PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG Nofia Noor Izzaty 1), Eti Salafas 2), Heni Setyowati. 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK Noor Izzaty, Nofia. 2015. Perbedaan Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Tentang Pijat Bayi Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan Di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. D III Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Eti Salafas, S.SiT., Pembimbing II : Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes Xviii + 73 Halaman + 13 Tabel + 3 Bagan + 16 Gambar + 15 Lampiran Pijat adalah perawatan kesehatan yang dipraktikkan sejak berabad-abad silam (Roesli, 2008). Studi yang dilakukan peneliti berupa wawancara dari 15 ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan, 14 ibu (93%) belum mengetahui tentang pijat bayi. Dan 15 ibu (100%) tersebut belum mengetahui tentang cara melakukan pijat bayi yang benar. Pengetahuan yang didapat, pijat bayi sebagai rutinitas perawatan bayi bahkan untuk mengusir makhluk halus yang dianggap mengganggu bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi usia 3-12 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah preeksperimental dengan pendekatan one group pretestposttest. Teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan Proportional Sampling yaitu 54 ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan pada bulan April 2015. Pengumpulan data dengan kuesioner dan checklist kemudian hasilnya diuji dengan uji t dependen. Dari hasil penelitian, pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan yaitu dari 15 ibu (27,8%) menjadi 37 ibu (68,5%) yang berkategori baik. Dan untuk keterampilan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan yaitu dari tidak ada ibu yang memiliki keterampilan baik menjadi 31 ibu (57,4%). Uji t dependen di dapatkan untuk tingkat pengetahuan ibu terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05). Sedangkan untuk tingkat keterampilan ibu terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05. Saran bagi ibu diharapkan menambah pengetahuan dan keterampilan tentang pijat bayi. Kata kunci : pengetahuan, keterampilan, pijat bayi PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 1 ABSTRACT Izzaty, Nofia Noor. 2015. The Differences in Mother’s Knowledge and Skill about Infant Massage between Before and After Given Information about Infant Massage for infant aged 3-12 months at Kebon Dowo village, Banyubiru Sub-district Semarang Regency. Scientific Paper. Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Eti Salafas, S.SiT, Second Advisor: Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes xviii + 73 pages + 13 tables + 3 charts + 16 figures + 15 appendices Massage is a health care which had practiced since centuries ago (Roesli, 2008). In this study, the researcher interviewed 15 mothers with infants aged 3-12 months, 14 mothers (93%) do not know about infant massage. There are 15 mothers (100%) who do not aware of how to do infant massage properly. They assumed that infant massage as baby care routine even to expel spirits that are considered disturbing the baby. The purpose of this study is to find the differences in the mother’s knowledge and skill about infant massage between before and after given information about infant massage for infant aged 3-12 months. This was a pre-experimental study with one group pretest-posttest approach. The technique sampling in this study used proportional sample as many as 54 mothers with infants aged 3-12 months during April 2015. The data were collected by using questionnaires and checklists and then the results were analyzed by using dependent t-test. Based on this study, the mother’s knowledge between before and after given information have increased from 15 mothers (27.8%) to 37 mothers (68.5%) in good category. And for the mother’s skill between before and after given information have increased from none become 31 mothers with good skills (57.4%). By using dependent T-test for the mother’s knowledge obtained that p-value of 0.000 < α (0.05), and for the mother's skill obtained the p-value of 0.000 < α (0.05). The mothers are expected to improve their knowledge and skills about infant massage. Keywords : knowledge, skill, infant message PENDAHULUAN Latar Belakang Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran pada zaman Mesir Kuno. Ayur Veda adalah buku kedokteran tertua (sekitar 1800 SM) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olahraga, sebagai cara penyembuhan utama pada masa itu di India. Para dokter di Cina dan Dinasti Tang, sekitar 5000 tahun yang lalu, meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari empat teknik pengobatan yang penting (Roesli, 2008, hlm 2). Interaksi awal manusia terjadi melalui sentuhan, ketika lahir merespon rangsangan fisik yang dirasakan oleh kulit sebagai indra perasa yang aktif. Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat, kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat bayi. Pemijatan ini tidak perlu di lakukan oleh dukun pijat bayi sebab pemijatan dapat dilakukan oleh ibu bayi. Banyak penelitian menunjukan, penerapan dari terapi sentuhan yang diwujudkan dalam bentuk pemijatan bayi memberikan manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik secara fisik maupun emosional (Luize, 2006, hlm 21). Terapi pemijatan dapat mengurangi kegelisahan dan hormon stress pada bayi yang baru lahir. Pemijatan bayi yang baru lahir memacu kepercayaan diri dengan baik untuk pertumbuhan otak, serta memperbaiki pencernaan dan perilaku. Ketika terapi pemijatan tersebut diberikan oleh ibu bayi, pemijatan tersebut juga membuat yang memijat (ibu bayi) merasa lebih baik atau nyaman sama seperti pada bayi yang dipijatnya, sekaligus memberi pengobatan yang efektif dan berharga (Field, 1995 dalam Harley, 2008). Penelitian Prof.T.Field & Scafidi cit Dasuki (2005) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gram), yang dipijat selama 10 menit, terjadi kenaikan berat badan 20% - 47% per hari lebih dari yang tidak dipijat. Pada penelitian terhadap bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan yang dipijat selama 15 menit sebanyak 2 kali dalam seminggu untuk PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 2 masa 6 minggu menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih dari bayi kontrol. Bayi yang dipijat selama 5 hari saja, daya tahan tubuhnya akan mengalami peningkatan sebesar 40% dibanding bayi yang tidak dipijat. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh M.Fathoni (2010) yakni pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan kuantitas tidur bayi didapatkan hasil pada kelompok yang mendapatkan perlakuan pemijatan, diperoleh data rata-rata kuantitas tidur bayi adalah 10,79 jam pada pre test dan pada post test rata-ratanya adalah 12,91 jam dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,13 jam. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memberikan perlakuan pemijatan pada bayi maka dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi. Untuk kasus tertentu, pijat bayi juga dapat memberikan manfaat tambahan bagi ibu bayi yang masih remaja untuk mendongkrak rasa percaya diri dan rasa penerimaan atas keadaannya menjadi seorang ibu, serta meningkatkan harga diri sebagai orang tua. Pijat bayi membantu menciptakan ikatan yang lebih kuat antara ibu dengan bayinya. Mereka akan lebih cepat mengenal dan merasakan bahwa mereka saling terikat dalam satu keluarga. Pemijat dapat menyebabkan interaksi bayi dengan ibu lebih positif, dan bayi menjadi lebih tenang serta waktu tidur dan bangunnya lebih teratur, bahkan pemijatan pada bayi dari ibu HIV- positif dapat lebih menaikkan berat badan dan meningkatkan perkembangan motorik bayi (Luize, 2006, hlm 23). Salah satu upaya agar informasi dapat dipahami dan dapat memberikan dampak perubahan perilaku pada masyarakat khususnya pada ibu adalah menggunakan penyuluhan sebagai salah satu metoda tersampaikannya informasi. Hal ini dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu cara pendekatan pada masyarakat yang baik dan efektif dalam rangka memberikan atau menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dengan tujuan untuk mengubah perilaku dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang menjadi target atau sasaran penyuluhan (Notoatmojo, 2012, hlm 67). Penyuluhan adalah suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan, di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara dua orang individu atau lebih dimana penyuluh berusaha membantu sasaran (yang diberi penyuluhan) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan suatu hal (Natawijaya, 1987 dalam Machfoed, 2005), dalam hal ini adalah untuk mencapai pengertian tentang pijat bayi sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (kemampuan) ibu dalam melakukannya. Sasaran penyuluhan dipilih para ibu dengan harapan akan meningkatkan pemahamannya tentang pijat bayi, dengan meningkatnya pemahaman ibu-ibu tersebut terdorong untuk melakukan sendiri pemijatan pada bayinya agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayinya lebih dekat dan lebih memahami keadaan bayinya dari pada ayah, nenek, kakek atau orang lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang pada tanggal 21 November 2014 diperoleh data jumlah bayi usia 3-12 