BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Teripang (Holothuroidea)

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Teripang (Holothuroidea)
Teripang atau Holothuroidea berasal dari bahasa yunani,”Holothurion” yang
berarti hewan air dan “eidos” yang berarti wujud. Holothuroidea biasannya hidup di
dasar laut dengan cara bersembunyi di batu karang atau di pasir. Tubuhnya lunak,
berbentuk seperti kantung memanjang, kulitnnya tersusun dari zat kapur. Di bawah
kulit terdapat dermis yang mengandung osikula, selapis otot melingkar, dan lima otot
ganda yang memanjang. Dengan adanya lengan berotot ini, teripang atau mentimun
laut dapat bergerak memanjang memendek seperti cacing (Jasin 1992).
2.1.1. Klasifikasi
Teripang atau Holothuroidea merupakan salah satu dari kelas Echinodermata.
Klasifikasi menurut Barnes 1963 dalam Martoyo et al(1994) adalah sebagai berikut :
Filum
Sub – filum
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Echinodermata
: Echinozoa
: Aspidochirota
: Aspidochiroidae
: Holothuria
:Holothuria scraba , Holothuria argus, Holothuria
pervicax Holothuria marmorata, Holothuria vagabunda,
Holothuria nobilis, Holothuria impatiens
Filum
Sub – filum
Ordo
Family
Genus
: Echinodermata
: Echinozoa
: Aspidochirota
: Aspidochiroidae
: Muelleria
Spesies
:Muelleria lecanora, Muelleria echinites
Filum
Sub – filum
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Echinodermata
: Echinozo
: Aspidochirota
: Aspidochiroidae
: Stichopus
: Stichopus ananas, Stichopus variegates
Filum
Sub – filum
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Echinodermata
: Echinozoa
: Aspidochirota
: Aspidochiroidae
: Bohadaschia
: Bohadaschia marmorata
Hyman 1955 dalam Saputra (2001), menyatakan klasifikasi Teripang adalah
sebagai berikut :
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Echinodermata
: Holothuroidea
: Paractinipoda atau Apodia, terdiri dari 1 famili
: Synaptidae
: Synapta
: Synaptidae maculate
2.1.2. Morfologi dan Anatomi
Tubuh Teripang berbentuk silinder memanjang dan beberapa (genus) ada
tubuhnya yang berbentuk U, berbentuk kumparan dan memilin berdasarkan
kedudukan mulut dan anus. Tubuh teripang dibagi menjadi dua bagian yaitu anterior
dan posterior. Tubuh teripang yang bulat memanjang dengan garis oral dan aboral
sebagai sumbuh yang menghubungkan anterior (depan) dan posterior (belakang)
(Arby 2012).
Tubuh teripang umumnya lembek dan licin, kulitnya halus dan berbintil serta
mempunyai otot melingkar dan memanjang di bawah dinding tubuh. Otot tersebut
ada yang tebal dan tipis tergantung pada jenisnya, membentuk lima bagian yang
memanjang atau membujur, dan berbentuk rongga yang berisi organ-organ dalam.
Bentuk tubuh yang demikian membentuk bagian-bagian depan dan bagian belakang
dengan bagian ventral dan dorsal. Pada permukaan kaki tabung, terdiri dari tiga
deretan di bagian perut dan dua deretan di bagian pungggung. Mulut dikelilingi oleh
sejumlah tentakel yang tersusun dalam satu lingkaran atau lebih (Yusron 2009)
2.1.3. Reproduksi
Saputra (2001) mengemukakan bahwa secara umum teripang adalah dioceus,
yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda namun
adapula beberapa spesies hermaprodit, seperti : Cucumaria laevigata, dari ordo
Dendrochirotida, dan Mesothuria intestinalis
dari ordo Aspidochirotida. Secara
visual kedua jenis kelamin tidak dapat dibedakan, kecuali pada jenis teripang tertentu
yang kelamin betina mengeluarkan telurnya.
Kehidupan teripang di alam mulai dari larva sampai teripang dewasa hidup
sebagai planktonis dan sebagai bintik. Pada fase larva yakni pada stadia auricularia
hingga doliolaria hidup sebagai planktonis, kemudian pada stadia penctactula hidup
sebagai bintik yang mempunyai kebiasaan berada di bawah permukaan air hingga
akhirnnya menjadi dewasa (Darsono 1999). Teripang terdapat di daerah pasang surut
smpai pada tempat yang dalam. Teripang hidup melekat pada batu atau diantara
tumbuhan laut. Di alam teripang selalu dalam keadaan diam atau bersifat kurang
bergerak, kebiasaan teripang berada di tempat-tempat dimana airnya tenang.(Saputra
2001).
