BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian

advertisement
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Pustaka
1. Definisi Malaria
Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk
aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk
malaria ( Anopheles spp) betina.
Definisi penyakit malaria lainnya adalah suatu jenis penyakit menular
yang disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan perantara suatu
vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi host. Penyakit malaria
termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menyerang semua orang,
bahkan
mengakibatkan
kematian
terutama
yang
disebabkan
oleh
Plasmodiumi falciparum (Depkes, 2003).
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai
malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria
dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya
sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria
sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah
oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883
12
Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih
mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari
oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh
Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular
malaria.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah
dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab
malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama
parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada
1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria
keempat, yaitu Plasmodium ovale.
2. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit
infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan
lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan
menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling
berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria
ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada
berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah
penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang
13
rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut
dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid
atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang
Annual Parasite Incidence –nya rendah.
3. Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana
penderita bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain
sebagai berikut.
a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
b. Nafsu makan menurun.
c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah
malaria.
Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:
a. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan,
stadium panas, dan stadium berkeringat
14
b. Splenomegali (pembengkakan limpa)
c. Anemi yang disertai malaise
Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari
tiga tingkatan, yaitu:
a. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
c. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadangkadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur
15
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala
lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam (Soegijanto, 2004).
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap
penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala
klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan
oleh
plasmodium
falciparum.
Hal
ini
disebabkan
oleh
adanya
kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada
pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh
tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak
berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis
malaria ini kadang–kadang gejalanya mirip kolera atau disentri.
4. Daur Hidup Plasmodium
Dalam daur hidupnya, plasmodium mempunyai dua hospes yaitu
vertebrata dan nyamuk. Di dalam hospes vertebrata melangsungkan daur
aseksual yang dikenal sebagai skizogoni, dan daur seksual membentuk
sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.
a) Skizogoni (Daur Aseksual)
Sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles
ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Sporozoit
dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium
ekso-eritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah. Dari sel
hati, plasmodium kemudian keluar dengan bebas masuk ke dalam sel darah
16
merah. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil
memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur ekso-eritrositik.
Plasmodium yang keluar dari sel hati akan masuk ke sel darah merah
disebut stadium pra-eritrositik.
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang
dikelilingi sitoplasma tipis plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk
cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin
dan ameboid adalah trozoit dalam sel darah merah tumbuh menjadi skizon
merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah.
Parasit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah
kembali untuk mengulangi daur skizogoni. Merozoit yang masuk ke dalam
sel darah merah baru kemudian membentuk gametosit untuk memasuki
stadium seksual.
b) Sporogoni (Daur Seksual)
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam nyamuk.
Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit ditelan bersama. Berbeda
dengan skizon, gametosit tidak dicernakan bersama sel-sel darah. Pada
gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti
yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan dalam gamet jantan
(mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk sehingga
mempunyai gerakan aktif. Sementara itu, makrogamet menjadi matang
sebagai makrogemetosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam
rongga perut nyamuk.
17
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam 12-24 jam setelah nyamuk
menghisap darah, zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang
disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk.
Selanjutnya tumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat.
Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit sehingga menyebabkan
ookista pecah. Dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan ke dalam
rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk.
Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk sedang
menusuk kulit manusia, maka sporozoit masuk ke dalam darah dan
jaringan bersama air ludah kemudian mulailah daur pra-eritrositik.seperti
terlihat pada siklus di bawah ini :
18
5. Penularan Malaria
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium
melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari
satu daerah dengan daerah lainnya. Dikenal adanya berbagai cara penularan
malaria:
a. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit
akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit
orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.
b. Penularan yang tidak alamiah
1). Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga
tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
2). Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat
bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
3). Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
19
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis. Kecuali bagi simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi
oleh penyakit malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat
menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang manusia.
Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P.
malariae dan P. ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk anopheles.
Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah Anopheles
sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles
subpictus, dan sebagainya.
6. Epidemiologi Penyakit Malaria
a. Distribusi Frekuensi Malaria
1). Orang
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting,
oleh karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia
terutama di luar Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan
dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih tinggi pada
anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. Namun secara
keseluruhan
fenomena
menunjukkan
bahwa
penyakit
malaria
menyerang hampir seluruh kelompok umur, dan lebih tinggi pada
jenis kelamin laki-laki dibandingkan jenis kelamin perempuan.
20
2). Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS
(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di
bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas
permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin,
subtropik sampai kedaerah tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan
endemik apabila kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah,
kurang
lebih
konstan
selama
beberapa
tahun
berturut-turut.
Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang
limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada
kelompok umur 2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan
menjadi 4 tingkat endemisitas :
(1). Hipoendemik SR < 10%
(2). Mesoendemik SR 11-50%
(3). Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)
(4). Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).
Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :
(1). Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk
(2). Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk
(3). High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk
21
3). Waktu
Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa
berlangsung. Menurut data Profil Dinkes Kabupaten gorontalo 2011,
terjadi kasus malaria dengan diukur dengan Annual Parasite incidence
(API) sebesar 3,53 % penderita positif.
