upaya mengkatkan hasil belajar fisika menggunakan pendekatan

advertisement
UPAYA MENGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN METODE DEMONSTRASI
KELAS X MA (MADRASAH ALIYAH) AL-MATHIRIYAH RUPIT
TAHUN PELAJARAN 2015/2015
Ummu Aiman
Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Diterima :
Disetujui:
Dipublikasikan: Oktober 2015
Abstrak
Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan
Pendekatan Scientific dengan Metode Demonstrasi Kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X MA Al-Mathiriyah Rupit tahun pelajaran
2014/2015 melalui penerapan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi. Sedangkan
tujuan khususnya adalah (a) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X
menggunakan pendekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA Al-Mathiriyah
Rupit. (b) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
pendekatan scientific dengan metode demonstrasi di MA Al-Mathiriyah Rupit. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas X (sepuluh) yang berjumlah 16 orang siswa. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, tiap siklus
meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan non tes, sedangkan instrumen penelitian
menggunakan tes dan lembar observasi. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan
ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,76% dengan nilai rata-rata 73,05, sedangkan hasil
observasi aktivitas belajar siswa mendapat persentase sebesar 72,05% dengan kriteria
cukup. Adapun pada siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,50% dengan rata-rata
76,43 dan hasil observasi sebesar 81,30% dengan kriteria baik. Persentase peningkatan ratarata dari pra tindakan sampai akhir penelitian adalah 22,29%.
Keyword: Pendekatan Scientific; Metode Demonstrasi; Hasil Belajar Fisika.
PENDAHULUAN
Dalam rangka menciptakan manusia
seutuhnya yang memiliki kreatifitas tinggi, maka
pendidikan memerlukan konsep yang baku
sehingga sistem pendidikan dapat menciptakan
manusia yang cerdas dan kreatif. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berpedoman
pada
undang-undang
tersebut pendidikan membentuk perwujudan
manusia yang dinamis. Oleh karena itu,
perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi dan
sejalan dengan perkembangan teknologi.
Pendidikan yang dikatakan mampu mendukung
pembangunan
dimasa
mendatang
yakni
pendidikan yang mampu mengembangkan
potensi siswa, sehingga yang bersangkutan dapat
menghadapi
dan
memecahkan
masalah
kehidupan yang dihadapinya.
Pendidikan tidak terlepas dari suatu
kegiatan yang disebut dengan belajar. Mengutip
pendapat
Antony
Robbins
(dalam
Trianto,2009:15) belajar merupakan suatu proses
aktif dimana siswa membangun pengetahuan
baru berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Siswa dikatakan
berhasil apabila telah memperoleh nilai
mencapai kriteria yang ditentukan oleh sekolah
dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru
berperan aktif dalam memotivasi siswa serta
menciptakan iklim belajar yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Selain itu,
kemampuan
guru
dalam
menggunakan
pendekatan pembelajaran dan metode yang tepat
untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar
dikelas juga sangat menentukan tercapai atau
tidaknya keberhasilan dalam belajar terkhusus
pelajaran fisika.
Berdasarkan pengalaman penulis selama
proses pembelajaran materi kalor di MA AlMathiriyah Rupit siswa sulit memahami materi
palajaran terkhusus pada penjelasan mengenai
materi pengertian kalor dan perubahan wujud,
hal ini terlihat dari rendahnya respon umpan
balik dari pertanyaan atau penjelasan guru,
aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
tampak
kurang
semangat,
kurang
memperhatikan, kurang rasa ingin tahu, dan
siswa cenderung tidak aktif. Permasalahan ini
karena dalam proses pembelajaran guru tidak
membiasakan siswa dalam menyelesaikan
masalah dan lebih menekankan pada pengusaan
materi ajar sehingga suasana belajar di dalam
kelas lebih bersifat kaku serta terpusat pada satu
arah yakni guru. Suasana belajar seperti ini tidak
memberikan ruang yang luas pada siswa untuk
terbiasa belajar aktif dalam menyelesaikan
masalah.
