gambaran pengetahuan ibu hamil trimester iii tentang

advertisement
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI
SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12
BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG
Nofia Noor Izzaty 1), Eti Salafas 2), Heni Setyowati. 3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Noor Izzaty, Nofia. 2015. Perbedaan Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Tentang Pijat Bayi Sebelum
Dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan Di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. D III Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.
Pembimbing I : Eti Salafas, S.SiT., Pembimbing II : Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes
Xviii + 73 Halaman + 13 Tabel + 3 Bagan + 16 Gambar + 15 Lampiran
Pijat adalah perawatan kesehatan yang dipraktikkan sejak berabad-abad silam (Roesli, 2008). Studi
yang dilakukan peneliti berupa wawancara dari 15 ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan, 14 ibu (93%)
belum mengetahui tentang pijat bayi. Dan 15 ibu (100%) tersebut belum mengetahui tentang cara melakukan
pijat bayi yang benar. Pengetahuan yang didapat, pijat bayi sebagai rutinitas perawatan bayi bahkan untuk
mengusir makhluk halus yang dianggap mengganggu bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
tentang pijat bayi usia 3-12 bulan.
Desain penelitian yang digunakan adalah preeksperimental dengan pendekatan one group pretestposttest. Teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan Proportional Sampling yaitu 54 ibu yang
mempunyai bayi usia 3-12 bulan pada bulan April 2015. Pengumpulan data dengan kuesioner dan checklist
kemudian hasilnya diuji dengan uji t dependen.
Dari hasil penelitian, pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terdapat
peningkatan yaitu dari 15 ibu (27,8%) menjadi 37 ibu (68,5%) yang berkategori baik. Dan untuk
keterampilan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan yaitu dari tidak ada ibu
yang memiliki keterampilan baik menjadi 31 ibu (57,4%). Uji t dependen di dapatkan untuk tingkat
pengetahuan ibu terlihat bahwa p-value 0,000 <  (0,05). Sedangkan untuk tingkat keterampilan ibu terlihat
bahwa p-value 0,000 <  (0,05. Saran bagi ibu diharapkan menambah pengetahuan dan keterampilan tentang
pijat bayi.
Kata kunci : pengetahuan, keterampilan, pijat bayi
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
1
ABSTRACT
Izzaty, Nofia Noor. 2015. The Differences in Mother’s Knowledge and Skill about Infant Massage
between Before and After Given Information about Infant Massage for infant aged 3-12 months at
Kebon Dowo village, Banyubiru Sub-district Semarang Regency. Scientific Paper. Ngudi Waluyo
Midwifery Academy. First Advisor: Eti Salafas, S.SiT, Second Advisor: Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes
xviii + 73 pages + 13 tables + 3 charts + 16 figures + 15 appendices
Massage is a health care which had practiced since centuries ago (Roesli, 2008). In this study, the
researcher interviewed 15 mothers with infants aged 3-12 months, 14 mothers (93%) do not know about
infant massage. There are 15 mothers (100%) who do not aware of how to do infant massage properly. They
assumed that infant massage as baby care routine even to expel spirits that are considered disturbing the
baby. The purpose of this study is to find the differences in the mother’s knowledge and skill about infant
massage between before and after given information about infant massage for infant aged 3-12 months.
This was a pre-experimental study with one group pretest-posttest approach. The technique sampling
in this study used proportional sample as many as 54 mothers with infants aged 3-12 months during April
2015. The data were collected by using questionnaires and checklists and then the results were analyzed by
using dependent t-test.
Based on this study, the mother’s knowledge between before and after given information have
increased from 15 mothers (27.8%) to 37 mothers (68.5%) in good category. And for the mother’s skill
between before and after given information have increased from none become 31 mothers with good skills
(57.4%). By using dependent T-test for the mother’s knowledge obtained that p-value of 0.000 < α (0.05),
and for the mother's skill obtained the p-value of 0.000 < α (0.05). The mothers are expected to improve their
knowledge and skills about infant massage.
Keywords
: knowledge, skill, infant message
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pijat adalah terapi sentuh tertua yang
dikenal manusia dan yang paling populer. Pijat
adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan
yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam.
Laporan tertua tentang seni pijat untuk
pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu
catatan kedokteran pada zaman Mesir Kuno. Ayur
Veda adalah buku kedokteran tertua (sekitar 1800
SM) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan
olahraga, sebagai cara penyembuhan utama pada
masa itu di India. Para dokter di Cina dan Dinasti
Tang, sekitar 5000 tahun yang lalu, meyakini
bahwa pijat adalah salah satu dari empat teknik
pengobatan yang penting (Roesli, 2008, hlm 2).
Interaksi awal manusia terjadi melalui
sentuhan, ketika lahir merespon rangsangan fisik
yang dirasakan oleh kulit sebagai indra perasa
yang aktif. Sentuhan alamiah pada bayi
sesungguhnya sama artinya dengan tindakan
mengurut atau memijat, kalau tindakan ini
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata
cara dan teknik pemijatan bayi, bisa menjadi
terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat
bayi. Pemijatan ini tidak perlu di lakukan oleh
dukun pijat bayi sebab pemijatan dapat dilakukan
oleh ibu bayi. Banyak penelitian menunjukan,
penerapan dari terapi sentuhan yang diwujudkan
dalam bentuk pemijatan bayi memberikan
manfaat sangat besar pada perkembangan bayi,
baik secara fisik maupun emosional (Luize, 2006,
hlm 21).
