artikel ilmiah - Blog UB

advertisement
ARTIKEL ILMIAH
Disusun Oleh :
NAMA : IKA NURSA’ADAH
NIM : 115040213111009
KELAS : D
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir mata
kuliah Bahasa Indonesia dengan judul “Efek Rumah Kaca Pada Bidang Pertanian” dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga artikel ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapapun.
Pada dasarnya efek rumah kaca berpengaruh besar bagi kehidupan di bumi,
menyebabkan meningkatnya suhu di troposfer dan dipermukaan bumi. Sehingga
menyebabkan perubahan iklim yang tidak menentu. Oleh karena itu diharapkan petani pandaipandai mengatur pola tanam tanaman pangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penyusun
mengharapkan saran dan kriik dikemudian hari. Penyusun berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua.
Dengan penuh kesadaran mengenai segala kekurangannya, Penulis memohon maaf
apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan.
Malang, 12 Juni 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................ 4
1.2
Tujuan........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Efek Rumah Kaca
2.1.1 Pengertian Efek Rumah Kaca..................................................................... 6
2.1.2 Pengaruh Rumah Kaca................................................................................ 7
2.1.3 Mekanisme Terjadinya Efek Rumah Kaca.................................................. 7
2.1.4 Dampak Terjadinya Efek Rumah Kaca....................................................... 8
2.1.5 Usaha yang Dilakukan Untuk Mengurangi Efek Rumah Kaca...............
2.2
9
Gas-Gas rumah Kaca
2.2.1 Uap Air...................................................................................................... 9
2.2.2 Karbondioksida (CO2).............................................................................. 10
2.2.3 Metana (CH4)........................................................................................... 10
2.2.4 Ozon (O3)................................................................................................. 10
2.3
Protokol Kyoto......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan...........................................................................................................
12
3.2
Saran.....................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu dari aspek yang menjadi penyokong kehidupan, baik
kehidupan di pedesaan ataupun di perkotaan. Sektor ini merupakan sektor yang berfungsi
sebagai penyuplai bahan makanan. Namun agaknya pertanian untuk saat ini dan untuk
waktu yang akan datang memerlukan perhatian yang lebih. Hal ini terkait dengan adanya
efek pemanasan global yang melanda bumi yang disebabkan oleh produksi gas emisi
yang terlampau tinggi. Pemanasan global semakin menguat dengan berkurangnya luas
hutan sebagai pengimbang siklus udara.
Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita rasakan. Suhu
pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat kehidupan di muka bumi ini
terancam. Pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi serta pembabatan hutan secara
liar merupakan salah satu penyebab makin panasnya suhu bumi karena tidak
seimbangnya kadar karbon dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh msinmesin industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia khususnya di Eropa terus
meningkat. Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya semakin tajam. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, dan
kebutuhan penduduk Indonesia yang memaksa terjadinya penggundulan hutan. Karena
pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim yang tidak menentu. Sehingga
dalam bidang pertanian merasa dirugikan karena pengaturan pola tanam yang tidak
menentu. Namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan lingkungan pun juga gencar
dilaksanakan.
Sebagian sinar matahari yang masuk ke bumi dipantulkan ke angkasa, dan secara
alami akan diserap oleh gas-gas atmosfer yang menyelimuti bumi. Sinar itu pun
kemudian terperangkap di bumi. Situasi ini juga terjadi di dalam rumah kaca yaitu pada
saat panas yang masuk terperangkap di dalamnya dan menghangatkan seisi rumah kaca
tersebut. Fenomena yang terjadi di bumi lalu dinamakan efek rumah kaca, sedangkan
gas-gas penyerap sinar disebut gas rumah kaca. Apabila efek rumah kaca tidak terjadi di
4
bumi boleh jadi bumi akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk dihuni, karena akan
bersuhu 33oC lebih dingin!
Gas rumah kaca ( seperti : CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS, dan SF6) dihasilkan dari
kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, mulai dari memasak sampai Pembangkit Listrik.
Karena kegiatan tersebut sangat umum dilakukan manusia, maka seiring dengan
meningkatnya populasi manusia, konsentrasi Gas rumah kaca (GRK) pun meningkat.
