BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN DATA UMUM 2.1.1 Tinjauan Mengenai Gereja 2.1.1.1 Pengertian gereja Pengertian kata “gereja” : adalah tubuh kristus dan dia adalah kepalanya.1 Efesus 1:22-23 berkata “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya dibawah kak Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Pengertian “gereja” secara etimologi adalah sekumpulan orang percaya1 (Injil Matius 16:17-18). Kata gereja sendiri berasal dari bahasa : Portugis, Igreja artinya kumpulan kaum. Yunani, Ekklesia artinya pertemuan atau sidang (jemaat); kuriakon artinya milik Tuhan. Pengertian “gereja” secara fisik adalah gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen yang sama kepercayaannya, ajaran dan tata caranya.2 Tempat ibadah adalah bangunan yang sangat penting bagi manusia yang memilliki agama atau keyakinan tertentu. Tempat ibadah adalah gedung yang dibuat manusia sebagai tempat yang sakral karena tempat ibadah adalah tempat dimana sekumpulan umat datang menghadap Tuhan. Demikian pula bagi umat Kristen, gereja sebagai tempat ibadah adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat di hormati karena gereja dimana tempat anak-anak Tuhan datang beribadah dan melayani Tuhan. 1 2 Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 1995 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2, Balai Pustaka, 1991 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Terdapat lebih dari satu jenis gereja Kristen yang ada di Indonesia, hal ini disebabkan karena adanya visi dan misi yang berbeda yang Tuhan berikan bagi umat manusia. Adanya perbedaan visi dan misi dikarenakan Tuhan menciptakan manusia dengan banyak perbedaan, dengan perbedaan inilah Tuhan akan memakai umat-Nya untuk dapat saling melengkapi. Walaupun dapat terdapat perbedaan visi dan misi dianatara umat Kristen tetapi tujuan dari semuanya adalah sama yaitu untuk kemliaan nama Tuhan sehingga umat Kristen tetap bergandengan tangan didalam perbedaan yang ada. Visi dan misi yang dimiliki oleh sebuah gereja mengarahkan gereja tersebut kepada orientasi pelayanan yang akan menjadi jalan untuk mewujudkan visi dan misi itu sendiri. Selain mengarahkan kepada orientasi pelayanan, visi dan misi yang dimiliki sebuah gereja akan menjadi identitas dari gereja tersebut. Makna sebuah gereja bagi umat Kristen, bukan hanya sekedar sebuah gedung untuk tempat beribadah dan tempat melayani Tuhan, tetepai lebih kepada kesungguhan hati setiap jemaat yang hadir untuk mencari Tuhan. Tetapi hal ini bukanlah suatu penghalang untuk menciptakan sebuah gedung gereja beserta interior ruang yang mempunyai nilai estetika. Ciri gereja Kristen yang dapat dilihat jika dibandingkan dengan gereja Khatolik adalah gereja Kristen lebih sederhana, baik dalam bentuk bangunan juga dalam pengolahan interiornya sejalan dengan perkembangan dunia arsitektur dan desain interior. Setiap gereja memiliki identitas yang berbeda sesuai dengan visi dan misi yang ada. Identitas sebuah gereja sehingga dapat tercipta sebuah ciri yang berbeda. 2.1.2 Sejarah Perkembangan Gereja Kristen Di Indonesia 2.1.2.1 Perkembangan Gereja Kristen Pada Masa VOC (1602-1799) Seperti yang telah dikemukakan diatas, Kristen-Protestan hadir di Indonesia sejak akhir abad ke-16, dibawa oleh personel armada dagang Belanda yang kemudian bergabung dalam VOC. Walaupun Gereja 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Protestan Belanda pada masa itu-mengacu pada Pengakuan iman Belanda pada tahun 1561pasal 365 – menitipkan tugas kepada VOC untuk ikut mewartakan injil dan ajaran Kristen-Protestan kepada masyarakat yang mereka jumpai, termasuk di Minahasa, namun kongsi dagang ini maupun para personelnya tidak banyak berminat kepada tugas itu; minat mereka lebih banyak kepada perolehan keuntungan material lewat penguasaan dan monopoli perdagangan hasil bumi dan komoditi lainnya. Karena itu tidak heran bila jumlah orang Kristen pada periode ini tidak berkembang, bahkan merosot, dibandingkan dengan jumlah orang Kristen-Khatolik, pada masa Portugis-Spanyol abad ke-16. Jemaat-jemaat Kristen juga hanya ada di beberapa kota Pelabuhan (Batavia, Semarang, Surabaya, Padang, Makassar, Ambon, dan Ternate), yang secara organisatoris diurus oleh sebuah Majelis/Pengurus Gereja yang berkedudukan di Batavia, yang pemimpin tertingginya adalah pejabat VOC. Karena jemaat jemaat pada zaman VOC pada umumnya adalah “jemaat benteng”, yakni berada di lingkungan benteng-benteng VOC, maka hubungan mereka (baik yang Belanda maupun Pribumi dan orangorang Timur-Asing: Cina dan India) dengan masyarakat yang beragama lain, terutama islam, sangatlah terbatas. Lagipula para pejabat VOC dan para pendeta yang dipekerjakan oleh VOC pada umumnya menganut pemahaman yang negative tentang islam. Pada awal masa VOC di Nusantara, semua orang Kristen di negri ini adalah eks orang Khatolik yang diprotestankan oleh Belanda, secara sukarela maupun paksaan. Memasuki pertengahan hingga akhir periode VOC, ada sejumlah pribumi maupun keturunan Cina yang masuk Kristen Protestan, tetapin jumlahnya sangat terbatas, sehingga jumlah orang Kristen di negeri ini pada penghujng abad ke-18 lebih sedikit daripada sekitar 1560-an, pada masa puncak perdagangan dan kekuasaan Portugis dan Spanyol di negeri ini. Salah satu kasus yang memperlihatkan sikap negative terhadap Islam itu adalah pembantaian terhadap penduduk beragama Islam di pulau Banda ada tanggal 8 – 11 Maret 1621, karena mereka tidak mau tunduk pada 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ klaim hak monopoli (oktrooi) perdagangan cengkeh. Ds.Hulseboh, pendeta VOC pada masa itu, menyebut dan merayakan pembantaian itu sebagai “suatu penaklukkan yang diberkati oleh Tuhan, yang patut kita syukuri dan mengucapkan pujian yang tak terhingga kepada Allah”, walaupun sebenarnya tindakan itu tidak didasarkan pada pertimbangan agama, yaitu menindas orang Islam dalam rangka memajukan Kekristenan. Tidak selalu para pejabat VOC maupun masyarakat Kristen Protestan pada periode ini bersikap negatif terhadap umat beragam lain. Kalau hubungan dengan umat beragama lain itu, khususnya Islam, mendatangkan keuntungan dagang, mereka yang Kristen itu tidak segan segan menjalin hubungan baik dan menjadikan kalangan Islam sebagai sekutu dagangnya. Terutama kalangan personel VOC yang memang kadar kekristenannya pada umumnya cukup rendah, tidak jarang mereka justru menghambat perkembangan agama dan Gereja Kristen. Didaerah-daerah yang penduduknya sebagian besar sudah beragama Islam, pemimpin VOC tidak mengijinkan pendeta ataupun penginjil untuk menyelenggarakan kegiatan gereja, apalagi sampai mendirikan gedung Gereja. Peristiwa konflik bermuatan agama pada masa kekuasaan Portugis-Spanyol abad ke-16 juga dipelajari oleh kalangan VOC, dan mereka tidak mau kalau hal itu terulang, dan bila upaya pengembangan Gereja/agama Kristen merugikan perdagangan. Menyimpulkan perkembangan kekristenan pada periode 1522-1799, Van den End berkata : harus diakui bahwa usaha-usaha mengabarkan injil dan menanamkan gereja di Indonesia selama waktu 2 ½ abad ini adalah mengecewakan. Ini benar kalau kita melihat hasil itu dari segi jumlah orang yang masuk Kristen – kira-kira 100.000 orang – dan membandingkannya dengan kemajan yang dicapai oleh agama Islam dalam kurun waktu yang sama. Tetapi hal yang sama juga harus dikatakan mengenai kekuatan batiniah kekristenan di Indonesia pada zaman itu. Hanya di Maluku Tengah yang berhasil dibangun suatu kekristenan yang agak mantap sedikit. Pengaruh agama Kristen di luar lingkungan gereja adalah kecil sekali. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Lebih lanjut Van de End menyimpulkan faktor-faktor penyebab keadaan itu, antara lain: 1. Tenaga penginjil kurang sekali. Lagipula, banyak diantara tenaga itu yang mati ketika baru saja mulai bekerja, sehingga pekerjaan berjalan tersendat-sendat. 2. Sebagian rohaniwan yang datang dari Eropa hanya memberi pemeliharaan rohani kepada teman-teman sebangsanya dan tidak memperhatikan orang-orang di Indonesia. 3. Tenaga Indonesia kurang di didik dan/atau kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakatnya. 4. Injil dibawa dalam bahasa asing, dan bentuk-bentuk kehidupan gerejawi merupakan tiruan dari keadaan di Eropa. 5. Pemimpin-pemimpin jemaat tidak cukup mengenal agama/adat Indonesia asli. 6. Orang-orang Portugis dan Belanda datang ke Indonesia dengan maksud mengabarkan injil dan mencari kekayaan; itu berarti bahwa mereka “mengabdi sekaligus kepada Allah dan Marmon”. 7. Kelakuan buruk pendatang dari Eropa, yang merusak kesediaan masyarakat pribumi untuk menerima agama mereka. 8. Gereja sering menyesuaikan diri dengan kemauan penguasa dan dengan keadaan masyarakat (status quo). 