POTENSI EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta

advertisement
Journal of Marine and Coastal Science, 1(2), 113 – 124, 2012
POTENSI EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP Aeromonas hydrophila
SECARA IN VITRO
THE POTENTIALS OF LEAVES EXTRACTS OF PATIKAN KEBO
(Euphorbia hirta) AS ANTIBACTERIAL AGAINST
Aeromonas hydrophila INVITRO.
Khoirunnisa Assidqi, Wahyu Tjahjaningsih dan Setyawati Sigit
Fakultas Perikanan dan Kelautan - Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya 60115 Telp. 031-5911451
Abstract
Aeromonas hydrophila is cause Motile Aeromonas Septicemia (MAS) or the
disease known as red spots. A. hydrophila can attack the amphibious animals,
mammals, and a variety of freshwater fish species including carp (Cyprinus
carpio Linn.), salmon (Salmonidae), eel (Anguilla sp.), and catfish (Clarias sp. ,
Ictalurus sp.). In this study, tries to find an alternative use of antibacterial
substances by using natural derived from medicinal plants. The observed
antibacterial effects on the isolates containing of phenol, terpenoids, flavonoids,
alkaloids and tannins.
The purpose of this study was determined the Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) from
leaves extracts of patikan kebo (E. hirta) against A. hydrophila. The research was
conducted on July – August 2011, at the Faculty of Veterinary Medicine,
Airlangga University and Laboratory of Organic Chemistry Faculty of Science
and Technology Airlangga University. The method was used in this study is an
experimental method, using completely randomized design with 11 treatments and
three replications. Parameters observed in this study is the minimum concentration
of leaves extracts of patikan kebo (E. hirta) that inhibits and minimum
concentration of leaves extracts of patikan kebo (E. hirta) that kills A. hydrophila
by using test concentrations in serial dilutions of 100 %; 10 %; 5 %; 2,5 %;
1,25 %; 0,625 %; 0,312 %; 0,156 %; 0,078 % and added suspensions
A. hydrophila (3 x 106 CFU/ml). The observations were analyzed using analysis
of variance (ANAVA).
The resulst showed that leaves extracts of patikan kebo (E. hirta) has
potential as an antibacterial against A. hydrophila invitro. Results of data analysis
known that the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) from leaves extracts of
patikan kebo (E. hirta) against A. hydrophila is a concentration 0,156 % and
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) from leaves extracts of patikan kebo
(E. hirta) against A. hydrophila is a concentration 0,312 %. In this study,
recommends further to continue the research about mechanism of active
substances in patikan kebo (E. hirta) ensure that could affect the growth of
bacteria A. hydrophila and the use of leaves extracts of patikan kebo (E. hirta)
against bacteria A. hydrophila invivo.
113
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
Keywords : Extracts of patikan kebo (E. hirta), Bacteria A. hydrophila.
PENDAHULUAN
Penyakit yang umumnya menyerang ikan air tawar adalah Motil Aeromonas
Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Penyakit
ini dapat menimbulkan kematian pada ikan budidaya yang dapat merugikan para
petani ikan (Kusumawardani, 2007). Pengendalian penyakit MAS pada ikan
sering diatasi dengan penggunaan obat-obatan dan antibiotik, namun hasilnya
kurang memuaskan. Penggunaan obat-obatan yang secara terus menerus
menyebabkan timbulnya bakteri patogen yang resisten, penimbunan residu obatobatan di dalam tubuh ikan maupun pencemaran lingkungan yang akhirnya
mempengaruhi organisme yang berguna (Wu et al., 1981 dalam WHO, 1998).
Patikan kebo merupakan tanaman herba merambat yang hidup di
permukaan tanah, terutama pada daerah yang beriklim tropis. Patikan kebo
termasuk tanaman liar yang biasa tumbuh di permukaan tanah yang tidak terlalu
lembab dan ditemukan secara terpencar satu sama lain (Heyne, 1987 dalam
Hamdiyati dkk., 2008).