Terapi pemijatan dapat mengurangi
kegelisahan dan hormon stress pada bayi yang
baru
lahir. Pemijatan bayi yang baru lahir
memacu kepercayaan diri dengan baik untuk
pertumbuhan otak, serta memperbaiki pencernaan
dan perilaku. Ketika terapi pemijatan tersebut
diberikan oleh ibu bayi, pemijatan tersebut juga
membuat yang memijat (ibu bayi) merasa lebih
baik atau nyaman sama seperti pada bayi yang
dipijatnya, sekaligus memberi pengobatan yang
efektif dan berharga (Field, 1995 dalam Harley,
2008).
Penelitian Prof.T.Field & Scafidi cit
Dasuki (2005) menunjukkan bahwa pada 20 bayi
prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gram),
yang dipijat selama 10 menit, terjadi kenaikan
berat badan 20% - 47% per hari lebih dari yang
tidak dipijat. Pada penelitian terhadap bayi cukup
bulan yang berusia 1-3 bulan yang dipijat selama
15 menit sebanyak 2 kali dalam seminggu untuk
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
2
masa 6 minggu menunjukkan kenaikan berat
badan yang lebih dari bayi kontrol. Bayi yang
dipijat selama 5 hari saja, daya tahan tubuhnya
akan mengalami peningkatan sebesar 40%
dibanding bayi yang tidak dipijat.
Selain itu pada penelitian yang dilakukan
oleh M.Fathoni (2010) yakni pengaruh pijat bayi
terhadap peningkatan kuantitas tidur bayi
didapatkan
hasil
pada
kelompok yang
mendapatkan perlakuan pemijatan, diperoleh data
rata-rata kuantitas tidur bayi adalah 10,79 jam
pada pre test dan pada post test rata-ratanya
adalah 12,91 jam dengan rata-rata peningkatan
sebesar 2,13 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan memberikan perlakuan pemijatan pada
bayi maka dapat meningkatkan kuantitas tidur
bayi.
Untuk kasus tertentu, pijat bayi juga
dapat memberikan manfaat tambahan bagi ibu
bayi yang masih remaja untuk mendongkrak rasa
percaya diri dan rasa penerimaan atas keadaannya
menjadi seorang ibu, serta meningkatkan harga
diri sebagai orang tua. Pijat bayi membantu
menciptakan ikatan yang lebih kuat antara ibu
dengan bayinya. Mereka akan lebih cepat
mengenal dan merasakan bahwa mereka saling
terikat dalam satu keluarga. Pemijat dapat
menyebabkan interaksi bayi dengan ibu lebih
positif, dan bayi menjadi lebih tenang serta waktu
tidur dan bangunnya lebih teratur, bahkan
pemijatan pada bayi dari ibu HIV- positif dapat
lebih menaikkan berat badan dan meningkatkan
perkembangan motorik bayi (Luize, 2006, hlm
23).
Salah satu upaya agar informasi dapat
dipahami dan dapat memberikan dampak
perubahan perilaku pada masyarakat khususnya
pada ibu adalah menggunakan penyuluhan
sebagai salah satu metoda tersampaikannya
informasi. Hal ini dikarenakan penyuluhan
merupakan salah satu cara pendekatan pada
masyarakat yang baik dan efektif dalam rangka
memberikan atau menyampaikan pesan-pesan
atau informasi-informasi kesehatan dengan tujuan
untuk mengubah perilaku dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang
menjadi target atau sasaran penyuluhan
(Notoatmojo, 2012, hlm 67).
Penyuluhan adalah suatu jenis layanan
yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan,
di dalamnya terdapat hubungan timbal balik
antara dua orang individu atau lebih dimana
penyuluh berusaha membantu sasaran (yang
diberi penyuluhan) untuk mencapai pengertian
tentang dirinya sendiri dalam hubungannya
dengan suatu hal (Natawijaya, 1987 dalam
Machfoed, 2005), dalam hal ini adalah untuk
mencapai pengertian tentang pijat bayi sehingga
akan
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
(kemampuan)
ibu
dalam
melakukannya.
Sasaran penyuluhan dipilih para ibu
dengan
harapan
akan
meningkatkan
pemahamannya tentang pijat bayi, dengan
meningkatnya pemahaman ibu-ibu tersebut
terdorong untuk melakukan sendiri pemijatan
pada bayinya agar dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan bayinya lebih
dekat dan lebih memahami keadaan bayinya dari
pada ayah, nenek, kakek atau orang lain.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang
pada tanggal 21 November 2014 diperoleh data
jumlah bayi usia 3-12 bulan sebanyak 78 bayi.
Dari 78 bayi didapatkan sebanyak 46 bayi (59%)
yang melakukan pijat bayi oleh dukun pijat.
Dengan rata-rata kunjungan 2-3 kali perbulan.
Dan hasil wawancara dari 15 ibu (19%) yang
memiliki bayi 3-12 bulan, 14 ibu (93%) belum
mengetahui dengan jelas tentang pijat bayi. Dan
setelah diminta untuk melakukan pijat bayi, 15
ibu (100%) tersebut belum mengetahui tentang
cara melakukan memijat bayi yang baik dan benar
sesuai pedoman pijat bayi, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan para ibu dalam
melakukannya. Pengetahuan yang mereka dapat
selama ini dari orang tua dan lingkungan
sekitarnya bahwa pijat bayi dilakukan apabila
bayi mereka rewel, juga sebagai suatu rutinitas
perawatan bayi setelah lahir bahkan untuk
mengusir makhluk halus yang dianggap
mengganggu bayi. Dan pemijatan tersebut
dilakukan oleh dukun bayi, sedangkan
keterampilan tentang pijat bayi belum pernah
mereka dapatkan karena yang melakukan pijat
bayi adalah dukun.
