BAB 1 - Angelfire

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit merupakan hal yang ingin dihindari oleh setiap manusia sebab penyakit
dapat merusak kesehatan seseorang, bahkan sampai tingkat paling parah, yakni kematian.
Apalagi penyakit menyerang manusia pada berbagai golongan usia, mulai dari bayi, anakanak, remaja, orang dewasa sampai orang tua. Gaya hidup dan pola makan masyarakat
sekarang yang tidak sehat dan tidak teratur dapat membuat mereka dengan mudah diserang
penyakit. Oleh karena itu, kesehatan hendaknya diperhatikan sejak awal untuk mencegah
munculnya penyakit yang berbahaya.
Bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap penyakit sebab daya tahan tubuh mereka
masih terlalu lemah untuk melawan penyakit. Perkembangan dan pertumbuhan sel dan
jaringan tubuh mereka masih terus berubah sehingga metabolisme tubuh mereka belum
sempurna. Bila bayi atau anak mengeluh mengenai kesehatan dirinya dan kemudian
menderita suatu penyakit, hal tersebut adalah salah satu hal di antara permasalahan lain yang
paling ditakuti oleh semua orangtua. Semua orangtua menginginkan agar buah hatinya selalu
tumbuh sehat menjadi besar dan kuat. Tetapi terkadang penyakit sering sekali menyerang
tanpa diketahui atau diharapkan. Oleh karena itu, sejak awal mereka harus diberikan
penanganan yang tepat, agar penyakit yang berbahaya dapat dihindari.
1
2
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, dinyatakan bahwa penyakit yang
menyerang bayi dan anak-anak kebanyakan disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, protozoa
dan jamur. Penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh virus menduduki tingkat pertama
(75%) dibandingkan penyebab lainnya. Virus dikenal sangat berbahaya karena penularannya
yang begitu cepat dan sering menjadi penyebab munculnya suatu penyakit. Berdasarkan
fakta tersebut, penulis mencoba untuk membahas salah satu jenis dari penyakit bayi dan anak
yang disebabkan oleh infeksi virus, yang nantinya akan dibuat menjadi sistem pakar.
Dalam mendiagnosa penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus
dengan sistem konvensional yang selama ini dijadikan pegangan, cukup memakan waktu
yang lama dan biaya yang sangat mahal. Untuk menciptakan seorang ahli (pakar) dalam
salah satu bidang ilmu seperti halnya bidang kedokteran tentulah tidak mudah dan
membutuhkan waktu yang sangat lama dan biaya yang mahal. Untuk itu, dibuatlah suatu alat
bantu untuk mempermudah para ahli medis dalam hal ini dokter untuk melakukan
pemeriksaannya agar lebih efektif dan efisien. Adapun alat bantu tersebut adalah piranti
lunak dengan menggunakan konsep sistem pakar. Adapun alasan digunakannya konsep
sistem pakar adalah sebagai salah satu penerapan dari ilmu kecerdasan buatan dimana sistem
pakar ini bukan untuk menggantikan keberadaan seorang pakar, melainkan sebagai alat bantu
dalam mendiagnosa gejala-gejala penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Dengan adanya alat bantu ini, dapat mempermudah dokter dalam melakukan pendiagnosaan
penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus. Sistem pakar dianggap cocok
dalam mendiagnosa penyakit anak yang disebabkan oleh infeksi virus karena sistem ini dapat
mengadopsi atau menyerap ilmu-ilmu yang berasal dari pakar dimana sistem ini dapat
bekerja seperti seorang pakar nantinya.
3
Mengingat pentingnya kesehatan manusia khususnya kesehatan bayi dan anak, maka
penulis tertarik untuk memilih topik ini dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis dan
Perancangan Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Bayi dan Anak yang Disebabkan
Infeksi Virus”.
1.2
Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Kategori anak pada sistem pakar ini dibatasi pada bayi (0-1 tahun) dan anak-anak (1-18
tahun).
b. Aplikasi sistem pakar yang dirancang penulis dibatasi untuk mendiagnosa jenis penyakit
bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus dan menyarankan terapi pengobatan.
c. Sistem pakar yang dirancang penulis hanya sebagai prototype.
d. Aplikasi sistem pakar yang dirancang penulis ditujukan untuk digunakan oleh para
praktisi yang berkecimpung di :

Bidang kedokteran seperti dokter umum, asisten dokter pediatrik, para juru rawat
bagian pediatrik.

1.3
Bidang akademis kedokteran seperti mahasiswa kedokteran, dosen kedokteran.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulis dalam membuat penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Merancang aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit bayi dan anak yang
disebabkan oleh infeksi virus.
4
b. Mengimplementasikan sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit bayi dan anak yang
disebabkan oleh infeksi virus pada ruang lingkup yang telah ditentukan.
c. Membangun sistem pakar menjadi suatu sistem yang dapat berfungsi sebagai alat bantu
diagnosa penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Adapun manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai
berikut :
a. Mempermudah dokter umum dan juru rawat dalam melakukan pendiagnosaan terhadap
penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus
b. Memberikan alternatif untuk bidang akademis kedokteran sebagai salah satu sumber
referensi belajar mengajar mengenai penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh
infeksi virus.
c. Memberikan bahan referensi bagi masyarakat luas yang tertarik untuk mengembangkan
topik ini lebih lanjut.
.
1.4
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi dua bagian, yaitu :
a. Metode Analisis
Penulis melakukan analisis dengan terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap
dokter anak guna mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam merancang
prototipe sistem pakar. Informasi dan data yang didapat dari hasil wawancara dianalisis
lebih lanjut untuk dilihat apakah dapat digunakan sebagai bahan penulisan dan untuk
perancangan selanjutnya.
5
b. Metode Perancangan
Setelah hasil wawancara dianalisis, penulis merancang beberapa hal berikut ini :
1.5

Tabel keputusan dan pohon keputusan (decision table and decision tree)

Antarmuka pemakai (user interface)

Aturan-aturan (rules)

