P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Kajian Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Hiperlipidemia di RSUD Raden Mattaher Jambi (Study of Drug Interaction on Type 2 Diabetes Mellitus - Hyperlipidemia Patient in Raden Mattaher Hospital Jambi) Uce Lestari1*; Desi Meliyani2; & Helmi Arifin3 1Program Studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi Studi Farmasi STIKES Harapan IbuI Jambi 3Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2Program *Corresponding email: [email protected] ABSTRAK Interaksi obat merupakan bagian dari Drug Related Problems (DRPs) yang secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi penggunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia dibangsal penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian non eksprimental dengan menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif dan prospektif. Data diambil langsung dari catatan rekam medik pasien Diabetes Meliitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia yang dirawat di bangsal penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. Hasil penelitian ini dari 18 orang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia di bangsal penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi, interaksi obat terjadi pada 9 pasien dengan persentase sebesar 50 % yang merupakan interaksi sinergis (interaksi yang diharapkan), seperti interaksi obat antara simvastatin dengan metformin sebesar 27,78 % dan tidak ditemukan terjadinya interaksi obat yang tidak diharapkan. Kata Kunci: diabetes mellitus tipe 2, hiperlipidemia, interaksi obat PENDAHULUAN Diabetes Menurut survey yang dilakukan WHO, suatu Indonesia menempati urutan ke- empat dengan dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena India, Cina dan Amerika Serikat, dengan kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Pada kedua-duanya. pada tahun 1995, pengidap diabetes menempati diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka urutan pertama dari seluruh penyakit yang panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa disebabkan organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, diperkirakan mencapai 4,5 juta jiwa baik yang jantung dan pembuluh darah (Sudoyo W, et al, dirawat inap maupun yang rawat jalan (DepKes 2006). RI, 2005). kelompok mellitus penyakit merupakan metabolik Hiperglikemia kronik oleh kelainan endokrin, yaitu 17 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Penyebab kematian yang paling utama pada penderita Diabetes adalah meningkat. Interaksi obat dianggap penting timbulnya penyakit kardiovaskuler. Banyak secara klinik jika berakibat meningkatkan faktor resiko penyakit kardiovaskular pada toksisitas dan/atau mengurangi efektifitas obat diabetes yang diantaranya obesitas, dislipidemia, Melitus terjadinya interaksi obat yang juga makin adalah hipertensi, mikroalbuminuria, berinteraksi, jadi terutama jika menyangkut obat dengan batas keamanan yang kelainan koagulasi, stroke, dan infark miokard sempit. (Soegondo, 2008). menyangkut obat-obat yang biasa digunakan Hiperlipidemia juga interaksi yang keadaan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih terdapatnya akumulasi berlebih salah satu atau penting dari pada obat yang jarang dipakai lebih lipid utama dalam plasma, sebagai (Gunawan, 2007). manifestasi kelainan adalah Demikian atau Dari hasil observasi dilapangan, dokter transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia meresepkan obat dengan kombinasi yang dinyatakan berbeda-beda untuk terapi diabetes dengan sebagai metabolisme hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. komplikasi Hiperlipidemia disebabkan adanya perbedaan terhadap kondisi medis peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan pasien dan tingkat kepatuhan pasien. Dalam hal suatu penyakit tertentu, misalnya Diabetes penggunaan kombinasi obat, sangat perlu Melitus (Mansjoer A, et al, 2000). diperhatikan efek yang dapat ditimbulkan oleh sekunder