Kemampuan tanaman patikan kebo dalam mengobati berbagai macam
penyakit melibatkan senyawa kimia di dalamnya yang dapat bersifat antiseptik,
anti-inflamasi, antifungal, dan antibakterial, seperti kandungan tanin, flavonoid
(terutama quercitrin dan myricitrin), dan triterpenoid (terutama taraxerone dan
11α, 12 α – oxidotaraxterol) (Ekpo and Pretorius, 2007 dalam Hamdiyati dkk.,
2008). Selain itu, terdapat pula kandungan senyawa aktif lainnya, seperti alkaloida
dan polifenol (Ipteknet, 2005 dalam Hamdiyati dkk., 2008).
Hasil penelitian Hamdiyati dkk. (2008) menunjukkan bahwa ekstrak daun
patikan kebo dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermis
pada konsentrasi 20 mg/ml. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
Ogbulie et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak daun patikan kebo dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi dan Bacillus subtilis pada konsentrasi
50, 100, 150, 200, dan 250 mg/ml. Kemampuan antibakteri ekstrak daun patikan
114
Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo
kebo juga dilaporkan oleh Ngemenya et al. (2006) yang meneliti pengaruh ekstrak
daun patikan kebo terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dan P. aeruginosa
dengan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) sebesar 2 mg/ml.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui potensi dari ekstrak daun patikan kebo (E. hirta) sebagai antibakteri
terhadap bakteri A. hydrophila yang dilakukan secara invitro dengan
menggunakan metode dilusi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu :
1. Apakah penggunaan ekstrak daun patikan kebo memiliki potensi sebagai
antibakteri tehadap A. hydrophila secara in vitro?
2. Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo yang berpotensi
menghambat A. hydrophila ?
3. Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo yang berpotensi
membunuh A. hydrophila?
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui potensi ekstrak daun patikan kebo sebagai antibakteri terhadap
A. hydrophila.
2. Mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo yang berpotensi
dalam menghambat A. hydrophila.
3. Mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo yang berpotensi
dalam membunuh A. hydrophila.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
potensi ekstrak daun patikan kebo sebagai antibakteri terhadap A. hydrophila
secara in vitro yang selanjutnya dapat diketahui konsentrasi optimal daun patikan
115
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
kebo sebagai tanaman herbal berkhasiat dalam penanggulangan penyakit bakterial
di lapangan.
Materi dan Metode Penelitian
Penelitian utama dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Hewan dan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus
2011. Bahan
penelitian yang digunakan adalah isolat bakteri A. hydrophila, daun patikan kebo
(E. hirta), Tripticase Soya Agar (TSA), Mc. Farland 1, akuades steril, ethanol,
dimetilsulfoksida (DMSO) 10%. Peralatan penelitian yang digunakan meliputi
tabung reaksi, cawan petri, rak tabung, pembakar Bunsen, ose, pinset, mikroskop,
pipet
Pasteur,
pipet
tetes,
pipet
ukur,
neraca
timbangan,
inkubator,
spektrofotometer, rotary vacum evaporator, pengaduk, erlenmeyer, autoclave,
mikrofilter, centrifuge, spidol marker, gelas obyek, gelas cover, vortex.
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 11 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Penelitian ini menggunakan
metode pengenceran (dilution methods) melalui penentuan Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) Test dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) Test
sesuai dengan Bailey and Scott (1994).
Prosedur Kerja
A.
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian seperti erlenmeyer, cawan petri,
tabung reaksi, pipet Pasteur, pipet tetes, pipet ukur dan pengaduk disterilisasi
menggunakan autoclave dengan tekanan udara 1 atm pada suhu 121ºC selama
15 menit (Taw, 1990 dalam Sumayani, 2007), sedangkan alat-alat seperti gelas
obyek, gelas cover, ose dan pinset disterilkan dengan alkohol 70 %. Namun untuk
ose dan pinset setelah disterilkan dengan alkohol 70% dibakar sebentar pada
pembakar api bunsen.
116
Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo
B.