Program (prototype)
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab pertama ini membahas latar belakang penulisan, ruang lingkup pembahasan,
tujuan yang hendak dicapai dan manfaat yang diharapkan, metodologi yang
dipergunakan serta sistematika penulisan yang diterapkan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan tinjauan teoritis mengenai sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit bayi dan anak yang disebabkan infeksi virus. Teori yang dipakai adalah
teori umum yang berkaitan dengan sistem pakar, seperti sejarah, pengertian, konsep
dasar, struktur sistem pakar dan teori khusus yang berkaitan dengan topik, yakni
teori-teori seputar penyakit bayi dan anak yang disebabkan infeksi virus.
BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN
Bab ini membahas proses yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit bayi dan
anak yang disebabkan infeksi virus tanpa menggunakan sistem pakar. Dari hasil
diagnosa tersebut kemudian dituangkan dalam perancangan sistem pakar berupa
6
perancangan tabel keputusan, pohon keputusan, aturan-aturan dan rancangan
antarmuka pemakai (user interface).
BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini membahas spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang
dibutuhkan agar sistem pakar yang dirancang dapat diimplementasikan. Setelah
diimplementasikan, penulis melakukan evaluasi untuk melihat apakah hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan diagnosa dokter secara manual.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh
penulis dari hasil perancangan prototipe sistem pakar dan saran-saran untuk
pengembangan selanjutnya.
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Kecerdasan Buatan
Pembahasan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam sub bab ini dijelaskan
mengenai pengertian tentang kecerdasan buatan dan aplikasi kecerdasan buatan yang akan
diuraikan lebih lanjut dalam paragraf berikut ini.
2.1.1 Pengertian tentang Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah bagian dari ilmu komputer yang
bertujuan untuk membuat komputer dapat berpikir secara pintar dan melakukan sesuatu yang
biasanya dilakukan oleh manusia. Hal ini dilakukan dengan tujuan membantu pekerjaan
manusia menjadi lebih ringan. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai
definisi kecerdasan buatan, seperti tersebut berikut.
Kecerdasan buatan adalah suatu cara untuk membuat komputer dapat berpikir secara
pintar menurut Levine, Edelson dan Drang (1990, p3).
Kecerdasan buatan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara komputer untuk
melakukan sesuatu yang dilakukan manusia dengan lebih baik menurut Rich (1983, p1).
Kecerdasan buatan adalah ilmu yang mempelajari tentang mental facility melalui
penggunaan model komputer. Mental facility yang dimaksud adalah sebuah alat bantu yang
berupa model komputer yang dapat memberikan gambaran hidup manusia dalam
memberikan keputusan menurut Charniak dan McDermott (1984, p6).
8
Kecerdasan buatan adalah suatu cabang ilmu komputer yang berusaha memberikan
kecerdasan kepada komputer dengan teori dan prinsip-prinsip terapan termasuk penggunaan
data terstruktur dalam mempresentasikan suatu informasi, algoritma untuk memanipulasi
informasi dan bahasa serta teknik pemograman yang selanjutnya untuk pengimplementasian
(Luger dan Stubblefield, 1993, p1). Dalam pernyataan ini ditekankan lebih lanjut bahwa
manusia memberikan kecerdasan kepada komputer melalui prinsip terapan yang dapat
digunakan komputer untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan manusia. Lebih lanjut
Luger dan Stubblefield (1993, p1) menambahkan bahwa artificial intelegence dapat juga
didefinisikan sebagai cabang dari ilmu komputer yang dihasilkan melalui otomatisasi dari
tingkah laku yang cerdas.
2.1.2 Aplikasi Kecerdasan Buatan
Aplikasi kecerdasan buatan menurut Luger dan Stubblefield (1993, p14), yaitu :
a.
Permainan (game playing)
b.
Perkembangan Automata dan Pembuktian Teorema (automated
reasoning and theorem proofing)
c.
Sistem Pakar (expert system)
d.
Pemahaman Bahasa Alami dan Model Semantik (natural language
understanding and semantic modelling)
e.
Pemodelan Penampilan Manusia (modelling human performance)
f.
Robot (robotic)
g.
Perencanaan (planning)
h.
Mesin yang Belajar (machine learning)
i.
Jaringan Saraf (neural network)
9
j.
Proses Distribusi secara Pararel (pararell distributed processing)
Dari beberapa bidang aplikasi kecerdasan buatan yang dikemukakan di atas, penulis
hanya membahas tentang sistem pakar saja.
2.2
Sistem Pakar
Pembahasan sistem pakar dalam sub bab ini dijelaskan mengenai sejarah sistem
pakar, pengertian tentang sistem pakar, konsep dasar sistem pakar, struktur sistem pakar,
keuntungan dan kelemahan sistem pakar, proses akuisisi pengetahuan, representasi
pengetahuan, inferensi dengan rules, pendekatan pencarian, daur hidup pengembangan
sistem pakar dan faktor kepastian yang akan diuraikan lebih lanjut dalam paragraf berikut.
2.2.1 Sejarah Sistem Pakar
Sistem pakar dikembangkan oleh komunitas kecerdasan buatan pada pertengahan
tahun 1960. Pada periode ini penelitian kecerdasan buatan didominasi pada kepercayaan
terhadap beberapa pasang dari penalaran hukum dengan kemampuan komputer akan
menghasilkan pakar atau bahkan menampilkan tujuan umum seorang manusia (Turban,
1992, p74).
Pada pertengahan tahun 1970, beberapa sistem pakar sudah mulai muncul.
Memahami pentingnya peranan pengetahuan pada sistem ini, para ilmuwan kecerdasan
buatan bekerja untuk mengembangkan teori-teori representasi pengetahuan dan prosedur
pengambilan keputusan secara umum dan kesimpulan-kesimpulan (Turban, 1992, p75).
Pada awal tahun 1980–an, teknologi sistem pakar pertama dibatasi oleh pandangan
akademis dan mulai terlihat sebagai aplikasi yang komersial seperti XCON, XSTL dan
10
CATS-1. Sebagai tambahan untuk membangun sistem pakar, usaha yang sangat mendasar
adalah membangun alat untuk mempercepat konstruksi dari sistem pakar seperti MYCIN dan
AGE. Sejak akhir tahun 1980-an, perkembangan software berkembang sejalan dengan
perkembangan komputer termasuk mikro komputer (Turban, 1992, p76).
2.2.2 Pengertian tentang Sistem Pakar
Istilah sistem pakar berasal dari istilah knowledge-based expert system. Ini
dikarenakan sistem pakar menggunakan human knowledge yang dimasukkan ke dalam
komputer untuk memecahkan masalah yang umumnya memerlukan keahlian seorang expert
atau pakar. Sistem pakar dapat digunakan oleh non-expert guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan oleh expert sebagai knowledge assistant (Turban, 2001, p402).
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang sistem pakar menurut :
a.
Turban (2001, p402), “Sistem pakar adalah sebuah sistem yang menggunakan
pengetahuan manusia dimana pengetahuan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah
komputer dan kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
biasanya membutuhkan kepakaran atau keahlian manusia”.
b.
Jackson
(1999,
p3),
“Sistem
pakar
adalah
program
komputer
yang
merepresentasikan dan melakukan penalaran dengan pengetahuan beberapa pakar untuk
memecahkan masalah atau memberikan saran”.
c.
Luger dan Stubblefield (1993, p308), “Sistem pakar adalah program yang
berbasiskan pengetahuan yang menyediakan solusi “kualitas pakar” kepada masalahmasalah dalam bidang (domain) yang spesifik”.
11
2.2.3 Konsep Dasar Sistem Pakar
Konsep dasar sistem pakar meliputi enam hal berikut ini (Turban, 2001, p408) :
a.
Kepakaran (Expertise)
Kepakaran merupakan suatu hal yang luas, untuk tugas khusus dimana pengetahuan
diperoleh dari pelatihan, membaca dan pengalaman (Turban, 2001, p408). Kepakaran itu
sendiri meliputi pengetahuan tentang :
1)
Fakta-fakta tentang bidang permasalahan
2)
Teori-teori tentang bidang permasalahan
3)
Aturan-aturan dan prosedur-prosedur menurut bidang permasalahan
umumnya
4)
Aturan-aturan (heuristic) tentang apa yang harus dikerjakan dalam suatu
situasi tertentu
5)
Strategi global untuk memecahkan permasalahan semacam ini
6)
Pengetahuan tentang pengetahuan (meta knowledge)
b.
Pakar (Expert)
Dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan seorang pakar merupakan hal yang
sulit karena harus diperhatikan juga tentang derajat atau tingkat dari kepakaran
(pertanyaannya adalah berapa banyak kepakaran yang harus dimiliki oleh seseorang
sebelum berhak dikatakan sebagai seorang pakar) (Turban, 2001, p409).
Kepakaran dari seorang manusia meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini yaitu :
1)
Mengenali dan memformulasikan permasalahan
2)
Memecahkan permasalahan secara cepat dan tepat
3)
Menerangkan pemecahannya
12
4)
Belajar dari pengalaman
5)
Merestrukturisasi pengetahuan
6)
Memecahkan aturan-aturan
7)
Menentukan relevansi
c.
Pemindahan Kepakaran (Transferring Expertise)
Tujuan dari sebuah sistem pakar adalah untuk memindahkan kepakaran dari seorang
pakar ke dalam sebuah komputer dan kemudian kepada manusia lainnya (bukan pakar)
(Turban, 2001, p409). Proses ini melibatkan empat kegiatan, yaitu :
d.
1)
Akuisisi pengetahuan (dari pakar atau sumber lain)
2)
Representasi pengetahuan (pada komputer)
3)
Inferensi pengetahuan
4)
Pemindahan pengetahuan ke user
Inferensi (Inferencing)
Inferensi merupakan bentuk yang unik dari sistem pakar karena kemampuannya dalam
melakukan penalaran (“berpikir”). Semua hal yang diberikan oleh sistem pakar akan
disimpan pada basis pengetahuan, kemudian program yang ada dapat mengakses ke
dalam database. Komputer diprogram sehingga dapat mengambil kesimpulan. Inferensi
ditampilkan pada suatu komponen yang disebut mesin inferensi dimana mencakup
prosedur-prosedur mengenai pemecahan masalah (Turban, 2001, p409).
e.
Aturan-aturan (Rule)
13
Banyak peralatan (tool) sistem pakar yang komersial dan sistem yang siap jadi (readymade) adalah sistem yang berbasis rule (rule-based systems), yaitu pengetahuan
disimpan terutama dalam bentuk rule, sebagai prosedur-prosedur pemecahan masalah
(Turban, 2001, p410).
Contoh rule pada sistem ini adalah sebagai berikut :
JIKA mesin sedang tidak bekerja dan
bahan bakar kurang dari 38 psi DAN
alat pengukur berfungsi
MAKA sistem bahan bakarnya rusak.
f.
Kemampuan menjelaskan (Explanation Capability)
Bentuk unik lainnya dari sistem pakar adalah kemampuannya untuk menjelaskan saran
atau rekomendasi yang diberikannya. Penjelasan dan pembenaran tersebut dilakukan
dalam subsistem yang disebut subsistem pembenaran (justifier) atau penjelasan
(explanation). Bagian dari sistem ini memungkinkan sistem untuk memeriksa penalaran
yang dibuatnya sendiri dan menjelaskan operasi-operasinya. Karakteristik dan
kemampuan yang dimiliki oleh sistem pakar membuatnya berbeda dari sistem
konvensional (Turban, 2001, p410).
Perbandingan antara sistem pakar dan sistem konvensional diterangkan pada Tabel 2.1
(Turban, 2001, p410) :
14
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan antara Sistem Konvensional dengan Sistem Pakar
Sistem Konvensional
Sistem Pakar
Informasi dan pemrosesannya biasanya
digabungkan
dalam
satu
program
sekuensial.
Basis pengetahuan dipisahkan secara jelas dengan
mekanisme pemrosesan (inferensi) yaitu aturan-aturan
pengetahuan dipisahkan dari kontrol.
Program tidak membuat kesalahan (yang
membuat kesalahan : pemrogram atau
user).
Program dapat berbuat kesalahan.
Biasanya tidak menerangkan mengapa
data masukan diperlukan atau bagaimana
kesimpulan ditarik.
Keterangan biasanya merupakan bagian dari hampir
semua sistem pakar.
Perubahan program sangat menyulitkan.
Perubahan dalam
dilaksanakan.
Sistem hanya beroperasi setelah lengkap
atau selesai.
Sistem dapat beroperasi hanya dengan aturan-aturan
yang sedikit (sebagai prototipe awal).
Eksekusi dilakukan langkah demi langkah
(algoritmik).
Eksekusi dilakukan dengan menggunakan heuristik dan
logika.
Perlu informasi
beroperasi.
Dapat beroperasi dengan informasi yang tidak lengkap
atau tidak tentu.
