(PNPM) Mandiri Pedesaan (kasus di desa Kemang

advertisement
44
BAB VI
PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
(PNPM MP) DI DESA KEMANG
Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa
Kemang yang di survei dalam penelitian ini. Sebagaimana telah dikemukakan di
depan, mereka terdiri atas 60 rumahtangga yang dibedakan ke dalam dua kategori,
yakni: peserta PNPM MP Sosial Dasar (selanjutnya disebut Peserta Sosial Dasar)
dan peserta PNPM MP Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (selanjutnya
disebut Peserta SPKP), masing-masing sebanyak 30 rumahtangga.
Profil
rumahtangga
peserta
PNPM
MP
mencakup
karakteristik
sumberdaya individu dan rumahtangga. Karakteristik sumberdaya individu
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pekerjaan
dan status perkawinan. Adapun dalam hal karakteristik sumberdaya rumahtangga
berkenaan dengan kepemilikan yang meliputi: benda berharga, ternak, lahan dan
status kategori rumahtangga.
6.1 Karakteristik Individu
6.1.1 Rata-rata Jumlah Anggota Rumahtangga dan Jenis Kelamin
Dari total rumahtangga peserta PNPM MP, terdapat sebanyak 267 orang
anggota rumahtangga (ART). Dengan perkataan lain, rata-rata terdapat sekitar
empat orang ART per rumahtangga. Kondisi ini tidak berbeda dengan rata-rata
jumlah anggota rumahtangga penduduk Desa Kemang sebagaimana dikemukakan
pada bab sebelumnya. Diduga, kondisi ini berhubungan dengan masih
diterapkannya Program Keluarga Berencana di kalangan pasangan usia subur
yang ada di Desa Kemang. Untuk diketahui Terhadap total ART peserta
PNPM MP, 53 persen diantaranya merupakan ART dari Peserta SPKP.
45
Selanjutnya, jumlah ART peserta PNPM MP menurut kategori stimulan
dan jenis kelamin disajikan ke dalam Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang
menurut Kategori Stimulan dan Jenis Kelamin
Dari gambar 3 di atas, terlihat bahwa ART perempuan dominan pada
kedua kategrori penerima stimulan. Hal ini tampaknya sesuai dengan komposisi
penduduk menurut jenis kelamin pada tingkat desa, dimana perempuan dominan.
6.1.2 Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP Menurut Kelompok Umur
Tabel 6 di bawah ini menyajikan data kondisi rumahtangga peserta PNPM
MP menurut kategori stimulan, kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasar data
pada Tabel 6, diketahui bahwa mayoritas ART peserta PNPM MP terdiri atas
mereka yang tergolong kelompok umur produktif (15 sampai 64 tahun), yakni
sekitar 66 persen. Jika dilihat menurut kategori stimulannya, jumlah mereka
sekitar 73 persen pada Peserta SPKP, sementara pada Peserta Sosial Dasar sekitar
65 persen. Dengan perkataan lain, jumlah ART pada Peserta SPKP delapan persen
lebih tinggi dibanding pada Peserta Sosial Dasar.
46
Tabel 6 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang
menurut Kategori Stimulan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun
2011 (dalam persen)
Kelompok
Umur
(tahun)
< 15
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
PNPM MP Sosial
Dasar
LakiPeremlaki
puan
18
15
8
5
2
6
1
3
5
4
4
3
4
4
PNPM MP SPKP
Total
Lakilaki
13
9
5
2
1
4
7
Perempuan
13
6
3
4
2
2
7
Lakilaki
15
8
3
1
3
4
5
Perempuan
14
5
5
3
3
3
6
45-49
4
2
3
2
3
2
50-54
55-59
60-64
65+
Total
(persen)
Total
(jumlah)
2
1
4
2
3
1
1
2
1
4
0
1
2
3
2
3
2
2
1
3
2
3
1
1
51
49
54
46
52
48
68
59
72
68
140
127
Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, ternyata persentase ART laki-laki
lebih tinggi dibanding perempuan baik terhadap total rumahtangga contoh,
maupun pada
kedua kategori Peserta PNPM MP.
Secara umum, terdapat
berturut-turut 34 persen ART laki-laki dan hanya 32 persen ART perempuan.