Dari dokumen kegiatan belajar mengajar
guru, persentase perolehan nilai kriteria
ketuntasan belajar pada mata pelajaran fisika
materi kalor hanya sebesar 60,80%. Ini
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
kurang memahami materi kalor. Hal ini juga
merupakan suatu masalah yang harus segera
dipecahkan agar siswa dapat betul-betul
memahami dan dapat menjawab permasalahan
yang ada sehingga nilai siswa dan presentase
ketuntasan belajar siswa nantinya dapat
meningkat sesuai dengan ketentuan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241)
suatu kelas yang dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut
terdapat ≥ 85% siswa telah tuntas belajarnya.
Artinya, guru dapat melanjutkan materi
pembelajaran
apabila
telah
tercapainya
ketuntasan belajar secara klasikal yakni paling
sedikit sebesar 85%.
Permasalahan belajar diatas membuat
guru dituntut untuk melakukan beberapa inovasi
baru dalam pembelajaran fisika dengan
menerapkan pendekatan dan metode pelajaran
yang tepat dan menyenangkan. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yakni dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran dan metode yang
mampu mengembangkan cara belajar siswa
aktif. Penguasaan berbagai pendekatan maupun
metode belajar yang sesuai untuk setiap materi
yang akan diajarkan menjadi salah satu hal yang
sangat penting bagi guru. Salah satu pendekatan
dan metode pembelajaran yang tepat diterapkan
pada pelajaran fisika yakni pendekatan scientific
dengan metode demonstrasi.
Pendekatan scientific diharap menjadi
wadah yang dapat membantu meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
Pendekatan scientific menuntut siswa untuk
terbiasa melakukan kegiatan mengamati,
menanya,
menalar,
mencoba
dan
mengomunikasikan setiap masalah yang
diberikan dalam pembelajaran. Dengan siswa
terbiasa
melakukan
berbagai
tahapan
pembelajaran tersebut dapat membantu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor berkembang
dengan baik seperti yang diungkapkan oleh
Gagne (dalam Sujarwanta, 2012:75) bahwa
dengan mengembangkan keterampilan sains
anak akan menjadi kreatif, mampu mempelajari
tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang
singkat, dapat menemukan dan mengembangkan
sendiri
fakta
maupun
konsep,
serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
nilai.
Sedangkan metode demonstrasi itu
sendiri merupakan metode yang sering
diterapkan dalam pembelajaran fisika karena
mengkombinasikan penjelasan lisan dan
menunjukkan suatu konsep, prinsip dan hukum
dalam pembelajaran fisika. Metode ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamati, mengukur serta mendapat gambaran
yang jelas tentang apa yang dipelajari dan pada
akhirnya siswa dapat menyimpulkan sendiri
konsep yang dipelajari.
Penerapan pendekatan scientific yang
dirangkai dengan metode demonstrasi akan
dapat membantu meningkatkan pemahaman dan
aktivitas siswa terhadap materi pelajaran yang
ada karena keduanya memiliki persamaan yakni
melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga siswa menjadi terbisa
mengembangkan keterampilan dan kemampuan
dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas penulis sangat
tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan
kelas yang berjudul "Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Menggunakan Pendekatan
Scientific dengan Metode Demonstrasi Kelas X
MA Al-Mathiriyah Rupit Tahun Pelajaran
2014/2015".
Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan:
1. Umum
Mendeskripsikan peningkatan hasil
belajar fisika siswa kelas X MA AlMathiriyah Rupit tahun pelajaran 2014/2015
melalui penerapan pendekatan scientific
dengan metode demonstrasi.
2. Khusus
a) Mendeskripsikan peningkatan hasil
belajar
fisika
siswa
kelas
X
menggunakan pendekatan scientific
dengan metode demonstrasi di MA AlMathiriyah Rupit.
b) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar menggunakan
pedekatan scientific dengan metode
demonstrasi di MA Al-Mathiriyah Rupit.
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Belajar Mengajar
Belajar merupakan proses internal yang
komplek. Sedangkan yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah seluruh mental yang
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
(Damyati dan Mujiono, 2006:18).