Teripang dibagi menjadi dua yaitu pemakan plankton (Famili Dendrochirotae)
dan pemakan partikel/substrat (selain Famili Dendrochirotae).Teripang pemakan
plankton menyaring dan mengumpulkan plankton dengan bantuan tentakelnnya yang
berlendir (Darsono 1998). Makanan teripang berupa plankton dan kandungan detritus
yang berada dalam pasir. Dalam usus ditemukan sejumlah makanan khas yang berupa
pasir, serpihan karang, hancuran karang, diatom, foraminifera, dan lain-lain yang
ditemukan dalam usus teripang (Yusron 2001). Makanan yang disukai teripang
diantarannya
adalah
organisme
kecil,
protozoa,
diatom,
nematoda,
algae,
foraminifera, radiolaria dan detritus yang berada diantara partikel kecil atau hancuran
karang.(Darsono. 2007),
Teripang
hidup secara menetap, sehingga makanannya tergantung pada
makanan yang dibawa oleh air laut. Teripang mempunyai cara makanan yang bersifat
Polyphagus yaitu filter feeder dengan cara memakan, menyaring dan menghisap
partikel pasir, lumpur, detritus juga air (Irianto 2009).
2.1.4. Peranan Ekologi Teripang (Holothuroidea)
Teripang (Holothuroidea) merupakan komponen penting dalam rantai
makanan (food chain) di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai
tingkat struktur pakan (trophic levels).Teripang berperan penting sebagai pemakan
deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah IndoPasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan
teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses
80 gram berat kering sedimen setiap harinya (Irianto, 2009).
Menurut Darsono (1999), berkurangnya populasi teripang secara cepat
menimbulkan konsekuensi bagi kelangsungan hidup berbagai jenis biota lain yang
merupakan bagian dari kompleksitas lingkar pangan (food web) yang sama”.
Teripang dalam lingkar pangan ini berperan sebagai penyumbang pakan berupa telur,
larva dan juwana teripang bagi organisme laut lain seperti krustasea, moluska
maupun ikan. Seiring yang di ungkapkan Martosubroto (1985), bahwa teripang
mencerna sejumlah besar sedimen, yang memungkinkan terjadinya oksigenisasi
lapisan atas sedimen. Tingkah laku teripang yang mengaduk dasar perairan dalam
cara mendapatkan pakannya, membantu menyuburkan substrat di sekitarnya.
Keadaan ini mirip yang dilakukan cacing tanah di darat. Proses tersebut mencegah
terjadinya penumpukan busukan benda organik dan sangat mungkin membantu
mengontrol populasi hama dan organisme patogen termasuk bakteri tertentu.
Penangkapan secara berlebihan pada jenis teripang bisa berakibat terjadinya
pengerasan dasar laut, sehingga tidak cocok sebagai habitat bagi bentos lain dan
organisme meliang (infaunal organisme). Teripang mempunyai kemampuan untuk
melepas bagian organ dalam (eviscerasi) apabila terganggu, dan akan beregenerasi
secara cepat.
2.2. Tinjauan Tentang Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik,
biologi, sosial,dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.Perairan pesisir
adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat
laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir
mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air
tawar.
Menurut UU No.27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil, perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan
meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau,
dan laguna. Perairan laut merupakan bagian dari kawasan pesisir yang mempunyai
potensi yang cukup besar sebagai penyedia sumber bahan makanan bagi penduduk,
merupakan habitat dari berbagai hewan dan tumbuhan yang mempunyai peran dan
fungsi masing-masing. Pesisir pantai merupakan wilayah yang memiliki potensi laut
yang cukup besar khususnya teripang, memeiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi
dan banyak dimanfaatkan masyarakat. (Sulardiono 2012).
2.3. Tinjauan Tentang Struktur Komunitas
Menurut Suin (1999) Komunitas merupakan sistem kehidupan bersama dari
sekelompok populasi organisme yang saling berhubungan karena ada interaksi antara
satu dengan yang lainnya dan berkaitan pula dengan lingkungan hidupnya. Dalam
komunitas organisme hidup saling berhubungan atau berinteraksi secara fungsional.
Pada suatu komunitas terlihat adanya perbedaan jenis penyusun secara vertikal,
seperti perbedaan bentuk hidup serta tingkatannya. Secara horizontal terlihat adanya
kelompok-kelompok dari jenis organisme penyusunnya, dan ada pula keterkaitan
antara jenis yang hidup bersama.
Sebagai satu kesatuan yang memiliki keterpaduan yang kompleks, tentu saja
komunitas memiliki ciri-ciri yang menjadi karakteristiknya. Seperti halnya populasi,
suatu komunitas memiliki ciri-ciri yang menjadi karakter yang hanya dimiliki oleh
komunitas tersebut, yang tidak dimiliki oleh komunitas yang lain. Soetjipta (1993)
menjelaskan mengenai ciri komunitas yang biasanya diukur dan dikaji, yaitu :
1. Keanekaragaman spesies atau diversitas spesies, yaitu kekayaan spesies hewan
dan tumbuhan yang hidup dalam suatu komunitas tertentu.
2. Dominansi, yaitu beberapa spesies dari sekian banyak spesies yang terdapat
dalam komunitas yang mampu mengendalikan komunitas dari segi jumlah dan
aktifitasnya.
3. Kelimpahan nisbi, yaitu penguasaan pengendalian spesies terhadap komunitas.
Menurut Soegianto (1994) bahwa struktur komunitas terdiri atas spesies
kemelimpahan dan indeks keanekaragaman jenis. Selanjutnya menurut Dahuri (2003)
bahwa struktur komunitas merupakan keanekaragaman spesies didalam komunitas,
yaitu persekutuan spesies-spesies dalam populasi yang hidup cukup dekat satu sama
lain bagi terjadinya interaksi potensial, meliputi kekayaan spesies (jumlah spesies
yang ada) dan kelimpahan relatif masing-masing spesies itu.
