๐2 ๐2 0,6 0,4 0,18 0,82 Dari hasil perhitungan di atas, dipeoleh nilai rata-rata kejadian gempa bumi pada kelompok 1 sebesar 4,0625 dan pada kelompok 2 sebesar 10 kejadian, atau dapat dinotasikan dalam bentuk vektor baris ๐ = (4,0625 , 10), dengan peluang inisial/awal kejadiannya ๐ =(0,32 , 0,68) dan mariks peluang transisi kelompok keadaan tersembunyi ๐ช. Berlaku juga untuk model dengan ๐ = {3,4,5} dalam mendapatkan ketiga parameter tersebut. Ketiga perameter, yaitu ๐, ๐ , dan ๐ช pada masing-masing model kemudian dimasukkan kedalam software R versi 2.12.0 sebagai parameter input untuk mendapatkan model estimasi parameter tersebut. B. Estimasi Parameter PHMMs dengan Algoritma EM Salah satu metode umum yang digunakan dalam mengestimasi HMMs adalah dengan menggunakan metode Algoritma EM (Estimation Maximization algorithm). Perangakat yang diperlukan sebelum menerapkan Algoritma EM adalah menghitung nilai peluang forward dan peluang backward yang ditunjukkan pada Persamaan (2.35) dan Persamaan (2.36). Masing-masing hasil dari peluang forward dan peluang backward tersebut kemudian dilakukan penskalaan likelihood (Scaling the Likelihood Computation) untuk mengatasi 32 kasus underflow yang ditunjukkan pada Persamaan (2.34). Berikut adalah algoritma dalam penerapan penskalaan likelihood pada Persamaan (2.34): set ๐0 ← ๐ dan ๐ ← 0 untuk ๐ก = 1, 2, ... , ๐ ๐ฏ ← ๐๐ก−1 ๐ช๐ ๐ฅ๐ก ๐ข ← ๐ฏ๐′ ๐ ← ๐ + log ๐ข ๐๐ก = ๐ฏ/๐ข return l Sebagai catatan bahwa ๐ช dan ๐ ๐ฅ๐ก adalah matriks berukuran ๐ × ๐, ๐ฏ dan ๐ข adalah vektor dengan panjang ๐, dan ๐ adalah skalar log-likelihood yang diakumulasikan. Algoritma EM terdiri dari dua langkah yaitu Tahap E (E step) dan Tahap M (M step). Tahap E merupakan langkah dalam menghitung ekspektasi bersyarat dari data yang hilang (missing data) berdasarkan Persamaan (2.40) dan Persamaan (2.41). Hasil dari E step kemudian mengganti data pengamatan yang hilang sehingga diperoleh data lengkap log-likelihood (complete data log-likelihood). Dari data lengkap log-likelihood kemudian dimaksimalkan pada Tahap M untuk masing-masing bentuk (lihat Persamaan (2.39)). Berikut adalah solusi dalam penerapan pada Tahap M: ๏ Bentuk 1 Set → ๐ฟ๐ = ๐ข๐ 1 / ๐ ๐ =1 ๐ข๐ 1 = ๐ข๐ 1 ๏ Bentuk 2 Set → ๐พ๐๐ = ๐๐๐ / ๐ ๐=1 ๐๐๐ , dimana ๐๐๐ = ๐ ๐ก=2 ๐ฃ๐๐ ๐ก . 33 ๏ Bentuk 3 untuk Poisson-HMM, ๐๐ ๐ฅ = ๐ −λ ๐ . λ๐ ๐ฅ /๐ฅ! Set → 0 = ๐ข๐ ๐ก (−1 + ๐ฅ๐ก /λ๐ ); ๐ก sehingga: ๐ Set → λ๐ = ๐ ๐ข๐ ๐ก ๐ฅ๐ก ๐ก=1 ๐ข๐ ๐ก . ๐ก=1 3.4 Pemilihan Model Terbaik Kriteria dalam pemilihan model estimasi terbaik pada penelitian ini adalah berdasarkan nilai AIC (Akaike Information Criterion). Kriteria AIC didefinisikan pada Persamaan (2.42), yaitu: AIC = −2 ๐๐๐ ๐ฟ + 2๐, dimana ๐๐๐ ๐ฟ adalah nilai log-likelihood masing-masing model dan ๐ adalah jumlah parameter pada model tersebut. Pada penelitian ini akan dicari 3 model estimasi dengan menggunakan metode Algoritma EM, yaitu model dengan keadaan tersembunyi ๐ = (2, 3, 4). Model estimasi terbaik berdasarkan kriteria AIC adalah model yang memiliki nilai AIC terkecil. 