dari teologi masjid ke pendidikan dan ekonomi

advertisement
DARI TEOLOGI MASJID KE
EKONOMI
Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi
Guru Besar Sosiologi
IAIN Sunan Ampel
ASWAJA
• Ahlu Sunnah wal Jamaah, semula adalah
sebuah pemikiran teologis yang dicetuskan oleh
ulama Timur Tengah pada abad permulaan
Islam. Mereka meyakini sebagai pengikut Nabi
Muhammad. Truth claim demikian untuk
merespon terhadap hadits Nabi Muhammad
saw: “sataftariqu ummaty ‘ala tsalatsatin wa
sab’ina firqotan, kulluhum fin nar, illa wahid” dan
yang satu itu adalah ahlu sunnah wal jamaah
Bangunkan Kemoderasian
• Inti doktrin Aswaja NU dapat diidentifikasi di dalam
empat ciri utama, yaitu: 1) tawassuth (moderat). Doktrin
ini diambil dari cara berpikir pendahulu golongan
Aswaja, Imam Asy’ari, yang meletakkan doktrin
pemikiran Qadariyah dan Jabariyah. Qadariyah yang
freewill dan Jabariyah yang fatalistik pada posisi dialogis
yang mengenakkan. Manusia berusaha, Tuhan
menentukan. Tuhan telah menentukan namun tetap
menyediakan ruang kosong agar manusia berusaha
secara maksimal. Takdir dan ikhtiar adalah dua konsep
dialogis yang dihasilkan oleh ijtihad pengemuka
eksemplar ini.
Bangunkan Keseimbangan
• 2) tawazun (keseimbangan). Doktrin tawazun
memberikan gambaran bahwa religio-politik,
social, ekonomi dan budaya perlu dibangun
keseimbangan. Jangan menempatkan sesuatu
dalam ekstrimitasnya masing-masing. Konsep
dar’ul mafasid khoriun min jalbil mashalih adalah
konsep membangun kerangka dasar
keseimbangan, sehingga seperti contoh ketika
NU memberikan gelar waliyyul amri dharury
bisy-syaukah kepada Soekarno adalah sebuah
model berpikir tawazun tersebut
Bangunkan Trust
• 3) I’tidal (keadilan) adalah prinsip penting di
dalam membangun kepercayaan. Cultural trust
yang akan dibangun tidak akan ada artinya
tanpa mengedepankan prinsip keadilan. 4)
Tatharruf (universalisme) merupakan prinsip
yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran
Islam yang bersifat universal. Nilai-nilai
Ketuhanan, humanisme, keadilan dan
keselamatan merupakan nilai-nilai universal
yang tidak dapat ditawar-tawar penerapannya.
Perlu Kesadaran Baru
• Inti dari kesadaran teologis tersebut
adalah dengan menempatkan manusia
sebagai pusat di dalam kehidupan ini. Inti
pesan teologis itu adalah “kembali pada
manusia” atau “berpalinglah ke bumi
bukan ke langit”.
Hadirkan Tuhan di Bumi
• : pertama, dari Tuhan ke bumi, artinya
bahwa manusia harus menghadirkan
Tuhan di dalam kehidupan. Manusia harus
berpikir bahwa kehadiran Tuhan
merupakan perwujudan perintah Tuhan
untuk memakmurkan dunia dengan jalan
bekerja keras dan melakukan yang terbaik
untuk kehidupanya. Pembangunan, kini
dan selanjutnya harus dirasakan sebagai
pemenuhan perintah
Waktu Penting
• Kedua, dari keabadian ke waktu, artinya manusia hidup
dalam rentang waktu, maka selaim memikirkan tentang
jalan keabadian yang di dalam hal ini adalah kehidupan
akherat, maka manusia juga harus berpikir tentang
dimensi waktu kehidupn di dunia ini. Jalan keabadian
memberi arah agar manusia selalu menjaga waktu
kehidupannya di dunia ini untuk selalu berbuat baik.
Dimensi waktu kemarin, sekarang dan akan datang
harus dicermati dengan bekerja keras tetapi juga
beribadah. Citra orang beragama adalah
kemampuannya untuk menjaga keseimbangan waktu
untuk dunianya dan waktu untuk tujua akhiratnya.
