PENYAKIT MENULAR SEKSUAL sipp (2)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi menular seksual atau penyakit kelamin (veneral diseases) telah
lama dikenal dan beberapa negara, diantaranya sangat popular di Indonesia,
yaitu sifilis dan kencing nanah, dengan semakin majunya peradaban dan ilmu
pengetahuan, semakin banyak pula ditemukan jenis-jenis penyakit baru,
sehingga istilah penyakit kelamin yang dulu banyak disebut sudah dianggap
tidak sesuai lagi dan diubah menjadi menjadi sexually transmitted diseases
(STD) atau infeksi menular seksual (IMS).
Penyakit menular seksual menjadi pembicaraan yang begitu penting
setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal
dunia sampai sekarang. Infeksi menular seksual atau IMS adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak
seksual. Menurut The Centre of Disease Control and Prevention (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per-tahun. Kelompok remaja
dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki resiko
paling tinggi untuk tertular infeksi menular seksual, 3 juta kasus baru tiap
tahun adalah dari kelompok ini.
Infeksi menular seksual ( IMS ) merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang komplek. Berbagai IMS meningkatkan resiko penularan HIV
sekurangnya tiga atau empat kali. Jenis yang paling sering ditemui di
masyarakat adalah trikomoniasis, klamidia, gonore dan sifilis yang sebenarnya
mudah diobati. Dari laporan rutin puskesmas dan rumah sakit pemerintah,
setiap tahun terdapat sekitar 30.000 orang menderita IMS yang bisa diobati.
Sebagian besar perempuan yang terkena IMS (50%), tidak menyadari dirinya
terinfeksi sehingga berkembang menjadi penyakit kronis (FCI, 2000).
Hampir seluruh IMS dapat diobati. Namun, bahkan IMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik
generasi lama. IMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya
1
adalah IMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa
dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan
dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan
gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian.
Beberapa IMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang
Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga,
pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan
seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak
oral-genital, dan pemakaian mainan seksual, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak
ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai seks aman . Satusatunya yang betul-betul seks aman adalah abstinensia. Hubungan seks dalam
konteks hubungan monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga
dianggap aman. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas
yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat
menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk
lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan
perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah
beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif
dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi
proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil
kelamin.
Angka infeksi menular seksual saat ini cenderung meningkat di Indonesia.
Penyebaranya sulit di telusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan
registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat
terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.
Di Medan, penyakit sifilis meningkat terutama pada kelompok wanita
pekerja seksual. Angka kejadian penyakit ini tiap tahun terus meningkat.
Peningkatan penyakit ini terbukti sejak 2008 sebesar 15,4%, sedangkan 2009
terus menunjukan peningkatan menjadi 18,9%. Sementara 2010 menjadi
2
22,1%. Infeksi menular seksual (IMS) menunjukan peningkatan setiap
tahunnya 3-4%. Pada umumnya kasus terbanyak dialami wanita pekerja seks
dengan katagori usia 20 hingga 29 tahun.
Sementara penderita infeksi menular seksual (IMS) di provinsi DIY
terdapat 1.140 jiwa pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan pada tahun
2010 menjadi 1.323 jiwa, untuk semua jenis kasus IMS dan semua jenis
golongan umur. (Dinkes DIY). Sementara kasus HIV dan AIDS di DIY hingga
Juni 2012 mencapai 1.797 kasus yang terdiri 1.036 kasus HIV dan 761 kasus
AIDS. Usia terbanyak dari kasus HIV dan AIDS terjadi pada rentang usia 2029 tahun. Sehingga menempatkan DIY menduduki peringkat ke-9 dari 33
provinsi di Indonesia dalam jumlah penderita HIV/Aids. Laju peningkatan
penderita di DIY cukup tinggi dibandingkan skala jumlah penduduk. Kasus ini
didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga yang hanya memiliki satu pasangan
seksual saja. Di wilayah DIY Kota Yogyakarta menduduki peringkat pertama
dalam hal banyaknya jumlah penderita. Frekuensi kasus HIV/Aids di DIY pada
1993-2011 mencapai 1580 orang, dan 485 diantaranya tercatat ada di wilayah
Kota Yogyakarta. Dari data tersebut diketahui 1269 masih hidup, 188
meninggal dunia dan 51 lainnya tidak diketahui nasibnya. Masalah IMS yang
terjadi di Provinsi DIY semakin tahun semakin meningkat, hal ini harus segera
dicegah untuk mengurangi jumlah penderita setiap tahunnya, untuk itu harus
ada manajemen yang kuat untuk menanggulangi masalah infeksi menular
seksual (IMS) di provinsi DIY.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY?
2. Bagaimana Manajemen Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
di DIY?
3
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di DIY?
2. Untuk Mengetahui Manajemen Penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS) di DIY?
1.4 MANFAAT
Untuk nenambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca mengenai
masalah penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual (IMS) yang
terjadi di provinsi DIY, serta untuk menambah refrensi yang menunjang
pengembangan ilmu pengetahuan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) / PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL (PMS)
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular seksual
(PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STD),
sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi yang
digolongkan dalam IMS/PMS salah satu cara penularannya melalui
hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah
tertular.
Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
a.
Melalui darah :

transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,

saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,

tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak
sengaja,

menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,

penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya
jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
b.
c.
Dari ibu hamil kepada bayi :

saat hamil,

saat melahirkan,

saat menyusui.
Penyebab Bakteri

Bacterial Vaginosis (BV) – not officially an STD but affected
by sexual activity.

Chancroid (Ulkus mole)

Donovanosis (Granuloma inguinale or Calymmatobacterium
granulomatis)
5

Gonorrhea(GO atau kencing nanah).

Klamidia

Lymphogranuloma venereum (LGV) (Chlamydia trachomatis
serotypes L1, L2, L3.)
d.

Non-gonococcal urethritis (NGU)

Staphylococcal infection

Syphilis, Sifilis, Raja Singa
Penyebab Fungi/jamur
 Trichophyton rubrum
 Candidiasis, Yeast Infection
e.
Penyebab Virus
 Adenoviruses
 Cervical cancer, Kanker serviks
 Condiloma akuminata, Jengger ayam
 Hepatitis A
 Hepatitis B
 Hepatitis C
 Hepatitis E (transmisi via fecal-oral)
 Herpes simpleks – Herpes 1,2
 HIV/AIDS
 Human T-lymphotropic virus (HTLV)-1
 Human T-lymphotropic virus (HTLV)-2
 Human Papilloma Virus (HPV)
 Molluscum Contagiosum Virus (MCV)
 Mononucleosis – Cytomegalovirus CMV – Herpes 5
 Mononucleosis – Epstein-Barr virus EBV – Herpes 4
 Sarkoma kaposi, Kaposi’s sarcoma (KS) – Herpes 8
f.
Penyebab Parasit
 Pubic lice, colloquially known as “crabs” (Phthirius pubis)
 Scabies (Sarcoptes scabiei)
6
g.
Penyebab Protozoa :
 Trichomoniasis
Infeksi-infeksi perut yang ditularkan melalui jalur seksual (anal-oral
contamination / fecal-oral) :

Penyebab bakteri: Shigella, Campylobacteriosis, dan Salmonellosis.

Penyebab virus : Hepatitis A, Adenoviruses.

