bab ii landasan teori - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN DATA UMUM
2.1.1 Tinjauan Mengenai Gereja
2.1.1.1 Pengertian gereja

Pengertian kata “gereja” : adalah tubuh kristus dan dia adalah
kepalanya.1 Efesus 1:22-23 berkata “Dan segala sesuatu telah
diletakkan-Nya dibawah kak Kristus dan Dia telah diberikan-Nya
kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang
adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan
segala sesuatu.”

Pengertian “gereja” secara etimologi adalah sekumpulan orang
percaya1 (Injil Matius 16:17-18). Kata gereja sendiri berasal dari
bahasa :
 Portugis, Igreja artinya kumpulan kaum.
 Yunani, Ekklesia artinya pertemuan atau sidang (jemaat);
kuriakon artinya milik Tuhan.

Pengertian “gereja” secara fisik adalah gedung atau rumah tempat
berdoa
dan
melakukan
upacara
agama
Kristen
yang
sama
kepercayaannya, ajaran dan tata caranya.2
Tempat ibadah adalah bangunan yang sangat penting bagi manusia
yang memilliki agama atau keyakinan tertentu. Tempat ibadah adalah
gedung yang dibuat manusia sebagai tempat yang sakral karena tempat
ibadah adalah tempat dimana sekumpulan umat datang menghadap Tuhan.
Demikian pula bagi umat Kristen, gereja sebagai tempat ibadah adalah
sesuatu yang sangat penting dan sangat di hormati karena gereja dimana
tempat anak-anak Tuhan datang beribadah dan melayani Tuhan.
1
2
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 1995
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2, Balai Pustaka, 1991
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terdapat lebih dari satu jenis gereja Kristen yang ada di Indonesia,
hal ini disebabkan karena adanya visi dan misi yang berbeda yang Tuhan
berikan bagi umat manusia. Adanya perbedaan visi dan misi dikarenakan
Tuhan menciptakan manusia dengan banyak perbedaan, dengan perbedaan
inilah Tuhan akan memakai umat-Nya untuk dapat saling melengkapi.
Walaupun dapat terdapat perbedaan visi dan misi dianatara umat Kristen
tetapi tujuan dari semuanya adalah sama yaitu untuk kemliaan nama Tuhan
sehingga umat Kristen tetap bergandengan tangan didalam perbedaan yang
ada. Visi dan misi yang dimiliki oleh sebuah gereja mengarahkan gereja
tersebut kepada orientasi pelayanan yang akan menjadi jalan untuk
mewujudkan visi dan misi itu sendiri. Selain mengarahkan kepada
orientasi pelayanan, visi dan misi yang dimiliki sebuah gereja akan
menjadi identitas dari gereja tersebut.
Makna sebuah gereja bagi umat Kristen, bukan hanya sekedar
sebuah gedung untuk tempat beribadah dan tempat melayani Tuhan,
tetepai lebih kepada kesungguhan hati setiap jemaat yang hadir untuk
mencari Tuhan. Tetapi hal ini bukanlah suatu penghalang untuk
menciptakan sebuah gedung gereja beserta interior ruang yang mempunyai
nilai estetika.
Ciri gereja Kristen yang dapat dilihat jika dibandingkan dengan
gereja Khatolik adalah gereja Kristen lebih sederhana, baik dalam bentuk
bangunan
juga
dalam
pengolahan
interiornya
sejalan
dengan
perkembangan dunia arsitektur dan desain interior. Setiap gereja memiliki
identitas yang berbeda sesuai dengan visi dan misi yang ada. Identitas
sebuah gereja sehingga dapat tercipta sebuah ciri yang berbeda.
2.1.2
Sejarah Perkembangan Gereja Kristen Di Indonesia
2.1.2.1 Perkembangan Gereja Kristen Pada Masa VOC (1602-1799)
Seperti yang telah dikemukakan diatas, Kristen-Protestan hadir di
Indonesia sejak akhir abad ke-16, dibawa oleh personel armada dagang
Belanda yang kemudian bergabung dalam VOC. Walaupun Gereja
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Protestan Belanda pada masa itu-mengacu pada Pengakuan iman Belanda
pada tahun 1561pasal 365 – menitipkan tugas kepada VOC untuk ikut
mewartakan injil dan ajaran Kristen-Protestan kepada masyarakat yang
mereka jumpai, termasuk di Minahasa, namun kongsi dagang ini maupun
para personelnya tidak banyak berminat kepada tugas itu; minat mereka
lebih banyak kepada perolehan keuntungan material lewat penguasaan dan
monopoli perdagangan hasil bumi dan komoditi lainnya. Karena itu tidak
heran bila jumlah orang Kristen pada periode ini tidak berkembang,
bahkan merosot, dibandingkan dengan jumlah orang Kristen-Khatolik,
pada masa Portugis-Spanyol abad ke-16. Jemaat-jemaat Kristen juga
hanya ada di beberapa kota Pelabuhan (Batavia, Semarang, Surabaya,
Padang, Makassar, Ambon, dan Ternate), yang secara organisatoris diurus
oleh sebuah Majelis/Pengurus Gereja yang berkedudukan di Batavia, yang
pemimpin tertingginya adalah pejabat VOC.
Karena jemaat jemaat pada zaman VOC pada umumnya adalah
“jemaat benteng”, yakni berada di lingkungan benteng-benteng VOC,
maka hubungan mereka (baik yang Belanda maupun Pribumi dan orangorang Timur-Asing: Cina dan India) dengan masyarakat yang beragama
lain, terutama islam, sangatlah terbatas. Lagipula para pejabat VOC dan
para pendeta yang dipekerjakan oleh VOC pada umumnya menganut
pemahaman yang negative tentang islam. Pada awal masa VOC di
Nusantara, semua orang Kristen di negri ini adalah eks orang Khatolik
yang diprotestankan oleh Belanda, secara sukarela maupun paksaan.
Memasuki pertengahan hingga akhir periode VOC, ada sejumlah pribumi
maupun keturunan Cina yang masuk Kristen Protestan, tetapin jumlahnya
sangat terbatas, sehingga jumlah orang Kristen di negeri ini pada
penghujng abad ke-18 lebih sedikit daripada sekitar 1560-an, pada masa
puncak perdagangan dan kekuasaan Portugis dan Spanyol di negeri ini.
Salah satu kasus yang memperlihatkan sikap negative terhadap Islam itu
adalah pembantaian terhadap penduduk beragama Islam di pulau Banda
ada tanggal 8 – 11 Maret 1621, karena mereka tidak mau tunduk pada
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
klaim hak monopoli (oktrooi) perdagangan cengkeh. Ds.Hulseboh, pendeta
VOC pada masa itu, menyebut dan merayakan pembantaian itu sebagai
“suatu penaklukkan yang diberkati oleh Tuhan, yang patut kita syukuri dan
mengucapkan pujian yang tak terhingga kepada Allah”, walaupun
sebenarnya tindakan itu tidak didasarkan pada pertimbangan agama, yaitu
menindas orang Islam dalam rangka memajukan Kekristenan. Tidak selalu
para pejabat VOC maupun masyarakat Kristen Protestan pada periode ini
bersikap negatif terhadap umat beragam lain. Kalau hubungan dengan
umat beragama lain itu, khususnya Islam, mendatangkan keuntungan
dagang, mereka yang Kristen itu tidak segan segan menjalin hubungan
baik dan menjadikan kalangan Islam sebagai sekutu dagangnya. Terutama
kalangan personel VOC yang memang kadar kekristenannya pada
umumnya cukup rendah, tidak jarang mereka justru menghambat
perkembangan agama dan Gereja Kristen. Didaerah-daerah yang
penduduknya sebagian besar sudah beragama Islam, pemimpin VOC tidak
mengijinkan pendeta ataupun penginjil untuk menyelenggarakan kegiatan
gereja, apalagi sampai mendirikan gedung Gereja. Peristiwa konflik
bermuatan agama pada masa kekuasaan Portugis-Spanyol abad ke-16 juga
dipelajari oleh kalangan VOC, dan mereka tidak mau kalau hal itu
terulang, dan bila upaya pengembangan Gereja/agama Kristen merugikan
perdagangan. Menyimpulkan perkembangan kekristenan pada periode
1522-1799, Van den End berkata : harus diakui bahwa usaha-usaha
mengabarkan injil dan menanamkan gereja di Indonesia selama waktu 2 ½
abad ini adalah mengecewakan. Ini benar kalau kita melihat hasil itu dari
segi jumlah orang yang masuk Kristen – kira-kira 100.000 orang – dan
membandingkannya dengan kemajan yang dicapai oleh agama Islam
dalam kurun waktu yang sama. Tetapi hal yang sama juga harus dikatakan
mengenai kekuatan batiniah kekristenan di Indonesia pada zaman itu.
Hanya di Maluku Tengah yang berhasil dibangun suatu kekristenan yang
agak mantap sedikit. Pengaruh agama Kristen di luar lingkungan gereja
adalah kecil sekali.
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lebih lanjut Van de End menyimpulkan faktor-faktor penyebab
keadaan itu, antara lain:
1. Tenaga penginjil kurang sekali. Lagipula, banyak diantara tenaga itu
yang mati ketika baru saja mulai bekerja, sehingga pekerjaan berjalan
tersendat-sendat.
2. Sebagian rohaniwan yang datang dari Eropa hanya memberi
pemeliharaan rohani kepada teman-teman sebangsanya dan tidak
memperhatikan orang-orang di Indonesia.
3. Tenaga Indonesia kurang di didik dan/atau kurang diberi kesempatan
untuk mengembangkan bakat-bakatnya.
4. Injil dibawa dalam bahasa asing, dan bentuk-bentuk kehidupan
gerejawi merupakan tiruan dari keadaan di Eropa.
5. Pemimpin-pemimpin jemaat tidak cukup mengenal agama/adat
Indonesia asli.
6. Orang-orang Portugis dan Belanda datang ke Indonesia dengan
maksud mengabarkan injil dan mencari kekayaan; itu berarti bahwa
mereka “mengabdi sekaligus kepada Allah dan Marmon”.
7. Kelakuan buruk pendatang dari Eropa, yang merusak kesediaan
masyarakat pribumi untuk menerima agama mereka.
8. Gereja sering menyesuaikan diri dengan kemauan penguasa dan
dengan keadaan masyarakat (status quo).
2.1.3 Kegunaan Atau Fungsi Gereja
1. Gereja sebagai Tempat Ibadah (The house of Worship)
Pengaruh Taurat begitu kuat bagi orang Israel, sehingga dimana
berkumpul komunitas Yahudi disitu tentu akan didirikan Sinagoge (tempat
ibadah orang Yahudi). Sinagoge bukan hanya sebagai tempat mengajar dan
belajar Taurat, tetapi secara khusus tempat komunitas Yahudi beribadah
kepada Yehova. Dalam Perjanjian Baru terdapat banyak Sinagoge yang telah
berubah fungsi menjadi tempat ibadah Kristen; liturgi ibadah gereja mulamula/tata cara ibadah gereja juga teradopsi dari Sinagoge. Pergi Sinagoge