Ekstraksi Daun Patikan Kebo
Tanaman daun patikan kebo dikumpulkan dari daerah sekitar pekarangan
rumah, taman area Rungkut dan taman area Kertajaya Surabaya. Daun patikan
kebo yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu ditimbang beratnya. Pada
penelitian ini digunakan daun patikan kebo yang utuh dengan berat 500 gr
(Hamdiyati dkk., 2008). Daun patikan kebo yang sudah dikumpulkan terlebih
dahulu dicuci sampai bersih. Daun patikan kebo dipotong kecil-kecil kira-kira
lebarnya 1 cm dan diiris setipis mungkin, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
proses pengeringan daun patikan kebo. Proses pengolahan bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat dengan melalui cara pengeringan disebut simplisia
(Depkes RI, 2000).
Daun patikan kebo yang sudah terpotong-potong kemudian dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan (Harborne, 1996). Proses selanjutnya adalah
ekstraksi daun kering patikan kebo dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol
96% selama 72 jam dan dilanjutkan dengan tahap destilasi menggunakan rotary
vacum evaporator (Harborne, 1996).
C.
Pembuatan Pelarut Ekstrak Daun Patikan Kebo
Ekstrak daun patikan kebo diencerkan dengan dimethylsulfoxide (DMSO)
dan akuades. Untuk mendapatkan konsentrasi DMSO 10% maka dibutuhkan
DMSO sebesar 10 ml dan ditambah akuades sebesar 90 ml. DMSO merupakan
suatu bahan yang digunakan sebagai pelarut bahan organik maupun anorganik dan
biasa digunakan pada industri obat.
Pelarut DMSO 10% merupakan pelarut organik dan tidak bersifat
bakterisidal (Reynolds, 1996). Selain itu, pelarut yang dapat melarutkan hampir
semua senyawa polar maupun non polar adalah dimethylsulfoxide (DMSO).
DMSO dapat digunakan sebagai pengencer ekstrak untuk memperoleh ekstrak
dengan kadar konsentrasi tertentu.
D.
Identifikasi Bakteri A. hydrophila
Isolat bakteri A. hydrophila yang digunakan diperoleh dari koleksi
Laboratorium Bakteriologi Karantina Ikan Juanda, Sidoarjo. Identifikasi
117
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
dilakukan dengan melihat morfologi koloni pada TSA, uji Gram, uji
oksidasi/fermentatif, uji motilitas, produksi indol, ornithin, LIA, uji Simmon
Citrate, arginin, urease, MR/VP, TSIA dan uji gula-gula.
E.
Penyiapan Suspensi A. hydrophila
Pembuatan suspensi bakteri A.hydrophila dengan kepadatan bakteri
3 x 106 CFU/ml adalah mengambil 4 - 10 koloni bakteri yang berumur satu hari
lalu dimasukkan ke dalam tabung volume 10 ml yang berisi NaCl fisiologis
kemudian dihomogenkan. Selanjutnya perbenihan tersebut distandarisasi dengan
menggunakan metode Mc. Farland yaitu dengan cara menyetarakan kekeruhannya
dengan larutan standar Mc. Farland no. 1 yang setara dengan kepadatan bakteri
3 x 108 CFU/ml (Jang et al., 1978 dalam Kusumawardhani, 2007).
Setelah menyetarakan suspensi bakteri A. hydrophila yang dibuat dengan
standar Mc. Farland no. 1 dilakukan pengenceran secara berseri untuk
mendapatkan kepadatan 3 x 106 CFU/ml.
Pelaksanaan Penelitian
A.
Penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
MIC digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimal dari suatu larutan
antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tertentu (Lay, 1994).