Parasit
:
Giardia
lamblia,
Entamoeba
histolytica,
dan
Cryptosporidiosis, Kriptosporidiosis.
Infeksi-infeksi mulut yang (kemungkinan) bisa ditularkan melalui jalur
seksual
 Common
colds,
influenza,
infeksi
Staphylococcal,
Escherichia_coli_O157:H7, Adenoviruses, Human Papillomavirus,
Herpes Zoster, Hepatitis B and the yeast Candida albicans.
2.1.1 Gejala – gejala IMS
IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita.
Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai
berikut :
a.
Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari
biasanya,
b.
Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi
c.
sering kencing,
Adanya luka terbuka , luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar
mulut (nyeri ataupun tidak),
d.
Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,
e.
Gatal-gatal di sekitar alat kelamin,
f.
Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha,
g.
Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,
h.
Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak
ada hubungannya dengan haid),
i.
Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
j.
Secara umum merasa tidak enak badan atau demam
7
2.1.2 Penanganan IMS yang Benar
a.
Segera pergi ke dokter untuk diobati
 Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa
yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan
terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang
diderita.
 Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda,
tergantung jenis IMS yang diderita
 Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter
yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan
herbal
bisa
dilakukan
(sebaiknya)
jika
ada
yang
mengawasi/penanggungjawab.
b.
Ikuti saran dokter
Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun
sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas
(obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran dokter) , maka kuman
penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan.
c.
Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS Hal ini
berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda.
d.
Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks
(khususnya pasangan sah)
e.
Pasangan seksual Anda juga harus diperiksa dan berobat ke dokter.
Jika tidak, IMS yang diderita akan ulang-alik dari kita ke pasangan
kita, kemudian dari pasangan kita ke kita dan seterusnya. Kedua belah
pihak harus disembuhkan agar tidak saling menulari kembali.
2.1.3 Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
a.
Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau
b.
Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami)
dan saling setia, atau
8
c.
Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks
berisiko (harus selalu menggunakan kondom).
d.
Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.
e.
Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada
kawan-kawan Anda.
2.2 MACAM – MACAM INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) /
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1.
HIV / AIDS
a.
Pengertian HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lainlain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika
Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS
diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada
9
Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang
sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4
hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa
di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat
kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap
pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila
dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadangkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas
kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
b.
Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv
dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem
10
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS.
Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa
tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat
menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS.
c.
Penyebab
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan
sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak
langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan
tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+
hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter
darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah
kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi
infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan
akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T
CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi
HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata
waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun
demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat
bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk
bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang
yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih
lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko
mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang
11
terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti
tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.
Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting.
Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV.
HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang
berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis
yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan
dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta
rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
d.
Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS
 Darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka,
terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb
 Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman
lainnya, oral seks, dsb.
 Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjammeminjam alat bantu seks, oral seks, dll.
 Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu
asi pasangannya, dan lain sebagainya.
Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita
HIV+ :
 Air liur / air ludah / saliva
 Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
 Air mata
 Air keringat
 Air seni / air kencing / air pipis / urin / urineDiagnosis
12
e.
Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk
pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi
World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun
demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk
pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis
pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik.
Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization
untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan
laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem
klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
f.
Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau
jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama
periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi,
namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan
tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat
diabaikan.
2.
GONORRHEA (KENCING NANAH)
a.
Kencing nanah (gonorrhea atau gonorrhoea)
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau
gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
13
rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
b.
Gejala
Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari
setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada
uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih
serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal
biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita
seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan,
dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan
hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat
ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat,
seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya
cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim,
rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui
anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita
akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya
keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta
tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita
gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan
(faringitis gonokokal). Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan
gejala, namun kadang-kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan
gangguan untuk menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan
terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi yang baru
14
lahir juga bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari
matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan
menimbulkan kebutaan.
c.
Komplikasi
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa
sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas.
Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintikbintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau
nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi
lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis).
Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang
menyerupai kelainan kandung empedu.Komplikasi yang terjadi bisa
diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk
artritis atau endokarditis berlangsung lambat.
d.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan
mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab
gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri,
maka dilakukan pembiakan di laboratorium.
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral
(melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin
atau amoxilin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah,
biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik
intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
e.
Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
15
b. hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki
resiko penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau
pastikan patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan
seksual
3.
SIFILIS
a.
Pengertian penyakit sifilis
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan
seksual, baik vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular
melalui peralatan makan, tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam
renang, dan tukar-menukar pakaian.
b.
Gejala dan tanda-tanda terkena sifilis
Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat
yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah,
tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang
terbentuk beberapa ulkus.Cangker berawal sebagai suatu daerah
penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu
ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak
mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan
jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya
akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.Luka tersebut hanya
menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.
Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya
penderita tampak sehat secara keseluruhan.
16
2. Fase Sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang
muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi.Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun
tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau
bulan kemudian akan muncul ruam yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.Sekitar 50%
penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh
tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan
mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi
pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur.Sekitar
10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri.Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein
ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning
(jaundice).Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada
selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit
kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang
lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata).
Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta
berubah menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada
kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat.Gejala lainnya
adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan,
mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan
memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini
bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau
bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka
yang infeksius kembali muncul .
17
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
 Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan.Benjolan yang disebut gumma
muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara
bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa
ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering
adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan
kulit kepala.Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk
yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari.
 Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal.
Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa
menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
 Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak
diobati.
3
jenis
utama
dari
neurosifilis
adalah
neurosifilis
meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.
c.
Cara penanganan yang baik
Untuk ke depannya, jika sifilis menerima penanganan dengan baik
pada awal terkena sifilis, akan memberikan hasil yang cukup baik.
Perlu diingat, kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi
reinfeksi. Tidak ada kriteria pasti mengenai kesembuhan pasien
dengan infeksi sifilis pertama dan kedua, tetapi sifilis bisa
dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan
tidak ada gejala yang timbul.
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan
penyakitnya, karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan
18
seksual sampai penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani
pengobatan.
Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan
terakhir terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra
seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus
menjalani tes penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka
perlu menjalani pengobatan.
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan
penisilin:
 Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong,
masing-masing 1 kali.
 Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan tambahan
dengan selang waktu 1 minggu.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua
bentuk sifilis fase tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih
sering dan lebih lama.
Jika penderita Alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin
atau tetrasiklin per-oral selama 2-4 minggu.
Lebih dari 50% penderita sifilis stadium dini, terutama sifilis
faseskunder, mengalami reaksi Jarisch-Herxheimer dalam waktu 2-12
jam setelah pengobatan pertama. Reaksi ini diyakini merupakan akibat
dari matinya jutaan bakteri. Gejalanya adalah merasa tidak enak
badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil dan semakin
memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu.Penderita
neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan.Setelah
menjalani pengobata, penderita sifilis fase laten atau fase tersier
diperiksa secara teratur. Hasil positif dari pemeriksaan antibodi
biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang seumur hidup
penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru.
Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah
yang lain.
19
4.
HERPES GENETALIS
a.
Pengertian
Herpes genitalis merupakan infeksi akut pada alat kelamin dengan
gambaran khas berupa glembung-glembung berisi cairan yang
berkelompok. Pada umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus
tipe II (HVS II). Namun sebagian kecil dapat pula disebabkan oleh
virus herpes simpleks tipe II (HVS I). Faktor pemicu yang dapat
mempermudah terjangkitnya penyakit ini yaitu trauma bersenggama,
menstruasi, stres emosi, gangguan pencernaan, kecapaikan dan obatobatan.
b.
Gejala
Pada mulanya timbul sekumpulan glembung-glembung bersisi cairan
pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal. Kadangkadang disertai kelemahan badan, demam dan nyeri otot. Masa
inkubasi sukar ditentukan biasanya berkisar antara 2-12 hari. Pada
wanita penyakit ini menyerang daerah labia mayora, labia minora,
klitoris dan introitus vaginae. Pada pria penyakit ini menyerang
pangkal/batang/kepala penis.
c.
Pengobatan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis. Obat-obatan topikal yang sering dipakai sebagai berikut :
 Providon yodium
 Idoksuridin (IDU)
20
 Sitosin arabinosida/sitarabin
 Adenin arabinosida/vidarabin
 Pelarut organik : alkohol 70%, eter, timbol 40% dalam kloroform
Dapat juga dengan memberikan :
 Asiklovir 5 x 200 mg selama 5-7 hari,
 Valasiklovir 2 x 500 mg selama 7 hari dan
 Famsiklovir 2 x 250 mg selama 7 hari.
d.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
 Mengenal lebih dalam seluk-beluk penyakit ini.
 Pemakaian kondom atau bahan spermisidal (tetapi cara ini tidak
menjamin sepenuhnya bahaya penularan).
 Melindungi diri atau pasangannya dari kemungkinan tertular
(abstinensia seksual).
 Menjaga mutu gizi yang baik.
 Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh terutama kulit.
 Menghindari faktor-faktor pencetus kekambuhan yang lain sebisa
mungkin.
GAMBAR AKIBAT PENYAKIT HERPES GENITALIS
21
5.
KONDILOMA AKUMINATA (JENGGER AYAM)
a.
pengertian kondiloma
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi
bertangkai dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh human
papilloma virus. Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan papova.
Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa penularannya melalui
kontak kulit langsung atau hubungan badan sehingga digolongkan
juga ke dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Kurangnya
kebersihan dan lingkungan yang lembap serta basah dapat
mempermudah terjangkitnya penyakit ini.
22
b.
Gejala
Pada awalnya tampak adanya tonjolan-tonjolan runcing atau datar
yang berjumlah banyak. Selanjutnya, tonjolan-tonjolan itu akan
semakin membesar dan tampak vegetasi bertangkai dan berwarna
kemerahan. Permukaannya tidak rata tetapi berjonjot-jonjot. Penyakit
ini biasanya ditemukan di daerah lipatan tubuh yang lembap seperti di
daerah alat kelamin. Jika terjadi infeksi sekunder warnanya dapat
berubah menjadi ke abu-abuan atau kehitaman dan mengeluarkan bau.
Pada pria sering ditemukan di preputium, muara penis, batang, kepala
penis, muara uretra eksterna dan disekitar anus. Pada wanita dapat
terjadi disekitar vagina. Kutil genitalis paling sering tumbuh di
permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering
terkena adalah ujung dan batang penis dan di bawah kulit depannya
(jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina,
leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis
juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada
23
pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual
melalui dubur.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi,
dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna
merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki
tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan
permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol
(blumkol).
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan
(penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem
kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan
kutil ini sangat cepat.
c.
Penyebab
Virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang
menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat
kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini
dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada
leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau
kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau
kerongkongan.