bulan sebanyak 78 bayi. Dari 78 bayi didapatkan sebanyak 46 bayi (59%) yang melakukan pijat bayi oleh dukun pijat. Dengan rata-rata kunjungan 2-3 kali perbulan. Dan hasil wawancara dari 15 ibu (19%) yang memiliki bayi 3-12 bulan, 14 ibu (93%) belum mengetahui dengan jelas tentang pijat bayi. Dan setelah diminta untuk melakukan pijat bayi, 15 ibu (100%) tersebut belum mengetahui tentang cara melakukan memijat bayi yang baik dan benar sesuai pedoman pijat bayi, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan para ibu dalam melakukannya. Pengetahuan yang mereka dapat selama ini dari orang tua dan lingkungan sekitarnya bahwa pijat bayi dilakukan apabila bayi mereka rewel, juga sebagai suatu rutinitas perawatan bayi setelah lahir bahkan untuk mengusir makhluk halus yang dianggap mengganggu bayi. Dan pemijatan tersebut dilakukan oleh dukun bayi, sedangkan keterampilan tentang pijat bayi belum pernah mereka dapatkan karena yang melakukan pijat bayi adalah dukun. Selain itu, pada tahun 2012 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang terjadi 2 kasus bayi yang mengalami illeus obstructif yaitu berusia 2 bulan dan 3 bulan 6 hari. Dimana penyakit illeus obstructif yang diderita merupakan penyebab dari cara memijat bayi oleh dukun yang tidak memperhatikan bagaimana cara memijat bayi yang benar. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, pada saat kedua orang tua membawa bayinya ke dukun untuk melakukan pemijatan, kedua bayi tersebut mengalami hal yang sama yaitu perut kedua bayi sedang dalam keadaan kembung. Karena dukun pijat bayi tidak tahu mengenai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat akan melakukan pemijatan terutama keadaan bayi, dukun bayi tersebut tetap melakukan pemijatan tidak PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 3 terkecuali pada bagian perut. Sehingga terjadilah illeus obstructif tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan pemijatan pada area perut adalah melancarkan sistem pencernaan bayi. Tapi apabila terjadi penyumbatan usus, dan tetap dilakukan pemijatan di area perut tersebut maka perut bayi akan semakin kembung dan usus semakin tidak bergerak, akhirnya terjadilah penyumbatan atau akan menyebabkan gangguan peristaltik usus bayi (illeus obstruktif) yang bisa berakibat fatal dan harus dilakukan operasi (Roesli, 2008). Pijat bayi sudah lama dikenal manusia secara turun temurun tetapi pengaruh positif terhadap bayi dan ibunya terutama apabila dilakukan sendiri oleh ibu si bayi dengan teknik yang benar belum banyak yang diketahui, hal ini berhubungan dengan masih kurangnya penyuluhan tentang pijat bayi (Alan & Nicki dalam Mutiah, 2006). Penelitian ilmiah mengenai kemampuan ibu dalam melakukan pijat bayi masih sangat sedikit, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Tujuan umum Bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan. b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. c. Untuk mengetahui keterampilan ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan dalam melakukan pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan tentang pijat bayi setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. e. Untuk mengetahui keterampilan ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan dalam melakukan pijat bayi setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang f. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu Meningkatkan pemahaman tentang pijat bayi sehingga terdorong untuk melakukan sendiri pemijatan pada bayinya agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayinya. 2. Bagi bidan atau tenaga kesehatan lainnya a. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kebidanan sehingga dapat memperluas cakupan penelitian terhadap masalah kebidanan terutama pada pijat bayi. b. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai pijat bayi usia 3-12 bulan bagi tenaga medis dan para medis dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis khususnya dalam hal penelitian mengenai perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan. 4. Bagi Institusi Pendidikan Untuk dijadikan sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan khususnya tentang perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi. METODE PENELITIAN Variabel penelitian ini terdiri dari dua yaitu : variabel bebas : penyuluhan tentang pijat bayi usia 3-12 bulan dan variable terikat : pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi. Hipotesis penelitian ini adalah “ada perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan”. Penelitian ini dilakukan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang pada tanggal 5 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 