Selain itu, pada tahun 2012 di Desa
Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten
Semarang terjadi 2 kasus bayi yang mengalami
illeus obstructif yaitu berusia 2 bulan dan 3 bulan
6 hari. Dimana penyakit illeus obstructif yang
diderita merupakan penyebab dari cara memijat
bayi oleh dukun yang tidak memperhatikan
bagaimana cara memijat bayi yang benar.
Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, pada
saat kedua orang tua membawa bayinya ke dukun
untuk melakukan pemijatan, kedua bayi tersebut
mengalami hal yang sama yaitu perut kedua bayi
sedang dalam keadaan kembung. Karena dukun
pijat bayi tidak tahu mengenai hal-hal apa saja
yang harus diperhatikan saat akan melakukan
pemijatan terutama keadaan bayi, dukun bayi
tersebut tetap melakukan pemijatan tidak
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
3
terkecuali pada bagian perut. Sehingga terjadilah
illeus obstructif tersebut. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan
pemijatan pada area perut adalah melancarkan
sistem pencernaan bayi. Tapi apabila terjadi
penyumbatan usus, dan tetap dilakukan pemijatan
di area perut tersebut maka perut bayi akan
semakin kembung dan usus semakin tidak
bergerak, akhirnya terjadilah penyumbatan atau
akan menyebabkan gangguan peristaltik usus bayi
(illeus obstruktif) yang bisa berakibat fatal dan
harus dilakukan operasi (Roesli, 2008).
Pijat bayi sudah lama dikenal manusia
secara turun temurun tetapi pengaruh positif
terhadap bayi dan ibunya terutama apabila
dilakukan sendiri oleh ibu si bayi dengan teknik
yang benar belum banyak yang diketahui, hal ini
berhubungan
dengan
masih
kurangnya
penyuluhan tentang pijat bayi (Alan & Nicki
dalam Mutiah, 2006). Penelitian ilmiah mengenai
kemampuan ibu dalam melakukan pijat bayi
masih sangat sedikit, oleh karena itu peneliti
ingin mengetahui perbedaan pengetahuan dan
keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12
bulan.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Tujuan umum
Bertujuan
untuk
mengetahui
perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu
tentang pijat bayi sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12
bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Untuk
mengetahui
karakteristik
responden yang meliputi nama, umur,
pekerjaan, pendidikan.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu
yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan
tentang pijat bayi sebelum dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi di Desa
Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang.
c. Untuk mengetahui keterampilan ibu yang
mempunyai bayi usia 3-12 bulan dalam
melakukan pijat bayi sebelum dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi di Desa
Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang.
d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang
mempunyai bayi usia 3-12 bulan tentang
pijat bayi setelah dilakukan penyuluhan
tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten
Semarang.
e. Untuk mengetahui keterampilan ibu yang
mempunyai bayi usia 3-12 bulan dalam
melakukan pijat bayi setelah dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi di Desa
Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang
f. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan
dan keterampilan ibu tentang pijat bayi
sebelum
dan
sesudah
dilakukan
penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan di
Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Meningkatkan pemahaman tentang pijat bayi
sehingga terdorong untuk melakukan sendiri
pemijatan pada bayinya agar dapat
mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
perkembangan bayinya.
2. Bagi bidan atau tenaga kesehatan lainnya
a. Pengembangan
ilmu
pengetahuan
khususnya dalam kebidanan sehingga
dapat memperluas cakupan penelitian
terhadap masalah kebidanan terutama
pada pijat bayi.
b. Sebagai
sumber
informasi
ilmiah
mengenai pijat bayi usia 3-12 bulan bagi
tenaga medis dan para medis dalam
memberikan
pendidikan
kesehatan
sebagai upaya peningkatan pelayanan
kesehatan.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan
pengalaman penulis khususnya dalam hal
penelitian mengenai perbedaan pengetahuan
dan keterampilan ibu tentang pijat bayi
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
pijat bayi usia 3-12 bulan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk dijadikan sebagai tambahan
sumber bacaan di perpustakaan khususnya
tentang
perbedaan
pengetahuan
dan
keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum
dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi.
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian ini terdiri dari dua
yaitu : variabel bebas : penyuluhan tentang pijat
bayi usia 3-12 bulan dan variable terikat :
pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat
bayi. Hipotesis penelitian ini adalah “ada
perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu
tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan”. Penelitian
ini dilakukan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang pada tanggal 5
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
4
sampai dengan tanggal 15 April 2015. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memiliki bayi berumur 3-12 bulan pada bulan
April 2015 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang. Sampel
penelitian ini yang digunakan adalah ibu yang
memiliki bayi usia 3-12 bulan pada bulan April
2015 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang sebanyak 54 ibu
dengan kriteria inklusi : ibu yang memiliki bayi
berusia 3-12 bulan pada bulan April 2015 di Desa
Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang. Pada penelitian ini pengambilan
sampling menggunakan teknik Proportional
Sampling yang merupakan teknik yang digunakan
untuk menyempurnakan penggunaan teknik
sampel berstrata atau sampel wilayah. Instrumen
penelitian ini menggunakan kuisioner dan checklist.
