BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2002: 22) menyimpulkan “Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”. Hasil Belajar matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai melalui proses usaha dengan pemusatan perhatian dan semangat belajar yang tinggi terhadap aktifitas belajar, yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang 5 6 mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. 2.1.1.2 Belajar Matematika Arsyad (2002: 1) menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Hudoyo (2003: 3) menyimpulkan “matematika berkenaan dengan ide (gagasangagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 2003: 48) “belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur matematika itu”. Cara penyajian harus disesuaikan dengan derajat berpikir anak dan membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu: (1) Tahap Enaktif. (2) Tahap Ikonik. (3) Tahap Simbolik. Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dari individu lain atau dari lingkungan. 2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di SD Suyitno, (2004: 2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup mendasar, hampir di setiap jenjang pendidikan diajarkan. Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. a) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap). b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral c) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. 7 d) Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi. (Hudoyo herman dkk, 2003:68). Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan pengembangan panduan pembelajaran yang selanjutnya diimplikasikan. Dengan tersusunnya paket panduan pelaksanaan pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan media pembelajaran diharapkan guru mampu menciptakan pembelajaran aktif yang kondusif sehingga akan : (1) memberi kesempatan kepada siswa SD lebih banyak memperoleh pengalaman belajar secara langsung; yaitu belajar dengan cara mencoba-coba dan mengalami sendiri; (2) mempermudah siswa memahami matematika. Sesuai dengan sifat matematika yang abstrak, pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran akan menyajikan pembelajaran dari konkret (dengan bantuan alat peraga) – semi abstrak (dengan model gambar) – abstrak (konsep); (3) menyeragamkan gambaran atau persepsi siswa tentang sesuatu (konsep) yang dipelajari; (4) memberikan motivasi siswa untuk selalu belajar matematika. Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran dapat dilaksanakan dengan variasi/pendekatan/teknik. Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dengan demonstrasi oleh guru, tetapi juga oleh siswa. Dengan bimbingan guru, siswa menemukan sendiri konsep/prinsip, siswa diberi kesempatan bekerja dengan kelompoknya. Dengan bernyanyi atau bermain siswa belajar/menerapkan konsep/prinsip matematika, siswa tidak merasa bosan, tetapi termotivasi. 2.1.2. Metode Kerja Kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Kuis Who Am I 2.1.2.1 Metode Kerja Kelompok Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa kerja kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Isjoni (2009: 17) mengemukakan bahwa metode kerja kelompok dapat diartikan sebagi format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. 8 Dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah suatu pembelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotongroyong untuk mencapai tujuan bersama. 2.1.2.2 Kelebihan Metode Kerja Kelompok Roestiyah N. K (2001: 15) menyebutkan beberapa keunggulan menggunakan metode kerja kelompok, antara lain: a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah. c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. d. Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya. e. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan berdiskusi. f. Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, dimana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Metode kerja kelompok, tepat digunakan untuk pendidikan matematika, karena memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut : a. Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas. b. Membina semangat bekerja sama yang sehat. c. Ditinjau dari segi psikologis, bahwa kerja kelompok dapat membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok. d. Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri. 9 e. Mempercepat penyelesaian pemecahan suatu problema, karena dipikirkan oleh beberapa orang secara bersama-sama. Penggunaan metode kerja kelompok agar dapat mencapai sasarannya, guru matematika harus memperhatikan langkah-langkah pelaksanannya sebagai berikut: a. Menjelaskan tugas kepada siswa. b. Menjelaskan apa tujuan kelompok itu. c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. d. Seorang kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut. e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran atau pertanyaan. f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Metode kerja kelompok bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara siswa, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran. Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para siswa dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan siswa lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang disebut sebagai hasil kerja kelompok. 