Tabung diisi ekstrak daun patikan kebo dengan berbagai konsentrasi uji.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan mengacu dari penelitian Ogbulie et al.,
(2007). Ekstrak daun patikan kebo diencerkan dengan pelarut dimethylsulfoxide
(DMSO) 10%. Konsentrasi uji menggunakan pengenceran secara berseri dengan
berbagai konsentrasi pada ekstrak daun patikan kebo yaitu konsentrasi 100%;
10 %; 5 %; 2,5 %; 1,25 %; 0,625 %; 0,312 %; 0,156 %; 0,078 %. Penelitian ini
menggunakan DMSO 10% sebagai kontrol negatif dan antibiotik kloramfenikol
30 mg/ml sebagai kontrol positif. Selanjutnya tabung nomor satu sampai dengan
tabung nomor 11 ditambah suspensi bakteri (3 x 106 CFU/ml) sebanyak dua
milliliter kemudian divortex sampai homogen. Setelah itu diinkubasi pada suhu
27-28º C selama 24 jam.
118
Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo
Hasil inkubasi tampak dari tingkat kekeruhannya. Pengamatan hasil uji
MIC secara visual memiliki kelemahan yaitu sulit untuk membedakan tingkat
kekeruhan secara pasti, sehingga perlu dilakukan pengamatan berikutnya dengan
menggunakan spektrofotometer. Jika selisih nilai OD antara konsentrasi ekstrak
yang belum diinokulasi bakteri dengan yang telah diinokulasi bakteri mendekati
kontrol positif maka, konsentrasi ekstrak daun patikan kebo dianggap mampu
menghambat pertumbuhan A. hydrophila.
B.
Penentuan Minimum Bactericidal Concentration (MBC)
MBC bertujuan untuk mengetahui konsentrasi minimal dari suatu larutan
antibakterial yang dapat membunuh bakteri pada media (Finegold and Baron,
1996). Penentuan MBC untuk ekstrak daun patikan kebo terlebih dahulu disiapkan
TSA steril sebanyak dua buah. Kemudian pada masing-masing tabung hasil MIC
yaitu tabung satu sampai delapan ditanam pada media TSA dengan cara goresan
sesuai dengan nomor. Setelah itu diinkubasi pada suhu 27-28º C selama 24 jam.
Hasil inkubasi dapat dilihat dengan ada tidaknya pertumbuhan koloni pada media
TSA.
Apabila pada media TSA terdapat pertumbuhan koloni bakteri A. hydrophila
berarti ekstrak daun patikan kebo tidak bersifat bakterisidal, sedangkan apabila
tidak ada pertumbuhan koloni bakteri A. hydrophila berarti ekstrak daun patikan
kebo bersifat bakterisidal. Namun, untuk memastikan apakah koloni yang tumbuh
pada media TSA adalah bakteri A. hydrophila atau tidak perlu dilakukan
pengujian identifikasi bakteri.
Parameter Penelitian
Parameter uji pada penelitian ini adalah penentuan Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) berupa nilai optical density (OD), sedangkan penentuan
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) yang diamati yaitu dengan melihat
ada atau tidaknya pertumbuhan koloni bakteri pada konsentrasi tertentu pada
media TSA.
119
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
Analisa Data
Data hasil penelitian uji MIC secara kuantitatif yaitu nilai optical density
dari spektrofotometer dianalisis dengan analisis varian (ANAVA). Apabila
perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan
dengan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5% yang bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi perlakuan yang terbaik (Kusriningrum, 2008).
Analisis Varian (ANAVA) maupun uji Jarak Berganda Duncan dilakukan dengan
menggunakan fasilitas SPSS versi 16 for Windows.
Data hasil penelitian uji MBC secara kualitatif yaitu melihat ada atau
tidaknya koloni pada media TSA. Hasil pengujian MBC tidak dianalisis secara
statistik.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun patikan kebo (E. hirta)
mempunyai efektifitas menghambat dan membunuh bakteri A. hydrophila. Hasil
pengamatan uji MIC secara visual sulit untuk menunjukkan
hambatan
pertumbuhan bakteri A. hydrophila secara pasti karena tingkat kekeruhan tabung
reaksi pada masing-masing konsentrasi disebabkan kekeruhan ekstrak atau bakteri
A. hydrophila, sehingga perlu dilakukan pengamatan berikutnya menggunakan
spektrofotometer (Michel and Blanc, 2001 dalam Yuli, 2007). Grafik hasil uji
MIC pembacaan spektrofotometer ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik hasil pembacaan spektrofotometer
120
Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo
Nilai OD pada grafik merupakan hasil nilai OD perlakuan sebelum dan
setelah inkubasi. Grafik tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah
bakteri karena pemberian ekstrak daun patikan kebo. Pada konsentrasi ekstrak
10 % sampai dengan konsentrasi ekstrak 0,078 %, begitu pula dengan kontrol
positif dan kontrol negatif nilai OD sebelum inkubasi lebih besar dibandingkan
dengan setelah inkubasi.
