UPAYA MENGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN METODE DEMONSTRASI KELAS X MA (MADRASAH ALIYAH) AL-MATHIRIYAH RUPIT TAHUN PELAJARAN 2015/2015 Ummu Aiman Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Diterima : Disetujui: Dipublikasikan: Oktober 2015 Abstrak Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pendekatan Scientific dengan Metode Demonstrasi Kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah (a) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA Al-Mathiriyah Rupit. (b) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA Al-Mathiriyah Rupit. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X (sepuluh) yang berjumlah 16 orang siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, tiap siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan non tes, sedangkan instrumen penelitian menggunakan tes dan lembar observasi. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,76% dengan nilai rata-rata 73,05, sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa mendapat persentase sebesar 72,05% dengan kriteria cukup. Adapun pada siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,50% dengan rata-rata 76,43 dan hasil observasi sebesar 81,30% dengan kriteria baik. Persentase peningkatan ratarata dari pra tindakan sampai akhir penelitian adalah 22,29%. Keyword: Pendekatan Scientific; Metode Demonstrasi; Hasil Belajar Fisika. PENDAHULUAN Dalam rangka menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki kreatifitas tinggi, maka pendidikan memerlukan konsep yang baku sehingga sistem pendidikan dapat menciptakan manusia yang cerdas dan kreatif. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berpedoman pada undang-undang tersebut pendidikan membentuk perwujudan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi dan sejalan dengan perkembangan teknologi. Pendidikan yang dikatakan mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang yakni pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan dapat menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan tidak terlepas dari suatu kegiatan yang disebut dengan belajar. Mengutip pendapat Antony Robbins (dalam Trianto,2009:15) belajar merupakan suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya. Siswa dikatakan berhasil apabila telah memperoleh nilai mencapai kriteria yang ditentukan oleh sekolah dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru berperan aktif dalam memotivasi siswa serta menciptakan iklim belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Selain itu, kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran dan metode yang tepat untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar dikelas juga sangat menentukan tercapai atau tidaknya keberhasilan dalam belajar terkhusus pelajaran fisika. Berdasarkan pengalaman penulis selama proses pembelajaran materi kalor di MA AlMathiriyah Rupit siswa sulit memahami materi palajaran terkhusus pada penjelasan mengenai materi pengertian kalor dan perubahan wujud, hal ini terlihat dari rendahnya respon umpan balik dari pertanyaan atau penjelasan guru, aktivitas belajar siswa selama pembelajaran tampak kurang semangat, kurang memperhatikan, kurang rasa ingin tahu, dan siswa cenderung tidak aktif. Permasalahan ini karena dalam proses pembelajaran guru tidak membiasakan siswa dalam menyelesaikan masalah dan lebih menekankan pada pengusaan materi ajar sehingga suasana belajar di dalam kelas lebih bersifat kaku serta terpusat pada satu arah yakni guru. Suasana belajar seperti ini tidak memberikan ruang yang luas pada siswa untuk terbiasa belajar aktif dalam menyelesaikan masalah. Dari dokumen kegiatan belajar mengajar guru, persentase perolehan nilai kriteria ketuntasan belajar pada mata pelajaran fisika materi kalor hanya sebesar 60,80%. Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang memahami materi kalor. Hal ini juga merupakan suatu masalah yang harus segera dipecahkan agar siswa dapat betul-betul memahami dan dapat menjawab permasalahan yang ada sehingga nilai siswa dan presentase ketuntasan belajar siswa nantinya dapat meningkat sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) suatu kelas yang dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa telah tuntas belajarnya. Artinya, guru dapat melanjutkan materi pembelajaran apabila telah tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal yakni paling sedikit sebesar 85%. Permasalahan belajar diatas membuat guru dituntut untuk