Pada Peserta SPKP jumlah mereka menunjukkan tertinggi, yakni 40 persen ART
laki-laki, dimana jumlah tersebut sekitar 7 persen lebih tinggi dibanding ART
perempuan pada rumahtangga yang sama.
Lebih lanjut, merujuk pada rumus Rusli (1995), diketahui bahwa rasio
ketergantungan (dependency ratio)2 pada rumahtangga peserta PNPM MP
tergolong rendah yaitu sektar 0,48 atau kurang dari satu, yang berarti bahwa
jumlah penduduk usia kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang bukan
usia kerja (penduduk usia muda dan tua atau lanjut usia).
2
Rumus dependency ratio = Jumlah penduduk umur 0-14 tahun dan 65+
Jumlah penduduk umur 15-64 tahun
47
6.1.3 Tingkat Pendidikan Formal
Salah satu indikator kemajuan suatu desa dapat dilihat dari tingkat
pendidikan masyarakatnya. Namun pada umumnya kondisi masyarakat di desa
kurang akses terhadap pendidikan. Berikut disajikan data anggota rumahtangga
peserta PNPM MP menurut Kategori Stimulan, tingkat pendidikan formal dan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
.
Tabel 7 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP Sosial Dasar di
Desa Kemang menurut Kategori Stimlan, Tingkat Pendidikan Formal
dan Jenis Kelamin (dalam Persen)
PPM MP
PPM MP SPKP
Total
Sosial Dasar
Tingkat Pendidikan
Formal
Laki- Perem- Laki- Perem- Laki- Peremlaki
pun
laki
puan
laki
puan
SD/Sederajat
36
33
31
39
34
36
SMP/Sederajat
9
10
8
11
9
11
SMA/Sederajat
6
1
7
3
6
2
Perguruan Tinggi
2
3
1
0
1
1
Total (persen)
53
47
47
53
50
50
Total (Jumlah)
62
54
54
62
116
116
Tabel 7 memperlihatkan bahwa secara umum tingkat pendidikan formal
peserta PNPM MP Sosial Dasar mayoritas berpendidikan Tamat SD, yakni sekitar
69 persen. Jika dilihat menurut kategori stimulan, Peserta PNPM MP yang
berpendidikan SD dan SMP tidak berbeda jauh antara kedua stimulan yakni
sekitar satu persen. Adapun pada mereka yang tingkat pendidikannya perguruan
tinggi menunjukkan, persentase Peserta Sosial Dasar tiga persen lebih tinggi
dibandingkan Peserta SPKP.
6.1.3 Jenis Pekerjaan
6.1.3 Jenis Pekerjaan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa mayoritas lahan di Desa
Kemang merupakan lahan pertanian dan perhutanan. Kondisi tersebut tampaknya
mempengaruhi jenis pekerjaan anggota rumahtangga Peserta PNPM MP. Data
distribusi ART peserta PNPM MP menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin
mereka dapat dilihat pada Tabel 8.
48
Tabel 8. Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang
menurut Kategori Stimulan, Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun
2011 (dalam persen)
PNPM MP
PNPM MP SPKP
Total
Sosial Dasar
Jenis Pekerjaan
LakiPeremLakiPeremLakPeremlaki
puan
laki
puan
laki
puan
Petani
33
19
36
21
35
20
Buruh Tani
7
14
4
0
5
7
Buruh Non Tani
5
0
11
0
8
0
Pedagang
9
0
4
9
6
4
PNS
4
0
2
2
3
1
Industri
0
4
0
0
0
2
Rumahtangga
Pensiunan PNS
0
0
2
0
2
0
Lainnya
5
0
7
2
6
1
Total (persen)
63
37
66
34
65
35
Total (jumlah)
36
21
37
19
73
40
Diketahui bahwa lebih dari separuhnya yaitu sekitar 53 persen anggota
rumahtangga dari total keseluruhan peserta PNPM MP berstatus tidak bekerja.
Namun jika dilihat menurut jenis pekerjaannya, tidak berbeda jauh dengan kondisi
umum masyarakat Desa Kemang, jenis pekerjaan peserta PNPM MP juga
mayoritas bekerja di sektor pertanian. Terlihat pada Tabel 7, sebagian besar
peserta PNPM MP merupakan petani, yakni sekitar 55 persen. Adapun petani
yang dimaksud terdiri dari petani pemilik, petani penggarap serta petani pemilik
dan penggarap dengan persentase berturut-turut sepuluh persen, lima persen dan
40 persen.