2.1.3 Kegunaan Atau Fungsi Gereja 1. Gereja sebagai Tempat Ibadah (The house of Worship) Pengaruh Taurat begitu kuat bagi orang Israel, sehingga dimana berkumpul komunitas Yahudi disitu tentu akan didirikan Sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi). Sinagoge bukan hanya sebagai tempat mengajar dan belajar Taurat, tetapi secara khusus tempat komunitas Yahudi beribadah kepada Yehova. Dalam Perjanjian Baru terdapat banyak Sinagoge yang telah berubah fungsi menjadi tempat ibadah Kristen; liturgi ibadah gereja mulamula/tata cara ibadah gereja juga teradopsi dari Sinagoge. Pergi Sinagoge 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ beribadah ataupun duduk-duduk saja untuk berunding, sharing, belajar agama, bagi komunitas Yahudi merupakan suatu berkat. Disamping itu orang Yahudi tiap hari tiga waktu mereka beribadah/berdoa kepada Yehova. Dalam Daniel 6: 11,14 firman Tuhan berkata bahwa Daniel satu hari tiga kali berdoa, seangkan orang Yahudi pada umumnya mereka beribadah di Bait Allah pada pagi dan petang. Sehingga tempat ibadah sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh karena itu Gereja mula-mula sangat dipengaruhi oleh sikap hidup ibadah orang Yahudi, baik pagi atau pada petang hari jemaat menyempatkan diri ke Bait Allah untuk beribadah, dan biasanya di pagi dan petang hari mereka mengatur korban persembahan. (lihat II Taw 2:4; 13:11; Ezra 3:3;9:4; Maz 5:4) Orang Yahudi mengerti bahwa berziarah ke Bait Allah bukan saja mereka boleh menaikan doa tetapi boleh beribadah kepada Yehova (lihat Maz 120-134 adalah Mazmur ziarah yang dinyanyikan ketika menuju ke Bait Allah). Beribadah mendatangkan hati yang penuh sukacita, suasana ini selalu dialami oleh karena itu seklaipun harus berjalan jauh bahkan sepanjang hari harus berdiri mendengarkan Firman Tuhan jemaat tetap setia (sumber; Neh 8:4,6-9; 9:2,3) tidak ada yang mengeluh capek atau ngomel. Orang Yahudi jika sudah berkumpul pasti mereka berbicara tentang hukum Taurat/Firman Tuhan. Paulus sering dalam perjalanan pengkabaran Injilnya diminta agar berbicara mengenai kebenaran yang dialaminya. (Sumber; Kis 13:42; 17:16-34; 18:4). 2. Gereja sebagai Tempat Berdoa (The House of Prayer) Orang Yahudi suka berdoa, dari Abraham hingga Tuhan Yesus, bahkan sampai rasul-rasul banyak tokoh Alkitab yang memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana harus berdoa.Dapat kita lihat para BapakBapak bangsa, baik Abraham, Ishak, Yakub, dan para nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, ada masalah mereka berdoa, bahkan dalam ancaman sekalipun Ezra dan Nehemiah tetap berusaha berdoa. Sebab dengan berdoa itulah datangnya kemampuan untuk menyelesaikan tugas panggilan Allah 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pada mereka. Dalam Kitab Mazmur dapat kita belajar bagaimana umat Israel berdoa dalam Kemah Pertemuan atau Bait Allah. Dalam Perjanjian Baru kita dapat belajar dari Doa Tuhan Yesus: “Bapa kami yang disorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendak-Mu dibumi seperti di sorga. Dari Doa Tuhan Yesus ini kita tau bahwa Tuhan Yesus berpengharapan agar pada para pengikutNya dapat menaika doa seperti yang Dia ajarkan, tetapi juga dapat mempraktekannya dalam kehidupan mereka setiap harinya. Tentunya sebagai orang Kristen kita juga meyakini bahwa ada Roh Kudus Tuhan yang selalu menolong kita, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus (Roma 8:26). Demikan juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Selain gereja sebagai tempat persekutuan antar jemaat, gereja juga adalah tempat dimana jemaat datang untuk berdoa, hal ini sudah sejak gereja purba ada para Rasul memakai Bait Allah untuk berdoa. Dalam perumpamaan Tuhan Yesus kita juga dapat melihat doa orang Farisi dan pemungut cukai didalam Bait Allah. Menjadi orang Kristen berarti realitas surge mempengaruhi setiap aspek kehidupannya dan ini berarti dalam kehidupan nyata ini kita berhenti melawan satu dengan yang lainnya, ini dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan hikmah untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya dalam keharmonisan dan kepercayaan. 3. Gereja sebagai Tempat Belajar Firman Tuhan (The House of Bible Study) Jemaat gereja purba selalu mendapatkan pengajaran di Bait Allah dan biasanya mereka yang diperantauan memakai Sinagoge untuk belajar Firman Tuhan, selain itu mereka berkumpul untuk mendapatkan beritaberita aktual dari saudara-saudara yang datang dari Yerussalem. Dalam Kis 2:41-47 menceritakan kepada kita bagaimana jemaat mula-mula bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Karena mereka bertekun maka Tuhan terus menambah bilangan orang yang bertobat, bertambah orang yang mendapatkan berkat kesembuhan, banyaknya mujizat dan tanda heran. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berita yang terpenting pada bagian ini adalah bahwa dalam kehidupan jemaat diubah oleh Tuhan, ay 47, mereka disukai semua orang, hidup yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan inilah yang dipraktekkan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari. Orang Israel sudah lama hidup dalam ajaran-ajaran palsu dari para Ahli Taurat, orang Farisi atau Imam-imam, baca Mat 23. Dapat dikatakan sebelum Tuhan Yesus lahir hingga kenaikanNya, kehidupan Israel tidak pernah mengalami perubahan yang drastis seperti yang diceritakan dalam kitab Kisah Para Rasul. Umat Israel tidak memiliki orang yang bisa menjadi teladan, tidak ada figur, tidak ada yang bisa menjadi panutan untuk kehidupan mereka, karena itu dalam Matius 23, Tuhan Yesus mengecam para pemimpin rohani waktu itu. Ini sangat berbeda dari para Rasul yang mengajar di Bait Allah ataupun di Sinagoge. Apa yang dikatakan Rasul itulah yang mereka lihat dalam kelakuan Rasul. Ucapan sama dengan kelakuan, kelakuan sama dengan ucapan, ada sinkronnisasi. Hari ini banyak jemaat yang tidak mau ke gereja belajar Firman Tuhan, ada yang baru belajar satu fasal Alkitab sudah berlagak pintar seperti maha guru, semua pendeta dikritiknya habis-habisan. Seharusnya belajar Firman Tuhan bertambah berhikmat dan rendah hati, bukan bertambah sombong rohani. 4. Gereja sebagai Tempat Pengkabaran Injil (The House of Preach the World) Karena gereja dan Sinagoge adalah tempat berkumpulnya umat Yahudi baik yang sudah percaya Tuhan Yesus atau yang belum, maka para Rasul atau murid-murid Rasul selalu memanfaatkan Sinagoge atau tempat ibadah untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada mereka yang belum percaya. Dalam Kisah Rasul kita dapat membaca bahwa Rasul Paulus sering melakukan penginjilan dalam rumah ibadah Kis Ras 13:5. Setiba di Salamis mereka memberitakan Firman Allah didalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi. Dan Yohanes menyertai mereka sebagai pembantu mereka. Lih Kis Ras 9:20; 17:2; 18:4; 19:8. Orang Israel berkumpul dalam Bait Allah atau Sinagoge untuk beribadah, berdoa, atau berdiskusi, bagi para rasul inilah 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kesempatan yang terbaik untuk mengabarkan Injil bagi mereka. Karena itu diawal gereja berdiri, sering Bait Allah atau Sinagoge dipakai sebagai tempat mengabarkan Injil Tuhan, berita sukacita dari penebusan Yesus Kristus. Rasul tahu bagaimana memanfaatkan kesedmpatan untuk memberitakan Injil keselamatan bagi jiwa-jiwa yang siap dituai, dia tahu dimana mereka selalu berkumpul. Ketika tiba di Efesus Paulus berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Bahkan dia berdiam di Efesus selama tiga bulan lamanya untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah. Hal ini dapat kita baca di Kisah Rasul 19:8. Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat disitu dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Rumah ibadat kemudian hari berubah fungsi menjadi tempat sembahyangnya orang Kristen dan dari situlah Injil keselamatan mulai diberitakan, dari rumah ibadat lalu menyebar keseluruh daerah sekitarnya, bahkan seluruh negara. Itulah tradisi pemberitaan Injil dan pusat pengutusan misioneri ke luar negeri. Dengan berkembangnya pekerjaan Tuhan, Injil telah didengar oleh lebih banyak orang maka secara praktis dalam pelayanan pengkabaran Injil para penatua mulai memikirkan perluasan ruang ibadah. Tidak hanya di Sinagoge saja tetapi dirumah-rumah jemaat yang telah percaya, kemudian hari mulailah membangun gedung ibadat yang lebih besar untuk menampung jiwa-jiwa yang datang beribadah. Jika para penatua hanya memikirkan urusan dalam gereja belum selesai, dan terus menerus konsili/sidang Sinode tanpa memikirkan Injil harus diberitakan lagi, maka percayalah gereja tidak akan mengalami kemajuan lagi. Injil mandeg menjadi bahan perdebatan bukan untuk dikabarkan. Jiwa-jiwa yang sedang menuju kebinasaan menjerit meminta tolong tidak ada yang mendengarnya lagi. Sama halnya dengan abad ini, zaman berubah begitu rupa, namun injil terasa sudah berenti dalam gedung gereja yang megah, masing-masing majelis jemaat hanya mengurus urusan dalam gedung saja, sudah lupa 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengabarkan injil. Fungsi gereja berubah menjadi tempat berhimpunnya harta benda dunia yang kemudian diperebutkan. 