Sebelum
kuesioner
dipergunakan
untuk
mengumpulkan data, perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan di Desa
Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang dengan jumlah responen 20 ibu. Hasil
analisa yang dilakukan dari 20 pernyataan
diperoleh 18 pernyataan yang valid dengan r
hitung > r tabel (0,444), dan 2 butir pernyataan
lainnya dinyatakan tidak valid dengan r hitung < r
tabel (0,444). Pernyataan yang tidak valid yaitu
pada nomor 12 dan 20. Karena pada nomor
tersebut sudah diwakilkan maknanya oleh nomor
yang lain, maka nomor 12 dan 20 tidak
digunakan. Dan untuk uji reabilitas didapatkan
nilai alpha kuisioner adalah 0,918 > 0,6. Sehingga
kuisioner tentang pijat bayi tersebut dinyatakan
reliabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Ibu yang Memiliki Bayi 3-12
Bulan di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Umur
Remaja Akhir
(16-25 tahun)
Dewasa Awal
(26-35 Tahun)
Dewasa Akhir
(36-45 Tahun)
Jumlah
Frekuensi
18
Persentase
(%)
33,3
29
53,7
7
13,0
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki
bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang,
sebagian besar berumur dewasa awal (26-35
tahun), yaitu sejumlah 29 orang (53,7%).
b. Pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pekerjaan Ibu
yang Memiliki Bayi 3-12 Bulan
di
Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Pekerjaan
Frekuensi Persentase (%)
IRT
37
68,5
Pedagang
5
9,3
Swasta
11
20,4
Petani
1
1,9
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki
bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang,
sebagian besar merupakan ibu rumah tangga
(tidak bekerja), yaitu sejumlah 37 orang
(68,5%).
c. Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pendidikan Ibu
yang Memiliki Bayi 3-12 Bulan
di
Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Pendidikan
Frekuensi Persentase (%)
Perguruan
9
16,7
Tinggi
18
33,3
Menengah
27
50,0
Dasar
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki
bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang,
lebih banyak ibu yang berpendidikan dasar
yaitu SD dan SMP, sejumlah 27 orang
(50,0%).
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
5
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi
Sebelum Dilakukan Penyuluhan tentang
Pijat Bayi
Tabel 4.4 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Pijat Bayi Sebelum
Dilakukan Penyuluhan tentang
Pijat Bayi di Desa Kebon
Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
15
27,8
Cukup
19
35,2
Kurang
20
37,0
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui
bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang
pijat bayi, pengetahuan ibu tentang pijat bayi
di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam
kategori kurang, yaitu sejumlah 20 orang
(37,0%).
b. Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat
Bayi Sebelum Dilakukan Penyuluhan
tentang Pijat Bayi
Tabel 4.5 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Keterampilan
Ibu dalam Melakukan Pijat
Bayi
Sebelum
Dilakukan
Penyuluhan tentang Pijat Bayi
di
Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Keterampilan Frekuensi Persentase (%)
Baik
0
0,0
Cukup
5
9,3
Kurang
49
90,7
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui
bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang
pijat bayi, keterampilan ibu dalam melakukan
pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian
besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah
49 orang (90,7%).
c. Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi
Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang
Pijat Bayi
Tabel 4.6 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Pijat Bayi Sesudah
Dilakukan Penyuluhan tentang
Pijat Bayi di Desa Kebon
Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
37
68,5
Cukup
15
27,8
Kurang
2
3,7
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa sesudah dilakukan penyuluhan tentang
pijat bayi, pengetahuan ibu tentang pijat bayi
di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, sebagian besar sudah
dalam kategori baik, yaitu sejumlah 37 orang
(68,5%).
d. Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat
Bayi Sesudah Dilakukan Penyuluhan
tentang Pijat Bayi
Tabel 4.7 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Keterampilan
Ibu dalam Melakukan Pijat
Bayi
Sesudah
Dilakukan
Penyuluhan tentang Pijat Bayi
di
Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Keterampilan Frekuensi Persentase (%)
Baik
31
57,4
Cukup
23
42,6
Kurang
0
0,0
Jumlah
54
100,0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui
bahwa setelah dilakukan penyuluhan tentang
pijat bayi, keterampilan ibu dalam melakukan
pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian
besar sudah dalam kategori baik, yaitu
sejumlah 31 orang (57,4%).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada bagian ini
digunakan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan dan keterampilan ibu tentang
pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan di Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyubiru
Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui
perbedaan ini, dilakukan uji t dependen
karena data yang diperoleh berdistribusi
normal. Data berdistribusi normal dibuktikan
pada hasil berikut ini.
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
6
a. Uji Normalitas
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data
Variabel
Pengetahuan Pretest
Keterampilan Pretest
Pengetahuan Posttest
Pengetahuan Posttest
N
54
54
54
54
p-value
0,060
0,281
0,349
0,341
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui
bahwa dari hasil uji normalitas menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p-value
untuk pengetahuan dan keterampilan pretest
masing-masing sebesar 0,060 dan 0,281,
sedangkan p-value untuk pengetahuan dan
ketrampilan posttest masing-masing sebesar
0,349 dan 0,341. Oleh karena ke empat p-value
tersebut lebih besar dari α (0,05) maka
disimpulkan semua data dapat dinyatakan
berdistribusi normal. Jadi uji perbedaan yang
digunakan menggunakan uji parametrik, yaitu
uji t dependen.
b. Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang Pijat
Bayi Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Penyuluhan Tentang Pijat Bayi
Tabel 4.9 Perbedaan Pengetahuan Ibu
tentang Pijat Bayi Sebelum dan
Sesudah
Dilakukakn
Penyuluhan tentang Pijat Bayi
di
Desa
Kebon
Dowo,
Kecamatan
Banyu
Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
pVariabel
Perlakuan N Mean SD
T
value
Pengetahuan Sebelum 54 11,72 2,729 - 0,000
Sesudah 54 14,28 1,898 7,850
Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui
bahwa rata-rata skor tingkat pengetahuan ibu
tentang pijat bayi sebelum dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi sebesar 11,72,
kemudian meningkat menjadi 14,28 sesudah
dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi.