34 3.5 Alur Penelitian Mulai Data Tahap Persiapan Data Penyaringan Data Pengecekan Overdispersi Tahap Pemodelan Penentuan input Parameter PHMMs Menghitung Banyaknya Gempa Menghitung Peluang Forward dan Backward Penskalaan Likelihood Estimasi Parameter Algoritma EM Kesimpulan (Model Terbaik) Selesai Gambar 3.1 Alur Penelitian 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Data dalam penelitian ini adalah data gempa bumi di sepanjang Propinsi Sumatra Barat (Sumbar) sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dari tanggal 4 Maret 2008 hingga tahun 17 Desember 2013 yang kemudian disaring berdasarkan besarnya magnitudo yaitu ≥5 Skala Richter yang terjadi pada kedalaman gempa bumi dangkal yaitu ≤60 Km dari permukaan terjadinya gempa bumi tersebut[12]. Kriteria penyaringan data tersebut didasarkan pada besarnya resiko dan bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut, khususnya bagi masyarakat di sepanjang wilayah yang diamati. Berikut adalah data gempa bumi dari hasil penyaring berdasarkan magnitudo dan kedalaman yang telah ditentukan di atas: Tabel 4.1 Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 Tanggal/Bulan/Tahun Lintang Bujur Kedalaman (Km) Magnitudo (SR) 16/3/2008 -2,95 100,80 57 5,4 31/3/2008 -3,00 100,89 20 5,2 02/4/2008 -4,26 102,64 31 6,1 03/4/2008 -4,19 102,22 20 5,0 ... ... ... ... ... 28/11/2013 -0,26 98,562 51,39 5,1 10/12/2013 -57,27 101,99 11,62 5,3 16/12/2013 -6,799 102,57 34.31 5,0 36 dan berikut adalah sebaran data gempa bumi beserta peta sebarannya berdasarkan Tabel 4.1: Gambar 4.1 Sebaran Data Gempa Bumi dengan Magnitudo ≥5 SK pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 Gambar 4.2 Peta Sebaran Gempa Bumi dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa terjadinya peristiwa gempa bumi dengan magnitudo berskala richter besar, lebih sering diikuti dengan semakin rapatnya 37 frekuensi gempa bumi yang terjadi dalam periode yang berdekatan. Serta pada Gambar 4.2 terlihat bahwa, peristiwa gempa bumi pada wilayah yang diteliti paling sering terjadi di wilayah barat Pulau Sumatra dan begitu pula di bagian selatan Pulau Jawa. Hal ini disebabkan kedua wilayah tersebut dilewati oleh lempengan tektonik Samudera Hindia yang mengakibatkan berpotensi besar sering terjadinya gempa bumi. 4.2 Pengecekan Overdispersi Data Pengecekan overdispersi dilakukan pada data banyaknya gempa bumi dalam periode 15 hari. Cara yang dilakukan adalah menghitung banyaknya kejadian gempa bumi pada Tabel 4.1. dalam periode 15 hari, kemudian membandingakan nilai rata-rata dan variansi dari data tersebut. Jika nilai variansi banyaknya gempa bumi dalam periode 15 hari lebih besar dari pada nilai rataratanya maka terjadi overdispersi terhadap data tersebut. Diperoleh data banyaknya gempa bumi dalam periode 15 hari sebanyak 141 data, yang disajikan pada Tabel 4.2 dan untuk sebaran datanya ditunjukkan pada Gambar 4.2. Tabel 4.2 Banyaknya Peristiwa Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 15 Hari Ke1 2 3 Banyaknya Gempa ≥5 SK 3 2 1 ... ... 