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
beribadah ataupun duduk-duduk saja untuk berunding, sharing, belajar
agama, bagi komunitas Yahudi merupakan suatu berkat. Disamping itu
orang Yahudi tiap hari tiga waktu mereka beribadah/berdoa kepada Yehova.
Dalam Daniel 6: 11,14 firman Tuhan berkata bahwa Daniel satu hari tiga
kali berdoa, seangkan orang Yahudi pada umumnya mereka beribadah di
Bait Allah pada pagi dan petang. Sehingga tempat ibadah sangat
mempengaruhi kehidupan mereka.
Oleh karena itu Gereja mula-mula sangat dipengaruhi oleh sikap
hidup ibadah orang Yahudi, baik pagi atau pada petang hari jemaat
menyempatkan diri ke Bait Allah untuk beribadah, dan biasanya di pagi dan
petang hari mereka mengatur korban persembahan. (lihat II Taw 2:4; 13:11;
Ezra 3:3;9:4; Maz 5:4) Orang Yahudi mengerti bahwa berziarah ke Bait
Allah bukan saja mereka boleh menaikan doa tetapi boleh beribadah kepada
Yehova (lihat Maz 120-134 adalah Mazmur ziarah yang dinyanyikan ketika
menuju ke Bait Allah). Beribadah mendatangkan hati yang penuh sukacita,
suasana ini selalu dialami oleh karena itu seklaipun harus berjalan jauh
bahkan sepanjang hari harus berdiri mendengarkan Firman Tuhan jemaat
tetap setia (sumber; Neh 8:4,6-9; 9:2,3) tidak ada yang mengeluh capek atau
ngomel. Orang Yahudi jika sudah berkumpul pasti mereka berbicara tentang
hukum Taurat/Firman Tuhan. Paulus sering dalam perjalanan pengkabaran
Injilnya diminta agar berbicara mengenai kebenaran yang dialaminya.
(Sumber; Kis 13:42; 17:16-34; 18:4).
2. Gereja sebagai Tempat Berdoa (The House of Prayer)
Orang Yahudi suka berdoa, dari Abraham hingga Tuhan Yesus,
bahkan sampai rasul-rasul banyak tokoh Alkitab yang memberikan teladan
kepada kita tentang bagaimana harus berdoa.Dapat kita lihat para BapakBapak bangsa, baik Abraham, Ishak, Yakub, dan para nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama, ada masalah mereka berdoa, bahkan dalam ancaman
sekalipun Ezra dan Nehemiah tetap berusaha berdoa. Sebab dengan berdoa
itulah datangnya kemampuan untuk menyelesaikan tugas panggilan Allah
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada mereka. Dalam Kitab Mazmur dapat kita belajar bagaimana umat
Israel berdoa dalam Kemah Pertemuan atau Bait Allah.
Dalam Perjanjian Baru kita dapat belajar dari Doa Tuhan Yesus:
“Bapa kami yang disorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendak-Mu dibumi seperti di sorga. Dari Doa Tuhan Yesus
ini kita tau bahwa Tuhan Yesus berpengharapan agar pada para pengikutNya dapat menaika doa seperti yang Dia ajarkan, tetapi juga dapat
mempraktekannya dalam kehidupan mereka setiap harinya. Tentunya
sebagai orang Kristen kita juga meyakini bahwa ada Roh Kudus Tuhan yang
selalu menolong kita, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus (Roma 8:26).
Demikan juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak
tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk
kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Selain gereja sebagai tempat persekutuan antar jemaat, gereja juga
adalah tempat dimana jemaat datang untuk berdoa, hal ini sudah sejak gereja
purba ada para Rasul memakai Bait Allah untuk berdoa. Dalam
perumpamaan Tuhan Yesus kita juga dapat melihat doa orang Farisi dan
pemungut cukai didalam Bait Allah. Menjadi orang Kristen berarti realitas
surge mempengaruhi setiap aspek kehidupannya dan ini berarti dalam
kehidupan nyata ini kita berhenti melawan satu dengan yang lainnya, ini
dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan hikmah untuk bekerja sama satu
dengan yang lainnya dalam keharmonisan dan kepercayaan.
3. Gereja sebagai Tempat Belajar Firman Tuhan (The House of Bible Study)
Jemaat gereja purba selalu mendapatkan pengajaran di Bait Allah
dan biasanya mereka yang diperantauan memakai Sinagoge untuk belajar
Firman Tuhan, selain itu mereka berkumpul untuk mendapatkan beritaberita aktual dari saudara-saudara yang datang dari Yerussalem. Dalam Kis
2:41-47 menceritakan kepada kita bagaimana jemaat mula-mula bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul. Karena mereka bertekun maka Tuhan terus
menambah bilangan orang yang bertobat, bertambah orang yang
mendapatkan berkat kesembuhan, banyaknya mujizat dan tanda heran.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berita yang terpenting pada bagian ini adalah bahwa dalam kehidupan
jemaat diubah oleh Tuhan, ay 47, mereka disukai semua orang, hidup yang
sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan inilah yang dipraktekkan oleh
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Orang Israel sudah lama hidup dalam
ajaran-ajaran palsu dari para Ahli Taurat, orang Farisi atau Imam-imam,
baca Mat 23. Dapat dikatakan sebelum Tuhan Yesus lahir hingga kenaikanNya, kehidupan Israel tidak pernah mengalami perubahan yang drastis
seperti yang diceritakan dalam kitab Kisah Para Rasul. Umat Israel tidak
memiliki orang yang bisa menjadi teladan, tidak ada figur, tidak ada yang
bisa menjadi panutan untuk kehidupan mereka, karena itu dalam Matius 23,
Tuhan Yesus mengecam para pemimpin rohani waktu itu. Ini sangat
berbeda dari para Rasul yang mengajar di Bait Allah ataupun di Sinagoge.
Apa yang dikatakan Rasul itulah yang mereka lihat dalam kelakuan Rasul.
Ucapan sama dengan kelakuan, kelakuan sama dengan ucapan, ada
sinkronnisasi. Hari ini banyak jemaat yang tidak mau ke gereja belajar
Firman Tuhan, ada yang baru belajar satu fasal Alkitab sudah berlagak
pintar seperti maha guru, semua pendeta dikritiknya habis-habisan.
Seharusnya belajar Firman Tuhan bertambah berhikmat dan rendah hati,
bukan bertambah sombong rohani.
4. Gereja sebagai Tempat Pengkabaran Injil (The House of Preach the
World)
Karena gereja dan Sinagoge adalah tempat berkumpulnya umat
Yahudi baik yang sudah percaya Tuhan Yesus atau yang belum, maka para
Rasul atau murid-murid Rasul selalu memanfaatkan Sinagoge atau tempat
ibadah untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada mereka yang belum
percaya. Dalam Kisah Rasul kita dapat membaca bahwa Rasul Paulus sering
melakukan penginjilan dalam rumah ibadah Kis Ras 13:5. Setiba di Salamis
mereka memberitakan Firman Allah didalam rumah-rumah ibadat orang
Yahudi. Dan Yohanes menyertai mereka sebagai pembantu mereka. Lih Kis
Ras 9:20; 17:2; 18:4; 19:8. Orang Israel berkumpul dalam Bait Allah atau
Sinagoge untuk beribadah, berdoa, atau berdiskusi, bagi para rasul inilah
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kesempatan yang terbaik untuk mengabarkan Injil bagi mereka. Karena itu
diawal gereja berdiri, sering Bait Allah atau Sinagoge dipakai sebagai
tempat mengabarkan Injil Tuhan, berita sukacita dari penebusan Yesus
Kristus.
Rasul
tahu
bagaimana
memanfaatkan
kesedmpatan
untuk
memberitakan Injil keselamatan bagi jiwa-jiwa yang siap dituai, dia tahu
dimana mereka selalu berkumpul. Ketika tiba di Efesus Paulus berusaha
meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Bahkan dia berdiam di Efesus
selama tiga bulan lamanya untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah. Hal ini
dapat kita baca di Kisah Rasul 19:8. Selama tiga bulan Paulus mengunjungi
rumah ibadat disitu dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia
berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Rumah ibadat kemudian hari berubah fungsi menjadi tempat
sembahyangnya orang Kristen dan dari situlah Injil keselamatan mulai
diberitakan, dari rumah ibadat lalu menyebar keseluruh daerah sekitarnya,
bahkan seluruh negara. Itulah tradisi pemberitaan Injil dan pusat pengutusan
misioneri ke luar negeri. Dengan berkembangnya pekerjaan Tuhan, Injil
telah didengar oleh lebih banyak orang maka secara praktis dalam pelayanan
pengkabaran Injil para penatua mulai memikirkan perluasan ruang ibadah.
Tidak hanya di Sinagoge saja tetapi dirumah-rumah jemaat yang telah
percaya, kemudian hari mulailah membangun gedung ibadat yang lebih
besar untuk menampung jiwa-jiwa yang datang beribadah. Jika para penatua
hanya memikirkan urusan dalam gereja belum selesai, dan terus menerus
konsili/sidang Sinode tanpa memikirkan Injil harus diberitakan lagi, maka
percayalah gereja tidak akan mengalami kemajuan lagi. Injil mandeg
menjadi bahan perdebatan bukan untuk dikabarkan. Jiwa-jiwa yang sedang
menuju kebinasaan menjerit meminta tolong tidak ada yang mendengarnya
lagi. Sama halnya dengan abad ini, zaman berubah begitu rupa, namun injil
terasa sudah berenti dalam gedung gereja yang megah, masing-masing
majelis jemaat hanya mengurus urusan dalam gedung saja, sudah lupa
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengabarkan injil. Fungsi gereja berubah menjadi tempat berhimpunnya
harta benda dunia yang kemudian diperebutkan.
2.1.4 Jenis-Jenis Gereja Di Indonesia
Di Indonesia ini banyak sekali terdapat jenis gereja Kristen, hal ini
dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai macam hal seperti contohnya
adalah: karena adanya perbedaan suku, paham/prinsip, karena adanya
perbedaan pendiri dan sebagainya. Tetapi hal ini diusahakan untuk tetap
menjadi satu kesatuan yang utuh walaupun memiliki perbedaan tersebut.
Beberapa contoh gereja-gereja yang ada di Indonesia:
 Gereja Kesukuan: Gereja yang menggunakan prinsip adat
kesukuan sebagai tata cara ibadah, tetapi tanpa keluar dari dogma
yang diajarkan di Alkitab, dan jemaat yang mengikuti ibadah
tersebut adalah jemaat yang memiliki kesukuan yang sama.