melakukan beberapa inovasi baru dalam pembelajaran fisika dengan menerapkan pendekatan dan metode pelajaran yang tepat dan menyenangkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yakni dengan menerapkan pendekatan pembelajaran dan metode yang mampu mengembangkan cara belajar siswa aktif. Penguasaan berbagai pendekatan maupun metode belajar yang sesuai untuk setiap materi yang akan diajarkan menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi guru. Salah satu pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat diterapkan pada pelajaran fisika yakni pendekatan scientific dengan metode demonstrasi. Pendekatan scientific diharap menjadi wadah yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Pendekatan scientific menuntut siswa untuk terbiasa melakukan kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan setiap masalah yang diberikan dalam pembelajaran. Dengan siswa terbiasa melakukan berbagai tahapan pembelajaran tersebut dapat membantu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor berkembang dengan baik seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Sujarwanta, 2012:75) bahwa dengan mengembangkan keterampilan sains anak akan menjadi kreatif, mampu mempelajari tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang singkat, dapat menemukan dan mengembangkan sendiri fakta maupun konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Sedangkan metode demonstrasi itu sendiri merupakan metode yang sering diterapkan dalam pembelajaran fisika karena mengkombinasikan penjelasan lisan dan menunjukkan suatu konsep, prinsip dan hukum dalam pembelajaran fisika. Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati, mengukur serta mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang dipelajari dan pada akhirnya siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep yang dipelajari. Penerapan pendekatan scientific yang dirangkai dengan metode demonstrasi akan dapat membantu meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa terhadap materi pelajaran yang ada karena keduanya memiliki persamaan yakni melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi terbisa mengembangkan keterampilan dan kemampuan dengan baik. Berdasarkan uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pendekatan Scientific dengan Metode Demonstrasi Kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit Tahun Pelajaran 2014/2015". Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan: 1. Umum Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X MA AlMathiriyah Rupit tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi. 2. Khusus a) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA AlMathiriyah Rupit. b) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan pedekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA Al-Mathiriyah Rupit. KAJIAN PUSTAKA Hakekat Belajar Mengajar Belajar merupakan proses internal yang komplek. Sedangkan yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Damyati dan Mujiono, 2006:18). Hasil Belajar Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa dengan kemampuan yang dimiliki dalam menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti proses belajar yang meliputi beberapa aspek yakni kognitif, psikomotorik dan afektif dalam kurun waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan tes. Pendekatan Scientific pembelajaran yang menggunakan menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka secara aktif mengamati, menanya, Mengumpulkan Informasi, menalar dan mengomunikasikan. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Konsep Kalor Konsep Kalor merupakan salah satu konsep yang diajarkan pada siswa Madrasah Aliyah (SMA) kelas X semester II, Kalor adalah energi yang ditransfer antara sistem dan lingkungannya dikarenakan perbedaan suhu yang ada diantara sistem dan lingkungan (Halliday et al, 2010:521). Dengan satuan kalori. Kalori (kal) didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air dari 14,5oC ke 15,5oC. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian adalah Siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Al-Mathiriyah Rupit tahun pelajaran 2014/2015 yang 16 orang siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Masing-masing siklus diperlakukan 4 tahap sebagaimana dijelaskan oleh Aqib (2009:22). 