139 140 141 0 1 2 38 Gambar 4.3 Sebaran Banyaknya Peristiwa Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 Dari proses pengambilan data banyaknya gempa bumi pada Tabel 4.2, karakteristik pengambilan datanya mengikuti pengambilan data yang berdistribusi Poisson. Tahap selanjutnya adalah tahap pengecekan overdispersi data banyaknya gempa bumi terhadap distribusi Poisson. Berikut adalah statistik deskriptif berdasarkan data pada Tabel 4.2: Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Banyaknya Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 ๐ ๐ฅ s2 141 2,035461 4,148733 Maksimum Minimum 14 0 Dari Tabel 4.3 terilihat bahwa nilai s2 ≈ 4,15 > ๐ฅ ≈ 2,036. Sehingga, data banyaknya gempa bumi pada Tabel 4.2 terjadi overdispersi terhadap distribusi Poisson. Oleh karena itu, untuk analisis selanjutnya dapat digunakan PHMMs. 4.3 Pemodelan Banyaknya Gempa Bumi dengan PHMMs (Poisson Hidden Markov Models) Pada penelitian ini akan dicari model estimasi banyaknya gempa bumi terbaik dari tiga model. Tiga model tersebut adalah model dengan keadaan 39 tersembunyi, yaitu ๐ = (2,3,4). Penulis hanya memodelkan hingga keadaan tersembunyi ๐ = 4 dikarenakan data tidak memadai untuk keadaan tersembunyi ๐ ≥ 5. Metode yang digunakan adalah metode PHMMs (Poisson Hidden Markov Models) dengan estimasi Algoritma EM (Expectation Maximisation Algorithm). Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan beserta hasil pengolahannya untuk mendapatkan ketiga model estimasi banyaknya gempa bumi tersebut serta penentuan model yang terbaik. A. Penentuan Parameter Input Pada tahap ini adalah menghitung nilai ๐ = ๐1 , … , ๐๐ , yaitu parameter rata-rata banyaknya gempa bumi per-15 hari, dengan peluang awal kejadiannya ๐ = (๐ฟ1 , … , ๐ฟ๐ ) dan matriks peluang transisi keadaan tersembunyi ๐ช berukuran ๐ × ๐. Langkah awal dalam mencari parameter-parameter tersebut adalah membuat tabel distribusi frekuensi dari data banyaknya gempa bumi (Tabel 4.2), dengan jumlah kelas pada tabel distribusi frekuensi tersebut ditentukan oleh banyaknya keadaan tersembunyi yang diberikan. Pada peneliti ini, peneliti mengambil nilai range 0 sampai 11 banyaknya gempa bumi untuk pembagian interval masing-masing kelas secara seragam. Sebagai contoh model dengan ๐ =2, misalkan jika diberikan 2 keadaan tersembunyi dengan rata-rata banyaknya gempa bumi ๐ = ๐1 , ๐2 , maka terdapat 2 kelas dengan panjang interval masingmasing kelasnya: ๐= range banyaknya kelas = 12 2 =6 40 Berdasarkan nilai ๐ di atas, ruang sampel banyaknya gempa bumi yang ada pada keadaan tersembunyi 1 adalah {0,1,2,3,4,5} dan sisanya masuk pada keadaan tersembunyi 2. Langkah selanjutnya adalah memasukkan data pada Tabel 4.2 ke masing-masing kelompok keadaan tersembunyi berdasarkan ruang sampelnya, sehingga diperoleh nilai parameter ๐ = λ1 , λ2 . Parameter ๐ = (๐ฟ1 , ๐ฟ2 ), yaitu peluang awal pada keadaan tersembunyi 1 dan keadaan tersembunyi 2, diperoleh dengan menghitung jumlah frekuensi pada masing-masing kelompok keadaan tersembunyi dan kemudian frekuensi dari masing-masing kelompok tersebut dibagi dengan frekuensi keseluruhan keadaan tersembunyi. Hasil perhitungan parameter ๐ dan ๐ untuk kasus 2 keadaan tersembunyi disajikan pada Tabel 4.4 berikut: 1 1 1 1 1 2 3 - 2 - 1 - 4 - 2 - - 6 1 3 2 2 3 1 4 4 5 2 6 6 ...... KEADAAN TERSEMBUNYI ...... BANYAKNYA GEMPA ≥ 5 SK 139 0 140 1 141 2 ๐ ๐ ๐ 1 1 1 141 ...... BANYAKNYA GEMPA KEADAAN TERSEMBUNYI 2 15 HARI KE- ...... BANYAKNYA GEMPA KEADAAN TERSEMBUNYI 1 ...... Tabel 4.4 Hasil Perhitunggan Parameter ๐ dan Parameter ๐น pada 2 Keadaan Tersembunyi 0 - 1 - 2 - 133 1,699248 133/141 = 0,943262 8 7,625 133/8 = 0,056738 Berdasarkan Tabel 4.4, diperoleh nilai ๐ = (1,699248 , 7,625) dan nilai ๐ = (0,943262 , 0,056738). Artinya, dalam periode waktu 15 hari, keadaan 41 tersembunyi 1 memiliki nilai rata-rata banyaknya gempa sebesar 1,699248 kejadian dengan peluang awal kejadiannya sebesar 0,943262 dan 7,625 adalah rata-rata kejadian pada keadaan tersembunyi 2 dengan peluang awal sebesar 0,056738. Nilai parameter ๐ช, yaitu matriks peluang transisi keadaan tersembunyi, dimana elemen-elemen pada matriks tersebut diperoleh dengan cara menghitung frekuensi pada masing-masing kemungkinan perpindahan keadaan tersembunyi yang kemudian dibagi dengan jumlah total masing-masing baris keadaan tersembunyi. Pada kasus 2 keadaan tersembunyi, terdapat empat kemungkinan perpindahan keadaan tersembunyi yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Peluang pada 2 Keadaan Tersembunyi ๐๐ 1 2 1 2 125/132 7/8 7/132 1/8 sehingga diperoleh matriks peluang transisi pada 2 keadaan tersembunyi sebagai berikut: ๐ช = 1 2 1 0,94697 0,05303 2 0,875 0,125 Berdasarkan matriks peluang transisi di atas dapat diartikan, jika periode ini berada pada keadaan tersembunyi 1, maka peluang 15 hari yang akan datang berada pada keadaan tersembunyi 1 adalah 0,946970. Jika periode ini berada pada 42 keadaan tersembunyi 1, maka peluang 15 hari yang akan datang berada pada keadaan tersembunyi 2 adalah 0,05303 dan seterusnya. Proses perhitungan parameter ๐, ๐ , dan ๐ช, dimana diberikan keadaaan tersembunyi ๐ = 3 dan ๐ = 4 dilakukan dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel lengkap hasil dari proses perhitungan parameter ๐, ๐ , dan ๐ช dengan keadaaan tersembunyi ๐ = (2,3,4), serta Gambar 4.4 yang merupakan hasil dari pengelompokan masing-masing keadaan tersembunyi: Tabel 4.6 Parameter Input ๐, ๐น, dan ๐ pada masing-masing PHMM Model ๐ ๐ ๐ ๐=2 1 2 1,699248 7,625 ๐ =3 1 2 3 ๐ =4 1 2 3 4 ๐ช 1 2 3 4 0,943262 0,056738 0,94697 0,875 0,05303 0,125 - - 1,336207 4,73913 11,5 0,822695 0,163121 0,014184 0,826087 0,826087 0,5 0,156522 0,173913 0,5 0,017391 0 0 - 0,924731 3,5 0,659575 0,283688 0,68478 0,625 0,26087 0,325 0,03261 0,05 0,02174 0 6,333333 11,5 0,042553 0,014184 0,66667 0,5 0,33333 0 0 0,5 0 0 Gambar 4.4a Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 2 Keadaan Tersembunyi 43 Gambar 4.4b Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 3 Keadaan Tersembunyi Gambar 4.4c Hasil Pengelompokan Data Banyaknya Gempa Bumi pada 4 Keadaan Tersembunyi B. Penaksiran Parameter-parameter PHMMs dengan Algorima EM Pada bagian ini adalah menghitung nilai estimasi parameter ๐, ๐ dan ๐ช untuk masing-masing model dengan menggunakan algoritma EM (Expectation Maximisation Algorithm). Setelah diperoleh hasil estimasi parameter, langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai AIC (Akaike Information Criterion) dimana nilai AIC yang terkecil adalah model estimasi banyaknya gempa bumi