Keberhasilan terapi Diabetes Melitus tipe hiperlipidemia, hal ini karena penggunaan bersama dari obat tersebut dan 2 dengan komplikasi hiperlipidemia salah interaksi yang dapat ditimbulkan dari satunya dapat ditunjang dengan pemilihan obat pemakaian obat secara bersamaan (Guyton: yang tepat, sedangkan kegagalan terapi dapat 2004; Gunawan: 2007). diakibatkan karena adanya kejadian Drug Berdasarkan pembahasan sebelumnya Related Problem (DRPs). Drug Related Problem yang menjelaskan tentang pola pengobatan, (DRPs) adalah masalah-masalah yang dapat maka penelitian kali ini mempelajari dan timbul selama pasien diberi terapi yaitu adanya mengidentifikasi interaksi obat yang terjadi indikasi tanpa obat salah satu terjadinya selama penggunaan obat – obatan pada pasien interaksi obat dan juga kegagalan pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi menerima terapi yang disebabkan berbagai Hiperlipidemia. Penelitian ini dilakukan dengan faktor (Strand et,all 2010). analisis deskriptif yang dikerjakan secara Dari hasil survei yang dilaporkan pada retrospektif dan prospektif yaitu seluruh pasien tahun 1977 mengenai polifarmasi pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat di rumah sakit menunjukkan Hiperlipidemia di Bangsal Rawat Inap Penyakit bahwa insidens efek samping pada pasien yang Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi dengan mendapat 0-5 macam obat adalah 3,5%, harapan penelitian ini dapat bermanfaat untuk sedangkan yang mendapat 16-20 macam obat pelayanan 54%. Peningkatan insiden efek samping yang pemantauan interaksi obat terhadap pasien jauh melebihi peningkatan jumlah obat yang diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi diberikan bersama ini diperkirakan akibat hiperlipidemia, sehingga interaksi obat dapat kesehatan, khususnya dalam 18 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 dicegah dan pilihan penggunaan obat yang tepat Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hiperlipidemia. Meliputi data kualitatif dan kuantitatif serta METODE PENELITIAN Penelitian kelengkapan data pasien (seperti umur dan jenis kelamin, tindakan dilakukan dengan analisis penggobatan terhadap penyakit Diabetes deskriptif yang dikerjakan secara prospektif dan Melitus tipe 2 dengan Hiperlipidemia, Diagnosa, retrospektif. Data terdiri atas data kuantitatif Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, dan meliputi: Jumlah (%) jenis obat Antidiabetik lain-lain). Data yang diambil dipindahkan ke yang lembaran digunakan, Jumlah (%) jenis obat pengumpulan data yang telah AntiHiperlipidemia yang digunakan, Jumlah (%) disiapkan. Kekurangan rekam medik dilengkapi pasien dengan wawancara pasien atau keluarga pasien. Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia berdasarkan jenis kelamin, Jumlah (%) pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan hiperlipidemia Hasil analisa kuantitatif yang diperoleh berdasarkan umur, Jumlah (%) pasien Diabetes dari penggunaan obat antidiabetes dan obat Melitus komplikasi antihiperlipidemia yang menimbulkan interaksi Hiperlipidemia berdasarkan Klasifikasi Penyakit obat pada 18 (orang) pasien penderita Diabetes Hiperlipidemia. Data kualitatif meliputi interaksi Melitus obat dengan efek sinergis dan interaksi obat Hiperlipidemia pada rawat inap di bangsal yang tidak diharapkan. Data ditabulasikan Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi kemudian bandingkan hasil yang diperoleh yang dengan standard yang telah ditetapkan terlebih prospektif, adalah sebagai berikut. Hasil Analisa dahulu. Kuantitatif: tipe komplikasi HASIL DAN DISKUSI 2 Hasil dengan perbandingannya akan menunjukkan terjadi interaksi obat dengan efek sinergis dan interaksi obat yang 1. tidak tipe 2 dilakukan dengan secara komplikasi retrospektif dan Obat antidiabetes yang banyak digunakan adalah jenis obat generik yang sesuai diharapkan. formularium RSUD Raden Mattaher jambi Sumber data meliputi rekam medik yakni sebesar 40,91%, sedangkan obat pasien