Akibatnya, semakin banyak sinar yang terperangkap di dalam bumi. Perubahan iklim
berubah secara perlahan tapi pasti. Suhu permukaan bumi pun memanas. Panas ini kita
kenal sebagai pemanasan global (Global warming). Petani pun merasa dirugikan dalam
mengatur pola tanam.
Apa yang akan terjadi jika efek rumah kaca tidak diantisipasi? Peneliti lingkungan
hidup di Indonesia memperkirakan naiknya permukaan air laut setinggi 60 cm di tahun
2070. Penduduk pesisir akan kehilangan tempat tinggalnya, dan kita bisa say goodbye ke
industri pariwisata bahari. Selain itu perubahan iklim akan mengakibatkan suhu dan pola
hujan yang tidak tentu, sehingga para petani akan kesulitan menentukan masa kerjanya.
Untuk lingkup yang lebih besar, keanekaragaman hayati dunia terancam punah, karena
habitat individu akan terdegradasi dan hanya individu yang kuat saja yang bisa melewati
seleksi alam. Secara hitungan ekonomis, global warming merugikan dunia sebanyak 5
triliun dollar AS.
Syukurlah para ahli lingkungan hidup telah sejak lama memperkirakan “tragedi”
global warming ini. Di Stockholm pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Manusia (Human Environmental) tahun 1972, masyarakat internasional bertemu pertama
kalinya untuk membahas situasi lingkungan hidup secara global. Pada peringatan kedua
puluh tahun pertemuan Stockholm tersebut, digelarlah konferensi bumi di Rio de Jainero
tahun 1992. Di konferensi ini ditandatanganilah Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim
(UNFCCC). UNFCC memiliki tujuan utama berupa menstabilkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer hingga berada di tingkat aman yang diberi nama Protokol Kyoto.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi Efek Rumah Kaca
b. Mengetahui pengaruh dan dampak Rumah Kaca
c. Mengetahui mekanisme terjadinya Efek Rumah Kaca
d. Mengetahui bagaimana usaha mengurangi Efek Rumah Kaca
5
e. Mengetahui gas – gas rumah kaca
f. Mengetahu tentang Protokol Kyoto
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Efek Rumah Kaca
2.1.1 Pengenalan Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan
benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek
rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah
kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang
terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini
diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10
energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34%
dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23%
menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah
menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk
6
radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi
tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi
panas pantulan dari bumi.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca.
Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari
benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan
atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara
di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house
effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau
”green house gases”.
2.1.2 Pengaruh Rumah Kaca
Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya
meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam
panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada
kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer
bagian atas, menyaring sebagian besar sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana
dari pembusukan – mengabsorpsikan sebagian besar inframerah yang dapat dirasakan pada
kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi
akan direfleksikan kembali ke atmosfer.
Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang
diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan
gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang
lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan
panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter
satu arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari
arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer
dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca.
Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas
yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap
sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah – sehingga temperatur udara menjadi lebih
tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi,
7
temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat
mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-puncak pegunungan,
sehingga permukaan air laut naik.
2.1.3 Mekanisme Terjadinya
Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari.
Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa
dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer.
Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air
itu relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi yang terserap diradiasikan
kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi
panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air
di atmosfer. Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya
adalah bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida,
dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus
kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang
ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali
namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan
energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di
dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.
2.1.4 Dampak Rumah Kaca
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida
di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah
kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi
kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan
pengaruh yang sangat besar.
Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C.
Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan
8
peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang
dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu
permukaan bumi menjadi meningkat.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2)
dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik
lainnya
yang
melampaui
kemampuan
tumbuhan-tumbuhan
dan
laut
untuk
mengabsorpsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan
atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5%
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh
awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi
tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi.
Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca
perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida
(SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa
organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
2.1.5 Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca
Banyak hal gampang yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca
yang menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan
elektronik saat tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar listrik, juga
mengurangi polusi karena penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin memanggil tukang servis
AC. Carpooling atau berangkat bareng teman atau keluarga ke sekolah, tempat les, atau
mal. Selain mengurangi kemacetan, kita juga menghemat energi. Saat mencetak tugas,
usahakan memakai dua sisi kertas. Plastik adalah bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau
dibakar, plastik akan menjadi zat racun atau polusi. Pemakaian kantong plastik saat belanja
harus dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah. Coba deh pakai tas karton atau
tas kanvas.