terbaik. Perhitungan estimasi algorima EM dikerjakan dengan menggunakan software R versi 2.12.0 dengan nilai toleransi sebesar 1๐ − 06. Berikut adalah hasil output estimasi parameter dengan Algoritma EM pada masing-masing keadaan tersembunyi: 44 Tabel 4.7 Parameter Estimasi Algoritma EM pada masing-masing PHMM Model ๐ −๐ AIC ๐=2 5 268,7069 547,4138 ๐=3 11 ๐=4 19 257,7146 255,53 537,4292 549,060 ๐ ๐ ๐ 1 1,611815 2 ๐ช 1 2 3 4 1 0,905652 0,094348 - - 5,597163 0 0,786729 0,213271 - - 1 0,852232 0 0,831224 0,145735 0,023041 - 2 2,844612 1 0,152336 0,847664 0 - 3 12,31558 0 0 1 0 - 1 0,861266 0 0,854086 0,1294405 0 0,016474 2 2,257127 1 0,060919 0,3065668 0,632514 0 3 3,802863 0 0,240358 0,7596419 0 0 4 13,75019 0 0 0 1 0 Berdasarkan Tabel 4.7, yaitu hasil estimasi dengan menggunakan Algoritma EM pada PHMMs, terlihat bahwa nilai AIC terkecil berada pada saat diberikan 3 keadaaan tersembunyi yaitu sebesar 537,429. Sehingga dapat dikatakan bahwa model dengan 3 keadaaan tersembunyi merupakan model terbaik dari pada model dengan ๐ = 2 dan ๐ = 3. Hal tersebut dikarenakan pada model ๐ = 3, memiliki selisih antara nilai ๐ dengan nilai ๐ yang lebih besar dari pada model dengan ๐ = 2 dan ๐ = 4, yang mengakibatkan nilai AIC kecil. Berikut adalah hasil estimasi parameter dari model terbaik PHMM, yaitu model dengan 3 keadaan tersembunyi: ๐ = 0,8522318, 2,844612, 12,3155828 ; ๐ = 0,1,0 ; ๐ช= 0,8312241 0,1457353 0,02304062 ; 0,152336 0,847664 0 0 1 0 dengan nilai ekpektasi dan varansi PHMM: 45 3 E ๐๐ก = ๐ฟ๐ ๐๐ ๐=1 = ๐ฟ1 ๐1 + ๐ฟ2 ๐2 + ๐ฟ3 ๐3 = (0×0,8522318) + (1×2,844612) + (0×12,3155828) = 2,8446121 Var ๐๐ก = E ๐๐ก = 2,8446121 Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga model estimasi banyaknya gempa bumi di sepanjang Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur, model dengan 3 keadaan tersembunyi merupakan model estimasi banyaknya gempa bumi terbaik dengan nilai estimasi parameter rata-rata banyaknya gempa bumi yang terjadi sebanyak 2,8446121 ≈ 3 peristiwa dalam kurun waktu 15 hari. 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Model penentuan rata-rata banyaknya gempa bumi dapat menggunakan metode PHMM (Poisson Hidden Markov Model) dengan estimasi Algoritma EM (Expectation Maximisation Algorithm). 2. Model terbaik banyaknya gempa bumi pada penelitian ini adalah model dengan 3 keadaaan tersembumyi dengan nilai estimasi parameter rata-rata banyaknya gempa adalah 2,8446121 peristiwa dalam kurun waktu 15 hari. 5.2 Saran Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan analisis penentuan mendapatkan model banyaknya gempa bumi terbaik berdasarkan kriteria pengujian. Oleh sebab itu, penulis mempunyai saran untuk peneliti lain yang juga tertarik dengan materi ini: 1. Pada penelitian selanjutnya, estimasi parameter banyaknya gempa bumi terbaik dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pembagian lokasi pengamatan berdasarkan sebaran gempa bumi yang paling sering terjadi. 2. Penelitian ini dapat dilanjutkan kembali untuk memprediksi banyaknya gempa bumi pada periode berikutnya. 