Penyakit malaria sampai saat ini masih berada di urutan atas.
Menurut data laporan Tahunan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Bongomeme Kabupaten Gorontalo berdasarkan Pada tahun 2009
diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar
3,43 %, dan diukur dengan Annual Parasite incidence (API) sebesar 0,
20 % penderita positif. Pada tahun 2010 diukur dengan Annual
Malaria Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar 5,23 %, dan diukur
dengan Annual Parasite incidence (API) sebesar 0, 28 % penderita
positif. Dan pada tahun 2011 diukur dengan Annual Malaria
Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar 14,85 %, dan diukur dengan
Annual Parasite incidence (API) sebesar 5,11 % penderita positif.
b. Determinan Malaria
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host
(umumnya manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment
(lingkungan).
1). Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host
yakni manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual
22
parasit terjadi) dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive
(tempat siklus seksual parasit berlangsung).
(a). Manusia (Host Intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap
orang dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap
penularan kecuali pada mereka yang mempunyai galur
genetika spesifik. Toleransi atau daya tahan terhadap
munculnya gejala klinis ditemukan pada penduduk dewasa
yang tinggal di daerah endemis dimana gigitan nyamuk
anopheles berlangsung bertahun-tahun.Faktor-faktor yang
berpengaruh pada manusia ialah:
(1). Kekebalan / Imunitas
Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan
sebagai
adanya
kemampuan tubuh
manusia untuk
menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi
perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu
kekebalan
alamiah
dan
kekebalan
yang
didapat.
Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan infeksi lebih
dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan
kekebalan aktif sebagai akibat dari infeksi sebelumnya
atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif didapat
melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau
pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit.
23
(2). Umur dan Jenis Kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan
wanita atau pada berbagai kelompok umur sebenarnya
disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan,
pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan
lain-lain.
Karakteristik umur, point prevalence paling tinggi
adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada
kelompok umur 1-4 tahun (0,8%) dan paling rendah pada
umur <1 tahun (0,3%). Sedangkan menurut period
prevalence, prevalens paling tinggi adalah pada kelompok
umur >15 tahun (10,8%), nomor dua paling tinggi pada
kelompok umur 1-4 tahun (10,7%) dan paling rendah tetap
pada umur <1 tahun (8,2%). Dari data diatas tampak
kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena
malaria bergeser dari usia >15 tahun ke usia 1-4 tahun.
Oleh karena itu perlu intervensi pencegahan malaria pada
usia 1-4 tahun, memperkuat promosi anak dibawah lima
tahun
tidur
dibawah
kelambu
berinsektisida
serta
menyediakan obat malaria yang sesuai dengan umur
balita.
24
(b). Nyamuk (Host Definitive)
Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk
Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan
telurnya. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses
penularan malaria.
(1). Perilaku nyamuk
Beberapa perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat
hinggap atau istirahat (di luar atau dalam rumah), tempat
menggigit (di luar atau dalam rumah), objek yang digigit
(manusia atau manusia). Nyamuk anopheles hanya
mengigit satu orang setiap kali mengisap darah, berbeda
dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak orang
saat mengisap darah.
(2). Umur nyamuk (longevity)
Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit
dalam tubuh nyamuk menjadi sporozoit yakni bentuk
parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila
umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni
replikasi parasit dalam tubuh nyamuk (sekitar 5 hingga 10
hari), maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat
menjadi vektor.
25
(3). Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit
Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya
tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri.
Perut bisa meletus dan mati karenanya.
(4). Frekuensi menggigit manusia
Semakin sering seekor nyamuk yang membawa
sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar
kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular
penyakit malaria.
(5). Siklus gonotrofik
Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai
indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk
pada objek yang digigit (manusia).
2). Faktor Agent
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family
plasmodiidae, dan order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit
malaria, yaitu:
a. Plasmodium falciparum
Plasmodium Falciparum, penyebab malaria tropika yang
sering menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala
serangnya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
26
b. P. vivax
Penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya
timbul berselang setiap tiga hari (Sering Kambuh).
c. P. malariae
Penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangnya
timbul berselang setiap empat hari sekali.
d. P. ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika
dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni
campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae.
Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun
hal ini jarang sekali terjadi (Depkes.RI.2005).
3). Faktor Environment
Lingkungan adalah lingkungan manusia dan nyamuk berada.
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai
dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang
biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk
tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus
cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras,
saluran air yang banyak ditumbuhi rumput yang menghambat aliran
27
air. Nyamuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan
yang banyak terdapat hutan dan perkebunan. Jenis nyamuk
Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis sangat cocok
berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki,
bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian.
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana
manusia dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas
lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan
lingkungan sosial budaya.
(a). Lingkungan fisik meliputi :
(1). Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya
siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin
tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik.
(2). Kelembaban
udara,
kelembaban
yang
rendah
memperpendek umur nyamuk.