9
2.2 Gas – gas Rumah Kaca
Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) Siklus Air dan karbon dioksida (CO2),
terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan
pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida
(N2O),
dan
chlorofluoroc
carbon
(CFC)
Perusakan
Lapisan
Ozon.
Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.
Gas Rumah Kaca di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global.
2.2.1 Uap Air
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi
ketika uap membentuk butir-butir air Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca.Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar
kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih
hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini
akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami
keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam
peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut.
2.2.2 Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Namun selain efek rumah kaca,
karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman.
Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk
pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis Energi. Proses yang
sama
terjadi
di
lautan
di
mana
karbon
dioksida
diserap
oleh
ganggang.
2.2.3 Metana (CH4)
10
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan
ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa
udara (anaerob).Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di
rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa.Metana mudah terbakar, dan menghasilkan
karbon dioksida sebagai hasil sampingan.Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup
banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan
metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.Metana
merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur
minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara Energi.
2.2.4 Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer,
stratosfer) Perusakan Lapisan Ozon. Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil
sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan
bermotor.Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan.
Perusakan Lapisan Ozon.

Dinitrogen oksida (N2O)
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami.
Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen
oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi, batu bara, gas bumi).

Chloroflourocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat,
misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat
digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah
Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai
nama dagang ‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah
CFC
R-11 dan CFC
R-12. Zat-zat
tersebut
digunakan dalam
proses
11
mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain
juga sebagai pelarut untuk membersihkan mikrochip.
-
Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di
atmosfer dan kemampuan penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan
meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global.
Waktu tinggal gas rumah kaca di atmosfer juga mempengaruhi efektivitasnya dalam
menaikkan suhu. Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula
pengaruhnya terhadap kenaikan suhu.
-
Nilai-nilai
waktu
tinggal
gas
rumah
kaca
di
dalam
atmosfer
Kemampuan Gas-gas Rumah Kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiring
dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP, Greenhouse
Warming Potential.GWP adalah suatu nilai relatif dimana karbon dioksida diberi nilai
1 sebagai standar.
2.3 Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai
pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk
mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau
bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi
gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca
global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations
Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi
12
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia dinegosiasikan di Kyoto pada
Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15
Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi
yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
Syukurlah para ahli lingkungan hidup telah sejak lama memperkirakan “tragedi”
global warming ini. Di Stockholm pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Manusia (Human Environmental) tahun 1972, masyarakat internasional bertemu pertama
kalinya untuk membahas situasi lingkungan hidup secara global. Pada peringatan kedua
puluh tahun pertemuan Stockholm tersebut, digelarlah konferensi bumi di Rio de Jainero
tahun 1992. Di konferensi ini ditandatanganilah Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim
(UNFCCC). UNFCC memiliki tujuan utama berupa menstabilkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer hingga berada di tingkat aman.
UNFCCC mengatur lebih lanjut ketentuan yang mengikat mengenai perubahan iklim
ini. Desember 1997 di Kyoto, Protokol Kyoto ditandatangani oleh 84 negara dan tetap
terbuka untuk ditandatangani/diaksesi sampai Maret 1999 oleh negara-negara lain di
Markas Besar PBB, New York. Protokol ini berkomitmen bagi 38 negara industri untuk
memotong emisi GRK mereka antara tahun 2008 sampai 2012 menjadi 5,2% di bawah
tingkat GRK mereka di tahun 1990.
Ada tiga mekanisme yang diatur di Protokol Kyoto ini yaitu berupa joint implementation;
Clean Development Mechanism; dan Emission Trading. Joint Implementation (implementasi
bersama) adalah kerja sama antar negara maju untuk mengurangi emisi GRK mereka. Clean
Development Mechanisme (Mekanisme Penmbangunan Bersih) adalah
win-win solution
antara negara maju dan negara berkembang, di mana negara maju berinvestasi di negara
berkembang dalam proyek yang dapat megurangi emisi GRK dengan imbalan sertifikat
pengurangan emisi (CER) bagi negara maju tersebut. Emission Trading (Perdagangan emisi)
adalah perdangan emisi antar negara maju.