Berdasarkan kategori stimulan, terdapat perbedaan pada kelompok yang
tergolong buruh tani dimana peserta PNPM MP Sosial Dasar yang tergolong
buruh tani 17 persen lebih tinggi dibandingkan dengan peserta PNPM MP SPKP.
Sebaliknya, pada peserta PNPM MP SPKP memiliki persentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta PNPPM MP Sosial Dasar pada kriteria pedagang,
yakni sekitar empat persen.
Adapun yang dimaksud pada pekerjaan lainnya
adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojeg, pekerja honorer serta perangkat
desa yaitu sekitar tujuh persen.
49
6.1.4 Status Pekerjaan
Tabel 9 berikut menyajikan data mengenai kondisi rumahtangga berkaitan
dengan status pekerjaannya menurut kategori stimulan dan jenis kelamin.
Tabel 9 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang
menurut Kategori Simulan, Status Bekerja dan Jenis Kelamin, Tahun
2011 (dalam persen)
PNPM MP
PNPM MP
Total
Sosial Dasar
SPKP
Status Bekerja
Laki- Perem- Laki- Perem- Laki Peremlaki
puan
laki
puan
laki
puan
Berusaha/bekerja sendiri
44
22
38
24
41
23
Berusaha dibantu dengan
buruh tidak tetap
4
4
5
4
5
4
Berusaha dibantu dengan
buruh tidak tetap
0
0
0
0
0
0
Buruh/Karyawan/
Pekerja dibayar
13
0
13
0
13
0
Pekerja keluarga
2
11
4
13
3
12
Total (persen)
63
37
60
40
61
39
Total (jumlah)
34
20
33
22
47
62
Berdasarkan Tabel 9 data dimana mayoritas peserta PNPM MP bekerja
dengan status berusaha/bekerja sendiri, baik pada Peserta Sosial Dasar maupun
SPKP dengan total kedanya yakni sekitar 64 persen. Namun demikian, jika dilihat
menurut jenis kelaminnya, diketahui bahwa persentase ART Laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan untuk semua kategori peserta PNPM, yaitu sekitar dua kali
lipat pada Peserta Sosial Dasar, satu setengah kali lipat pada Peserta SPKP.
Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa sebagian besar dari mereka
merupakan
petani
pemilik
penggarap,
sebagaimana
telah
dikemukakan
sebelumnya. Jika dilihat menurut jenis kelamin, Peserta Sosial Dasar yang bekerja
atau berusaha sendiri 18 persen lebih tinggi dibandingkan peserta SPKP.
6.1.5 Status Perkawinan
Pada Gambar 4 disajikan data mengenai profil ART peserta PNPM MP
menurut kategori stimulan dan status perkawinannya.
50
Gambar 4 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di
Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Status Perkawinan dan
Jenis Kelamin
Dikeahui bahwa tidak ditemukan adanya peserta PNPM MP yang menikah
dibawah umur (<15 tahun). Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974, batas usia yang diizinkan dalam suatu perkawinan diatur dalam pasal 7 ayat
(1) yaitu, jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun, dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Sebagaimana terlihat pada Gambar 4, pada peserta
PNPM MP di Desa Kemang masih ditemukan adanya peserta Sosial Dasar yang
menikah pada umur kurang dari 19 tahun, yaitu sekitar 30 persen. Hal ini
mengindikasikan masih relatif tingginya pernikahan usia muda di Desa Kemang.
Secara umum proporsi peserta PNPM MP Sosial Dasar dan peserta PNPM
MP SPKP yang berstatus kawin tidak berbeda jauh, berturut-turut sebesar 72
persen dan 71 persen. Lain hal nya pada kelompok peserta yang bersatus belum
kawin dimana Peserta Sosial Dasar lima persen lebih tinggi dibandingkan pada
Peserta SPKP.