3 MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau Ummu Aiman Prosedur dan langkah penelitian mengikuti prinsip yang berlaku dalam PTK dengan skema model spiral karya Kemmis dan Tagart. Secara rinci tahapan-tahapan dalam setiap siklus adalah: 1) tahap perencanaan yang meliputi merumuskan masalah yang diambil dari pokok bahasan materi kalor, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengaplikasikan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan yang diajarkan, membuat lembar observasi yang menilai aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, menyusun kisi-kisi tes dan soal tes yang siberikan pada akhir pembelajaran. 2) tahap tindakan yang meliputi peneliti melaksanakan rencana yang telah disusun, melakukan evaluasi proses dengan observasi dan mengevalusi hasil belajar dengan tes tertulis. 3) tahap observasi terdiri pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. 4) tahap refleksi, dari data pengamatan dapat digunakan untuk melakukan reflesi terhadap perencanaan dan tindakan yang telah dilakukan. Adanya kkelemahan pada siklus pertama segera dicari solusi alternatif untuk mendukung pertemuan selanjutnya. Solusi hasil refleksi dijadikan acuan untuk melakukan penelitian pada siklus kedua. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Data yang telah diperoleh dari hasil belajar siswa pada siklus pertama terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstasi dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan untuk hasil tes pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Nilai Hasil Tes pada Siklus II. Pelaksa naan tindakan ∑ siswa tes Siklus II 16 siswa Siklus I Jumlah siswa tes 16 siswa Tuntas Perse ∑ ntase siswa 68,75 11 % siswa Belum tuntas Persen ∑ tase siswa 31,25 5 % siswa ∑ siswa 14 siswa persen tase 12,50 % ∑ siswa 2 siswa Nilai ratarata 76,43 Aktivitas Belajar Siswa Hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa 79,69% siswa telah memperhatikan guru menjelaskan materi, 59,38% siswa mengajukan pertanyaan pada guru, 82,81% siswa sudah mencari informasi mengenai materi yang dipelajari dari berbagai sumber, 81,25% siswa sudah melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh sesuai LKS, 76,56% siswa sudah mendiskusikan hasil percobaan, 71,88% siswa bisa menyampaikan hasil percobaan di depan kelas, 67,19% siswa aktif memberikan pendapat, 65,63% siswa sudah dapat membuat kesimpulan pembelajaran pada materi kalor dan 64,06% siswa sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam belajar. Tabel 3 Persentase Ketercapaian Aktivitas Siswa Siklus I. No Item yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata skor: Kriteria: Nilai ratarata 73,05 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas atau secara individu dikatakan tuntas berjumlah 11 orang siswa atau sebesar 68,75% dengan rata-rata nilai 73, 05 sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 atau yang belum tuntas sebanyak 5 orang siswa atau sebesar 31,27%. Sehingga persentase ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus ini yaitu sebesar 68,75%. Persen tase 87,50 % Belum tuntas Dari tabel diatas diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas atau tuntas secara individu berjumlah 14 orang siswa atau 87,50% dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 berjumlah 2 orang siswa atau 12,50%. dengan nilai rata-rata tes sebesar 76,43. Tabel 1 Nilai Hasil Tes pada Siklus I. Pelaksa naan tindakan Tuntas Persentase 79,69 % 59,38 % 82,81 % 81,25 % 76,56 % 71,88 % 67,19 % 65,63 % 64,06 % 72,05 % Cukup Berdasarkan tabel diatas maka rata-rata persentase ketercapaian aktivitas siswa selama siklus I sebesar 72,05% dengan kriteria cukup. 4 MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau Ummu Aiman Sedangkan hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Persentase Ketercapaian Aktivitas Siswa Siklus II. No Item yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata skor: Kriteria: Persentase 93,75 % 84,38 % 84,38 % 81,25 % 85,94 % 82,81 % 79,69 % 70,31 % 68,75 % 81,30 % Baik Dari tabel diatas terlihat bahwa 93,75% siswa memperhatikan guru saat menjelaskan materi, 84,38% siswa mengajukan pertanyaan, 84,38% siswa mencari informasi mengenai materi yang dipelajari dari berbagai sumber baik berupa buku pelajaran maupun sumber lainnya, 81,25% siswa melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh sesuai LKS, 85,94% siswa aktif saat mendiskusikan hasil percobaan, 82,81% siswa mampu mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas, 79,69% siswa aktif memberikan pendapat, 70,31% siswa dapat membuat kesimpulan pembelajaran mengenai materi kalor dan 