lengkap
agar
bisa
aturan-aturan
mudah
untuk
Manipulasi efektif dari basis data yang
besar.
Manipulasi efektif dari basis pengetahuan yang besar.
Representasi dan penggunaan data.
Representasi dan penggunaan pengetahuan.
Tujuan utama : efisiensi.
Tujuan utama : efektivitas.
Mudah berurusan dengan data kuantitatif.
Mudah berurusan dengan data kualitatif.
Menangkap,
menambah
dan
mendistribusikan akses ke data numerik
atau informasi.
Menangkap, menambah dan mendistribusikan akses ke
pertimbangan dan pengetahuan.
15
2.2.4 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar terdiri dari dua bagian yang penting, yaitu lingkungan pengembangan
(development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
Lingkungan pengembangan biasanya digunakan oleh pembuat sistem pakar untuk
membangun komponen-komponennya dan untuk memperkenalkan pengetahuan ke dalam
knowledge base (basis pengetahuan). Lingkungan konsultasi digunakan oleh yang bukan
pakar untuk mendapatkan pengetahuan dan nasehat dari pakar (Turban, 2001, p410).
Komponen-komponen yang penting dalam sebuah sistem pakar menurut Turban
(2001, p411) adalah :
a.
Subsistem Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition Subsystem)
Knowledge acquisition merupakan akumulasi, pemindahan dan transformasi pemecahan
masalah kepakaran dari pakar atau dokumentasi sumber pengetahuan ke dalam program
komputer untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan (Turban, 2001, p411).
Sumber-sumber pengetahuan yang potensial meliputi pakar, buku, dokumen multimedia,
basis data, laporan riset khusus, dan informasi yang terdapat di Web.
b.
Basis Pengetahuan (Knowledge Base)
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan yang diperlukan untuk memahami,
memformulasikan dan menyelesaikan masalah (Turban, 2001, p412). Basis pengetahuan
terdiri dari dua elemen dasar, yaitu :
1)
Fakta, seperti situasi masalah dan teori dari area masalah.
16
2)
Heuristik khusus atau aturan-aturan yang mengarahkan penggunaan
pengetahuan dalam menyelesaikan masalah khusus pada domain khusus.
c.
Mesin Inferensi (Inference Engine)
Otak dari sistem pakar adalah mesin inferensi, yang juga dikenal sebagai struktur kontrol
atau penterjemah aturan (rule interpreter) dalam sistem pakar berbasiskan aturan
(Turban, 2001, p412). Komponen ini merupakan program komputer yang menyediakan
suatu metodologi untuk membuat alasan mengenai pengetahuan yang terdapat dalam
basis pengetahuan dan dalam “blackboard” dan untuk memformulasikan kesimpulan.
d.
Daerah Kerja (Blackboard)
Blackboard adalah suatu area pada memori yang sedang bekerja yang seolah-olah
berfungsi sebagai basis data untuk menjelaskan sebuah masalah yang sedang terjadi,
seperti yang dispesifikasi oleh data masukan; dan juga digunakan untuk merekam hasil
sementara (Turban, 2001, p412). Tiga tipe keputusan yang dapat direkam pada
blackboard, yaitu : rencana, agenda dan solusi.
e.
Antarmuka Pemakai (User Interface)
Sistem pakar mengandung bahasa prosesor yang mudah untuk komunikasi yang
berorientasi pada masalah antara pengguna dan komputer. Komunikasi ini paling bagus
disajikan dalam bahasa alami (natural language) dan dalam beberapa kasus dapat
dilengkapi dengan grafik, menu dan formulir elektronik (Turban, 2001, p412).
f.
Subsistem Penjelasan (Explanation Subsystem / Justifier)
17
Kemampuan menelusuri tanggung jawab dalam memperoleh kesimpulan kepada sumber
adalah sangat penting baik dalam pemindahan keahlian pakar maupun dalam pemecahan
masalah (Turban, 2001, p412).
g.
Sistem Perbaikan Pengetahuan (KnowledgeRefining System)
Para pakar memiliki knowledge refining system dimana dengan sistem ini mereka dapat
menganalisis pengetahuan dan manfaatnya, belajar dari kesalahan dan memperbaikinya
untuk konsultasi pada masa mendatang. Evaluasi seperti itu diperlukan dalam
computerized learning agar program dapat menganalisis alasan-alasan kesuksesan dan
kegagalannya. Ini dapat menuju kepada kemajuan yang menghasilkan basis pengetahuan
yang lebih baik dan penalaran yang lebih efektif (Turban, 2001, p413).
h.
Pemakai (User)
Pemakai sistem pakar biasanya bukan seorang pakar (non-expert) yang membutuhkan
saran atau pelatihan (training) (Turban, 2001, p413).
2.2.5 Proses Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan dapat diartikan sebagai proses mendapatkan, menstrukturisasi
dan mengorganisasi pengetahuan dari satu atau beberapa sumber (Turban, 1992, p117).
Proses akuisisi pengetahuan dibagi ke dalam lima tahap menurut Turban (1992, p126-128),
yaitu :
a.
Identifikasi
Identifikasi merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
Masalah bisa dibagi menjadi sub-masalah jika perlu, partisipan (pakar dan pengguna)
18
diidentifikasi, dan sumber daya diuraikan. Knowledge engineer mempelajari situasi dan
menyetujui maksud dari pembuatan aplikasi kecerdasan buatan.
b.
Konseptualisasi
Konseptualisasi merupakan tahapan menentukan konsep untuk menggambarkan
pengetahuan. Pengetahuan yang relevan dengan pengambilan keputusan untuk suatu
situasi sangat beragam sehingga perlu ditentukan konsep dan hubungannya.
c.
Formalisasi
Formalisasi merupakan tahapan untuk merancang struktur guna mengorganisasikan
pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh
untuk
direpresentasikan
ke
dalam basis
pengetahuan. Cara bagaimana pengetahuan diorganisasikan dan direpresentasikan dapat
menentukan metodologi akuisisi.
d.
Implementasi
Implementasi merupakan tahapan memformulasikan aturan-aturan untuk menampung
pengetahuan ke dalam komputer. Sebuah prototipe sistem pakar dikembangkan pada
tahap ini.
e.
Pengujian
Tahap yang terakhir adalah pengujian terhadap sistem pakar yang telah dibangun.
Pengujian dilakukan oleh knowledge engineer dengan contoh-contoh kasus kemudian
19
hasilnya ditunjukkan kepada pakar dan aturan-aturan (rule atau frame) ditinjau kembali
bila perlu.
2.2.6 Representasi Pengetahuan
Semua sistem kecerdasan buatan terbuat dari dua bagian yaitu basis pengetahuan dan
mekanisme inferensi (mesin). Basis pengetahuan mengandung fakta-fakta tentang objekobjek dalam domain terpilih. Basis pengetahuan juga dapat berupa konsep, teori, dan
prosedur. Basis pengetahuan membentuk sumber kecerdasan sistem dan digunakan
mekanisme inferensi untuk membuat kesimpulan (Turban, 1995, p559).
Ada beberapa cara merepresentasikan pengetahuan menurut Turban (1995, p560),
antara lain :
a.
Propositional Logic
Proposisi adalah sebuah pernyataan yang dapat bernilai benar atau salah. Model ini
menggunakan kumpulan premis atau pernyataan yang diterima untuk membentuk suatu
kesimpulan (Turban, 1995, p560).
Contoh : Pernyataan A
= Tukang pos bertugas dari hari Senin sampai
Sabtu
b.
Pernyataan B
= Hari ini adalah hari Minggu
Kesimpulan C
= Hari ini tukang pos tidak akan datang
Predicate Calculus
Predicate calculus adalah suatu perluasan dan generalisasi (umum) yang menyediakan
kekuatan dan efisiensi yang lebih besar untuk membuat inferensi logika. Predikat logis
20
memperbolehkan untuk membagi pernyataan-pernyataan menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil yaitu penamaan objek ataupun karakteristik objek (Turban, 1995, p561).
c.
Semantic Network
Menurut Turban (1995, p561) semantic network adalah gambaran grafis dari
pengetahuan yang terdiri dari simpul (nodes) dan hubungan (link) yang memperlihatkan
hubungan hirarkis diantara objek. Sedangkan Carrico et al (1989, p64) menyatakan
bahwa fungsi semantic network adalah melakukan pemeriksaan dan validasi dengan
memperhatikan arah dengan lebih dari satu point.
d.
Script, list, table, tree
Script adalah suatu skema representasi pengetahuan yang menggambarkan sekuen dari
kejadian-kejadian (events) menurut Turban (1995, p563). Definisi ini juga didukung oleh
Luger dan Stubblefield (1989, p363) yang mengemukakan script sebagai representasi
terstruktur yang menggambarkan kejadian-kejadian yang biasa terjadi di dalam sebuah
konteks khusus. Elemen-elemen dari script adalah memasukkan kondisi (entry
condition), prop, rule, track dan scene. Memasukkan kondisi adalah menggambarkan
situasi yang harus dipenuhi sebelum kejadian-kejadian tersebut menjadi valid. Prop
mengacu kepada objek yang digunakan di dalam rangkaian-rangkaian kejadian yang ada.
Rule mengacu kepada orang yang terlibat (Turban, 1995, p564).
List adalah daftar tertulis dari item-item yang berhubungan. Dapat berupa daftar orang
yang dikenal, benda-benda yang harus dibeli, hal-hal yang harus dilakukan, atau produkproduk dalam suatu katalog. List biasanya digunakan untuk menampilkan hirarkis
21
pengetahuan dimana objek berupa grup, kategori, tingkatan dari hubungan (Turban,
1995, p564).
Decision table (tabel keputusan) adalah pengetahuan yang diatur dalam format lembaran
kerja (spreadsheet), menggunakan kolom baris menurut Turban (1995, p564). Sedangkan
menurut Carrico et al (1989, p74) tabel keputusan adalah suatu metode untuk
mendokumentasikan prosedur-prosedur. Dari kedua pendapat diatas terdapat kesamaan
bahwa decision table itu merupakan suatu dokumentasi yang berupa lembaran kerja.
e.
Object, attribute, dan values
Salah satu cara yang paling umum untuk mempresentasikan pengetahuan adalah dengan
menggunakan object, attribute dan values atau disebut O-A-V triplet. Object dapat
berupa fisik atau konsepsi. Attribute merupakan karakteristik dari object. Sedangkan
values adalah ukuran spesifik dari attribute dalam situasi tertentu (Turban, 1995, p565).
f.
Frame
Frame adalah struktur data yang berisi semua pengetahuan tentang objek tertentu.
Pengetahuan ini diatur dalam suatu struktur hirarki khusus yang memperbolehkan
diagnosis terhadap independensi pengetahuan (Turban, 1995, p569). Pengetahuan di
dalam sebuah frame dibagi menjadi beberapa slot. Sebuah slot dapat menerangkan
pengetahuan yang ada di dalam frame, misalnya warna suatu mobil atau pengetahuan
berupa prosedur-prosedur. Slot juga lebih dikenal sebagai konvensional program sebagai
field atau attribute. Frame serupa dengan spreadsheet dan database di dalam
konvensional program, karena record pada database benar-benar berisi pengetahuan.
22
g.
Production Rules
Sistem produksi dikembangkan oleh Newell dan Simon sebagai model dari kognisi
manusia. Ide dasar dari sistem ini adalah pengetahuan yang digambarkan sebagai
production rules dalam bentuk pasangan kondisi-aksi. Sistem produksi terdiri dari rulerule, working memory dan sebuah kontrol (Turban, 1992, p571). Sistem semacam ini
secara penuh digunakan sebagai mekanisasi untuk mengontrol interaksi antara sistem
yang dideklarasikan dan prosedur-prosedur pengetahuan.
2.2.7 Inferensi dengan Rules : Forward dan Backward Chaining
Inferensi dengan rules dibagi menjadi dua macam menurut Turban (1995, p597),
yaitu :
a.
Forward Chaining
Menurut Turban (1995, p597), penalaran maju (forward chaining) adalah teknik
penelusuran yang berorientasi pada data (data-driven oriented search). Pendekatan dari
prosedur pencarian ini dimulai dengan informasi (gejala, bukti ataupun fakta) dari
masalah sebagai input, kemudian petunjuk-petunjuk yang diproses selama pencarian
akan digunakan untuk menemukan solusi. Sistem pakar akan menganalisa masalah
dengan menggunakan fakta-fakta yang cocok dengan bagian IF dari rules IF-THEN.
Setelah setiap rule diuji, sistem pakar akan bekerja untuk mencari kesimpulan.
23
Fakta 1
Kaidah C
Kesimpulan 1
Fakta 2
Kaidah D
Kesimpulan 2
Fakta 3
Kaidah E
Kesimpulan 3
Kaidah A
Observasi 1
Kaidah B
Observasi 2
Kesimpulan 4
Gambar 2.1 Forward Chaining
b.
Backward Chaining
Backward chaining adalah suatu metode strategi pencarian dengan pengendalian tujuan
(strategi goal-driven). Metode ini dimulai dengan pengendalian tujuan dan bekerja
mundur ke arah kondisi awal. Proses diawali dengan sebuah hipotesis kemudian
pencarian mulai dijalankan untuk menemukan dan membuktikan kebenaran akan faktafakta penunjang yang penting. Proses berakhir dengan penerimaan atau penolakan
