IDENTIFIKASI SEBARAN MINERAL SULFIDA (PIRIT) MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH LIBURENG KABUPATEN BONE Muh. Zulfitrah 1, Dr. Lantu, M. Eng. Sc, DESS 2, Syamsuddin, S.Si, MT 3 e-mail: [email protected] Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin 2017 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan metode geomagnet di daerah libureng kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ada 65 titik pengukuran dengan luas 120 m untuk mengidentifikasi sebaran mineral sulfida. Panjang lintasan 100 m dengan spasi 20 m menggunakan satu alat magnetometer. Koreksi data dengan filter upward continuation serta metode foward modeling menggunakan perangkat lunak Mag2dc. Dari hasil analisis data diperoleh nilai anomali berkisar antara -1700 sampai 8000 nT. Interpretasi menujukkan Batuan beku andesit (1.6801 x 10-3 SI) yang mengintrusi batuan sedimen batugamping (0.3554 x 10-3 SI). Mineral sulfida disseminated dan berasosiasi dengan batulempung (0.2 x 10-3 SI), dolomit (0.0815 x 10-3), dan breksi (0.7802 x 10-3 SI). Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated. ABSTRACT The method in this study using geomagnetic method at libureng, Bone distric, South Sulawesi. The measurenment points in this study are 65 points and with 120 meters to identify the distribution of sulphide minerals. A length on each line is 100 meters with a space of 20 meters using a magnetometer tool. Correction data using upward continuation and modelling with foward modeling method using Mag2dc software. Value of anomaly from data analisis range from -1700 to 8000 nT. Interpretation show that andesite igneous rocks (1.6801 x 10-3) that intruded the limestone (0.3554 x 10-3). Distribution of sulphide minerals is disseminated and associated with claystone (0.2 x 10-3), dolomite (0.0815 x 10-3), and breccias (0.9079 x 10-3). Key Words : Geomagnetic Methods, Sulphide Minerals, Foward Modeling, Disseminated. Pendahuluan Bila benda magnetik diletakkan dalam medan Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan magnet luar (H') ⃗, kutub-kutub internalnya akan logam dijumpai tersebar di alam dalam kadar dan menyearahkan diri dengan M ⃗ dan terbentuk suatu dimensi kecil sampai besar. Pemanfaatan cebakan medan magnet baru, yaitu: mineral sulfida dengan mengekstrak bijih menjadi ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗ 𝐻′ = 4𝜋 𝑀 komponen bernilai ekonomi yang dapat terdiri dari logam, bahan kimia dan bahan baku untuk industri lain. (Suprapto, 2012) Pirit terbentuk di sekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet ⃗⃗ (Induksi Magnet) 𝐵 dan dituliskan sebagai: mineralisasi terjadi pada tempat - tempat keluarnya ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗= 𝐻 ⃗⃗ +𝐻′ 𝐵 atau sumber sulfur. (Danisworo, 2010) Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang Dalam kemagnetan dikenal suatu sifat dasar yaitu telah dilakukan (Latuconsina, 2015) ditemukan kerentanan magnet (suseptibilitas magnet, k) beberapa daerah yang memiliki prospek mineral dalam ruang hampa k = 0. Magnitudo suatu medan Sulfida di Libureng, Bone. Keberadaan mineral magnet tersebut ditunjukkan oleh kenampakan zona magnet tersebut. Intensitas magnetisasinya dapat alterasi dan singkapan sekunder di daerah sungai ditulis sebagai berikut (Telford and Sheriff, 1990): bergantung pada kerentanan medan Walanae dijumpai bentuk endapan mineral secara ⃗⃗⃗ = k𝐻 ⃗⃗ 𝑀 disseminated. Berbagai macam metode geofisika yang dapat digunakan untuk menggambarkan model bawah permukaan, salah satunya adalah metode geomagnet. jadi, kerentanan magnet adalah suatu ukuran besar kecilnya suatu intensitas magnet. Suatu benda yang mudah terimbas oleh medan magnet luar memiliki suseptibilitas magnet tinggi (Abdullah, Landasan Teori Gaya magnet yang ditimbulkan oleh dua kutub yang terpisah dengan jarak r dan muatannya masing-masing m1 dan m2 diberikan oleh: 𝐹⃗ = 1 𝑚₁𝑚₂ ȓ 𝜇 𝑟² Kuat medan magnet didefinisikan sebagai gaya per kutub, yaitu: ⃗⃗ = 𝐻 𝐹⃗ 1 𝑚₁ = ȓ 𝑚₂ 𝜇 𝑟² dkk 2014) Dengan 1 + 4𝜋 𝑘 sama dengan permeabilitas magnetik (𝜇) yang juga merupakan ⃗⃗ dan 𝐻 ⃗⃗. Atau ditulis sebagai perbandingan antara 𝐵 persamaan: ⃗⃗ = 𝜇 𝐻 ⃗⃗ 𝐵 Metode Penelitian Gambar 1. Peta kontur anomali total medan magnet daerah penelitian. Kontinuasi yang dilakukan adalah Upward Continuation, dimana kontinuasi upward ini berfungsi menaikan bidang pengamat ke atas dari body anomali untuk mendominankan body anomali yang terbaca pada peta anomali magnetik total, selain dilakukan filter Upward Continuation, dilakukan pula reduksi ke kutub. Proses reduksi ke kutub untuk mendapatkan peta kontur anomali magnetik yang melemahkan pengaruh sudut inklinasi magnetik. Data yang dibutuhkan dalam membuat model Hasil Dan Pembahasan Pengukuran dilakukan adalah data anomali magnetik residual. Hal dari titik base dan tersebut