Gereja Kristen Jawa – GKJ

Gereja Kristen di Sumatera bagian Selatan – GKSBS

Gereja Kristen Jawi Wetan – GKJW

Gereja Masehi Injili di Minahasa – GMIM

Huria Kristen Batak Protestan – HKBP

Gereja Batak Karo Protestan – GBKP

Gereja Kristen Protestan Simalungun – GKPS

Huria Kristen Indonesia – HKI

Banua Niha Keriso Protestan – BNKP

Orahua Niha Keriso Protestan – ONKP

Gereja Kristen Kalam Kudus – GKKK

Gereja Kristen Kalam Allah – GKKA

Gereja Kristen Pasundan – GKP

dll.
 Gereja Menurut Denominasi: Gereja yang memiliki satu kestuan
baik visi dan misi dengan tata cara ibadah yang sama walaupun
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memiliki perbedaan nama gereja tersebut, biasanya nama gereja ini
adalah gereja beraliran Protestan.
 Gereja Kalvinis

Gereja Protestan di Indonesia – GPI dengan 12 Gereja Bagian
Mandiri (GBM) dalam lingkup GPI:
o Gereja Masehi Injili di Minahasa – GMIM
o Gereja Protestan di Maluku – GPM
o Gereja Masehi Injili di Timor
o Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat – GPIB
o Gereja Protestan Indonesia di Donggala – GPID
o Gereja Protestan Indonesia di Buol Toli-Toli – GPIBT
o Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo – GPIG
o Gereja Kristen Luwuk Banggai – GKLB
o Gereja Protestan Indonesia di Papua – GPI Papua
o Gereja Protestan Indonesia Banggai Kepulauan – GPIBK
o Indonesia Ecumenical Christian Church – IECC
o Gereja Masehi Injili di Talaud – GMIT
 Gereja Lutheran

Gereja Huria Kristen Batak Protestan – Gereja HKBP

Huria Kristen Indonesia – HKI

Gereja Kristen Protestan Simalungun – GKPS

Banua Niha Keriso Protestan – BNKP

dll.
 Gereja Reform

Gereja Reformed Injili Indonesia – GRII

dll.
 Gereja-gereja Pentakosta – Karismatik: Gereja yang memiliki
aliran Karismatik dengan mengandalkan kuasa Roh Kudus dalam
setiap ibadahnya, sehingga jemaat Karismatik ini sering mengalami
mujizat-mujizat ajaib.

Gereja Pentakosta di Indonesia – GpdI
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Gereja Bethel Injil Sepenuh – GBIS

Gereja Bethel Indonesia – GBI / Bethel

Gereja Bethany Indonesia – Bethany

Gereja Berita Injil

Gereja Tiberia Indonesia – GTI/Tiberias

Gereja Mawar Sharon – GMS

Gereja Bethel Tabernakel – GBT

Gereja Duta Injil

Gereja Bukit Zaitun – GBZ

Gereja Rumah Doa Segala Bangsa – Gereja RDSB

Gereja Yesus Kristus Tuhan (Abbalove Ministries)

Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (Assemblies of God)

Charismatic Worship Service – CWS

Gereja Injili Sepenuh Indonesia – IFGF GISI

dll.
 Gereja Non-Denominasi: gereja yang memiliki aliran independen
atau gereja utuh yang tidak menganut denominasi manapun, tetapi
memiliki tata cara ibadah yang sama.

Gereja Yesus Sejati, dll.
 Lain-lain

Gereja Kristen Indonesia – GKI

Gereja Kristen Pasundan – GKP

Gereja Kristus

Gereja Kristus Yesus – GKY

Gereja Advent

Gereja Methodis Indonesia

Gereja Baptis Indonesia

Gereja Isa Almasih

Gereja Bala Keselamatan

dll.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
 Gereja Ortodoks
Gereja Ortodoks adalah pendatang yang paling mutakir di Indonesia.
Menurut penelitian sejarah dan arkeologi, sebenarnya gereja ini
justru adalah yang pertama hadir di Indonesia melalui kehadiran
Gereja Nestorian didaerah Pancur, Sumatera. Namun tanpa diketahui
sebab-sebabnya, gereja yang kehadirannya diketahui lewat prasasti
dari tahun 600-an M ini kemudian hilang dan baru muncul kembali
di Indonesia sekitar akhir tahun 1960-an. Di negara-negara Eropa
Timur, Timur Tengah, dan India gereja ini telah hadir selama
berabad-abad, bahkan sebagian telah hadir sejak abad pertama ketika
kali pertam Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus. Kini di
Indonesia telah hadir Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks
Syria, dan Gereja Ortodoks Rusia.
2.1.5 Persyaratan Mendirikan Gereja Di Indonesia
Agama Kristiani di Indonesia adalah agama yang diakui oleh
pemerintah Indonesia secara mutlak, oleh sebab itu dalam pendirian gereja
di Indonesia harus memenuhi berbagai persyaratan yang harus selesaikan
agar bangunan gereja yang secara independen dapat berdiri utuh.
Dibawah ini adalah persyaratan utama dalam mendirikan gereja di
Indonesia:
1. Daftar nama dan KTP minimal 90 orang yang disahkan oleh pejabat
setempat.
2. Dukungan masyarakat setimpal minimal 60 orang yang disahkan oleh
kepala desa atau lurah.
3. Rekomendasi tertulis dari kantor Departemen Keagamaan.
4. Rekomendasi tertulis dari FKUB (Forum Kerjasama Umat Beragama).
5. IMB dari Bupati atau Walikota.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 TINJAUAN DATA KHUSUS
2.2.1 Gereja Kristen Jawa
2.2.1.1 Penjelasan Logo Gereja-Gereja Kristen Jawa
Mengemban amanat Sidang Sinode XVIII
GKJ GKJ sebagaimana tertera pada
artikel 97.1 yaitu "Menugasi Deputat
Studi dan Penelitian untuk menetapkan
Logo GKJ yang ditempatkan pada Papan
Gambar 2.1 : Logo GKJ
Nama dan Kop Surat serta memperhatikan
anjuran PGI" maka Deputat Studi dan Penelitian XVIII GKJ telah
menentukan Logo GKJ sebagaimana yang disebarluaskan.
Adapun proses penentuan itu adalah sebagai berikut:
1. Yang dimaksud Logo adalah gambar yang menjadi simbol sesuatu
(organisasi atau lembaga).
2. Unsur-unsur yang harus ada di dalam Logo GKJ itu adalah:
a. Unsur Kristen
b. Unsur Jawa
3. Untuk memenuhi kebutuhan yang tersebut pada No. 2 diatas Deputat
Studi dan Penelitian XVIII GKJ memilih lambang atau simbol sebagai
berikut:
a. Unsur Kristen : Burung dara sebagai simbol Roh Kudus, dan
tangan berdoa sebagai simbol orang percaya.
b. Unsur Jawa : Gunungan.
4. Dibawah gambar tersebut ada sebuah pita yang bertuliskan GEREJAGEREJA KRISTEN JAWA, di kaligrafi Jawa.
5. Warna yang dipakai adalah biru laut yang melambangkan kesetiaan,
dan ketenangan hati.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Catatan:
a. Semua unsur Kristen yang dipakai dalam simbol ini dipilihkan yang di
dalamnya terkandung sifat aktif, yaitu burung dara yang terbang dan
tangan berdoa.
b. Di dalam Logo ini memang dengan sengaja tidak dipakai gambar
salib, sebab memang tidak harus setiap Logo Gereja atau Kristen
memakai salib, sedangkan unsur Kristen yang dipakai dalam Logo
GKJ itu sudah cukup mewakili dan jelas.
2.2.2 Data Pemakai Gereja Kristen Jawa
2.2.2.1 Struktur Organisasi Pemakai
Ruang Kebaktian ibadah raya ini dipakai secara rutin setiap hari
Minggu. Pemakaian rutin dimanfaatkan untuk kebaktian ibadah raya. Fungsi
utama dari ruang kebaktian ini adalah untuk menyelenggarakan ibadah raya
yang merupakan puncak perayaan kemenangan bagi umat Kristiani.
Pemakain ruang kebaktian dibagi menjadi dua pemakai utama
yaitu pelayan Tuhan dan jemaat. Secara fungsional masing-masing memiliki
peran yang berbeda-beda. Berikut ini struktur organisasi pengguna:
KETUA
PENDETA
PENATUA
/DIAKEN
SEKRETARIS
MAJELIS
BENDAHARA
MAJELIS
WKBPPK
WKBKP
WKBP
WKBIPF
Bagan 2.1: Struktur Organisasi Pelayan Tuhan
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Di dalam Pelayanan Wakil Ketua Bidang Persekutuan dan Pembinaan
Kategorial terdapat:
WKBPPK
Komisi
Anak
Komisi Pemuda
Remaja
Komisi
Wanita
Komisi
Adiyuswa
Komisi
Olahraga
Bagan 2.2 : Struktur Pelayanan Wakil Ketua Bidang Persekutuan dan Pembinaan
Kategorial
Di dalam Wakil Ketua Bidang Kesaksian Dan Pelayanan terdapat:
WKBKP
Komisi
Diakonia
Komisi
Kesenian
Komisi
Media
Klinik Pratama
Perkumpulan Ikatan
Kasih
Bagan 2.3: Struktur Wakil Ketua Bidang Kesaksian Dan Pelayanan
Di dalam Wakil Ketua Bidang Penatalayanan terdapat:
WKBP
Komisi Barang Kekayaan
Gereja
Tim Audit
Intern
Tim Laporan Kerja Dan Rencana
Kerja Gereja
Bagan 2.4: Struktur Wakil Ketua Bidang Penatalayanan
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Di dalam Wakil Ketua Bidang Ibadah dan Pembinaan Fungsional terdapat:
WKBIPF
Komisi
Pemahaman
Alkitab
Komisi Studi
Perencanaan,
Pembinaan Dan
Pengembangan
Jemaat
Komisi
Ibadah
Panitia
Paskah,
Pentakosta,
Dan UnduhUnduh
Panitia
Mphb, Natal,
Tahun Baru
& Ulang
Tahun Gereja
Panitia Hari
Besar
Kenegaraan
Bagan 2.5: Struktur Wakil Ketua Bidang Ibadah dan Pembinaan Fungsional

Struktur Organisasi Jemaat
Jemaat yang beribadah di Gereja Kristen Jawa dibagi menjadi beberapa
bagian khusus, yaitu:
1. Orang Dewasa; meliputi keluarga, orang tua, dan orang yang telah
bekerja tergabung didalam ibadah pengerja atau biasa disebut doa
pengerja.
2. Dewasa Muda; meliputi orang yang telah bekerja dan memiliki
penghasilan tetap pribadi.
3. Pemuda; meliputi mahasiswa dan calon mahasiswa, yang tergabung
dalam ibadah Gerakan Pemuda
4. Remaja; meliputi siswa SLTP, SMU, yang tergabung dalam ibadah
Persekutuan Taruna.
5. Anak-anak; meliputi siswa SD, TK, Balita, yang tergabung dalam
ibadah sekolah minggu Persekutuan Anak
Pembagian ini dibuat agar semua jemaat dapat berkumpul bersama dan
mencari Tuhan bersama, sehingga visi dari gereja dapat terwujudkan.
2.2.2.2 Pola Aktivitas Pemakai
Pemakaian ruang dalam Gereja Kristen Jawa terbatas pada harihari tertentu saja. Dalam satu minggu ruang kebaktian dipakai secara tetap
pada hari Minggu saja. Sedangkan untuk pemakaian jam kerja kantor dalam
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gereja Kristen Jawa pada hari kerja (Senin-Sabtu). Aktivitas-aktivitas ini
dilakukan dalam durasi ibadah kurang lebih sekitar 2 jam.
Pola aktivitas yang dilakukan tiap individu pemakai adalah sebagai berikut:
1. Pelayan Tuhan

