BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penginderaan Jauh atau Remote Sensing merupakan ilmu dan teknologi perolehan informasi objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung. Untuk dapat memperoleh informasi itu, diperlukan sensor yang dipasang pada pesawat udara, pesawat ulang-alik, atau satelit tak berawak. Sensor dapat berupa kamera fotografik, antena radar, maupun scanner multispektral /hiperspektral. Sensor menghasilkan citra (gambar) untuk dianalisis lanjut sesuai tema, menjadi peta (Sutanto, 1986). Penginderaan jauh kini menjadi salah satu ilmu dan teknologi yang dapat diandalkan dalam berbagai disiplin keilmuan baik untuk penelitian maupun pembangunan yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa. Citra dari resolusi rendah, menengah, hingga tinggi semakin dibutuhkan sesuai dengan peruntukannya dalam berbagai bidang diantaranya ada dalam bidang perkebunan dan pertanian; bidang kehutanan; bidang pertambangan dan energi; bidang perencanaan dan pembangunan wilayah; bidang entertainment dan pelatihan; bidang arsitek konstruksi; serta bidang pertahanan dan intelijen. Penginderaan jauh dan SIG sangat diperlukan dalam perencanaan wilayah/kota, pengelolaan sumberdaya hutan, mineral, kelautan, mitigasi bencana alam, manajemen fasilitas (jaringan telekomunikasi, kelistrikan, dan transportasi). Selain itu, satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk keperluan klasifikasi penutup lahan. Penutup lahan dapat berupa vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan bumi. Penutup lahan berkaitan dengan jenis kenampakan di permukaan bumi, seperti bangunan, danau dan vegetasi (Lillesand & Kiefer, 1979). Data penginderaan jauh yang menggunakan beberapa citra setelit memiliki banyak sekali ragamnya dan setiap citra satelit mempunyai karakteristik yang berbeda. Untuk menganalisis objek yang ada pada citra satelit secara visual, hal yang penting adalah ketajaman batas pada objek. Salah satu cara dalam mempertajam batas objek dalam citra satelit yaitu dengan menggabungkan kanal multispektral citra dengan kanal pankromatiknya yang dikenal dengan Pansharpening. Data yang digunakan yakni Citra Satelit SPOT 6, Data SPOT 6 yang diterima stasiun bumi LAPAN Parepare sejak Januari 2013 memiliki geometric processing level ortho. Berdasarkan INPRES No. 6 Tahun 2012, LAPAN ditugaskan menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berukuran piksel 4 m atau lebih kecil.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan proses pan-sharpening atau penajaman citra multispektral dengan menggunakan detil spasial dari citra pankromatik. Dalam proses pengolahan, input data berupa citra SPOT-6 multispektral resolusi spasial 6 m (Blue, Green, Red, Near-Infrared) (NIR) dan pankromatik resolusi spasial 1,5 m. 1.2 RUMUSAN MASALAH Salah satu citra satelit yang memiliki resolusi spasial tinggi adalah Citra Satelit SPOT-6. Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan satelit kembar dari generasi SPOT dengan spesifikasi sama. Satelit SPOT-6 diluncurkan 9 September 2012 di Pusat Antariksa Satish Dhawan, India. Satelit SPOT-6/7 ini mempunyai bentuk satelit yang berbeda dari generasi SPOT sebelumnya. Kelincahan SPOT-6/7 dalam gerakannya mampu mengakusisi data permukaan bumi dalam beberapa mode akusisi, yaitu: target mode, long strip mode, multi strip mode, dan corridor mode. Pansharpening merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menggabungkan antara data citra satelit monochrome/panchromatic (hitamputih) dengan data citra satelit multispectral secara otomatis. Metode pansharpening bekerja pada data citra satelit 8 bit unsigned, 16 bit signed/unsigned, dan 32 bit floating point, pada data citra satelit 2 panchromatic dan multispectral yang berasal dari sensor satelit yang sama atau malah berbeda. Beberapa metode Pan-Sharpened yaitu IHS -RGB yang ada pada William K. P., Metode Color Normalized (Brovey) yang di kembangkan lebih lanjut pada Kartasasmita. Teknik – teknik sebelumnya tersebut hanya berlaku bagi tiga kanal dan kemudian dalam penelitian ini dikembangkan menjadi persamaan yang digunakan untuk citra dengan empat kanal multispektral sesuai dengan kanal spektral. Metode yang digunakan dalam transformasi citra SPOT 6 tahun 2015 ini yaitu Brovey Brovey Transformation Original (Dianovita, 2012) dan Brovey Modifikasi menggunakan band red dan green (Teklahta, 2013) sudah mengalami perkembangan dari metode pansharpening sebelumnya. Salah satu alasan melakukan transformasi citra Pansharpening menggunakan metode Brovey yakni untuk mengetahui hasil dari metode Brovey yang menghasilkan ketajaman lebih baik jika menggunakan citra SPOT 6. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena melihat banyaknya perkembangan pansharpening menggunakan metode brovey yang telah dilakukan oleh para peneliti. Perkembangan pansharpening ini merupakan salah satu tanda sebagai majunya perkembangan zaman dan teknologi yang lebih modern untuk mendapatkan hasil yang baik. 1.3 TUJUAN Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Melakukan transformasi citra Pansharpening pada citra satelit SPOT 6 dengan menggunakan metode brovey modifikasi dan metode brovey original 2. Membandingkan hasil metode brovey modifikasi dan brovey original pada Pansharpening citra satelit SPOT 6 secara kualitatif 3 1.4 MANFAAT 1.4.1 Manfaat Ilmiah Memiliki manfaat dalam pengembangan tampilan secara visual pada citra, salah satunya dengan melakukan penajaman citra yang hasilnya dapat memberikan informasi lebih baik mengenai kondisi permukaan bumi sesuai perkembangan zaman dan tanggal akuisisi perekaman dari citra satelit tersebut dari waktu ke waktu. Penelitian ini diperoleh untuk dapat meningkatkan kedetilan informasi dari hasi penggabungan antara citra pankromatik dengan citra multispektral. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis analisis Pansharpening ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi baru bagi pihak – pihak yang membutuhkan informasi dari suatu wilayah dari hasil transformasi citra menggunakan Pansharpening untuk mengetahui kondisi permukaan bumi pada waktu yang sesuai dengan akuisisi dari citra satelit yang dibutuhkan 2. Citra SPOT 6 dapat digunakan untuk pemetaan wilayah, perencanaan daerah perkotaan dan pedesaan, eksplorasi minyak bumi dan gas, serta digunakan untuk mengetahui kondisi daerah bencana alam 3. Mengetahui perbedaan hasil dari transformasi citra pansharpening untuk menghasilkan tampilan yang terbaik serta dapat pula menjadi sumber inspirasi yang terbaik untuk mendapatkan formula yang baru demi memberikan hasil – hasil yang lebih baik lagi 1.5 PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Batasan-batasan masalah dalam penelitian antara lain : 1. Melakukan perhitungan dan analisis nilai digital ke nilai Radian untuk kemudian mendapatkan nilai Reflektan ToA 4 2. Koreksi Radiometrik hanya dilakukan pada Top of Atmospheric (ToA) 3. Melakukan analisis pada perbedaan – perbedaan yang ada didalam metode Pansharpening yang telah ditemukan sebelumnya yakni metode Brovey Transformation Original (Dianovita, 2012) dan Brovey menggunakan band red dan green (Teklahta, 2013). 1.6 BATASAN ISTILAH 1. Penginderaan Jauh : cara memperoleh informasi atau pengukuran dari pada obyek atau gejala, dengan menggunakan sensor dan tanpa ada hubungan langsung dengan obyek atau gejala tersebut (Sutanto, 1979). 2. Citra : gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan secara optic, elektro optic, optic mekanik, atau elektronik. Pada umumnya digunakan radiasi elektro magnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek yang tidak langsung direkam pada film (Sutanto, 1986). 3. Koreksi radiometrik : memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya biasanya mempertimbangkan gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama. 4. Koreksi Top of Atmosphere (TOA) : koreksi pada citra yang dilakukan untuk menghilangakan distorsi radiometrik yang disebabkan oleh posisi matahari. 5. Resampling : sebuah metode pencitraan untuk meningkatkan (atau mengurangi) jumlah piksel dalam gambar digital. 6. Radian : radiasi dari objek ke sensor. 7. Pansharpening adalah proses menggabungkan citra multispektral yang memiliki resolusi spektral tinggi dengan citra pankromatik yang beresolusi spasial tinggi untuk menghasilkan citra baru berwarna dengan resolusi spektral dan spasial yang tinggi (Palsson,dkk., 2013). 5