BAB I

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Proses perkembangan terjadi sangat cepat pada masa anak-anak. Tiga
tahun pertama kehidupan merupakan masa emas karena pesatnya perkembangan
otak. Neuron berkembang dengan kecepatan mengejutkan, antara 50.000 –
100.000 per detik selama pertumbuhan janin dan ketika lahir akan memiliki kirakira 100 sampai 200 sel neuron, dimana setiap sel neuron mempunyai 2.500
sinapsis. Pada umur 2 sampai 3 tahun setiap sel neuron mempunyai 15.000
sinapsis dan pada anak umur 5 – 6 tahun pertama kurang lebih 50% dari sel-sel
neuron berkembang untuk saling bersambung. Semakin banyak sel-sel neuron
yang terhubung maka semakin cerdas anak tersebut. Diperkirakan setelah usia 8
tahun sel-sel otak tidak mengalami perkembangan secara pesat lagi (Suryaningsih,
2014).
Perkembangan anak tidak hanya pada fisik, namun juga kognitif dan
psikososial. Perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan gerakan
motorik. Perkembangan kognitif adalah kemampuan anak dalam mengembangkan
kemampuan berfikir, seperti kemampuan mengingat, memecahkan masalah dan
penguasaan bahasa. Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang
berhubungan dengan emosi dan interaksi anak dengan lingkungannya.
1
Box Tools tab to change the
formatting of the pull quote
text box.]
2
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh nutrisi, kondisi pralahir, gizi dan
juga stimulasi (Suryaningsih, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Raharjo dan Ahyani (2011) dalam
”Identifikasi Kesulitan Belajar Pada Anak Pendidikan Usia Dini” dengan subyek
penelitian anak-anak sekolah pada tingkat play group dan taman kanak-kanak
pada usia 4-6 tahun ditemukan bahwa gangguan belajar yang dihadapi anak
dikelompokkan dalam 4 kriteria yaitu kematangan kognitif, perhatian rendah,
hiperaktif dan retardasi mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa
anak mengalami ketidakmampuan belajar karena perkembangan kognitif dan
psikomotorik yang belum mengalami kematangan. Fungsi kognitif terdiri dari
fungsi reseptif, fungsi memori dan belajar, fungsi berfikir dan fungsi ekspresif
(Lezak,1995).
Gerakan yang menggunakan seluruh tubuh dapat membantu dalam
merangsang kecerdasan otak sehingga diperlukan rangsangan berupa gerakan
yang diberikan sedini mungkin untuk merangsang kecerdasan otak anak. Setiap
rangsangan, secara otomatis menghasilkan sinapsis. Semakin banyak dan sering
sebuah rangsangan diterima oleh anak, maka sinapsis tersebut akan semakin
banyak dan kuat. Sinapsis inilah yang akan mendasari memori atau daya ingat.
Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson dari satu neuron ke neuron yang
lainnya. Jika sinapsis kuat, maka daya ingat juga kuat (Suryaningsih, 2014).
Potensi kerja otak selain dapat ditingkatkan dengan kebugaran fisik secara
umum juga dapat dilakukan dengan pelatihan otak (Rohana,2011). Salah satu
metode latihan yang dapat meningkatkan daya ingat adalah brain gym. Brain gym
merupakan program komersial populer yang dipercaya dapat memberikan
3
stimulasi yang sangat dibutuhkan untuk pembelajaran efektif dimana di dalamnya
terdapat serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar.
Brain gym mengaktifkan seluruh fungsi otak untuk membuka bagian-bagian otak
yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Inti dari brain gym adalah bergerak
yang merupakan kunci untuk belajar
dan penting untuk perkembangan otak
(As’Adi,2011).
Brain gym terdiri dari 26 gerakan dimana gerakan-gerakan tersebut
dirancang untuk mengaktifkan berbagai fungsi kognitif, termasuk melihat,
mendengar, memahami, mengorganisasi, dan berkomunikasi. Dalam brain gym,
gerakan-gerakan diajarkan dengan mengaitkan hubungan gerakan dengan
keterampilan tertentu; akan tetapi gerakan sesungguhnya merupakan konsep yang
begitu penting dalam belajar, sehingga gerakan apapun yang dilakukan akan
menjadi gerakan yang terbaik untuk meningkatkan tujuan yang diinginkan
(Dennison, 2008).
Beberapa penelitian brain gym yang telah dilakukan antara lain,Donezik
(2001) melaporkan brain gym pada anak-anak disleksia meningkatkan kefasihan
membaca, kecepatan pemahaman serta memori jangka pendek dan jangka
panjang. Proses belajar selalu melibatkan proses kognitif. Penelitian tentang
”Pengaruh Brain Gym Untuk Meningkatkan Daya Ingat Siswa Taman KanakKanak” Pratiwi (2008), memberikan hasil adanya peningkatan perhatian dan
respon yang lebih cepat. Prihastuti (2009) melakukan penelitian pada anak kelas 3
SD dengan teknik analisis statik ”paired-samples t-test” dan dipertajam dengan
analisis deskriptif tentang perubahan kondisi yang dirasakan siswa sesuai dengan
manfaat setiap gerakan brain gym dimana diperoleh hasil yang sangat signifikan
4
sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan brain gym. Hasilnya
menunjukkan bahwa pemberian brain gym dapat memberikan kontribusi dalam
meningkatkan hasil tes kecakapan berhitung siswa. Nuryana dan Purwanto (2010)
menyimpulkan bahwa kegiatan brain gym sangat efektif dalam meningkatkan
konsentrasi belajar anak.
Dari latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui apakah metode Brain
Gym dapat meningkatkan fungsi daya ingat jangka pendek pada anak usia 5 – 6
tahun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah metode brain gym dapat meningkatkan fungsi daya ingat jangka
pendek pada anak usia 5 – 6 tahun ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Membuktikan pengaruh brain gym dalam meningkatkan fungsi daya ingat
jangka pendek pada anak usia 5 – 6 tahun
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi praktisi
a.
Untuk memberikan masukan pada masyarakat dan khususnya
orang tua dan guru tentang manfaat brain gym terhadap
peningkatan daya ingat anak pada usia 5 – 6 tahun
b.
Untuk meningkatkan pengetahuan pada orang tua dan guru
mengenai manfaat brain gym terhadap perkembangan anak
5
c.
Bagi tenaga kesehatan lain untuk membuktikan manfaat brain gym
terhadap perkembangan kognitif, khususnya untuk meningkatkan
daya ingat anak pada usia 5 – 6 tahun.
1.4.2
Bagi bidang ilmiah
Sebagai bahan referensi para peneliti untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
Download