2.1.2.3 Pengertian Media Kartu Kuis Who am I Arief S. Sadiman (2003:6) mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media juga dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang dapat menunjang lancarnya komunikasi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Media pembelajaran diharapkan dapat menjembatani pemikiran antara guru dengan siswa agar apa yang disampaikan guru semakin jelas (Suyatno dan Heny Subandiyah, tanpa tahun: 48). Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa 10 menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media yang direncanakan dengan baik akan dpat menimbulkan perubahan tingkah laku. Nana Sudjana (2002:2) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yaitu : 1) menumbuhkan motivasi belajar, 2) memperjelas makna materi pembelajaran, 3) mencegah kebosanan dalam pembelajaran, 4) siswa lebih banyak melakukan aktivitas mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran atau disebut pula dengan alat bantu belajar adalah segala sesuatu yang digunakan untuk merangsang dan mendorong pencapaian tujuan pembelajaran. Kehadirannya merupakan salah satu komponen pembelajaran yang dapat menunjang lancarnya komunikasi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Media pembelajaran diharapkan dapat menjembatani pemikiran antara guru dengan siswa agar apa yang disampaikan guru semakin jelas. Model dan jenis media yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi dasar mata pelajaran matematika dapat diusakan guru sesuai dengan minat dan tingkat perkembangan siswa di Sekolah Dasar. Seperti yang disampaikan oleh Suyatno dan Heny Subandiyah (tanpa tahun: 48). Bahwa Ciri-ciri media yang baik adalah: (a) sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan siswa; (b) sederhana, tidak terlalu kompleks; (c) dapat mewakili topik (pokok bahasan); realistis, sesuai dengan benda aslinya, termasuk perbandingan ukurannya harus diperhatikan; (d) media harus dapat dilihat, dipegang dan diraba oleh siswa; dan (e) tidak membahayakan mereka. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar pada siswa kelas I dapat dipilih media dengan menggunakan model kuis Who am I. Sebuah media yang akan bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Media kartu kuis Who am I merupakan alat bantu guru dalam mengajar untuk menyampaikan pesan kepada siswa. Media kartu kuis Who am I ini disebut juga kuis siapa aku. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa lain dalam kelompok dan mempunyai otoritas untuk memberikan penilaian. Jadi pelaksananan media dan penilaiannya diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Aturan yang diterapkan dalam media kartu kuis Who am I adalah sebagai berikut : 1) Siswa membentuk kelompok, masing-masing kelompok 5 siswa 2) Setiap pemain mendapat 5 kartu, dari kartu kuis yang telah dikocok guru 11 3) Siswa berdiskusi mencari jawaban dari kartu kuis yang telah dibagikan guru 4) Siswa mengajukan pertanyaan dengan cara membaca kartu kuis yang dibagikan guru kepada kelompok lain yang ditunjuk. 5) Siswa yang mengajukan pertanyaan memberikan penilaian terhadap jawaban kelompok lain. Bila jawaban benar nilai : 1 jawaban salah nilai 0 6) Bila jawaban salah, jawaban dapat dilemparkan kepada kelompok lain, dengan penilaian jawaban benar nilai 0,5 dan jawaban salah nilai 0. 7) Laporan hasil penilaian 2.1.2.4 Pemanfaatan Media Kartu Kuis Who am I Mayke S (2001) mengatakan bahwa alat yang tepat atau sesuai dengan minat dan perkembangan kemampuan siswa, dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Demikian juga dengan kompetensi dasar dalam mata pelajaran matematika dapat semakin ditingkatkan dengan menyajikan media-media rekreatif, sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam memahami konsep, proses belajar mengajar pun berlangsung menyenangkan dan kondusif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan pun dapat tercapai. Aplikasi media kartu kuis Who am I dalam proses peningkatan kompetensi dasar mata pelajaran matematika dalam penerapan metode kerja kelompok berfungsi sebagai berikut : a. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa karena dorongan untuk menjawab pertanyaan dengan benar. b. Mendorong siswa berkompetisi secara sehat. c. Mendorong siswa memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat. d. Mendorong siswa mengkontribusi kemampuan secara bebas tanpa tekanan (menyenangkan) e. Mengembangkan kemampuan siswa mengambil suatu alternatif pemecahan masalah berdasar pertimbangan yang seksama dengan kelompoknya . f. Melatih siswa mengembangkan sikap kerja sama yang kompak dengan kelompok. Dari diskripsi tersebut tampak hubungan yang signifikan antara metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu kuis Who am I dengan kompetensi dasar 12 mata pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan adanya motivasi yang tinggi diantara siswa untuk menyelesaikan masalahnya dengan adanya keinginan untuk menguasai konsep-konsep yang diberikan kepada siswa dalam kelompok dengan cara yang menyenangkan. Dengan kegiatan menyenangkan guru dapat menyampaikan konsep yang diajarkan dan siswa dapat menggunakannya serta mengingat konsep yang diberikan guru lebih cepat karena ada dorongan internal dari diri siswa sendiri agar dapat menguasai konsep yang diberikan oleh guru dalam suasana yang menyenangkan. Kegiatan menyenangkan juga dapat meningkatkan interaksi berkomunikasi efektif antara guru dengan siswa, sehingga siswa tidak malu bertanya bila ada konsep yang tidak mereka kuasai. Dengan demikian metode kerja kelompok berbantuan media kartu kuis Who am I diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran matematika. Keadaan demikian dimungkinkan karena dalam kegiatan menyenangkan, dari diri siswa motivasi, rasa keingintahuan, keaktifan, dan keinginan memecahkan masalah timbul secara menyenangkan. 