Desember 2004, Indonesia pada akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto melalui UU no
17 tahun 2004. Indonesia akan menerima banyak keuntungan dari Protokol Kyoto. Melalui
dana yang disalurkan Indonesia akan bisa meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan iklim ini. Lewat CDM, Indonesia memiliki potensi pengurangan emisi
sampai sebesar 300 juta ton dan diperkirakan bernilai US$ 1,26 miliar. Kegiatan CDM
13
lainnya yang tengah dipersiapkan di Indonesia adalah mengganti pembangkit listrik
batubara dengan geoterma, dan efisiensi energi untuk produksi pabrik Indocement.
Tahun 2001, Amerika Serikat berkeputusan untuk menarik dukungannya terhadap
Protokol Kyoto. Keputusan ini dikecam oleh rakyat Amerika sendiri dan juga oleh
pemimpin negara lain di dunia. Tidak kurang mantan Presiden Jimmy Carter, Michael
Gorbachev, bahkan oleh ilmuwan Stephen Hawking dan aktor Harrison Ford yang
membuat surat terbuka di majalah Time edisi April 2001. Alasan yang dipakai
pemerintahan Bush adalah pengurangan emisi akan mengguncang perekonomian mereka.
Rusia juga sempat menarik dukungan mereka terhadap Protokol Kyoto. Hal ini sempat
membuat dunia khawatir Protokol Kyoto tidak akan berkekuatan hukum secara
internasional karena tidak memenuhi persyaratannya. Persyaratan Protokol Kyoto yang
harus dipenuhi adalah keharusan bahwa Protokol itu diratifikasi oleh minimal 55 negara
dan total emisi negara maju yang meratifikasi minimal 55% total emisi negara tersebut di
tahun 1990. Tapi akhirnya pada November 2004 Rusia meratifikasi Protokol Kyoto.
Pada 16 Februari 2005 lalu, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang Protokol
Kyoto berkekuatan hukum secara internasional – dan mesti dicatat tanpa diratifikasi
Amerika Serikat yang notabene merupakan kontributor emisi terbesar dunia. Masyarakat
seluruh dunia menyambut gembira dan sebagian besar negara di dunia ber”pesta”
menyambutnya. Namun perlu diingat, Protokol Kyoto pun baru dapat dipraktekkan di
tahun-tahun mendatang sedangkan the damage had been done dan telah dilakukan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan suhu
bumi seperti sedia kala. Meskipun begitu Protokol Kyoto telah menjadi semacam
pengingat bagi seluruh umat manusia untuk tidak bertindak sebodoh sebelumnya untuk
makin merusakkan bumi.
14
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
1. Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi – sehingga mempengaruhi
iklim secara global.
2. Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap
berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa.
3. Efek rumah kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan
kerugian pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
4. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca
global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050.
3.2
Saran
1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar
sebaiknya lebih diefisienkan.
2.
Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah lingkungan.
3.
Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar
karbon dioksida.
4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata surya.
5. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan pemeliharaan
kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain melaksanakan program
15
Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah di ambang batas –
terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
6. Efek rumah kaca yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan ekologi yang
sulit ditebak, seperti perubahan suhu dan pola hutan yang mengurangi produktivitas
pertanian.
7. Kerugian Indonesia di bidang pertanian karena perubahan iklim yang disebabkan oleh
dampak efek rumah kaca diperkirakan sangat besar. ANGLAS (Asian Least Gost
Greenhouse Gas Abatement Strategy) memaparkan bahwa efek rumah kaca
mengakibatkan antara lain: naiknya permukaan air laut, krisis air bersih,
meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, rusaknya infrastruktur
daerah tepi pantai, dan menurunnya produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Annonymous,2011.Efek Rumah Kaca.online (http://lasonearth wordpress.com/makalah/
efek-rumah-kaca-green-house-effect/) Diakses tanggal 8 Oktober 2011
Annonymous,2011.Rumah Kaca.online (http://www.chem-is-try.org/artikel_kiia/
Protokol_kyoto_solusi_terhadap_pemanasan_gobal/) Diakses tanggal 8 Oktober 2011
16
17
Download