6.2 Karakteristik Rumahtangga Peserta PNPM MP
6.2.1 Kepemilikan Benda Berharga
Kepemilikan benda berharga merupakan karakteristik rumahtangga untuk
memperoleh gambaran mengenai kondisi dari rumahtangga tersebut. Adapun
51
kepemilikan benda berharga terdiri dari kepemilikan atas teknologi rumahtangga
dan kepemilikan ternak. Berikut ini ditampilkan data terkait kepemilikan benda
berharga yang disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Rata-rata Kepemilikan Benda Berharga pada Rumahtangga Peserta
PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Tahun 2011
Kepemilikan Teknologi
PNPM Sosial Dasar
PNPM SPKP
Rumahtangga
0,03
0,00
Mobil
0,20
0,23
Motor
0,13
0,17
Sepeda
0,17
7,00
Radio/tape
0,33
12,00
Televisi
0,13
3,00
DVD
0,63
21,00
Hand Phone (HP)
Penanak Nasi (Rice
0,20
6,00
Cooker)
0,20
4,00
Dispenser
0,17
3,00
Kulkas
Diketahui bahwa rata-rata tertinggi ada pada kepemilikan hand phone (HP).
Sejak pendirian dua buah BTS (Telkomsel dan XL) dua tahun yang lalu di desa
ini, kepemilikan HP di Desa ini berkembang pesat dan hampir seluruh
rumahtangga di Desa Kemang memiliki HP dengan rata-rata dua unit per
rumahtangga. Kepemilikan benda berharga terbanyak kedua adalah televisi.
Sebagaimana HP, kepemilikan televisi ini pun hampir semua rumahtangga
memilikinya. Hal ini didukung oleh fakta bahwa dari hasil survei terhadap 60
rumahtanga, hanya
dua rumahtangga yang tidak memiliki televisi. Dengan
perkataan lain, televisi telah diposisikan sebagai kebutuhan primer bagi
masyarakat Desa Kemang. Adapun kepemilikan atas motor di desa ini juga
semakin berkembang setelah adanya program pembagunan pengaspalan jalan
yang berasal dari PNPM MP pada tahun 2009.
Jika dilihat berdasarkan kategori stimulan, terlihat bahwa pada rumahtangga
Peserta SPKP, rata-rata kepemilikan benda berharga lebih tinggi dibandingkan
dengan rumahtangga peserta SPKP. Diduga hal ini berhubungan dengan status
kategori rumahtangga dimana pada rumahtangga peserta Sosial Dasar
52
rumahtangga yang tergolong kategori miskin lebih banyak dibandingkan
rumahtangga Peserta SPKP.
Selanjutnya, pada Tabel 11 disajikan data berkenaan rata-rata kepemilikan
ternak yang terdiri dari ayam, domba/kambing dan bebek menurut kategori
stimulan.
Tabel 11 Rata-rata Kepemilikan Ternak pada Rumahtangga Peserta PNPM MP di
Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Tahun 2011 (ekor)
Kepemilikan Ternak
PNPM Sosial Dasar
PNPM SPKP
Ayam
1,13
0,67
Bebek
0,07
0,07
Domba
0,07
0,07
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel, rata-rata kepemilikan ternak ayam
menunjukkan jumlah tertinggi. Meski, jumlah tersebut menunjukkan penurunan
dibanding dengan jumlah ternak pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut
pernyataan beberapa rumahtangga, mereka yang dulu memlihara ayam di
pekarangan rumahnya sekarang mengaku sudah tidak lagi dikarenakan di desa ini
sempat terserang wabah flu burung sehingga merasa trauma untuk kembali
memelihara atau beternak ayam.
6.2.3 Luas Lahan Usaha Tani
Luas lahan usahatani yang dikuasai rumahtangga peserta PNPM MP dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut.
53
ha
ha
ha
Gambar 5 Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP
di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan dan Penguasaan Lahan
Diketahui bahwa Berdasarkan Gambar 5, terlihat mayoritas peserta PNPM
MP baik peserta PNPM MP Sosial Dasar maupun Pesera SPKP, memiliki lebih
dari 0,5 hektar lahan berturut-turut 22 persen dan 25 persen. Hal ini berhubungan
dengan fakta bahwa sebagian anggota rumahtangga peserta PNPM MP bermata
pencaharian sebagai petani pemilik dan penggarap. Adapun kepemilikan lahan
tersebut sebagian besar merupakan lahan warisan yang diturunkan secara turun
temurun. Selanjutnya, diketahui bahwa dari 35 persen rumahtangga yang
memiliki kurang dari 0,25 hektar lahan, sekitar sepuluh persen merupakan
rumahangga yang tidak memiliki lahan, hal ini berhubungan dengan fakta bahwa
terdapat sejumlah rumahtangga peserta PNPM MP yang tergolong ke dalam
rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan.