Sirkulasi Pelayan Tuhan ketika mengikuti ibadah, sebagai berikut:
Datang
Parkir
Ruang Pendeta
Entrance
Ramah Tamah
Side
Entrance
Ramah Tamah
Kotbah
Duduk
Bagan 2.6: Pola Aktivitas Pelayan Tuhan
2. Jemaat

Sirkulasi yang dilalui jemaat adalah:
Datang
Parkir
Persembahan
Ramah
Tamah
Entrance
Berdoa
Pulang
Duduk
Beribadah
Toilet
Entrance
Bagan 2.7: Pola Aktivitas Jemaat

Khusus untuk jemaat yang cacat, sirkulasinya sebagai berikut:
Entrance
Ramp
Duduk
Persembahan
Beribadah
Pulang
Toilet
KHUSU
Ramp
Bagan 2.8: Pola Aktivitas Jemaat yang Cacat
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3 DATA LITERATUR
2.3.1 Teori Tentang Ruang
Manusia adalah makhluk nsosial yang perlu berhubungan dengan
orang lain tetapi manusia juga merupakan individu yang membutuhkan
privasi dalam beraktivitas seperti berdoa, tidur, mandi, dan lainnya. Setiap
kegiatan ini membutuhkan ruang dalam hal inilah yang menyebabkan fungsi
ruang dapat dibedakan menjadi:
1. Ruang Sosiofugal
Seseorang cenderung memisahkan diri dari masing-masing individu
sehingga tercipta suasana yang lebih privat. Misalnya: gereja, ruang
doa dimana orang dalam keadaan tersebut tidak berharap untuk
berhubungan dengan orang lain. Wujud fisik dari ruang Sosiofugal
dapat dicapai dengan:
a) Membuat sekat atau dinding sebatas pandangan mata.
b) Pengaturan perabot, misalnya tempat duduk diatur agar tidak
saling bertatapan satu sama yang lain, tetapi dapat juga saling
berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.
2. Ruang Sosiopetal
a) Cenderung untuk menyatukan individu-individu sehingga
tercipta interaksi sosial.
b) Hal yang jelas terlihat pada ruang ibadah utama, ruang sekolah
minggu, ruang sekretariat, dan sebagainya.

Fenomena
“Sebuah gereja juga harus mempunyai kualitas fasilitas pendukung dan
penunjang yang lengkap untuk dapat mendukung jalannya ibadah”
2.3.2 Teori Gabungan Fisik Ruang
1. Sirkulasi
Pada bangunan publik, selain sirkulasi sebagai salah satu faktor penting,
keberadaan setiap orang juga harus jelas letak dan fungsinya. Permainan
plafond an lantai misalnya, bisa membantu pemakai ruangan tersebut pada
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suatu arah dan hal ini sangat bermanfaat sekali untuk perancangan interior
Gereja.
2. Pemilihan Furniture
Berikut ini beberapa material yang dapat digunakan pada sebuah bangunan:

Kayu: memiliki kesan hangat dan lunak, membutuhkan perawatan
khusus, langgeng.

Alumunium: finishing bervariasi, pilihan warna sesuai dengan catnya,
ringan, perawatannya mudah.

Stainless steel: perawatannya mudah, mahal, biaya perawatan mudah,
langgeng, kesan padat.
3. Elemen Interior
a) Lantai
Penutup lantai dapat memberikan kesan ketika digunakan dalam
sebuah ruangan, berikut ini berbagai macam penutup lantai dengan
karakteristiknya yang ditimbulkan.
-
Parket: mempunyai pola alamiah.
-
Marmer: mengkilap, tipis, perawatannya mudah, penampilannya
menarik.
-
Teraso: biji keramik yang diolah dengan semen, mahal namun tahan
lama, cocok untuk jalan sirkulasi.
-
Granit: Tipis, tidak tahan lama namun penampilan menarik, cocok
untuk area sirkulasi yang padat.
-
Keramik: pilihan warna banyak, natural, cocok untuk penutup lantai
utama dan area sirkulasi.
-
Karpet: murah, tahan lama, pilihan warna banyak, lunak.
-
Vinil:
permukaannya
bertekstur,
pilihan
warna
banyak,
perawatannya mudah, pemasangannya cukup di lem, cocok untuk
area sirkulasi tinggi.
b) Dinding
Untuk membagi ruangan pada sebuah bangunan digunakan tiga macam
dinding yaitu:
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-
Dinding Permanen: dinding yang memiliki struktur atau kolom.
-
Partisi yang berdiri dari lantai hingga plafon.
*Berfungsi untuk membagi area servis dan area privat.
*Untuk membentuk area privat.
-
Partisi Freestanding.
*Berfungsi untuk membagi dan memisahkan dua ruang tanpa
membatasi view (pandangan) pengunjung.
*Mudah dipindahkan.
c) Plafon
Menurut pengunaan material, plafon dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
-
Accountical
Ceiling:
berfungsi
sebagai
isolator
suara
dan
mengurangi tingkat kebisingan suara.
-
Luminous Ceiling: berfungsi untuk memudarkan cahaya dan
memberi efek cahaya khusus pada ruangan.
-
Baffle Ceiling: berfungsi untuk meredam suara dan memberikan
suasana tertentu pada ruangan.
Studi Tata Ruang
Dalam sebuah bangunan memerlukan penataan ruang didalam
penggunaannya
harus
disesuaikan
dengan
fungsi
serta
memenuhi
persyaratan kesehatan.
2.3.3 Organisasi Ruang
Ada beberapa jenis organisasi ruang yang penentuannya tergantung
pada tuntutan program bangunan, pengelompokan fungsi ruang, hirarki
ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandang dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Organisasi Ruang Terpusat

Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang disekitarnya.

Ruangan sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi yang sama.

Ruang sekitar berada satu dengan yang lainnya, baik bentuk, ukuran
maupun fungsinya.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2: Organisasi Ruang Terpusat
2. Organisasi Ruang Linear

Merupakan deretan ruang-ruang.

Masing-masing dihubungkan dengan ruang yang sifatnya
memanjang.

Masing-masing ruang berhubungan secara langsung.

Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tetapi yang
berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.
Gambar 2.3: Organisasi Ruang Linear
3. Organisasi Ruang Radikal

Kombinasi dari organisasi terpusat dan linear.

Organisasi terpusat mengarah kedalam sedangkan organisasi radikal
mengarah keluar.

Lengan radikal dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya,
tergantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.
Gambar 2.4: Organisasi Ruang Radikal
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Organisasi Ruang Secara mengelompok
Organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama,
tetapi komposisi dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan
fungsi.
Gambar 2.5: Organisasi Ruang Mengelompok
5. Organisasi Ruang Secara Grid

Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan
pola grid.

Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh
fungsi posisi dan sirkulasi.

Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak kita jumpai pada
interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak divisi-divisi atau
bagian-bagian untuk karyawan yang menduduki jabatan.
Gambar 2.6: Organisasi Ruang Grid
2.3.4 Perancangan Ruang Dalam Gereja
 Arsitektur Gereja Romawi
Arsitektur Romawi merupakan dasar konstruksi gereja. Padahal
jika kita melihat sejarah pertumbuhan arsitektural gereja, bangsa
Yunani mempelopori pembangunan secara struktural.
 Arsitektur Yunani
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada umumnya telah mempertimbangkan dan menyesuaikan
desain bangunan dengan lingkungan sekitar, misalnya: faktor geografis,
kebiasaan, serta struktur masyarakatnya. Finishing bangunan dibuat
secara detail. Contohnya: pemakaian ornament pada kolom, sehingga
menimbulkan bermacam-macam langgam, seperti: Doric, Ionic,
Corinthian.
Gambar 2.7: Tiga Ordo Pilar Yunani
 Arsitektur Romawi
Dipengaruhi budaya Yunani yang di kombinasikan dengan
arsitektur
Asia
Barat
yang
mempunyai
struktur
melengkung.
Perbedaannya dengan arsitektur Yunani adalah orang-orang romawi
berhasil menciptakan konstruksi dengan bentangan lebar tanpa kolom
dibandingkan dengan arsitektur Romawi dalam hal detail ornament
yang lebih teliti.
Gambar 2.8: Denah Arsitektur Gereja Romawi
Keterangan:
-
Nave
: Ruang Utama
-
Narthex
: Tempat jemaat non-Kristen
-
Aisle
: Ruang yang terbentuk akibat perluasan di kiri dan
di kanan bangunan (terdapat deretan kolom)
-
Atrium
: Ruang terbuka dibelakang narthex
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-
Babtisery
: Tempat jemaat di baptis (kolam baptis)
-
Cathedrill
: Tempat duduk Uskup
Perubahan juga terjadi pada arsitektur gereja sendiri setelah lahir
kelompok reformasi. Kelompok ini lebih mementingkan acara Liturgis
(pewahyuan dan firman Allah) sehingga perhatian dari arsitektur gereja
mulai berkurang. Segala tempat dapat digunakan sebagai tempat
berkumpul dan berdoa. Inilah yang menjadi dasar pembentukan
persekutuan jemaat di rumah-rumah (gereja sel).
Jadi, hilangnya batasan yang terdapat pada ruang dalam seperti
pada gereja Romawi Katolik menyebabkan gereja reformasi lebih bebas
berasitektur. Inipun dapat dilihat hingga sampai saat ini, dimana bentuk
gereja Kristen lebih bervariasi dan kreatif. Apalagi gereja Kristen
banyak ditunjang dengan teknologi canggih dan material bangunan
dapat dilakukan sekehendak hati arsitekturnya, sesuai dengan keadaan
setempat (iklim, daya dukung tanah, kondisi masyarakat).
 Arsitektur Byzantium
Arsitektur Byzantium memiliki tampilan sederhana, ringan, dan
bergaya kedusunan. Bentuk-bentuk yang ada merupakan perkembangan
dari arsitektur Romawi (Basilika), yang merupakan titik awal dari
arsitektur gereja.
Gambar 2.9: Arsitektur Romawi pada gedung Basilika & Arsitektur Romantika
Pada abad XXII terdapat perubahan pada interior gerejanya, yaitu
penambahan Dome pada persilangan salib, lihat gambar dibawah ini:
Gambar 2.10: Gambar dengan Gereja berbentuk salib
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
 Arsitektur Gothic
Arsitektur Gothic merupakan perkembangan dari Arsitektur
Romantika. Beberapa ciri arsitektur ini antara lain:

Jendela di lukis sesuai dengan riwayat kitab suci.

