PRESS RELEASE PERAYAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN BARU SAKA 1937 SABTU, 21 MARET 2015 1. PENGANTAR Dalam satu sloka Bhagawad-gita, salah satu pustaka suci Hindu, disebutkan: dando damayataamasmi neetirasmi jigeeshataam maunam chaivaasmi guhyaanaam jnyaanam jnyaanavataamaham Artinya: Di antara segala cara untuk melarang pelanggaran hukum, Aku adalah hukuman, dan di antara orang yang mencari kejayaan Aku adalah strategi. Di antara segala hal yang rahasia Aku adalah keheningan, dan di antara orang bijaksana Aku adalah kebijaksanaan. (Bhagavad-gita 10.38) Hari raya Nyepi merupakan satu-satunya hari suci umat Hindu di Indonesia yang yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai libur nasional, sehingga umat Hindu wajib merayakannya sesuai ajaran agama Hindu. Unyuk tahun 2015 ini umat Hindu di Indonesia akan melaksanakan Hari Raya Nyepi/Tahun Baru Saka 1937 pada hari Sabtu, 21 Maret 2015. Berbeda dengan perayaan hari-hari suci keagamaan, umat Hindu justru merayakan hari raya Nyepi dengan penuh keheningan, dengan cara menyepi, tidak seperti kebanyakan umat beragama lain yang merayakan hari rayanya dengan meriah penuh kegembiraan dan keramaian? 1|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 2. INDAHNYA KEHENINGAN Tujuan agama Hindu adalah kesejehateraan materi/jasmani dan kebahagiaan hidup rohani. Karenanya, penganut ajaran agama Hindu menekankan pentingnya keseimbangan hidup, seimbang antara memenuhi kebutuhan duniawi/jasmani agar sejahtera dan memenuhi kebutuhan rohani agar bahagia. Apa itu Sepi ? Sepi adalah HENING, keterampilan membebaskan diri dan pikiran dari dunia luar. Melakukan pengendalian diri dan mengarahkan pikiran agar fokus pada diri sendiri. Melakukan perjalanan indah ke dalam diri, mendengar suara hati dalam keheningan, suara Cintakasih, suara Tuhan dalam diri sang diri sejati (Atman). Sepi nan hening bukanlah kosong yang tiada berarti, hening adalah kekosongan yang penuh perasaan murni yang membawa kedamaian dan kebahagiaan tanpa batas. Hening adalah kehampaan, kondisi yang dibutuhkan semua mahluk hidup untuk bertumbuh menjadi lebih sempurna. Hening adalah kekosongan (emptiness) yang penuh yang merupakan puncak disiplin rohani (completeness). Dalam hening ada keindahan, kedamaian, dan kebahagiaan alami yang murni sebagai bagian dari sifat Ilahi. Sepi nan hening menumbuhkan sikap welas asih dan bijaksana. Sepi nan hening menjadikan kita welas asih dan harmoni pada diri sendiri, welas asih dan harmoni pada sesama, welas asih dan harmoni pada Alam Semesta, pada akhirnya welas asih dan harmoni pada Sang Sumber Kehidupan, Tuhan Yang Mahaesa. 2|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 3. HARI RAYA NYEPI Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu yang penghitungannya berdasarkan penanggalan/kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Kalender saka berasal dari India yang merupakan penanggalancandra surya (lunisolar) artinya merupakan sistem kalender yang menggunakan periode bulan mengelilingi bumi untuk satuan bulan. Pada saat bulan, matahari dan bumi posisinya satu poros garis lurus (bulan mati atau di Bali disebut tilem) sebagai puncak penutup tahun. Lalu besoknya merupakan tahun baru saka. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi yang biasanya dirayakan dengan perayaan yang ramai dan gegap gempita, Tahun Baru Saka di Indonesia dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Khusus di Bali yang masyarakatnya sebagian besar beragama Hindu, semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti bandar udara internasional pun tutup. Namun khusus untuk pelayanan kemanusiaan seperti kegiatan yang sangat penting/darurat di rumah sakit tetap berjalan secara terbatas. Ajaran agama Hindu tidak semata memfokuskan diri pada perkembangan rohani diri sendiri, namun juga berupaya menjaga keseimbangan Alam Semesta melalui rangkaian upacara. Karenanya, tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan diri diri sendiri atau Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/ macrocosmos ). Hari Raya Nyepi dilaksanakan dengan beberapa rangkaian prosesi upacara, yaitu: 1. Melasti. Melasti adalah upacara penyucian yang dilaksanakan di pantai tepi laut karena laut adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala kotoran di dalam diri manusia dan alam. Melasti umumnya dilakukan dua hari sebelum Hari Raya Nyepi. 3|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 2. Tawur (Pecaruan). Tawur atau pecaruan adalah upacara untuk membersihkan energi-energi negatif yang ada di alam semestta yang disebut Buta Yadnya yang khusus dilakukan untuk penyucian Alam Semesta agar kekuatan-kekuatan negatif dan energi-energi negatif di alam tersucikan sehingga alam kembali pada keharmonisannya. Tawur (Pecaruan) dilaksanakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi. 3. Nyepi. Setelah melakukan penyucian bagi Alam Semesta (Bhuana Agung/macrocosmos), pada hari Nyepi dilakukan penyucian pada diri sendiri, pada alam manusia (Bhuana Alit/microcosmos). Nyepi dilaksanakan dengan melakukan pengendalian diri melalui empat tindakan pantangan yang disebut “catur brata penyepian”, yaitu: - Amatigeni, yaitu pantang menghidupkan api, dengan pengertian agar manusia melakukan pengendalian diri, pengendalian keinginan, pengendalian emosi, sedangkan secara spiritual dimaksudkan untuk menghidupkan kundalini (energy yang ada dalam diri); - Amatikarya, yaitu pantang bekerja, dengan pengertian agar manusia melakukan pengendalian aktivitas fisik diri, namun saat itu melakukan aktivitas spiritual ; - Amatilelungan, yaitu pantang bepergian (keluar), dengan pengertian agar manusia melakukan pengendalian atas keinginan dan memfokuskan pikiran, dan secara spritual berarti melakukan perjalan ke dalam diri untuk mengenal Sang diri sejati (Atman) ; - Amatilelangun, yaitu pantang mendengarkan dan menikmati hiburan dan musik, televisi dan sejenisnya dengan pengertian agar manusia melakukan pengendalian rasa suka dan tidak suka, dan secara spiritual berarti mencari kebahagiaan sejati. Ke-empat tindakan pantangan tersebut biasanya diikuti dengan melakukan upavasa yaitu puasa tidak makan dan minum selama 24 jam (dari pk 06.00 sebelum matahari terbit sampai pk 06.00 besok harinya) dan mona brata yaitu puasa tidak berbicara. Dengan demikian esensi dari Nyepi adalah melakukan 4|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 kontemplasi melalui keheningan yang sempurna untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan dengan menemukan hakikat Dirijati (Pure Self). 4. Ngembak geni. Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh satu hari setelah Nyepi. Pada hari ini Tahun Baru Saka memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf-memaafkan (ksama) bersilaturahmi satu sama lain sesama umat manusia, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. 4. OGOH-OGOH Dalam rangkaian Hari Raya Nyepi, yaitu sebelum dilakukan catur brata penyepian, di kalangan umat Hindu etnik Bali biasanya disertai pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang biasanya merupakan simbol kepribadian Bhuta Kala, yaitu dorongan dan keinginan negatif dalam diri manusia. Ada enam dorongan dan kekuatan negatif yang dalam kehidupan manusia perlu dikendalikan, yang disebut sadripu, yaitu: 1. Krodha: amarah (anger), emosi tidak terkendali (uncontrolled emotion); 2. Kama: nafsu (lust), keinginan (desire); 3. Mada: kemabukan (drunkenness); 4. Matsarya: serakah (covetous), dendam (grudge), iri hati (jealousy); 5. Lobha: rakus (rapacious), tamak (avarice, acquisitive); dan 