d.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa
di bawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan
suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus
menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
24
e.
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat berikut :
 Pengolesan daerah yang terkena kondiloma akuminata dengan
tingtura podofilin 20%, 1-2 minggu.
 Salep 5 fluorourasil 5%.
 Bedah listrik (elektrokauterisasi).
 Bedah skapel (eksisi).
 Bedah beku dengan nitrogen cair.
 Pada yang tidak dikhitan dapat dilakukan eksisi dan khitan.
d.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan
menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Selain itu jagalah agar
tubuh tidak selalu berkeringat atau dalam keadaan lembap. Bagi pria
sebaiknya dilakukan khitan sejak kecil. Sebaiknya tidak melakukan
kontak seksual dengan penderita karena dapat tertular penyakit ini.
Pencegahan pada pasangan suami istri juga harus dilakukan. Pada
penderita wanita dilakukan pemeriksaan pap’s smear.
6.
KLAMIDIA
a.
Pengertian
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS)
pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Istilah infeksi Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang
disebabkan oleh setiap jenis bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C.
trachomatis hanya ditemukan pada manusia. dapat merusak alat
reproduksi manusia dan penyakit mata. Penyakit ini adalah merupakan
salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia – yang
diperkirakan sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi
Klamidia.
C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia.
Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal,
anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya
25
selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari
semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis)
tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Pada
pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya :
keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing
(dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan
dan kantung sperma (epididymitis). Gejala yang kadang muncul pada
wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan,
Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalahmasalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Klamidia mudah diobati dengan antibiotik. Pada wanita,
klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
berakibat wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai
anak).
Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonore
dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit
atau sedang, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil.
Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1 – 25 % pria dengan
aktivitas seksual aktif. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari
infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma
Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa
menyebabkan proktitis klamidia.
b.
Gejala-Gejala Klamidia / Symptoms For Chlamydia
a). Penyakit kelamin
Infeksi klamidia pada leher rahim (cervicitis) adalah penyakit
menular seksual yang asimtomatik (tidak bergejala) pada sekitar
50-70% wanita yang terinfeksi dengan penyakit ini. Infeksi dapat
ditularkan melalui vagina, anal, ataupun oral. Mereka yang
mengalami
asimtomatik
ini
kira-kira
setengahnya
akan
mengembangkan Penyakit Radang Panggul (PRP), istilah umum
untuk infeksi rahim, saluran tuba, dan / atau ovarium. PRP dapat
26
menyebabkan munculnya jaringan parut di dalam organ-organ
reproduksi, yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi serius,
termasuk nyeri panggul kronis, kesulitan menjadi hamil, ektopik
(tuba) kehamilan, dan komplikasi pada kehamilan lainnya yang
berbahaya. Chlamydia menyebabkan 250.000 sampai 500.000
kasus PID setiap tahun di Amerika Serikat. Wanita yang terinfeksi
dengan klamidia adalah hingga lima kali lebih mungkin terinfeksi
HIV, jika terkena.
Chlamydia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita,
hal itu mungkin tidak menimbulkan gejala pada 75% kasus, dan
dapat tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau tahunan sebelum
ditemukan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk: perdarahan
yang tidak biasa atau cairan vagina, rasa sakit di perut, nyeri saat
hubungan seksual (dispareunia), demam, nyeri buang air kecil dan
dorongan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya.
Pada pria, Chlamydia menunjukkan gejala infeksi uretritis (radang
uretra) di sekitar 50% dari kasus. Gejala yang mungkin terjadi
meliputi: nyeri atau rasa panas ketika buang air kecil, kotoran yang
tidak biasa dari penis, testikel bengkak atau lembut, dan demam.
Cairan yang keluar/menetes atau purulent exudate, umumnya
kurang kental dan lebih ringan dalam warna dibanding pada kasus
gonore. Jika tidak diobati, Chlamydia pada laki-laki mungkin akan
menyebar ke testis menyebabkan epididimitis, yang dalam kasus
yang jarang terjadi dapat menyebabkan kemandulan jika tidak
dirawat dalam jangka waktu 6 sampai 8 minggu. Chlamydia
menyebabkan lebih dari 250.000 kasus epididimitis di Amerika
Serikat setiap tahun. Chlamydia juga merupakan penyebab
potensial prostatitis (peradangan pada kelenjar prostat) pada pria,
meskipun relevansinya dalam hal ini masih sulit dipastikan karena
ada kemungkinan kontaminasi dari uretritis.
27
b). Penyakit Mata
Konjungtivitis klamidia
Konjungtivitis klamidia atau trakoma pernah menjadi penyebab
paling penting kebutaan di seluruh dunia, tetapi perannya
berkurang dari 15% dari kasus kebutaan oleh trakoma pada tahun
1995 menjadi 3,6% pada tahun 2002. Infeksi dapat menyebar dari
mata ke mata oleh jari, berbagi handuk atau kain, batuk dan bersin.
Bayi yang baru lahir dapat juga mengembangkan infeksi mata
Chlamydia melalui persalinan.
c). Kondisi Rheumatological
Klamidia juga dapat menyebabkan artritis reaktif – tiga serangkai
artritis, konjungtivitis dan uretritis (radang uretra) – terutama pada
anak laki-laki. Sekitar 15.000 orang mengembangkan artritis reaktif
karena infeksi klamidia setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar
5.000 secara permanen terpengaruh olehnya. Ini dapat terjadi pada
kedua jenis kelamin, walaupun lebih sering terjadi pada pria.
d). Infeksi Perinatal
Sebanyak separuh dari semua bayi yang lahir dari ibu dengan
klamidia akan lahir dengan penyakit ini. Klamidia dapat
mempengaruhi
bayi
dengan
menyebabkan
aborsi
spontan,
kelahiran prematur, konjungtivitis yang dapat menyebabkan
kebutaan, dan pneumonia (radang paru-paru). Konjungtivitis
28
karena Chlamydia biasanya terjadi satu minggu setelah kelahiran
(bandingkan dengan menyebabkan kimia yang dalam hitungan jam
atau gonore (2 sampai 5 hari).
e). Kondisi lain
Chlamydia
trachomatis
juga
merupakan
penyebab
lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar getah bening dan
limfatik. Biasanya ditunjukkan dengan ulserasi genital dan
pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan, tapi
mungkin juga muncul sebagai proktitis (radang anus), demam atau
pembengkakan kelenjar getah bening di wilayah lain dari tubuh.
c.
Diagnosis
Bagi wanita aktif seksual yang tidak hamil, skrining dianjurkan pada
mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang
beresiko terinfeksi. Faktor risiko mencakup sejarah klamidia atau
infeksi menular seksual lainnya, memiliki mitra seksual baru atau
banyak mitra seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Para ahli masih belum menemukan kesepakatan universal apakah
screening penting untuk laki-laki.
Diagnosis terhadap infeksi-infeksi klamidia genital berkembang pesat
dari tahun 1990-an sampai 2006. Nucleic acid amplification tests
(NAAT), seperti pada polymerase chain reaction (PCR), transcription
mediated amplification (TMA), dan DNA strand displacement
amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tes andalan. NAAT untuk
klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampel spesimen yang
dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-laki).
d.
Pengobatan
Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara
efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US)
menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:
 Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
29
 Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat
belas hari.
 Tetrasiklin
 Eritromisin
e.
Pencegahan
Khusus perempuan hamil yang terinfeksi chlamydia dapat diobati
dengan erythromycin. Saat terinfeksi penyakit ini sebaiknya tidak
melakukan hubungan seksual, atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan berulang.
7.
CA. SERVIK
a.
Pengertian
Adalah kanker yang menyerang bagian serviks (mulut rahim). Kanker
atau karsinoma sendiri merupakan istilah medis yang biasanya
digunakan untuk menyebut suatu massa/tumor/ benjolan yang
memiliki
sifat
ganas.
Massa/tumor
ini
merupakan
penyakit
pertumbuhan sel dalam tubuh dimana bentuknya, sifat dan juga
kinetikanya berbeda dengan sel normal tubuh lainnya. Pertumbuhan
sel kanker umumnya sangat liar, terlepas dari kendali pertumbuhan sel
normal.
b.
Penyebabnya
Secara umum penyebab kanker dapat dibedakan menjadi 3 golongan
yakni :
 Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen dalam
tubuh)
 Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker)
c.
Yang Berisiko Ca. Servik
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang wanita
memiliki risiko (predesposisi) lebih tinggi dibandingkan wanita
lainnya untuk terkena kanker rahim. Adapun faktor tersebut yakni,
30
 Gadis yang melakukan coitus/jima’ pertama (coitarche) saat
usianya kurang dari 17 tahun.
 Wanita dengan riwayat paritas (persalinan) yang tinggi/banyak
(umumnya lebih dari 5 kali melahirkan) apalagi dengan jarak
persalinan yang terlampau dekat (kurang dari 2 tahun)
 Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas)
 Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga kebersihan alat genital)
 Wanita yang mengalami infeksi virus Humman Papiloma Virus
 Wanita yang merokok.
d. Terjadinya Ca Serviks
Pada dasaranya kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel tubuh
yang abnormal. Dalam kasus ca serviks, terjadi karena sel penyusun