Berdasarkan
uji
t
dependen,
didapatkan nilai t hitung adalah 7,850 dan nilai
t tabel adalah 2,011 atau t hitung lebih besar
dari t tabel. Sedangkan untuk nilai p-value
sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <
 (0,05), ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu
tentang pijat bayi sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di
Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang.
c. Perbedaan Keterampilan Ibu dalam
Melakukan Pijat Bayi Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Penyuluhan Tentang
Pijat Bayi
Tabel 4.10 Perbedaan Keterampilan Ibu
dalam Melakukan Pijat Bayi
Sebelum
dan
Sesudah
Dilakukan Penyuluhan tentang
Pijat Bayi di Desa Kebon
Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, 2015
Variabel
Perlakuan
Keterampilan Sebelum
Sesudah
N
Mean
SD
T
54 5,85 1,847 54 16,89 3,720 18,598
Berdasarkan tabel 4.10, dapat
diketahui
bahwa
rata-rata
skor
keterampilan ibu dalam pijat bayi sebelum
dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi
sebesar 5,85, kemudian meningkat
menjadi 16,89 sesudah dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi.
Berdasarkan
uji
t
dependen,
didapatkan nilai t hitung 18,598 dan nilai t
tabel adalah 2,011 atau t hitung lebih
besar dari t tabel. dengan p-value sebesar
0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < 
(0,05), ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan keterampilan
ibu dalam melakukan pijat bayi sebelum
dan sesudah dilakukan penyuluhan
tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten
Semarang.
Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Pengetahuan dan keterampilan ibu
sebelum di lakukan penyuluhan tentang
pijat bayi
1) Pengetahuan ibu tentang pijat bayi
sebelum
dilakukan
penyuluhan
tentang pijat bayi
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
sebelum
dilakukan
penyuluhan
tentang pijat bayi, ibu memiliki
pengetahuan kurang yaitu sejumlah 20
ibu
(37,0%),
yang
memiliki
pengetahuan cukup yaitu sejumlah 19
ibu (35,2%), dan yang memiliki
pengetahuan baik yaitu sejumlah 15
ibu (27,8%), hal ini dapat dikatakan
bahwa pengetahuan ibu tentang pijat
bayi sebelum dilakukan penyuluhan
tentang dipijat bayi usia 3-12 bulan di
Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
7
pvalue
0,000
Biru, Kabupaten Semarang, sebagian
besar dalam kategori kurang.
Hasil penenlitian tersebut
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ulfi Dhatul Khasanah
(2014), hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang pijat
bayi usia 0-12 bulan di Desa Tawang
Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang termasuk dalam kategori
kurang (59,4%).
Kurangnya pengetahuan ibu
tentang pijat bayi ini dapat
dipengaruhi oleh pekerjaan ibu,
pengalaman tentang pijat bayi yang
ibu miliki, budaya, dan lingkungan.
Pekerjaan ibu yang sebagian
besar adalah ibu rumah tangga yaitu
37 ibu (68,5%) ini yang dapat
mempengaruhi kurangnya tingkat
pengetahuan ibu tentang pijat bayi.
Hal ini ini dikarenakan setiap hari ibu
sibuk dengan pekerjaan dirumah
sehingga jarang memiliki waktu untuk
berpergian dan berkumpul dengan
orang lain sehingga kesempatan untuk
saling bertukar pikiran tentang pijat
bayi kurang.
Selain itu, pekerjaan berkaitan
erat dengan status ekonomi. Pada
status ekonomi dalam keluarga
mempengaruhi daya beli keluarga
dalam memenuhi kebutuhan, semakin
tinggi pendapatan keluarga akan lebih
mudah
mendapatkan
informasi
tentang pijat bayi misalkan mengikuti
seminar atau membeli buku tentang
pijat bayi dibanding dengan status
ekonomi rendah.
Sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Amirudin dan
Rostia (2007) menunjukkan bahwa
dari 20 ibu, 11 ibu (55%) berkerja
sebagai ibu rumah tangga. Dan dari 11
orang tersebut, 10 ibu (91%) memiliki
pengetahuan tentang pijat bayi dalam
kategori kurang.
Memang
secara
tidak
langsung pekerjaan turut andil dalam
mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang, hal ini dikarenakan
pekerjaan berhubungan erat dengan
faktor
interaksi
sosial
dan
kebudayaan, sedangkan interaksi
sosial dan budaya berhubungan erat
dengan proses pertukaran informasi.
Dan
hal
ini
tentunya
akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. (Humam, 2006). Selain itu,
Menurut Mubarak (2007, hlm 10)
lingkungan
pekerjaan
dapat
menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak
langsung. Sehingga pekerjaan ibu
mempunyai
peran
dalam
mempengaruhi pengetahuan tentang
pijat bayi dalam penelitian ini.
Selain pekerjaan, pengalaman
ibu tentang pijat bayi juga
mempengaruhi tingkat pengetahuan
ibu tentang pijat bayi yang kurang.
Banyak ibu yang tidak mengetahui
pijat bayi yang benar dan secara
mendetail. Dimana biasanya ibu akan
memberikan perlakuan yang sama
dalam perawatan bayi pada bayi atau
anak yang berikutnya, jika sejak bayi
yang pertama ibu hanya memijatkan
bayinya ke dukun bayi, maka ibu akan
melakukan hal yang sama untuk anak
ke-2 dan selanjutnya.
Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan
dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Ada kecenderungan
pengalaman yang tidak baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan,
namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka
secara psikologis akan timbul kesan
yang membekas dalam emosi
sehingga menimbulkan sikap positif.
Orang yang memiliki pengalaman
akan mempunyai pengetahuan yang
baik bila dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki pengalaman
dalam segi apapun (Mubarok, 2007).
Pengetahuan
adalah
merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian
yang pernah dialami baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang malakukan
kontak atau pengamatan terhadap
suatu obyek tertentu dalam setiap
pengalaman
yang
pernah
dialami(Mubarok,
dkk,
2007).
Pengalaman yang dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
profesional
serta
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
8
pengalaman dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan
yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam bidang kerjanya.
Bukan hanya pekerjaan dan
pengalaman yang mempengaruhi dari
kurangnya pengetahuan ibu tentang
pijat bayi, namun juga di pengaruhi
oleh faktor eksternal yaitu sosial
budaya dan lingkungan dimana sosial
budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam
menerima informasi, dalam sebuah
desa biasanya terdapat budaya turun
temurun yang dilakukan oleh ibu
seperti pijat bayi, ibu mempercayai
bahwa dukun bayi dapat membantu
ibu dalam melakukan pijat bayi.
Pengetahuan yang mereka dapat
selama ini dari orang tua dan
lingkungan sekitarnya bahwa pijat
bayi dilakukan apabila bayi mereka
rewel, juga sebagai suatu rutinitas
perawatan bayi setelah lahir bahkan
untuk mengusir makhluk halus yang
dianggap mengganggu bayi. Dan
pemijatan tersebut dilakukan oleh
dukun bayi. Sedangkan menurut
Nursalam (2003) dalam buku Wawan
&
Dewi
(2010),
lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada
di sekitar manusia dan pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok. Benar bahwa rata-rata
pekerjaan ibu adalah ibu rumah
tangga, sehingga dalam kegiatan
sehari-harinya
hanya
dalam
lingkungan rumahnya saja dan tidak
memiliki waktu banyak untuk
berkumpul dalam lingkungan yang
memungkinkan
ibu
untuk
memperoleh informasi tentang pijat
bayi.
Sedangkan untuk tingkat
pendidikan ibu, dari hasil penelitian
didapatkan
bahwa
distribusi
pendidikan responden dalam tingkatan
dasar (SD,SMP) yaitu 27 ibu (50%),
tingkatan menengah (SMA) yaitu 18
ibu (33,3%), dan tingkatan perguruan
tinggi yaitu 9 ibu (16,7%). Hasil
menunjukkan
bahwa
tingkat
pendidikan paling banyak adalah
tingkatan dasar (SD,SMP)
yaitu
sebanyak 27 orang (50%). Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Budiati
(2009) didapatkan data pendidikan ibu
yang terbanyak adalah lulusan SMA
sebanyak 12 responden (41.4%).
Sedangkan hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Mardiyaningsih
(2010) yang mendapatkan bahwa
pendidikan ibu paling banyak lulus
SMP sebanyak 18 responden (66.7%).
Pendidikan
dapat
mempengaruhi kemampuan orang tua
dalam melakukan perawatan pada
anaknya supaya anak dapat hidup
dilingkungan yang sehat (Friedman,
2005). Hasil pernyataan tersebut
diperkuat oleh penelitian Wardah
(2003) bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan
tingkat pengetahuan ibu tentang pijat
bayi.
Berdasarkan penelitian lain
yang dilakukan oleh Moore (2006)
menunjukkan bahwa tingginya tingkat
pengetahuan ibu tentang pijat bayi
tidak ditentukan dari
tingkat
pendidikan ibu akan tetapi oleh
informasi tentang pijat bayi yang
diterima oleh ibu.
Dapat disimpulkan bahwa
tingginya
pemahaman
atau
pengetahuan ibu tentang pijat bayi
tidak dapat dilihat dari tingkat
pendidikan ibu, melainkan informasi
yang benar dan diterima tentang pijat
bayi sebelumnya akan menentukan
baiknya pengetahuan ibu. Ibu yang
berpendidikan
rendah
namun
memperoleh informasi yang benar
tentang pijat bayi maka akan baik pula
tingkat pengetahuannya. Informasi
yang diperoleh dapat dilihat dan
dibaca di media sosial terkait
dengan pijat bayi. Kesadaran dan
keingintahuan ibu yang kuat mengenai
pijat bayi memberikan manfaat pada
Ibu dan bayinya (Anderson, 2012).
2) Keterampilan ibu tentang pijat bayi
sebelum
dilakukan
penyuluhan
tentang pijat bayi
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa
sebelum
dilakukan
penyuluhan
tentang pijat bayi, ibu memiliki
keterampilan kurang yaitu sejumlah
49 ibu (90,7%), yang memiliki
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
9
keterampilan cukup yaitu sejumlah 5
ibu (9,3%), dan tidak ada yang
memiliki keterampilan baik, hal ini
dapat dikatakan bahwa keterampilan
ibu tentang pijat bayi sebelum
dilakukan penyuluhan tentang dipijat
bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon
Dowo, Kecamatan Banyu Biru,
Kabupaten Semarang, sebagian besar
dalam kategori kurang.
Keterampilan ibu tentang pijat
bayi yang kurang ini disebabkan oleh
pengetahuan ibu tentang pijat bayi
yang kurang. Karena pada dasarnya
ibu akan melakukan pijat bayi dengan
baik dan benar apabila ibu mengetahui
manfaat pijat bayi bagi bayinya,
mengetahui
bagaimana
cara
melakukan pijat bayi yang benar, dan
apa bahayanya apabila ibu melakukan
pijat bayi dengan cara yang salah.
