BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infeksi menular seksual atau penyakit kelamin (veneral diseases) telah lama dikenal dan beberapa negara, diantaranya sangat popular di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing nanah, dengan semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, semakin banyak pula ditemukan jenis-jenis penyakit baru, sehingga istilah penyakit kelamin yang dulu banyak disebut sudah dianggap tidak sesuai lagi dan diubah menjadi menjadi sexually transmitted diseases (STD) atau infeksi menular seksual (IMS). Penyakit menular seksual menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia sampai sekarang. Infeksi menular seksual atau IMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centre of Disease Control and Prevention (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per-tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki resiko paling tinggi untuk tertular infeksi menular seksual, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Infeksi menular seksual ( IMS ) merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang komplek. Berbagai IMS meningkatkan resiko penularan HIV sekurangnya tiga atau empat kali. Jenis yang paling sering ditemui di masyarakat adalah trikomoniasis, klamidia, gonore dan sifilis yang sebenarnya mudah diobati. Dari laporan rutin puskesmas dan rumah sakit pemerintah, setiap tahun terdapat sekitar 30.000 orang menderita IMS yang bisa diobati. Sebagian besar perempuan yang terkena IMS (50%), tidak menyadari dirinya terinfeksi sehingga berkembang menjadi penyakit kronis (FCI, 2000). Hampir seluruh IMS dapat diobati. Namun, bahkan IMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. IMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya 1 adalah IMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa IMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan. Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian mainan seksual, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai seks aman . Satusatunya yang betul-betul seks aman adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap aman. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin. Angka infeksi menular seksual saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebaranya sulit di telusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya. Di Medan, penyakit sifilis meningkat terutama pada kelompok wanita pekerja seksual. Angka kejadian penyakit ini tiap tahun terus meningkat. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak 2008 sebesar 15,4%, sedangkan 2009 terus menunjukan peningkatan menjadi 18,9%. Sementara 2010 menjadi 2 22,1%. Infeksi menular seksual (IMS) menunjukan peningkatan setiap tahunnya 3-4%. Pada umumnya kasus terbanyak dialami wanita pekerja seks dengan katagori usia 20 hingga 29 tahun. Sementara penderita infeksi menular seksual (IMS) di provinsi DIY terdapat 1.140 jiwa pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 1.323 jiwa, untuk semua jenis kasus IMS dan semua jenis golongan umur. (Dinkes DIY). Sementara kasus HIV dan AIDS di DIY hingga Juni 2012 mencapai 1.797 kasus yang terdiri 1.036 kasus HIV dan 761 kasus AIDS. Usia terbanyak dari kasus HIV dan AIDS terjadi pada rentang usia 2029 tahun. Sehingga menempatkan DIY menduduki peringkat ke-9 dari 33 provinsi di Indonesia dalam jumlah penderita HIV/Aids. Laju peningkatan penderita di DIY cukup tinggi dibandingkan skala jumlah penduduk. Kasus ini didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga yang hanya memiliki satu pasangan seksual saja. Di wilayah DIY Kota Yogyakarta menduduki peringkat pertama dalam hal banyaknya jumlah penderita. Frekuensi kasus HIV/Aids di DIY pada 1993-2011 mencapai 1580 orang, dan 485 diantaranya tercatat ada di wilayah Kota Yogyakarta. Dari data tersebut diketahui 1269 masih hidup, 188 meninggal dunia dan 51 lainnya tidak diketahui nasibnya. Masalah IMS yang terjadi di Provinsi DIY semakin tahun semakin meningkat, hal ini harus segera dicegah untuk mengurangi jumlah penderita setiap tahunnya, untuk itu harus ada manajemen yang kuat untuk menanggulangi masalah infeksi menular seksual (IMS) di provinsi DIY. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY? 2. Bagaimana Manajemen Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY? 3 1.3 TUJUAN 1. Untuk Mengetahui Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY? 2. Untuk Mengetahui Manajemen Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY? 1.4 MANFAAT Untuk nenambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca mengenai masalah penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual (IMS) yang terjadi di provinsi DIY, serta untuk menambah refrensi yang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) / PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi yang digolongkan dalam IMS/PMS salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu : a. Melalui darah : transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja, menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat). b. c. Dari ibu hamil kepada bayi : saat hamil, saat melahirkan, saat menyusui. Penyebab Bakteri Bacterial Vaginosis (BV) – not officially an STD but affected by sexual activity. Chancroid (Ulkus mole) Donovanosis (Granuloma inguinale or Calymmatobacterium granulomatis) 5 Gonorrhea(GO atau kencing nanah). Klamidia Lymphogranuloma venereum (LGV) (Chlamydia trachomatis serotypes L1, L2, L3.) d. Non-gonococcal urethritis (NGU) Staphylococcal infection Syphilis, Sifilis, Raja Singa Penyebab Fungi/jamur Trichophyton rubrum Candidiasis, Yeast Infection e. Penyebab Virus Adenoviruses Cervical cancer, Kanker serviks Condiloma akuminata, Jengger ayam Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis E (transmisi via fecal-oral) Herpes simpleks – Herpes 1,2 HIV/AIDS Human T-lymphotropic virus (HTLV)-1 Human T-lymphotropic virus (HTLV)-2 Human Papilloma Virus (HPV) Molluscum Contagiosum Virus (MCV) Mononucleosis – Cytomegalovirus CMV – Herpes 5 Mononucleosis – Epstein-Barr virus EBV – Herpes 4 Sarkoma kaposi, Kaposi’s sarcoma (KS) – Herpes 8 f. Penyebab Parasit Pubic lice, colloquially known as “crabs” (Phthirius pubis) Scabies (Sarcoptes scabiei) 6 g. Penyebab Protozoa : Trichomoniasis Infeksi-infeksi perut yang ditularkan melalui jalur seksual (anal-oral contamination / fecal-oral) : Penyebab bakteri: Shigella, Campylobacteriosis, dan Salmonellosis. Penyebab virus : Hepatitis A, Adenoviruses. Parasit : Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidiosis, Kriptosporidiosis. Infeksi-infeksi mulut yang (kemungkinan) bisa ditularkan melalui jalur seksual Common colds, influenza, infeksi Staphylococcal, Escherichia_coli_O157:H7, Adenoviruses, Human Papillomavirus, Herpes Zoster, Hepatitis B and the yeast Candida albicans. 2.1.1 Gejala – gejala IMS IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai berikut : a. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya, b. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi c. sering kencing, Adanya luka terbuka , luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun tidak), d. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin, e. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin, f. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha, g. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri, h. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada hubungannya dengan haid), i. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan j. Secara umum merasa tidak enak badan atau demam 7 2.1.2 Penanganan IMS yang Benar a. Segera pergi ke dokter untuk diobati Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita. Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung jenis IMS yang diderita Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab. b. Ikuti saran dokter Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran dokter) , maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan. c. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS Hal ini berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda. d. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks (khususnya pasangan sah) e. Pasangan seksual Anda juga harus diperiksa dan berobat ke dokter. Jika tidak, IMS yang diderita akan ulang-alik dari kita ke pasangan kita, kemudian dari pasangan kita ke kita dan seterusnya. Kedua belah pihak harus disembuhkan agar tidak saling menulari kembali. 2.1.3 Pencegahan IMS Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara : a. Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau b. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami) dan saling setia, atau 8 c. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks berisiko (harus selalu menggunakan kondom). d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku. e. Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada kawan-kawan Anda. 2.2 MACAM – MACAM INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) / PENYAKIT MENULAR SEKSUAL 1. HIV / AIDS a. Pengertian HIV/AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lainlain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada 9 Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara. Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadangkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). b. Penyakit AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem 10 kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. c. Penyebab AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu. Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang 11 terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup. d. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS Darah Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb. Cairan Vagina pada Perempuan Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjammeminjam alat bantu seks, oral seks, dll. Air Susu Ibu / ASI Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya. Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ : Air liur / air ludah / saliva Feses / kotoran / tokai / bab / tinja Air mata Air keringat Air seni / air kencing / air pipis / urin / urineDiagnosis 12 e. Diagnosis Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat. f. Pencegahan Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan. 2. GONORRHEA (KENCING NANAH) a. Kencing nanah (gonorrhea atau gonorrhoea) Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher 13 rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. b. Gejala Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun kadang-kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi yang baru 14 lahir juga bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan menimbulkan kebutaan. c. Komplikasi Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintikbintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat. d. Diagnosis dan pengobatan Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin atau amoxilin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus). e. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual 15 b. hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil) c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual 3. SIFILIS a. Pengertian penyakit sifilis Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, baik vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan, tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian. b. Gejala dan tanda-tanda terkena sifilis Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan: 1. Fase Primer Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan. 16 2. Fase Sekunder Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi.Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur.Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri.Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat.Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia. 3. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul . 17 4. Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama : Sifilis tersier jinak. Pada saat ini jarang ditemukan.Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala.Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari. Sifilis kardiovaskuler. Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian. Neurosifilis. Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik. c. Cara penanganan yang baik Untuk ke depannya, jika sifilis menerima penanganan dengan baik pada awal terkena sifilis, akan memberikan hasil yang cukup baik. Perlu diingat, kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada kriteria pasti mengenai kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua, tetapi sifilis bisa dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan tidak ada gejala yang timbul. Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya, karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan 18 seksual sampai penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani pengobatan. Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin: Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong, masing-masing 1 kali. Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan tambahan dengan selang waktu 1 minggu. Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua bentuk sifilis fase tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan lebih lama. Jika penderita Alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-oral selama 2-4 minggu. Lebih dari 50% penderita sifilis stadium dini, terutama sifilis faseskunder, mengalami reaksi Jarisch-Herxheimer dalam waktu 2-12 jam setelah pengobatan pertama. Reaksi ini diyakini merupakan akibat dari matinya jutaan bakteri. Gejalanya adalah merasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil dan semakin memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu.Penderita neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan.Setelah menjalani pengobata, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara teratur. Hasil positif dari pemeriksaan antibodi biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang lain. 19 4. HERPES GENETALIS a. Pengertian Herpes genitalis merupakan infeksi akut pada alat kelamin dengan gambaran khas berupa glembung-glembung berisi cairan yang berkelompok. Pada umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe II (HVS II). Namun sebagian kecil dapat pula disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II (HVS I). Faktor pemicu yang dapat mempermudah terjangkitnya penyakit ini yaitu trauma bersenggama, menstruasi, stres emosi, gangguan pencernaan, kecapaikan dan obatobatan. b. Gejala Pada mulanya timbul sekumpulan glembung-glembung bersisi cairan pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal. Kadangkadang disertai kelemahan badan, demam dan nyeri otot. Masa inkubasi sukar ditentukan biasanya berkisar antara 2-12 hari. Pada wanita penyakit ini menyerang daerah labia mayora, labia minora, klitoris dan introitus vaginae. Pada pria penyakit ini menyerang pangkal/batang/kepala penis. c. Pengobatan Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis. Obat-obatan topikal yang sering dipakai sebagai berikut : Providon yodium Idoksuridin (IDU) 20 Sitosin arabinosida/sitarabin Adenin arabinosida/vidarabin Pelarut organik : alkohol 70%, eter, timbol 40% dalam kloroform Dapat juga dengan memberikan : Asiklovir 5 x 200 mg selama 5-7 hari, Valasiklovir 2 x 500 mg selama 7 hari dan Famsiklovir 2 x 250 mg selama 7 hari. d. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : Mengenal lebih dalam seluk-beluk penyakit ini. Pemakaian kondom atau bahan spermisidal (tetapi cara ini tidak menjamin sepenuhnya bahaya penularan). Melindungi diri atau pasangannya dari kemungkinan tertular (abstinensia seksual). Menjaga mutu gizi yang baik. Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh terutama kulit. Menghindari faktor-faktor pencetus kekambuhan yang lain sebisa mungkin. GAMBAR AKIBAT PENYAKIT HERPES GENITALIS 21 5. KONDILOMA AKUMINATA (JENGGER AYAM) a. pengertian kondiloma Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh human papilloma virus. Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan papova. Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa penularannya melalui kontak kulit langsung atau hubungan badan sehingga digolongkan juga ke dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Kurangnya kebersihan dan lingkungan yang lembap serta basah dapat mempermudah terjangkitnya penyakit ini. 22 b. Gejala Pada awalnya tampak adanya tonjolan-tonjolan runcing atau datar yang berjumlah banyak. Selanjutnya, tonjolan-tonjolan itu akan semakin membesar dan tampak vegetasi bertangkai dan berwarna kemerahan. Permukaannya tidak rata tetapi berjonjot-jonjot. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah lipatan tubuh yang lembap seperti di daerah alat kelamin. Jika terjadi infeksi sekunder warnanya dapat berubah menjadi ke abu-abuan atau kehitaman dan mengeluarkan bau. Pada pria sering ditemukan di preputium, muara penis, batang, kepala penis, muara uretra eksterna dan disekitar anus. Pada wanita dapat terjadi disekitar vagina. Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan di bawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada 23 pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol). Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat. c. Penyebab Virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan. d. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa di bawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin. 24 e. Pengobatan Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat berikut : Pengolesan daerah yang terkena kondiloma akuminata dengan tingtura podofilin 20%, 1-2 minggu. Salep 5 fluorourasil 5%. Bedah listrik (elektrokauterisasi). Bedah skapel (eksisi). Bedah beku dengan nitrogen cair. Pada yang tidak dikhitan dapat dilakukan eksisi dan khitan. d. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Selain itu jagalah agar tubuh tidak selalu berkeringat atau dalam keadaan lembap. Bagi pria sebaiknya dilakukan khitan sejak kecil. Sebaiknya tidak melakukan kontak seksual dengan penderita karena dapat tertular penyakit ini. Pencegahan pada pasangan suami istri juga harus dilakukan. Pada penderita wanita dilakukan pemeriksaan pap’s smear. 6. KLAMIDIA a. Pengertian Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C. trachomatis hanya ditemukan pada manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata. Penyakit ini adalah merupakan salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia – yang diperkirakan sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi Klamidia. C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia. Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya 25 selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis). Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalahmasalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Klamidia mudah diobati dengan antibiotik. Pada wanita, klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang berakibat wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai anak). Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonore dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1 – 25 % pria dengan aktivitas seksual aktif. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia. b. Gejala-Gejala Klamidia / Symptoms For Chlamydia a). Penyakit kelamin Infeksi klamidia pada leher rahim (cervicitis) adalah penyakit menular seksual yang asimtomatik (tidak bergejala) pada sekitar 50-70% wanita yang terinfeksi dengan penyakit ini. Infeksi dapat ditularkan melalui vagina, anal, ataupun oral. Mereka yang mengalami asimtomatik ini kira-kira setengahnya akan mengembangkan Penyakit Radang Panggul (PRP), istilah umum untuk infeksi rahim, saluran tuba, dan / atau ovarium. PRP dapat 26 menyebabkan munculnya jaringan parut di dalam organ-organ reproduksi, yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk nyeri panggul kronis, kesulitan menjadi hamil, ektopik (tuba) kehamilan, dan komplikasi pada kehamilan lainnya yang berbahaya. Chlamydia menyebabkan 250.000 sampai 500.000 kasus PID setiap tahun di Amerika Serikat. Wanita yang terinfeksi dengan klamidia adalah hingga lima kali lebih mungkin terinfeksi HIV, jika terkena. Chlamydia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita, hal itu mungkin tidak menimbulkan gejala pada 75% kasus, dan dapat tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau tahunan sebelum ditemukan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk: perdarahan yang tidak biasa atau cairan vagina, rasa sakit di perut, nyeri saat hubungan seksual (dispareunia), demam, nyeri buang air kecil dan dorongan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya. Pada pria, Chlamydia menunjukkan gejala infeksi uretritis (radang uretra) di sekitar 50% dari kasus. Gejala yang mungkin terjadi meliputi: nyeri atau rasa panas ketika buang air kecil, kotoran yang tidak biasa dari penis, testikel bengkak atau lembut, dan demam. Cairan yang keluar/menetes atau purulent exudate, umumnya kurang kental dan lebih ringan dalam warna dibanding pada kasus gonore. Jika tidak diobati, Chlamydia pada laki-laki mungkin akan menyebar ke testis menyebabkan epididimitis, yang dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan kemandulan jika tidak dirawat dalam jangka waktu 6 sampai 8 minggu. Chlamydia menyebabkan lebih dari 250.000 kasus epididimitis di Amerika Serikat setiap tahun. Chlamydia juga merupakan penyebab potensial prostatitis (peradangan pada kelenjar prostat) pada pria, meskipun relevansinya dalam hal ini masih sulit dipastikan karena ada kemungkinan kontaminasi dari uretritis. 