serviks (sel epitel) yang normal berubah menjadi bentuk abnormal.
Secara
anatomis,
serviks
dibagi
menjadi
2
bagian
yakni
eksoserviks/portio (bagian luar) dan endoserviks kanalis serviks
(bagian dalam). Masing-masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun
yang disebut dengan sel epitel. Pada bagian eksoserviks dilapisi oleh
sel epitel gepeng berlapis (squamous compleks), sedangkan pada
endoserviks dilapisi oleh sel epitel kuboid / silindris pendek selapis
bersilia. Pada daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut
“squamo-columnar junction (SJC)”. Nah pada bagian peralihan inilah,
sel-sel epitel itu biasanya akan mengalami metaplasi (perubahan se
menjadi abnormal) Hal ini disebabkan karena sel-sel itu saling
bertumpuk dan saling mendesak, sehingga sel-sel tersebut bila
tersensivitas bisa berubah menjadi sel yang abnormal.
e. Penyebaran Ca.Servik
Kanker serviks dapat menyebar ke berbagai oragn tubuh lainnya.
Penyebaran ini terjadi melalui jalur limfogen (melalui getah bening).
31
Sel-sel kanker ini akan masuk ke getah bening dan selanjutnya akan
ikut peredaran dari getah bening ini.Penyebaran ke area sekitar juga
bisa terjadi seperti ke uterus(rahim), pelvis (panggil) atau vesica
urinaria (kandung kemih). Penyebaran kanker ke tempat yang jauh
(dalam istilah medis disebut metastasis) dapat mengenai organ seperti
paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak. Dari penyebaran inilah dapat
diketahui stadium dari kanker apakah stadium dini (stadium Ia, Ib, IIa)
atau stadium lanjut (IIb, III, dan IV). Semakin tinggi stadium, semakin
kecil pula angka kesembuhannya. Stadium IV disebut juga sebagia
stadium terminal/akhir dimana sudah terjadi penyebaran ke organorgan jauh dan harapan hidup sekitar <10%.
f. Tanda dan Gejalanya
a) Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama. Hal ini
biasanya merupakan tanda umum yang sering dijumpai. Perdarahan
yang terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan serviks. Saat
coitus, umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks.
Karena jaringan yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh,
maka perdarahan mudah terjadi.
b) Keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan.
Keputihan ini lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena adanya
proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker
tersebut.
c) Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada perut
bagian bawah.
d) Anemia (karena perarahan hebat pada vagina)
e) Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organorgan lainnya misalnya:
 paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis
32
 hati
:
ikterus
(warna kuning pada tubuh), hepatomegali
(pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut)
 otak : koma, kehilangan penglihatan.
 tulang : nyeri tulang, paah tulang
g. Memastikan Ca Serviks
Diagnosis dapat ditegakan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan,
namum diagnosis pasti ca serviks ditegakan melalui pemeriksaan
sitologi (pemeriksaan sel) dengan cara biopsi (mengambil sebagian
jaringan pada serviks ). Dari biopsy tersbut akan terlihat dengan jelas
sel-sel kanker tersebut.
h. Penangan Ca Serviks
Penanganan kasus kanker pada umumnya dibedakan berdasarkan
stadiumnya. Pada stadium dini masih dapat dilakukan dengan
pembedahan. Setelah pembedahan dilnjutkan dengan radioterapi
(penyinaran). Pada stadium lanjut, umumnya tidak dilakukan
pemebdahan. Namun dengan kemoterapi (obat-obatan ) dan juga
radioterapi. Pada stadium IV (IVa dan IVb) umumnya pengobatan
yang diberikan hanyalah bersifat paliatif/meringkan keluhan bukan
untuk menyembuhkan. Hal ini dikarenakan penyebaran sel kanker
yang sudah sistemik/menyeluruh. Sehingga radioterapilah pengobatn
akhir dari pasien dengan stadium ini.
33
GAMBAR AKIBAT CA SERVIKS
8.
KANDIDIASIS VAGINALIS
a. Pengertian
Istilah “keputihan” merupakan istilah lazim
digunakan oleh
masyarakat untuk menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi
pada daerah kewanitaan. Penyakit “keputihan” merupakan masalah
kesehatan yang spesifik pada wanita. Sebuah survei telah dilakukan
terhadap pengunjung wanita pada beberapa apotek di Yogyakarta
selama satu bulan menunjukkan bahwa 60% pengunjung wanita
tersebut sedang atau pernah menggunakan obat untuk mengatasi
masalah kesehatan pada organ reproduksinya dan yang relatif sering
adalah apa yang dikenal dengan “keputihan”. Sebanyak 50% pelajar
putri sekolah menengah dan perguruan tinggi pernah mengalami
keputihan ketika berusia kurang dari 25 tahun.
b. mengenali kandidasis vaginalis.
“Keputihan” paling umum disebabkan oleh jamur Candida,spp,
terutama Candida albicans yang menginfeksi secara superfisial atau
terlokalisasi. Penyakit ini seringkali dalam istilah medis disebut
candidiasis vaginal atau vulvovaginal candidiasis (VVC) atau
vaginitis candida albinacans. “Keputihan” dapat disertai gejala atau
tanpa ada gejala yang dirasakan, tetapi jika dilakukan pembiakan
sekret vagina akan terlihat adanya jamur Candida, spp. Selain Candida
34
albicans, penyebab lain adalah Candida glabrata yang kasusnya
mempunyai kecenderungan meningkat.
Seringkali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang
menderita keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter
untuk memperoleh pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung
diobati sendiri dengan obat – obat keputihan yang dijual bebas. Pada
kasus ini, tindakan tersebut cukup berisiko, karena apabila kurang
tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat menyebabkan kurang tepat
pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas terapi tidak tercapai
juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga jamur semakin
kebal dengan obat.
Tindakan swamedikasi hanya direkomendasikan jika sebelumnya
telah pernah didiagnosis keputihan oleh dokter dan kembali muncul
gejala yang sama atau mengalami kekambuhan.
c.
Faktor Resiko Pada Wanita
Beberapa hal dapat meningkatkan resiko untuk menderita keputihan
antara lain penggunaan kontrasepsi jenis oral, diagfrahma dengan
spermatisida, kondom, dan IUD (Intrauterine Device).
d.
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala yang muncul pada vulvovaginal candidiasis adalah kemerahan
pada vulva di vagina, bengkak, iritasi, dan rasa terbakar serta panas
pada daerah vagina. Tanda lain yang tampak adalah lendir putih
berlebihan, dapat berupa gumpalan seperti keju, dan tidak berbau.
Apabila lendir berbau menyengat seperti telur busuk, maka
penyebabnya bukan lagi jamur kandida, namun kemungkinan bakteri.
Penderita terkadang juga mengalami nyeri atau rasa sakit saat
berkemih. Penegakan diagnosis terhadap keputihan ini dilakukan oleh
dokter dan idealnya harus didukung data laboratorium terkait.
e.
Pengobatan Keputihan
Pengobatan keputihan dilakukan dengan menggunakan obat antijamur
untuk keputihan. Tindakan tanpa obat yang mendukung penyembuhan
35
dapat dilakukan dengan mengindari penggunaan sabun atau parfum
vagina untuk mencegah iritasi, menjaga agar area bagian kewanitaan
tetap bersih dan kering dan menghindari penggunaan pakaian dalam
yang ketat dan tidak menyerap keringat. Meminum minuman yogurt
yang mengandung Lactobacillus acidophilus setiap hari akan
mengurangi kekambuhan.
Obat –obat antijamur (dalam nama generik) yang dapat digunakan
untuk keputihan adalah sebagai berikut: butoconazole, klotrimazol,
mikonazol, tikonazol, ekonazol, fentikonazol, nystatin, terkonazol,
ketokonasol, itrakonazol, dan flukonazol, yang diproduksi oleh
berbagai pabrik obat dengan berbagai merek dagang. Obat – obat
tersebut dapat digunakan secara oral atau diminum, maupun secara
topikal atau penggunaan langsung di daerah kewanitaan. Secara oral
direkomendasikan antijamur yang mengandung flukonazol, sedangkan
secara topikal adalah butokonazol, klotrimazol, mikonazol, nistatin,
terkonazol, dan tiokonazol.
f.
Tindakan Pencegahan
Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih mendukung
berkembangnya jamur penyebab keputihan ini. Sangat disarankan
untuk menjaga agar daerah kewanitaan ini dalam keadaan bersih dan
tidak lembab dengan menggunakan pakaian dalam yang cukup
menyerap keringat atau terbuat dari jenis kain katun. Penggunaan
cairan pembasuh vagina harus dilakukan secara bijaksana dengan
mengetahui suatu prinsip bahwa lingkungan vagina bersifat asam yang
juga
merupakan
lingkungan
normal
bagi
flora
normal
(mikroorganisme yang dalam jumlah normal tidak menyebabkan
penyakit) di vagina. Adanya perubahan lingkungan normal tersebut,
misalnya dengan penggunaan cairan pembilas vagina yang bersifat
basa / alkali (mengandung sabun) dapat memicu pertumbuhan kuman
secara abnormal yang salah satu akibatnya adalah keputihan
36
GAMBAR AKIBAT PENYAKIT CANDIDIASIS
9.
TRICHOMONIASIS VAGINALIS
a.
Pengertian
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen yang umumya
ditemukan pada saluran genitourania manusia. penularan biasanya
melalui hubungan kelamin, organisme ini dapat menyebabkan
vaginitis pada wanita dan uretritis non gonore pada pria.
Gambar parasit Trichomonas Vaginalis
37
b.
Tanda Dan Gejala Trichomonas Vaginalis
a) Gejala pada wanita biasanya muncul antara 5 sampai 28 hari
setelah terpapar, akan tetapi gejala tersebut dapat juga muncul dalam
waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun kemudian.
b) Gejala yang ditimbulkan oleh trikomoniasis ini antara lain:
 Peradangan
 Keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-abu
dari vagina (bahkan terkadang berbusa).
 Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing ataupun
berhubungan seksual.
 Iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina
c) Sakit perut bagian bawah (jarang ditemukan)
d) Pada pria biasanya keluar nanah dari penis.
Gambar vagina yang terkena trikomonas vaginalis
Dampak trikomoniasis bagi kesehatan wanita antara lain:
 Faktor risiko HIV .
 Terkait dengan Herpes Simplex Virus-2 (HSV-2)
 Insiden trikomoniasis merupakan prediktor independen dari insiden
herpes simplex virus-2.
 Kontributor infertilitas pada wanita .
 Penyakit radang panggul (PID).
 Neoplasia serviks, Infeksi .
 Kelahiran prematur.
38
Dampak trikomoniasis pada kesehatan pria antara lain:
c.