yang menjalani pengobatan Diabetes merek Melitus komplikasi antidiabetes generik non formularium tidak Hiperlipidemia serta wawancara pasien atau ada ditemukan sedangkan obat merek keluarga pasien di Bangsal Penyakit Dalam di dagang non formularium sebesar 22,73%. tipe 2 dengan RSUD Raden Mataher Jambi. Sampel yang dipilih adalah semua pasien Antihiperlipidemia 36,36%. yang Obat banyak digunakan adalah jenis obat generik yang menderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan sesuai formularium RSUD Raden Mattaher komplikasi Hiperlipidemia di Bangsal Penyakit Jambi yakni sebesar 100%, sedangkan obat Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. merek Data inap Obat sebesar yang Pengambilan Rawat 2. dagang dagang, obat generik non dilakukan formularium dan obat merek dagang non pencatatan rekam medik di Bangsal Penyakit formularium tidak ditemukan. Dari data Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi meliputi yang diperoleh, obat hipolipidemia yang pasien rawat inap yang menjalani terapi paling banyak diresepkan adalah 19 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 3. simvastatin golongan penghambat HMG- umur >71 tahun sebesar 5,56%. Dari data KoA reduktase sebesar 77,78%. yang diperoleh bahwa penyakit ini banyak Obat antidiabetes antihiperlipidemia diberikan 4. yang kepada dan paling pasien obat terjadi pada pasien umur 51-60 tahun yaitu banyak perempuan sebesar 50%. 5. Pasien terdiagnosa hiperlipidemia tipe I, sebesar 77,78%, sedangkan pada pasien hiperlipidemia tipe II-a, hiperlipidemia tipe laki-laki sebesar 22,22%. II-b, dan hiperlipidemia tipe III tidak Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi ditemukan, semuanya pasien terdiagnosa Hiperlipidemia umur 40-50 tahun sebesar hiperlipidemia tipe IV sebesar 66,67% dan 22,22%, umur 51-60 tahun sebesar 50%, hiperlipidemia tipe V sebesar 33,33%. umur 61-70 tahun sebesar 22,22% dan Tabel 1. Persentase terjadinya interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia No Jenis Obat 1 3 4 No pasein Jumlah pasien % Menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida Peningkatan resiko pendarahan gastrointestinal Peningkatan kadar metformin Menurunkan tekanan darah secara tajam 3,7,10.1 5,18 5 27,78 5,6 2 11,11 Farmakodinamika (interaksi yang tidak diharapkan) Peningkatan efek hipoglikemia 2,11 2 11,11 Farmakodinamika (interaksi yang tidak diharapkan Meningakatnya efek kadar statin, Resiko terjadinya rhabdomyolisis, Resiko myopati, Resiko gagal ginjal akut 11 9 50 Simvastatin + metformin Farmakodinamika (efek sinergis) Asetosal + meloxicam Farmakodinamika (interaksi yang tidak diharapkan) Farmakodinamika (efek sinergis) Farmkodinamika (efek sinergis) Metformin + ranitidin Furosemid + captopril/ lisinopril Gemfibrozil +glikazid/ glimpirid/ glikudon Gemfibrozil/ simvastatin 2 Jenis interaksi Mekanisme 7 10,15 Total Hasil Analisa Kualitatif berupa persentase Analisa kuantitatif meliputi analisa terjadinya interaksi obat pada pasien Diabetes persentase jenin obat antidiabetes dan obat Melitus hipolipidemia tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia dapat dilihat pada tabel 1. yang digunakan, persentase jumlah pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan 20 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 komplikasi Hiperlipidemia berdasarkan jenis pada keadaan penurunan berat badan yang kelamin,rentang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis, umur, persentase pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi ketoasidosis Hiperlipidemia berdasarkan penyakit Diabetes hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan Melitus, dan persentase pasien Diabetes Melitus asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO tipe dosis hamper maksimal, stress berat (infeksi 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia berdasarkan penyakit Hiperlipidemia diabetic, hiperglikemia sistemik, operasi besar, stroke), kehamilan dengan DM gestasional, gangguan