2.1. Teori perdagangan internasional

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan
negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional
ini dilakukan melalui kegiatan ekspor impor. Dengan melakukan perdagangan internasional
melalui kegiatan ekspor impor, negara maju akan memperoleh bahan-bahan baku yang
dibutuhkan industrinya sekaligus dapat menjual produknya ke negara-negara berkembang.
Sementara itu, negara berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam negeri
sehingga memperoleh devisa. Pada saat terjadi kegiatan transaksi berupa ekspor dan impor
barang, uang yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional
yaitu berupa devisa. Beberapa barang yang dapat digunakan sebagai devisa atau alat
pembayaran luar negeri, yaitu emas dan perak, valuta asing, dan wesel asing.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Tambunan (2005)
menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export
promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor
penggerak bagi pertumbuhan.
Dalam perdagangan internasional, terdapat berbagai macam permasalahan yang
dapat timbul. Masalah-masalah ini bisa berdampak bagi jangka pendek bahkan jangka
panjang. Misalnya saja inflasi, matinya usaha-usaha kecil yang menimbulkan pengangguran,
dan ketimpangan yang muncul dalam jangka pendek, untuk kurun beberapa waktu kedepan
misalnya 10 -25 tahun mendatang ini bisa jadi sebuah permasalahan yang serius, jika dalam
jangka waktu pendek itu pemerintah tidak dapat memulihkan keadaan dan menyelesaikan
masalahnya. dalam perdagangan internasionalnya negara-negara sedang berkembang tidak
dapat memperoleh keuntungan yang benar-benar maksimal jika dibandingkan dengan
negara-negara industri atau negara-negara maju. Atau secara singkat, dalam perdagangan
internasional negara-negara maju memiliki posisi yang jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang.
Jadi yang menjadi akar permasalahan dalam perdagangan internasional ialah dari
kegiatan transaksi ekspor impor barang yang ternyata kegiatan dalam perdagangan
internasional tersebut negara-negara sedang berkembang tidak dapat memperoleh
keuntungan yang benar-benar maksimal jika dibandingkan dengan negara-negara industri
atau negara-negara maju.
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI
2.1. Teori perdagangan internasional
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam
negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut
antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat
menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata
uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
1) Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan
konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model
Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik
produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negaranegara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang
komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung,
seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
2) Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar
kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini
tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan
teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme
harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh
perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan
mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan
dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara
intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka
dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih
cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal
dan sebagainya.
3) Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah
mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik
merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti
modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada
peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang
tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi
spesifik berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak
belakang ketika melobi untuk pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya,
kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah
peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini
cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola
pedagangan.
4) Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisis yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk
dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara
dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti
menjadi kuat secara empiris oleh analisis ekonometri. Faktor lain seperti tingkat
pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam
versi lebih besar dari model ini.
2.1.1 Manfaat perdagangan internasional
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai
berikut. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. Banyak faktorfaktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut
di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya
perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak
diproduksi sendiri.
1. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi
suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya
lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
2. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional,
pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan
produk tersebut keluar negeri.
3. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik
produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
2.1.2 Faktor pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional,
di antaranya sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya,
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja.
Manfaatnya di bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa. Bidang itu antara
lain politik, sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan
internasional dilakukan semua negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Negara dapat
diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain.
Begitu juga dengan negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan
negara lain. Negara yang dahulu menutup diri dariperdagangan internasional, sekarang
sudah membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, danVietnam. Perdagangan internasional
juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi.
Setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya.
Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi senjata. Maka diperlukan impor senjata.
Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan, diperlukan kerjasama
internasional. Barang yang membahayakan tersebut misalnya senjata gelap, obatobatanterlarang, hewan langka, ternak yang membawa penyakit menular, dsb. Untuk
kepentingan inilah pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk
pemerintahsuatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki
suatu negara.Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar.
Pemeriksaan juga untuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun
barang terlarang atautidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan
melihat dokumen barang,menggunakan detektor barang berbahaya, atau menggunakan
anjing pelacak.
2.1.3 Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua negara.
Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara
memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad
ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang
terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk
beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar
Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial
seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam
perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung
pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak
menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh
Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat,
Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya.
Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi
pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat
tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar
negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi
dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas
dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa
tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada
perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur
dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar
membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade
Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti
MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni
Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan
pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari
populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral
Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-tahun belakangan ini.
adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum
dalam perdagangan.