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai
siswa dengan kemampuan yang dimiliki dalam
menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti proses
belajar yang meliputi beberapa aspek yakni kognitif,
psikomotorik dan afektif dalam kurun waktu tertentu
yang diukur dengan menggunakan tes.
Pendekatan Scientific
pembelajaran
yang
menggunakan
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam
berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka
secara aktif mengamati, menanya, Mengumpulkan
Informasi, menalar dan mengomunikasikan.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian
bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai
dengan penjelasan lisan.
Konsep Kalor
Konsep Kalor merupakan salah satu konsep
yang diajarkan pada siswa Madrasah Aliyah (SMA)
kelas X semester II, Kalor adalah energi yang
ditransfer antara sistem dan lingkungannya
dikarenakan perbedaan suhu yang ada diantara
sistem dan lingkungan (Halliday et al, 2010:521).
Dengan satuan kalori. Kalori (kal) didefinisikan
sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg air dari 14,5oC ke 15,5oC.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian adalah Siswa kelas X
Madrasah Aliyah (MA) Al-Mathiriyah Rupit tahun
pelajaran 2014/2015 yang 16 orang siswa. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan 2
siklus. Masing-masing siklus diperlakukan 4 tahap
sebagaimana dijelaskan oleh
Aqib (2009:22).
3
MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau
Ummu Aiman
Prosedur dan langkah penelitian mengikuti prinsip
yang berlaku dalam PTK dengan skema model spiral
karya Kemmis dan Tagart.
Secara rinci tahapan-tahapan dalam setiap
siklus adalah: 1) tahap perencanaan yang meliputi
merumuskan masalah yang diambil dari pokok
bahasan materi kalor, peneliti membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang mengaplikasikan
pendekatan scientific dengan metode demonstrasi
pada pokok bahasan yang diajarkan, membuat
lembar observasi yang menilai aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung, menyusun
kisi-kisi tes dan soal tes yang siberikan pada akhir
pembelajaran. 2) tahap tindakan yang meliputi
peneliti melaksanakan rencana yang telah disusun,
melakukan evaluasi proses dengan observasi dan
mengevalusi hasil belajar dengan tes tertulis. 3)
tahap observasi terdiri pengamatan terhadap
aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung. 4) tahap refleksi, dari data pengamatan
dapat digunakan untuk melakukan reflesi terhadap
perencanaan dan tindakan yang telah dilakukan.
Adanya kkelemahan pada siklus pertama segera
dicari solusi alternatif untuk mendukung pertemuan
selanjutnya. Solusi hasil refleksi dijadikan acuan
untuk melakukan penelitian pada siklus kedua.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar
Data yang telah diperoleh dari hasil belajar
siswa pada siklus pertama terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
scientific dengan metode demonstasi dapat
dilihat pada tabel 1.
Sedangkan untuk hasil tes pada siklus kedua
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Nilai Hasil Tes pada Siklus II.
Pelaksa
naan
tindakan
∑
siswa
tes
Siklus II
16
siswa
Siklus I
Jumlah
siswa
tes
16
siswa
Tuntas
Perse
∑
ntase
siswa
68,75
11
%
siswa
Belum tuntas
Persen
∑
tase
siswa
31,25
5
%
siswa
∑
siswa
14
siswa
persen
tase
12,50
%
∑
siswa
2
siswa
Nilai
ratarata
76,43
Aktivitas Belajar Siswa
Hasil analisis terhadap aktivitas belajar
siswa pada siklus I menunjukkan bahwa 79,69%
siswa telah memperhatikan guru menjelaskan
materi, 59,38% siswa mengajukan pertanyaan pada
guru, 82,81% siswa sudah mencari informasi
mengenai materi yang dipelajari dari berbagai
sumber, 81,25% siswa sudah melakukan percobaan
dengan sungguh-sungguh sesuai LKS, 76,56% siswa
sudah mendiskusikan hasil percobaan, 71,88%
siswa bisa menyampaikan hasil percobaan di depan
kelas, 67,19% siswa aktif memberikan pendapat,
65,63% siswa sudah dapat membuat kesimpulan
pembelajaran pada materi kalor dan 64,06% siswa
sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dalam belajar.