Faktor risiko HIV

Kontributor infertilitas pada pria

Nongonococcal Uretritis (NGU)

Prostatitis kronis.
Cara Penularan Trichomonas Vaginalis
Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual
yaitu hubungan penis dengan vagina atau vulva dengan vulva (daerah
kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan yang terinfeksi.
Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau wanita, tetapi
pria biasanya hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu
salah pengertian yang umum adalah infeksi ini dapat ditularkan
melalui toilet duduk, handuk basah atau kolam air panas.
d.
Pencegahan Dan Pengobatan Trichomonas Vaginalis
a) Cara Pencegahan
 Melakukan ANC selama masa kehamilan utuk skrining IMS
(Infeksi Menular Seksual)
 Meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan
 Seks yang aman dan dengan satu pasangan
 Peningkatan status sosial ekonomi.
b) Cara Pengobatan
Telah ditemukan bahwa metronidazol berhasil membunuh T.
vaginalis, akan tetapi penggunaannya selama kehamilan menjadi
kontroversi karena dapat menyebabkan mutagenesis dan bersifat
karsinogen pada model yang digunakan dalam uji laboratorium.
metronidazol disarankan untuk digunakan hanya selama trimester
kedua dan trimester ketiga. Tinidazole (2 gr dosis oral tunggal)
merupakan terapi minimal yang memiliki keunggulan lebih daripada
metronidazole untuk pengobatan trikomoniasis.
39
Perbedaan yang paling penting antara kedua obat ini yaitu tinidazole
yang lebih toleransi dan kurang toksik dibandingkan metronidazole,
bahkan pada dosis yang tinggi.
10. ULKUS MOLE ( CHANCROID )
a.
Pengertian
Ulkus mole ialah penyakit infeksi genital akut, setempat, dapat
inokulasi sendiri (auto-inoculable), disebabkan oleh Haemophilus
ducreyi (Streptobacillus ducreyi), dengan gejala klinis khas berupa
ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar
getah bening regional
b. Penyebab
Penyebabnya ialah H.ducreyi yang merupakan bakteri gram negative,
anaerobic fakultatif, berbentuk batang pendek dengan ujung bulat,
tidak bergerak, tidak membentuk spora dan memerlukan hemin untuk
pertumbuhannya.
Hanya mengenai orang dewasa yang aktif. Lebih banyak pada
pria.Kulit berwarna lebih sering terkena penyakit ini. Banyak terdapat
di daerah tropis dan subtropis. Kebersihan dan hygiene berperan
penting dalam penyebaran penyakit. Penyakit ditularkan secara
langsung melalui hubungan seksual. Predileksi pada genital, jari,
mulut, dan dada. Pada tempat masuknya mikroorganisme terbentuk
ulkus yang khas.
c. Gambaran Klinis
Masa inkubasi sekitar 1-5 hari. Lesi mula-mula berbentuk macula atau
papul yang segera berubah menjadi pustule yang kemudian pecah
membentuk ulkus yang khas, antara lain:
c) Multiple.
d) Lunak.
e) Nyeri tekan.
f) Dasarnya kotor dan mudah berdarah.
g) Tepi ulkus menggaung.
40
h) Kulit sekitar ulkus berwarna merah.
Lokasi ulkus pada pria terletak di daerah preputium, glans penis,
batang penis, frenulum dan anus; sedangkan pada wanita terletak di
vulva, klitoris, serviks, dan anus. Lokasi ekstragenital pada lidah,
bibir, jari tangan, payudara, umbilicus, dan konjungtiva. Pembesaran
kelenjar limfe inguinal tidak multiple, terjadi pada 30% kasus yang
disertai radang akut. Kelenjar kemudian melunak dan pecah dengan
membentuk sinus yang sangat nyeri disertai badan panas.
ulkus pada penis
11. LIMFOGRANULOMA VENEREUM (LGV)
a. Pengertian
Lymphogranuloma venereum (LGV) adalah Penyakit menular seksual
yang terutama menginfeksi limfatik. Lymphogranuloma venereum
alasan oleh serovarian dari Chlamydia trachomatis. Bakteri ini
menyebar melalui kontak seksual. Hal ini jarang terjadi di negaranegara industri, tetapi endemik di bagian Afrika, Asia, Amerika
Selatan, dan Karibia. Ini keuntungan masuk melalui luka di kulit, atau
bisa melintasi lapisan sel epitel selaput lendir. Organisme perjalanan
dari tempat inokulasi ke saluran limfatik untuk berkembang biak
dalam fagosit mononuklear dari kelenjar getah bening lewat.
41
Gejala utama mungkin jerawat kecil menyakitkan atau lesi yang
terjadi pada penis atau vagina. Hal ini sering tanpa disadari. Infeksi
kemudian menyebar ke Kelenjar getah bening di daerah selangkangan
dan dari sana ke jaringan sekitarnya. Komplikasi dapat berupa
kelenjar getah bening yang meradang dan bengkak dapat menguras
dan berdarah. Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 12 hari. Lesi
primer adalah 5 - untuk 8-mm, lembut, merah, erosi atau ulkus yang
tidak nyeri. Ulkus menyembuhkan secara spontan dalam beberapa
hari. Tahap sekunder dimulai 2 sampai 6 minggu kemudian dan
ditandai
oleh
munculnya
tender,
adenopati
inguinalis,
yang
berkembang dengan lebih dari-naik eritema dan edema.
Kelenjar getah bening menyatu, mungkin berfluktuasi, dan tiriskan
spontan. Associated demam, menggigil, dan malaise bisa parah.
Lymphogranuloma venereum secara signifikan lebih umum pada pria
dibandingkan pada wanita. Pria lebih mungkin untuk menyajikan
dengan limfadenopati inguinal dalam tahap kedua dari penyakit.
Lymphogranuloma venereum dapat disembuhkan dengan terapi
antibiotik yang tepat. Perawatan antibiotik umum termasuk:
tetrasiklin, doksisiklin (semua tetrasiklin, doksisiklin termasuk,
dikontraindikasikan selama kehamilan dan pada anak-anak karena
efek pada perkembangan tulang dan perubahan warna gigi), dan
eritromisin.
42
Aspirasi dari buboes berfluktuasi dapat mencegah pecah spontan dan
mengurangi morbiditas. Pengobatan simptomatik dengan obat antiinflammatory drugs (NSAID) mungkin bermanfaat. Lymphedema
pada tahap selanjutnya tidak dapat mengatasi meskipun penghapusan
organisme. Buboes berfluktuasi dapat disedot atau menorehkan jika
perlu untuk mengurangi gejala-gejala, tetapi kebanyakan pasien
merespon dengan cepat terhadap antibiotik. Buboes dan fistula
mungkin memerlukan operasi, tetapi striktur dubur biasanya dapat
melebar. Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Penggunaan
kondom yang akurat, baik pria atau jenis wanita, sangat mengurangi
risiko terkena penyakit menular seksual.
Lymphogranuloma
venereum
(LGV,
juga
dikenal
sebagai
lymphopathia venerea,tropical Bubo , climatic Bubo, strumous Bubo,
poradenitis
inguinales,
lymphogranuloma
penyakit
inguinale),
Durand-Nicolas-Favre
adalah
penyakit
seksual
dan
yang
disebabkan oleh invasi serovars L1, L2, L3 atau dari Chlamydia
trachomatis.
LGV adalah merupakan infeksi utama pada lymphatics dan kelenjar
getah bening. Chlamydia trachomatis adalah bakteri yang bertanggung
jawab untuk LGV. bakteri ini masuk melalui luka di kulit, atau bisa
juga menyusup pada lapisan sel epithelial dari membran yang
berlendir.
Di negara-negara berkembang, penyakit ini dianggap langka sebelum
2003. Namun, beberapa kejadian di Belanda antara laki-laki gay telah
menyebabkan penderita LGV meningkat di Eropa dan Amerika
Serikat. Sebagian besar dari pasien LGV memiliki infeksi HIV juga di
dalam tubuh mereka. Varian LGV yaitu L2B serovar telah
teridentifikasi juga di Australia.
43
b.
Tanda-tanda dan gejala
 Inokulasi pada lapisan lendir dari organ seks eksternal (penis dan