2.3.1 Diversitas (Keanekaragaman)
Soetjipta (1993) menyatakan bahwa keanekaragaman (Diversitas) identik
dengan kestabilan ekosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem relatif
tinggi maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Namun, dalam menyatakan
keanekaragaman organisme dalam komunitas, tidak cukup hanya dengan hanya
mengetahui jumlah jenis atau spesies penyusunnya, namun harus dilengkapi dengan
banyaknya individu dari setiap jenis atau spesies organisme penyusunnya.
Berdasarkan organisasi biologis Keanekaragaman (Diversitas) jenis merupakan suatu
karakteristis tingkat komunitas, hal ini dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Soegianto (1994) mengatakan bahwa, Keanekaragaman jenis tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies yang
sama atau hampir sama. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas terjadi interaksi
spesies yang tinggi pula. Echinodermata merupakan kelompok invertebrata yang
memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang tinggi dan berperan penting baik
secara ekologis maupun ekonomis.
2.3.2
Dominansi Sebagai Karakteristik Komunitas
Diversitas (Keanekaragaman) organisme, baik jumlah spesies maupun jumlah
individu-individu anggota spesies menentukan karakter dari suatu komunitas. Namun
tidak semua organisme mempunya kontribusi yang sama dalam menentukan karakter
komunitas tersebut. Hanya spesies-spesies tertentu yang berpengaruh terhadap
komunitas baik dari jumlah maupun aktifitasnya. Spesies inilah yang disebut sebagai
spesies yang dominan. Pengaruh organisme dalam pembentukan karakter komunitas
ditentukan oleh jumlah spesies dan individu anggota spesies, yang dinyatakan secara
matematis dalam indeks dominansi nisbi, dimana nisbi atau nilai mempunyai
pengertian pengendali atau penguasaan spesies terhadap komunitas (Dharmawan,
2005). Hal ini sebagaimana didefinisikan oleh Soetjipta (1993) bahwa Dominansi
ialah pengendalian nisbi oleh makhluk hidup atas komposisi spesies dalam
komunitas.
Dominansi dapat terpusat pada satu atau lebih spesies, yang ditentukan
dengan indeks dominansi. Menurut Soetjipta (1993) bahwa : Indeks Dominansi ialah
jumlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungannya dengan komunitas secara
keseluruhan. Dominansi juga dapat menentukan struktur suatu komunitas apakah
komunitas tersebut berada pada kondisi stabil atau labil, yang di akibatkan adanya
tekanan ekologis. Dan hal tersebut dapat diketahui dengan mengukur indeks
dominansinya.
2.3.3
Kelimpahan
Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan
relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu
komunitas.Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda
dalam kelimpahan relatif. Misalnya, dua komunitas masing-masing mengandung 10
spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua spesies samasama umum (misalnya, 50 individual untuk setiap spesies), sementara pada
komunitas yang kedua satu spesies secara signifikan jumlahnya lebih banyak dari
pada empat spesies yang lain, maka komunitas pertama dikatakan memiliki
kelimpahan relatif yang lebih tinggi dari pada komunitas kedua (Fachrul, 2006)
2.4.Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Populasi Teripang (Holothuroidea)
Kelangsungan hidup Teripang dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia perairan.
Nybakken (1988) menyatakan bahwa beberapa spesies teripang mampu kembali
melakukan aktifitas setelah tiga jam berada pada temperatur 370C. Teripang yang
telah terkena sinar matahari karena terdampar dipantai akan kembali setelah terkena
air pasang.
Beberapa sifat fisika kimia air merupakan salah satu faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap perkembangan larva. Dalam kondisi alam, factor lingkungan
yang berpengaruh terhadap perkembangan larva Echinodermata termasuk teripang
adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan ketersediaan pakan.Suhu sangat
berpengaruh terhadap proses kimia dan biologi dalam perairan tersebut. Reaksi kimia
dan biologi meningkat dua kali lipat setiap kenaikan suhu 100C.(Nybakken 1988),
Menurut Nybakken (1988), suhu merupakan salah satu factor yang sangat
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu
mempengaruhi baik aktifitas metabolisme, laju fotosintesis, proses fisiologi
hewan,dan perkembangan atau factor reproduksi dari organisme. Larva teripang
mempunyai kisaran suhu optimum antara 27 – 290C selanjutnnya Teripang dewasa
mentorerir suhu dari 28 – 310C. Salinitas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberadaan kehidupan biota diperairan, termasuk Teripang. Teripang
dapat hidup pada kisaran salinitas 29-340/00 (Nybakken,1988 ). Derajad keasaman
(pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukan suasana air
tersebut apakah dapat bereaksi dengan asam atau basa.Yusron (2009) menyatakan
bahwa batas toleransi organisme perairan bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor
antara suhu, oksigen terlarut, dan stadia organisme.
Download