terhadap hipotesa (Turban, 1995, p574).
Observasi 1
Kaidah A
Fakta 1
Kaidah D
Observasi 2
Kaidah B
Fakta 2
Tujuan
Kaidah E
Observasi 3
Kaidah C
Fakta 3
Observasi 4
Gambar 2.2 Backward Chaining
24
2.2.8 Pendekatan Pencarian
Metode pencarian parsial dalam sistem pakar dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Pencarian melebar (breadth first search)
Menurut Turban (1992, p53), metode pencarian melebar adalah suatu pengujian yang
dilakukan pada semua node di dalam sebuah pohon pencarian (search tree), dimulai
dengan node pada akar (root node). Node-node pada masing-masing level diuji dengan
lengkap sebelum beranjak ke level berikutnya seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Pencarian dengan metode ini umumnya akan menghasilkan jalur terpendek antara state
awal dengan state tujuan dengan jumlah langkah yang sedikit (Turban, 1992, p54).
Proses dimulai dari state awal dan bekerja dengan arah menurun dari kiri ke kanan pada
pohon (tree). Sebuah node yang terakhir tidak perlu dipaksakan sebagai node tujuan
karena node tersebut dapat berupa node buntu (dead-end node). Metode pencarian
melebar baik untuk digunakan jika jumlah jalur yang berasal dari setiap tujuan relatif
kecil dan jumlah level pada setiap cabang berbeda kedalamannya.
Keuntungan dari metode ini adalah proses pencarian tidak akan terjebak untuk
melakukan pencarian pada suatu jalur yang buntu atau tidak membawa hasil. Tetapi
dengan metode ini dibutuhkan memori yang cukup besar karena seluruh pohon pencarian
akan disimpan ke dalam memori (Rich dan Knight, 1991, p39).
Root Node
(Start)
Level 0
1
2
3
4
Level 1
25
Gambar 2.3 Breadth First Search
b.
Pencarian mendalam (depth first search).
Pencarian dengan menggunakan pendekatan ini akan dimulai pada node akar dan bekerja
dengan arah menurun berturut-turut ke dalam level yang lebih tinggi atau dalam (Turban,
1992, p55) seperti terlihat pada gambar 2.2. Sebuah operator dijalankan kepada node
untuk menghasilkan node selanjutnya yang lebih dalam pada baris tersebut. Proses ini
terus berlangsung sampai sebuah solusi ditemukan atau pencarian mundur (backtracking)
terpaksa dihentikan karena menghadapi jalan buntu.
Proses ini mencari node terdalam yang mungkin. Jika state tujuan tidak dapat dilakukan
dengan cara ini, pencarian dikembalikan ke node pada level tertinggi berikutnya yang
terdapat jalur tambahan untuk diikuti. Proses ini terus berlangsung dengan arah menurun
dari bagian kiri ke kanan sampai state tujuan ditemukan (pada contoh menurut gambar,
pencarian akan berhenti pada node 13).
Ketika node buntu ditemukan, seperti node 4 pada gambar, proses pencarian
dikembalikan ke awal sehingga cabang tambahan alternatif yang lain pada level tertinggi
berikutnya juga diuji. Dengan backtracking maka pencarian mundur kembali ke node 3.
node 3 tidak mempunyai jalur alternatif sehingga backtracking kembali ke node 2. Pada
26
node ini terdapat jalur lain yang melewati node 5. Kemudian jalur yang melalui node 6
diperiksa sampai tidak terdapat lagi node pada kedalaman tersebut. Pencarian mundur
terus dilakukan sampai tujuan yang diinginkan tercapai.
Pencarian dengan metode ini menjamin suatu jawaban atau hasil, tetapi proses pencarian
dapat menghabiskan waktu yang cukup lama. Metode ini cocok untuk digunakan pada
kasus-kasus dimana terdapat jalur pendek dan tidak terdapat bagian-bagian cabang yang
lebar (Turban, 1992, p56). Keuntungan lain dari metode ini adalah tidak diperlukannya
memori yang cukup besar, karena hanya node pada jalur yang aktif yang disimpan ke
dalam memori (Rich dan Knight, 1991, p39).
Root Node
(Start)
1
2
3
4
5
6
7
8
11
9
12
10
13
(Goal end)
Gambar 2.4 Depth First Search
2.2.9 Daur Hidup Pengembangan Sistem Pakar
14
15
16
27
Dalam membangun sistem pakar, perlu diperhatikan bagaimana jalannya proses
sistem tersebut sehingga menghasilkan sistem yang diinginkan. Proses ini dijelaskan oleh
Turban (1992, p403-434) yang dibagi menjadi enam fase, yaitu :
Fase pertama – Inisialisasi Proyek
a.
Fase ini mencakup, pertama, pendefinisian masalah dan pengkajian kebutuhan. Kedua,
evaluasi alternatif solusi. Sebelum mengembangkan suatu sistem pakar, hendaklah
memperhatikan alternatif solusinya dari suatu masalah sehingga dapat dipecahakan tanpa
menggunakan sistem pakar. Ketiga, verifikasi pendekatan sistem pakar. Keempat,
perhatian terhadap isu manajemen. Maksudnya adalah siapa yang memulai suatu proyek,
ketersediaan finansial, ketersediaan sumber daya lain dan nilai jual proyek.
Fase kedua – Analisis dan Perancangan Sistem
b.
Setelah masalah didefinisikan, mulai dibuat konsep-konsep dasar dan perancangan
terhadap sistem. Sebuah desain terhadap sistem sudah harus dibuat dan pada tahap ini,
sumber terhadap pengetahuan mulai dicari. Analisis juga dilakukan terhadap biaya dan
manfaat.
c.
Fase ketiga – Rapid Prototyping dan Demonstrasi Prototipe
Pada tahap ini, sebuah prototipe sederhana dibangun kemudian dicoba dan diperbaiki
atas kekurangannya. Pada tahap ini, juga didemonstrasikan bagaimana cara kerja sistem
dan juga dianalisis kelayakannya.
d.
Fase keempat – Pengembangan Sistem
28
Setelah dibuat prototipenya kemudian pada tahap ini, sistem dikembangkan. Pada tahap
ini juga pengetahuan dari seorang pakar mulai “dimasukkan” ke dalam sistem sebagai
basis pengetahuan. Setelah semuanya selesai, sistem ini diuji lagi, divalidasi dan
diperbaiki.
e.
Fase kelima – Implementasi
Pada tahap ini, dimulai demonstrasi kepada pengguna. Jika pengguna telah menyetujui,
maka dimulai instalasi, pemasangan, orientasi, pelatihan terhadap sistem dan juga dibuat
dokumentasinya terhadap sistem tersebut.
f.
Fase keenam – Post Implementasi
Setelah sistem diinstal, pengoperasian sistem diawasi. Jika terjadi kerusakan, maka
dilakukan maintenance dan pada tahap ini, juga dilakukan upgrades terhadap
perkembangan software oleh pembuat software. Evaluasi juga dilakukan secara periodik.
2.2.10 Faktor Kepastian (Certainty Factors)
Pada kenyataan sehari–hari seorang pakar seringkali berhadapan dengan hal–hal yang
tidak pasti dan tidak menentu, maka suatu sistem pakar harus dapat menangani masalah yang
berhubungan dengan ketidakpastian tersebut. Menurut Turban (1992, p247), ketidakyakinan
dalam kecerdasan buatan adalah jangkauan luas dari situasi dimana informasi sebenarnya
tidak mencukupi disebabkan oleh adanya :
a.
Informasi atau data tidak lengkap.
b.
Informasi atau data tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
c.
Bahasa penyajiannya kurang tepat.
29
d.
Informasi atau data berasal dari berbagai sumber dan saling bertolak
belakang.
e.
Informasi atau data bersifat tipikal atau mirip.
Faktor kepastian ini bukanlah probabilitas, jadi faktor kepastian tidak harus bernilai
satu (1). Berdasarkan presentase antara jumlah hasil yang dicari dengan jumlah seluruh
contoh yang ada maka dapat ditemukan besarnya faktor kepastian. Teori kepastian
mempercayakan penggunaan faktor kepastian (certainty factor). Certainty Factor (CF)
menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian atau fakta atau hipotesa berbasis pada bukti
atau penilaian pakar. Beberapa metode menggunakan Certainty Factor dalam penanganan
ketidakpastian dalam sebuah sistem berbasis pengetahuan, dimana angka 100 diberikan
untuk kepercayaan sepenuhnya dan angka 0 diberikan untuk keyakinan yang tidak benar.
Teori kepastian mengenal konsep kepercayaan dan ketidakpercayaan. Jadi sebagai contoh ,
jika seorang pakar percaya bahwa peluang 75% untuk sesuatu akan terjadi, 25% peluang
bahwa kejadian ini tidak terjadi. Konsep ini tergantung dari yang lainnya dan tidak dapat
digabungkan sperti probabilitas, tapi dapat digabungkan sesuai dengan rumus berikut :
CF(P,E)=MB(P,E)-MD(P,E)
Dimana :
CF = Certainty Factor
MB = Measure of Belief (ukuran kepercayaan)
MD = Measure of Disbelief (ukuran ketidakpercayaan)
P = Probability (probabilitas)
E= Evidence (bukti )
30
2.2.11 Penggabungan Faktor Kepastian
Faktor kepastian (certainty factor) dapat digunakan untuk menggabungkan
penaksiran yang berbeda dari pakar dalam beberapa cara. Menurut Turban (1992, p253),
faktor-faktor ketidakpastian dapat digunakan dengan menggabungkan penilaian yang
berbeda dari pakar-pakar dengan beberapa cara , yaitu :
1.
Menggabungkan rule yang menggunakan operator “dan” atau “atau”
Mempertimbangkan aturan ini sebuah operator AND :
IF inflasi di bawah 5% , CF = 50% (A) AND
IF rata – rata pengangguran dibawah 7% , CF = 70% (B) ,AND
IF harga turun , CF = 100% (C) THEN harga stok turun
Untuk tipe dari aturan ini, untuk penyelesaian yang benar, semua IF harus benar.
Penyelesaian dari CF akan jadi CF yang minimal dari IF :
CF(A,B,and C)=min [CF(A),CF(B),CF(C)]
Pada kasus ini , CF untuk harga stok turun menjadi 50%.
Berikut ini adalah aturan yang menggunakan operator OR :
IF inflasi rendah , CF = 70% ; OR
IF inflasi naik , CF =85% THEN harga stok akan naik
Dalam kasus ini cukup hanya satu dari IF yang benar , maka penyelesaiannya akan benar.
Jadi, jika kedua IF diyakinkan benar (pada CFnya) kemudian penyelesaian akan
mempunyai sebuah CF dengan maksimal dari dua pernyataan :
CF(A or B) = maks [CF(A),CF(B)]
Pada kasus ini , CF = 0.85 untuk harga stok yang naik.
31
2.
Menggabungkan dua buah rule atau lebih
Pada saat ini kita memiliki basis pengetahuan dengan beberapa aturan yang tiap-tiap
aturan memiliki kesimpulan yang sama tetapi faktor kepastian yang berbeda maka tiaptiap aturan dapat dilihat sebagai bagian bukti yang mendukung kesimpulan gabungan.
Faktor kepastian dari suatu kesimpulan dapat dihitung dengan cara mengkombinasikan
bukti-bukti dengan rumus :
CF (R1,R2) = CF(R1) + CF(R2)[1-CF(R1)]
atau
CF (R1,R2) = CF(R1) + CF(R2) – CF(R1)* CF(R2)
Contoh :
R1 : Jika rata-rata inflasi kurang dari 5%
Maka harga persediaan naik (CF=0,7)
R2 : Jika tidak pengangguran kurang dari 7%
Maka harga persediaan naik (CF=0,6)
Nilai faktor kepastian gabungan :
CF gabungan = 0,7 + 0,6 - (0,7*0,6)
= 1,3 - 0,42
= 0,88
Hasil penggabungan dari dua kemungkinan yang saling berkaitan akan dihasilkan
dengan rumus sebagai berikut :
CF (R1,R2) = CF(R1) * CF(R2)
Misalkan ada tambahan rule baru :
32
R3 : jika kenaikan harga obligasi
Maka harga persediaan naik (CF=0,85)
Maka digunakan formula :
CF(R1,R2,R3) = CF(R1,R2) + CF(R3)[1-CF(R1,R2)]
Atau
CF(R1,R2,R3) = CF(R1,R2) + CF(R3) – [CF(R1,R2) *
CF(R3)]
Dan nilai faktor kepastian gabungan adalah :
CF gabungan s= 0,88 + 0,85 –(0,88 * 0,85)
= 1,73 – 0,748
= 0,982
2.3
CLIPS
CLIPS adalah alat bantu (tool) pengembangan sistem pakar yang menyediakan
lingkungan yang lengkap untuk membangun konstruksi aturan-aturan dalam sistem pakar
berbasis objek. CLIPS dibuat pada tahun 1985, didesain menggunakan bahasa pemrograman
C di NASA / Johnson Space Center. CLIPS digunakan pada berbagai bidang baik di industri,
pemerintahan, dan akademis. Beberapa elemen kunci dalam CLIPS (Giarratano dan Riley,
1998, p323)adalah :
a.
Representasi pengetahuan ( knowledge representation)
CLIPS menyediakan alat untuk menangani pengetahuan yang luas dan beragam dengan
paradigma pemrograman yang berbeda.
b.
Portabilitas (portability)
CLIPS dibangun dengan bahasa C dengan pertimbangan kecepatan dan fleksibilitas
penginstallan ke sistem operasi yang berbeda, seperti windows 95/98/NT, Unix. CLIPS
33
dibuat dengan source code yang mudah dimodifikasi untuk mentolerir keinginan spesifik
dari pengguna.
c.
Integrasi / kesatuan (integration)
CLIPS dapat dimasukkan pada procedural code atau yang biasa disebut subroutine, dan
juga dapat diintegrasikan dengan bahasa lain, yaitu C, Java, FORTRAN, dan ADA.
d.
Pengembangan interaktif (interactive development)
Versi standar dari CLIPS menyediakan lingkungan pengmbangan yang interaktif dengan
berbasis text, termasuk didalamnya bantuan untuk debugging (debugging aids), on-line
help, dan integrated editor, serta berbagai windows dikembangkan untuk windows
environment.
e.
Verifikasi dan validasi