Skala ruang sangat tinggi.

Interiornya lebih bagus dibandingkan jenis arsitektur yang lain.

Sistem konstruksinya rapih.

Elemen cahaya merupakan elemen pendukung.

Terdapat lukisan dan ukiran sebagai ornament penunjang.
Pada zaman Ghotic; agama Kristen menguasai hampir seluruh wilayah
Eropa, sehingga mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Penobatan raja
harus dengan persetujuan Sri Paus. Sehingga membawa reformasi
dalam gereja Martin Luther sebagai tokohnya (aliran Protestan).
Menurut Bruce Allsop, bangunan ibadah di masukan ke dalam
arsitektur yang mempunyai arti dan makna simbolik mengenai hubungan
manusia dengan kuasa yang tidak kelihatan, ideologi atau konsep.3
Arsitektur gerejawi mempunyai 2 fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi psikologis : Berhubungan dengan perasaan yang ditimbulkan
oleh bangunan pada orang yang menggunakannya.
2. Fungsi sosial
: Berhubungan dengan pelayanan pada masyarakat
sekitar.
Pada hakekatnya, faktor yang sangat berpengaruh dalam perancangan gereja
adalah filosofi atau asas dari aliran agama Kristen yang bersangkutan.
a) Menurut Buku Religius Building, 1976 (hal, 49)
Gereja harus merupakan tempat hikmat dan penuh penghormatan kepada
Allah, oleh karena itu dalam mendesain gereja haruslah sangat pantas sebagai
tempat Allah.
3
Bruce Allsop, A Modern Theory of architecture
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-
Kesederhanaan, memenuhi kebutuhan, fleksibel, dan penyesuaian
adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam struktur baru
perancangan gereja saat ini.
-
Dalam mendesain ruang dalam gereja dapat menggunakan simbolsimbol
religious
yang
akan
menciptakan
efek
visual
yang
mengagumkan sehingga dapat menggugah hati jemaat yang hadir.
-
Dalam mendesain ruang dalam gereja, elemen-elemen interior seperti
akustik dan system pencahayaan adalah bagian yang penting.
Sistem akustik yang baik akan membuat seluruh jemaat yang hadir dapat
mendengarkan suara dari atas mimbar dengan jelas sedangkan tata
pencahayaan akan membantu merefleksikan kesucian kehadirat Allah.
-
Dalam menata tempat duduk jemaat haruslah tepat sehingga
membantu jemaat untuk dapat berkonsentrasi penuh dalam mengikuti
jalannya ibadah.
b) Menurut Buku A Theology of Church Design, 1985
-
Desain gereja harus mampu menjadi tempat yang dapat membantu
umat dalam mengorientasikan diri kepada Tuhan.
-
Desain gereja tidak mungkin dapat langsung mewakli Allah, oleh
sebab itu diperlukan simbol untuk dapat mewakili-Nya. Tidak hanya
mewakili keberadaan Allah saja tetapi dapat juga digunakan simbolsimbol yang dapat menyampaikan maksud perancangan.
-
Sound system harus disesuaikan dengan besarnya ruangan sehingga
umat dapat mendengarkan dengan jelas.
-
Tata pengaturan bangku haruslah tepat sehingga membantu umat
untuk berkonsentrasi dalam ibadah.
c) Sound Amplification in Church-second edition
-
Posisi sumber suara sangat menentukan apakah nantinya seluruh
jemaat yang hadir dapat mendengar dengan jelas, secara khusus
jemaat yang berada di bagian belakang. Letak sumber suara sebaiknya
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berada diposisi lebih tinggi dari jemaat dan sesuai dengan batas sudut
pandangan manusia. Jika posisi sumber suara diletakkan sejajar
dengan jemaat maka suara yang dikeluarkan oleh sumber suara akan
hilang ditengah-tengah ruang sehingga jemaat yang ada dibagian
belakang tidak dapat mendengar dengan jelas.
Sound source at height. Sound rapidly absorbed as it passes over
heads
Gambar 2.11: Posisi Sumber Suara
Peletakan
loadspeaker pada posisi yang tinggi akan membantu
menyampaikan sumber suara ke seluruh posisin jemaat.
Gambar 2.12: Posisi loadspeaker pada posisi yang lebih tinggi dari pendengar
 Warna
Menurut Satwiko (2004), warna yang mencitrakan kesan religus adalah
warna merah, emas, dan jingga. Merah akan menghasilkan kesan
kehangatan dan kesenangan. Emas akan menghasilkan kesan ningrat,
mewah,
sorak-sorai,
gemerlap,
dan
ornamental.
Jingga
akan
menghasilkan kesan ramah-tamah, hangat, bercahaya.
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.5 Tinjauan Studi Besaran Ruang Dan Aktivitas
 Tempat duduk jemaat
Pada beberapa gereja, jemaat tidak perlu berlutut, ada pula gereja
yang dilengkapi dengan bangku berlutut yang bentuknya sederhana.
Dalam teori anatropi manusia, Panero (1979) menjelaskan bahwa jarak
minimal untuk sebuah bangku gereja adalah 0.5m. Kebutuhan ruang
tiap bangku tanpa papan tempat berlutut adalah 0,4-0,5 m2.
Gambar 2.13: Jarak minimal kursi gereja
Jika area tempat duduk jemaat menggunakan bangku maka
sebaiknya diberi dua buah gang pada kedua sisi bangku untuk
menyediakan akses langsung sehingga akses lancar. Jika tidak ada
ketentuan lain maka standar daya tampung untuk satu bangku adalah
memuat 14 orang.
Berikut ini besaran standar untuk pengaturan kursi jemaat:
-
Lebar kursi untuk tiap jemaat
: 55,88 cm
-
Jarak antar bangku
: 91,44 cm
-
Tinggi dudukan dari lantai
: 43,18 cm
 Gang (Aisle)
Gang pinggir kurang menguntungkan karena adanya pancaran udara
dinding bagian dalam. Pada gereja besar, gang tengah sangat
bermanfaat untuk iring-iringan upacara, seperti upacara pernikahan
maupun upacara pemakaman. Tiap bangku gang maksimal dapat
memuat 14 orang.4
4
De Chiara, Joseph, Time Saver Standard For Building Types, 1990
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.14: Lebar Gang (Aisle)
Berikut ini ukuran standar untuk gang (Aisle):
-
Gang utama (Center Aisle)
: min 150 cm.
-
Gang samping (Side Aisle)
: min 105,24 cm.
-
Gang depan (Front Aisle)
: min 180 cm.
-
Gang antar kursi (Rear Cross Aisle)
: min 150 cm.
 Mimbar
Mimbar merupakan bagian terpenting dalam interior gereja dan
merupakan pusat dari kegiatan liturgi. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan khusus untuk merancang bagian-bagiannya. Pemisahan
antar area mimbar dengan area jemaat harus dihindari agar keduanya
sama-sama berpartisipasi dalam penyembahan kepada Tuhan. Jadi,
pengaturan jarak antar daerah mimbar dengan jemaat di usahakan
seminimal mungkin. Keduanya menempati posisi sama-sama kudus
dalam beribadah.5
Area mimbar dinaikan sekitar tiga tingkat, tidak lebih dari 15 cm
tiap tingkatannya dan lebar anak tangga minimum 40 cm. Lebar gang
(aisle) di area sekitar mimbar 13 cm.
Gambar 2.15: Variasi pengaturan mimbar
5
Prof. Outler, Albert.C., Whorship and Christian Unity, Board of Global
Ministries, 1966
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
 Meja Khotbah
Meja khotbah (pulpit) merupakan tempat pendeta menyampaikan
injil dan pesan Tuhan kepada jemaat. Meja khotbah merupakan perabot
yang paling aktif digunakan di mimbar. Meja khotbah tidak harus
terletak ditengah area mimbar, asalkan dapat terlihat sehingga pesannya
dapat tersampaikan dengan tepat kepada jemaat.
Meja khotbah harus mempunyai tempat meletakkan alkitab, catatan
khotbah dan penerangan setempat untuk membaca alkitab. Standar
ukurannya sebagai berikut:
Gambar 2.16: Ukuran meja khotbah6
 Railing Mimbar dan Jemaat
Pemakaian railing pada area jemaat dan area mimbar kini lebih
jarang digunakan untuk menghindari adanya pemisahan area duduk
jemaat dengan mimbar.
Tinggi railing seperti standar tinggi railing pada umumnya yaitu 36
inchi (91cm). Berikut gambaran detail dan gambaran railing yang jyga
merupakan standar railing pada area-area lain dalam gereja:
Gambar 2.17: Detail dan Ukuran Railing7
6
7
Human Dimension, hal 299
De Chiara, Joseph, Time Saver Standard For Building Types, 1990
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.6 Tinjauan Struktur Organisasi Ruang
Ruang yang dibutuhkan pada pembagian ruang dalam gereja adalah:
 Mimbar (minimum 18,5 m2)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang mimbar,
antara lain:
-
Tujuan mendirikan gereja adalah untuk menyeiakan tempat bagi
jemaat untuk menyembah Tuhan (Worship), bersekutu (fellowship),
pengajaran (teaching), dan persiapan ibadah (service).
-
Jemaat dan aktivitasnya merupakan pertimbangan utama dalam
perancangan gereja.
-
Tujuan utama dari perancangan mimbar adalah untuk memusatkan
perhatian, mengarahkan, dan mempersiapkan hati jemaat untuk hal
yang ilahi dari Allah.
-
Teologi tidak mempengaruhi secara langsung arsitektur gereja.
Teoogi hanya mempengaruhi kegiatan liturgis ibadah.
-
Area duduk jemaat (minimum 1 m2)
-
Area persiapan pendeta (minimum 11 m2)
-
Ruang pelayan Tuhan (minimum 1-1,4 m2)
2.3.7 Tinjauan Utilitas Ruang
Utilitas ruang kebaktian gereja meliputi sistem pencahayaan dan sistem
akustik gereja. Kedua unsur ini tak terpisahkan dan saling terkait satu sama
yang lain.
 Sistem Pencahayaan
Dalam arsitektur gereja, pencahayaan selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisik bangunan juga dapat mempengaruhi
persepsi orang terhadap suatu objek. Dalam hal ini pencahayaan dapat
digunakan untuk melambangkan Keagungan Allah (sinar kemuliaan
Allah).
Dua macam pencahayaan untuk gereja antara lain:
-
Cahaya menyeluruh : terkesan ringan
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-
Cahaya yang difokuskan : terkesan penting (vocal point)8
Selain itu, yang harus diperhatikan dari system pencahayaan dengan
memperhatikan factor silau, pergantian warna kreatifitas bentuk dan
efek khusus yang timbul mempengaruhi perasaan psikologis pengguna
ruang.
Ada juga dua macam pencahayaan, yaitu:
a) Cahaya alam (natural lighting), cahaya yang berasal dari sinar
matahari, bulan, api, dan sumber lainnya.
b) Cahaya buatan (artificial lighting), cahaya yang berasal dari cahaya
buatan manusia, misalnya lilin, sinar lampu, dll.
Dibagi menjadi lima macam lagi, yaitu :
a) Pencahayaan langsung, semua sinar memancar dari pusat kearah
objek yang disinari, misalnya pemakaian lampu sorot.
b) Pencahayaan tidak langsung, sumber pencahayaan disembunyikan
dari pandangan pengamat, sehingga cahaya yang dirasakan adalah
hasil pantulannya, terutama pada dinding atau plafon.
c) Pencahayaan setempat, pencahayaan yang diarahkan untuk
menerangi kesuatu tempat atau objek, misalnya lampu meja.
d) Pencahayaan
yang
membias
(diffused),
pencahayaan
yang
memancar langsung dari sumbernya terlebih dahulu melalui bahan
yang menyebarkan sinar tersebut lebih besar dari sumbernya,
misalnya lampu downlight. Lampu downlight menyebarkan cahaya
(diffused) melalui bahan gelas yang ada pada badannya atau biasa
disebut
reflector.
Cahaya
yang
dihasilkan
bersifat
menyebar/membias banyak.
e) Pencahayaan khusus, salah satunya bola “bracket”, yaitu lampu
yang ditanam didalam dinding atau lantai, fungsinya sebagai
petunjuk arah.9
8
9
Rossusen. Steen Eikr. Experiencing Architecture
Suptandar,Pamudji.J.,Desain Interior, Djambatan, 1999
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sistem pencahayaan sebaiknya memanfaatkan sinar matahari pagi agar
lebih hemat, dengan pemilihan jenis lampu dapat membentuk nilai
keindahan atau nilai estetis ruang. Ada 5 jenis lampu diantaranya direct,
semi direct, indirect, semi indirect, dan diffuse.
1. Perbedaan penyebaran cahaya akan menampakkan karakteristik yang
berbeda.