Menurut Notoadmojo (2012, hlm 145)
Sebelum
seseorang
melakukan
keterampilan baru, didalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses yaitu
kesadaran atau mengetahui objek
terlebih dahulu, tertarik terhadap
objek tersebut, menimbang-nimbang
baik dan tidaknya objek tersebut bagi
dirinya, selanjutnya mencoba untuk
melakukan keterampilan baru sesuai
objek tersebut. Apabila penerimaan
keterampilan baru tersebut melalui
proses seperti yang dijelaskan diatas
dan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dari sikap yang positif,
maka keterampilan tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting).
Green,
1984
dalam
Notoatmodjo ( 2005, hlm 152).
Semakin tinggi pengetahuan dan
pendidikan
seseorang
akan
meningkatkan
keterampilannya,
bertambahnya pengalaman seseorang
akan menambah keterampilannya,
adanya lingkungan dan fasilitas
yang
mendukung
akan
meningkatkan
keterampilan,
kebiasaan sehari-hari dan budaya
setempat
akan
mempengaruhi
keterampilan seseorang. Menurut
teori tersebut diatas, keterampilan ibu
tentang pijat bayi juga dipengaruhi
oleh kebiasaan sehari-hari yang
dilakukan ibu, untuk sehari-harinya
karena untuk memijat bayinya
dilakukan oleh dukun pijat sehingga
ibu hampir tidak pernah melakukan
sendiri pemijatan bayi. Keadaan ini
membuat ibu tidak mungkin untuk
melakukan pijat bayi dalam kegiatan
sehari-harinya. Sehingga keterampilan
ibu untuk melakukan pijat bayi juga
kurang.
b. Pengetahuan dan keterampilan ibu tentang
pijat bayi sesudah dilakukan penyuluhan
tentang pijat bayi.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sesudah
dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi,
pengetahuan ibu tentang pijat bayi di
Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu
Biru, Kabupaten Semarang yang kategori
pengetahuannya kurang yaitu 2 ibu
(3,7%), pengetahuan cukup yaitu 15 ibu
(27,8%), dan yang berpengetahuan baik
yaitu 37 ibu (68,5%). Hal ini dapat
dikatakan
bahwa
sebagian
besar
responden sudah mempunyai pengetahuan
tentang pijat bayi dalam kategori baik,
yaitu sejumlah 37 orang (68,5%).
Sedangkan untuk keterampilan
ibu tentang pijat bayi berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 4.7 dapat diketahui
bahwa sesudah dilakukan penyuluhan
tentang pijat bayi, keterampilan ibu
tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo,
Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten
Semarang tidak ada ibu yang memiliki
kategori
keterampilan
kurang,
keterampilan cukup yaitu 23 ibu (42,6%),
dan yang memiliki keterampilan baik
yaitu 31 ibu (57,4%). Hal ini dapat
dikatakan
bahwa
sebagian
besar
responden sudah mempunyai keterampilan
tentang pijat bayi dalam kategori baik.
Pengetahuan dan keterampilan ibu tentang
pijat bayi yang menjadi baik setelah
dilakukan penyuluhan adalah merupakan
hasil yang diharapkan dalam penyuluhan.
Penyuluhan kesehatan adalah
penambahan
pengetahuan
dan
keterampilan seseorang melalui tehnik
praktek belajar atau instruksi dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
10
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bias dilakukan, secara perseorangan
maupun secara kelompok dengan meminta
pertolongan (Effendy, 2003).
Rata-rata ibu yang menjadi
responden di desa Kebo Dowo, kecamatan
Banyu Biru, kabupaten Semarang
memiliki umur antara 26–35 tahun yaitu
29 ibu (53,7%). Apabila dilihat dari faktor
umur, ibu memiliki daya tangkap yang
lumayan cepat untuk menerima informasi
yang diberikan. Menurut Thomas yang
dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Harlock (2005)
semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseoarng akan lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini adalah bagian dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
2. Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
4.9 didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai
pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum
dilakukan
penyuluhan
sebesar
11,72,
kemudian meningkat menjadi 14,28 setelah
dilakukan penyuluhan. Sedangkan untuk
keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum
dilakukan penyuluhan sebesar 5,85, kemudian
meningkat menjadi 16,89 setelah diberikan
penyuluhan. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan
bahwa
terdapat
perbedaan
pengetahuan dan keterampilan ibu tentang
pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan tentang pijat bayi.
Penyuluhan kesehatan ini merupakan
sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu dan bayi, dalam bentuk
tatap muka dalam kelompok yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan ibu mengenai perawatan bayi,
khususnya pijat bayi. Tujuan yang diharapkan
adalah meningkatkan pengetahuan, merubah
sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang pijat bayi dan memiliki keterampilan
dalam melakukan pijat bayi. Ibu yang
mengikuti penyuluhan ini diharapkan akan
merubah cara berfikir ibu sehingga sadar akan
pentingnya bertanya ataupun mencari
informasi dengan sumber yang jelas, yaitu
bisa dengan cara bertanya kepada petugas
kesehatan.
Perbedaan pengetahuan dan keterampilan
ibu tersebut karena metode penyuluhan yang
diberikan dimulai dengan melakukan pretest
dengan meminta ibu untuk mengisi kuisioner
yang diberikan kepada ibu, dan meminta ibu
untuk melakukan pijat bayi yang akan dinilai
oleh peneliti. Setelah itu, peneliti melakukan
penyuluhan dengan cara menjelaskan,
mendemonstrasikan, dan memperlihatkan
video kepada ibu. Setelah melakukan
serangkaian penyuluhan, peneliti memberikan
posstest dengan memberikan kuisioner kepada
ibu dan meminta untuk melakukan pijat bayi.