68,75% siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam proses pembelajaran berlangsung. Setelah data observasi dianalisis maka didapat rata-rata persentase ketercapaian sebesar 81,30% dengan kriteria baik. Meminta siswa secara kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS Membimbing siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS Mengamati siswa bekerja dalam kelompoknya Memanggil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya Memberi penghargaan kepada siswa/kelompok yang memperoleh hasil terbaik Menggunakan alat peraga pembelajaran secara efektif saat kegiatan demonstrasi Guru menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai EYD Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya Mengarahkan siswa ke jawaban yang benar Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi pembelajaran Jumlah Nilai Keaktifan Kriteria Keaktifan No Item yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jumlah: Nilai: Kriteria: Selain aktivitas siswa terdapat pula penilaian terhadap aktivitas guru pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi. Hasil analisis pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I Skor 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 44 68,75 Cukup Skor 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 56 87,50 Sangat Baik *item yang diamati sama seperti siklus I 2 4 4 3 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, menunjukkan nilai keaktifan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I masih rendah dengan nilai keaktifan guru pada siklus ini sebesar 78,75 dengan kategori cukup. Adapun aktivitas guru pada pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi pada siklus II mengalami peningkatan. Hasil analisis data observasi kegiatan guru siklus II dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus II. Aktivitas Guru Aspek Penilaian Memberi tahu siswa tentang pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan Memberi motivasi siswa untuk belajar Menyampaikan tujuan/indikator yang harus dicapai dalam proses pembelajaran Memberi apersepsi pada siswa sebelum memasuki materi pembelajaran Mengorganisasi siswa dalam kelompok Menyiapkan LKS untuk siswa 3 Dari tabel 6 diatas, terlihat bahwa aktivitas guru sudah menunjukkan peningkatan dari siklus I, 5 MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau Ummu Aiman dimana nilai keaktifan aktivitas guru selama mengelola pembelajaran pada siklus II adalah sebesar 87,50 yang berkategori sangat baik. Pembahasan Tiap Siklus Pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat kali pertemuan (6 jam pelajaran). Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan (3 jam pelajaran) dan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan (3 jam pelajaran). Pada tiap siklus guru mengaplikasikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi pada materi kalor. Secara umum pelaksanaan pembelajaran berlangsung lancar walaupun terdapat beberapa kendala yang menjadi keterbatasan peneliti. Pada siklus I kegiatan pelaksanaan dikelas dalam penyampaian materi kalor pada pembelajaran fisika, guru menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi dengan langkah-langkah kegiatan meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan materi. Pada kegiatan mengamati penjelasan materi pembelajaran dengan cara demonstrasi dilakukan oleh guru. Dari kegitan pengamatan tersebut siswa diarahkan untuk melakukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi kalor. Selanjutnya siswa yang dibagi menjadi beberapa kelompok melakukan kegiatan percobaan yang terdapat pada LKS sebagai pendukung. Kegiatan percobaan ini bertujuan agar siswa terbias mencari informasi dan menghubungkan informasi tersebut dengan teori yang telah ada yang pada akhirnya ditemukan suatu kesimpulan pembelajaran. Pada akhir diskusi setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dihadapan kelompok lain. Pada saat kegiatan pembelajaran kegiatan siswa dan guru diamati oleh seorang observer untuk mendapatkan data aktivitas selama tindakan siklus I. Selesai tindakan dilakukan tes untuk mmendapatkan data nilai pemahaman siswa terhadap materi kalor. Analisis penelitian terhadap tes hasil belajar persentase jumlah siswa yang tuntas pada siklus I adalah 68,75% dengan nilai rata-rata tes sebesar 73,05. Ini menunjukkan Perolehan persentase jumlah siswa yang tuntas pada siklus I belum mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 85% berarti siswa masih kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Analisis hasil observasi kegiatan siswa pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya aktivitas siswa yang masih rendah yakni dengan ditandai dengan pencapaian hasil observasi sebesar 72,05 dengan kategori cukup. Aspek yang memperoleh nilai yang paling rendah terdapat pada aspek ke dua yakni mengajukan pertanyaan dengan perolehan persentase sebesar 59,38%. Hal ini terjadi karena siswa masih malu-malu bertanya dan takut salah. Persentase tertinggi yang dicapai pada siklus I terdapat pada aspek ke tiga yaitu 82,81% siswa sudah mencari informasi mengenai materi yang dipelajari dari berbagai sumber. Sedangkan analisis hasil penilaian aktivitas guru menunjukkan aktivitas guru selama pembelajaran masih kurang ditandai dengan perolehan nilai sebesar 68,78 dengan kriteria cukup. Berdasarkan analisis aktivitas guru dan siswa serta hasil tes pada siklus I dilakukan refleksi. Berpedoman pada hasil analisis dan refleksi tersebut diatas, maka peneliti perlu mengadakan siklus penelitian selanjutnya yakni siklus II. Pada siklus II pembelajaran scientific dengan metode demonstrasi diaplikasikan pada pokok bahasan kalor dengan sub pokok bahasan asas black. Tindakan diawali dengan siswa mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru yang dibantu oleh siswa perwakilan dari tiap kelompok. Selain dari pengamatan siswa didorong untuk bertanya berkaitan dengan materi yang didemonstrasikan maupun materi kalor yang sudah diketahui. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan percobaan dan diskusi dengan kelompoknya masing-masing berdasarkan panduan bahan ajar dan LKS. Hasil percobaan dan diskusi disimpulkan dan dipresentasikan. Pada saat pembelajaran berlangsung kegiatan guru dan siswa diamati oleh observer dan selesai tindakan siklus II siswa diberi tes. Data hasil tes siklus II menunjukkan nilai rata-rata siswa terjadi peningkatan yaitu 76,43 dibandingkan dengan siklus I yakni 73,05. Ini berarti adanya peningkatan sebesar 3,43 atau 5,00%. Selain itu sebesar 87,50% siswa yang mengikuti tes tuntas. Peningkatan hasil tes pada siklus II dibandingkan siklus I menunjukkan nilai siswa telah mencapai KKM dan ketuntasan secara klasikal sebesar 85% siswa tuntas telah dicapai. 6 MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau Ummu Aiman Analisis hasil observasi kegiatan siswa pada pembelajaran siklus II (tabel 4) terlihat adanya peningkatan persentase pada tiap aspek pengamatan dengan perolehan nilai sebesar 81,30% dengan kategori baik. Artinya siswa memiliki semangat belajar yang baik untuk meraih hasil yang baik pula. Sedangkan hasil analisis observasi aktivitas guru selama pembelajaran siklus II adanya peningkatan cara guru mengelolah pembelajaran di dalam kelas yakni 87,50. Peningkatan tersebut karena adanya perbaikan cara mengelolah pembelajaran setelah dilaksanakan refleksi pada siklus I. Perbaikan tersebut berdasarkan masukan atau saran yang disampaikan oleh observer. Hasil analisis yang diperoleh pada siklus II dilakukan refleksi. Memperhatikan refleksi, maka penelitian ini cukup diperlukan tindakan sampai pada siklus kedua dalam mmengimplementasikan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan kalor Halliday, David, dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid I. Terjemahan oleh Erlangga. 2010. Jakarta: Erlangga. Sujarwanta, Agus. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Pendidikan, vol 16 Tahun 2012, 75. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendekatan scientific dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kalor di kelas X MA AlMathiriyah Rupit. Hal ini tergambar dari persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus I sebesar 68,75% dengan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 73,05, sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,50% dengan nilai rata-rata 76,43. Adapun persentase peningkatan nilai rata-rata setelah diberi tindakan sebesar 22,29%. 2. Pendekatan scientific dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kalor di kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit. Tergambar dari perolehan persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 72,05% dengan kategori cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,30% dengan kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Damyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 7 MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau Ummu Aiman