CLIPS menyediakan beberapa fitur dalam verifikasi dan validasi sebuah sistem pakar,
termasuk didalamnya mendukung modular design dan mempartisi basis pengetahuan,
pengecekan slot values dan function arguments dan semantic analysis dari suatu pola
aturan untuk mencegah aturan menuju ke hasil error.
f.
Dokumentasi lengkap (fully documented )
CLIPS menyediakan dokumentasi lengkap serta referensi manual dan user’s guide.
g.
Biaya rendah (low cost)
Dikembangkan sebagai public domain software.
2.4
Penyakit Bayi dan Anak yang Disebabkan oleh Infeksi Virus
Pembahasan penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus dalam sub
bab ini dijelaskan mengenai virus, reproduksi virus, penularan virus dan jenis penyakit bayi
34
dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus yang akan diuraikan lebih lanjut dalam paragraf
berikut.
2.4.1 Virus
Virus adalah mikroorganisme paling kecil dan paling sederhana yang menyebabkan
dan menularkan penyakit. Bentuknya hanya berupa sebuah bongkahan kecil gen yang
diselimuti oleh sebuah selimut pelindung yang terbuat dari protein. Besarnya hanya seperjuta
inci sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa.
2.4.2
Reproduksi Virus
Virus tidak mampu berkembang atau bereproduksi di luar tubuh tempat ia menetap.
Virus berkembang biak dengan cara memasukkan gen mereka ke dalam sel hidup yang sehat
sehingga dapat memproduksi beribu-beribu virus yang baru dalam satu proses reproduksi.
Selama penggandaan dirinya, virus mengintegrasikan materi genetiknya (DNA atau RNA)
ke dalam sel tempat ia menetap tersebut menjadi sebuah provirus dan menggunakan
mekanisme biologis sel-sel tersebut untuk mereproduksi partikel virus baru.
2.4.3
Penularan Virus
Virus menularkan penyakit sangat cepat dan bisa melalui apa saja. Biasanya virus
ditularkan melalui benda-benda yang telah terkontaminasi dari si penderita atau melalui
udara. Misalnya, pada penyakit polio yang disebabkan oleh virus polio. Penularan virusnya
35
dapat terjadi melalui beberapa cara, yakni : secara langsung dari orang ke orang, melalui
percikan ludah si penderita dan melalui tinja penderita. Virus masuk melalui mulut dan
hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan
disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
2.4.4 Jenis-jenis Penyakit
Berikut ini akan dijelaskan tujuh jenis penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh
infeksi virus beserta penyebab (etiologi), gejala dan pengobatannya.
a.
Demam Dengue
Definisi
Suatu infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies
Aedes. Demam dengue ini dibagi dalam empat derajat, yaitu derajat I, derajat II, derajat
III dan derajat IV.
Etiologi
Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus B. Nyamuk Aedes aegypti
diperkirakan sebagai vektor utama penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Di
Indonesia, walaupun vektor DHF belum diselidiki secara luas, Aedes aegypti
diperkirakan sebagai vektor terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Aedes albopictus
di daerah pedesaan.
Gejala
36
Gejala demam dengue secara umum adalah :
-
Demam (seringkali muncul secara tiba-tiba).
-
sakit kepala hebat (seringkali digambarkan sebagai sakit di belakang mata).
-
mialgia (nyeri otot) dan atralgia (nyeri persendian) - mual dan muntah.
-
ruam kulit yang mungkin muncul pada stadium penyakityang berlainan dan bisa
berupa makulopapuler, peteki maupun eritema.
-
manifestasi perdarahan.
Empat tingkatan dari dhf :
1. derajat I
demam dan gejala konstitusional non-spesifik - tes torniket positif.
2. derajat II
manifestasi derajat 1 disertai perdarahan spontan.
3. derajat III
Tanda-tanda dari kegagalan sirkulasi (denyut nadi lemah/cepat, hipotensi, kulit
dingin dan lembab).
4.
derajat IV (DSS)
Syok berat (denyut nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur). DHF derajat
IV ini disebut juga dengan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Pengobatan
Secara umum, penderita perlu diberi minum banyak, 1-2 liter dalam 24 jam, berupa air
teh dengan gula, sirup atau susu. Cairan yang diberikan dapat juga berupa cairan oralit
37
setiap 3-5 menit. Pada dasarnya penderita perlu diberi banyak cairan agar tidak terjadi
dehidrasi. Untuk tahap demam dengue yang lebih lanjut harus diadakan pengobatan yang
lebih intensif kepada ahlinya.
Morbili (Campak, “Measles”, Rubeola)
b.
Definisi
Penyakit infeksi virus akut menular yang ditandai dengan dua stadium, yaitu : stadium
kataral dan stadium erupsi.
Etiologi
Penyebabnya ialah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan
droplet dan kontak.
Gejala
Penyakit ini dibagi dalam dua stadium, yaitu :
1)
Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum
stadium erupsi. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik
dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.
2)
Stadium erupsi
38
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Tidak jarang disertai diare
dan muntah.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi. Sedativum
dan obat batuk untuk memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan
segera terhadap komplikasi yang timbul.
c.
Nasofaringitis
Definisi
Infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada
anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah di samping
nasofaring, disertai demam yang tinggi.
Etiologi
39
Penyebab penyakit ini virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum gejala
timbul sampai 1-2 sesudah hilangnya gejala.
Gejala
Berupa gejala nasofaringitis dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari
hidung keluar sekret cair dan jernih yang dapat kental. Sekret ini sangat merangsang anak
kecil. Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi
gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing
dan anoreksia. Sumbatan hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah
rasa nyeri.
Pengobatan
Hanya simtomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk; sedativum untuk
menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung
pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir dari hidung dengan berbagai alat tidak
efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran sekret ialah dengan
mengusahakan posisi bayi dalam “prone position”. Pada anak besar dapat diberikan tetes
hidung larutan efedrin 1%. Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.
Parotitis epidemika (Gondong, “Mumps”)
d.
Definisi
Penyakit akut, menular dengan gejala khas pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis.
Etiologi
Disebabkan oleh virus.
40
Gejala
Mula-mula dimulai dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah, dan nyeri
otot. Suhu tubuh biasanya naik kemudian timbul pembengkakan kelenjer parotis. Di
daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, bagian
bawah daun telinga terangkat keatas. Kadang-kadang disertai trismus dan disfagia.
Pengobatan
Istirahat selama masa panas dan pembengkakan kelenjar parotis. Simtomatik diberikan
kompres panas atau dingin dan juga diberikan analgetika. Diet makanan cair atau lunak
dan pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan globulin gama diperkirakan dapat
mencegah terjadinya orkikis.
e.
Poliomielitis
Definisi
Penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior
masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan
bagian susunan saraf pusat tersebut akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot
Etiologi
Infeksi pada penderita dapat terjadi karena oleh satu atau dua tipe virus poliomyletis.
Buktinya dapat dilihat dari ditemukannya tiga macam zat anti dalam serum seorang tiga
penderita. Epidemi yang luas dan ganas disebabkan oleh virus tipe1(brunhilde), epidemi
41
yang ringan disebabkan oleh virus tipe 2 (lansing), epidemi yang ringan oleh virus tipe 3
(leon).
Gejala
Penyakit ini dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Poliometis non paralitik
Gejala klinik sama dengan poliometis abortif hanya nyeri kepala, nausea, dan muntah
lebih berat. Khas untuk penyakit ini adalah nyeri dn kaku otot belakang leher, tubuh
dan tungkai.
2. Poliometis paralitik
Gejala yang terdapat hampir sama dengan poliometis non parlitik disertai kelemahan
satu atau lebih kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paralisis akut dan pada bayi
ditemukan paralisis vesika urinaria dan atonia usus.
Pengobatan
Untuk poliometis abortif pengobatan dilakukan dengan istirahat 7 hari, bila tidak terdapat
gejala apa-apa, aktifitas dapat dimulai lagi. Sesudah 2 bulan dilakukan pemeriksaan lebih
teliti terhadap kemungkinan kelainan muskulo-sketal. Sedangkan untuk poliometis non
paralitik/paralitik, pengobatan dapat dilakukan dengan istirahat mutlak setidaknya 2
minggu, perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralisis
pernafasan.
Varicella (Cacar air / “Chicken Pox”)
f.
Definisi
42
Penyakit akut, menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang
disebabkan oleh virus varicella.
Etiologi
Varicella disebabkan oleh herpes virus varicella atau disebut juga dengan varicella
zoster(virus V-Z). Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi
varicella.
Gejala
Gejala yang ditimbulkan adalah :
1. Gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan.
2. Muncul bintik-bintik merah datar (makula). kemudian bintik tersebut menonjol
(papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya
akan mengering.
3. Timbul papula di wajah, lengan dan tungkai ,serta ditemukan juga di mulut, pita
suara dan saluran pernafasan.
4. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher bagian samping.
Varicella ada juga yang digolongkan ke dalam varicella zoster yaitu dengan gejala
makula yang ditimbulkan akan berkelompok pada satu bagian dan menimbulkan rasa
perih yang luar biasa.
Pengobatan
Langkah awal pengobatan yaitu dengan mencegah terjadinya infeksi sekunder misalnya
dengan kuku digunting agar pendek, mengganti pakaian dan alas tempat tidur sesering
43
mungkin. Bila terjadi infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika. Pengobatan
selanjutnya dapat dilakukan dengan pemberian vidarabina.
g.
Faringitis
Definisi
Infeksi primer faring yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Infeksi disertai dengan
demam tinggi dan terjadi pada tenggorokan.
Etiologi
Penyebab penyakit ini virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum gejala
timbul sampai 1-2 sesudah hilangnya gejala.
Gejala
Berupa batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Pada anak yang lebih besar kadangkadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung disertai
selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri.
Pengobatan
Hanya simtomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk; sedativum untuk
menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas penderita. Bila ada infeksi
sekunder hendaknya diberikan antibiotika.
44
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR
Pembahasan pada bab ini meliputi langkah-langkah dalam mendiagnosa penyakit
bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus, pembentukan tabel dan pohon keputusan
sehingga dapat menuju pada perancangan sistem pakar yang akan diuraikan lebih lanjut
dalam paragraf berikut ini.
3.1
Tahap-tahap Pendiagnosaan Penyakit
Sebelum dapat menentukan jenis suatu penyakit, ada tahap-tahap pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter terlebih dahulu agar hasil diagnosa dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu maka dilakukanlah wawancara dengan dokter yang bersangkutan mengenai
pendiagnosaan yang masih dilakukan secara manual.
Adapun cara pendiagnosaan yang dilakukan oleh dokter pada umumnya adalah :
a.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tahap pengumpulan informasi yang dilakukan oleh dokter
dengan melakukan tanya-jawab dengan pasien untuk mengetahui apa yang diderita
pasien.
Pada tahap anamnesis ini, pasien yang datang ke dokter akan ditanyakan tentang :