6.2.4
Status Kategori Rumahtangga
Kategori rumahtangga miskin dalam studi ini menggunakan indikator
lokal yang ditetapkan melalui pemetaan sosial yang dihadiri oleh rumahtangga
peserta PNPM MP, tokoh-tokoh masyarakat serta didampingi oleh Pendamping
Lokal dan Fasilitator Kecamatan. Kategori rumahtangga miskin menurut indikator
lokal yakni: (1) penghasilan dibawah Rp 500.000 per bulan, (2) makan satu kali
atau dua kali sehari tanpa lauk pauk, (3) makan daging/lauk pauk sebulan sekali,
54
(4) rumah Panggung dengan ukuran dibawah 30 meter persegi, kumuh, tidak
memiliki fentilasi dan kaca, tidak memiliki WC/toilet, (5) tidak memiliki sawah
atau ladang, (6) tidak memiliki kulkas, TV, (7) bahan bakar memasak masih
menggunakan kayu baka, (8) membeli pakaian setahun sampai dua tahun sekali
.
Adapun persentase rumahtangga peserta PNPM MP menurut kategori
rumahtangga miskin kriteria lokal disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang menurut
Kategori Stimulan dan Kategori Rumahtangga
Meski sasaran utama dalam PNPM MP merupakan rumahtangga miskin
(RTM) dengan tujuan utama meningkatkan partisipasi RTM, namun pada
pelaksanaan di Desa Kemang mayoritas Peserta PNPM MP merupakan
rumahtangga tidak miskin yaitu pada Peserta PNPM MP Sosial Dasar dan SPKP
berturut-turut sekitar 54 persen dan 67 persen.
Khusus pada program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP), dari
30 rumahtangga peserta SPKP jumlah rumahtangga berdasarkan kategori tidak
miskin, miskin dan sangat miskin berturut-turur, 20, 8 dan 2 rumahtangga.
Dengan perkataan lain, sekitar 60 persen anggota SPKP tergolong ke dalam
rumahtangga tidak miskin. Hal ini disebabkan pada umumnya RTM merasa tidak
memerlukan dana SPKP, dengan alasan bahwa mereka seakan memiliki beban
55
dengan kewajiban mengangsur setiap bulannya. Selain itu, sebagian besar RTM
yang ada di Desa Kemang tidak memiliki usaha dan hanya menggantungkan
hidupnya dari hasil bertani, seperti yang dipaparkan oleh Ibu E, Ketua SPKP
kelompok Pengajian Nurul Huda, Cikupa:
“…Seuseueur na anggota kelompok SPKP nu di Ibu sanes
RTM. Da saleres na mah neng kelompok nu sanes ge kitu, paling ngan
hiji dua nu RTM na mah. Sanes teu ditawisan, mung RTM mah kitu
rada keberatan aya pinjamana-pinjaman kieu teh, abot mayaran
angsuran sasihan na. Janten Ibu mah nyayogikeun kanggo saha we
kitu anu kersa, teras anu gaduh usaha nu mayeng, utami na mah anu
nyanggupan ngangsur unggal sasih tepat waktu..”
Adapun pada program pembangunan sarana dan prasarana baik pengaspalan jalan
maupun pembangunan PAUD, sebagian besar RTM merasa tidak dilibatkan.
Sebagaimana tertulis dalam PTO PNPM MP, tenaga kerja untuk pembangunan
sarana prasarana disyaratkan berasal dari RTM. Namun, pada kenyataannya di
lapangan, tenaga kerja yang menjadi tukang ditentukan secara sengaja dalam
musyawarah dengan tidak mempertimbangkan RTM melainkan dengan
pertimbangan keahlian. Sehingga tenaga kerja terpilih merupakan tukang
bangunan yang berdomisili di Desa Kemang.
Download