vagina) dapat mengakibatkan sindrom inguinal setelah pembentukan
buboes atau abscesses (semacam kutil-bisul) di wilayah kunci paha
(inguinal) tempat di mana Kelenjar getah bening berada. Tanda-tanda
ini biasanya muncul 3 hari untuk satu bulan setelah terkena.
 sindrom dubur yang timbul jika infeksi terjadi pada mukosa dubur
(melalui seks anal), ini dicirikan oleh gejala proctocolitis (peradangan)
pada daerah yang terinfeksi tersebut.
 Sindrom pharyngeal yang langka, dimulai setelah infeksi pada
jaringan pharyngeal dan buboes di wilayah leher.
c. Tahap LVG
a) Tahap awal (primer)
LGV mungkin bisa dimulai dengan peradangan pada suatu daerah
terbatas di daerah kelamin disertai rasa sakit, ini terjadi antara 3 –
12 hari (atau bisa lama) setelah terinfeksi.
Wanita jarang merasakan tahap infeksi awal ini karena pemborokan
terjadi pada lapisan mukosa yang berada jauh di dalam vagina.
Pada pria pun hanya kurang dari 1 / 3 dari mereka yang terinfeksi
merasakan fase awal LGV ini. Tahap awal ini dapat sembuh sendiri
dalam beberapa hari. Kasus Erythema nodosum (pembengkakan
pada sel-sel bawah kulit) terjadi pada 10% penderita.
44
b) Tahap sekunder
Tahap kedua paling sering terjadi antara 10-30 hari kemudian,
tetapi dapat juga terjadi hingga 6 bulan kemudian. Infeksi tersebut
kemudian menyebar ke kelenjar getah bening melalui jalur
lymphatic.
Selama ditempati LGV, kelenjar getah bening mengalami
pembesaran, kondisi ini disebut dengan buboes, dan akan terasa
sakit pada daerah itu.
d.
Komplikasi jangka panjang
Pembengkakan luarbiasa pada daerah sekitar genital (kelamin)
merupakan hasil dramatis akhir dari gangguan pada lympathic ini. Hal
ini biasanya terlihat pada perempuan, mungkin memborok dan sering
terjadi 1-20 tahun setelah infeksi primer. Pembengkakan ini tidak
terbatas pada, penis, saluran kencing, vagina, rahim, atau dubur.
Selain itu, edema (pengumpulan cairan yang tidak normal sehingga
menimbulkan bisul) sering terjadi. Dubur mengalami penyempitan
karena tertekan pembengkakan (yang luarbiasa) tadi. Kondisi ini bisa
menyebar
ke
daerah
lain,
dan
bisa
menimbulkan
arthritis,
pneumonitis, hepatitis, atau perihepatitis.
e.
Pengobatan
Melibatkan terapi antibiotik dan mungkin melibatkan penghisapan
cairan dan pengirisan pada daerah yang membengkak. Pelebaran
dubur yang membengkak (ini pake alat apa ya), perbaikan
rectovaginal fistulae, atau colostomy untuk kerusakan yang terjadi
pada dubur.
45
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENYEBARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI DIY
Provinsi DIY merupakan provinsi yang memiliki tingkat perekonomian
yang sangat pesat di Indonesia, dilihat dari sebagian gaya hidup penduduk
masyakarat yogyakarta yang hedonis. Sehingga menimbulkan berbagai macam
masalah yang kompleks salah satunya masalah kesehatan Reproduksi yang sangat
rentan terjadi yang ditandai dengan maraknya tempat lokalisasi baik secara legal
maupun ilegal tanpa pengawasan pemerintah daerah seperti salah satu tempat
lokalisasi legal yaitu daerah pasar kembang (Sarkem) dan lokalisasi ilegal atau
terselubung seperti rumah remang-remang dikawasan pantai parangtritis, terminal
giwangan,salon kecantikan maupun panti pijat plus-plus. Berdasarkan data dari
dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta sampai bulan juni 2012, pendataan
ini diambil berdasarkan tiap wilayah kabupaten/ kota. Dengan hasil sebagai
berikut:
No. Kabupaten/Kota
Jumlah kasus IMS (2012)
1
Kulon Progo
82
2
Bantul
217
3
Gunung Kidul
132
4
Sleman
541
5
Kota Yogyakarta
825
Total
1797
Sumber : Data Primer
46
Gambaran Berdasarkan Grafik.
Jumlah kasus IMS (2012)
900
800
700
600
500
400
Jumlah kasus IMS (2012)
300
200
100
0
Kl.
Bantul G. Kidul Sleman Yogya
Progo
Hasil tersebut berdasarkan data dari dinas kesehatan DIY yang
menunjukan 2 kabupaten atau kota dengan jumlah penyebaran kasus IMS yang
sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya, hal ini ditunjukan dari banyaknya
jumlah penderita yang terjangkit kasus IMS seperti HIV/AIDS, Sifillis, Gonorhoe,
Condiloma anuminata dll. Yaitu kota yogyakarta yang merupakan kota madya dan
kabupaten sleman. Sedangkan wilayah lainnya seperti bantul, gunung kidul dan
kulon progo menduduki peringkat terbawah dalam penyebaran kasus IMS di
provinsi DIY. Kota yogyakarta menduduki peringkat pertama dalam penyebaran
kasus IMS dengan jumlah 825 kasus, hal ini disebabkan karena kota yogyakarta
merupakan daerah yang paling padat penduduknya sehingga timbullah masalah
sosial ekonomi yang menuntut persaingan dalam hal dunia kerja diwilayah kota,
sehingga menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya
pengangguran padahal tingkat kebutuhan ekonomi sangat tinggi hal ini
mendorong masyarakat mencari pekerjaan dengan jalan pintas seperti prostitusi
dan kriminalitas. Selain itu gaya hidup masyarakat kota yogyakarta yang hedonis
sangat mendukung sekali dalam praktek prostitusi, banyaknya wisatawan asing
yang berkunjung ke yogyakarta juga sangat berpangaruh terhadap munculnya
47
tempat- tempat lokalisasi yang baru seperti didaerah pasar kembang dan terminal
giwangan. Sementara kabupaten sleman menduduki peringkat kedua dalam
penyebaran kasus IMS di provinsi DIY dengan jumlah 541 kasus, hal ini di
sebabkan karena di kabupaten sleman banyak sekali tempat-tempat hiburan
malam seperti club-club malam yang ada si sepanjang jl. magelang dan jl. adi
sucipto. Selain itu kabupaten sleman merupakan kabupaten yang paling
berkembang di antara kabupaten lainnya di yogyakarta. Dari penjelasan di atas
perbandingan diantara kedua wilayah tersebut merupakan tempat yang paling
banyak penyebaran kasus IMS karena kedua wilayah itu merupakan wilayah yang
padat peduduknya sehingga masalah penyakit masyarakat seperti seks bebas
sangat marak terjadi. Dengan banyaknya kejadian seks bebas maka penularan pun
semakin tinggi dan tingkat pengawasan pemerintah daerah yang sangat rendah.
Berbeda dengan kabupaten lainnya seperti kabupaten kulon progo, bantul dan
gunung kidul yang penyebaran kasus IMS nya sedikit hal ini disebabkan karena
jumlah penduduknya yang tidak terlalu banyak sehingga kebutuhan lapangan
pekerjaan yang merata, tempat-tempat lokalisasi yang minim serta tingkat
pengawasan yang cukup baik dari pemerintah.
3.2
MANAJEMEN
PENANGGULANGAN
INFEKSI
MENULAR
SEKSUAL (IMS)
1.
Individu/penduduk wilayah.
Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi
perilaku seksual. Pencegahan infeksi menular seksual terdiri dari dua bagian,
yakni pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer terdiri
dari penerapan perilaku seksual yang aman dan penggunaan kondom. Sedangkan
pencegahan sekunder dilakukan dengan menyediakan pengobatan dan perawatan
pada pasien yang sudah terinfeksi oleh infeksi menular seksual. Pencegahan
sekunder bisa dicapai melalui promosi perilaku pencarian pengobatan untuk
infeksi menular seksual, pengobatan yang cepat dan tepat pada pasien serta
pemberian dukungan dan konseling tentang infeksi menular seksual dan HIV.
48
Upaya promotif