Keluhan utama yang diderita pasien

Keluhan tambahan yang menyertai

Data diri pasien

Riwayat kesehatan pasien
45
Sesudah mengadakan anamnesis dengan pasien maka langkah selanjutnya yang diambil
dokter adalah pemeriksaan medis secara fisik.
b.
Pemeriksaan medis secara fisik
Kadang-kadang dari keluhan pasien, dokter sudah dapat memperkirakan jenis penyakit
apa yang diderita pasien tetapi untuk lebih memastikan hasil diagnosanya maka dokter
tetap melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan melakukan
pemeriksaan yang umum terlebih dahulu sampai ke pemeriksaan yang lebih
detil/spesifik.
Dalam pemeriksaan secara fisik ini, dokter akan memeriksa keadaan pasien, seperti :
c.

Mengukur suhu badan pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Memeriksa lokasi dari keluhan
Diagnosa penyakit
Setelah melalui tahap anamnesis dan pemeriksaan secara fisik, dokter memberikan hasil
diagnosa suatu penyakit berdasarkan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ditemukan
pada pasien. Dokter akan memberikan pengobatan berdasarkan hasil diagnosa dan jika
dokter merasa kurang yakin terhadap diagnosanya atau tidak dapat memberikan diagnosa
pasti secara langsung, ia akan menganjurkan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan diagnosanya.
d.
Test laboratorium
Dalam test laboratorium, dapat dilakukan pemeriksaan terhadap bagian-bagian tubuh
yang dirasakan perlu, seperti pemeriksaan darah untuk mengetahui jumlah trombosit atau
jumlah leukosit. Test laboratorium yang dilakukan akan lebih mendukung hasil diagnosa
46
dokter. Namun, tidak semua penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus
memerlukan pemeriksaan laboratorium.
3.2
Analisis Sistem Pakar
Dalam perancangan suatu sistem pakar, didasarkan atas pengetahuan seorang pakar
dengan cara memakai cara kerja yang didasari oleh prosedur-prosedur baik secara resmi
maupun tidak resmi sehingga menghasilkan keputusan untuk memecahkan masalah yang
tidak terstruktur. Seorang pakar pada dasarnya adalah manusia yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman serta masih dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lapangan. Walaupun
pengetahuan dan pengalaman seorang pakar dengan pakar lainnya berbeda yang disebabkan
oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman namun seorang pakar dalam memecahkan masalah
selalu mengikuti prosedur yang ada.
3.2.1 Perancangan Sistem Pakar dalam Mendiagnosa Penyakit
Dalam perancangan sistem pakar ini terdapat empat komponen yang saling
terintegrasi dan berinteraksi satu sama lain, yakni knowledge acquisition, knowledge base,
inference engine, dan user interface. Komponen-komponen ini beserta langkah-langkah
dalam menghasilkan rules akan diuraikan lebih lanjut dalam paragraf berikut ini.
3.2.2 Tabel Keputusan (Decision Table)
Pembentukan tabel keputusan dilakukan dengan cara berikut :
a.
Mengumpulkan data yang didapat dari wawancara dengan pakar dan literatur yang
berhubungan dengan penyakit yang dibahas dalam skripsi ini. Dari cara kerja dokter,
47
untuk mengetahui suatu jenis penyakit, maka harus diketahui gejala-gejala penyakit
tersebut. Gejala penyakit ini dapat diperoleh berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dokter. Kadang-kadang disertai juga dengan pemeriksaan laboratorium untuk
mendukung atau memastikan hasil diagnosa dokter.
Untuk memudahkan representasi pengetahuan ke dalam bentuk rules maka dibuatlah
suatu matriks yang merupakan kumpulan antara gejala penyakit dan jenis penyakit.
Matriks penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus ini merupakan tabel
keputusan yang terdiri dari kumpulan keluhan pasien, gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Tabel keputusan ini belum dikelompokkan. Matriks ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
b.
Mengelompokkan data ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1)
Keluhan pasien berisi gejala-gejala penyakit yang dirasakan oleh pasien.
Kumpulan gejala keluhan pasien ini kemudian digunakan untuk membuat matriks
keluhan pasien yang berisi hubungan keluhan pasien dengan penyakit bayi dan anak
yang disebabkan oleh infeksi virus. Matriks keluhan pasien dapat dilihat pada Tabel
3.2.
2)
Gejala klinis yang didapat oleh dokter melalui pemeriksaan fisik. Kumpulan
gejala klinis ini kemudian dipindahkan ke dalam matriks gejala klinis pasien yang
berisi hubungan gejala klinis pasien dengan penyakit bayi dan anak yang disebabkan
oleh infeksi virus. Matriks gejala klinis pasien dapat dilihat pada Tabel 3.3.
3)
Pemeriksaan laboratorium berisi hubungan antara bahan pemeriksaan, virus
dengan penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh virus. Matriks ini dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
48
3.2.3 Pohon Keputusan (Decision Tree)
Pembentukan pohon keputusan dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a.
Menganalisis dan mencari pola tertentu, yang terdapat pada keempat tabel yang
sudah dibuat.
b.
Pola yang didapat pada langkah pertama kemudian digunakan untuk merancang
pohon-pohon keputusan, yaitu :

Tree global (Gambar 3.1) yang dibentuk berdasarkan pola-pola pada
matriks penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus (Tabel 3.1).

Tree keluhan pasien (Gambar 3.2) yang dibentuk berdasarkan pola-pola
pada matriks keluhan pasien (Tabel 3.2).

Tree gejala klinis pasien (Gambar 3.3) yang dibentuk berdasarkan polapola pada matriks gejala klinis pasien (Tabel 3.3).

