I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir dan pantai Indonesia yang luas memiliki potensi rumput laut yang cukup besar. Rumput laut merupakan salah satu komoditas pertanian hasil budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dengan investasi relatif tidak besar dan mempunyai prospek pasar yang baik. Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Sampai saat ini, sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar. Menurut Anggadireja (2006), volume impor olahan rumput laut per tahun adalah 596 ton agaragar, 200 ton karaginan, dan 1.275 ton alginat. Beberapa jenis rumput laut penghasil agar di Indonesia adalah kades (Gelidium sp), Bludru (Rhodymenia Cilialata), bulu merak (Gelidiella sp), dan agar merah (Gracilaria sp). Berdasarkan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2011), perkembangan produksi rumput laut selama empat tahun ini mengalami kenaikan rata-rata sebesar 30,57% dan pada tahun 2010 lalu kenaikannya sebesar 32,11%. Bila ditelaah secara tonase, produksi rumput laut adalah sekitar satu juta ton pada tahun 2010, 800.000 ton pada tahun 2009 dan sekitar 500.000 ton pada tahun 2008. Rumput laut pada awal perkembangannya hanya dibudidayakan di beberapa provinsi saja. Produksi terbesar berada di provinsi Sulawesi Selatan. Namun, perkembangan budidaya rumput laut dan teknik budidaya yang mudah, membuat perkembangan produksi rumput laut menjadi sangat pesat. Saat ini rumput laut sudah dapat dibudidayakan hampir di seluruh provinsi Indonesia. Jenis rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gracilaria verrucosa, yaitu jenis rumput laut yang dibudidayakan di air payau dengan salinitas air yang berkisar diantara 15-25 ppm dan pH yang berkisar antara 7,0-8,7. Jenis Gracilaria merupakan jenis yang paling banyak digunakan karena selain harganya murah dan mudah diperoleh, juga mampu menghasilkan agar-agar tiga kali lipat dari jenis lainnya (Al-Bahri 2012). Salah satu potensi rumput laut yang dimiliki oleh rumput laut jenis Gracilaria adalah menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agarophyt (agarofit). Agarofit dapat dimanfaatkan sebagai penghasil agar-agar yang dapat diolah menjadi bakto agar untuk keperluan laboratorium mikrobiologi. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pengisi, penjernih, dan pembentuk gel, yang digunakan oleh beraneka ragam jenis industri sesuai kebutuhannya. Bakto agar adalah agar-agar yang memiliki kualitas tertentu sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam keperluan mikrobiologi, misalnya media untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sampai saat ini keperluan bakto agar dalam negeri masih sepenuhnya mengandalkan dari impor, meskipun produksi rumput laut penghasil agar di dalam negeri cukup tinggi. Menurut Winarno (1990), produksi bakto agar belum mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Salah satu solusi adalah dengan membuat bakto agar produksi dalam negeri dengan karakteristik mutu yang diharapkan sama dengan bakto agar impor. Ekstraksi agar-agar Gracilaria sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hasil penelitian tentang ekstraksi agar yang telah dilakukan umumnya baru menghasilkan agar untuk food grade dan belum memenuhi kriteria untuk bakto agar. Dalam proses ekstraksi agar-agar digunakan pelarut asam pada suhu tinggi. Agar-agar merupakan merupakan polisakarida yang mudah 1 terhidrolisis menjadi monosakarida dalam suasana asam, karena suasana asam bersifat katalisator. Larutan asam yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan CH3COOH 1%. Dalam proses pembuatan bakto agar, perlu dilakukan pemurnian filtrat agar untuk mereduksi bahan pengotor yang tidak ikut tersaring. Pada proses pemurnian agar-agar, digunakan kitosan yang berfungsi sebagai absorben untuk memperoleh filtrat agar yang lebih murni. Pada penelitian Abdullah (2004), proses pengeringan pembuatan bakto agar dengan absorben kitosan dilakukan dengan menggunakan pengering oven. Penggunaan pengering oven membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama dan menghasilkan kadar air yang tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan modifikasi proses pengeringan filtrat bakto agar agar diperoleh tepung bakto agar yang memiliki karakteristik yang baik. Pada penelitian ini, proses pengeringan filtrat bakto agar dikeringkan dengan tiga jenis alat pengering yaitu pengering semprot (spray drier), pengering drum (drum drier), dan pengering oven (oven drier) sebagai pembanding hasil produk bakto agar. Pengering semprot dan pengering drum merupakan alat pengering yang dapat mengubah bentuk suatu produk dari bentuk cairan atau pasta menjadi bentuk kering berupa tepung. Produk akhir yang dihasilkan dengan alat pengering semprot berupa tepung, butiran, atau gumpalan (Master 1979), sedangkan produk akhir yang dihasilkan dengan alat pengering drum berupa lapisan kering yang selanjutnya digiling menjadi bubuk yang lebih halus (Desrosier 1988). Penggunaan pengering semprot dan pengering drum dapat memepersingkat beberapa tahapan. Tahapan pengolahan seperti proses gelifikasi, proses pembekuan, dan proses thawing dapat dihilangkan sehingga, setelah filtrat bakto agar diperoleh proses pengeringan bakto dapat dilanjutkan, dan waktu pembuatan bakto agar menjadi lebih singkat. Aplikasi produk bakto agar dilakukan dengan menumbuhkan bakteri Escherichia Coli dan Saccharomyces cerevisiae. Pengujian dilakukan dengan melakukan uji Total Plate Count dalam media agar cawan. Bakto agar digunakan sebagai agen pembentuk gel dalam aplikasinya sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa syarat nutrisi harus dipenuhi untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme, misalnya dengan penambahan nutrient broth dan nutrient agar yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan dasar. Parameter mutu produk bakto agar yang dihasilkan oleh pengering oven, pengering drum, dan pengering semprot dilakukan dengan pengujian terhadap kadar air, kadar abu, kadar sulfat, nilai pH, rendemen, dan kekuatan gel. Oleh karena itu, penelitian pembuatan bakto agar dengan menggunakan tiga metode pengeringan dan aplikasinya dalam media pertumbuhan mikroorganisme dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari produk bakto agar dan untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme yang diujikan. 2 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memanfaatkan potensi rumput laut jenis Gracilaria sebagai produk bakto agar dengan menggunakan perlakuan asam. 2. Mengetahui karakteristik bakto agar yang dihasilkan oleh tiga jenis pengering, yaitu pengering oven, pengering drum, dan pengering semprot. 3. Mengaplikasikan bakto agar sebagai agen pembentuk gel dalam media pertumbuhan mikroorganisme. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan rumput laut Gracilaria verrucosa dalam pembuatan bakto agar dengan menggunakan pelarut asam yang dilanjutkan dengan pengeringan filtrat dengan menggunakan tiga jenis alat pengering. Bakto agar yang dihasilkan selanjutnya dikarakterisasi sebagai produk akhir. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan formulasi untuk menentukan formula bakto yang cocok dalam pembuatan agar media untuk pertumbuhan mikroorganisme. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui proses ekstraksi dan pengeringan filtrat rumput laut jenis Gracilaria verrucosa menjadi bakto agar terbaik dan formula terbaik pada bakto agar dalam proses aplikasinya dalam pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan. 3