(3). Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiakan anopheles.
(4). Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau
diperpanjang tergantung kepada arah angin.
(5). Sinar
matahari,
pengaruh
sinar
matahari
pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
terhadap
28
(6). Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan
denga air yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An.
minimus menyukai aliran air cukup deras.
(b). Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui
pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan.
(c). Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi
kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar
matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk
hidup lain.
(d). Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar
rumah sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat
eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan
eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu,
kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan
malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan tempat
perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding places).
7. Pencegahan Malaria
a. Pencegahan Primer
1). Tindakan terhadap manusia
(a). Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus
diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja
29
di daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan
tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang
terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria,
pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan
tempat perindukan.
(b). Melakukan
kegiatan
memberikan
sistem
penyuluhan
kewaspadaan
pada
dini,
masyarakat
dengan
tentang
cara
pencegahan malaria.
(c). Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan
nyamuk
dengan
menggunakan
pakaian
lengkap,
tidur
menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan
menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
(d). Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah
mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya
mengigit.
2). Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif
mengurangi
paparan
dengan
nyamuk,
namun
tidak
dapat
menghilangkan sepenuhnya risiko terkena infeksi. Diperlukan upaya
tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi risiko jatuh sakit
jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria
yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin,
meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan
30
sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untk pengobatan pencegahan
dengan klorokuin pada orang dewasa adalah 100 gram basa. Untuk
mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang
berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap
minggu; mulai minum obat 1-2 minggu sebelum mengadakan
perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama
dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan selama
4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut. Pengobatan
pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20 minggu
dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko
tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang bersifat
musiman maka upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk perlu
ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap pemberian
pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi
efek samping sangat besar.
3). Tindakan terhadap vektor
(a). Pengendalian secara mekanis Dengan cara ini, sarang atau tempat
berkembang
biak
serangga
dimusnahkan,
misalnya
dengan
mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk
dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan
manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan jalan
angin lainnya.
31
(b). Pengendalian secara biologis Pengendalian secara biologis
dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang bersifat
parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau
pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini,
penurunan populasi nyamuk terjadi secara alami tanpa menimbulkan
gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan pemangsa jentik
nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan sehingga steril
dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini sudah
dapat
dibiakkan
dan
diproduksi
secara
komersial
berbagai
mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk.
(c). Pengendalian secara kimiawi Pengendalaian secara kimiawi adalah
pengendalian
serangga
mengunakan
insektisida.
Dengan
ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai
pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran,
maka pengendalian serangga secara kimiawi berkembang pesat.
b. Pencegahan Sekunder
1). Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini
penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan
konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis
Test)) dan secara pasif dengan cara malakukan pencatatan dan
pelaporan kunjungan kasus malaria.
32
2). Diagnosa dini
(a). Gejala Klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat
dari penderita tentang keluhan utama (demam, menggigil,
berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare,
dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan
bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria,
riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria,
riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat
mendapat transfusi darah.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa :
(1). Demam (pengukuran dengan thermometer ≥37.5 °C)
(2). Anemia
(3). Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)
(b). Pemeriksaan Laboratorium
(1). Pemeriksaan mikroskopis
(2). Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)
(c). Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG
(Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
33
3). Pengobatan yang tepat dan adekuat
Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat
disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejalagejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya
karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Sejak
1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit tanaman cinchona. bahan
ini sangat beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan protozoa dalam
darah. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine,
Doxycyline, dan Melfoquine. Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat
mengakibatkan kematian penderita. Pengobatan harus dilakukan 24
jam sesudah terlihat adanya gejala.
Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:
(a).
Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah
dengan menggunakan chloroquine terhadap P. falciparum, P.
vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih sensitif terhadap
obat tersebut.
(b). Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi
malaria dengan komplikasi berat atau untuk orang yang tidak
memungkinkan diberikan obat peroral dapat diberikan obat
Quinine dihydrochloride.
(c).
Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah
dimana ditemukan strain yang resisten terhadap chloroquine,
pengobatan dilakukan dengan memberikan quinine.
34
(d). Untuk pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di
Papua New Guinea atau Irian Jaya (Indonesia) digunakan
mefloquine.
(e).
Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk
yang mengandung malaria P. vivax dan P. ovale berikan
pengobatan dengan primaquine. Primaquine tidak dianjurkan
pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria bukan
oleh gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah)
oleh karena dengan cara penularan infeksi malaria seperti ini
tidak ada fase hati.
c. Pencegahan Tertier
1). Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria
berat karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat
bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ
tertentu dan gangguan metabolisme.
Prinsip penanganan malaria berat :
(a). Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
(b). Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap
gangguan fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.
(c). Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan
tanda vital untuk mencegah memburuknya fungsi organ vital.
35
2). Rehabilitasi mental/ psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril
kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit
malaria, melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan
pelayanan tingkat lanjut.
B. Kerangka Konsep
1. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Karakteristik
Penderita
Malaria
Waktu
Tempat
Download