Keberhasilan dalam penyuluhan ini juga
dikarenakan rata-rata ibu yang menjadi
responden di desa memiliki umur antara 26 –
35 tahun yang dilihat dari umur ibu memiliki
daya tangkap yang lumayan cepat untuk
menerima informasi yang diberikan. Dan juga
penyuluhan dibantu dengan cara penyampaian
yaitu dengan memperlihatkan video dan juga
secara demontrasi agar ibu lebih mudah
menerima informasi yang diberikan. Menurut
Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Harlock (2005) semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseoarng akan lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini adalah bagian dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah
Ernawati (2011) nampak bahwa terjadi
peningkatan jumlah responden yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik
dengan
menggunakan
Wilcoxon
Test diperoleh Z = -4,426 nilai p-value = 0,00
kurang dari α = 0,05, sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada
pengaruh demonstrasi tentang pijat bayi
terhadap tingkat pengetahuan tentang Pijat
Bayi Di Posyandu Desa Kencong Kecamatan
Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2011.
Selain itu, sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Rona Riasma Oktobriariani
(2012), menunjukkan bahwa thitung (29,231)
> ttabel (2,040) atau p-value (0,000) < α
(0,05) maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil post
test dan pre test. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang pijat bayi terhadap keterampilan ibu
tentang pijat bayi.
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
11
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi
usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo,
kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat
bayi hampir sama antara kategori kurang dan
cukup yaitu 20 ibu (37,0%) dan 19 ibu
(35,2%).
2. Tingkat keterampilan ibu yang memiliki bayi
usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo,
kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat
bayi sebagian besar dalam kategori kurang
yaitu 49 ibu (90,7%).
3. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi
usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo,
kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat
bayi sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 37 orang (68,5%).
4. Tingkat keterampilan ibu yang memiliki bayi
usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo,
kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat
bayi sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 31 ibu (57,4%).
5. Ada perbedaan pengetahuan dan keterampilan
ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi usia
3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan
Banyu Biru, Kabupaten Semarang. Dimana
untuk tingkat pengetahuan ibu terlihat bahwa
p-value 0,000 <  (0,05). Sedangkan untuk
tingkat keterampilan ibu terlihat bahwa pvalue 0,000 <  (0,05).
Saran
1. Bagi Ibu
Ibu sebaiknnya menambah wawasan
dan mencari informasi lebih banyak lagi
mengenai perawatan bayi khususnya pijat
bayi dengan cara membaca buku, searching
atau aktif bertanya kepada tenaga kesehatan
karena melakukan pijat bayi memiliki
manfaat yang sangat banyak bagi bayi jika
dilakukan dengan benar oleh ibu di rumah,
dengan begitu ibu tidak harus membawa
bayinya ke dukun.
2. Bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya
Bidan dan tenaga kesehatan lainnya
lebih aktif dan lebih banyak lagi memberikan
pendidikan kesehatan ataupun penyuluhan
tentang perawatan pada bayi khususnya pijat
bayi seperti memberikan sosialisasi kepada
ibu dan ini juga dapat dilakukan dengan
membuka pelayanan pijat bayi di klinik atau
tempat praktik bidan.
3. Bagi peneliti lain
Peneliti lain diharapkan meneliti
faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu tentang
pijat bayi yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S.2002.Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan
Praktik.Jakarta:Rineka
Cipta.
Danim, S. 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmuilmu perilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Dasuki, M.2003.Pengaruh Pijat Bayi terhadap
Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 4
Bulan.( Tesis Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Gizi dan
Kesehatan UGM ).Yogyakarta.
Irgiyanto, A. 2009. Teknik Pengambilan Sampel.
Yogyakarta: Mitra Cendika
Kasjono, HS. 2009. Teknik Sampling Untuk
Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Graha
Ilmu
Machfoedz, I. 2007. Teknik Membuat Alat Ukur
Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya
Maharani, Sabrina. 2009. Pijat dan Senam Sehat
Untuk bayi. Jogjakarta: Kata Hati
Niki & Alan. 2006. Prosedur Penelitian.Jakarta:
Salemba Medika.
Nofia Wahyu, 2014, Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
Ibu
Tentang Pijat Bayi Di Polindes Desa
Klieng
Cot
Aron
Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar,
Banda Aceh,
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan U’budiyah Program Studi DIV Kebidanan Banda Aceh.
Notoatmodjo ,S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nugroho Taufan dan Ari Setiawan, 2010.
Kesehatan
Wanita
Gender
Dan
Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha
Medica
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
12
Prasetyono, D.S. 2009. Teknik-Teknik Tepat
Memijat Bayi Sendiri. Yogyakarta: Diva
Press
Riksaani, Ria. 2014. Cara Mudah dan Aman Pijat
Bayi. Jakarta: Dunia Sehat
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medica
Roesli, Utami dR, SpA, MBA., CIMI. 2008.
Pedoman Pijat Bayi Prematur dan Bayi
Usia 0-3 Bulan. Jakarta: Trubus
Agriwidya. 2011. Pedoman Pijat Bayi.
Jakarta: Trubus Agriwidya
Subakti, Yazid, S.Si, Deri Rizky Anggraini S.Gz.
2008. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita.
Jakarta: Wahyu Media
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
13
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI
SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12
BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
NOFIA NOOR IZZATY
NIM. 0121583
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO,
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
14
Download