2.1.2.5 Penerapan Metode Kerja Kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Kuis Who am I dalam Pembelajaran Matematika Menurut Ansto Rahadi. (2003) menyimpulkan pembelajaran dengan penerapan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu kuis who am I dapat dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Kegiatan Awal a) Melakukan apersepsi b) Memberikan motivasi 2) Kegiatan Inti a) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. b) Setiap siswa mendapat 5 kartu, dari kartu kuis yang telah dikocok guru c) Siswa berdiskusi mencari jawaban dari kartu kuis yang telah dibagikan guru d) Siswa mengajukan pertanyaan dengan cara membaca kartu kuis yang dibagikan guru kepada kelompok lain yang ditunjuk. e) Siswa yang mengajukan pertanyaan memberikan penilaian terhadap jawaban kelompok lain. Bila jawaban benar nilai : 1 jawaban salah nilai 0 13 f) Siswa melaporkan hasil penilaian 3) Kegiatan Akhir a) Penilaian : Siswa mengerjakan tugas secara individual b) Refleksi : Siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya alam di daerah sekitar dan persebarannya. dengan menggunakan media kartu kuis Who am I. Penggunaan media kartu kuis Who am I dalam penerapan media kerja kelompok pada pelajaran matematika yang dilaksanakan di Kelas I SD Negeri 11 Purwodadi dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan awal (1) Menyiapkan peralatan mengajar dan mengkondisikan kelas. (2) Memberikan motivasi kepada siswa. (3) Melakukan apersepsi terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan. (4) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan inti (1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. (2) Mengocok dan membagikan kartu kuis kepada kelompok siswa. (3) Meminta siswa dalam kelompok untuk berdiskusi dalam menjawab kartu kuis yang diperolehnya. (4) Membantu siswa yang mengalami kesulitan. (5) Meminta siswa mengajukan pertanyaan dengan cara membaca kartu kuis yang dibagikan guru kepada kelompok lain yang ditunjuk. (6) Meminta siswa yang mengajukan pertanyaan memberikan penilaian terhadap jawaban kelompok lain. Bila jawaban benar nilai : 1 jawaban salah nilai 0 (7) Siswa melaporkan hasil penilaian c. Kegiatan akhir (1) Memberikan rangkuman kepada siswa (2) Melakukan uji kompetensi (3) Melakukan tindak lanjut. 14 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian kualitas pembelajaran dengan menggunakan media kartu kuis Who am I dalam penerapan media kerja kelompok sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah: Lestari. N.P (2010: 53) menyimpulkan pemanfaatan media kartu kuis Who am I dalam penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa, dimana hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi Kenampakan Alam pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 57,53. Pada siklus-1 hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi Sumber Daya Alam mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 70,85. Sedangkan pada siklus-2 hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi Sosial dan Budaya mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 88,9. Hasil akhir pada siklus-2 melebihi target pencapaian indikator kinerja hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai 75,0. Kridawati (2010) menyimpulkan Bahwa bahwa metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu kuis dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV. Pada tahap prasiklus memperoleh nilai rata-rata 53,18, selanjutnya setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,45. Pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,00. Jadi penggunaan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Pikir Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika sebagai bekal hidup dilingkungan masyarakat, maka perlu adanya perhatian khusus dari guru pada mata pelajaran matematika. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 15 Kondisi Awal TINDAKAN Guru belum menerapkan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu who am I Guru menerapkan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu who am I Kondisi Akhir a. b. c. a. Hasil belajar siswa rendah b. Keaktifan siswa rendah c. Pembelajaran berpusat pada guru Pemberian tindakan dengan menerapkan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu who am I yang dilaksanakan pada Siklus 1, Siklus 2, dst. Kondisi hasil belajar meningkat Aktivitas siswa meningkat Keterampilan guru dalam mengajar baik. Gambar. 2.1 Skema Kerangka Pikir Dari skema kerangka pikir jelas bahwa kondisi awal sebelum diterapkannya pemanfaatan media kartu kartu who am I dalam penerapan metode kerja kelompok hasil belajar siswa pada pelajaran matematika rendah dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran hanya berpusat pada guru. Setelah diterapkannnya metode kerja kelompok berbantuan media kartu who am I diduga hasil belajar siswa pada pelajaran matematika meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pikir maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: “dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan media kartu kuis Who am I dalam penerapan metode kerja kelompok pada siswa kelas I SD Negeri 11 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013”.