HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI KLINIK GRACIA UNGARAN ARTIKEL OLEH LUH PUTU SANY RAHAYU 010214A045 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 1 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Artikel dengan judul ”Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada penderita diabetes melitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran” yang disusun oleh: Nama : Luh Putu Sany Rahayu NIM : 010214A045 Program Studi : Ilmu Keperawatan Artikel ini telah dikonsulkan dan disetujui olh dosen pembimbing utama skripsi Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran. Ungaran, Juli 2016 Pembimbing Utama Eko Susilo, S. Kep., Ns., M. Kep NIDN:0627097501 Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 2 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI KLINIK GRACIA UNGARAN Luh Putu Sany Rahayu*), Eko Susilo, S. Kep., Ns., M. Kep**), Abdul Wakhid, M.Kep., Sp.,Kep. Jiwa**) * Maahasiswa STIKES Ngudi Waluyo **Staf Pengajar STIKES Ngudi Waluyo ** Staf Pengajar STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran baik oleh lingkungan maupun individu, stres akan meningkatkan sekresi hormon kortisol. Kortisol akan meningkatkan metabolisme pembentukan glukosa dari bahan non karbohidrat (glukoneogenesis) di hati hal ini menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran. Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini semua pasien diabetes mellitus Klinik Gracia Ungaran. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling didapatkan 57 responden. Instrumen tentang tingkat stres menggunakan DASS dan kadar gula darah diukur dengan glukometer. Analisis data dilakukan dengan uji Kendall Tau. Hasil penelitian didapatkan Sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 34 responden (59,6%). Sebagian besar kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi yaitu sejumlah 50 responden (87,7%). Tidak ada hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran dengan nilai p 0.619 > α = 0.05. Responden perlu merelaksasikan diri untuk mengurangi stress yang dialami, serta menghindari faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kadar gula darah. Kata kunci Kepustakaan : tingkat stres, kadar gula darah puasa, diabetes mellitus : 26 (2005-2014) ABSTRACT Stress is a disruption in the body and mind by both the environment and individuals, stress will increase the secretion of the hormone cortisol. Cortisol will increase the metabolism of glucose formation from non-carbohydrate material (gluconeogenesis) in the liver it causes increased blood sugar levels. The purpose of this study to determine the relationship with the stress level of fasting blood sugar levels in people with Type II Diabetes Mellitus in Clinical Gracia Ungaran. This research method was used analytic survey design with cross sectional approach. The population of this study all patients with diabetes mellitus in Ungaran Gracia Clinic. Sampling with accidental sampling technique obtained 57 respondents. Instruments was used DASS stress levels and blood sugar levels were measured with glucometer. Data was analyzed used with Kendall Tau test. The results, the majority of respondents had experienced mild stress levels as much as 34 respondents (59.6%). Most fasting blood sugar levels in the high category, a number of 50 respondents (87.7%). There was no relationship with the stress level of fasting blood sugar levels in patients with Type II Diabetes Mellitus in Clinical Gracia Ungaran p value of 0.619 > 0.05. The respondents need to relax yourself to reduce stress experienced, and avoid other factors that can increase blood sugar levels. Keywords: stress levels, fasting blood sugar levels, diabetes mellitus Refferences: 26 (2005-2014)Bibliographies: 41 (2002 – 2013) Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 3 PENDAHULUAN Berdasarkan bukti epidemiologi terkni, jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat ini mencapai 200 juta, dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025 (Corwin, 2009). World Health Organisasion (WHO) mencatat sedikitnya 171.000.000 penduduk dunia saat ini menderita penyakit diabetes mellitus. Khususnya di negara berkembang, jumlah penderita DM meningkat 150 % pada 25 tahun yang akan datang. Di negara berkembang usia penderita DM berkisar antara 35-64 tahun. Di Jawa Tengah menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2014) jumlah penduduk yang usia ≥ 14 tahun mencapai 24.089.433 orang, diperkirakan terdiagnosa diabetes mellitus mencapai 385.431 dan yang mengalami gejala mencapai sekitar 72.268 orang. Melihat komplikasi pada DM dapat mengenai berbagai organ, maka penting sekali untuk melakukan