2.1.4 Ruang Lingkup Perdagangan Internasional
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dalam ekonomi internasional, hal
pertama yang berkaitan adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional itu
sendiri berkaitan dengan beberapa kegiatan yaitu :
perdagangan internasional melalui perpindahan barang, jasa dari suatu negara ke
negara yang lainnya yang biasa disebut transfer of goods and services
perdagangan internasional melalui perpindahan modal melalui investasi asing dari
luar negeri kedalam negeri atau yang disebut dengan transfer of capital perdagangan
internasional melalui perpindahan tenaga kerja yang berpengaruh terhadap perndapatan
negara melalui devisa dan juga perlunya pengawasan mekanisme perpindahan tenaga kerja
yang disebut dengan transfer of labour.
perdagangan internasional yang dilakukan melalui perpindahan teknologi yaitu
dengan cara mendirikan pabrik-pabrik dinegara lain atau yang biasa kita sebut transfer of
technology. Perdagangan internasional yang dilakukan dengan penyampaian informasi
tentang kepastian adanya bahan baku dan pangsa pasar atau yang disebut dengan transfer
of data ekonomi internasional menyangkut beberapa hal yang berkaitan dengan negara
seperti :
1. Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang relatif lebih sukar
(imobilitas faktor produksi)
2. sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang berbeda faktorfaktor poduksi yang dimiliki (faktor endowment) berbeda sehingga dapat
menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.
Oleh karena itu pada dasarnya ekonomi internasional membahas tentang
ketergantungan ekonomi antar negara yang pada dasarnya dipengaruhi dan mempengaruhi
hubungan politik, sosial, budaya dan militer antar negara.
Ekonomi internasional berkaitan dengan perdagangan antar negara akan membahas
tentang pola perdagngan internasional, teori perdagangan internasional, Foreign Direct
Investment, Neraca Perdagangan, kerjasama tarif, blok perdagangan, kebijakan ekonomi
internasional, sistem moneter internasional dan multinational corporation (MNC)
2.1.5 kebijakan perdagangan internasional
Kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara, baik
langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta bentuk
perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud
dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya. Jika
dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan
internasional sangatlah rumit dan kompleks.
Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut: Pembeli dan
penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
1) Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya.
2) Perbedaan antara negara yang satu dengan yang lainnya baik dalam bahasa, mata
uang, taksiran atau timabangan, hukum dalam perdagangan, dan sebagainya.
3) Sumber daya alam yang berbeda.
1. Kebijakan Proteksi.
Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam
negeri yang sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi perusahaan baru dari
perusahaan-perusahaan besar yang semen-mena dengan kelebihan yang ia miliki, selain itu
persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a)
b)
c)
d)
Memaksimalkan produksi dalam negri.
Memperluas lapangan kerja.
Memelihara tradisional.
Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.
e) Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.
Kebijakan proteksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)
Tarif.
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang dagangan yang melintasi
daerah pabean ( cutom area ). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara
dikenakan bea masuk. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang.
Dengan pengenaan bea masuk yang besar, mempunyai maksud memproteksi industri dalam
negri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan juga membatasi permintaan
konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk
domestik.
Macam-macam penentuan tarif, yaitu:
a. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (di luar costum area).
b. Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara
lain.
c. Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara (tom area).
2)
Kuota.
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang
diperdagangkan. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota
ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi
adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah
pembatasan jumlah barang yang diekspor.
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
a. Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri.
b. Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
c. Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai
stabilitas harga di dalam negeri.
3)
Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan
dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor,
terutama menguntungkan konsumen mereka.
Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong
pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor
yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk
menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain. Predatory dumping
dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di
luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu
melakukan predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
a. Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva
permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
b. Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
membeli barang dari luar negeri.
4)
Subsidi.
Subsidi adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk menurunkan biaya
produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan
dapat bersaing dengan barang impor. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong
jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah
perang subsidi.
5)
Larangan Impor.
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang
masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Dengan tujuan untuk melindungi
produksi dalam negri.
2. Kebijakan Perdagangan Bebas.
Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan pemerintah yang menghendaki
perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun. Pihak-pihak yang
mendukung kebijakan ini beralasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan setiap
negara berspesialisasi memproduksi barang dan menjadikannya keungglan komparatif.
3. Kebijakan Autarki.
Kebijakan autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi,
maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas.
BAB III
PEMBAHASAN
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri
membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam
antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu
daya saing suatu produk.
Berikut data ekspor impor indonesia 2011 – 2012
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui kegiatan ekspor
impor.
Dalam perdagangan internasional, terdapat berbagai macam permasalahan yang
dapat timbul. Masalah-masalah ini bisa berdampak bagi jangka pendek bahkan jangka
panjang. Misalnya saja inflasi, matinya usaha-usaha kecil yang menimbulkan pengangguran,
dan ketimpangan yang muncul dalam jangka pendek, untuk kurun beberapa waktu kedepan
misalnya 10 -25 tahun mendatang ini bisa jadi sebuah permasalahan yang serius, jika dalam
jangka waktu pendek itu pemerintah tidak dapat memulihkan keadaan dan menyelesaikan
masalahnya.
perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut
antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat
menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Download