dilakukan karena anomali magnetik dilanjutkan ke titik pengukuran dengan jumlah residual merupakan magnetik material yang berada titik pengukuran sebanyak 65 titik pengukuran di pada permukaan bumi. Data penampang yang lapangan terdiri dari 6 Lintasan yang panjang dipilih untuk diinterpretasikan sebanyak 2 irisan masing-masing lintasan 100 m dengan spasi 20 m. penampang seperti yang terlihat pada gambar 2. Koreksi diurnal change rate dilakukan untuk menghitung nilai laju perubahan di base. Koreksi harian digunakan untuk mengurangi pengaruh harian dari efek gaya magnet oleh matahari. Koreksi IGRF digunakan utuk menghilangkan efek gaya magnet dari internal bumi, berdasarkan IGRF yang di sediakan oleh NOAA (National Oceanic Atmospheric Administration) Geophysical data center diperoleh nilai intensitas magnetik sebesar 42.848,20 nT dengan sudut inklinasi -25.7801o dan deklinasi 0,9562o. Gambar 2 Peta anomali residual yang telah dislice (irisan penampang). Interpretasi kuantitatif dilakukankan Pemodelan dengan batulempung dengan nilai suseptibiltas 0.2 pada mag2dc dilakukan dengan mencocokkan x 10-3 SI yang mana ketiganya berada di sekitar antara kurva anomali model dengan kurva anomali area sungai. Kedua pada jarak 18 m – 58 m pada observasi kedalaman 52 m dimana sama seperti Slice1 breksi Berikut parameter model yang digunakan adalah: Profil bearing Referensi ketinggian Kedalaman maksimum Geometric field parameters, Intensitas medan magnet bumi Inklinasi medan magnet bumi Deklinasi medan magnet bumi Kontras suseptibilitas Panjang strike (piroklastik) : 0° : 1,0 m : 100 m bersisipan dengan batugamping (Model 1) nilai suseptibiltasnya 0.7802 x 10-3 SI. Ketiga pada jarak 80 m - 117 m pada kedalaman 2m - 25m yang merupakan batugamping pasir nilai : 42.834,9 nT suseptibiltasnya 0.1235-0.2654 x 10-3 SI yang : -25,7801 mana pada tebing sungai di sekitar area penelitian : 0.9562 didapatkan pecahan batugamping pasir. Pirit yang terdapat pada model 1, 3, dan 4 berasal dari intrusi : 0,01 : 100 m Pemodelan dilakukan dengan mencocokkan antara kurva anomali model terhadap kurva anomali observasi. Setelah diperoleh kecocokan antara dua kurva ini, maka diperoleh lima benda anomali yang dapat diasumsikan sebagai batuan bawah permukaan lintasan B - B’ di daerah penelitian, seperti terlihat pada Gambar 2. Slice B – B’ batuan beku andesit (model 5) yang kaya akan mineral pirit menerobos formasi Salo Kaluppang (Teol) yang dominan batugamping. Penampang resistivitas Lintasan 3 pada penelitian sebelumnya yang berpotongan dengan lintasan Slice 2 menyatakan terdapat andesit seperti pada gambar (model 5). Dari hasil uji sampel sulfur sulfida yang mengandung pirit dengan menggunakan pengujian XRF analyzer unsur-unsur yang terkandung yaitu : SO3 72.13%, Fe2O3 27.16%, P2O5 0.51%, MnO 0.043%, ZnO 0.0014% yang mana unsur pembentuk utama pirit yaitu Fe. Gambar 2 Profil anomali model slice A –A’ Model penampang slice B - B’ terdapat 5 model blok batuan (pada gambar 3) yang mana dapat Gambar 3 Profil batuan bawah permukaan slice B –B’. Kesimpulan diinterpretasikan sebaran endapan pirit berada 1. Nilai suseptibilitas batuan di lokasi penelitian pada 3 model blok batuan yang pertama pada jarak 0.2 x 10-3 SI untuk batulempung, 0.9079 x 10-3 SI 7 m - 18 m, 58 m -80 m dan 117 m - 125 m. untuk breksi, 1.6801 x 10-3 SI untuk andesit, Berada pada kedalaman 4 - 8 m yang berasosiasi 0.3554-0.4096 x 10-3 SI untuk batugamping, 0.0815 x 10-3 SI dolomit dan 0.4803 x 10-3 SI untuk batugamping pasir. 2. Profil bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari struktur geologi batuan sedimen gamping formasi Salo Kaluppang (Teos) yang di intrusi oleh batuan beku andesit pada penampang anomali magnetik di temukan batuan yang dominan adalah batuan sedimen gamping dengan nilai suseptibilitas 0.3554-0.4096 x 10-3 SI dan terintrusi oleh oleh batuan beku andesit 1.6801 x 10-3 SI sehingga mengakibat berasosiasinya mineral pirit dalam tubuh andesit ke batuan sedimen yang terdapat di daerah penelitian. 3. Mineral pirit tersebar secara disasminated di daerah penelitian berasosiasi dengan batulempung, dolomit dan breksi. Daftar Pustaka Abdullah, F.M., Sunaryo, dan Susilo, A., 2014.”Pendugaan Jenis Batuan Bawah permukaan Daerah Bendungan Karangkates Menggunakan Metode Geomagnetik”.Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya.Malang. Danisworo, A. 2010. Mineralogi dan Batuan. Gramed. Yogyakarta. Latuconsina, Mineral H. (2015). Identifikasi Sebaran sulfida (pirit)Menggunakan Metode Induksi Polarisasi di Daerah Libureng. Prodi Geofisika, FMIPA UNHAS. Makassar. Suprapto, S. J. 2012. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida Pada Kegiatan Pertambangan. Kelompok Kerja Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi. Telford and Sheriff. 1990. Applied Geophysics. Cambridge University.