fungsi ginjal Jenis Obat Antidiabetes yang digunakan pada atau hati yang berat, kontra indikasi atau alergi Terapi terhadap OHO (PETRI:2009). Persentase obat antidiabetes yang digunakan dilihat dari jumlah obat antidiabetes Jenis Obat Antihiperlipidemia generik dan antidiabetes merek dagang yang digunakan pada Terapi yang sesuai formularium maupun non formularium Obat Antihiperlipidemia yang banyak RSUD Raden Mattaher Jambi (PFT: 2010). dapat digunakan adalah jenis obat generik yang sesuai dilihat obat antidiabetes yang paling banyak formularium RSUD Raden Mattaher Jambi tahun digunakan adalah jenis generik yang sesuai 2011 yakni sebesar 100%, sedangkan obat formularium RSUD Raden Mattaher Jambi 2011 merek dagang sesuai formularium sebesar 0%. yaitu sebesar 40,91%, sedangkan obat merek Obat dagang formularium formularium sebesar 0%, sedangkan obat merek sebesar 36,36%. Obat generik non formularium dagang non formularium sebesar 0%. Hal ini sebesar 0% dan obat merek dagang non juga formularium sebesar 22,73%. Hal ini sesuai Kesehatan dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik 1455/Menkes/SK/X/2010, tangggal 4 Oktober Indonesia 1455/Menkes/SK/X/2010, 2010 tentang Formularium Program Jaminan tangggal 4 Oktober 2010 tentang Formularium Kesehatan Masyarakat dan Peraturan Menteri Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010 Peraturan tentang kewajiban menulis resep dan atau yang sesuai No. Menteri dengan Kesehatan HK.02.02/Menkes/068/I/2010 kewajiban menggunakan menulis resep obat generik No. tentang dan di antihiperlipidemia sesuai dengan obat di No. fasilitas fasilitas Rumah Sakit, dan standar ASKES/RS (Depkes RI:2005). Pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan RI;2005). Ini diharapkan untuk meringankan komplikasi pasien dalam hal pendanaan untuk terapi. antihipelipidemia Pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 Hiperlipidemia generik Menteri pelayanan Kesehatan Pemerintah, kebijakan Rumah Sakit dan standar ASKES/RS (Depkes komplikasi Indonesia non atau pelayanan Kesehatan Pemerintah, kebijakan dengan peraturan Republik menggunakan generik obat Hiperlipidemia, yang paling obat banyak diresepkan adalah golongan penghambat HMGKoA reduktase yaitu simvastatin sebesar antidiabetes yang paling banyak diresepkan 77,78%, dan diikuti dengan golongan turunan adalah Insulin short-acting seperti Insulin Asam Fibrat yaitu gemfibrazil sebesar 22,22%, Regular (Novorapid Flexpen). Insulin diperlukan Inhibitor HMG-KoA reduktase adalah obat 21 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 pilihan pertama untuk mengobati sebagian pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang besar pasien hiperkolesterolemia, statin saat ini sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung merupakan Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): antihiperlipidemia yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama efektif untuk 206 menurunkan kolesterol. Pada dosis tinggi statin kolesterol 250 mg/dl sebagai juga hiperkolesterolemia maka pada Monica pertama dapat disebabkan menurunkan oleh trigliserida > Apabila batas kadar batasan penelitian selain antihiperlipidemia yang hiperkolesterolemia 13.4% untuk wanita dan banyak digunakan adalah golongan turunan 11,4 % untuk pria. Pada penelitian Monica yang asam Diabetes kedua hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 Atherosclerosis Intervertion Study tahun 2001 % untuk wanita dan 14 % pria. Hal ini baru-baru ini menunjukkan manfaat Fenofibrat menunjukkan bahwa penyakit DM tipe 2 dengan yang signifikan untuk mengobati DM tipe 2. komplikasi hiperlipidemia banyak diderita oleh Penelitian arteriografi selama 3 tahun ini wanita dibandingkan pria (Anwar,2004). obat fibrat menunjukkan yaitu gemfibrazil. adanya penurunan yang dipakai VLDL, simvastatin peninggian yang mg/dl. terdapatlah stenosis koroner fokal sebesar 40% (Gunawan: 2007; Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Goodman & Gilman: 