27 b). Penyakit Mata Konjungtivitis klamidia Konjungtivitis klamidia atau trakoma pernah menjadi penyebab paling penting kebutaan di seluruh dunia, tetapi perannya berkurang dari 15% dari kasus kebutaan oleh trakoma pada tahun 1995 menjadi 3,6% pada tahun 2002. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata oleh jari, berbagi handuk atau kain, batuk dan bersin. Bayi yang baru lahir dapat juga mengembangkan infeksi mata Chlamydia melalui persalinan. c). Kondisi Rheumatological Klamidia juga dapat menyebabkan artritis reaktif – tiga serangkai artritis, konjungtivitis dan uretritis (radang uretra) – terutama pada anak laki-laki. Sekitar 15.000 orang mengembangkan artritis reaktif karena infeksi klamidia setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 5.000 secara permanen terpengaruh olehnya. Ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, walaupun lebih sering terjadi pada pria. d). Infeksi Perinatal Sebanyak separuh dari semua bayi yang lahir dari ibu dengan klamidia akan lahir dengan penyakit ini. Klamidia dapat mempengaruhi bayi dengan menyebabkan aborsi spontan, kelahiran prematur, konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan, dan pneumonia (radang paru-paru). Konjungtivitis 28 karena Chlamydia biasanya terjadi satu minggu setelah kelahiran (bandingkan dengan menyebabkan kimia yang dalam hitungan jam atau gonore (2 sampai 5 hari). e). Kondisi lain Chlamydia trachomatis juga merupakan penyebab lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar getah bening dan limfatik. Biasanya ditunjukkan dengan ulserasi genital dan pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan, tapi mungkin juga muncul sebagai proktitis (radang anus), demam atau pembengkakan kelenjar getah bening di wilayah lain dari tubuh. c. Diagnosis Bagi wanita aktif seksual yang tidak hamil, skrining dianjurkan pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang beresiko terinfeksi. Faktor risiko mencakup sejarah klamidia atau infeksi menular seksual lainnya, memiliki mitra seksual baru atau banyak mitra seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Para ahli masih belum menemukan kesepakatan universal apakah screening penting untuk laki-laki. Diagnosis terhadap infeksi-infeksi klamidia genital berkembang pesat dari tahun 1990-an sampai 2006. Nucleic acid amplification tests (NAAT), seperti pada polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA), dan DNA strand displacement amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tes andalan. NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampel spesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-laki). d. Pengobatan Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut: Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau 29 Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari. Tetrasiklin Eritromisin e. Pencegahan Khusus perempuan hamil yang terinfeksi chlamydia dapat diobati dengan erythromycin. Saat terinfeksi penyakit ini sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual, atau gunakan kondom untuk mencegah penularan berulang. 7. CA. SERVIK a. Pengertian Adalah kanker yang menyerang bagian serviks (mulut rahim). Kanker atau karsinoma sendiri merupakan istilah medis yang biasanya digunakan untuk menyebut suatu massa/tumor/ benjolan yang memiliki sifat ganas. Massa/tumor ini merupakan penyakit pertumbuhan sel dalam tubuh dimana bentuknya, sifat dan juga kinetikanya berbeda dengan sel normal tubuh lainnya. Pertumbuhan sel kanker umumnya sangat liar, terlepas dari kendali pertumbuhan sel normal. b. Penyebabnya Secara umum penyebab kanker dapat dibedakan menjadi 3 golongan yakni : Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen dalam tubuh) Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker) c. Yang Berisiko Ca. Servik Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang wanita memiliki risiko (predesposisi) lebih tinggi dibandingkan wanita lainnya untuk terkena kanker rahim. Adapun faktor tersebut yakni, 30 Gadis yang melakukan coitus/jima’ pertama (coitarche) saat usianya kurang dari 17 tahun. Wanita dengan riwayat paritas (persalinan) yang tinggi/banyak (umumnya lebih dari 5 kali melahirkan) apalagi dengan jarak persalinan yang terlampau dekat (kurang dari 2 tahun) Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas) Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga kebersihan alat genital) Wanita yang mengalami infeksi virus Humman Papiloma Virus Wanita yang merokok. d. Terjadinya Ca Serviks Pada dasaranya kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel tubuh yang abnormal. Dalam kasus ca serviks, terjadi karena sel penyusun serviks (sel epitel) yang normal berubah menjadi bentuk abnormal. Secara anatomis, serviks dibagi menjadi 2 bagian yakni eksoserviks/portio (bagian luar) dan endoserviks kanalis serviks (bagian dalam). Masing-masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun yang disebut dengan sel epitel. Pada bagian eksoserviks dilapisi oleh sel epitel gepeng berlapis (squamous compleks), sedangkan pada endoserviks dilapisi oleh sel epitel kuboid / silindris pendek selapis bersilia. Pada daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut “squamo-columnar junction (SJC)”. Nah pada bagian peralihan inilah, sel-sel epitel itu biasanya akan mengalami metaplasi (perubahan se menjadi abnormal) Hal ini disebabkan karena sel-sel itu saling bertumpuk dan saling mendesak, sehingga sel-sel tersebut bila tersensivitas bisa berubah menjadi sel yang abnormal. e. Penyebaran Ca.Servik Kanker serviks dapat menyebar ke berbagai oragn tubuh lainnya. Penyebaran ini terjadi melalui jalur limfogen (melalui getah bening). 