Tree
pemeriksaan
laboratorium
(Gambar
3.4)
yang
dibentuk
berdasarkan pola-pola pada matriks pemeriksaan laboratorium (Tabel 3.4).
Untuk tree global yang dapat dilihat pada Gambar 3.1, dimulai dengan gejala yang
umum terlebih dahulu, yakni gejala demam. Karena setiap jenis penyakit pasti ada gejala
demamnya, maka demam dapat dibedakan ke dalam dua kelompok , yaitu demam ringan dan
demam sedang – tinggi. Kemudian dari demam ringan dilanjutkan dengan gejala apakah
pasien mengalami gejala muntah. Jika pasien mengalami gejala muntah maka pohon
keputusan akan mengarah ke gejala berikutnya. Jika pasien tidak mengalami gejala muntah
maka pohon keputusan akan mengarah ke gejala lain. Sementara dari demam sedang – tinggi
49
dilanjutkan dengan menanyakan apakah pasien mengalami gejala batuk. Dari setiap
pertanyaan yang ditanyakan selalu ada dua kemungkinan jawaban, yaitu jawaban “iya” dan
jawaban “tidak”. Pertanyaan akan berlanjut terus hingga nantinya mendapatkan suatu
kesimpulan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pada tree global ini, gejala yang
diajukan merupakan gabungan antara gejala dari keluhan pasien, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium.
Pada tree keluhan pasien yang dapat dilihat pada Gambar 3.2, pertanyaan dimulai
dari gejala demam, kemudian gejala demam ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu demam
ringan dan demam sedang – tinggi. Dari gejala demam ringan, pertanyaan akan dilanjutkan
ke gejala nyeri kepala. Dari sini ada dua percabangan, yaitu jika jawaban “iya”, maka
diajukan pertanyaan apakah pasien mengalami nyeri testis dan didapat kesimpulan penyakit
yang diderita pasien adalah gondong (mumps) dengan faktor kepastiannya 25 %. Jika
jawaban “tidak”, maka diajukan pertanyaan apakah pasien mengalami nyeri tenggorokan dan
didapat kesimpulan penyakit yang diderita pasien adalah faringitis dengan faktor
kepastiannya 10 %. Sedangkan, dari gejala demam sedang – tinggi, pertanyaan akan
dilanjutkan ke gejala pilek. Jika pasien mengalami gejala pilek, maka pertanyaan akan
dilanjutkan ke gejala nyeri tenggorokan yang selanjutnya bercabang dua lagi hingga sampai
pada suatu kesimpulan penyakit. Jika pasien tidak mengalami gejala pilek, maka pertanyaan
akan dilanjutkan ke gejala kelemahan otot. Dari sini akan ada dua percabangan untuk
jawaban “iya” dan “tidak” sampai akhirnya didapatkan kesimpulan penyakit yang diderita
pasien beserta faktor kepastiannya.
Pada tree gejala klinis yang dapat dilihat pada Gambar 3.3, pertanyaan dimulai
dengan apakah pasien mengalami demam ringan atau demam sedang – tinggi. Jika yang
dialami pasien adalah demam ringan, maka akan diajukan pertanyaan apakah rongga mulut
50
pasien kemerahan. Jika rongga mulut pasien kemerahan, maka dilanjutkan dengan
pertanyaan apakah terjadi pembengkakan kelenjar submandibula pada pasien. Dari gejala ini
didapati bahwa pasien menderita penyakit gondong dengan faktor kepastian 50 %. Jika
rongga mulut pasien tidak kemerahan, maka akan diajukan pertanyaan apakah pasien
mengalami faringhiperemis. Dari gejala ini didapati bahwa pasien menderita penyakit
faringitis dengan faktor kepastian 20 %. Jika yang dialami pasien adalah demam sedang –
tinggi, maka akan diajukan pertanyaan apakah terdapat bintik-bintik merah di tubuh pasien.
Jika terdapat bintik-bintik merah di tubuh pasien, maka akan diajukan pertanyaan apakah di
tubuh pasien terdapat makula atau papula. Dari sini juga ada dua percabangan terus hingga
nanti didapati gejala khas yang menunjuk pada jenis penyakit tertentu. Jika tidak terdapat
bintik-bintik merah di tubuh pasien, maka akan diajukan pertanyaan apakah terjadi
kelumpuhan otot skelet dan kranial pada pasien. Jika terjadi kelumpuhan otot, maka pasien
mengalami penyakit poliomielitis paralitik dengan faktor kepastian 60 %. Jika tidak, maka
akan diajukan pertanyaan lagi hingga didapati gejala khas yang menunjuk pada jenis
penyakit tertentu.
Pada tree pemeriksaan laboratorium yang dapat dilihat pada Gambar 3.4, pertanyaan
dimulai dengan jumlah trombosit pasien apakah mengalami penurunan atau lebih dikenal
dengan istilah trombositopenia. Jika pasien mengalami trombositopenia, maka akan diajukan
pertanyaan apakah uji tornikuet pasien positif. Jika uji tornikuet pasien positif, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pasien menderita DHF derajat I dengan faktor kepastian 75 %.
Jika pasien tidak mengalami trombositopenia, maka akan diajukan pertanyaan apakah dalam
tubuh pasien terdapat virus parotitis. Jika terdapat virus parotitis, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pasien menderita penyakit gondong dengan faktor kepastian 75 %. Jika
tidak terdapat virus parotitis, maka akan dilihat apakah kadar protein pasien normal. Jika
51
kadar protein pasien normal, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita
poliomielitis non paralitik dengan faktor kepastian 45 %. Jika kadar protein pasien tidak
normal, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita poliomielitis paralitk
dengan faktor kepasitan 45 %. Pada tree pemeriksaan laboratorium ini terdapat empat jenis
penyakit, yakni DHF, gondong (mumps), poliomielitis paralitik dan poliomielitis non
paralitik. Hal itu dikarenakan penentuan kepastian pasien terkena keempat jenis penyakit ini
akan lebih akurat jika dilakukan pemeriksaan laboratorium.
52
3.2.4 Proses Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Informasi yang diperlukan dalam pembangunan sistem ini didapatkan melalui proses
akuisisi pengetahuan. Proses akuisisi pengetahuan dilakukan melalui wawancara dengan
seorang dokter pediatrik yang mempunyai pengetahuan, pengalaman dan memenuhi kriteria
seorang pakar. Pada proses akuisisi ini, diajukan sejumlah pertanyaan yang kemudian
dijadikan dasar untuk pembentukan basis pengetahuan (knowledge base).
3.2.5 Rancangan Basis Pengetahuan (Knowledge Base)
Basis pengetahuan dirancang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari pakar,
yang diterjemahkan ke dalam bentuk tabel keputusan dan dibuat pohon keputusan untuk
mempermudah pemahaman. Pengetahuan yang didapat dari pakar ini selanjutnya akan
diformulasikan ke dalam basis pengetahuan yang merupakan inti dari perancangan sistem
pakar ini. Pengetahuan tersebut kemudian direpresentasikan dengan menggunakan CLIPS
versi 6.10 ke dalam bentuk aturan-aturan (rules) sesuai dengan data atau fakta yang
terkumpul. Untuk membentuk suatu aturan digunakan metode kaidah produksi, yaitu dengan
kaidah IF-THEN. Setelah perancangan basis pengetahuan selesai, langkah selanjutnya adalah
penyusunan mesin inferensi. Mesin inferensi merupakan suatu perangkat lunak yang
berfungsi untuk melakukan proses pelacakan pada sistem pakar untuk menentukan solusi
permasalahan.
Di bawah ini adalah contoh sebagian dari rule. Rule yang lengkap dapat dilihat pada
lampiran.
53
3.2.6 Mesin Inferensi (Inference Engine)
Untuk menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, maka digunakan suatu
mesin inferensi dalam CLIPS versi 6.10. Mesin inferensi ini akan menentukan tahap-tahap
yang terjadi untuk pengambilan keputusan. Sistem ini akan memberikan beberapa
pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai gejala-gejala yang dialami pasien.
Kemudian dari jawaban yang diperoleh, sistem akan melakukan pengujian terhadap aturanaturan yang ada sehingga didapatkan suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berupa
jenis penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus yang diderita pasien. Oleh
karena itu, metode penelusuran yang digunakan adalah metode forward chaining dengan
teknik penelusuran yang digunakan adalah depth-first search.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai cara kerja
mesin inferensi :
a.
Tahap I : Mesin inferensi akan menerima fakta-fakta yang didapat berdasarkan
jawaban
dari pemakai (user).
b.
Tahap II : Mesin inferensi akan mengecek di dalam basis pengetahuan apakah faktafakta
yang didapat ada di dalam basis pengetahuan. Apabila ada, maka mesin
inferensi ini akan mengecek rule yang cocok dengan fakta yang didapat.
c.
Tahap III : Setelah mesin inferensi mendapatkan rule yang paling cocok dengan
faktafakta yang ada, maka mesin inferensi ini akan menentukan berapa faktor
kepastian (CF) rule tersebut berdasarkan fakta-fakta yang didapat.
54
d.
Tahap IV : Setelah itu mesin inferensi akan menampilkan solusi permasalahan
beserta
faktor kepastiannya (CF).
3.2.7 Rancangan Antarmuka Pemakai (User Interface)
Antarmuka pemakai (user interface) merupakan bagian sistem pakar yang
menyediakan sarana bagi pemakai agar bisa berinteraksi dengan sistem. Melalui interface
ini, pemakai dapat memasukkan input dengan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
dapat membantu sistem dalam penentuan hasil diagnosa melalui jawaban yang diberikan.
Untuk mempermudah pemakai dalam menguasai dan berinteraksi dengan sistem, maka
dibuat suatu rancangan antarmuka pemakai yang user friendly, berupa tampilan layar.
Rancangan antarmuka pemakai (user interface) dari sistem pakar ini terbagi menjadi
empat rancangan layar yang dapat dilihat berikut ini :
a.
Layar pembuka
Layar ini merupakan layar pembuka yang terdiri dari empat bagian. Bagian pertama
dimulai dengan salam pembuka. Bagian kedua berupa judul dari sistem pakar yang
dibuat. Bagian ketiga berisi keterangan bagaimana menjawab pertanyaan. Bagian
keempat berisi pilihan menu dimana tersedia dua pilihan menu, yaitu menu untuk
diagnosa penyakit dan menu untuk keluar dari sistem, seperti terlihat pada Gambar 3.5.
55
Salam Pembuka
Judul
Keterangan
Pilihan Menu
Gambar 3.5 Rancangan Layar Pembuka
b.
Layar diagnosa
Pada layar ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh sistem kepada
pemakai (user). Pemakai hanya perlu mengisi dengan “y” untuk jawaban ya dan “t”
untuk jawaban tidak, seperti terlihat pada Gambar 3.6.
56
Diagnosa Penyakit
Pertanyaan
Pertanyaan
Pertanyaan
Gambar 3.6 Rancangan Layar Diagnosa
c.
Layar hasil diagnosa
Layar ini memberikan kesimpulan atau hasil diagnosa dari menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh sistem. Hasil diagnosa yang diberikan berupa nama
penyakit dengan faktor kepastiannya disertai juga dengan fakta pendukung dan saran
pengobatan. Pada layar ini juga diajukan pertanyaan apakah pemakai ingin mengulang
atau ingin melakukan pemeriksaan penyakit lainnya. Jika jawabannya “ya”, maka akan
kembali ke layar diagnosa. Jika jawabannya “tidak” , maka akan dilanjutkan ke layar
penutup, seperti terlihat pada Gambar 3.7.
57
Hasil Diagnosa Penyakit
Nama Penyakit :
Faktor Kepastian :
Fakta Pendukung :
Pengobatan :
Apakah Anda ingin ulang (y/t) ?
Gambar 3.7 Rancangan Layar Hasil Diagnosa
d.
Layar penutup
Layar ini berisi salam penutup dan nama pembuat sistem ini, seperti terlihat pada
Gambar 3.8.
Salam Penutup
Keterangan
58
Gambar 3.8 Rancangan Layar Penutup
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM PAKAR
59
Bab ini membahas mengenai implementasi dari sistem pakar yang telah dirancang
pada Bab sebelumnya serta mengevaluasi hasil dari sistem yang telah diimplementasikan
kepada pengguna. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem pakar yang dibuat
mendekati diagnosa sebenarnya yang dilakukan oleh pakar (dokter anak, pediatrik). Selain
itu, akan dibahas perangkat lunak (software) yang digunakan, perangkat keras (hardware)
yang dibutuhkan dan beberapa contoh kasus dalam sistem pakar ini.
4.1
Implementasi Sistem
Dalam implementasi sistem ini yang dibahas adalah spesifikasi sistem yang
digunakan dalam mengimplementasikan sistem pakar yaitu spesifikasi perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan. Pada pembahasan ini dijelaskan juga bagaimana caranya
untuk mengimpelementasikan sistem pakar dengan menggunakan software CLIPS versi
6.10.
4.1.1
Spesifikasi Sistem
a.
Untuk menunjang proses implementasi dan evaluasi rancangan sistem pakar
yang telah dirancang, dibutuhkan sarana-sarana berupa perangkat keras dan
perangkat lunak yang akan dipaparkan dalam spesifikasi berikut ini :
Perangkat keras yang dibutuhkan minimum mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
1)
Processor Intel Pentium I 200 Mhz.
2)
Harddisk 10 Gb.
3)
Memory RAM 64 Mbytes.
4)
VGA card 16 bit.
5)
Disk Drive A.
60
6)
Monitor SVGA 14 inch.
7)
Mouse.
8)
Keyboard.
b.
Perangkat lunak yang dibutuhkan :
1. Sistem operasi Microsoft Windows 2000 atau versi selanjutnya dari Microsoft
Window.
2. Microsoft Excel 2000 dan Microsoft Word 2000 yang digunakan dalam penulisan
skripsi dan pembuatan tabel serta pohon keputusan.
3. Program CLIPS versi 6.10 yang digunakan sebagai software pembuat program
sistem pakar yang digabungkan dengan Notepad. Alasan penulis menggunakan
CLIPS versi 6.10 adalah :
-
CLIPS menggunakan representasi pengetahuan yang sesuai dengan topik
permasalahan yang kembangkan oleh penulis yaitu sistem pakar.
-
CLIPS menggunakan inference engine dengan metode penelusuran
forwarc chaining.
-
CLIPS mempunyai shell yang built-in dengan inference engine sehingga
sangat cocok dengan pembuatan prototipe sistem pakar dengan cara
memasukkan aturan-aturan yang telah dibuat.
-
CLIPS dibangun dengan source code C++ yang lebih cepat dibandingkan
dengan program sistem pakar yang lainnya.
-
CLIPS memberikan kemudahan dalam menambah, mengurangi, dan
mengedit rule-rule yang ada dalam sistem.
4.1.2
Implementasi Sistem Pakar dengan Menggunakan CLIPS versi 6.10
61
Dalam mengimplementasikan sistem pakar ini, terdapat beberapa langkah
pengoperasian sistem yaitu sebagai berikut :
File –
Load Construct – pilih file sistem pakar – Execution –
Reset – Run
Maksudnya adalah langkah pertama pilih menu file, kemudian pilih load construct,
pilih file sistem pakar yang telah dibuat, selanjutnya pilih menu execution lalu pilih reset
dan pilih run. Jika ingin diadakan perubahan pada program, maka dibuka software CLIPS
Editor. Setelah diadakan perubahan di sini, lalu hasil perubahan itu di save. Untuk
menjalankan program kembali maka langkah pengoperasian seperti yang ditunjukkan di atas
diulang kembali.
Sebelum melakukan langkah-langkah tersebut di atas dan membangun sistemnya, terlebih
dahulu dilakukan penginstallan software CLIPS.
4.2
Evaluasi Sistem Pakar
Pada evaluasi sistem pakar ini yang dilakukan adalah pengujian kepada calon
pengguna dan pakar itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat
keakuratan sistem pakar ini dan menentukan bagaimana evaluasi calon pengguna
terhadap sistem pakar ini.
4.2.1 Evaluasi Hasil
Untuk mengetahui keakuratan sistem, maka diadakan evaluasi perbandingan antara
hasil diagnosa sistem dengan hasil diagnosa pakar (dokter anak), seperti terlihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Evaluasi Perbandingan Diagnosa Sistem dengan Pakar
Gejala Penyakit
Diagnosa Pakar
Diagnosa
Sistem
62
4.2.2
Demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sakit Nasofaringitis
kepala, mual, muntah.
Demam tinggi disertai menggigil, mual, DHF
muntah, sakit kepala, bintik-bintik merah pada
tungkai dan lengan, tanda-tanda perdarahan :
petekie, ekimosis, gusi berdarah, hematemesis,
melena, uji tornikuet positif.
Nasofaringitis
Demam ringan, mual, muntah, nyeri kepala,
pembesaran kelenjar submandibula, trismus,
disfagia.
Demam, batuk, pilek, konjungtivitis, bercak
koplik.
Demam, batuk, pilek, enantema, eritema di
belakang telinga.
Demam, pilek, malaise, mual, muntah, vesikel
yang timbul pertama di dada-muka-bahuanggota gerak.
Nyeri dan kaku otot bagian belakang leher,
kaku kuduk, hipertonia, tripod sign positif,
head drop positif.
Kelumpuhan otot skelet dan cranial, pada bayi
paralysis vesika urinaria (kandung kemih)-sulit
kencing.
Demam, batuk, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, mual, muntah.
Gondong (Mumps
)
Gondong (Mumps)
DHF
Morbili stadium Morbili stadium
kataral
kataral
Morbili stadium Morbili stadium
erupsi
erupsi
Varicella
Varicella
Poliomielitis non Poliomielitis
paralitik
paralitik
Poliomielitis
paralitik
Poliomielitis
paralitik
Faringitis
Faringitis
Evaluasi Kasus
Agar keakuratan sistem ini dapat lebih dipastikan, maka akan dilakukan
evaluasi kasus yang datanya diambil dari data pada Tabel 4.1. Dari evaluasi kasus,
akan lebih jelas kelihatan proses-proses pengolahan sistem ini karena akan
ditampilkan layar diagnosa dari sistem pakar ini. Berikut merupakan tampilan dari
layar diagnosa sistem pakar pada penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh
infeksi virus dengan dua contoh kasus.
Contoh Kasus 1 :
Pada Gambar 4.1 merupakan tampilan awal atau layar pembuka dari sistem pakar ini.
Di layar ini terlihat judul sistem pakar, petunjuk pengisian dan pilihan menu. Fungsi
63
pilihan menu ini untuk menentukan apakah pemakai (user) hendak masuk ke layar
diagnosa atau keluar dari sistem. Pemakai dapat memilih pilihan “1” untuk masuk ke
menu utama dan pilihan “2” untuk keluar dari sistem. Yang dimaksud dengan menu
utama adalah pemakai akan masuk ke layar diagnosa yang berisi pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab oleh pemakai untuk mengetahui hasil diagnosa
penyakit.
Gambar 4.1 Layar Pembuka 1
Apabila pemakai memasukkan pilihan “1”, maka ia akan masuk ke layar diagnosa,
seperti yang terlihat pada Gambar 4.2. Pada layar ini dapat dilihat jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Pertanyaan dimulai dengan “bagaimana jenis
demam yang dialami oleh pasien”, apakah demam ringan atau demam sedang-tinggi.
Pemakai dapat memasukkan pilihan “1” untuk demam ringan dan pilihan “2” untuk
demam sedang-tinggi. Pada contoh kasus pertama ini, pemakai memasukkan pilihan
“1”, yaitu demam ringan. Selanjutnya, akan muncul pertanyaan “apakah pasien
muntah” dan jawabannya “t”. Kemudian, akan muncul pertanyaan “apakah pasien
mengalami nyeri kepala” dan jawabannya “y”. kemudian, akan muncul lagi
pertanyaan “apakah terdapat pembengkakan pada kelenjar submandibula”. Jika
jawabannya “y”, maka akan langsung keluar hasil diagnosa penyakit yang dapat
dilihat di layar hasil diagnosa.
64
Gambar 4.2 Layar Diagnosa 1
Setelah pemakai menjawab semua pertanyaan yang diajukan sistem, maka mesin
inferensi akan mengolah masukan (input) pemakai ke dalam basis pengetahuan
(knowledge base) sehingga bisa dikeluarkan hasil diagnosa penyakit disertai dengan
faktor kepastian, fakta pendukung dan saran pengobatan, seperti yang terlihat pada
Gambar 4.3. Apabila pemakai ingin melakukan pemeriksaan penyakit lainnya, maka
pemakai dapat mengulang dengan menjawab “y” terhadap pertanyaan “apakah anda
ingin ulang”. Pemakai akan kembali pada layar diagnosa (Gambar 4.2) dengan
menjawab pertanyaan yang lain. Jika pemakai tidak ingin ulang, maka akan muncul
layar penutup, seperti yang terlihat pada Gambar 4.4.
65
Gambar 4.3 Layar Hasil Diagnosa 1
Pada layar penutup, seperti yang terlihat pada Gambar 4.4 akan muncul ucapan
terima kasih terhadap pemakai yang telah menggunakan sistem ini. Selain itu, juga
dimasukkan nama pembuat sistem pakar ini.
66
Gambar 4.4 Layar Penutup 1
Contoh kasus 2 :
Pada Gambar 4.5 merupakan tampilan awal atau layar pembuka dari sistem pakar ini.
Di layar ini terlihat judul sistem pakar, petunjuk pengisian dan pilihan menu. Fungsi
pilihan menu ini untuk menentukan apakah pemakai (user) hendak masuk ke layar
diagnosa atau keluar dari sistem. Pemakai dapat memilih pilihan “1” untuk masuk ke
menu utama dan pilihan “2” untuk keluar dari sistem. Yang dimaksud dengan menu
utama adalah pemakai akan masuk ke layar diagnosa yang berisi pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab oleh pemakai untuk mengetahui hasil diagnosa
penyakit.
67
Gambar 4.5 Layar Pembuka 2
Apabila pemakai memasukkan pilihan “1”, maka ia akan masuk ke layar diagnosa,
seperti yang terlihat pada Gambar 4.6. Pada layar ini dapat dilihat jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Pertanyaan dimulai dengan “bagaimana jenis
demam yang dialami oleh pasien”, apakah demam ringan atau demam sedang-tinggi.
Pada contoh kasus kedua ini, pemakai memasukkan pilihan “2”, yaitu demam
sedang-tinggi. Selanjutnya, akan muncul pertanyaan “apakah pasien batuk” dan
jawabannya “t”. Kemudian, akan muncul pertanyaan “apakah terdapat kelemahan
otot pada pasien” dan jawabannya “y”. Kemudian, akan muncul lagi pertanyaan
“apakah terdapat kelumpuhan otot skelet dan kranial” dan jawabannya “t”.
Pertanyaan selanjutnya “apakah terdapat hipertonia” dan jawabannya “y”. Pertanyaan
terakhir yang diajukan sistem adalah “apakah kadar protein normal”. Jika
jawabannya “y”, maka akan langsung keluar hasil diagnosa penyakit yang dapat
dilihat di layar hasil diagnosa.
68
Gambar 4.6 Layar Diagnosa 2
Setelah pemakai menjawab semua pertanyaan yang diajukan sistem, maka mesin
inferensi akan mengolah masukan (input) pemakai ke dalam basis pengetahuan
(knowledge base) sehingga bisa dikeluarkan hasil diagnosa penyakit disertai dengan
faktor kepastian, fakta pendukung dan saran pengobatan, seperti yang terlihat pada
Gambar 4.7. Apabila pemakai ingin melakukan pemeriksaan penyakit lainnya, maka
pemakai dapat mengulang dengan menjawab “y” terhadap pertanyaan “apakah anda
ingin ulang”. Pemakai akan kembali pada layar diagnosa (Gambar 4.6) dengan
menjawab pertanyaan yang lain. Jika pemakai tidak ingin ulang, maka akan muncul
layar penutup, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8.
69
Gambar 4.7 Layar Hasil Diagnosa 2
Pada layar penutup, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8 akan muncul ucapan
terima kasih terhadap pemakai yang telah menggunakan sistem ini. Selain itu, juga
dimasukkan nama pembuat sistem pakar ini.
70
Gambar 4.8 Layar Penutup 2
71
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil implementasi dan evaluasi maka dapat diambil kesimpulan-
kesimpulan sebagai berikut :