Tingkat kekeruhan pada masing-masing konsentrasi pengenceran ekstrak
dipengaruhi kekeruhan ekstrak dan kekeruhan bakteri sehingga nilai OD
pertumbuhan bakteri yang sebenarnya tidak begitu jelas, oleh karena itu dicari
perbedaan antara rata-rata nilai OD perlakuan sebelum inkubasi dengan rata-rata
nilai OD perlakuan setelah inkubasi.
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun patikan kebo semakin tinggi nilai OD. Jika konsentrasi rendah maka nilai
OD juga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa nilai OD berbanding lurus dengan
masing-masing konsentrasi ekstrak daun patikan kebo. Nilai OD yang dihasilkan
tidak sama dengan teori yang ada, dikarenakan ekstrak daun patikan kebo yang
terlalu pekat dan kental yang akhirnya mempengaruhi pembacaan nilai OD pada
spektrofotometer.
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) merupakan konsentrasi
minimum yang dapat membunuh bakteri A. hydrophila (Bailey and Scott’s, 1994).
Hasil pengamatan uji MBC menunjukkan, konsentrasi minimum ekstrak patikan
kebo yang mempunyai aktivitas membunuh bakteri A. hydrophila adalah 0,312 %.
Hasil pengamatan uji MBC dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan uji Minimum Bactericidal Concentration (MBC)
Konsentrasi Ekstrak
Daun Patikan Kebo %
100%
10%
5%
2,5%
1,25%
0,625%
I
Ulangan
II
III
-
-
-
-
-
-
121
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
0,312%
0,156%
0,078%
Kontrol +
Kontrol -
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan : (+) = Ada pertumbuhan koloni bakteri
(-) = Tidak ada pertumbuhan koloni bakteri
Pada Tabel 1 dapat dilihat, ekstrak daun patikan kebo pada konsentrasi
100 % sampai dengan konsentrasi 0,312 % tidak terdapat pertumbuhan koloni
bakteri A. hydrophila, sedangkan pada konsentrasi 0,156 % sampai konsentrasi
0,078 % terdapat pertumbuhan koloni bakteri A. hydrophila. Hal ini membuktikan
bahwa konsentrasi 0,312 % tidak hanya memiliki daya hambat tetapi juga
memiliki daya bunuh terhadap bakteri A. Hydrophila. Pada konsentrasi 0,156 %
sampai 0,078 % ekstrak daun patikan kebo tidak bersifat bakterisidal terhadap
bakteri A. hydrophila, hal ini ditandai dengan pertumbuhan koloni bakteri
A. hydrophila pada media TSA.
Pada kontrol positif yang terdiri dari 2 ml kloramfenikol dan 2 ml suspensi
bakteri A. hydrophila 3 x 106 CFU/ml tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri
A. hydrophila dan tidak ada pertumbuhan koloni bakteri lain, sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi kontaminasi selama perlakuan pemberian ekstrak daun
patikan kebo pada semua tabung reaksi dengan konsentrasi pengenceran yang
berbeda.
Ekstrak daun patikan kebo mempunyai kandungan senyawa aktif berupa
tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid dan senyawa polifenol yang
berperan utama sebagai penghambat pertumbuhan bakteri patogen (Okoli et al.,
2009).