Direct : 90 – 100% langsung diarahkan kebidang kerja atau bidang
yang harus diterangi.

Semi direct
: 60 – 90% sebagian sinar lampu dipancarkan
kebidang kerja dan sebagian kecil sinar lampu dipancarkan keatas
(plafond).

Indirect
: 90 – 100% sinar lampu dipancarkan secara tak
langsung menu bidang kerja yang dipantulkan terlebih dahulu pada
dinding dan langit-langit.

Semi indirect : 60 – 90% sebagian besar sinar lampu dipancarkan
keatas (langit-langit) dan sebagian kecil sinar lampu dipancarkan
ke bidang kerja.

Diffuse
: 40 – 60% sinar lampu yang dipancarkan menuju
bidang kerja sebelumnya terlebih dahulu melalui kaca baur/diffuse,
sehingga sinar yang dipancarkan merata baik pada bidang kerja
maupun pada seluruh ruang.
2. Perbandingan Efek Cahaya
a) Cahaya Alami (Natural ligh)
Pengunjung lebih menyukai warna daylight karena menjadi ruang
atau desain menjadi menarik, dan memberikan penerangan natural.
b) Cahaya Buatan (artificial lighting)
Jemaat di gereja memilih cahaya buatan ini juga karena pada
momen-momen tertentu diharuskan menggunakan cahaya buatan
seperti lilin, sinar lampu, dll.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Contoh sinar lampu :

Lampu pijar (Incandescent)
Kelebihan : pewarnanya akurat, fleksibel, lebih mudah
dikontrol, dan meningkatkan selera beli.
Kekurangan : konsumsi energinya lebih tinggi, tidak tahan
lama, dan sukar perawatannya.

Tube light (lampu TL)
-
Cool white
-
Cool white deluxe: digunakan bahan-bahan natural, dan
: lebih ekonomis, memberi kesan dingin.
penawaran.
 Sistem Akustik
Dalam perancangan akustik gereja dan beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
-
Daerah mimbar harus cukup dinaikin dan dikelilingi oleh dinding
pemantul, demikian juga pada bagian paduan suara (choir) dan
musik.
-
Tiap
sudut
jemaat
harus
memiliki
kondisi
pendengaran
(intelegibilitas) yang baik saat kebaktian.
-
Eliminasi bising dari luar di perlukan apabila ada kegiatan
kebaktian terutama pada saat berdoa.
Kualitas bunyi pada gereja dipengaruhi oleh bentuk volume ruang,
kapasitas tampung gereja, jumlah jemaat, dan bahan pelapis akustik.10
 Warna-warna simbolik
Pemakaian warna dalam gereja memberi kesan, menambah variasi
dan menyimbolkan suatu makna. Berikut beberapa warna yang
mengandung warna simbolis dalam pemakaiannya dalam gereja:
a) Putih
: Simbol Pencipta, sukacita, kesucian, kemuliaan.
b) Merah
: Simbol darah anak domba.
c) Hitam
: Simbol kesengsaraan atau maut.
d) Emas (coklat) : Simbol kemuliaan Tuhan, iman Kristiani.
10
Doelle, Leslie.L, Akustik Lingkungan, Hal 115-118
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
: Simbol baptisan air, ketenangan.11
e) Biru
Selain simbol warna, rajawali juga dipakai untuk menyatakan kekuatan,
kemuliaan yang melampaui segala hal, jiwa rasuli yang pada dasarnya
melayani dan menginjili.
 Penghawaan
Untuk membantu mengatasi udara panas yang berlebihan didalam
ruang khususnya pada ruang ibadah utama maka diperlukan suatu
sistem penghawaan. Banyak cara yang digunakan untuk mengurangi
panas diantaranya adalah pemakaian reflection glass, alat peneduh atau
penangkal cahaya dan yang paling terkenal adalah penggunaan AC (Air
Conditioning). Untuk mengatur kesejukan udara ada 2 sistem yang
dikenal yaitu sistem alami (cross ventilation) dan sistem buatan (AC
dan kipas angin).12
a) Sistem Alami
Dapat diperoleh dengan melalui ventilasi yang terbentuk
dari bukaan jendela. Dalam penentuan tata sirkulasi udara haruslah
memperhatikan kecepatan, temperature dan arah angina sesuai
dengan daerah dan iklim. Ruangan yang ideal adalah ruanagan
yang mempunyai ventilasi alami demi menjaga kesehatan
penghuninya serta untuk menghilangkan udara yang tidak baik.
b) Sistem Buatan
Sirkulasi udara buatan diperoleh dari penyejuk udara atau
AC, exhaust, dll. Sirkulasi udara buatan digunakan untuk
memperoleh kondisi udara yang nyaman dan stabil. Sistem
penyejuk udara menangani udara dalam beberapa cara karena suhu
yang nyaman tidak hana bergantung dari temperature udara, tapi
juga pada kelembaban yang relative, temperature realisasi
permukaan sekitar dan aliran udara kemurnian udara dan cara
menghilangkan
11
12
bau
merupakan
factor-faktor
kenyamanan
Rest, Friedrich, Our Christian, Symbol, Education Press, 1954
J. Pamudji, Suptandar, Pengantar Desain Interior, 41
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tambahan yang dapat dikendalikan oleh sistem penyejuk udara.
Penghawaan sistem buatan dalam sebuah interior sebaiknya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Pemakaian AC sangat efisien pada sebuah interior yang tidak
memungkinkan mendapatkan udara secara bebas, sehingga
dengan pemakaian AC dapat menciptakan udara yang
berkualitas.
-
Untuk pemakaian heating atau cooling, disesuaikan dengan
iklim, untuk daerah tropis menggunakan cooling.
2.4 TINJAUAN MENGENAI TEMA
Pengertian tema secara umum adalah keseragaman bentuk dan
sebagainya, yang secara khusus memberikan ciri khas dari sebuah desain
yang memberikan makna. Dalam perancangan ini penulis mengaplikasikan
tema desain menyebar seperti sebuah gelombang. Hal ini disesuaikan dengan
dasar/ajaran dari Gereja Kristen Jawa.
2.5 TINJAUAN MENGENAI GAYA MODERN
2.5.1 Pengertian Gaya Modern
Pengertian gaya secara umum adalah ragam cara rupa, bentuk dan
sebagainya yang khusus mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa,
bangunan rumah dan sebagainya.13 Dalam perancangan ini penulis
mengaplikasikan gaya modern, Kata "modern” berasal dari kata MODO yang
berarti barusan. Sejarah penggunaan kata modern dapat ditarik dalam sejarah
sejak tahun 1127. Seorang kepala biarawan, Suger, merekontruksi Basilica,
St. Denis di Paris. Hasil dari rekontruksinya adalah sesuatu hal yang baru,
suger akhirnya memberikan istilah gaya itu dengan “opus Modernum”. Yang
berarti sebuah karya baru. (Sumber : Adityawan, Tinjauan Desain, 1999 Hal.
49).
Modern sebagai isme adalah serangkaian pemikiran dan gerakan
dalam berbagai bidang kehidupan yang muncul sejak tahun 1900-1950.
13
Cypress, Kamus Besar Indonesia, 1972, 388
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kegiatan barang-barang konsumsi yang sebelumnya dikerjakan dengan
tangan digantian dengan tenaga mesin atau produksi massal. (Sumber :
Adityawan, Tinjauan Desain, 1999 Hal. 49).
Gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional,
menyesuaikanya dengan aliran-aliran modern dalam falsafah, sejarah dan
ilmu pengetahuan. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 Hal.589).
Kata modern dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap
dan cara berfikir serta cara bertindak yang sesuai dengan tuntutan zaman.
(Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 Hal.589).
2.5.2 Sejarah perkembangan gaya modern
Gerakan Modern pada awalnya muncul di Inggris pada abad ke-18.
Ketika ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Sejak penemuan tersebut
terjadi perubahan atau pergantian dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin,
penggantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati sampai dengan
tercetusnya Revolusi Industri. Tapi ada juga kelompok yang tidak menyukai
dampak dari Revolusi Industri tersebut, beberapa diantaranya adalah gerakan
Art and Craft Movement dan Art Nouveau yang inti dari gerakan mereka
adalah berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam
seni dan kriya.
Pada awal masa seni rupa Modern, muncul beberapa aliran,
diantaranya adalah Kubisme (1882-1963), Ekspressionisme (1900-1906),
Futurisme (1909), Konstruktivisme (1914-1920), Surrealisme (1924),
Dadaisme (1916-1922), dan De Stijll (1917-1931).
Kata Modern pertama kali diperkenalkan pada masa Revolusi
Industri di Eropa, terutama di Jerman. Pandangan ini karena pemberontakan
terhadap unsur klasik & eklektik pada abad 19. Ditandai dengan gerakan
Bauhauss di Stuttgart yang memelopori kepercayaan terhadap penggunaan
fungsi & material secara tepat & efisien. Sejak saat itu pandangan modern
bukan hanya sekedar gaya, melainkan bagian dari gaya hidup.
Perkembangan gaya modern di Indonesia dimulai semenjak tahun
1960. Masa orde baru, bisa dikatakan adalah saat berkembangnya
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
modernisasi Indonesia di segala bidang, termasuk bidang arsitektur.
Modernisme di Indonesia ditandai dengan mulai dibangunnya berbagai
gedung-gedung tinggi, sarana transportasi, dan pusat perbelanjaan. Contoh
bangunan modern yang masih ada hingga sekarang antara lain : Wisma
Nusantara, Ratu Plaza, Gedung Bumiputera di jalan Sudirman dan lainnya.
Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi antara lain dari penggunaan bidang kaca
yang lebar, bentuk geometris pada fasad bangunan, eksposed struktur,
penampilan natural bahan bangunan. (Sumber: Adityawan Arief, Tinjauan
Desain, 1999 dan Sumalyo Yulianto, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan
abad XX,1997).
A. Periode I (1917-1929)
Pada periode ini, munculnya gerakan modern dipicu oleh perang
dunia pertama (1917-selesai). Terjadi pandangan radikal yang mulai meluas
di seluruh Eropa, salah satunya adalah pandangan mengenai konsepsi ruang.
Penganut awal mula gerakan ini adalah kelompok De Stijl dari Belanda,
kelompok November Gruppe, dan lain-lain. Pada periode satu ini terbentuk
dan berdiri CIAM (Conggres Internationaux d’Architecture Moderne) tahun
1928, hasil kongres ini, bahwa arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari
suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial ekonomi yang
ditimbulkan zaman mesin pada waktu itu, yaitu dengan mencari
keharmonisan dari elemen-elemen Modern serta mengembalikan arsitektur
pada bidang sebenarnya. Tokoh-tokoh yang menonjol pada periode I, yaitu :
a) Frank Lloyd Wright (Amerika Serikat)
Menurut Frank Lloyd Wright setiap permasalahan
pemecahannya selalu berhubungan
iklim,
topografi,
dengan alam
arsitektur
atau lingkungan,
dan bahan bangunan. Gaya arsitektur Wright
disebut organic; estetika
dan
konstruksi
sama pentingnya, lahir
dan tumbuh dari situasi secara alami.
b) Walter Gropius (Jerman dan Amerika Serikat)
Falsafah tentang arsitektur adalah keahlian (kepandaian dan seni) yang
dipadu dengan kemajuan teknik (bahan dan stuktur).
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Ludwig Mies van der Rohe (Jerman dan Amerika Serikat) Interior
modern harus:

Teratur (bentuk segi empat atau balok) dan simetris.

Fungsional.

Harmonis
dgn
exterior
(melalui
dinding
kaca),
hingga
mendramatisir interior yang rasional dengan exterior yang organik.

Netral penggunaannya.

Eksterior tidak mencerminkan fungsi.

Rangka bangunan kaku dengan dinding pengisi dibuat indah.

Bahan-bahan buatan pabrik.

Mencerminkan keindahan mesin , memperhatikan detail.
d) Le Corbusier (Perancis)
Falsafah tentang arsitektur adalah menciptakan perasaan aman,
keramahtamahan, kebahagiaan, serta kesatuan yang harmonis dari
bentuk-bentuk yang ada di bumi dan hubungannya dengan skala
manusia.
B. Periode II (1930-1939)
Pada periode ini, bangunan secara keseluruhan dapat dikatakan
memiliki karakter gaya Internasional, hanya masing-masing daerah
mempunyai tipe tersendiri yang dititik beratkan dengan penggunaan
bahan-bahan setempat, tanpa menyembunyikan kekurangannya. Hasil
karya arsitektur periode II pada dasarnya merupakan perpaduan keahlian,
perkembangan teknologi dan industri serta seni dengan paham kedaerahan.
Tokoh yang menonjol pada periode II ini seperti Alvar Aalto (Finlandia)
dia merupakan seorang arsitek yang sangat memperhatikan keadaan
lingkungan dan menghargai tradisi. Tokoh kedua adalah Arne Jacobsen
(Denmark) ciri khasnya adalah bentuk-bentuk tradisional yang digabung
menjadi bentuk modern. Ketiga adalah Oscar Niemeyer (Brazilia) ciri
khasnya
menggunakan
banyak
detail
arsitektur
asli
Brazilia,
memperhatikan keadaan alam dan lingkungan.
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
C. Periode III (1949-1958)
Pada periode ini telah terjadi perang dunia kedua (1941-1945) yang
telah banyak menimbulkan kerusakan. Prinsip perencanaan didasarkan
pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta
keindahan mesin; menginginkan kesatuan antara manusia dengan
lingkungan. Pada masa ini timbul aliran Ekletisisme. Khas pada bangunan
periode ini adalah bangunan berlantai banyak (Vertikalisme) dengan
bentangan-bentang
lebar,
dan
banyak
menggunakan
kaca
pada
eksteriornya, didorong juga oleh perkembangan teknologi waktu itu.
Selain itu perancangan arsitektur landscape mulai dikembangkan. Pada
periode ini penggunaan bahan, fungsi, sistem pencahayaan, bentuk massa
serta landscape dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat
kenasionalan. Dalam periode ini pula, timbul dua aliran yaitu Brutalisme
dan Formalisme.
Ciri khas pada bangunan masa ini:
a) Penggunaan bidang-bidang kaca yang lebar.
b) Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industri.
c) Permukaan bangunan mulai agak kasar, menjurus kearah Brutalisme.
d) Sistem lantai yang menggunakan sistem cantilever dengan tujuan
ruang menjadi lebih luas (Sumber: Persepsi bentuk dan konsep
Arsitektur, Eppi P, dkk, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1982).
2.5.3 Ciri-ciri Desain Modern
a) Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran
bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis.
b) Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan,
warna, & fungsi.
c) Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (form
follow function).
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d) Universitalisme, menampilkan suatu ukuran kebenaran & keindahan
ukuran-ukuran yg ada di masyarakat modern barat (International
Style).
e) Form Follow Function, setiap bentuk harus ada fungsinya (fungsional
& rasional).
f) Simplicity.
g) Less is more.
h) Membuang ornament.
i) Membuang gaya dan teknik tadisional.
j) Penekanan pada konsep keseragaman (uniformility)
2.5.4 Pengaplikasian Warna Pada Desain Modern
Warna-warna yang digunakan pada desain modern bukan warnawarana yang berani seperti pada Gaya Postmodern seperti warna Biru
kuat, Orange, Merah dan Kuning. Warna yang ditampilkan dalam desain
modern merupakan warna-warna bahan aslinya yang ditampilkan, tanpa
perlu ditutup-tutupi sehingga terlihat natural.
Bahkan desain modern cenderung tidak mempunyai warna, warna
yang ada seperti hitam, putih dan abu-abu. Semua ini akibat ajaran dari
sekolah Bauhaus sebagai pelopor gerakan modern yang membiarkan
desain modern tampil natural (apa adanya). Dengan ciri-ciri kaca yang
dominan dan berbentuk kotak.
Ciri-ciri utamanya adalah :
•
Menyatu dengan alam.
•
Lebih terang, lebih luas & terbuka.
•
Sumber cahaya tersembunyi.
•
Furniture yang minim & bentuk furniture yang skulptural.
•
Komponen interior lebih sederhana.
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.6 TINJAUAN MENGENAI ETNIK (TRADISIONAL) JAWA
TENGAH
2.6.1 Budaya Etnik
Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pikiran, akal budi.
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan etnik merupakan sesuatu yang bertalian dengan kelompok sosial
dalam sistem sosial atau hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) 7
manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat yang mempunyai
arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan
sebagainya.

Menurut Ir. Josef Prijotomo M.Arch
Arsitektur tradisional dikatakan “tradisional” dengan beberapa alasan :
1. Membedakan jenis arsitektur yang timbul, berkembang dan merupakan
karakteristik masing-masing suku.
2. Merupakan suatu bentuk yang diwarisi dari generasi ke generasi.
3. Dikaitkan dalam kerangka waktu yang terbatas.

Pengertian arsitektur vernakular (tradisional) dari beberapa ahli :
1. Amos Rapoport (House Form and Culture, 1969)
Karya arsitektur yang tumbuh dari segala macam tradisi dan
mengoptimalkan atau memanfaatkan potensi-potensi lokal seperti
material, teknologi, dan pengetahuan.
2. Paul Groth (1999)
Bangunan vernakular = bangunan biasa Studi arsitektur yang polos
dengan kasta rendah, biaya rendah atau dibangun oleh kelompok
tradisional yang menggunakan biaya setempat yang abadi dan tidak
berubah.
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Kesimpulan : Arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur
rakyat, lahir dari masyarakat etnik, dan berakar pada tradisi etnik dengan
beberapa ciri :
1. Local knowledge, local material, erat dengan elemen berbau mitos, cara
hidup (berdasar) masyarakat setempat.
2. Merupakan pengalaman dan jawaban atas setting lingkungan tempat
bangunan berdiri.
3. Tidak berupa produk tetapi proses, lebih berupa konsep daripada materi

Karakteristik Arsitektur Vernakular
-
Arsitektur vernakular tidak mengacu pada hal lain dari budaya,
berkembang mengadopsi arsitektur regional dan mewujudkan
budaya setempat.
-
Menurut Kingston, 2003
1. Diproduksi individu untuk digunakan sendiri.
2. Bersifat lokal.
3. Kontraktor/pembangunannya anonim dengan menggunakan
pemula atau aturan dari tradisi yang diadaptasi secara lokal.