a. Pendidikan seks yang tepat untuk mengikis ketidaktahuan tentang
seksualitas dan IMS.
b. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama untuk tidak
berhubungan seks selain pasangannya.
Upaya preventif
a. Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan
pekerja seks komersial (WTS).
b. Bila merasa terkena IMS, hindari melakukan hubungan seksual.
c. Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom.
d. Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok risiko
tinggi.
e. Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita IMS.
Upaya kuratif
a. Peningkatan kemampuan diagnosis dan pengobatan IMS yang tepat.
b. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif
baik simtomatik maupun asimtomatik.
Upaya rehabilitatif
a. Memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak
mengucilkannya, terutama oleh keluarga dan partnernya, untuk
mendukung kesembuhannya.
2. Kebijakan pemerintah yang berlaku
Upaya Promotif
a.
Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan
reproduksi menjadi prioritas utama dalam penyusunan kebijakan.
Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan masyarakat
memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
Upaya Preventif
a. Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi
dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi masyarakat
49
bukan malah membuat posisi masyarakat semakin sulit dalam menjalani
hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang
menyesatkan.
b. Membuka ruang dan akses bagi v untuk berpartisipasi dalam prosesproses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhan masyarakat akan
hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini tidak direspon
secara positif oleh remaja, karena masyarakat tidak dilibatkan dalam
proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya.
Upaya Kuratif
a. Pemerintah hendaknya meningkatkan program untuk mengatasi masalah
IMS pada masyarakat sehingga bisa dilakukan diagnosa dini dan
penanganan yang optimal untuk pengobatan IMS pada masyarakat.
Upaya Rehabilitatif
a. Pemerintah harus memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita
IMS, tidak mengucilkannya, untuk mendukung kesembuhannya.Hal ini
bisa dilakukan dilakukan dengan membuat suatu program/ perkumpulan
penderita mantan IMS dimana program tersebut berisi tentang informasi
tentang kespro, pemberian ketrampilan sehingga nanti diharapkan remaja
tersebut bisa kembali ke lingkungan dengan percaya diri dan bisa
memberikan informasi kepada remaja lain tentang kespro.
3.
Petugas/ pelayanan kesehatan
Upaya Promotif
a. Adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang kesehatan reproduksi
yang benar sehingga mereka akan lebih mengerti tentang kesehatan
reproduksinya dan tidak akan penasaran untuk melakukan seks bebas yang
akhirnya akan menderita IMS.
Upaya Preventif
a. Pelayanan kesehatan reproduksi di jasa pelayanan kesehatan yang
terjangkau masyarakat sehingga masyarakat tidak akan kesulitan
memperoleh informasi tentang kespro.
50
Upaya Kuratif
a. Petugas/ pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sehingga IMS pada masyarakat dapat ditangani dengan tepat dan
tidak sampai terjadi komlpikasi yang tidak diinginkan.
Upaya Rehabilitatif
a. Petugas kasehatan harus selalu memantau kesehatan masyarakat dan
memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak
mengucilkannya, untuk mendukung kesembuhannya.
4.
Keluarga/ lingkungan
Upaya Promotif
a. Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan
Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang
selama ini apriori dan ketakutan, jika masyarakat mendapat pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka
melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian
dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada
masyarakat secara benar, mampu merubah perilaku seksual masyarakat
untuk semakin bertanggungjawab. Penelitian dan pengalaman banyak
pihak, mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin
tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di
tabukan, semakin mendorong masyarakat untuk ’ingin tahu dan ingin
mencoba.
Upaya Preventif
a. Pemberian informasi tentang kespro kepada orang tua dan masyarakat
sehingga diharapkan mereka bisa memberikan informasi kepada anak/
remaja dimana orang tua dan masyarakat merupakan orang yang dipercaya
dan menjadi panutan bagi anak. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya
program desa siaga dimana disitu terdapat poskesdes dan anggotanya
merupakan kaderisasi dari masyarakat sehingga masyarakat akan lebih
mudah berkomunikasi dengan mereka.
51
Upaya Kuratif
a. Keluarga dan masyarakat harus memanfaatkan adanya poskesdes supaya
masyarakat yang terkena IMS dapat segera diberikan pengobatan yang
tepat sehingga tidak terjadi komplikasi.
Upaya Rehabilitatif
a. Keluaraga dan masyarakat harus memberi dukungan kepada masyarakat
yang terkena IMS sehingga mereka merasa tidak dikucilkan dan tetap
menjadi bagian dari masyarakat yang utuh.
52
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
data
dari
dinas
kesehatan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta sampai bulan juni 2012 di dapatkan jumlah kasus IMS di
provinsi DIY sebanyak 1797 kasus, dimana kota yogyakarta
menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus terbanyak yaitu
825 kasus hal ini disebabkan karena daerah kota yogyakarta yang
paling padat penduduknya sehingga timbullah masalah sosial ekonomi
yang menuntut persaingan dalam hal dunia kerja diwilayah kota, Selain
itu gaya hidup masyarakat kota yogyakarta yang hedonis sangat
mendukung sekali dalam praktek prostitusi, serta banyaknya
wisatawan asing yang berkunjung ke yogyakarta juga sangat
berpangaruh terhadap munculnya tempat- tempat lokalisasi yang baru.
Begitu juga dengan kab. Sleman yang menduduki peringkat kedua
yaitu sebanyak 541 kasus. Sedangkan kabupaten lainnya memiliki
jumlah kasus IMS yang minim.
Penanggulangan manajemen penanggulangan infeksi menular
seksual (ims) di provinsi diy dapat dilakukan dengan cara memberikan
intervensi kepada individu atau pendududuk wilayah; memberlakukan
kebijakan
pemerintah yang berlaku; memaksimalkan pelayanan
kesehatan
yang
ada;
melibatkan
keluarga
penderita
dalam
penanggulangan kasus IMS.
4.2 SARAN
Dengan bertambahnya wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai
infeksi menular seksual (IMS) diharapkan penularan IMS bisa ditekan
dan penanggulangan IMS dapat diterapkan secara maksimal, sehingga
kasus IMS yang terjadi di provinsi DIY dapat menurun setiap
tahunnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
 www.dinkesDIY.com
 Murtiastutik Dwi. 2008. Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga
University Press
 http://www.sehatnews.com/2012/04/19/yogyakarta-kasus-hiv-terbanyak-
kedua-setelah-bali/
 Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.Dinas Kesehatan DIY.
 www. Sindonews.com
 http://kesehatan.kompasiana.com
 http://www.harianjogja.com
 www. KRjogja.com, 26/2-2012
 http://news.okezone.com
54
Download