2007). dengan komplikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Rentang Umur Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan rentang umur, persentase tertinggi pasien yang mendapat terapi obat antidiabetes dan obat antihiperlipidemia banyak Pada penggunaan obat antidiabetes dan dialami oleh umur 51-60 tahun yaitu sebesar antihiperlipidemia jenis 50%, sedangkan umur 61-70 tahun sebesar kelamin, yang paling banyak mendapatkan 22,22%, umur 40-50 tahun sebesar 22,22%, dan terapi obat antidiabetes dan obat hipolipidemia umur >71 tahun sebesar 5,56%. Pada penelitian adalah 77,78%, Losenden, Hensen pasien yang paling banyak sedangkan laki-laki 22,22%. Menurut penelitian menderita Diabetes Melitus dengan rentang Martias Bachtiar: 1994 menghasilkan bahwa umur 34-79 tahun, penelitian lain menemukan perempuan lebih banyak menderita Diabetes pasien yang menderita Diabetes Melitus diatas Melitus umur 50 tahun sebanyak 42 orang (87,5%), di obat daripada perempuan komplikasi laki-laki yaitu berdasarkan sebesar dengan hiperlipidemia masing-masing sebesar 56,57% dan 43,33%, hal ini dapat diartikan bahwa Diabetes Melitus tipe 2 komplikasi Turki dari 2345 penderita Diabetes Melitus diatas 46 tahun sebanyak 51,9%. Penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan dengan hiperlipidemia lebih banyak dialami komplikasi hiperlipidemia mengalami oleh perempuan. peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas Penelitian Monica di Jakarta (1988) 45 tahun, dan jumlah kasus paling banyak menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol terjadi pada umur 51 sampai 60 tahun (50%). total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria Data tersebut sesuai dengan pernyataan dari 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi American Diabetes Association (ADA), bahwa 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada usia diatas 45 tahun merupakan salah satu 22 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 faktor risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. (66,67%), dan hiperlipidemia tipe V sebanyak 6 Dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus, orang (33,33%). Berdasarkan hasil tersebut dapat terjadi komplikasi akut dan menahun. bahwa penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dengan Dari 100 pasien yang dievaluasi, hanya 17% komplikasi Hiperlipidemia lebih banyak terjadi yang tidak mengalami komplikasi. Komplikasi pada Hiperlipidemia tipe IV dan V, terutama yang terjadi adalah Hipertensi, Hiperlipidemia, pada orang dewasa dan lanjut usia. Hal ini Retinopathy Komplikasi dikarnakan pada penyakit diabetes mellitus Hiperlipidemia dikenal berhubungan dengan resiko PJK. Pada (12,3%) yang merupakan salah satu penyebab hiperlipidemia sekunder Banyak penyakit yang kematian yang paling utama pada penderita mempengaruhi kadar lemak atau memperberat Diabetes mellitus akan meningkatkan faktor adanya ketidaknormalan lemak dalam plasma pembentukan aterosklerosis dan menimbulkan salah penyakit Jantung Koroner (PJK) (ADA: 2004; (Priyanto, 2009). terbanyak dan Neuropathy. salah satunya PERKENI:2010; Andayani:2006). Berdasarkan hasil satunya penyakit Pada penelitian dapat Diabetes Melitus hiperlipidemia hiperlipoproteinemia tipe ini merupakan dewasa terutama umur 45 tahun keatas dijumpai di Negara barat. Di sini terjadi memiliki resiko tinggi Diabetes Melitus tipe 2 peningkatan VLDL dengan hipertrigliserida. dengan komplikasi hiperlipidemia. Hal ini Gejala klinik terutama terjadi pada pasien terutama dengan dewasa obesitas,diabetes, dan hiperurisemia bertambahnya umur fungsi sel pancreas dan dan tidak memiliki xantoma. Kondisi sekunder sekresi insulin berkurang, dan juga berkaitan bisa dengan resistensi insulin akibat kurangnya diperburuk massa kontrasepsi otot dan karena perubahan vascular, terjadi pada peminum dengan oral, dan alkohol progestin, obat-obatan seperti terhadap hiperlipidemia tipe V memperlihatkan kumulasi berlebihan bahkan obesitas (Misnadiarly: 2006). VLDL dan kilomikron, bloker. dan thiazid badan beta stress, terbanyak berkurangnya aktivitas fisik sehingga rentan berat atau yang mungkin diperkirakan bahwa pada kenyataannya umur disebabkan hiperlipidemia IV atau Sedangkan mungkin karena gangguan katabolisme trigliserida endogen dan Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2 eksogen. Gejala klinik ditandai dengan nyeri dengan abdominal, pancreatitis, munculnya xantoma, komplikasi Berdasarkan Hiperlipidemia Klasifikasi Penyakit Hiperlipidemia biasanya obesitas, hiperurisemia, dan diabetes, Pada penelitian ini dihasilkan bahwa pasien Diabetes komplikasi dan polineuropathy perifer. Pasien-pasien ini Melitus tipe hiperlipidemia 2 dengan ditemukan peminum alkohol, eksogenus estrogen, dan gagal ginjal dapat memperburuk faktor yang telah ada (Gunawan: 2007; Dipiro, et al, 2006). hiperlipidemia tipe I sebanyak 0 orang (0%), Pada analisa kualitatif meliputi analisa hiperlipidemia tipe II-a sebanyak 0 orang (0%), terjadi atau tidaknya interaksi obat yaitu: hiperlipidemia tipe II-b sebanyak 0 orang (0%), persentase terjadinya interaksi obat pada pasien hiperlipidemia tipe III sebanyak 0 orang (0%), Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia tipe IV sebanyak 12 orang Hiperlipidemia. 23 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Terjadinya Interaksi Obat Kejadian interaksi obat pada penelitian Persentase terjadinya Interaksi Obat pada pasien Diabetes dengan Kombinasi metformin diberikan pagi hari dan 50%, simvastatin diberikan pada malam hari pada Interaksi obat artinya aksi suatu obat diubah pasien No 3, 7, 10, 15 dan 18 interaksi terjadi atau dipengaruhi oleh obat lain jika diberikan sebesar 27,78%. Ini merupakan interaksi yang secara bersamaan (Priyanto:2009). Dengan kata diharapkan. lain Interaksi obat merupakan satu dari delapan mellitus kategori masalah terkait obat (drug-related menghambat sintesis kolesterol dalam hati, problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian dengan menghambat enzim HMG Coa reduktase atau dapat sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika membran sel hepatosit akan menurunkan kadar atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, oleh kehadiran satu atau lebih zat yang VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL berinteraksi (Piscitelli, 2005). meningkat. Statin merupakan senyawa yang komplikasi Melitus tipe hiperlipidemia keadaan terapi 2 ini yang paling banyak ditemukan penggunaan sebesar obat yang Karena pada pasien diabetes yang gemuk, simvastatin bekerja Hasil penelitian dari 18 (orang) pasien paling efektif dan paling baik toleransinya untuk DM tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia di mengobati dislipidemia. American Diabetes Bangsal Penyakit Dalam, interaksi obat terjadi Association lebih jauh menyarankan pengobatan pada 9 pasien dari Analisa Retrospektif dan statin Prospektif. Interaksi obat pada penelitian ini dislipidemia diabetes (Goodman & Gilman: berupa 2007; Gunawan: 2007). interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik, yang dalam prakteknya sudah ditanggulangi dengan cara sebagai Sedangkan pilihan pertama metformin juga untuk dapat menjarakkan menurunkan berat badan, menurunkan kadar pemberian obat dan telah dilakukan monitoring trigliserida, LDL, kolesterol, dan kolesterol total, terhadap interaksi obat. Sedangkan interaksi dan juga dapat meningkatkan LDL kolesterol. obat yang bersifat toksik atau interaksi yang Metformin lebih sering digunakan sebagai terapi tidak diharapkan tidak ditemukan. antidiabetik oral karena memiliki efek samping Interaksi obat yang banyak ditemukan hipoglikemi yang rendah dibandingkan dengan pada penelitian ini yaitu pada pemakaian obat golongan lain dan direkomendasikan oleh Biguanid (metformin), Penghambat HMG-KoA American Diabetes association (ADA) sebagai reduktase fibrat first line therapy bersama dengan modifikasi (gemfibrozil). Menurut Standar Perkumpulan gaya hidup untuk pengobatan DM tipe 2. Dengan Endokrinologi demikian mekanisme kerja metformin dan (simvastatin) dan Indonesia Asam (PERKENI) tahun 2010, obat hipoglikemik oral yang tepat untuk simvastatin pasien produksi glukosa hati dan satu lagi menghambat DM dislipidemia tipe adalah 2 dengan komplikasi golongan biguanida sintesis yang mana kolesterol di satu hati menurunkan sehingga efek (metformin), sedangkan antidislipidemia yang keduanya mampu menurunkan kadar kolesterol tepat adalah golongan statin dan asam fibrat. didalam tubuh (Gunawan: 2007; Misnadiarly: 2006; Elvina R: 2012). 