31 Sel-sel kanker ini akan masuk ke getah bening dan selanjutnya akan ikut peredaran dari getah bening ini.Penyebaran ke area sekitar juga bisa terjadi seperti ke uterus(rahim), pelvis (panggil) atau vesica urinaria (kandung kemih). Penyebaran kanker ke tempat yang jauh (dalam istilah medis disebut metastasis) dapat mengenai organ seperti paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak. Dari penyebaran inilah dapat diketahui stadium dari kanker apakah stadium dini (stadium Ia, Ib, IIa) atau stadium lanjut (IIb, III, dan IV). Semakin tinggi stadium, semakin kecil pula angka kesembuhannya. Stadium IV disebut juga sebagia stadium terminal/akhir dimana sudah terjadi penyebaran ke organorgan jauh dan harapan hidup sekitar <10%. f. Tanda dan Gejalanya a) Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama. Hal ini biasanya merupakan tanda umum yang sering dijumpai. Perdarahan yang terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan serviks. Saat coitus, umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks. Karena jaringan yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan mudah terjadi. b) Keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan. Keputihan ini lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena adanya proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker tersebut. c) Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada perut bagian bawah. d) Anemia (karena perarahan hebat pada vagina) e) Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organorgan lainnya misalnya: paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis 32 hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali (pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut) otak : koma, kehilangan penglihatan. tulang : nyeri tulang, paah tulang g. Memastikan Ca Serviks Diagnosis dapat ditegakan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan, namum diagnosis pasti ca serviks ditegakan melalui pemeriksaan sitologi (pemeriksaan sel) dengan cara biopsi (mengambil sebagian jaringan pada serviks ). Dari biopsy tersbut akan terlihat dengan jelas sel-sel kanker tersebut. h. Penangan Ca Serviks Penanganan kasus kanker pada umumnya dibedakan berdasarkan stadiumnya. Pada stadium dini masih dapat dilakukan dengan pembedahan. Setelah pembedahan dilnjutkan dengan radioterapi (penyinaran). Pada stadium lanjut, umumnya tidak dilakukan pemebdahan. Namun dengan kemoterapi (obat-obatan ) dan juga radioterapi. Pada stadium IV (IVa dan IVb) umumnya pengobatan yang diberikan hanyalah bersifat paliatif/meringkan keluhan bukan untuk menyembuhkan. Hal ini dikarenakan penyebaran sel kanker yang sudah sistemik/menyeluruh. Sehingga radioterapilah pengobatn akhir dari pasien dengan stadium ini. 33 GAMBAR AKIBAT CA SERVIKS 8. KANDIDIASIS VAGINALIS a. Pengertian Istilah “keputihan” merupakan istilah lazim digunakan oleh masyarakat untuk menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah kewanitaan. Penyakit “keputihan” merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita. Sebuah survei telah dilakukan terhadap pengunjung wanita pada beberapa apotek di Yogyakarta selama satu bulan menunjukkan bahwa 60% pengunjung wanita tersebut sedang atau pernah menggunakan obat untuk mengatasi masalah kesehatan pada organ reproduksinya dan yang relatif sering adalah apa yang dikenal dengan “keputihan”. Sebanyak 50% pelajar putri sekolah menengah dan perguruan tinggi pernah mengalami keputihan ketika berusia kurang dari 25 tahun. b. mengenali kandidasis vaginalis. “Keputihan” paling umum disebabkan oleh jamur Candida,spp, terutama Candida albicans yang menginfeksi secara superfisial atau terlokalisasi. Penyakit ini seringkali dalam istilah medis disebut candidiasis vaginal atau vulvovaginal candidiasis (VVC) atau vaginitis candida albinacans. “Keputihan” dapat disertai gejala atau tanpa ada gejala yang dirasakan, tetapi jika dilakukan pembiakan sekret vagina akan terlihat adanya jamur Candida, spp. Selain Candida 34 albicans, penyebab lain adalah Candida glabrata yang kasusnya mempunyai kecenderungan meningkat. Seringkali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat – obat keputihan yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup berisiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas terapi tidak tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga jamur semakin kebal dengan obat. Tindakan swamedikasi hanya direkomendasikan jika sebelumnya telah pernah didiagnosis keputihan oleh dokter dan kembali muncul gejala yang sama atau mengalami kekambuhan. c. Faktor Resiko Pada Wanita Beberapa hal dapat meningkatkan resiko untuk menderita keputihan antara lain penggunaan kontrasepsi jenis oral, diagfrahma dengan spermatisida, kondom, dan IUD (Intrauterine Device). d. Gejala dan Tanda Klinis Gejala yang muncul pada vulvovaginal candidiasis adalah kemerahan pada vulva di vagina, bengkak, iritasi, dan rasa terbakar serta panas pada daerah vagina. Tanda lain yang tampak adalah lendir putih berlebihan, dapat berupa gumpalan seperti keju, dan tidak berbau. Apabila lendir berbau menyengat seperti telur busuk, maka penyebabnya bukan lagi jamur kandida, namun kemungkinan bakteri. Penderita terkadang juga mengalami nyeri atau rasa sakit saat berkemih. Penegakan diagnosis terhadap keputihan ini dilakukan oleh dokter dan idealnya harus didukung data laboratorium terkait. e. Pengobatan Keputihan Pengobatan keputihan dilakukan dengan menggunakan obat antijamur untuk keputihan. Tindakan tanpa obat yang mendukung penyembuhan 35 dapat dilakukan dengan mengindari penggunaan sabun atau parfum vagina untuk mencegah iritasi, menjaga agar area bagian kewanitaan tetap bersih dan kering dan menghindari penggunaan pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat. Meminum minuman yogurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus setiap hari akan mengurangi kekambuhan. Obat –obat antijamur (dalam nama generik) yang dapat digunakan untuk keputihan adalah sebagai berikut: butoconazole, klotrimazol, mikonazol, tikonazol, ekonazol, fentikonazol, nystatin, terkonazol, ketokonasol, itrakonazol, dan flukonazol, yang diproduksi oleh berbagai pabrik obat dengan berbagai merek dagang. Obat – obat tersebut dapat digunakan secara oral atau diminum, maupun secara topikal atau penggunaan langsung di daerah kewanitaan. Secara oral direkomendasikan antijamur yang mengandung flukonazol, sedangkan secara topikal adalah butokonazol, klotrimazol, mikonazol, nistatin, terkonazol, dan tiokonazol. f. Tindakan Pencegahan Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih mendukung berkembangnya jamur penyebab keputihan ini. Sangat disarankan untuk menjaga agar daerah kewanitaan ini dalam keadaan bersih dan tidak lembab dengan menggunakan pakaian dalam yang cukup menyerap keringat atau terbuat dari jenis kain katun. Penggunaan cairan pembasuh vagina harus dilakukan secara bijaksana dengan mengetahui suatu prinsip bahwa lingkungan vagina bersifat asam yang juga merupakan lingkungan normal bagi flora normal (mikroorganisme yang dalam jumlah normal tidak menyebabkan penyakit) di vagina. Adanya perubahan lingkungan normal tersebut, misalnya dengan penggunaan cairan pembilas vagina yang bersifat basa / alkali (mengandung sabun) dapat memicu pertumbuhan kuman secara abnormal yang salah satu akibatnya adalah keputihan 36 GAMBAR AKIBAT PENYAKIT CANDIDIASIS 9. TRICHOMONIASIS VAGINALIS a. Pengertian Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen yang umumya ditemukan pada saluran genitourania manusia. penularan biasanya melalui hubungan kelamin, organisme ini dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non gonore pada pria. Gambar parasit Trichomonas Vaginalis 37 b. Tanda Dan Gejala Trichomonas Vaginalis a) Gejala pada wanita biasanya muncul antara 5 sampai 28 hari setelah terpapar, akan tetapi gejala tersebut dapat juga muncul dalam waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. b) Gejala yang ditimbulkan oleh trikomoniasis ini antara lain: Peradangan Keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-abu dari vagina (bahkan terkadang berbusa). Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing ataupun berhubungan seksual. Iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina c) Sakit perut bagian bawah (jarang ditemukan) d) Pada pria biasanya keluar nanah dari penis. Gambar vagina yang terkena trikomonas vaginalis Dampak trikomoniasis bagi kesehatan wanita antara lain: Faktor risiko HIV . Terkait dengan Herpes Simplex Virus-2 (HSV-2) Insiden trikomoniasis merupakan prediktor independen dari insiden herpes simplex virus-2. Kontributor infertilitas pada wanita . Penyakit radang panggul (PID). Neoplasia serviks, Infeksi . Kelahiran prematur. 38 Dampak trikomoniasis pada kesehatan pria antara lain: c. Faktor risiko HIV Kontributor infertilitas pada pria Nongonococcal Uretritis (NGU) Prostatitis kronis. Cara Penularan Trichomonas Vaginalis Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual yaitu hubungan penis dengan vagina atau vulva dengan vulva (daerah kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan yang terinfeksi. Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau wanita, tetapi pria biasanya hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu salah pengertian yang umum adalah infeksi ini dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah atau kolam air panas. d. Pencegahan Dan Pengobatan Trichomonas Vaginalis a) Cara Pencegahan Melakukan ANC selama masa kehamilan utuk skrining IMS (Infeksi Menular Seksual) Meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan Seks yang aman dan dengan satu pasangan Peningkatan status sosial ekonomi. b) Cara Pengobatan Telah ditemukan bahwa metronidazol berhasil membunuh T. vaginalis, akan tetapi penggunaannya selama kehamilan menjadi kontroversi karena dapat menyebabkan mutagenesis dan bersifat karsinogen pada model yang digunakan dalam uji laboratorium. metronidazol disarankan untuk digunakan hanya selama trimester kedua dan trimester ketiga. Tinidazole (2 gr dosis oral tunggal) merupakan terapi minimal yang memiliki keunggulan lebih daripada metronidazole untuk pengobatan trikomoniasis. 39 Perbedaan yang paling penting antara kedua obat ini yaitu tinidazole yang lebih toleransi dan kurang toksik dibandingkan metronidazole, bahkan pada dosis yang tinggi. 10. ULKUS MOLE ( CHANCROID ) a. Pengertian Ulkus mole ialah penyakit infeksi genital akut, setempat, dapat inokulasi sendiri (auto-inoculable), disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi), dengan gejala klinis khas berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional b. Penyebab Penyebabnya ialah H.ducreyi yang merupakan bakteri gram negative, anaerobic fakultatif, berbentuk batang pendek dengan ujung bulat, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan memerlukan hemin untuk pertumbuhannya. Hanya mengenai orang dewasa yang aktif. Lebih banyak pada pria.Kulit berwarna lebih sering terkena penyakit ini. Banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis. Kebersihan dan hygiene berperan penting dalam penyebaran penyakit. Penyakit ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual. Predileksi pada genital, jari, mulut, dan dada. Pada tempat masuknya mikroorganisme terbentuk ulkus yang khas. c. Gambaran Klinis Masa inkubasi sekitar 1-5 hari. Lesi mula-mula berbentuk macula atau papul yang segera berubah menjadi pustule yang kemudian pecah membentuk ulkus yang khas, antara lain: c) Multiple. d) Lunak. e) Nyeri tekan. f) Dasarnya kotor dan mudah berdarah. g) Tepi ulkus menggaung. 40 h) Kulit sekitar ulkus berwarna merah. Lokasi ulkus pada pria terletak di daerah preputium, glans penis, batang penis, frenulum dan anus; sedangkan pada wanita terletak di vulva, klitoris, serviks, dan anus. Lokasi ekstragenital pada lidah, bibir, jari tangan, payudara, umbilicus, dan konjungtiva. Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak multiple, terjadi pada 30% kasus yang disertai radang akut. Kelenjar kemudian melunak dan pecah dengan membentuk sinus yang sangat nyeri disertai badan panas. ulkus pada penis 11. LIMFOGRANULOMA VENEREUM (LGV) a. Pengertian Lymphogranuloma venereum (LGV) adalah Penyakit menular seksual yang terutama menginfeksi limfatik. Lymphogranuloma venereum alasan oleh serovarian dari Chlamydia trachomatis. Bakteri ini menyebar melalui kontak seksual. Hal ini jarang terjadi di negaranegara industri, tetapi endemik di bagian Afrika, Asia, Amerika Selatan, dan Karibia. Ini keuntungan masuk melalui luka di kulit, atau bisa melintasi lapisan sel epitel selaput lendir. Organisme perjalanan dari tempat inokulasi ke saluran limfatik untuk berkembang biak dalam fagosit mononuklear dari kelenjar getah bening lewat. 41 Gejala utama mungkin jerawat kecil menyakitkan atau lesi yang terjadi pada penis atau vagina. Hal ini sering tanpa disadari. Infeksi kemudian menyebar ke Kelenjar getah bening di daerah selangkangan dan dari sana ke jaringan sekitarnya. Komplikasi dapat berupa kelenjar getah bening yang meradang dan bengkak dapat menguras dan berdarah. Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 12 hari. Lesi primer adalah 5 - untuk 8-mm, lembut, merah, erosi atau ulkus yang tidak nyeri. Ulkus menyembuhkan secara spontan dalam beberapa hari. Tahap sekunder dimulai 2 sampai 6 minggu kemudian dan ditandai oleh munculnya tender, adenopati inguinalis, yang berkembang dengan lebih dari-naik eritema dan edema. Kelenjar getah bening menyatu, mungkin berfluktuasi, dan tiriskan spontan. Associated demam, menggigil, dan malaise bisa parah. Lymphogranuloma venereum secara signifikan lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita. Pria lebih mungkin untuk menyajikan dengan limfadenopati inguinal dalam tahap kedua dari penyakit. Lymphogranuloma venereum dapat disembuhkan dengan terapi antibiotik yang tepat. Perawatan antibiotik umum termasuk: tetrasiklin, doksisiklin (semua tetrasiklin, doksisiklin termasuk, dikontraindikasikan selama kehamilan dan pada anak-anak karena efek pada perkembangan tulang dan perubahan warna gigi), dan eritromisin. 42 Aspirasi dari buboes berfluktuasi dapat mencegah pecah spontan dan mengurangi morbiditas. Pengobatan simptomatik dengan obat antiinflammatory drugs (NSAID) mungkin bermanfaat. Lymphedema pada tahap selanjutnya tidak dapat mengatasi meskipun penghapusan organisme. Buboes berfluktuasi dapat disedot atau menorehkan jika perlu untuk mengurangi gejala-gejala, tetapi kebanyakan pasien merespon dengan cepat terhadap antibiotik. Buboes dan fistula mungkin memerlukan operasi, tetapi striktur dubur biasanya dapat melebar. Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Penggunaan kondom yang akurat, baik pria atau jenis wanita, sangat mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual. Lymphogranuloma venereum (LGV, juga dikenal sebagai lymphopathia venerea,tropical Bubo , climatic Bubo, strumous Bubo, poradenitis inguinales, lymphogranuloma penyakit inguinale), Durand-Nicolas-Favre adalah penyakit seksual dan yang disebabkan oleh invasi serovars L1, L2, L3 atau dari Chlamydia trachomatis. LGV adalah merupakan infeksi utama pada lymphatics dan kelenjar getah bening. Chlamydia trachomatis adalah bakteri yang bertanggung jawab untuk LGV. bakteri ini masuk melalui luka di kulit, atau bisa juga menyusup pada lapisan sel epithelial dari membran yang berlendir. Di negara-negara berkembang, penyakit ini dianggap langka sebelum 2003. Namun, beberapa kejadian di Belanda antara laki-laki gay telah menyebabkan penderita LGV meningkat di Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian besar dari pasien LGV memiliki infeksi HIV juga di dalam tubuh mereka. Varian LGV yaitu L2B serovar telah teridentifikasi juga di Australia. 