47 DAFTAR PUSTAKA [1] Walpole, Ronald E. 1993, Pengantar Statistika, Edisi ketiga, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [2] Herrhyanto Nar, Gantini Tuti, 2009, Pengantar Statistika Matematis, Bandung: Yrama Widya. [3] J. Supranto, 2009, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ketujuh Jilid 2, Jakarta: Erlangga. [4] Nurhayati, Nunung, Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed. [5] Zucchini, Walter dan Iain L, MacDonald, 2009, Hidden Markov Models for Time Series, London: CRC Press. [6] Hillier, F. S., dan Lieberman, G. J. 2008, Introduction to Operation Research, 8th Edition Jilid 2, Yogyakarta: Andi. [7] R. Rabiner, Lawrence, A Tutorial on Hidden Markov Models and Selected Applications in Speech Recognition, IEEE, Vol. 77, No. 2, Februari, 1989. [8] Taylor Howard, Karlin Samuel, 1984, An Introduction to Stochastic Modeling, London: Academic press. [9] Agusta, Yudi, Mixture Modelling Menggunakan Prinsip Minimum Message Length, Jurnal Sistem dan Informatika Vol. 1 (Agustus 2005), 1-16, Denpasar: STIKOM Bali. 48 [10] Zonasi Gempa bumi di Indonesia, http://www.academia.edu/4517794/Zonasi_Gempa_bumi_di_Indonesia, [1/8/2014 08.57 WIB]. [11] Daftar gempa bumi di Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gempa_bumi_di_Indonesia, [5/8/2014 08.45 WIB]. [12] Gempa Bumi, http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi, [4/7/2014 10.45 WIB]. 49 Data Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Tahun 2008-2013 Date Magnitudo (SR) 16-03-2008 31-03-2008 02-04-2008 03-04-2008 22-04-2008 27-04-2008 27-04-2008 01-05-2008 03-05-2008 03-05-2008 18-05-2008 20-05-2008 21-05-2008 21-05-2008 21-05-2008 23-05-2008 18-06-2008 20-06-2008 24-06-2008 07-07-2008 09-07-2008 11-07-2008 12-07-2008 20-07-2008 24-07-2008 08-08-2008 08-08-2008 08-08-2008 20-08-2008 22-08-2008 26-08-2008 5,40 5,20 6,10 5,00 5,30 5,40 5,50 5,40 5,70 5,10 6,00 6,10 5,30 5,70 5,40 5,00 5,00 5,30 5,50 5,10 5,60 6,10 5,00 5,90 5,00 6,00 5,70 5,00 5,20 5,20 6,60 29-08-2008 31-08-2008 08-09-2008 5,10 5,00 5,40 โฎ โฎ 22-11-2011 27-11-2011 29-11-2011 16-12-2011 19-12-2011 22-12-2011 22-12-2011 30-12-2011 05-01-2012 24-02-2012 28-03-2012 06-04-2012 06-04-2012 30-04-2012 27-05-2012 04-06-2012 19-06-2012 07-07-2012 03-09-2012 04-09-2012 04-09-2012 04-09-2012 11-09-2012 13-09-2012 13-09-2012 14-09-2012 15-09-2012 15-09-2012 18-09-2012 5,20 5,40 5,30 5,20 5,00 5,10 5,00 5,30 5,10 5,00 5,20 5,50 5,10 5,00 5,20 5,90 5,10 5,00 6,10 5,00 5,20 5,20 5,30 5,10 5,40 6,20 5,70 5,30 5,20 50 09-11-2012 10-11-2012 21-11-2012 22-11-2012 25-12-2012 30-12-2012 31-01-2013 02-02-2013 06-02-2013 13-02-2013 25-03-2013 05-04-2013 08-04-2013 16-04-2013 16-04-2013 06-05-2013 30-05-2013 03-06-2013 11-06-2013 13-06-2013 22-06-2013 06-07-2013 09-07-2013 09-07-2013 18-07-2013 24-07-2013 14-08-2013 22-08-2013 23-09-2013 11-10-2013 14-10-2013 28-11-2013 10-12-2013 16-12-2013 5,30 5,10 5,40 5,20 5,10 5,00 5,00 5,00 5,30 5,30 5,20 5,00 5,60 5,20 5,00 5,10 5,30 5,10 5,10 5,40 5,10 6,00 5,60 5,10 5,00 5,20 5,00 5,10 5,20 5,30 5,00 5,10 5,30 5,00 51 Banyaknya Peristiwa Gempa Bumi di Propinsi Sumatra Barat sampai Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Magnitudo ≥5 Skala Richter pada Kedalaman ≤60 Km