24 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Pada penelitian ini ditemukan pula metabolic hepatik, hambatan ekresi renal, Interaksi antara furosemid dengan kaptropil pengusiran dari ikatan protein, penurunan pada pasien No 5 dan 6 sebesar 11,11%. glukosa Kombinasi kedua obat ini biasanya aman dan karbohidrat(Gunawan: 2007; Dipiro: 2006). darah, perubahan metabolism efektif, karena memberikan efek sinergis dan Kombinasi gemfibrozil dan simvastatin interaksi yang diharapkan dalam menurunkan merupakan interaksi yang tidak diharapkan tekanan darah. Dimana kaptropil merupakan karena ACE perubahan sebelumnya) dapat menyebabkan peningkatan angiostensin I menjadi angiostensin II sehingga konsentrasi simvastatin (seperti pembahasan terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi sebelumnya) aldosteron, sedangkan Furosemid termasuk menghambat metabolisme dari simvastatin, diuretik kuat, diuretik bekerja dengan cara sehingga meningkatkan air, myopathy. Interaksi pada penelitian ini terjadi menghambat retensi garam dan air sehingga pada pasien No 11. Tetapi interaksi yang tidak menurunkan cairan diharapkan ini dapat diatasi oleh tenaga medis ektraseluler, akibatnya terjadi penurunan curah dengan memberi jarak dalam penggunaan jantung dan tekanan darah (Gunawan: 2007). gemfibrozil dan simvastatin, sekitar 1-2 jam Inhibitor Akan menghambat eksresi volume tetapi garam darah pada dan dan beberapa gemfibrozil dalam (seperti darah, meningkatkan pembahasan dengan resiko cara terjadinya pasien serta dilakukan monitoring terhadap timbulnya kombinasi kedua obat ini dapat menyebabkan myopathy, atau menggunakan simvastatin dosis penurunan tekanan darah (hipotensif) secara rendah yakni 10 mg (stockley: 2008). tajam yang terjadi pada awal pemberian Pada penelitian ini interaksi antara terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin asetosal dengan meloxicam yang terjadi pada yang tinggi dan tergantung kepada kondisi pasien No 7 merupakan interaksi yang tidak pasien dan dosis obat, sebaiknya pada awal diharapkan. pemberian captopril dimulai dengan dosis diharapkan ini dapat diatasi oleh tenaga medis rendah, dan monitor tekanan darah pasien dengan memberi jarak dalam penggunaan (Stockley: 2008). asetosal Namun dan Namun pada penelitian ini pada pasien dilakukannya No 2 dan 11 interaksi yang menimbulkan efek kemungkinan yang tidak diinginkan dapat di atasi dengan gastrointestinal. interaksi meloxicam monitoring terjadinya yang serta tidak telah terhadap pendarahan memberikan jarak penggunaan dan monitorkan Interaksi asetosal dengan meloxicam, kadar gula darahnya oleh tenaga medis sehingga kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiko tidak tidak pendarahan gastrointestinal, selain itu asetosal kombinasi dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari ditemukan diharapkan pada interaksi yang penggunaan gemfibrozil dan gol sulfonil urea. meloxicam dan peningkatan AUC meloxicam. Interaksi antara gemfibrozil dan gol sulfonil urea, kombinasi keduanya ini (Dipiro: 2005; Gunawan: 2007; Stockley: 2008; Goodman & Gilman: 2007). merupakan interaksi yang tidak diharapkan Pada penelitian ini Interaksi antara karena efek hipoglikemik meningkat akibat metformin dengan ranitidin, interaksi yang berbagai diharapkan (Sinergis) yang terjadi pada pasien mekanisme seperti penurunan 25 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 