Antibakteri tanin dapat membunuh pertumbuhan bakteri karena mempunyai
daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein dan menyebabkan membran
sel bakteri mengkerut yang mengakibatkan perubahan permeabilitas sel menjadi
menurun (Okoli et al., 2009). Zat antibakteri flavonoid bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel dan membran
sitoplasma (Kandalkar et al., 2010). Senyawa polifenol menghambat pertumbuhan
122
Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo
bakteri dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membrane sel (Pelczar
and Chan, 1988 dalam Aulia, 2008)
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Ekstrak daun patikan kebo (E. hirta) memiliki potensi sebagai antibakteri
terhadap A. hydrophila secara in vitro.
2. Konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo (E. hirta) yang dapat
menghambat bakteri A. hydrophila adalah 0,156 %.
3. Konsentrasi minimum ekstrak daun patikan kebo (E. hirta) yang dapat
membunuh bakteri A. hydrophila adalah 0,312 %.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut yang mengungkapkan tentang mekanisme
zat aktif pada tanaman patikan kebo (E. hirta) yang dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri A. hydrophila dan penggunaan ekstrak daun patikan kebo
(E. hirta) secara invivo.
Daftar Pustaka
Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas antibakteri Froksi Etil asetat Ekstrak Etanolik
Daun Arbenan (Duchesna Indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil
Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. hal 10-20.
Bailey and Scott’s. 1994. Diagnostic Microbiology. 8th Edition. Toronto.pp. 313328.
Departemen Kesehatan R I. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta. hal 6-15.
Finegold, S. M. and E. J. Baron. 1996. Diagnostic Microbiology. 7
Mc Graw Hill Inc. Oxford. London, Boston. P : 86-89.
th
Edition.
Hamdiyati, Y., Kusnadi, I. Hardian. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak Daun
Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermis. Jurusan Pendidikan Biologi MIPA. Universitas
Pendidikan Indonesia. Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 12 No. 2, ISSN : 14120917.
123
Khoirunnisa Assidqi, dkk.
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Cetakan Kedua. Penerjemah: Dr. Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro. Institut Teknologi Bandung. Bandung. hal 71-77.
Kandalkar, A., A. Patel, S. Darade, D. Baviskar. 2010. Free Radical Scavenging
Activity Of Euphorbia Hirta Linn. Leaves And Isolation Of Active Flavonoid
Myricitrin. Asian Journal of pharmaceutical and Clinical Research.
ISSN : 0974-2441
Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak
Lengkap. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal
53-92.
Kusumawardani, R. I. 2007. Daya Antibakteri Jahe Merah (Zingiher officianale
Rosc.) Dengan Kosentrasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Aeromonas
hydrophila Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. hal 2036.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. hal 86-88.
Ngemenya, N. Moses, A. M. James, P. Tane and P. K. T. Vincent. 2006.
“Antibacterial Effects of Some Cameroonian Medicinal Plants Against
Common Pathogenic Bacteria”. African Journal of Traditional
Complementary and Alternative Medicines. 3, (2), 84-93.
Ogbulie, J. N, C. C. Ogueke, I. C. Okoli and B. N Anyanwu. 2007. Antibacterial
Activities and Toxicological Potentials of Crude Ethanolic Extracts of
Euphorbia hirta. African Journal of Biotechnology. Vol. 6 (13). pp. 15441548.
Okoli, R. I., A. A. Turay., J. K. Mensah and A. O. Aigbe. 2009. Phytochemical
and Antimicrobial Properties of Four Herbs from Edo State, Nigeria. Report
and Opinion.1 (5) : 67-73. ISSN : 1553-9873.
Reynolds, J. E. F. 1996. Martindale, The Extra Pharmacopeia 31th Edition. The
Royal Pharmaceutical Society Press. London. p : 114 – 117.
Sumayani. 2007. Daya Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga)
Dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan A. hydrophila Secara In
vitro. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya. hal 15-30.
World Health Organization. 1998. Antimicrobial Resistence. Fact Sheet No. 194.
WorldHealthOrganization.Genewa.Switzerland.(http://www.who.int/infs/em/f
act194.html)
Yuli, S. 2007. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn) Terhadap
Bakteri Vibrio Harveyi Secara In vitro. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya. 80 hal.
124
Download