Menurut Paul Groth, 2000
1. Bentuk keseharian akrab dengan daerah tertentu dari
populasi.
2. sering dibuat dengan bahan yang tersedia disekitarnya untuk
diaplikasi pada fungsi bangunan.
2.6.2 Kebudayaan Dan Kesenian Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di
bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa
Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di
sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah
utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau
Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun
Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga
mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal
sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula
suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa
seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula
warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang
tersebar di seluruh provinsi ini.
Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah
dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan
Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga
kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di
kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada
umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas
Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka
yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula
komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka
biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan
dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya
Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman
Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin
yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di
Banten.
Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya
sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di
samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum
terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian
barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek
ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar.
Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya
terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek
tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah
tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah
berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan
kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda
masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah:
1. dialek Pekalongan
2. dialek Kedu
3. dialek Bagelen
4. dialek Semarang
5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6. dialek Blora
7. dialek Surakarta
8. dialek Yogyakarta
9. dialek Madiun
10. dialek Banyumasan (Ngapak)
11. dialek Tegal-Brebes
Agama
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan
mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan
istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu ,
Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa
Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Muntilan, kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik,
dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama
Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi
Kristen terbesar di Indonesia.
Gamelan Jawa
Gambar 2.18: Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang,
guna
mendorong
kecintaan
pada
kehidupan
Transedental
(Alam
Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat
ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada
pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya
Keraton.
Wayang Kulit
Gambar 2.19: Wayang Kulit
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan
Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa.
Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara
keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan
dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja
Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja
Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan
digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari
gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita
Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk
penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap
sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang
digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang
Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
Wayang didalam bahasa Jawa berarti “Bayangan”, dalam bahasa
melayu “Bayang-bayang” , dalam bahasa Aceh “Bayengbayeng”, dalam
bahasa Bugis “Wayang/Bayang”, didalam bahasa Bikol dekenal dengan kata
“Baying” artinya “Barang” yaitu apa yang dilihat dengan nyata. Akar kata
ini bervariasi yong, yung antara lain terdapat dalam kata layang (terbang),
doyong (miring, tidak stabil); royong (selalu bergerak dari satu tempat ke
tempat lain); Poyang paying (berjalan sempoyongan tidak tenang). Dengan
perbandingan berbagai pengertian akar “yang” beserta variasinya dapat
dikemukakan bahwa dasarnya adalah “tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang,
terbang bergerak kian kemari”. Awalan “wa” dalam bahasa jawa modern
tidak mempunyai fungsi lagi. Jadi, dalam bahasa Jawa perkataan wayang
mengandung arti “bergerak kian kemari, tidak tetap, sama-samar atau
sayup-sayup” dan telah berbentuk pada waktu ketika awalan “wa” masih
mempunyai fungsi tata bahasa. Oleh karena itu boneka-boneka yang
digunakan dalam pertunjukan member bayang-bayang, maka dinamakan
wayang, “awayang” atau “bawayang” pada waktu itu berarti bergaul dengan
wayang atau pertunjukan wayang, (Sri Mulyono, Ir. Wayang, Asal Usul,
Filsafat dan Masa Depannya, Gunung Agung, 1989).
Lambat laun wayang menjadi nama pertunjukan baying-bayang
sehingga sekarang dikenal dengan Wayang Beber, Wayang Golek, Wayang
Orang, dan Wayang Kulit (yang masih sering dipagelarkan atau di
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pertunjukan adalah Wayang Golek, Wayang Kulit, dan Wayang Orang).
Sebuah seni pedalangan yang sumber ceritanya berasal dari Epos
Mahabarata
dan
Ramayana
yang
bertemakan
klasik
bahwa
keangkaramurkaan itu pada akhirnya akan kalah oleh kebenaran, yang
dalam pepatah kuno dikatakan Sura dira jayaningrat lebur daning pangestuti.
Kesenian wayang ini biasa di pertunjukan atau di pagelarkan dalam acaraacara tertentu, seperti perkawinan, khitanan, upacara desa, ruwatan, dan
sebagainya, yang mengandung nilai-nilai budaya l;uhur nenek moyang
bangsa kita.
Keris Jawa
Gambar 2.20: Keris Jawa
Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “
Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya
berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah
keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa
mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar
pada hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan
itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi,
nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari
angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan
iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Tuhan YME ) dengan duatu
apaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha
pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau
mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi
ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Batik Jawa
Jawa Tengah merupakan daerah penghasil kain batik terbesar di Nusantara.
Batik Jawa Tengah memiliki corak yang khas dan sarat dengan filosofi.
Daerah penghasil batik di Jawa Tengah yang paling menonjol adalah
Pekalongan, Solo, dan Semarang. Pusat penghasil kain batik terkenal
lainnya adalah Yogyakarta.
1. Batik Yogyakarta dan Solo (Surakarta)
Sejarah batik Yogyakarta adalah pengembangan dari batik Solo.
Hubungan dari kedua daerah tersebut sangat erat. Batik Yogyakarta
dan Solo sarat filosofi dan lebih banyak didominasi warna cokelat dan
biru. Ada sekitar 4.000 motif batik Yogyakarta, yang cukup terkenal,
di antaranya adalah motif parang, babon angrem, dan wahyu tumurun.
Motif batik Solo, antara lain sidomukti, sidoluruh, dan lereng. Proses
membatik dengan menggunakan canting.
Gambar 2.21: Gambar Batik Yogya (Parang, Babon Angrem, dan Wahyu Tumurun)
Gambar 2.22: Gambar Batik Solo (Sidomukti, Sidoluruh, dan Lereng)
2. Batik Pekalongan dan Semarang
Batik Pekalongan memiliki ciri pesisir dengan corak ragam hias alami.
Corak ragam hiasnya banyak mendapat pengaruh dari Cina yang
dinamis dan kaya akan warna. Batik Pekalongan banyak didominasi
warna cerah, hijau, kuning, merah, dan merah muda, serta didominasi
motif bunga (buketan). Batik Semarang banyak didominasi warna
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
cokelat, kuning, hijau, dan hitam dengan motif alam, seperti bunga,
dedaunan, dan burung.
Gambar 2.23: Gambar Batik Pekalongan dan Batik Semarang
Kaligrafi Jawa
Huruf jawa yang berjumlah 20 dari Ha sampai Nga
meliputi hanacaraka, data-sawala, pada jayanya,
magha-batanga
menurut
cerita
turun
temurun
diceritakan dalam kisah AJISAKA. Konon makna
dari huruf jawa hanacaraka yaitu bahwa aksara Jawa ini diciptakan oleh
Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia. Dikisahkan Ajisaka
hendak pergi mengembara, dan ia berpesan pada seorang abdinya yang
setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti: janganlah
memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri: Ajisaka.
Setelah sekian lama mengembara, di negeri perantauan, Ajisaka teringat
akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun
mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan
mengambil keris pusaka itu di tanah leluhur. Kepada abdi yang setia ini
dia mewanti-wanti: jangan sekali-kali kembali ke hadapannya kecuali
membawa keris pusakanya. Ironisnya, kedua abdi yang sama-sama setia
dan militan itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama: hanya karena
tidak ada dialog di antara mereka. Bukankah sebenarnya keduanya
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat junjungannya.
Dan lebih ironis lagi, kisah tragis tentang dua abdi yang setia ini.
Dengan tulisan sebagai berikut :
ha na ca ra ka Dikisahkan tentang dua abdi setia
da ta sa wa la Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi
pa da ja ya nya Mereka sama-sama kuat dan tangguh ( sakti )
ma ga ba tha nga Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama
Sedangkan menurut ki Sarodjo menuliskan arti makna dari huruf
jawa hanacaraka :
Baginya,
rangkaian
huruf
didalam
carakan
jawa
itu
bukannya
menambatkan sesuatu kisan, melainkan berupa suatu ungkapan filosofis
yang berlaku universal, sangat dalam artinya, membawa kita tunduk dan
takwa kepada Tuhan. ( Sarodjo, 1982 )
Adapun arti huruf jawa huruf jawa hanacaraka tersebut menurut ki
sarodjo sebagai berikut; Hana-caraka ( Ada utusan/ Ca ra ka : cipta rasa
karsa ), Data-sawala ( datan suwala : tidak menentang, tidak keberatan/
sumerah), Padha-Jayanya ( sama-sama sukses ), Magha-bathanga (
Mudhi/ meletakan pada tempat yang tinggi, wujud kesaksian ; maga =
meletakan sesuatu di paga ). Hal tersebut mengingatkan kepada potensial
amal yang disimpan ditempat yang tinggi, illiyin. Sebagai manusia sudah
selayaknya patuh dan serta menyerahkan problema hidup padaNya disaat
segala upaya sudah dilakukan, hal itu tidak bertentangan dongan kodrat
manusia itu sendiri sebagai mahluk ciptaanNya yang berkewajiban
memenuhi tugas-tugasnya didunia. Disini manusialah yang membutuhkan
Tuhannya bukan sebaliknya.
Aksara Jawa ha-na-ca-ra-ka mewakili spiritualitas orang Jawa yang
terdalam: yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala
sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni.

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa
nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia.
Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia
dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaanNya).
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan

data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia
( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima
dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi)

dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ”
atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam
perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang,
unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar
menang ” atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan

yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia
harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak
untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Ornamen Jawa
Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat
dijumpai banyak kayu yang diukir. Ornamen
ukir ini sarat mengandung makna simbolis.
Gambar 2.24: Gambar Ornamen Jawa
Ornamen ini bermacam ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam
jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati dan sebagainya. Bentuk dan makna
ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya pada beberapa ornamen
yang umum dipakai.

Gunungan (Kayon / kekayon)
Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang
keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam
prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif gunungan di rumah
mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan
lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.

Lung-lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang
tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga
dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah
tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol
ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka
bumi.

Wajikan
Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan
yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa
bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga.

Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya
patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.

Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai
dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan
dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar
matahari.

Banaspati / Kala / Kemamang
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini
melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala
sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya
ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti
pagar, gerbang, atau pintu masuk.
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.7 TINJAUAN MENGENAI GAYA DAN TEMA
Kesimpulan dari tema yang menyebar dan gaya modern serta budaya Jawa
Tengah menjadi “Gaya Ekletik”.

Ekletik
Gaya eklektik bisa disebut sebagai percampuran beberapa gaya desain dari
beberapa periode waktu dan tempat yang berbeda tapi dikombinasikan
menjadi satu. Gaya klasik, modern, kontemporer, etnik tradisional,
semuanya bisa digabungkan dalam satu ruangan. Eclectic atau eklektik
berasal dari bahasa Yunani = “eklegein”, artinya memilih sesuatu (“to pick
out”), istilah ini ditemukan pada filsafat dan juga bidang seni, yaitu
pembentukan atau pemilihan dari beberapa sistem berpikir kemudian
menciptakan satu pola pemikiran baru. Pemikir eklektik mencoba untuk
mengkombinasikan
doktrin-doktrin
yang
dianggapnya
valid
untuk
disatukan, walaupun pemikiran-pemikiran tersebut tidak dapat disatukan
pada satu kesatuan yang utuh (integral). Pola pemikiran yang bersifat
“eklektik” sebenarnya sudah lama berlangsung, yaitu sejak abad ke-2 SM di
Yunani. Pada saat itu mulai tumbuh benih-benih intelektualitas yang
dimotivasi oleh filsuf besar Yunani Plato dan Arsitoteles, yang berangkat
dari pandangan yang bersifat kosmologis untuk mencari kebenaran. Contoh
lain terdapat pada generasi filsuf Yunani yang tumbuh kemudian seperti
Antiochus, yang mengkombinasikan pemikiran Stoikisme (Stoicism) dan
skeptisme (skepticism) dan pemikiran Panaetius (sekitar 185-109 SM),
dimana dia berbasiskan pemikiran Platonism dan Stoicism. Konsep ini
mulai pada abad ke-20 sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran. Secara
estetika, gaya ini berkaca pada gaya masa lampau. Menurut desainer interior
Patricia Herdita dari RuangkaRya, desain eklektik kini dapat dimaknai
sebagai penggabungan dari gaya modern dengan ciri khas etnik tradisional.
Gaya ini banyak digemari karena Indonesia memiliki kekayaan budaya, seni
dan tradisi, bisa dipadukan. Paduan yang dituangkan tak hanya dari satu
konsep daerah saja.
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download