6. Moha: kebingungan (bewilderment, confusion). Jadi, pada umumnya ogoh-ogoh adalah simbolisasi dalam bentuk karya seni patung dari ke-enam dorongan dan kekuatan negatif 5|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 yang dalam diri manusia. Ogoh-ogoh itu diarak sebagai simbol bahwa dalam keseharian kehidupan manusia selalu digoda oleh ke enam dorongan dan kekuatan negatif di dalam dirinya itu. Setelah diarak, ogoh-ogoh itu biasanya lalu dibakar, yang mengandung arti bahwa saat memasuki Hari Raya Nyepi umat Hindu sudah “membakar” atau mengendalikan diri dari keenam dorongan dan kekuatan negatif di dalam dirinya itu. Artinya, perang melawan diri sendiri telah usai, sehingga dapat hening melakukan perjalanan indah ke dalam diri menemukan kemurnian diri, kedamaian, dan kebahagiaan sejati. Seiring dengan kemajuan pengetahuan ajaran agamanya, umat Hindu tidak hanya membuat ogoh-ogoh dalam bentuk patung raksasa sebagai simbol energi dan kekuatan negatif, namun juga terinspirasi membuat karya seni lain yang merupakan simbol dari kekuatan dan manifestasi Tuhan, Dewa-Dewi. Dewa-Dewi adalah personifikasi kekuatan Tuhan. Dalam ajaran agama Hindu, khususnya dalam teologi (ajaran tentang Tuhan), Tuhan adalah Dia Yang Tunggal (Brahman, Supreme) baik Yang Tak Berwujud (Nirguna Brahman) sekaligus Yang Berwujud (Saguna Brahman). Bahkan, Tuhan adalah esensi dari kehidupan, sehingga sejatinya yang ada hanyalah Tuhan. Menurut ajaran agama Hindu, adalah sama benarnya untuk memuja Tuhan Yang Tak Berwujud ataupun memuja Tuhan Yang Berwujud. Jadi, memuja Dewa-Dewi adalah memuja Tuhan Yang Berwujud. Tuhan memiliki kekuatan ilahi yang tiada terhingga, kekuatan ilahi Tuhan ini disebut Shakti. Di antara kekuatan ilahi Tuhan yang tak terhingga tersebut, ada tiga kekuatan utamanya yang disebut Trishakti: Bhrahma Shakti (kekuatan mencipta atau penciptaan, creation), Vishnu Shakti (kekuatan memelihara atau pemelihara, preservation), dan Shiva Shakti (kekuatan melebur atau peleburan, liberation,dissolution dan/atau destruction). 6|Presss releasePerayaan Nyepi 2015 Dalam rangka memelihara ketertiban dunia dan menjaga dharma (hukum kebenaran) tetap hidup di dunia, Tuhan dalam shaktinya sebagai Dewa Wisnu mewujudkan diri ke dunia, yang disebut awatara. Salah satu personifikasi-Nya adalah Krisna (Krsna, Krishna). Sebagai contoh. Karya seni patung Dewa Krisna Kecil yang duduk atau berdiri di atas ular naga yang disebut Sheshanaga atau Adhishesa. Dewa Krisna Kecil adalah personifikasi Tuhan saat mengambil wujud sebagai Krisna yang masih kecil. Sheshanaga adalah kekuatan penciptaan atas tiga alam semesta yang disebut sebagai Loka, yaitu Bhur-loka (Bumi, Alam Semesta), Bwah-loka (Alam Roh, Neraka), dan Svah-loka (Alam Rohani, Surga). Jadi naga memiliki makna kekuatan atas ke-tiga alam semesta. Naga juga memiliki makna kekuatan transformasi, karena binatang sejenis ular memiliki kekuatan transformasi untuk mengubah dirinya menjadi baru. Dalam diri manusia pun ada ke-tiga sifat alam itu, yaitu sifat kebinatangan, sifat kemanusiaan, dan sifat kedewaan. Jadi, patung Dewa Krisna Kecil yang duduk atau berdiri di atas ular naga memiliki makna simbolik bahwa atas kekuatan Tuhan di dalam dirinya manusia dapat melakukan transformasi terlahir menjadi pribadi baru, pribadi yang semua dipenuhi sifat-sifat buruk kebinatangan menuju sifat-sifat mulia kedewaan, pribadi yang penuh karakter kemuliaan. Bedanya dengan ogoh-ogoh raksasa sebagai simbol energi dan kekuatan negatif yang setelah diarak kemudian dibakar, karya seni patung Dewa-Dewi seusai diarak diletakkan di tempat-tempat yang disucikan, tidak dibakar. Tangerang Selatan, 15 Maret 2015 Ketut Arnaya, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Tangerang Selatan 7|Presss releasePerayaan Nyepi 2015