Tabel 3
Persentase Ketercapaian Aktivitas Siswa Siklus I.
No Item yang
diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata skor:
Kriteria:
Nilai
ratarata
73,05
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa,
siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas atau secara
individu dikatakan tuntas berjumlah 11 orang siswa
atau sebesar 68,75% dengan rata-rata nilai 73, 05
sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah 70
atau yang belum tuntas sebanyak 5 orang siswa atau
sebesar 31,27%. Sehingga persentase ketuntasan
klasikal yang dicapai pada siklus ini yaitu sebesar
68,75%.
Persen
tase
87,50
%
Belum tuntas
Dari tabel diatas diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 70 ke atas atau tuntas secara
individu berjumlah 14 orang siswa atau 87,50% dan
siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70
berjumlah 2 orang siswa atau 12,50%. dengan nilai
rata-rata tes sebesar 76,43.
Tabel 1
Nilai Hasil Tes pada Siklus I.
Pelaksa
naan
tindakan
Tuntas
Persentase
79,69 %
59,38 %
82,81 %
81,25 %
76,56 %
71,88 %
67,19 %
65,63 %
64,06 %
72,05 %
Cukup
Berdasarkan tabel diatas maka rata-rata
persentase ketercapaian aktivitas siswa selama siklus
I sebesar 72,05% dengan kriteria cukup.
4
MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau
Ummu Aiman
Sedangkan hasil analisis terhadap aktivitas
belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4
Persentase Ketercapaian Aktivitas Siswa Siklus II.
No Item yang
diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata skor:
Kriteria:
Persentase
93,75 %
84,38 %
84,38 %
81,25 %
85,94 %
82,81 %
79,69 %
70,31 %
68,75 %
81,30 %
Baik
Dari tabel diatas terlihat bahwa 93,75%
siswa memperhatikan guru saat menjelaskan materi,
84,38% siswa mengajukan pertanyaan, 84,38%
siswa mencari informasi mengenai materi yang
dipelajari dari berbagai sumber baik berupa buku
pelajaran maupun sumber lainnya, 81,25% siswa
melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh
sesuai LKS, 85,94% siswa aktif saat mendiskusikan
hasil
percobaan,
82,81%
siswa
mampu
mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas,
79,69% siswa aktif memberikan pendapat, 70,31%
siswa dapat membuat kesimpulan pembelajaran
mengenai materi kalor dan 68,75% siswa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam
proses pembelajaran berlangsung.
Setelah data observasi dianalisis maka
didapat rata-rata persentase ketercapaian sebesar
81,30% dengan kriteria baik.
Meminta siswa secara kelompok menyelesaikan
masalah dalam LKS
Membimbing siswa dalam setiap kelompok
menyelesaikan masalah dalam LKS
Mengamati siswa bekerja dalam kelompoknya
Memanggil kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya
Memberi penghargaan kepada siswa/kelompok
yang memperoleh hasil terbaik
Menggunakan alat peraga pembelajaran secara
efektif saat kegiatan demonstrasi
Guru menggunakan bahasa yang baik dan benar
sesuai EYD
Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya
Mengarahkan siswa ke jawaban yang benar
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
dari materi pembelajaran
Jumlah
Nilai Keaktifan
Kriteria Keaktifan
No Item yang
diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah:
Nilai:
Kriteria:
Selain aktivitas siswa terdapat pula penilaian
terhadap aktivitas guru pada pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan scientific dengan metode
demonstrasi. Hasil analisis pada siklus I dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I
Skor
3
3
3
3
3
1
3
2
3
3
1
44
68,75
Cukup
Skor
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
56
87,50
Sangat Baik
*item yang diamati sama seperti siklus I
2
4
4
3
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, menunjukkan
nilai keaktifan guru dalam mengelola pembelajaran
pada siklus I masih rendah dengan nilai keaktifan
guru pada siklus ini sebesar 78,75 dengan kategori
cukup.