Sistem pakar dalam bentuk prototype ini dapat mendeteksi hingga tujuh jenis
penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus dimana ada beberapa
penyakit yang terbagi lagi dalam subkategori.

Prototype sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit bayi dan anak yang disebabkan
oleh infeksi virus telah diimplementasikan pada pakar (dokter anak) dan calon user,
yaitu mahasiswa kedokteran, dokter umum dan juru rawat.

Dari hasil implementasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pakar yang dibuat
dapat membantu di bidang kedokteran, yaitu dokter umum dan juru rawat untuk
melakukan pendiagnosaan jenis penyakit pasien, dan dapat membantu di bidang
akademis kedokteran, yaitu mahasiswa kedokteran sebagai salah satu bahan referensi.

Hipotesa, faktor kepastian dan saran pengobatan yang ada dalam sistem pakar dapat
membantu memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih baik kepada user.

Dari hasil evaluasi dapat dikatakan keakuratan sistem pakar ini 75 %.
72
5.2
Saran
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan pada sistem pakar pendiagnosaan
penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh infeksi virus. Kekurangan ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain sulitnya untuk berkomunikasi dengan pakar, keterbatasan waktu dan
sumber serta penghalang lain yang terjadi pada saat pengembangan sistem pakar.
Dalam penyempurnaan sistem pakar ini, penulis memberikan saran-saran dengan
harapan dapat membantu memberi ide apabila ada pembaca yang ingin mengembangkan
ataupun menerapkan sistem ini.
Saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :

Pembaca nantinya dapat melakukan pengembangan lebih lanjut tentang ruang
lingkup sistem pakar agar tidak terbatas pada infeksi virus dan dapat mencakup
batasan yang lebih luas.

Sebaiknya sistem pakar yang dibuat dapat dievaluasi dan di-update secara
berkesinambungan sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada.

Prototype yang dibuat ini sebaiknya diaplikasikan ke dunia internet agar dapat
digunakan lebih luas lagi.

User interface dari sistem sebaiknya dibuat lebih menarik agar dapat menarik
perhatian user dan menunjang dalam pemakaian sistem.

Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit bayi dan anak yang disebabkan oleh
infeksi virus dapat dikembangkan dengan menggunakan fuzzy logic agar lebih
bervariasi dan dapat dikombinasikan.

Sistem pakar dapat dikembangkan dengan menggunakan neural network sehingga
dapat dilakukan learning (pembelajaran sendiri).
73
Download