I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggorengan merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan menggunakan medium minyak goreng sebagai pengantar panas (Muchtadi,2008). Selama proses penggorengan bahan mengalami perubahan fisik, kimia, dan sifat sensoris. Ketika bahan makanan digoreng pada minyak goreng panas pada suhu yang tinggi, banyak reaksi komplek yang terjadi di dalam minyak dan pada saat itu minyak akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang yang berlanjut dan melebihi angka yang ditetapkan akan menyebabkan menurunnya efisiensi penggorengan dan kualitas produk akhir (Blumenthal and Stier,1991). Oleh karena itu dibutuhkan cara penggorengan yang bisa menggantikan cara penggorengan yang lama sehingga bisa meminimilkan kerusakan minyak dan memaksimalkan kualitas produk akhir. Seperti kita tahu bahwa bahan makanan yang digoreng dengan cara biasa malah bisa lengket di wajan, sehingga hasil gorengan tidak layak dijual atau dikonsumsi. Cara penggorengan yang bisa meningkatkan kualitas keripik yang dihasilkan adalah penggorengan dengan sistem hampa (Vacuum Frying). Penggorengan dengan sistem hampa adalah menggoreng bahan makanan dengan minyak pada tekanan dibawah satu atmosfir. Cara menggoreng dengan sistem hampa akan menghasilkan produk dengan warna dan aroma yang enak serta lebih renyah. Kerenyahan tersebut diperoleh karena proses penurunan kadar air dalam produk terjadi secara berangsur-angsur. Pada penggorengan hampa, dengan penurunan tekanan maka titik didih air bahan akan turun dibawah 100oC (Muchtadi,2008). Sehingga memungkinkan penggorengan berlangsung pada suhu kurang dari 100oC seperti penelitian terhadap pembuatan keripik mangga Indramayu dengan penggorengan hampa (Vacuum Frying) yang sudah diiris dengan ketebalan 4.4 mm menghasilkan produk dengan warna kuning dan kerenyahan yang tinggi pada suhu 85 oC (Winarti, 2000). Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan penggorengan hampa adalah warna, rasa,dan aroma tidak banyak berubah, kandungan seratnya tinggi, tahan lama meskipun tidak mempergunakan bahan pengawet (Lastriyanto, 2006). Karena kelebihan ini, maka dengan penggunaan mesin Vacuum Frying dapat meningkatkan nilai dari keripik yang dihasilkan sehingga peluang bisnisnya cukup tinggi. Selain buah, bahan makanan yang lainnya yang dapat digoreng dengan menggunakan penggorengan hampa adalah ikan. Ikan merupakan bahan pangan sumber protein berkualitas tinggi. Seperti kita tahu bahwa ikan juga merupakan sumber protein utama bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, banyak produk tradisional perikanan yang sudah lama dikenal seperti terasi, ikan asin, peda, kerupuk ikan/udang, abon ikan, ikan goreng, ikan pindang, dan sarden. Salah satu produk olahan ikan adalah keripik ikan. Biasanya produk ini dihasilkan dengan cara penggorengan biasa dan biasanya suhu penggorengannya sangat tinggi. Tentunya seperti pada keripik buah dengan penggorengan biasa, tingginya suhu penggorengan ini bisa merusak minyak sehingga efisiensi penggorengan dan kualitas keripik ikan yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan penggorengan hampa. Pada penelitian ini, ikan yang dipilih untuk digoreng dengan penggorengan vakum adalah ikan lemuru (Sardinella longiceps). Produksi ikan lemuru ini cukup melimpah diperairan Indonesia terutama di Mentawai. Hal ini dapat dilihat pada tabel satu mengenai produksi ikan laut di Mentawai. pada tahun 2009. Ikan ini merupakan ikan pelagis kecil, yang nilai jualnya tidak terlalu tinggi. Dan biasanya hasil olahan ikan lemuru ini adalah dalam bentuk sarden. Selain itu ada juga yang diasinkan lalu dijual untuk 1 dikonsumsi dengan cara digoreng. Sedangkan di Mentawai, hanya sebagian kecil masyarakan yang mengkonsumsi ikan ini dan kebanyakan ikan ini digunakan sebagai umpan pancing nelayan. Contoh produk keripik ikan hasil penggorengan hampa adalah ikan balita goreng ( baby fish frying) . Suhu dan waktu penggorengan yang tepat untuk menghasilkan ikan balita goreng yang renyah adalah 30 menit dan suhu 105 oC (Suseno dkk,2008). Oleh karena karakteristik ikan lemuru berbeda dengan ikan balita tersebut maka perlu dilakukan pengkajian terhadap suhu dan lama penggorengan yang optimal agar diperoleh keripik ikan lemuru yang secara organoleptik dapat diterima oleh panelis. Penelitian mengenai pengkajian suhu dan lama penggorengan hampa keripik ikan lemuru ini sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan pengolahan ikan lemuru ini menjadi keripik ikan, maka nilai komersialnya akan bertambah. Tabel 1. Produksi ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2009 No Jenis Ikan Produksi (ton) (2009) 1 Kerapu 40 2 Kakap 35 3 Janihin 17 4 Capa/Kakap Merah 32 5 Baracuang 15 6 Nawi 18 7 Udang/Shrimp 93 8 Tenggiri 130 9 Tuna/Tongkol/Salmon 520 10 Gulamo 83 11 Teri/Small Fish 150 12 Sarden (Lemuru) 135 13 Pari 80 14 Peperek - 15 Kembung 170 16 Selar 210 17 Layaran 39 18 Lain-lain/Others 704 Jumlah/Total 2471 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2009 2 B. RUANG LINGKUP Penelitian dibatasi pada pengamatan suhu dan lama penggorengan yang cocok untuk penggorengan keripik ikan berdasarkan uji organoleptik dan analisis mutu fisik dan kimia. Data yang dihasilkan akan diolah dengan analisis sidik ragam untuk melihat pengaruh perlakuan-perlakuan yang diberikan. Analisis sidik ragam dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk perlakuan yang menunjukkan perbedaan nyata. C. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan waktu penggorengan hampa terhadap karakteristik mutu keripik ikan lemuru (Sardinella longiceps), menentukan suhu dan waktu penggorengan yang terbaik untuk pembuatan keripik ikan lemuru dengan penggorengan hampa (Vacuum Frying) agar diperoleh produk keripik ikan lemuru yang sesuai dengan keinginan konsumen, dan menentukan kelayakan usaha produksi keripik ikan lemuru. 3