Adapun aktivitas guru pada pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific dengan metode
demonstrasi pada siklus II mengalami peningkatan.
Hasil analisis data observasi kegiatan guru siklus II
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus II.
Aktivitas Guru
Aspek Penilaian
Memberi tahu siswa tentang pendekatan dan
metode pembelajaran yang digunakan
Memberi motivasi siswa untuk belajar
Menyampaikan tujuan/indikator yang harus dicapai
dalam proses pembelajaran
Memberi apersepsi pada siswa sebelum memasuki
materi pembelajaran
Mengorganisasi siswa dalam kelompok
Menyiapkan LKS untuk siswa
3
Dari tabel 6 diatas, terlihat bahwa aktivitas
guru sudah menunjukkan peningkatan dari siklus I,
5
MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau
Ummu Aiman
dimana nilai keaktifan aktivitas guru selama
mengelola pembelajaran pada siklus II adalah
sebesar 87,50 yang berkategori sangat baik.
Pembahasan Tiap Siklus
Pelaksanaan
pembelajaran
penelitian
tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua
siklus dengan empat kali pertemuan (6 jam
pelajaran). Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan
(3 jam pelajaran) dan siklus II dilaksanakan dua kali
pertemuan (3 jam pelajaran). Pada tiap siklus guru
mengaplikasikan
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan scientific dengan metode
demonstrasi pada materi kalor. Secara umum
pelaksanaan pembelajaran berlangsung lancar
walaupun terdapat beberapa kendala yang menjadi
keterbatasan peneliti.
Pada siklus I kegiatan pelaksanaan dikelas
dalam penyampaian materi kalor pada pembelajaran
fisika, guru menggunakan pendekatan scientific
dengan metode demonstrasi dengan langkah-langkah
kegiatan meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi,
menalar
dan
mengomunikasikan materi.
Pada kegiatan mengamati penjelasan
materi pembelajaran dengan cara demonstrasi
dilakukan oleh guru. Dari kegitan pengamatan
tersebut siswa diarahkan untuk melakukan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi kalor.
Selanjutnya siswa yang dibagi menjadi beberapa
kelompok melakukan kegiatan percobaan yang
terdapat pada LKS sebagai pendukung. Kegiatan
percobaan ini bertujuan agar siswa terbias
mencari informasi dan menghubungkan
informasi tersebut dengan teori yang telah ada
yang pada akhirnya ditemukan suatu kesimpulan
pembelajaran. Pada akhir diskusi setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusi
dihadapan kelompok lain.
Pada saat kegiatan pembelajaran kegiatan
siswa dan guru diamati oleh seorang observer
untuk mendapatkan data aktivitas selama
tindakan siklus I. Selesai tindakan dilakukan tes
untuk mmendapatkan data nilai pemahaman
siswa terhadap materi kalor.
Analisis penelitian terhadap tes hasil belajar
persentase jumlah siswa yang tuntas pada siklus I
adalah 68,75% dengan nilai rata-rata tes sebesar
73,05. Ini menunjukkan Perolehan persentase
jumlah siswa yang tuntas pada siklus I belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar
85% berarti siswa masih kurang memahami materi
pembelajaran dikarenakan siswa tidak dilibatkan
secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Analisis hasil observasi kegiatan siswa
pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya
aktivitas siswa yang masih rendah yakni dengan
ditandai dengan pencapaian hasil observasi sebesar
72,05 dengan kategori cukup. Aspek yang
memperoleh nilai yang paling rendah terdapat pada
aspek ke dua yakni mengajukan pertanyaan dengan
perolehan persentase sebesar 59,38%. Hal ini terjadi
karena siswa masih malu-malu bertanya dan takut
salah. Persentase tertinggi yang dicapai pada siklus I
terdapat pada aspek ke tiga yaitu 82,81% siswa
sudah mencari informasi mengenai materi yang
dipelajari dari berbagai sumber.