4 sampai dengan tanggal 15 April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berumur 3-12 bulan pada bulan April 2015 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Sampel penelitian ini yang digunakan adalah ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan pada bulan April 2015 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebanyak 54 ibu dengan kriteria inklusi : ibu yang memiliki bayi berusia 3-12 bulan pada bulan April 2015 di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Pada penelitian ini pengambilan sampling menggunakan teknik Proportional Sampling yang merupakan teknik yang digunakan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan checklist. Sebelum kuesioner dipergunakan untuk mengumpulkan data, perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang dengan jumlah responen 20 ibu. Hasil analisa yang dilakukan dari 20 pernyataan diperoleh 18 pernyataan yang valid dengan r hitung > r tabel (0,444), dan 2 butir pernyataan lainnya dinyatakan tidak valid dengan r hitung < r tabel (0,444). Pernyataan yang tidak valid yaitu pada nomor 12 dan 20. Karena pada nomor tersebut sudah diwakilkan maknanya oleh nomor yang lain, maka nomor 12 dan 20 tidak digunakan. Dan untuk uji reabilitas didapatkan nilai alpha kuisioner adalah 0,918 > 0,6. Sehingga kuisioner tentang pijat bayi tersebut dinyatakan reliabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu yang Memiliki Bayi 3-12 Bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Umur Remaja Akhir (16-25 tahun) Dewasa Awal (26-35 Tahun) Dewasa Akhir (36-45 Tahun) Jumlah Frekuensi 18 Persentase (%) 33,3 29 53,7 7 13,0 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur dewasa awal (26-35 tahun), yaitu sejumlah 29 orang (53,7%). b. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi 3-12 Bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) IRT 37 68,5 Pedagang 5 9,3 Swasta 11 20,4 Petani 1 1,9 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar merupakan ibu rumah tangga (tidak bekerja), yaitu sejumlah 37 orang (68,5%). c. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi 3-12 Bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Perguruan 9 16,7 Tinggi 18 33,3 Menengah 27 50,0 Dasar Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 54 responden ibu yang memiliki bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, lebih banyak ibu yang berpendidikan dasar yaitu SD dan SMP, sejumlah 27 orang (50,0%). PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 5 2. Analisis Univariat a. Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sebelum Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sebelum Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 15 27,8 Cukup 19 35,2 Kurang 20 37,0 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 20 orang (37,0%). b. Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sebelum Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sebelum Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Keterampilan Frekuensi Persentase (%) Baik 0 0,0 Cukup 5 9,3 Kurang 49 90,7 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, keterampilan ibu dalam melakukan pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 49 orang (90,7%). c. Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 37 68,5 Cukup 15 27,8 Kurang 2 3,7 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar sudah dalam kategori baik, yaitu sejumlah 37 orang (68,5%). d. Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Keterampilan Frekuensi Persentase (%) Baik 31 57,4 Cukup 23 42,6 Kurang 0 0,0 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, keterampilan ibu dalam melakukan pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar sudah dalam kategori baik, yaitu sejumlah 31 orang (57,4%). 3. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada bagian ini digunakan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui perbedaan ini, dilakukan uji t dependen karena data yang diperoleh berdistribusi normal. Data berdistribusi normal dibuktikan pada hasil berikut ini. PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 6 a. Uji Normalitas Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan Pretest Keterampilan Pretest Pengetahuan Posttest Pengetahuan Posttest N 54 54 54 54 p-value 0,060 0,281 0,349 0,341 Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p-value untuk pengetahuan dan keterampilan pretest masing-masing sebesar 0,060 dan 0,281, sedangkan p-value untuk pengetahuan dan ketrampilan posttest masing-masing sebesar 0,349 dan 0,341. Oleh karena ke empat p-value tersebut lebih besar dari α (0,05) maka disimpulkan semua data dapat dinyatakan berdistribusi normal. Jadi uji perbedaan yang digunakan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dependen. b. Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Tentang Pijat Bayi Tabel 4.9 Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Sebelum dan Sesudah Dilakukakn Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 pVariabel Perlakuan N Mean SD T value Pengetahuan Sebelum 54 11,72 2,729 - 0,000 Sesudah 54 14,28 1,898 7,850 Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa rata-rata skor tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi sebesar 11,72, kemudian meningkat menjadi 14,28 sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung adalah 7,850 dan nilai t tabel adalah 2,011 atau t hitung lebih besar dari t tabel. Sedangkan untuk nilai p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. c. Perbedaan Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Tentang Pijat Bayi Tabel 4.10 Perbedaan Keterampilan Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan tentang Pijat Bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, 2015 Variabel Perlakuan Keterampilan Sebelum Sesudah N Mean SD T 54 5,85 1,847 54 16,89 3,720 18,598 Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa rata-rata skor keterampilan ibu dalam pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi sebesar 5,85, kemudian meningkat menjadi 16,89 sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung 18,598 dan nilai t tabel adalah 2,011 atau t hitung lebih besar dari t tabel. dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan keterampilan ibu dalam melakukan pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. Pembahasan 1. Analisa Univariat a. Pengetahuan dan keterampilan ibu sebelum di lakukan penyuluhan tentang pijat bayi 1) Pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, ibu memiliki pengetahuan kurang yaitu sejumlah 20 ibu (37,0%), yang memiliki pengetahuan cukup yaitu sejumlah 19 ibu (35,2%), dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sejumlah 15 ibu (27,8%), hal ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang dipijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 7 pvalue 0,000 Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang. Hasil penenlitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfi Dhatul Khasanah (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pijat bayi usia 0-12 bulan di Desa Tawang Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang termasuk dalam kategori kurang (59,4%). Kurangnya pengetahuan ibu tentang pijat bayi ini dapat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, pengalaman tentang pijat bayi yang ibu miliki, budaya, dan lingkungan. Pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu 37 ibu (68,5%) ini yang dapat mempengaruhi kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi. Hal ini ini dikarenakan setiap hari ibu sibuk dengan pekerjaan dirumah sehingga jarang memiliki waktu untuk berpergian dan berkumpul dengan orang lain sehingga kesempatan untuk saling bertukar pikiran tentang pijat bayi kurang. Selain itu, pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang pijat bayi misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang pijat bayi dibanding dengan status ekonomi rendah. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amirudin dan Rostia (2007) menunjukkan bahwa dari 20 ibu, 11 ibu (55%) berkerja sebagai ibu rumah tangga. Dan dari 11 orang tersebut, 10 ibu (91%) memiliki pengetahuan tentang pijat bayi dalam kategori kurang. Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. (Humam, 2006). Selain itu, Menurut Mubarak (2007, hlm 10) lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga pekerjaan ibu mempunyai peran dalam mempengaruhi pengetahuan tentang pijat bayi dalam penelitian ini. Selain pekerjaan, pengalaman ibu tentang pijat bayi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi yang kurang. Banyak ibu yang tidak mengetahui pijat bayi yang benar dan secara mendetail. Dimana biasanya ibu akan memberikan perlakuan yang sama dalam perawatan bayi pada bayi atau anak yang berikutnya, jika sejak bayi yang pertama ibu hanya memijatkan bayinya ke dukun bayi, maka ibu akan melakukan hal yang sama untuk anak ke-2 dan selanjutnya. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Ada kecenderungan pengalaman yang tidak baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu dalam setiap pengalaman yang pernah dialami(Mubarok, dkk, 2007). Pengalaman yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 8 pengalaman dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Bukan hanya pekerjaan dan pengalaman yang mempengaruhi dari kurangnya pengetahuan ibu tentang pijat bayi, namun juga di pengaruhi oleh faktor eksternal yaitu sosial budaya dan lingkungan dimana sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi, dalam sebuah desa biasanya terdapat budaya turun temurun yang dilakukan oleh ibu seperti pijat bayi, ibu mempercayai bahwa dukun bayi dapat membantu ibu dalam melakukan pijat bayi. Pengetahuan yang mereka dapat selama ini dari orang tua dan lingkungan sekitarnya bahwa pijat bayi dilakukan apabila bayi mereka rewel, juga sebagai suatu rutinitas perawatan bayi setelah lahir bahkan untuk mengusir makhluk halus yang dianggap mengganggu bayi. Dan pemijatan tersebut dilakukan oleh dukun bayi. Sedangkan menurut Nursalam (2003) dalam buku Wawan & Dewi (2010), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Benar bahwa rata-rata pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga, sehingga dalam kegiatan sehari-harinya hanya dalam lingkungan rumahnya saja dan tidak memiliki waktu banyak untuk berkumpul dalam lingkungan yang memungkinkan ibu untuk memperoleh informasi tentang pijat bayi. Sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu, dari hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi pendidikan responden dalam tingkatan dasar (SD,SMP) yaitu 27 ibu (50%), tingkatan menengah (SMA) yaitu 18 ibu (33,3%), dan tingkatan perguruan tinggi yaitu 9 ibu (16,7%). Hasil menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah tingkatan dasar (SD,SMP) yaitu sebanyak 27 orang (50%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Budiati (2009) didapatkan data pendidikan ibu yang terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 12 responden (41.4%). Sedangkan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mardiyaningsih (2010) yang mendapatkan bahwa pendidikan ibu paling banyak lulus SMP sebanyak 18 responden (66.7%). Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan orang tua dalam melakukan perawatan pada anaknya supaya anak dapat hidup dilingkungan yang sehat (Friedman, 2005). Hasil pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Wardah (2003) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Moore (2006) menunjukkan bahwa tingginya tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi tidak ditentukan dari tingkat pendidikan ibu akan tetapi oleh informasi tentang pijat bayi yang diterima oleh ibu. Dapat disimpulkan bahwa tingginya pemahaman atau pengetahuan ibu tentang pijat bayi tidak dapat dilihat dari tingkat pendidikan ibu, melainkan informasi yang benar dan diterima tentang pijat bayi sebelumnya akan menentukan baiknya pengetahuan ibu. Ibu yang berpendidikan rendah namun memperoleh informasi yang benar tentang pijat bayi maka akan baik pula tingkat pengetahuannya. Informasi yang diperoleh dapat dilihat dan dibaca di media sosial terkait dengan pijat bayi. Kesadaran dan keingintahuan ibu yang kuat mengenai pijat bayi memberikan manfaat pada Ibu dan bayinya (Anderson, 2012). 2) Keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, ibu memiliki keterampilan kurang yaitu sejumlah 49 ibu (90,7%), yang memiliki PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 9 keterampilan cukup yaitu sejumlah 5 ibu (9,3%), dan tidak ada yang memiliki keterampilan baik, hal ini dapat dikatakan bahwa keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan tentang dipijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang. Keterampilan ibu tentang pijat bayi yang kurang ini disebabkan oleh pengetahuan ibu tentang pijat bayi yang kurang. Karena pada dasarnya ibu akan melakukan pijat bayi dengan baik dan benar apabila ibu mengetahui manfaat pijat bayi bagi bayinya, mengetahui bagaimana cara melakukan pijat bayi yang benar, dan apa bahayanya apabila ibu melakukan pijat bayi dengan cara yang salah. Menurut Notoadmojo (2012, hlm 145) Sebelum seseorang melakukan keterampilan baru, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yaitu kesadaran atau mengetahui objek terlebih dahulu, tertarik terhadap objek tersebut, menimbang-nimbang baik dan tidaknya objek tersebut bagi dirinya, selanjutnya mencoba untuk melakukan keterampilan baru sesuai objek tersebut. Apabila penerimaan keterampilan baru tersebut melalui proses seperti yang dijelaskan diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dari sikap yang positif, maka keterampilan tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Green, 1984 dalam Notoatmodjo ( 2005, hlm 152). Semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan seseorang akan meningkatkan keterampilannya, bertambahnya pengalaman seseorang akan menambah keterampilannya, adanya lingkungan dan fasilitas yang mendukung