2.1.4 Jenis-Jenis Gereja Di Indonesia Di Indonesia ini banyak sekali terdapat jenis gereja Kristen, hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai macam hal seperti contohnya adalah: karena adanya perbedaan suku, paham/prinsip, karena adanya perbedaan pendiri dan sebagainya. Tetapi hal ini diusahakan untuk tetap menjadi satu kesatuan yang utuh walaupun memiliki perbedaan tersebut. Beberapa contoh gereja-gereja yang ada di Indonesia: Gereja Kesukuan: Gereja yang menggunakan prinsip adat kesukuan sebagai tata cara ibadah, tetapi tanpa keluar dari dogma yang diajarkan di Alkitab, dan jemaat yang mengikuti ibadah tersebut adalah jemaat yang memiliki kesukuan yang sama. Gereja Kristen Jawa – GKJ Gereja Kristen di Sumatera bagian Selatan – GKSBS Gereja Kristen Jawi Wetan – GKJW Gereja Masehi Injili di Minahasa – GMIM Huria Kristen Batak Protestan – HKBP Gereja Batak Karo Protestan – GBKP Gereja Kristen Protestan Simalungun – GKPS Huria Kristen Indonesia – HKI Banua Niha Keriso Protestan – BNKP Orahua Niha Keriso Protestan – ONKP Gereja Kristen Kalam Kudus – GKKK Gereja Kristen Kalam Allah – GKKA Gereja Kristen Pasundan – GKP dll. Gereja Menurut Denominasi: Gereja yang memiliki satu kestuan baik visi dan misi dengan tata cara ibadah yang sama walaupun 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ memiliki perbedaan nama gereja tersebut, biasanya nama gereja ini adalah gereja beraliran Protestan. Gereja Kalvinis Gereja Protestan di Indonesia – GPI dengan 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) dalam lingkup GPI: o Gereja Masehi Injili di Minahasa – GMIM o Gereja Protestan di Maluku – GPM o Gereja Masehi Injili di Timor o Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat – GPIB o Gereja Protestan Indonesia di Donggala – GPID o Gereja Protestan Indonesia di Buol Toli-Toli – GPIBT o Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo – GPIG o Gereja Kristen Luwuk Banggai – GKLB o Gereja Protestan Indonesia di Papua – GPI Papua o Gereja Protestan Indonesia Banggai Kepulauan – GPIBK o Indonesia Ecumenical Christian Church – IECC o Gereja Masehi Injili di Talaud – GMIT Gereja Lutheran Gereja Huria Kristen Batak Protestan – Gereja HKBP Huria Kristen Indonesia – HKI Gereja Kristen Protestan Simalungun – GKPS Banua Niha Keriso Protestan – BNKP dll. Gereja Reform Gereja Reformed Injili Indonesia – GRII dll. Gereja-gereja Pentakosta – Karismatik: Gereja yang memiliki aliran Karismatik dengan mengandalkan kuasa Roh Kudus dalam setiap ibadahnya, sehingga jemaat Karismatik ini sering mengalami mujizat-mujizat ajaib. Gereja Pentakosta di Indonesia – GpdI 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gereja Bethel Injil Sepenuh – GBIS Gereja Bethel Indonesia – GBI / Bethel Gereja Bethany Indonesia – Bethany Gereja Berita Injil Gereja Tiberia Indonesia – GTI/Tiberias Gereja Mawar Sharon – GMS Gereja Bethel Tabernakel – GBT Gereja Duta Injil Gereja Bukit Zaitun – GBZ Gereja Rumah Doa Segala Bangsa – Gereja RDSB Gereja Yesus Kristus Tuhan (Abbalove Ministries) Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (Assemblies of God) Charismatic Worship Service – CWS Gereja Injili Sepenuh Indonesia – IFGF GISI dll. Gereja Non-Denominasi: gereja yang memiliki aliran independen atau gereja utuh yang tidak menganut denominasi manapun, tetapi memiliki tata cara ibadah yang sama. Gereja Yesus Sejati, dll. Lain-lain Gereja Kristen Indonesia – GKI Gereja Kristen Pasundan – GKP Gereja Kristus Gereja Kristus Yesus – GKY Gereja Advent Gereja Methodis Indonesia Gereja Baptis Indonesia Gereja Isa Almasih Gereja Bala Keselamatan dll. 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gereja Ortodoks Gereja Ortodoks adalah pendatang yang paling mutakir di Indonesia. Menurut penelitian sejarah dan arkeologi, sebenarnya gereja ini justru adalah yang pertama hadir di Indonesia melalui kehadiran Gereja Nestorian didaerah Pancur, Sumatera. Namun tanpa diketahui sebab-sebabnya, gereja yang kehadirannya diketahui lewat prasasti dari tahun 600-an M ini kemudian hilang dan baru muncul kembali di Indonesia sekitar akhir tahun 1960-an. Di negara-negara Eropa Timur, Timur Tengah, dan India gereja ini telah hadir selama berabad-abad, bahkan sebagian telah hadir sejak abad pertama ketika kali pertam Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus. Kini di Indonesia telah hadir Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks Syria, dan Gereja Ortodoks Rusia. 2.1.5 Persyaratan Mendirikan Gereja Di Indonesia Agama Kristiani di Indonesia adalah agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia secara mutlak, oleh sebab itu dalam pendirian gereja di Indonesia harus memenuhi berbagai persyaratan yang harus selesaikan agar bangunan gereja yang secara independen dapat berdiri utuh. Dibawah ini adalah persyaratan utama dalam mendirikan gereja di Indonesia: 1. Daftar nama dan KTP minimal 90 orang yang disahkan oleh pejabat setempat. 2. Dukungan masyarakat setimpal minimal 60 orang yang disahkan oleh kepala desa atau lurah. 3. Rekomendasi tertulis dari kantor Departemen Keagamaan. 4. Rekomendasi tertulis dari FKUB (Forum Kerjasama Umat Beragama). 5. IMB dari Bupati atau Walikota. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2 TINJAUAN DATA KHUSUS 2.2.1 Gereja Kristen Jawa 2.2.1.1 Penjelasan Logo Gereja-Gereja Kristen Jawa Mengemban amanat Sidang Sinode XVIII GKJ GKJ sebagaimana tertera pada artikel 97.1 yaitu "Menugasi Deputat Studi dan Penelitian untuk menetapkan Logo GKJ yang ditempatkan pada Papan Gambar 2.1 : Logo GKJ Nama dan Kop Surat serta memperhatikan anjuran PGI" maka Deputat Studi dan Penelitian XVIII GKJ telah menentukan Logo GKJ sebagaimana yang disebarluaskan. Adapun proses penentuan itu adalah sebagai berikut: 1. Yang dimaksud Logo adalah gambar yang menjadi simbol sesuatu (organisasi atau lembaga). 2. Unsur-unsur yang harus ada di dalam Logo GKJ itu adalah: a. Unsur Kristen b. Unsur Jawa 3. Untuk memenuhi kebutuhan yang tersebut pada No. 2 diatas Deputat Studi dan Penelitian XVIII GKJ memilih lambang atau simbol sebagai berikut: a. Unsur Kristen : Burung dara sebagai simbol Roh Kudus, dan tangan berdoa sebagai simbol orang percaya. b. Unsur Jawa : Gunungan. 4. Dibawah gambar tersebut ada sebuah pita yang bertuliskan GEREJAGEREJA KRISTEN JAWA, di kaligrafi Jawa. 5. Warna yang dipakai adalah biru laut yang melambangkan kesetiaan, dan ketenangan hati. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Catatan: a. Semua unsur Kristen yang dipakai dalam simbol ini dipilihkan yang di dalamnya terkandung sifat aktif, yaitu burung dara yang terbang dan tangan berdoa. b. Di dalam Logo ini memang dengan sengaja tidak dipakai gambar salib, sebab memang tidak harus setiap Logo Gereja atau Kristen memakai salib, sedangkan unsur Kristen yang dipakai dalam Logo GKJ itu sudah cukup mewakili dan jelas. 2.2.2 Data Pemakai Gereja Kristen Jawa 2.2.2.1 Struktur Organisasi Pemakai Ruang Kebaktian ibadah raya ini dipakai secara rutin setiap hari Minggu. Pemakaian rutin dimanfaatkan untuk kebaktian ibadah raya. Fungsi utama dari ruang kebaktian ini adalah untuk menyelenggarakan ibadah raya yang merupakan puncak perayaan kemenangan bagi umat Kristiani. Pemakain ruang kebaktian dibagi menjadi dua pemakai utama yaitu pelayan Tuhan dan jemaat. Secara fungsional masing-masing memiliki peran yang berbeda-beda. Berikut ini struktur organisasi pengguna: KETUA PENDETA PENATUA /DIAKEN SEKRETARIS MAJELIS BENDAHARA MAJELIS WKBPPK WKBKP WKBP WKBIPF Bagan 2.1: Struktur Organisasi Pelayan Tuhan 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Di dalam Pelayanan Wakil Ketua Bidang Persekutuan dan Pembinaan Kategorial terdapat: WKBPPK Komisi Anak Komisi Pemuda Remaja Komisi Wanita Komisi Adiyuswa Komisi Olahraga Bagan 2.2 : Struktur Pelayanan Wakil Ketua Bidang Persekutuan dan Pembinaan Kategorial Di dalam Wakil Ketua Bidang Kesaksian Dan Pelayanan terdapat: WKBKP Komisi Diakonia Komisi Kesenian Komisi Media Klinik Pratama Perkumpulan Ikatan Kasih Bagan 2.3: Struktur Wakil Ketua Bidang Kesaksian Dan Pelayanan Di dalam Wakil Ketua Bidang Penatalayanan terdapat: WKBP Komisi Barang Kekayaan Gereja Tim Audit Intern Tim Laporan Kerja Dan Rencana Kerja Gereja Bagan 2.4: Struktur Wakil Ketua Bidang Penatalayanan 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Di dalam Wakil Ketua Bidang Ibadah dan Pembinaan Fungsional terdapat: WKBIPF Komisi Pemahaman Alkitab Komisi Studi Perencanaan, Pembinaan Dan Pengembangan Jemaat Komisi Ibadah Panitia Paskah, Pentakosta, Dan UnduhUnduh Panitia Mphb, Natal, Tahun Baru & Ulang Tahun Gereja Panitia Hari Besar Kenegaraan Bagan 2.5: Struktur Wakil Ketua Bidang Ibadah dan Pembinaan Fungsional Struktur Organisasi Jemaat Jemaat yang beribadah di Gereja Kristen Jawa dibagi menjadi beberapa bagian khusus, yaitu: 1. Orang Dewasa; meliputi keluarga, orang tua, dan orang yang telah bekerja tergabung didalam ibadah pengerja atau biasa disebut doa pengerja. 2. Dewasa Muda; meliputi orang yang telah bekerja dan memiliki penghasilan tetap pribadi. 3. Pemuda; meliputi mahasiswa dan calon mahasiswa, yang tergabung dalam ibadah Gerakan Pemuda 4. Remaja; meliputi siswa SLTP, SMU, yang tergabung dalam ibadah Persekutuan Taruna. 5. Anak-anak; meliputi siswa SD, TK, Balita, yang tergabung dalam ibadah sekolah minggu Persekutuan Anak Pembagian ini dibuat agar semua jemaat dapat berkumpul bersama dan mencari Tuhan bersama, sehingga visi dari gereja dapat terwujudkan. 