Sedangkan analisis hasil penilaian aktivitas
guru menunjukkan aktivitas guru selama
pembelajaran masih kurang ditandai dengan
perolehan nilai sebesar 68,78 dengan kriteria cukup.
Berdasarkan analisis aktivitas guru dan siswa
serta hasil tes pada siklus I dilakukan refleksi.
Berpedoman pada hasil analisis dan refleksi tersebut
diatas, maka peneliti perlu mengadakan siklus
penelitian selanjutnya yakni siklus II.
Pada siklus II pembelajaran scientific
dengan metode demonstrasi diaplikasikan pada
pokok bahasan kalor dengan sub pokok bahasan
asas black. Tindakan diawali dengan siswa
mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan
oleh guru yang dibantu oleh siswa perwakilan
dari tiap kelompok.
Selain dari pengamatan siswa didorong
untuk bertanya berkaitan dengan materi yang
didemonstrasikan maupun materi kalor yang
sudah diketahui. Selanjutnya siswa melakukan
kegiatan percobaan dan diskusi dengan
kelompoknya
masing-masing
berdasarkan
panduan bahan ajar dan LKS. Hasil percobaan
dan diskusi disimpulkan dan dipresentasikan.
Pada saat pembelajaran berlangsung kegiatan
guru dan siswa diamati oleh observer dan selesai
tindakan siklus II siswa diberi tes.
Data hasil tes siklus II menunjukkan nilai
rata-rata siswa terjadi peningkatan yaitu 76,43
dibandingkan dengan siklus I yakni 73,05. Ini
berarti adanya peningkatan sebesar 3,43 atau 5,00%.
Selain itu sebesar 87,50% siswa yang mengikuti tes
tuntas. Peningkatan hasil tes pada siklus II
dibandingkan siklus I menunjukkan nilai siswa telah
mencapai KKM dan ketuntasan secara klasikal
sebesar 85% siswa tuntas telah dicapai.
6
MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau
Ummu Aiman
Analisis hasil observasi kegiatan siswa pada
pembelajaran siklus II (tabel 4) terlihat adanya
peningkatan persentase pada tiap aspek pengamatan
dengan perolehan nilai sebesar 81,30% dengan
kategori baik. Artinya siswa memiliki semangat
belajar yang baik untuk meraih hasil yang baik pula.
Sedangkan hasil analisis observasi aktivitas
guru selama pembelajaran siklus II adanya
peningkatan cara guru mengelolah pembelajaran di
dalam kelas yakni 87,50. Peningkatan tersebut
karena adanya perbaikan cara mengelolah
pembelajaran setelah dilaksanakan refleksi pada
siklus I. Perbaikan tersebut berdasarkan masukan
atau saran yang disampaikan oleh observer.
Hasil analisis yang diperoleh pada siklus II
dilakukan refleksi. Memperhatikan refleksi, maka
penelitian ini cukup diperlukan tindakan sampai
pada siklus kedua dalam mmengimplementasikan
pendekatan scientific dengan metode demonstrasi
pada pokok bahasan kalor
Halliday, David, dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi
Ketujuh Jilid I. Terjemahan oleh Erlangga.
2010. Jakarta: Erlangga.
Sujarwanta,
Agus.
2012.
Mengkondisikan
Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan
Saintifik. Jurnal Nuansa Pendidikan, vol 16
Tahun 2012, 75.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendekatan
scientific
dengan
metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi kalor di kelas X MA AlMathiriyah Rupit. Hal ini tergambar dari
persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada
siklus I sebesar 68,75% dengan nilai rata-rata
hasil belajar sebesar 73,05, sedangkan pada
siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar
87,50% dengan nilai rata-rata 76,43. Adapun
persentase peningkatan nilai rata-rata setelah
diberi tindakan sebesar 22,29%.
2. Pendekatan
scientific
dengan
metode
demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi kalor di kelas X MA
Al-Mathiriyah Rupit. Tergambar dari perolehan
persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah
72,05% dengan kategori cukup, dan pada siklus
II meningkat menjadi 81,30% dengan kategori
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Damyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
7
MIPA Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau
Ummu Aiman
Download