43 b. Tanda-tanda dan gejala Inokulasi pada lapisan lendir dari organ seks eksternal (penis dan vagina) dapat mengakibatkan sindrom inguinal setelah pembentukan buboes atau abscesses (semacam kutil-bisul) di wilayah kunci paha (inguinal) tempat di mana Kelenjar getah bening berada. Tanda-tanda ini biasanya muncul 3 hari untuk satu bulan setelah terkena. sindrom dubur yang timbul jika infeksi terjadi pada mukosa dubur (melalui seks anal), ini dicirikan oleh gejala proctocolitis (peradangan) pada daerah yang terinfeksi tersebut. Sindrom pharyngeal yang langka, dimulai setelah infeksi pada jaringan pharyngeal dan buboes di wilayah leher. c. Tahap LVG a) Tahap awal (primer) LGV mungkin bisa dimulai dengan peradangan pada suatu daerah terbatas di daerah kelamin disertai rasa sakit, ini terjadi antara 3 – 12 hari (atau bisa lama) setelah terinfeksi. Wanita jarang merasakan tahap infeksi awal ini karena pemborokan terjadi pada lapisan mukosa yang berada jauh di dalam vagina. Pada pria pun hanya kurang dari 1 / 3 dari mereka yang terinfeksi merasakan fase awal LGV ini. Tahap awal ini dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari. Kasus Erythema nodosum (pembengkakan pada sel-sel bawah kulit) terjadi pada 10% penderita. 44 b) Tahap sekunder Tahap kedua paling sering terjadi antara 10-30 hari kemudian, tetapi dapat juga terjadi hingga 6 bulan kemudian. Infeksi tersebut kemudian menyebar ke kelenjar getah bening melalui jalur lymphatic. Selama ditempati LGV, kelenjar getah bening mengalami pembesaran, kondisi ini disebut dengan buboes, dan akan terasa sakit pada daerah itu. d. Komplikasi jangka panjang Pembengkakan luarbiasa pada daerah sekitar genital (kelamin) merupakan hasil dramatis akhir dari gangguan pada lympathic ini. Hal ini biasanya terlihat pada perempuan, mungkin memborok dan sering terjadi 1-20 tahun setelah infeksi primer. Pembengkakan ini tidak terbatas pada, penis, saluran kencing, vagina, rahim, atau dubur. Selain itu, edema (pengumpulan cairan yang tidak normal sehingga menimbulkan bisul) sering terjadi. Dubur mengalami penyempitan karena tertekan pembengkakan (yang luarbiasa) tadi. Kondisi ini bisa menyebar ke daerah lain, dan bisa menimbulkan arthritis, pneumonitis, hepatitis, atau perihepatitis. e. Pengobatan Melibatkan terapi antibiotik dan mungkin melibatkan penghisapan cairan dan pengirisan pada daerah yang membengkak. Pelebaran dubur yang membengkak (ini pake alat apa ya), perbaikan rectovaginal fistulae, atau colostomy untuk kerusakan yang terjadi pada dubur. 45 BAB III PEMBAHASAN 3.1 PENYEBARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI DIY Provinsi DIY merupakan provinsi yang memiliki tingkat perekonomian yang sangat pesat di Indonesia, dilihat dari sebagian gaya hidup penduduk masyakarat yogyakarta yang hedonis. Sehingga menimbulkan berbagai macam masalah yang kompleks salah satunya masalah kesehatan Reproduksi yang sangat rentan terjadi yang ditandai dengan maraknya tempat lokalisasi baik secara legal maupun ilegal tanpa pengawasan pemerintah daerah seperti salah satu tempat lokalisasi legal yaitu daerah pasar kembang (Sarkem) dan lokalisasi ilegal atau terselubung seperti rumah remang-remang dikawasan pantai parangtritis, terminal giwangan,salon kecantikan maupun panti pijat plus-plus. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta sampai bulan juni 2012, pendataan ini diambil berdasarkan tiap wilayah kabupaten/ kota. Dengan hasil sebagai berikut: No. Kabupaten/Kota Jumlah kasus IMS (2012) 1 Kulon Progo 82 2 Bantul 217 3 Gunung Kidul 132 4 Sleman 541 5 Kota Yogyakarta 825 Total 1797 Sumber : Data Primer 46 Gambaran Berdasarkan Grafik. Jumlah kasus IMS (2012) 900 800 700 600 500 400 Jumlah kasus IMS (2012) 300 200 100 0 Kl. Bantul G. Kidul Sleman Yogya Progo Hasil tersebut berdasarkan data dari dinas kesehatan DIY yang menunjukan 2 kabupaten atau kota dengan jumlah penyebaran kasus IMS yang sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya, hal ini ditunjukan dari banyaknya jumlah penderita yang terjangkit kasus IMS seperti HIV/AIDS, Sifillis, Gonorhoe, Condiloma anuminata dll. Yaitu kota yogyakarta yang merupakan kota madya dan kabupaten sleman. Sedangkan wilayah lainnya seperti bantul, gunung kidul dan kulon progo menduduki peringkat terbawah dalam penyebaran kasus IMS di provinsi DIY. Kota yogyakarta menduduki peringkat pertama dalam penyebaran kasus IMS dengan jumlah 825 kasus, hal ini disebabkan karena kota yogyakarta merupakan daerah yang paling padat penduduknya sehingga timbullah masalah sosial ekonomi yang menuntut persaingan dalam hal dunia kerja diwilayah kota, sehingga menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya pengangguran padahal tingkat kebutuhan ekonomi sangat tinggi hal ini mendorong masyarakat mencari pekerjaan dengan jalan pintas seperti prostitusi dan kriminalitas. Selain itu gaya hidup masyarakat kota yogyakarta yang hedonis sangat mendukung sekali dalam praktek prostitusi, banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke yogyakarta juga sangat berpangaruh terhadap munculnya 47 tempat- tempat lokalisasi yang baru seperti didaerah pasar kembang dan terminal giwangan. Sementara kabupaten sleman menduduki peringkat kedua dalam penyebaran kasus IMS di provinsi DIY dengan jumlah 541 kasus, hal ini di sebabkan karena di kabupaten sleman banyak sekali tempat-tempat hiburan malam seperti club-club malam yang ada si sepanjang jl. magelang dan jl. adi sucipto. Selain itu kabupaten sleman merupakan kabupaten yang paling berkembang di antara kabupaten lainnya di yogyakarta. Dari penjelasan di atas perbandingan diantara kedua wilayah tersebut merupakan tempat yang paling banyak penyebaran kasus IMS karena kedua wilayah itu merupakan wilayah yang padat peduduknya sehingga masalah penyakit masyarakat seperti seks bebas sangat marak terjadi. Dengan banyaknya kejadian seks bebas maka penularan pun semakin tinggi dan tingkat pengawasan pemerintah daerah yang sangat rendah. Berbeda dengan kabupaten lainnya seperti kabupaten kulon progo, bantul dan gunung kidul yang penyebaran kasus IMS nya sedikit hal ini disebabkan karena jumlah penduduknya yang tidak terlalu banyak sehingga kebutuhan lapangan pekerjaan yang merata, tempat-tempat lokalisasi yang minim serta tingkat pengawasan yang cukup baik dari pemerintah. 3.2 MANAJEMEN PENANGGULANGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) 1. Individu/penduduk wilayah. Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual. Pencegahan infeksi menular seksual terdiri dari dua bagian, yakni pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer terdiri dari penerapan perilaku seksual yang aman dan penggunaan kondom. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan dengan menyediakan pengobatan dan perawatan pada pasien yang sudah terinfeksi oleh infeksi menular seksual. Pencegahan sekunder bisa dicapai melalui promosi perilaku pencarian pengobatan untuk infeksi menular seksual, pengobatan yang cepat dan tepat pada pasien serta pemberian dukungan dan konseling tentang infeksi menular seksual dan HIV. 48 Upaya promotif a. Pendidikan seks yang tepat untuk mengikis ketidaktahuan tentang seksualitas dan IMS. b. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama untuk tidak berhubungan seks selain pasangannya. Upaya preventif a. Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan pekerja seks komersial (WTS). b. Bila merasa terkena IMS, hindari melakukan hubungan seksual. c. Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom. d. Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok risiko tinggi. e. Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita IMS. Upaya kuratif a. Peningkatan kemampuan diagnosis dan pengobatan IMS yang tepat. b. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik simtomatik maupun asimtomatik. Upaya rehabilitatif a. Memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak mengucilkannya, terutama oleh keluarga dan partnernya, untuk mendukung kesembuhannya. 2. Kebijakan pemerintah yang berlaku Upaya Promotif a. Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi menjadi prioritas utama dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan masyarakat memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya. Upaya Preventif a. Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi masyarakat 49 bukan malah membuat posisi masyarakat semakin sulit dalam menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang menyesatkan. b. Membuka ruang dan akses bagi v untuk berpartisipasi dalam prosesproses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhan masyarakat akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini tidak direspon secara positif oleh remaja, karena masyarakat tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya. Upaya Kuratif a. Pemerintah hendaknya meningkatkan program untuk mengatasi masalah IMS pada masyarakat sehingga bisa dilakukan diagnosa dini dan penanganan yang optimal untuk pengobatan IMS pada masyarakat. Upaya Rehabilitatif a. Pemerintah harus memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak mengucilkannya, untuk mendukung kesembuhannya.Hal ini bisa dilakukan dilakukan dengan membuat suatu program/ perkumpulan penderita mantan IMS dimana program tersebut berisi tentang informasi tentang kespro, pemberian ketrampilan sehingga nanti diharapkan remaja tersebut bisa kembali ke lingkungan dengan percaya diri dan bisa memberikan informasi kepada remaja lain tentang kespro. 3. Petugas/ pelayanan kesehatan Upaya Promotif a. Adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga mereka akan lebih mengerti tentang kesehatan reproduksinya dan tidak akan penasaran untuk melakukan seks bebas yang akhirnya akan menderita IMS. Upaya Preventif a. Pelayanan kesehatan reproduksi di jasa pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat sehingga masyarakat tidak akan kesulitan memperoleh informasi tentang kespro. 50 Upaya Kuratif a. Petugas/ pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang bermutu sehingga IMS pada masyarakat dapat ditangani dengan tepat dan tidak sampai terjadi komlpikasi yang tidak diinginkan. Upaya Rehabilitatif a. Petugas kasehatan harus selalu memantau kesehatan masyarakat dan memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak mengucilkannya, untuk mendukung kesembuhannya. 4. Keluarga/ lingkungan Upaya Promotif a. Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika masyarakat mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada masyarakat secara benar, mampu merubah perilaku seksual masyarakat untuk semakin bertanggungjawab. Penelitian dan pengalaman banyak pihak, mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di tabukan, semakin mendorong masyarakat untuk ’ingin tahu dan ingin mencoba. Upaya Preventif a. Pemberian informasi tentang kespro kepada orang tua dan masyarakat sehingga diharapkan mereka bisa memberikan informasi kepada anak/ remaja dimana orang tua dan masyarakat merupakan orang yang dipercaya dan menjadi panutan bagi anak. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya program desa siaga dimana disitu terdapat poskesdes dan anggotanya merupakan kaderisasi dari masyarakat sehingga masyarakat akan lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. 51 Upaya Kuratif a. Keluarga dan masyarakat harus memanfaatkan adanya poskesdes supaya masyarakat yang terkena IMS dapat segera diberikan pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi. Upaya Rehabilitatif a. Keluaraga dan masyarakat harus memberi dukungan kepada masyarakat yang terkena IMS sehingga mereka merasa tidak dikucilkan dan tetap menjadi bagian dari masyarakat yang utuh. 52 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan data dari dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta sampai bulan juni 2012 di dapatkan jumlah kasus IMS di provinsi DIY sebanyak 1797 kasus, dimana kota yogyakarta menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus terbanyak yaitu 825 kasus hal ini disebabkan karena daerah kota yogyakarta yang paling padat penduduknya sehingga timbullah masalah sosial ekonomi yang menuntut persaingan dalam hal dunia kerja diwilayah kota, Selain itu gaya hidup masyarakat kota yogyakarta yang hedonis sangat mendukung sekali dalam praktek prostitusi, serta banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke yogyakarta juga sangat berpangaruh terhadap munculnya tempat- tempat lokalisasi yang baru. Begitu juga dengan kab. Sleman yang menduduki peringkat kedua yaitu sebanyak 541 kasus. Sedangkan kabupaten lainnya memiliki jumlah kasus IMS yang minim. Penanggulangan manajemen penanggulangan infeksi menular seksual (ims) di provinsi diy dapat dilakukan dengan cara memberikan intervensi kepada individu atau pendududuk wilayah; memberlakukan kebijakan pemerintah yang berlaku; memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada; melibatkan keluarga penderita dalam penanggulangan kasus IMS. 4.2 SARAN Dengan bertambahnya wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai infeksi menular seksual (IMS) diharapkan penularan IMS bisa ditekan dan penanggulangan IMS dapat diterapkan secara maksimal, sehingga kasus IMS yang terjadi di provinsi DIY dapat menurun setiap tahunnya. 53 DAFTAR PUSTAKA www.dinkesDIY.com Murtiastutik Dwi. 2008. Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press http://www.sehatnews.com/2012/04/19/yogyakarta-kasus-hiv-terbanyak- kedua-setelah-bali/ Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.Dinas Kesehatan DIY. www. Sindonews.com http://kesehatan.kompasiana.com http://www.harianjogja.com www. KRjogja.com, 26/2-2012 http://news.okezone.com 54