Manusis Yang Bebas
• Ketiga, dari takdir ke kehendak bebas, artinya manusia
tidak harus selalu berpikir tentang semuanya takdir.
Kemiskinan merupakan takdir, kesengsaraan merupakan
takdir, kejahatan adalah takdir, ketertindasan adalah
takdir dan sebagainya. Tetapi harus tetap dioientasikan
bahwa di antara takdir tersebut terdapat kehendak
bebas manusia untuk melakukan sesuatu. Takdir hanya
datang pasca usaha. Di dalam konsep Jabariyah (serba
takdir) atau qadiryah (serba usaha), maka mestilah ada
keseimbangan di antara takdir dan usaha tersebut.
Tantangan Kemiskinan
• Berdasarkan data yang dikeluarkan Bappenas dalam
kurun waktu 1976-1996 jumlah penduduk miskin di
negeri ini mengalami penurunan yang berarti. Jika pada
tahun 1976 jumlah penduduk miskin mencapai 54,2 juta
jiwa atau sekitar 40% dari total penduduk, maka pada
tahun 1981 jumlah penduduk miskin telah dapat
diturunkan menjadi 40,6 juta jiwa atau hampir 27% dari
total penduduk. Angka ini terus menurun, sehingga pada
tahun 1990 jumlah penduduk miskin telah kembali
menurun menjadi sekitar 27 juta jiwa atau 15% dari total
penduduk. Dan pada tahun 1996, jumlah penduduk
miskin turun menjadi 22,5 juta jiwa atau sedikit di atas
11%.
Tantangan Kemiskinan
• Di penghujung tahun 1997, kita mengalami krisis yang
sungguh parah yang mengakibatkan jumlah penduduk
miskin membengkak kembali, sehingga pada tahun 1998
menjadi hampir 50 juta jiwa atau 24% dari jumlah
penduduk. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir sejalan
dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomipun sudah mulai meningkat, maka pada tahun
2002 jumlah penduduk miskin turun menjadi 38 juta jiwa
atau sedikit di atas 18% dari jumlah penduduk. Menurut
catatan BPS, pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin
absolut secara nasional sebanyak 37 juta jiwa atau
sekitar 17,5% dari total penduduk Indonesia
Tantangan Kemiskinan
• Di Indonesia, angka perbandingan yang
berkecukupan dan miskin adalah 82,25%
berbanding 17,75%. Jumlah penduduk
miskin sampai Maret 2006 adalah 39,05
juta. Angka kemiskinan tersebut
meningkat sebesar 3,95 juta dibanding
tahun 2002 sebesar 35,10 juta atau
15,97%. Mereka kebanyakan berada di
wilayah pedesaan (63,41%).
Rawan Pangan
• Dan yang paling mengkhawatirkan adalah
sebanyak 23,63% masyarakat terutama
yang penghasilannya sebanyak
Rp.30.000,00 perkapita perbulan adalah
mereka yang rawan menghadapi
kelaparan.
Indonesia ke Depan
• kesejahteraan merupakan instrumen
penting bagi peneguhan wawasan
kebangsaan. Jika persoalan kemiskinan
tidak menjadi perhatian bersama, maka
dikhawatirkan akan terjadi erosi nilai
kebangsaan. Dan hal itu berarti kita telah
melakukan dosa sosial terhadap para
founding fathers negeri ini yang
menginginkan NKRI sebagai keniscayaan
yang harus terus dipertahankan
NU dan Kemiskinan
• Banyaknya orang miskin berarti banyaknya
orang NU yang miskin
• Sudah saatnya seluruh potensi NU dikerahkan
untuk mengentas kemiskinan
• Elit NU seharusnya bersatu padu untuk
melakukan percepatan pemberdayaan terhadap
masyarakat khususnya komunitas NU
• Agenda ke depan adalah bergerak dari halaqah
ke harakah dalam visi pengembangan ekonomi
rakyat.
Jadilah TEAM
•
•
•
•
T = Together
E = Every one
A = Achieve
M = More
• Wassalam
Download