akan meningkatkan keterampilan, kebiasaan sehari-hari dan budaya setempat akan mempengaruhi keterampilan seseorang. Menurut teori tersebut diatas, keterampilan ibu tentang pijat bayi juga dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari yang dilakukan ibu, untuk sehari-harinya karena untuk memijat bayinya dilakukan oleh dukun pijat sehingga ibu hampir tidak pernah melakukan sendiri pemijatan bayi. Keadaan ini membuat ibu tidak mungkin untuk melakukan pijat bayi dalam kegiatan sehari-harinya. Sehingga keterampilan ibu untuk melakukan pijat bayi juga kurang. b. Pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang yang kategori pengetahuannya kurang yaitu 2 ibu (3,7%), pengetahuan cukup yaitu 15 ibu (27,8%), dan yang berpengetahuan baik yaitu 37 ibu (68,5%). Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden sudah mempunyai pengetahuan tentang pijat bayi dalam kategori baik, yaitu sejumlah 37 orang (68,5%). Sedangkan untuk keterampilan ibu tentang pijat bayi berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi, keterampilan ibu tentang pijat bayi di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang tidak ada ibu yang memiliki kategori keterampilan kurang, keterampilan cukup yaitu 23 ibu (42,6%), dan yang memiliki keterampilan baik yaitu 31 ibu (57,4%). Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden sudah mempunyai keterampilan tentang pijat bayi dalam kategori baik. Pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi yang menjadi baik setelah dilakukan penyuluhan adalah merupakan hasil yang diharapkan dalam penyuluhan. Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan keterampilan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 10 secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bias dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003). Rata-rata ibu yang menjadi responden di desa Kebo Dowo, kecamatan Banyu Biru, kabupaten Semarang memiliki umur antara 26–35 tahun yaitu 29 ibu (53,7%). Apabila dilihat dari faktor umur, ibu memiliki daya tangkap yang lumayan cepat untuk menerima informasi yang diberikan. Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Harlock (2005) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseoarng akan lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini adalah bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2. Analisa Bivariat Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan sebesar 11,72, kemudian meningkat menjadi 14,28 setelah dilakukan penyuluhan. Sedangkan untuk keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan sebesar 5,85, kemudian meningkat menjadi 16,89 setelah diberikan penyuluhan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi. Penyuluhan kesehatan ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu dan bayi, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu mengenai perawatan bayi, khususnya pijat bayi. Tujuan yang diharapkan adalah meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang pijat bayi dan memiliki keterampilan dalam melakukan pijat bayi. Ibu yang mengikuti penyuluhan ini diharapkan akan merubah cara berfikir ibu sehingga sadar akan pentingnya bertanya ataupun mencari informasi dengan sumber yang jelas, yaitu bisa dengan cara bertanya kepada petugas kesehatan. Perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tersebut karena metode penyuluhan yang diberikan dimulai dengan melakukan pretest dengan meminta ibu untuk mengisi kuisioner yang diberikan kepada ibu, dan meminta ibu untuk melakukan pijat bayi yang akan dinilai oleh peneliti. Setelah itu, peneliti melakukan penyuluhan dengan cara menjelaskan, mendemonstrasikan, dan memperlihatkan video kepada ibu. Setelah melakukan serangkaian penyuluhan, peneliti memberikan posstest dengan memberikan kuisioner kepada ibu dan meminta untuk melakukan pijat bayi. Keberhasilan dalam penyuluhan ini juga dikarenakan rata-rata ibu yang menjadi responden di desa memiliki umur antara 26 – 35 tahun yang dilihat dari umur ibu memiliki daya tangkap yang lumayan cepat untuk menerima informasi yang diberikan. Dan juga penyuluhan dibantu dengan cara penyampaian yaitu dengan memperlihatkan video dan juga secara demontrasi agar ibu lebih mudah menerima informasi yang diberikan. Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Harlock (2005) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseoarng akan lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini adalah bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah Ernawati (2011) nampak bahwa terjadi peningkatan jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Test diperoleh Z = -4,426 nilai p-value = 0,00 kurang dari α = 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada pengaruh demonstrasi tentang pijat bayi terhadap tingkat pengetahuan tentang Pijat Bayi Di Posyandu Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2011. Selain itu, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rona Riasma Oktobriariani (2012), menunjukkan bahwa thitung (29,231) > ttabel (2,040) atau p-value (0,000) < α (0,05) maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil post test dan pre test. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap keterampilan ibu tentang pijat bayi. PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 11 PENUTUP Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo, kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi hampir sama antara kategori kurang dan cukup yaitu 20 ibu (37,0%) dan 19 ibu (35,2%). 2. Tingkat keterampilan ibu yang memiliki bayi usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo, kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi sebagian besar dalam kategori kurang yaitu 49 ibu (90,7%). 3. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo, kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 37 orang (68,5%). 4. Tingkat keterampilan ibu yang memiliki bayi usia 3–12 bulan di desa Kebon Dowo, kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 31 ibu (57,4%). 5. Ada perbedaan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi usia 3-12 bulan di Desa Kebon Dowo, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang. Dimana untuk tingkat pengetahuan ibu terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05). Sedangkan untuk tingkat keterampilan ibu terlihat bahwa pvalue 0,000 < (0,05). Saran 1. Bagi Ibu Ibu sebaiknnya menambah wawasan dan mencari informasi lebih banyak lagi mengenai perawatan bayi khususnya pijat bayi dengan cara membaca buku, searching atau aktif bertanya kepada tenaga kesehatan karena melakukan pijat bayi memiliki manfaat yang sangat banyak bagi bayi jika dilakukan dengan benar oleh ibu di rumah, dengan begitu ibu tidak harus membawa bayinya ke dukun. 2. Bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya Bidan dan tenaga kesehatan lainnya lebih aktif dan lebih banyak lagi memberikan pendidikan kesehatan ataupun penyuluhan tentang perawatan pada bayi khususnya pijat bayi seperti memberikan sosialisasi kepada ibu dan ini juga dapat dilakukan dengan membuka pelayanan pijat bayi di klinik atau tempat praktik bidan. 3. Bagi peneliti lain Peneliti lain diharapkan meneliti faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang pijat bayi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan ibu dan bayi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta. Danim, S. 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmuilmu perilaku. Jakarta: Bumi Aksara Dasuki, M.2003.Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 4 Bulan.( Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Gizi dan Kesehatan UGM ).Yogyakarta. Irgiyanto, A. 2009. Teknik Pengambilan Sampel. Yogyakarta: Mitra Cendika Kasjono, HS. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu Machfoedz, I. 2007. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya Maharani, Sabrina. 2009. Pijat dan Senam Sehat Untuk bayi. Jogjakarta: Kata Hati Niki & Alan. 2006. Prosedur Penelitian.Jakarta: Salemba Medika. Nofia Wahyu, 2014, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi Di Polindes Desa Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Banda Aceh, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah Program Studi DIV Kebidanan Banda Aceh. Notoatmodjo ,S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho Taufan dan Ari Setiawan, 2010. Kesehatan Wanita Gender Dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medica Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 12 Prasetyono, D.S. 2009. Teknik-Teknik Tepat Memijat Bayi Sendiri. Yogyakarta: Diva Press Riksaani, Ria. 2014. Cara Mudah dan Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medica Roesli, Utami dR, SpA, MBA., CIMI. 2008. Pedoman Pijat Bayi Prematur dan Bayi Usia 0-3 Bulan. Jakarta: Trubus Agriwidya. 2011. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Trubus Agriwidya Subakti, Yazid, S.Si, Deri Rizky Anggraini S.Gz. 2008. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu Media PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 13 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Disusun Oleh : NOFIA NOOR IZZATY NIM. 0121583 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN IBU TENTANG PIJAT BAYI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DI DESA KEBON DOWO, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG 14