pencegahan, agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu untuk mencegah komplikasi tersebut adalah tingkat stres harus selalu dikendalikan (Rasmun, 2004). Stres dapat mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses dalam tubuh, ada beberapa penyakit terkait dengan stres yaitu angina pekoris, asma, konstipasi, diare dan diabetes melitus. Stres pada penderita diabetes mellitus dapat berakibat gangguan pada pengontrolan kadar gula darah (Corwin, 2009). Stres akan meningkatkan sekresi hormone kortisol yang akan mengakibatkan peningkatan glukoneogenesis yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi tentang pengaruh stres terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa. Didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara stres terhadap kadar gula darah sewaktu, tingkat stres yang tinggi menunjukkan gula darah yang tinggi, begitu juga sebaliknya (Pratiwi, dkk, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 November 2015 dengan wawancara bebas terhadap 10 orang klien diabetes melitus di Klinik Ungaran, menunjukkan 7 orang mengalami kecemasan dan takut akan komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes serta tidak mau jika sampai dirawat dirumah sakit, bahkan 3 orang diantaranya mengalami keluhan akibat stres diantaranya tidak bisa tidur, merasa lelah dan bosan untuk minum obat. Sedangkan 3 orang lainnya bersikap biasa-biasa saja serta melakukan pengobatan secara rutin. Sementara itu hasil laboratorium klien menunjukkan ada 7 orang yang mengalami peningkatan kadar gula darah puasa, dari 7 orang tersebut ada 5 orang yang mengalami stres dan 2 orang lainnya tidak mengalami stres. Hasil ini didapat dari pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan pasien diabetes sebagai anggota Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Diabetes Melitus di Klinik Gracia. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien PROLANIS diabetes mellitus tipe 2 di Klinik Pratama Gracia Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 95 pasien.Metode pengambilan sampel dengan cara accidental sampling. Alat yang digunakan data primer yaitu kuesioner dan alat cek gula darah Uji statistik menggunakan uji Kendall Tau. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 4 HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran tingkat stress klien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.1 Gambaran tingkat stres klien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tingkat Stres Frekuensi Persentase Normal 22 38,6 Ringan 34 59,6 Sedang 1 1,8 Berat 0 0,0 Sangat berat 0 0,0 Jumlah 57 100,0 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 34 responden (59,6%). 2.Gambaran kadar gula darah puasa klien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.2 Gambaran kadar gula darah puasa klien Diabetes Mellitus Tipe II di Klinik Gracia Ungaran Kadar Gula Darah Puasa Frekuensi Persentase Normal 7 12,3 Tinggi 50 87,7 Jumlah 57 100,0 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi yaitu sejumlah 50 responden (87,7%). B. Analisis Bivariat 1. Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.3 Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Variabel Nilai r Nilai p Tingkatstres*kadar gula -0,066 0,619 darah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan meggunakan uji Kendall Tau, diketahui nilai r -,0,066 dan nilai p sebesar 0,619, artinya tidak ada hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran. PEMBAHASAN A. Gambaran tingkat stres klien diabetes melitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 34 responden (59,6%) dan stres sedang sebanyak 1 responden (1,8%). Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden yang mengalami tingkat stres ringan tidak bereaksi secara berlebihan pada situasi, hal ini bisa dilihat dari hasil kuisioner cenderung bereaksi secara berlebihan pada situasi yaitu sebanyak 10 responden (17,5%) menjawab tidak pernah dan 47 responden (82,5%) menjawab kadang-kadang atau kurang dari 3 kali sehari, sedangkan pada kuisioner tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi untuk menyelesaikan hal yang sedang dilakukan terdapat 5 responden (8,7%) yang menjawab tidak pernah, 51 responden Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 5 Menurut Yosep (2007) stres ringan termasuk tingkat stres pertama pada tahap-tahap stres dimana tahapan ini biasanya disertai dengan perasaanperasaan semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimna mestinya, gugup dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya energinya semakin menipis. Stres juga dapat mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses dalam tubuh, ada beberapa penyakit terkait dengan stres yaitu angina