2.2.2.2 Pola Aktivitas Pemakai Pemakaian ruang dalam Gereja Kristen Jawa terbatas pada harihari tertentu saja. Dalam satu minggu ruang kebaktian dipakai secara tetap pada hari Minggu saja. Sedangkan untuk pemakaian jam kerja kantor dalam 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gereja Kristen Jawa pada hari kerja (Senin-Sabtu). Aktivitas-aktivitas ini dilakukan dalam durasi ibadah kurang lebih sekitar 2 jam. Pola aktivitas yang dilakukan tiap individu pemakai adalah sebagai berikut: 1. Pelayan Tuhan Sirkulasi Pelayan Tuhan ketika mengikuti ibadah, sebagai berikut: Datang Parkir Ruang Pendeta Entrance Ramah Tamah Side Entrance Ramah Tamah Kotbah Duduk Bagan 2.6: Pola Aktivitas Pelayan Tuhan 2. Jemaat Sirkulasi yang dilalui jemaat adalah: Datang Parkir Persembahan Ramah Tamah Entrance Berdoa Pulang Duduk Beribadah Toilet Entrance Bagan 2.7: Pola Aktivitas Jemaat Khusus untuk jemaat yang cacat, sirkulasinya sebagai berikut: Entrance Ramp Duduk Persembahan Beribadah Pulang Toilet KHUSU Ramp Bagan 2.8: Pola Aktivitas Jemaat yang Cacat 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3 DATA LITERATUR 2.3.1 Teori Tentang Ruang Manusia adalah makhluk nsosial yang perlu berhubungan dengan orang lain tetapi manusia juga merupakan individu yang membutuhkan privasi dalam beraktivitas seperti berdoa, tidur, mandi, dan lainnya. Setiap kegiatan ini membutuhkan ruang dalam hal inilah yang menyebabkan fungsi ruang dapat dibedakan menjadi: 1. Ruang Sosiofugal Seseorang cenderung memisahkan diri dari masing-masing individu sehingga tercipta suasana yang lebih privat. Misalnya: gereja, ruang doa dimana orang dalam keadaan tersebut tidak berharap untuk berhubungan dengan orang lain. Wujud fisik dari ruang Sosiofugal dapat dicapai dengan: a) Membuat sekat atau dinding sebatas pandangan mata. b) Pengaturan perabot, misalnya tempat duduk diatur agar tidak saling bertatapan satu sama yang lain, tetapi dapat juga saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh. 2. Ruang Sosiopetal a) Cenderung untuk menyatukan individu-individu sehingga tercipta interaksi sosial. b) Hal yang jelas terlihat pada ruang ibadah utama, ruang sekolah minggu, ruang sekretariat, dan sebagainya. Fenomena “Sebuah gereja juga harus mempunyai kualitas fasilitas pendukung dan penunjang yang lengkap untuk dapat mendukung jalannya ibadah” 2.3.2 Teori Gabungan Fisik Ruang 1. Sirkulasi Pada bangunan publik, selain sirkulasi sebagai salah satu faktor penting, keberadaan setiap orang juga harus jelas letak dan fungsinya. Permainan plafond an lantai misalnya, bisa membantu pemakai ruangan tersebut pada 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ suatu arah dan hal ini sangat bermanfaat sekali untuk perancangan interior Gereja. 2. Pemilihan Furniture Berikut ini beberapa material yang dapat digunakan pada sebuah bangunan: Kayu: memiliki kesan hangat dan lunak, membutuhkan perawatan khusus, langgeng. Alumunium: finishing bervariasi, pilihan warna sesuai dengan catnya, ringan, perawatannya mudah. Stainless steel: perawatannya mudah, mahal, biaya perawatan mudah, langgeng, kesan padat. 3. Elemen Interior a) Lantai Penutup lantai dapat memberikan kesan ketika digunakan dalam sebuah ruangan, berikut ini berbagai macam penutup lantai dengan karakteristiknya yang ditimbulkan. - Parket: mempunyai pola alamiah. - Marmer: mengkilap, tipis, perawatannya mudah, penampilannya menarik. - Teraso: biji keramik yang diolah dengan semen, mahal namun tahan lama, cocok untuk jalan sirkulasi. - Granit: Tipis, tidak tahan lama namun penampilan menarik, cocok untuk area sirkulasi yang padat. - Keramik: pilihan warna banyak, natural, cocok untuk penutup lantai utama dan area sirkulasi. - Karpet: murah, tahan lama, pilihan warna banyak, lunak. - Vinil: permukaannya bertekstur, pilihan warna banyak, perawatannya mudah, pemasangannya cukup di lem, cocok untuk area sirkulasi tinggi. b) Dinding Untuk membagi ruangan pada sebuah bangunan digunakan tiga macam dinding yaitu: 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ - Dinding Permanen: dinding yang memiliki struktur atau kolom. - Partisi yang berdiri dari lantai hingga plafon. *Berfungsi untuk membagi area servis dan area privat. *Untuk membentuk area privat. - Partisi Freestanding. *Berfungsi untuk membagi dan memisahkan dua ruang tanpa membatasi view (pandangan) pengunjung. *Mudah dipindahkan. c) Plafon Menurut pengunaan material, plafon dibagi menjadi tiga jenis yaitu: - Accountical Ceiling: berfungsi sebagai isolator suara dan mengurangi tingkat kebisingan suara. - Luminous Ceiling: berfungsi untuk memudarkan cahaya dan memberi efek cahaya khusus pada ruangan. - Baffle Ceiling: berfungsi untuk meredam suara dan memberikan suasana tertentu pada ruangan. Studi Tata Ruang Dalam sebuah bangunan memerlukan penataan ruang didalam penggunaannya harus disesuaikan dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan. 2.3.3 Organisasi Ruang Ada beberapa jenis organisasi ruang yang penentuannya tergantung pada tuntutan program bangunan, pengelompokan fungsi ruang, hirarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandang dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Organisasi Ruang Terpusat Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang disekitarnya. Ruangan sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi yang sama. Ruang sekitar berada satu dengan yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsinya. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 2.2: Organisasi Ruang Terpusat 2. Organisasi Ruang Linear Merupakan deretan ruang-ruang. Masing-masing dihubungkan dengan ruang yang sifatnya memanjang. Masing-masing ruang berhubungan secara langsung. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tetapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang. Gambar 2.3: Organisasi Ruang Linear 3. Organisasi Ruang Radikal Kombinasi dari organisasi terpusat dan linear. Organisasi terpusat mengarah kedalam sedangkan organisasi radikal mengarah keluar. Lengan radikal dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung pada kebutuhan dan fungsi ruang. Gambar 2.4: Organisasi Ruang Radikal 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Organisasi Ruang Secara mengelompok Organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisi dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi. Gambar 2.5: Organisasi Ruang Mengelompok 5. Organisasi Ruang Secara Grid Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid. Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak kita jumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak divisi-divisi atau bagian-bagian untuk karyawan yang menduduki jabatan. Gambar 2.6: Organisasi Ruang Grid 2.3.4 Perancangan Ruang Dalam Gereja Arsitektur Gereja Romawi Arsitektur Romawi merupakan dasar konstruksi gereja. Padahal jika kita melihat sejarah pertumbuhan arsitektural gereja, bangsa Yunani mempelopori pembangunan secara struktural. Arsitektur Yunani 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pada umumnya telah mempertimbangkan dan menyesuaikan desain bangunan dengan lingkungan sekitar, misalnya: faktor geografis, kebiasaan, serta struktur masyarakatnya. Finishing bangunan dibuat secara detail. Contohnya: pemakaian ornament pada kolom, sehingga menimbulkan bermacam-macam langgam, seperti: Doric, Ionic, Corinthian. Gambar 2.7: Tiga Ordo Pilar Yunani Arsitektur Romawi Dipengaruhi budaya Yunani yang di kombinasikan dengan arsitektur Asia Barat yang mempunyai struktur melengkung. Perbedaannya dengan arsitektur Yunani adalah orang-orang romawi berhasil menciptakan konstruksi dengan bentangan lebar tanpa kolom dibandingkan dengan arsitektur Romawi dalam hal detail ornament yang lebih teliti. Gambar 2.8: Denah Arsitektur Gereja Romawi Keterangan: - Nave : Ruang Utama - Narthex : Tempat jemaat non-Kristen - Aisle : Ruang yang terbentuk akibat perluasan di kiri dan di kanan bangunan (terdapat deretan kolom) - Atrium : Ruang terbuka dibelakang narthex 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ - Babtisery : Tempat jemaat di baptis (kolam baptis) - Cathedrill : Tempat duduk Uskup Perubahan juga terjadi pada arsitektur gereja sendiri setelah lahir kelompok reformasi. Kelompok ini lebih mementingkan acara Liturgis (pewahyuan dan firman Allah) sehingga perhatian dari arsitektur gereja mulai berkurang. Segala tempat dapat digunakan sebagai tempat berkumpul dan berdoa. Inilah yang menjadi dasar pembentukan persekutuan jemaat di rumah-rumah (gereja sel). Jadi, hilangnya batasan yang terdapat pada ruang dalam seperti pada gereja Romawi Katolik menyebabkan gereja reformasi lebih bebas berasitektur. Inipun dapat dilihat hingga sampai saat ini, dimana bentuk gereja Kristen lebih bervariasi dan kreatif. Apalagi gereja Kristen banyak ditunjang dengan teknologi canggih dan material bangunan dapat dilakukan sekehendak hati arsitekturnya, sesuai dengan keadaan setempat (iklim, daya dukung tanah, kondisi masyarakat). Arsitektur Byzantium Arsitektur Byzantium memiliki tampilan sederhana, ringan, dan bergaya kedusunan. Bentuk-bentuk yang ada merupakan perkembangan dari arsitektur Romawi (Basilika), yang merupakan titik awal dari arsitektur gereja. Gambar 2.9: Arsitektur Romawi pada gedung Basilika & Arsitektur Romantika Pada abad XXII terdapat perubahan pada interior gerejanya, yaitu penambahan Dome pada persilangan salib, lihat gambar dibawah ini: Gambar 2.10: Gambar dengan Gereja berbentuk salib 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Arsitektur Gothic Arsitektur Gothic merupakan perkembangan dari Arsitektur Romantika. Beberapa ciri arsitektur ini antara lain: Jendela di lukis sesuai dengan riwayat kitab suci. Skala ruang sangat tinggi. Interiornya lebih bagus dibandingkan jenis arsitektur yang lain. Sistem konstruksinya rapih. Elemen cahaya merupakan elemen pendukung. Terdapat lukisan dan ukiran sebagai ornament penunjang. Pada zaman Ghotic; agama Kristen menguasai hampir seluruh wilayah Eropa, sehingga mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Penobatan raja harus dengan persetujuan Sri Paus. Sehingga membawa reformasi dalam gereja Martin Luther sebagai tokohnya (aliran Protestan). Menurut Bruce Allsop, bangunan ibadah di masukan ke dalam arsitektur yang mempunyai arti dan makna simbolik mengenai hubungan manusia dengan kuasa yang tidak kelihatan, ideologi atau konsep.3 Arsitektur gerejawi mempunyai 2 fungsi utama, yaitu: 1. Fungsi psikologis : Berhubungan dengan perasaan yang ditimbulkan oleh bangunan pada orang yang menggunakannya. 