Periode 15 Hari Tahun 2008-2013 15 HARI KE- BANYAKNYA GEMPA ≥ 5SK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 3 2 1 4 2 6 0 3 4 2 3 4 4 1 3 5 1 5 2 2 6 2 0 0 0 1 1 1 0 0 3 32 33 34 35 36 37 38 39 40 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 3 0 3 3 1 9 2 6 4 2 3 1 2 1 3 1 2 4 1 4 2 0 0 1 0 0 3 0 1 0 2 1 1 0 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 0 0 4 7 0 0 0 4 0 0 2 0 2 2 0 0 2 3 1 0 2 2 1 4 1 1 1 0 1 2 0 0 1 2 52 Kode Komputasi Software R untuk Peluang Forward dan Backward pada PHMM. pois.HMM.lalphabeta <- function(x,m,lambda,gamma,delta=NULL) { if(is.null(delta))delta <- solve(t(diag(m)-gamma+1),rep(1,m)) n <- length(x) lalpha <- lbeta<-matrix(NA,m,n) allprobs <- outer(x,lambda,dpois) foo <- delta*allprobs[1,] sumfoo <- sum(foo) lscale <- log(sumfoo) foo <- foo/sumfoo lalpha[,1] <- log(foo)+lscale for (i in 2:n) { foo <- foo%*%gamma*allprobs[i,] sumfoo <- sum(foo) lscale <- lscale+log(sumfoo) foo <- foo/sumfoo lalpha[,i] <- log(foo)+lscale } lbeta[,n] <- rep(0,m) foo <- rep(1/m,m) lscale <- log(m) for (i in (n-1):1) { foo <- gamma%*%(allprobs[i+1,]*foo) lbeta[,i] <- log(foo)+lscale sumfoo <- sum(foo) foo <- foo/sumfoo lscale <- lscale+log(sumfoo) } list(la=lalpha,lb=lbeta) } 53 Kode Komputasi Software R untuk Estimasi EM pada PHMM. pois.HMM.EM <- function(x,m,lambda,gamma,delta,maxiter=1000,tol=1e-6,...) { n <- length(x) lambda.next <- lambda gamma.next <- gamma delta.next <- delta for (iter in 1:maxiter) { lallprobs <- outer(x,lambda,dpois,log=TRUE) fb <- pois.HMM.lalphabeta(x,m,lambda,gamma,delta=delta) la <- fb$la lb <- fb$lb c <- max(la[,n]) llk <- c+log(sum(exp(la[,n]-c))) for (j in 1:m) { for (k in 1:m) { gamma.next[j,k] <- gamma[j,k]*sum(exp(la[j,1:(n-1)] +lallprobs[2:n,k]+lb[k,2:n]-llk)) } lambda.next[j] <- sum(exp(la[j,]+lb[j,]-llk)*x)/sum(exp(la[j,]+lb[j,]-llk)) } gamma.next <- gamma.next/apply(gamma.next,1,sum) delta.next <- exp(la[,1]+lb[,1]-llk) delta.next <- delta.next/sum(delta.next) crit <- sum(abs(lambda-lambda.next)) + sum(abs(gamma-gamma.next)) + sum(abs(delta-delta.next)) if(crit<tol) { np <- m*m+m-1 AIC <- -2*(llk-np) return(list(lambda=lambda,gamma=gamma,delta=delta,mllk=-llk,AIC=AIC)) } lambda <- lambda.next gamma <- gamma.next delta <- delta.next } } 54 MODEL 2 STATE ALGORITMA EM Iterasi ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐น๐ −๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 0,05224961 0,05429220 0,08365144 0,08919704 0,09333757 0,09434776 0,09434777 0,09434777 0,8657903 0,8548018 0,8061127 0,7965288 0,7887221 0,7867287 0,7867287 0,7867287 1,731595 1,726842 1,640528 1,625604 1,614518 1,611815 1,611815 1,611815 7,099168 6,928970 5,871929 5,725293 5,621742 5,597163 5,597163 5,597163 0,98671385 0,99603296 1 1 1 1 1 1 269,25270 268,97910 268,71590 268,70880 268,70700 268,70690 268,70690 268,70690 Konvergen 0,09434777 0,7867287 1,611815 5,597163 1 268,70690 55 MODEL 3 STATE ALGORITMA EM ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ Iterasi ๐ธ๐๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 0,1599348 0,1618725 0,1519598 0,1460954 0,1457358 0,1457353 0,1457353 0,1457353 0,01206616 0,01100507 