pekoris, asma, konstipasi, diare dan diabetes melitus. Stres pada penderita diabetes mellitus dapat berakibat gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan Nugroho & Purwanti (2010) yang menemukan bahwa distribusi responden menurut tingkat stres menunjukkan sebagian besar memiliki tingkat stres dalam kategori berat yaitu sebanyak 25 responden (52%), selanjutnya sedang sebanyak 20 responden (42%), dan ringan sebanyak 3 responden (6%). gula darah, obat gula seperti obat golongan Sulfonilurea, Glikasik, Metformin, Glibenklamid yang dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah bahkan saat keadaan tertentu dapat menyebabkan hipoglikemi pada pengkonsumsinya, trauma dan stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundaan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah, Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum, Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah, serta asupan makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan wawancara terhadap responden hal ini disebabkan sebagian besar respoden masih mengkonsumsi minuman manis seperti teh dan susu yang menggunakan gula pasir. Kebiasaan mengkonsumsi minuman yang manis seperti teh manis, susu dan sebagainya merupakan kebiasaan pola makan yang kurang baik terutama bagi penderita diabetes. Hasil peneleitian ini sejalan dengan penelitian Nugroho & Purwanti (2010) yang menemukan bahwa distribusi responden menurut tingkat gula darah sebagian besar adalah buruk yaitu sebanyak 34 responden (71%) selanjutnya sedang sebanyak 12 responden (25%), dan baik sebanyak 2 responden (4%). Tingkat kadar gula darah responden yang sebagian besar buruk tersebut dikarenakan memang responden adalah pasien penderita diabetes mellitus. B. Gambaran kadar gula darah puasa klien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi yaitu > 110 sejumlah 50 responden (87,7%), dan kategori normal ≤ 110 sejumlah 7 responden (12,3%). Menurut PERKENI (2011) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil gula darah, diantaranya yaitu; obat kortison dan tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar C. Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji Kendall Tau. Nilai p sebesar 0,619, artinya tidak ada hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran. Kadar gula darah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah stres. Menurut Hawari (89,4%) yang menjawab kadang-kadang, dan 1 responden (1,7%) menjawab sering atau lebih dari 3 kali sehari. Artinya pada responden yang memiliki tingkat stres ringan sebagian besar memaklumi hal apapun yang menghalangi untuk menyelesaikan hal yang sedang dilakukan Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 6 (2009) stres dapat mengganggu sistem tubuh salah satunya gangguan pada sistem endokrin ( hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula darah yang meninggi, Stres menstimulus pelepasan hormon Glukokortikoid yaitu kortisol yang nantinya akan meningkatkan proses glukoneogenesis di hati sehingga kadar gula dalam tubuh meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho dan Purwanti (2010) yang menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo I. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Juwita (2008) tentang “Korelasi tingkat stress dengan kenaikan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus”. Sedangkan pada penelitian ini tidak ada hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe II di Klinik Gracia Ungaran. Tidak ada hubungan tingkat stres dengan gula darah puasa disebabkan tingkat stres pada responden ringan yaitu sebanyak 34 responden (59,6%) dan normal sebanyak 22 responden (38,6%). Pada penelitian didapatkan hasil responden yang mengalami tingkat stres normal tetapi gula darah puasa tinggi sejumlah 20 responden (35%), sedangkan responden yang mengalami stres ringan dan hasil gula darah puasanya tinggi sejumlah 29 responden (50,8%). Hal ini menunjukkan ada beberapa faktor lain selain stres yang dapat mempengaruhi kadar gula darah yang tidak di teliti oleh peneliti diantaranya faktor obat-obatan. Dimana menurut PERKENI (2011) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil gula darah diantaranya obat-obatan seperti kortison dan tiazid yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan obat gula seperti obat golongan Sulfonilurea, Glikasik, Metformin, Glibenklamid yang dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah bahkan saat keadaan tertentu dapat menyebabkan hipoglikemi pada pengkonsumsinya. Di Klinik Gracia semua responden mengkonsumsi obat gula diantaranya metformin dimana obat yang dikonsumsi mempunyai efek mengurangi atau penghambat proses glukoneogenesis di hati. Serta faktor asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin. Menurut penelitian Mila yang dilakukan pada bulan Januari 2016 di Klinik Gracia Ungaran di dapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diit dengan kadar glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Klinik Pratama Gracia Ungaran Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,000 < =0,05. Menurut Sukardji (2009), kepatuhan pasien DM tipe 2 terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan kunci keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes namun merupakan salah satu kendala pada pelayanan diabetes D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini adalah: 1. Penelitian menggunakan alat glukometer baru dengan merk NESCO yang belum diketahui kalibrasi dan validasi pada alat ukur yang yang digunakan untuk pengukuran gula darah puasa. 2. Peniliti tidak meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe II. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 34 responden (59,6%). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 7 2. Sebagian besar kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi yaitu sejumlah 50 responden (87,7%). 3. Tidak ada hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah puasa pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Klinik Gracia Ungaran (nilai p 0,619). B. Saran 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Perlunya penanganan stres dengan baik pada pasien diabetes melitus agar tidak menyebabkan meningkatnya kadar gula dara puasanya. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Perlunya penelitian lebih mendalam terhadap faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres pasien diabetes melitus. 3. Bagi klien Diabetes Mellitus Perlunya rutin untuk mengecek kadar gula darah dan meeralaksasikan diri untuk mengurangi stres yang dialami. 4. Bagi Perawat Perlunya kemampuan perawat untuk meredakan atau membantu mengurangi tingkat stres pada pasien diabetes melitus. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Corwin, Elisabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3). Jakarta : EGC Charles Fox, Anne Klivert. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2 (Cetakan1). Penerjemah : Joko Suranto. Jakarta : Penebar Plus Diah. (2012). Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: EGC Darwis Y, dkk. (2005). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi 2). Jakarta : FKUI Hidayat. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Penerbit Salemba Medika Juwita., (2008). Korelasi Tingkat Stres Dengan Kenaikan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus. https://ejournal/unsrat.ac.id.php/arti cle. Diunduh 5 Januari 2016 pukul 17.00 WIB Nabyl. (2012). Panduan Hidup Sehat : Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogyakarta : Aulia Publising Mahendra., Krisnaturi, D., Tobing A, Alting. Z.B. (2009). Care Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar Plus Nursalam. (2008). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis (edisi 3). Jakarta : Salemba Medika Perkeni. (2011). Kosensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Semarang : PB Perkeni Pratiwi, Pebi, dkk. (2014). Pengaruh Tingkat Stres Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Yang Mengalami Hemodialisa. http://61.8.75.134/ejurnal/poltekesta njungkarang.com. Diunduh 10 November 2015 pukul 17.00 WIB Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta : Nuha Medika Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 8 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi Analisis Diabetes. Jakarta : Kementrian RI. http://www.depkes.go.id. Diunduh 15 November 2015 pukul 17.00 WIB Rasmun. (2004). Stres Koping dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto Sunaryo., (2014). Psikologi Keperawatan.Jakarta : EGC Untuk Smeltzer, Suzanne C. (2008). Buku Ajar Keperawaran Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta : EGC Smith, Collen M, dkk. (2006). Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Alih Bahasa: dr. Brahm. Jakarta: EGC Sukmono, R.J . (2009).Mengatasi Aneka Penyakit dengan Terapi Herbal.Jakarta : Agromedia Pustaka Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Titaheluw, dkk. (2012). Perbedaan Respon Stres-Adaptasi pada remaja jalanan Komunitas Dinding Pasar Bersehati dan Remaja Panti Asuhan Bakti MulyaManado.http://ejournal.unsrat. ac.id/index.php/jkp/article/view/5262 . Diunduh 26 November 2015 pukul 08.00 WIB Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika. Wahdah, Nurul dr. (2011). Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi Press Yosep, Yus. S.Kep., Msi. (2007). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Klinik Gracia Ungaran 9