No 10 dan 15 sebesar 11,11%. Karena dapat KESIMPULAN meningkatkan kadar metformin, mekanisme Dari hasil penelitian ini dapat kerja metformin tidak melalui perangsangan disimpulkan bahwa interaksi penggunaan obat sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi sasaran yaitu dengan meningkatkan transport hiperlipidemia di Bangsal Penyakit Dalam RSUD glukosa, meningkatkan ambilan glukosa dari Raden Mattaher Jambi sebesar 50% yang otot dan jaringan lemak, menurunkan produksi merupakan interaksi Sinergis (Interaksi yang glukosa hati dengan menghambat glikogenolisis diharapkan) dan tidak ditemukan interaksi yang dan glukoneogenesis, memperlambat absorpsi tidak diharapkan. Interaksi tersebut adalah glukosa di saluran gastrointestinal. Sedangkan simvastatin dengan metformin sebesar 27,78%, ranitidin bekerja menghambat reseptor H2 Furosemid secara selektif dan reversible. Perangsangan 11,11%, reseptor H2 akan merangsang sekresi asam sebesar 11,11%. Dengan demikian Pasien DM lambung, sehingga pada pemberian (ranitidin) tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia sudah sekresi asam lambung dihambat (Gunawan: mendapatkan obat sesuai dengan penyakit yang 2007; Elvina R: 2012). dideritanya. dengan ACE dan Metformin inhibitor sebesar dengan Ranitidin Interaksi obat kationik di atas yang potensial dieliminasi melalui ginjal (sistem sekresi/transport tubular), sehingga UCAPAN TERIMA KASIH dapat Terima kasih kepada seluruh pihak meningkatkan kadar metformin. Dengan kata RSUD Raden Mattaher Jambi yang terkait yang lain jika kedua obat tersebut dikombinasikan telah membantu baik secara moril ataupun secara bersamaan maka kadar metformin harus spirituil selalu dimonitor dan dilakukan pengaturan dilaksanakan. sehingga penelitian ini selesai dosis metformin (Dipiro, 2006). DAFTAR PUSTAKA Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. American Diabetes Associations., 2004., Standars of Medical Care in Diabetes., J Diabetes., Andayani Tri Murti (2006). Skripsi Analisis Biaya Terapi Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Madah. Depkes RI., 2005., Kumpulan Peraturan Perundangundangan., Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Dipiro JT, dkk. 2005. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (6th ed.,). USA: McGraw-Hill Companies. Dipiro, Joseph T, et al, 2006. Pharmacotheraphy Handbook, Sixth Edition, Mc Graw Hill Companies: Inc, New York, USA. Elvina, R. 2012. Kajian Aspek Farmakokinetik Klinik obat Antidiabetes pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan Gangguan Fungsi Ginjal Di Poliklinik khusus RSUP DR. M .Djamil Padang periode bulan Oktober 2011-Januari 2012, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Andalas, Padang. Gunawan., Sulistia G., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V., Departemen Farmakologi dan Terapeuti, EGC, Jakarta. Guyton Hall, 2009. Buku Ajar Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Mansjoer, A., K. Triyanti., R. Savitri., W. I. Wardhani., dan W. Setiowulan., (Editor), 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta. 26 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Misnadiarly., 2006., Diabetes Melitus, Gangren, Ulcer, Infeksi, Pustaka Populer Obor., Jakarta. Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi (PETRI)., 2009., Compendium of Indonesian Medicine IPD 1 st Edition., Jakarta. Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. LESKONFI. Jakarta Piscitelli, SC., Rodvold, KA., 2002. Drug Interactions in Infectious Diseases, Humana Press Inc, Totowa, NJ. Stockley I., 2008. Drug Interaction A Source Book of Adserve Interaction, Their Mechanism, Clinical Importance and Management (8rd ed.)., University of Nottingham Medical School., England. Sudoyo W.A, et al, editor. 2006. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Soegondo S., 2008, “Diabetes, The Silent Killer”, at http://www.medicastore.com., Bagian Metabolik dan Endokrin., FKUI/RSCM., Jakarta., akses 20 mei 2012. 27