2. Fungsi sosial : Berhubungan dengan pelayanan pada masyarakat sekitar. Pada hakekatnya, faktor yang sangat berpengaruh dalam perancangan gereja adalah filosofi atau asas dari aliran agama Kristen yang bersangkutan. a) Menurut Buku Religius Building, 1976 (hal, 49) Gereja harus merupakan tempat hikmat dan penuh penghormatan kepada Allah, oleh karena itu dalam mendesain gereja haruslah sangat pantas sebagai tempat Allah. 3 Bruce Allsop, A Modern Theory of architecture 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ - Kesederhanaan, memenuhi kebutuhan, fleksibel, dan penyesuaian adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam struktur baru perancangan gereja saat ini. - Dalam mendesain ruang dalam gereja dapat menggunakan simbolsimbol religious yang akan menciptakan efek visual yang mengagumkan sehingga dapat menggugah hati jemaat yang hadir. - Dalam mendesain ruang dalam gereja, elemen-elemen interior seperti akustik dan system pencahayaan adalah bagian yang penting. Sistem akustik yang baik akan membuat seluruh jemaat yang hadir dapat mendengarkan suara dari atas mimbar dengan jelas sedangkan tata pencahayaan akan membantu merefleksikan kesucian kehadirat Allah. - Dalam menata tempat duduk jemaat haruslah tepat sehingga membantu jemaat untuk dapat berkonsentrasi penuh dalam mengikuti jalannya ibadah. b) Menurut Buku A Theology of Church Design, 1985 - Desain gereja harus mampu menjadi tempat yang dapat membantu umat dalam mengorientasikan diri kepada Tuhan. - Desain gereja tidak mungkin dapat langsung mewakli Allah, oleh sebab itu diperlukan simbol untuk dapat mewakili-Nya. Tidak hanya mewakili keberadaan Allah saja tetapi dapat juga digunakan simbolsimbol yang dapat menyampaikan maksud perancangan. - Sound system harus disesuaikan dengan besarnya ruangan sehingga umat dapat mendengarkan dengan jelas. - Tata pengaturan bangku haruslah tepat sehingga membantu umat untuk berkonsentrasi dalam ibadah. c) Sound Amplification in Church-second edition - Posisi sumber suara sangat menentukan apakah nantinya seluruh jemaat yang hadir dapat mendengar dengan jelas, secara khusus jemaat yang berada di bagian belakang. Letak sumber suara sebaiknya 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ berada diposisi lebih tinggi dari jemaat dan sesuai dengan batas sudut pandangan manusia. Jika posisi sumber suara diletakkan sejajar dengan jemaat maka suara yang dikeluarkan oleh sumber suara akan hilang ditengah-tengah ruang sehingga jemaat yang ada dibagian belakang tidak dapat mendengar dengan jelas. Sound source at height. Sound rapidly absorbed as it passes over heads Gambar 2.11: Posisi Sumber Suara Peletakan loadspeaker pada posisi yang tinggi akan membantu menyampaikan sumber suara ke seluruh posisin jemaat. Gambar 2.12: Posisi loadspeaker pada posisi yang lebih tinggi dari pendengar Warna Menurut Satwiko (2004), warna yang mencitrakan kesan religus adalah warna merah, emas, dan jingga. Merah akan menghasilkan kesan kehangatan dan kesenangan. Emas akan menghasilkan kesan ningrat, mewah, sorak-sorai, gemerlap, dan ornamental. Jingga akan menghasilkan kesan ramah-tamah, hangat, bercahaya. 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.5 Tinjauan Studi Besaran Ruang Dan Aktivitas Tempat duduk jemaat Pada beberapa gereja, jemaat tidak perlu berlutut, ada pula gereja yang dilengkapi dengan bangku berlutut yang bentuknya sederhana. Dalam teori anatropi manusia, Panero (1979) menjelaskan bahwa jarak minimal untuk sebuah bangku gereja adalah 0.5m. Kebutuhan ruang tiap bangku tanpa papan tempat berlutut adalah 0,4-0,5 m2. Gambar 2.13: Jarak minimal kursi gereja Jika area tempat duduk jemaat menggunakan bangku maka sebaiknya diberi dua buah gang pada kedua sisi bangku untuk menyediakan akses langsung sehingga akses lancar. Jika tidak ada ketentuan lain maka standar daya tampung untuk satu bangku adalah memuat 14 orang. Berikut ini besaran standar untuk pengaturan kursi jemaat: - Lebar kursi untuk tiap jemaat : 55,88 cm - Jarak antar bangku : 91,44 cm - Tinggi dudukan dari lantai : 43,18 cm Gang (Aisle) Gang pinggir kurang menguntungkan karena adanya pancaran udara dinding bagian dalam. Pada gereja besar, gang tengah sangat bermanfaat untuk iring-iringan upacara, seperti upacara pernikahan maupun upacara pemakaman. Tiap bangku gang maksimal dapat memuat 14 orang.4 4 De Chiara, Joseph, Time Saver Standard For Building Types, 1990 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 2.14: Lebar Gang (Aisle) Berikut ini ukuran standar untuk gang (Aisle): - Gang utama (Center Aisle) : min 150 cm. - Gang samping (Side Aisle) : min 105,24 cm. - Gang depan (Front Aisle) : min 180 cm. - Gang antar kursi (Rear Cross Aisle) : min 150 cm. Mimbar Mimbar merupakan bagian terpenting dalam interior gereja dan merupakan pusat dari kegiatan liturgi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan khusus untuk merancang bagian-bagiannya. Pemisahan antar area mimbar dengan area jemaat harus dihindari agar keduanya sama-sama berpartisipasi dalam penyembahan kepada Tuhan. Jadi, pengaturan jarak antar daerah mimbar dengan jemaat di usahakan seminimal mungkin. Keduanya menempati posisi sama-sama kudus dalam beribadah.5 Area mimbar dinaikan sekitar tiga tingkat, tidak lebih dari 15 cm tiap tingkatannya dan lebar anak tangga minimum 40 cm. Lebar gang (aisle) di area sekitar mimbar 13 cm. Gambar 2.15: Variasi pengaturan mimbar 5 Prof. Outler, Albert.C., Whorship and Christian Unity, Board of Global Ministries, 1966 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Meja Khotbah Meja khotbah (pulpit) merupakan tempat pendeta menyampaikan injil dan pesan Tuhan kepada jemaat. Meja khotbah merupakan perabot yang paling aktif digunakan di mimbar. Meja khotbah tidak harus terletak ditengah area mimbar, asalkan dapat terlihat sehingga pesannya dapat tersampaikan dengan tepat kepada jemaat. Meja khotbah harus mempunyai tempat meletakkan alkitab, catatan khotbah dan penerangan setempat untuk membaca alkitab. Standar ukurannya sebagai berikut: Gambar 2.16: Ukuran meja khotbah6 Railing Mimbar dan Jemaat Pemakaian railing pada area jemaat dan area mimbar kini lebih jarang digunakan untuk menghindari adanya pemisahan area duduk jemaat dengan mimbar. Tinggi railing seperti standar tinggi railing pada umumnya yaitu 36 inchi (91cm). Berikut gambaran detail dan gambaran railing yang jyga merupakan standar railing pada area-area lain dalam gereja: Gambar 2.17: Detail dan Ukuran Railing7 6 7 Human Dimension, hal 299 De Chiara, Joseph, Time Saver Standard For Building Types, 1990 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.6 Tinjauan Struktur Organisasi Ruang Ruang yang dibutuhkan pada pembagian ruang dalam gereja adalah: Mimbar (minimum 18,5 m2) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang mimbar, antara lain: - Tujuan mendirikan gereja adalah untuk menyeiakan tempat bagi jemaat untuk menyembah Tuhan (Worship), bersekutu (fellowship), pengajaran (teaching), dan persiapan ibadah (service). - Jemaat dan aktivitasnya merupakan pertimbangan utama dalam perancangan gereja. - Tujuan utama dari perancangan mimbar adalah untuk memusatkan perhatian, mengarahkan, dan mempersiapkan hati jemaat untuk hal yang ilahi dari Allah. - Teologi tidak mempengaruhi secara langsung arsitektur gereja. Teoogi hanya mempengaruhi kegiatan liturgis ibadah. - Area duduk jemaat (minimum 1 m2) - Area persiapan pendeta (minimum 11 m2) - Ruang pelayan Tuhan (minimum 1-1,4 m2) 2.3.7 Tinjauan Utilitas Ruang Utilitas ruang kebaktian gereja meliputi sistem pencahayaan dan sistem akustik gereja. Kedua unsur ini tak terpisahkan dan saling terkait satu sama yang lain. Sistem Pencahayaan Dalam arsitektur gereja, pencahayaan selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik bangunan juga dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap suatu objek. Dalam hal ini pencahayaan dapat digunakan untuk melambangkan Keagungan Allah (sinar kemuliaan Allah). Dua macam pencahayaan untuk gereja antara lain: - Cahaya menyeluruh : terkesan ringan 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ - Cahaya yang difokuskan : terkesan penting (vocal point)8 Selain itu, yang harus diperhatikan dari system pencahayaan dengan memperhatikan factor silau, pergantian warna kreatifitas bentuk dan efek khusus yang timbul mempengaruhi perasaan psikologis pengguna ruang. Ada juga dua macam pencahayaan, yaitu: a) Cahaya alam (natural lighting), cahaya yang berasal dari sinar matahari, bulan, api, dan sumber lainnya. b) Cahaya buatan (artificial lighting), cahaya yang berasal dari cahaya buatan manusia, misalnya lilin, sinar lampu, dll. Dibagi menjadi lima macam lagi, yaitu : a) Pencahayaan langsung, semua sinar memancar dari pusat kearah objek yang disinari, misalnya pemakaian lampu sorot. b) Pencahayaan tidak langsung, sumber pencahayaan disembunyikan dari pandangan pengamat, sehingga cahaya yang dirasakan adalah hasil pantulannya, terutama pada dinding atau plafon. c) Pencahayaan setempat, pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi kesuatu tempat atau objek, misalnya lampu meja. d) Pencahayaan yang membias (diffused), pencahayaan yang memancar langsung dari sumbernya terlebih dahulu melalui bahan yang menyebarkan sinar tersebut lebih besar dari sumbernya, misalnya lampu downlight. Lampu downlight menyebarkan cahaya (diffused) melalui bahan gelas yang ada pada badannya atau biasa disebut reflector. Cahaya yang dihasilkan bersifat menyebar/membias banyak. e) Pencahayaan khusus, salah satunya bola “bracket”, yaitu lampu yang ditanam didalam dinding atau lantai, fungsinya sebagai petunjuk arah.9 8 9 Rossusen. Steen Eikr. Experiencing Architecture Suptandar,Pamudji.J.,Desain Interior, Djambatan, 1999 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sistem pencahayaan sebaiknya memanfaatkan sinar matahari pagi agar lebih hemat, dengan pemilihan jenis lampu dapat membentuk nilai keindahan atau nilai estetis ruang. Ada 5 jenis lampu diantaranya direct, semi direct, indirect, semi indirect, dan diffuse. 