Membantu Rakyat Desa Memahami MDGs

advertisement
Membantu Rakyat Desa Memahami MDGs
Oleh Haryono Suyono
Senin, 24 Januari 2011
Dalam dua hari ini, sekitar 2.700 mahasiswa berbagai program studi dari Universitas
Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, yang sejak tiga tahun terakhir ini menggelar
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga), kembali akan
disebar di tujuh kabupaten/kota di seluruh Jawa Tengah. Mahasiswa yang dalam dua hari ini
akan dilepas oleh Rektor yang baru, Prof Dr Eddy Juwono PhD ini telah digembleng dengan
pembekalan pengetahuan dan informasi yang matang tentang bagaimana cara
menerjemahkan sasaran MDGs (millenium development goals) ke dalam program dan
kegiatan yang cocok dengan kondisi masyarakat di pedesaan.
Melalui persiapan yang matang, para mahasiswa akan diterjunkan langsung ke
lapangan, bukan semata untuk memberi kuliah tentang tantangan dunia dan upaya
menyelesaikannya, tetapi berdasarkan kesepakatan, mereka bersama masyarakat
setempat akan diajak menerjemahkan sasaran utama pengentasan kemiskinan
dengan bekerja keras dan cerdas.
Unsoed yang memang mempunyai visi dan misi membantu rakyat banyak dalam
bidang pertanian dan peternakan, akan mengajarkan kepada rakyat banyak di
pedesaan bagaimana menanam padi dengan hasil yang lebih baik dan ongkos yang
lebih murah. Mereka akan mendorong masyarakat memanfaatkan halaman dan
merubahnya menjadi Kebun Bergizi sehingga keluarga yang mempunyai ibu hamil
atau anak balita segera bisa memperbaiki gizi mereka dari hasil kebun sendiri. Selain
mengisi Kebun Bergizi mereka dengan aneka tanaman produktif, sekaligus juga
melengkapinya dengan ternak dan kolam-kolam ikan sederhana. Dengan demikian,
kebun tersebut akan bisa menghasilkan bahan makanan pokok yang bergizi dan
mudah diraih.
Dalam kegiatan KKN Tematik tersebut, para pembina dari Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat Unsoed telah menyiapkan daerah-daerah kunjungan di
pedesaan. Para mahasiswa akan tinggal daerah kunjungan itu selama sekitar satu
atau dua bulan. Dengan bekerja sama dengan kepala daerah bersangkutan, camat
dan kepala desa, kondisi desa-desa itu terlebih dahulu telah disurvei dan
dipersiapkan sedemikian rupa. Sehingga, ketika mahasiswa tiba di lapangan mereka
akan diterima dan disuguhi berbagai masalah yang perlu segera dipecahkan. Tentu,
bukan dengan teori lagi tetapi bersama para mahasiswa rakyat akan segera bekerja
keras menyusun program dan kegiatan praktis untuk dilaksanakan bersama-sama.
Para mahasiswa bersama dosen pembimbing akan berusaha mencari solusi praktis
terkait masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya melalui cara-cara
penyelesaian sesuai target-target MDGs. Secara sistematis keluarga mampu akan
diajak untuk peduli kepada keluarga pra sejahtera, utamanya keluarga muda yang
mempunyai anak balita, untuk ikut bergabung dalam Posdaya-posdaya.
Melalui kelompok Posdaya yang awalnya difungsikan sebagai forum silaturahmi itu,
semua keluarga akan membangun kebersamaan, bersikap saling peduli terhadap
sesama, dan merencanakan gerakan mandiri untuk saling tolong-menolong dalam
upaya memotong rantai kemiskinan. Keluarga dengan anak balita akan dianjurkan
untuk segera mengirim anak balitanya ke kegiatan Bina Keluarga Balita atau
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, mereka bisa mengikuti kursuskursus atau mengembangkan kegiatan ekonomi kelompok masing-masing.
Kegiatan ekonomi yang beranggotakan para ibu itu akan melakukan usaha-usaha
khusus dalam kebersamaan hingga memungkinkan saling belajar dan saling tolongmenolong. Di lain pihak, pengusaha lokal diharapkan dapat mengulurkan tangannya
untuk menolong keluarga-keluarga lain yang belum pernah berusaha untuk segera
menjadi magang sebelum bisa membuka usaha sendiri.
Kegiatan magang itu tidak boleh mengendurkan usaha ekonomi induk semangnya.
Tetapi, justru harus memacu untuk usaha yang sudah ada agar lebih maju sehingga
dapat menolong lebih banyak lagi magang baru yang berasal dari keluarga muda
dengan anak balita dari keluarga pra sejahtera atau keluarga yang masih tergolong
miskin.
Kegiatan ekonomi keluarga muda itu juga harus memperhatikan anak-anak muda
putus sekolah untuk ikut aktif dalam usaha. Namun, mereka tetap didorong untuk
menyelesaikan wajib belajarnya melalui Paket A, Paket B, atau Paket C yang
diadakan dengan isian sesuai kondisi dan kebutuhan. Sebabm tujuannya adalah
mempersiapkan anak didik menjadi insan yang siap bekerja keras dan cerdas.
Sesuai Inpres Nomor 3 tahun 2010, setiap penduduk tidak saja harus rajin belajar
tetapi juga memelihara kesehatannya dengan baik agar kegiatan usaha ekonomi
yang ditekuninya tidak terganggu. Oleh karena itu pemeliharaan lingkungan fisik
maupun lingkungan pergaulan anak muda, utamanya anak-anak usia diatas 15
tahun, harus sangat ketat agar tidak tergoda oleh kegiatan hubungan seksual
sembarangan sehingga mengancam masuknya HIV/AID atau penyakit menular
lainnya. Disamping itu diharapkan agar lingkungan tidak saja siap dijadikan Kebun
Bergizi tetapi juga bebas nyamuk anopeles sehingga tidak menjadi sarang
penyebaran penyakit malaria yang masih mengancam banyak daerah dewasa ini.
Untuk mendorong modernisasi pedesaan diharapkan para mahasiswa bisa
mempraktikkan hasil-hasil penelitian mereka sebagai bahan pertimbangan kepada
para petani dan pengusaha di lapangan. Misalnya, bagaimana memilih dan membeli
bibit yang dianggap mampu menghasilkan produk yang melimpah. Keluarga
pedesaan diharapkan juga akan menyerap ajaran bagaimana memelihara sapi yang
bisa menghasilkan air susu yang banyak dengan berat yang menguntungkan.
Makanan macam apa yang mampu menghasilkan sapi-sapi produktif macam itu?
Memang, penduduk setempat akan diajak bekerja sama dengan tanaman atau
hewan yang diperliharanya sehingga menghasilkan produk yang bisa dikonsumsi
sendiri atau patut dijual dengan harga yang menguntungkan. Para petani akan
dianjurkan untuk memanfaatkan sisa penghasilannya sebagai tabungan atau
sumbangan untuk menyuburkan Posdaya lewat usaha pendidikan, pelatihan dan
pemeliharaan kesehatan secara paripurna.
Lebih dari itu, para mahasiswa akan melatih tenaga-tenaga, baik yang berasal dari
SKPD setempat, atau pejabat lokal, atau pemuda-pemuda terdidik di lapangan,
untuk menjadi kader-kader 'mutiara bangsa'. Kader-kader macam ini memiliki tekad
perjuangan mandiri dalam memelihara Posdaya sebagai forum penggerak
pembangunan berkelanjutan dalam memenuhi target MDGs secara mulus. ***
Penulis adalah Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial
(DNIKS)
Download