0,02309635 0,02304903 0,02304063 0,02304062 0,02304062 0,02304062 0,8145327 0,80069415 0,15926120 0,15249610 0,15233620 0,15233600 0,15233600 0,15233600 Konvergen 0,1457353 0,02304062 0,152336 ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ 0 0 0 0 0 0 0 0 0,1982348 0,06828712 0 0 0 0 0 0 0,8017652 0,9317129 1 1 1 1 1 1 0 0 1 ๐น๐ −๐ MODEL 3 STATE ALGORITMA EM ๐๐ ๐๐ ๐น๐ Iterasi ๐๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 1,4429880 1,4607280 0,8523790 0,8515037 0,8522308 0,8522318 0,8522318 0,8522318 4,2916670 4,1488420 2,8533920 2,8443633 2,8446117 2,8446121 2,8446121 2,8446121 12,165311 12,7771740 12,2878520 12,3163394 12,3155839 12,3155828 12,3155828 12,3155828 0,770955014 0,68873699 0 0 0 0 0 0 0,228785052 0,31126097 1 1 1 1 1 1 266,9192 265,0246 257,7232 257,7146 257,7146 257,7146 257,7146 257,7146 Konvergen 0,8522318 2,8446121 12,3155828 0 1 257,7146 56 MODEL 4 STATE ALGORITMA EM ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ Iterasi ๐ธ๐๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 1500 2000 0,2845207 0,2837699 0,1548558 0,1460763 0,1396978 0,1295602 0,1294455 0,1294405 0,1294403 0,1294403 0,02411115 0,02088013 0,00000119 0 0 0 0 0 0 0 0,01433387 0,01347044 0,01747817 0,01722440 0,01699953 0,01647856 0,01647393 0,01647373 0,01647372 0,01647372 Konvergen 0,1294403 0 0,01647372 ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ 0,56246940 0,52169900 0,11956610 0,11024430 0,10075460 0,06141822 0,06094021 0,06091941 0,06091846 0,06091846 0,04379472 0,04394784 0,09171166 0,11694570 0,17113420 0,63201140 0,63249300 0,63251380 0,63251480 0,63251480 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,06091846 0,63251480 0 ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ MODEL 4 STATE ALGORITMA EM ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ ๐ธ๐๐ Iterasi ๐ธ๐๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 1500 2000 0,58797890 0,52423990 0,25324450 0,27441180 0,27265320 0,23972794 0,24033186 0,24035812 0,24035932 0,24035932 0,4120211 0,4757601 0,7467555 0,7255882 0,7273468 0,7602721 0,7596681 0,7596419 0,7596407 0,7596407 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,1747956 0,0480094 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,82520444 0,95199060 1 1 1 1 1 1 1 1 Konvergen 0,24035932 0,7596407 0 0 0 1 57 MODEL 4 STATE ALGORITMA EM Iterasi ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐น๐ 1 2 30 50 100 500 750 1000 1500 2000 1,0668800 1,0885540 0,7959117 0,8136253 0,8293037 0,8609924 0,8612545 0,8612659 0,8612664 0,8612664 3,2461260 3,1354070 2,5150618 2,4884172 2,4385864 2,2568877 2,2571168 2,2571267 2,2571272 2,2571272 5,3857540 5,1396950 5,3842984 5,1595332 4,7956545 3,8030547 3,8028711 3,8028632 3,8028628 3,8028628 12,5653080 0,345648072 0,620369282 0,03375290 13,2102780 0,1454705 0,82953450 0,02499426 13,8249372 0 1 0,00000001 13,8284619 0 1 0 13,8341688 0 1 0 13,7504940 0 1 0 13,7501980 0 1 0 13,7501852 0 1 0 13,7501846 0 1 0 13,7501846 0 1 0 266,9108 262,5749 255,9739 255,9359 255,8944 255,5300 255,5300 255,5300 255,5300 255,5300 Konvergen 0,8612664 2,2571272 3,8028628 13,7501846 255,5300 0 ๐น๐ 1 ๐น๐ 0 −๐ 58