1. Perbedaan penyebaran cahaya akan menampakkan karakteristik yang berbeda. Direct : 90 – 100% langsung diarahkan kebidang kerja atau bidang yang harus diterangi. Semi direct : 60 – 90% sebagian sinar lampu dipancarkan kebidang kerja dan sebagian kecil sinar lampu dipancarkan keatas (plafond). Indirect : 90 – 100% sinar lampu dipancarkan secara tak langsung menu bidang kerja yang dipantulkan terlebih dahulu pada dinding dan langit-langit. Semi indirect : 60 – 90% sebagian besar sinar lampu dipancarkan keatas (langit-langit) dan sebagian kecil sinar lampu dipancarkan ke bidang kerja. Diffuse : 40 – 60% sinar lampu yang dipancarkan menuju bidang kerja sebelumnya terlebih dahulu melalui kaca baur/diffuse, sehingga sinar yang dipancarkan merata baik pada bidang kerja maupun pada seluruh ruang. 2. Perbandingan Efek Cahaya a) Cahaya Alami (Natural ligh) Pengunjung lebih menyukai warna daylight karena menjadi ruang atau desain menjadi menarik, dan memberikan penerangan natural. b) Cahaya Buatan (artificial lighting) Jemaat di gereja memilih cahaya buatan ini juga karena pada momen-momen tertentu diharuskan menggunakan cahaya buatan seperti lilin, sinar lampu, dll. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Contoh sinar lampu : Lampu pijar (Incandescent) Kelebihan : pewarnanya akurat, fleksibel, lebih mudah dikontrol, dan meningkatkan selera beli. Kekurangan : konsumsi energinya lebih tinggi, tidak tahan lama, dan sukar perawatannya. Tube light (lampu TL) - Cool white - Cool white deluxe: digunakan bahan-bahan natural, dan : lebih ekonomis, memberi kesan dingin. penawaran. Sistem Akustik Dalam perancangan akustik gereja dan beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: - Daerah mimbar harus cukup dinaikin dan dikelilingi oleh dinding pemantul, demikian juga pada bagian paduan suara (choir) dan musik. - Tiap sudut jemaat harus memiliki kondisi pendengaran (intelegibilitas) yang baik saat kebaktian. - Eliminasi bising dari luar di perlukan apabila ada kegiatan kebaktian terutama pada saat berdoa. Kualitas bunyi pada gereja dipengaruhi oleh bentuk volume ruang, kapasitas tampung gereja, jumlah jemaat, dan bahan pelapis akustik.10 Warna-warna simbolik Pemakaian warna dalam gereja memberi kesan, menambah variasi dan menyimbolkan suatu makna. Berikut beberapa warna yang mengandung warna simbolis dalam pemakaiannya dalam gereja: a) Putih : Simbol Pencipta, sukacita, kesucian, kemuliaan. b) Merah : Simbol darah anak domba. c) Hitam : Simbol kesengsaraan atau maut. d) Emas (coklat) : Simbol kemuliaan Tuhan, iman Kristiani. 10 Doelle, Leslie.L, Akustik Lingkungan, Hal 115-118 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ : Simbol baptisan air, ketenangan.11 e) Biru Selain simbol warna, rajawali juga dipakai untuk menyatakan kekuatan, kemuliaan yang melampaui segala hal, jiwa rasuli yang pada dasarnya melayani dan menginjili. Penghawaan Untuk membantu mengatasi udara panas yang berlebihan didalam ruang khususnya pada ruang ibadah utama maka diperlukan suatu sistem penghawaan. Banyak cara yang digunakan untuk mengurangi panas diantaranya adalah pemakaian reflection glass, alat peneduh atau penangkal cahaya dan yang paling terkenal adalah penggunaan AC (Air Conditioning). Untuk mengatur kesejukan udara ada 2 sistem yang dikenal yaitu sistem alami (cross ventilation) dan sistem buatan (AC dan kipas angin).12 a) Sistem Alami Dapat diperoleh dengan melalui ventilasi yang terbentuk dari bukaan jendela. Dalam penentuan tata sirkulasi udara haruslah memperhatikan kecepatan, temperature dan arah angina sesuai dengan daerah dan iklim. Ruangan yang ideal adalah ruanagan yang mempunyai ventilasi alami demi menjaga kesehatan penghuninya serta untuk menghilangkan udara yang tidak baik. b) Sistem Buatan Sirkulasi udara buatan diperoleh dari penyejuk udara atau AC, exhaust, dll. Sirkulasi udara buatan digunakan untuk memperoleh kondisi udara yang nyaman dan stabil. Sistem penyejuk udara menangani udara dalam beberapa cara karena suhu yang nyaman tidak hana bergantung dari temperature udara, tapi juga pada kelembaban yang relative, temperature realisasi permukaan sekitar dan aliran udara kemurnian udara dan cara menghilangkan 11 12 bau merupakan factor-faktor kenyamanan Rest, Friedrich, Our Christian, Symbol, Education Press, 1954 J. Pamudji, Suptandar, Pengantar Desain Interior, 41 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tambahan yang dapat dikendalikan oleh sistem penyejuk udara. Penghawaan sistem buatan dalam sebuah interior sebaiknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: - Pemakaian AC sangat efisien pada sebuah interior yang tidak memungkinkan mendapatkan udara secara bebas, sehingga dengan pemakaian AC dapat menciptakan udara yang berkualitas. - Untuk pemakaian heating atau cooling, disesuaikan dengan iklim, untuk daerah tropis menggunakan cooling. 2.4 TINJAUAN MENGENAI TEMA Pengertian tema secara umum adalah keseragaman bentuk dan sebagainya, yang secara khusus memberikan ciri khas dari sebuah desain yang memberikan makna. Dalam perancangan ini penulis mengaplikasikan tema desain menyebar seperti sebuah gelombang. Hal ini disesuaikan dengan dasar/ajaran dari Gereja Kristen Jawa. 2.5 TINJAUAN MENGENAI GAYA MODERN 2.5.1 Pengertian Gaya Modern Pengertian gaya secara umum adalah ragam cara rupa, bentuk dan sebagainya yang khusus mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa, bangunan rumah dan sebagainya.13 Dalam perancangan ini penulis mengaplikasikan gaya modern, Kata "modern” berasal dari kata MODO yang berarti barusan. Sejarah penggunaan kata modern dapat ditarik dalam sejarah sejak tahun 1127. Seorang kepala biarawan, Suger, merekontruksi Basilica, St. Denis di Paris. Hasil dari rekontruksinya adalah sesuatu hal yang baru, suger akhirnya memberikan istilah gaya itu dengan “opus Modernum”. Yang berarti sebuah karya baru. (Sumber : Adityawan, Tinjauan Desain, 1999 Hal. 49). Modern sebagai isme adalah serangkaian pemikiran dan gerakan dalam berbagai bidang kehidupan yang muncul sejak tahun 1900-1950. 13 Cypress, Kamus Besar Indonesia, 1972, 388 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kegiatan barang-barang konsumsi yang sebelumnya dikerjakan dengan tangan digantian dengan tenaga mesin atau produksi massal. (Sumber : Adityawan, Tinjauan Desain, 1999 Hal. 49). Gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikanya dengan aliran-aliran modern dalam falsafah, sejarah dan ilmu pengetahuan. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 Hal.589). Kata modern dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap dan cara berfikir serta cara bertindak yang sesuai dengan tuntutan zaman. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 Hal.589). 2.5.2 Sejarah perkembangan gaya modern Gerakan Modern pada awalnya muncul di Inggris pada abad ke-18. Ketika ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Sejak penemuan tersebut terjadi perubahan atau pergantian dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin, penggantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati sampai dengan tercetusnya Revolusi Industri. Tapi ada juga kelompok yang tidak menyukai dampak dari Revolusi Industri tersebut, beberapa diantaranya adalah gerakan Art and Craft Movement dan Art Nouveau yang inti dari gerakan mereka adalah berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam seni dan kriya. Pada awal masa seni rupa Modern, muncul beberapa aliran, diantaranya adalah Kubisme (1882-1963), Ekspressionisme (1900-1906), Futurisme (1909), Konstruktivisme (1914-1920), Surrealisme (1924), Dadaisme (1916-1922), dan De Stijll (1917-1931). Kata Modern pertama kali diperkenalkan pada masa Revolusi Industri di Eropa, terutama di Jerman. Pandangan ini karena pemberontakan terhadap unsur klasik & eklektik pada abad 19. Ditandai dengan gerakan Bauhauss di Stuttgart yang memelopori kepercayaan terhadap penggunaan fungsi & material secara tepat & efisien. Sejak saat itu pandangan modern bukan hanya sekedar gaya, melainkan bagian dari gaya hidup. Perkembangan gaya modern di Indonesia dimulai semenjak tahun 1960. Masa orde baru, bisa dikatakan adalah saat berkembangnya 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ modernisasi Indonesia di segala bidang, termasuk bidang arsitektur. Modernisme di Indonesia ditandai dengan mulai dibangunnya berbagai gedung-gedung tinggi, sarana transportasi, dan pusat perbelanjaan. Contoh bangunan modern yang masih ada hingga sekarang antara lain : Wisma Nusantara, Ratu Plaza, Gedung Bumiputera di jalan Sudirman dan lainnya. Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi antara lain dari penggunaan bidang kaca yang lebar, bentuk geometris pada fasad bangunan, eksposed struktur, penampilan natural bahan bangunan. (Sumber: Adityawan Arief, Tinjauan Desain, 1999 dan Sumalyo Yulianto, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX,1997). A. Periode I (1917-1929) Pada periode ini, munculnya gerakan modern dipicu oleh perang dunia pertama (1917-selesai). Terjadi pandangan radikal yang mulai meluas di seluruh Eropa, salah satunya adalah pandangan mengenai konsepsi ruang. Penganut awal mula gerakan ini adalah kelompok De Stijl dari Belanda, kelompok November Gruppe, dan lain-lain. Pada periode satu ini terbentuk dan berdiri CIAM (Conggres Internationaux d’Architecture Moderne) tahun 1928, hasil kongres ini, bahwa arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial ekonomi yang ditimbulkan zaman mesin pada waktu itu, yaitu dengan mencari keharmonisan dari elemen-elemen Modern serta mengembalikan arsitektur pada bidang sebenarnya. Tokoh-tokoh yang menonjol pada periode I, yaitu : a) Frank Lloyd Wright (Amerika Serikat) Menurut Frank Lloyd Wright setiap permasalahan pemecahannya selalu berhubungan iklim, topografi, dengan alam arsitektur atau lingkungan, dan bahan bangunan. Gaya arsitektur Wright disebut organic; estetika dan konstruksi sama pentingnya, lahir dan tumbuh dari situasi secara alami. b) Walter Gropius (Jerman dan Amerika Serikat) Falsafah tentang arsitektur adalah keahlian (kepandaian dan seni) yang dipadu dengan kemajuan teknik (bahan dan stuktur). 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c) Ludwig Mies van der Rohe (Jerman dan Amerika Serikat) Interior modern harus: Teratur (bentuk segi empat atau balok) dan simetris. Fungsional. Harmonis dgn exterior (melalui dinding kaca), hingga mendramatisir interior yang rasional dengan exterior yang organik. Netral penggunaannya. Eksterior tidak mencerminkan fungsi. Rangka bangunan kaku dengan dinding pengisi dibuat indah. Bahan-bahan buatan pabrik. Mencerminkan keindahan mesin , memperhatikan detail. d) Le Corbusier (Perancis) Falsafah tentang arsitektur adalah menciptakan perasaan aman, keramahtamahan, kebahagiaan, serta kesatuan yang harmonis dari bentuk-bentuk yang ada di bumi dan hubungannya dengan skala manusia. B. Periode II (1930-1939) Pada periode ini, bangunan secara keseluruhan dapat dikatakan memiliki karakter gaya Internasional, hanya masing-masing daerah mempunyai tipe tersendiri yang dititik beratkan dengan penggunaan bahan-bahan setempat, tanpa menyembunyikan kekurangannya. Hasil karya arsitektur periode II pada dasarnya merupakan perpaduan keahlian, perkembangan teknologi dan industri serta seni dengan paham kedaerahan. Tokoh yang menonjol pada periode II ini seperti Alvar Aalto (Finlandia) dia merupakan seorang arsitek yang sangat memperhatikan keadaan lingkungan dan menghargai tradisi. Tokoh kedua adalah Arne Jacobsen (Denmark) ciri khasnya adalah bentuk-bentuk tradisional yang digabung menjadi bentuk modern. Ketiga adalah Oscar Niemeyer (Brazilia) ciri khasnya menggunakan banyak detail arsitektur asli Brazilia, memperhatikan keadaan alam dan lingkungan. 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ C. Periode III (1949-1958) Pada periode ini telah terjadi perang dunia kedua (1941-1945) yang telah banyak menimbulkan kerusakan. Prinsip perencanaan didasarkan pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin; menginginkan kesatuan antara manusia dengan lingkungan. Pada masa ini timbul aliran Ekletisisme. Khas pada bangunan periode ini adalah bangunan berlantai banyak (Vertikalisme) dengan bentangan-bentang lebar, dan banyak menggunakan kaca pada eksteriornya, didorong juga oleh perkembangan teknologi waktu itu. Selain itu perancangan arsitektur landscape mulai dikembangkan. Pada periode ini penggunaan bahan, fungsi, sistem pencahayaan, bentuk massa serta landscape dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan. Dalam periode ini pula, timbul dua aliran yaitu Brutalisme dan Formalisme. Ciri khas pada bangunan masa ini: a) Penggunaan bidang-bidang kaca yang lebar. b) Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industri. c) Permukaan bangunan mulai agak kasar, menjurus kearah Brutalisme. d) Sistem lantai yang menggunakan sistem cantilever dengan tujuan ruang menjadi lebih luas (Sumber: Persepsi bentuk dan konsep Arsitektur, Eppi P, dkk, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1982). 2.5.3 Ciri-ciri Desain Modern a) Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis. b) Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan, warna, & fungsi. c) Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (form follow function). 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ d) Universitalisme, menampilkan suatu ukuran kebenaran & keindahan ukuran-ukuran yg ada di masyarakat modern barat (International Style). e) Form Follow Function, setiap bentuk harus ada fungsinya (fungsional & rasional). f) Simplicity. g) Less is more. h) Membuang ornament. i) Membuang gaya dan teknik tadisional. j) Penekanan pada konsep keseragaman (uniformility) 2.5.4 Pengaplikasian Warna Pada Desain Modern Warna-warna yang digunakan pada desain modern bukan warnawarana yang berani seperti pada Gaya Postmodern seperti warna Biru kuat, Orange, Merah dan Kuning. Warna yang ditampilkan dalam desain modern merupakan warna-warna bahan aslinya yang ditampilkan, tanpa perlu ditutup-tutupi sehingga terlihat natural. Bahkan desain modern cenderung tidak mempunyai warna, warna yang ada seperti hitam, putih dan abu-abu. Semua ini akibat ajaran dari sekolah Bauhaus sebagai pelopor gerakan modern yang membiarkan desain modern tampil natural (apa adanya). Dengan ciri-ciri kaca yang dominan dan berbentuk kotak. Ciri-ciri utamanya adalah : • Menyatu dengan alam. • Lebih terang, lebih luas & terbuka. • Sumber cahaya tersembunyi. • Furniture yang minim & bentuk furniture yang skulptural. • Komponen interior lebih sederhana. 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6 TINJAUAN MENGENAI ETNIK (TRADISIONAL) JAWA TENGAH 2.6.1 Budaya Etnik Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pikiran, akal budi. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Sedangkan etnik merupakan sesuatu yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) 7 manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Menurut Ir. Josef Prijotomo M.Arch Arsitektur tradisional dikatakan “tradisional” dengan beberapa alasan : 1. Membedakan jenis arsitektur yang timbul, berkembang dan merupakan karakteristik masing-masing suku. 2. Merupakan suatu bentuk yang diwarisi dari generasi ke generasi. 3. Dikaitkan dalam kerangka waktu yang terbatas. Pengertian arsitektur vernakular (tradisional) dari beberapa ahli : 1. Amos Rapoport (House Form and Culture, 1969) Karya arsitektur yang tumbuh dari segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau memanfaatkan potensi-potensi lokal seperti material, teknologi, dan pengetahuan. 2. Paul Groth (1999) Bangunan vernakular = bangunan biasa Studi arsitektur yang polos dengan kasta rendah, biaya rendah atau dibangun oleh kelompok tradisional yang menggunakan biaya setempat yang abadi dan tidak berubah. 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kesimpulan : Arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat, lahir dari masyarakat etnik, dan berakar pada tradisi etnik dengan beberapa ciri : 1. Local knowledge, local material, erat dengan elemen berbau mitos, cara hidup (berdasar) masyarakat setempat. 2. Merupakan pengalaman dan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan berdiri. 3. Tidak berupa produk tetapi proses, lebih berupa konsep daripada materi Karakteristik Arsitektur Vernakular - Arsitektur vernakular tidak mengacu pada hal lain dari budaya, berkembang mengadopsi arsitektur regional dan mewujudkan budaya setempat. - Menurut Kingston, 2003 1. Diproduksi individu untuk digunakan sendiri. 2. Bersifat lokal. 3. Kontraktor/pembangunannya anonim dengan menggunakan pemula atau aturan dari tradisi yang diadaptasi secara lokal. Menurut Paul Groth, 2000 1. Bentuk keseharian akrab dengan daerah tertentu dari populasi. 2. sering dibuat dengan bahan yang tersedia disekitarnya untuk diaplikasi pada fungsi bangunan. 2.6.2 Kebudayaan Dan Kesenian Jawa Tengah Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini. Suku Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten. Bahasa Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya. Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah: 1. dialek Pekalongan 2. dialek Kedu 3. dialek Bagelen 4. dialek Semarang 5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati) 6. dialek Blora 7. dialek Surakarta 8. dialek Yogyakarta 9. dialek Madiun 10. dialek Banyumasan (Ngapak) 11. dialek Tegal-Brebes Agama Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu , Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Muntilan, kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia. Gamelan Jawa Gambar 2.18: Gamelan Jawa Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton. Wayang Kulit Gambar 2.19: Wayang Kulit Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu. Wayang didalam bahasa Jawa berarti “Bayangan”, dalam bahasa melayu “Bayang-bayang” , dalam bahasa Aceh “Bayengbayeng”, dalam bahasa Bugis “Wayang/Bayang”, didalam bahasa Bikol dekenal dengan kata “Baying” artinya “Barang” yaitu apa yang dilihat dengan nyata. Akar kata ini bervariasi yong, yung antara lain terdapat dalam kata layang (terbang), doyong (miring, tidak stabil); royong (selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain); Poyang paying (berjalan sempoyongan tidak tenang). Dengan perbandingan berbagai pengertian akar “yang” beserta variasinya dapat dikemukakan bahwa dasarnya adalah “tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang bergerak kian kemari”. Awalan “wa” dalam bahasa jawa modern tidak mempunyai fungsi lagi. Jadi, dalam bahasa Jawa perkataan wayang mengandung arti “bergerak kian kemari, tidak tetap, sama-samar atau sayup-sayup” dan telah berbentuk pada waktu ketika awalan “wa” masih mempunyai fungsi tata bahasa. Oleh karena itu boneka-boneka yang digunakan dalam pertunjukan member bayang-bayang, maka dinamakan wayang, “awayang” atau “bawayang” pada waktu itu berarti bergaul dengan wayang atau pertunjukan wayang, (Sri Mulyono, Ir. Wayang, Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya, Gunung Agung, 1989). Lambat laun wayang menjadi nama pertunjukan baying-bayang sehingga sekarang dikenal dengan Wayang Beber, Wayang Golek, Wayang Orang, dan Wayang Kulit (yang masih sering dipagelarkan atau di 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pertunjukan adalah Wayang Golek, Wayang Kulit, dan Wayang Orang). Sebuah seni pedalangan yang sumber ceritanya berasal dari Epos Mahabarata dan Ramayana yang bertemakan klasik bahwa keangkaramurkaan itu pada akhirnya akan kalah oleh kebenaran, yang dalam pepatah kuno dikatakan Sura dira jayaningrat lebur daning pangestuti. Kesenian wayang ini biasa di pertunjukan atau di pagelarkan dalam acaraacara tertentu, seperti perkawinan, khitanan, upacara desa, ruwatan, dan sebagainya, yang mengandung nilai-nilai budaya l;uhur nenek moyang bangsa kita. Keris Jawa Gambar 2.20: Keris Jawa Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Tuhan YME ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu. 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Batik Jawa Jawa Tengah merupakan daerah penghasil kain batik terbesar di Nusantara. Batik Jawa Tengah memiliki corak yang khas dan sarat dengan filosofi. Daerah penghasil batik di Jawa Tengah yang paling menonjol adalah Pekalongan, Solo, dan Semarang. Pusat penghasil kain batik terkenal lainnya adalah Yogyakarta. 1. Batik Yogyakarta dan Solo (Surakarta) Sejarah batik Yogyakarta adalah pengembangan dari batik Solo. Hubungan dari kedua daerah tersebut sangat erat. Batik Yogyakarta dan Solo sarat filosofi dan lebih banyak didominasi warna cokelat dan biru. Ada sekitar 4.000 motif batik Yogyakarta, yang cukup terkenal, di antaranya adalah motif parang, babon angrem, dan wahyu tumurun. Motif batik Solo, antara lain sidomukti, sidoluruh, dan lereng. Proses membatik dengan menggunakan canting. Gambar 2.21: Gambar Batik Yogya (Parang, Babon Angrem, dan Wahyu Tumurun) Gambar 2.22: Gambar Batik Solo (Sidomukti, Sidoluruh, dan Lereng) 2. Batik Pekalongan dan Semarang Batik Pekalongan memiliki ciri pesisir dengan corak ragam hias alami. Corak ragam hiasnya banyak mendapat pengaruh dari Cina yang dinamis dan kaya akan warna. Batik Pekalongan banyak didominasi warna cerah, hijau, kuning, merah, dan merah muda, serta didominasi motif bunga (buketan). Batik Semarang banyak didominasi warna 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ cokelat, kuning, hijau, dan hitam dengan motif alam, seperti bunga, dedaunan, dan burung. Gambar 2.23: Gambar Batik Pekalongan dan Batik Semarang Kaligrafi Jawa Huruf jawa yang berjumlah 20 dari Ha sampai Nga meliputi hanacaraka, data-sawala, pada jayanya, magha-batanga menurut cerita turun temurun diceritakan dalam kisah AJISAKA. Konon makna dari huruf jawa hanacaraka yaitu bahwa aksara Jawa ini diciptakan oleh Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia. Dikisahkan Ajisaka hendak pergi mengembara, dan ia berpesan pada seorang abdinya yang setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti: janganlah memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri: Ajisaka. Setelah sekian lama mengembara, di negeri perantauan, Ajisaka teringat akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan mengambil keris pusaka itu di tanah leluhur. Kepada abdi yang setia ini dia mewanti-wanti: jangan sekali-kali kembali ke hadapannya kecuali membawa keris pusakanya. Ironisnya, kedua abdi yang sama-sama setia dan militan itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama: hanya karena tidak ada dialog di antara mereka. Bukankah sebenarnya keduanya 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat junjungannya. Dan lebih ironis lagi, kisah tragis tentang dua abdi yang setia ini. Dengan tulisan sebagai berikut : ha na ca ra ka Dikisahkan tentang dua abdi setia da ta sa wa la Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi pa da ja ya nya Mereka sama-sama kuat dan tangguh ( sakti ) ma ga ba tha nga Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama Sedangkan menurut ki Sarodjo menuliskan arti makna dari huruf jawa hanacaraka : Baginya, rangkaian huruf didalam carakan jawa itu bukannya menambatkan sesuatu kisan, melainkan berupa suatu ungkapan filosofis yang berlaku universal, sangat dalam artinya, membawa kita tunduk dan takwa kepada Tuhan. ( Sarodjo, 1982 ) Adapun arti huruf jawa huruf jawa hanacaraka tersebut menurut ki sarodjo sebagai berikut; Hana-caraka ( Ada utusan/ Ca ra ka : cipta rasa karsa ), Data-sawala ( datan suwala : tidak menentang, tidak keberatan/ sumerah), Padha-Jayanya ( sama-sama sukses ), Magha-bathanga ( Mudhi/ meletakan pada tempat yang tinggi, wujud kesaksian ; maga = meletakan sesuatu di paga ). Hal tersebut mengingatkan kepada potensial amal yang disimpan ditempat yang tinggi, illiyin. Sebagai manusia sudah selayaknya patuh dan serta menyerahkan problema hidup padaNya disaat segala upaya sudah dilakukan, hal itu tidak bertentangan dongan kodrat manusia itu sendiri sebagai mahluk ciptaanNya yang berkewajiban memenuhi tugas-tugasnya didunia. Disini manusialah yang membutuhkan Tuhannya bukan sebaliknya. Aksara Jawa ha-na-ca-ra-ka mewakili spiritualitas orang Jawa yang terdalam: yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni. Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaanNya). Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya. Ornamen Jawa Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir. Ornamen ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Gambar 2.24: Gambar Ornamen Jawa Ornamen ini bermacam ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati dan sebagainya. Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya pada beberapa ornamen yang umum dipakai. Gunungan (Kayon / kekayon) Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan lindungan Tuhan dalam rumah tersebut. Lung-lungan Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi. Wajikan Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga. Patran Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang. Banyu-tetes Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari. Banaspati / Kala / Kemamang Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk. 60 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.7 TINJAUAN MENGENAI GAYA DAN TEMA Kesimpulan dari tema yang menyebar dan gaya modern serta budaya Jawa Tengah menjadi “Gaya Ekletik”. Ekletik Gaya eklektik bisa disebut sebagai percampuran beberapa gaya desain dari beberapa periode waktu dan tempat yang berbeda tapi dikombinasikan menjadi satu. Gaya klasik, modern, kontemporer, etnik tradisional, semuanya bisa digabungkan dalam satu ruangan. Eclectic atau eklektik berasal dari bahasa Yunani = “eklegein”, artinya memilih sesuatu (“to pick out”), istilah ini ditemukan pada filsafat dan juga bidang seni, yaitu pembentukan atau pemilihan dari beberapa sistem berpikir kemudian menciptakan satu pola pemikiran baru. Pemikir eklektik mencoba untuk mengkombinasikan doktrin-doktrin yang dianggapnya valid untuk disatukan, walaupun pemikiran-pemikiran tersebut tidak dapat disatukan pada satu kesatuan yang utuh (integral). Pola pemikiran yang bersifat “eklektik” sebenarnya sudah lama berlangsung, yaitu sejak abad ke-2 SM di Yunani. Pada saat itu mulai tumbuh benih-benih intelektualitas yang dimotivasi oleh filsuf besar Yunani Plato dan Arsitoteles, yang berangkat dari pandangan yang bersifat kosmologis untuk mencari kebenaran. Contoh lain terdapat pada generasi filsuf Yunani yang tumbuh kemudian seperti Antiochus, yang mengkombinasikan pemikiran Stoikisme (Stoicism) dan skeptisme (skepticism) dan pemikiran Panaetius (sekitar 185-109 SM), dimana dia berbasiskan pemikiran Platonism dan Stoicism. Konsep ini mulai pada abad ke-20 sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran. Secara estetika, gaya ini berkaca pada gaya masa lampau. Menurut desainer interior Patricia Herdita dari RuangkaRya, desain eklektik kini dapat dimaknai sebagai penggabungan dari gaya modern dengan ciri khas etnik tradisional. Gaya ini banyak digemari karena Indonesia memiliki kekayaan budaya, seni dan tradisi, bisa dipadukan. Paduan yang dituangkan tak hanya dari satu konsep daerah saja. 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/