KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR TEMBANG DHANDHANGGULA DALAM SERAT WULANGREH KARYA PAKUBUWANA IV SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh : SLAMET IKHWAN LUQMANTO NIM: - - JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA ii KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. SalatigaTelp. ( ) Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected] Dr. Sa’adi, M. Ag Dosen IAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Slamet Ikhwan Luqmanto NIM : Judul : KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR TEMBANG DHANDHANGGULA DALAM SERAT WULANGREH KARYA PAKU BUWANA IV - - Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salatiga, Agustus Pembimbing, Dr. Sa’adi, M. Ag NIP. iii KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. SalatigaTelp. ( ) Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected] PENGESAHAN Judul Skripsi KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR TEMBANG DHANDHANGGULA DALAM SERAT WULANGREH KARYA PAKU BUWANA IV Oleh SLAMET IKHWAN LUQMANTO NIM: - - Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal maret dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Noor Malihah, Ph. D Sekretaris Penguji : Dr. H. Sa’adi, M. Ag Penguji I : Setia Rini, M. Pd Penguji II : Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, M. Pd Salatiga, September Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd. NIP. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Slamet Ikhwan Luqmanto NIM : Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam - - Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, Penulis Agustus Slamet Ikhwan Luqmanto - - v MOTTO “Uang dan akhlaqul karimah akan menjadi modal yang sangat berharga, baik untuk diri sendiri maupun untuk kemajuan umat Islam. kejarlah keduanya” (Prof. Barnadib) vi PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil‟alamin atas nikmatNya yang begitu agung serta rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Teriring sholawat dan juga salam teruntuk baginda Rosulullah SAW. Dengan terselesaikannya skripsi ini maka saya persembahkan kepada: . Kedua orang tua beserta keluraga yang sangat kami cintai di Getasan yang telah melimpahkan kasih sayang, peran, serta doa yang selalu mengiringi langkah hidup ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. . Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi maupun studi. . Teman-teman seangkatan PAI IAIN Salatiga terkhusus PAI A , mari kita teruskan perjuangan ini karena disana ada ujian yang lebih menantang. . Teruntuk almamaterku IAIN Salatiga sebagai wadah untuk menimba ilmu pengetahuan Agama Islam, Sosialitas Dan Solidaritas. vii KATA PENGANTAR Tak pernah hentinya untuk mempersembahkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan yang tiada tara. Yang semoga senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Teruntuk, sang teladan hidup ini yang selalu mengisi relung hati dengan rasa cinta dan kepatuhan kepadanya, Muhammad SAW. Tergugah motivasi untuk mneyusun skripsi ini agar memberikan peran kepada manusia terhadap kebaikan sesame meskipun hanya sedikit. Atas pertolongan Allah yang memberikan pertolongan dan kemudahan melalui mereka yang senantiasa membimbing dalam penyusunannya, karena itu penulis menyampaikan terimaksih kepada : . Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga . Bapak Dr. Sa’adi, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. . Ibu dan Bapak dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah mendidik penulis pada saat kulaih, sehingga membantu tersusunnya skripsi ini. . Segenap Civitas Akademik IAIN Salatiga. . Kedua orang tua, keluarga dan teman-temanku yang telah memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan studi ini. viii . Orang-orang yang kucintai dan mencintaiku karena Allah yang telah memberikan motivasi, perhatian serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus kepada adinda Ana Wahibatul Masulah, Amd.Keb. . Seluruh teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam yang saling memberikan semangat dan bantuan sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. Salatiga, Agustus Penulis Slamet Ikhwan Luqmanto NIM. - - ix ABSTRAK Ikhwan L, Slamet. . “Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Syair Tembang Dhandhanggula Pada Serat Wulangreh Karya Paku Buwana IV”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Sa’adi. M. Ag Kata kunci: Pendidikan Akhlaq, Tembang Dhandhanggula Penelitian dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlaq Pada Syair Tembang Dhandhanggula Dalam Serat Wulangreh Karya Paku Buwana IV”. Bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlaq di dalamnya dan untuk menggali keharmonisan agama Islam dengan budaya tanah Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach). Data primer dan data sekunder diperolah dari penelitian kepustakaan dengan alat pengumpul data berupa dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis. Adapun analisisnya dengan data kualitatif dengan tiga metode yakni, deduktif, induktif dan komparatif. Temuan penelitian menunjukan bahwa ) Konsep pendidikan akhlaq pada syair tembang dhandhanggula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV mengandung tujuan pendidikan akhlaq, materi pendidikan akhlaq, pendidik dan peserta didik, lembaga pendidikan akhlaq, metode dan media dalam pendidikan akhlaq. ) Metode dan media melalui tembang dhandhanggula dapat ditempuh dalam upaya pendidikan akhlaq peserta didik, namun harus memberikan kreasi yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga pendidikan akhlaq melalui local wisdom Jawa dapat diterapkan dan diterima dengan menarik oleh peserta didik. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO............................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah ......................................................................... C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... D. Metode Penelitian.......................................................................... E. Penegasan Istilah ........................................................................... F. Sistematika Penulisan .................................................................... BAB II Landasan Teori .................................................................................... A. Penelitian Sebelumnya ................................................................... B. Pengertian Pendidikan Akhlaq…………………………………... C. Dasar Pendidikan Akhlaq ............................................................... D. Tujuan Pendidikan Akhlaq ............................................................. xi E. Materi Pendidikan Akhlaq………………………………………. F. Pendidik dan Peserta Didik…………………………………….... G. Lembaga Pendidikan Akhlaq…………………………………..... H. Metode dan Media ……………………………………………..... I. Evalusi………………………………………………………….... J. Macam-macam Akhlaq………………………………………….. K. Hubungan Akhlaq dengan Iman………………………………..... BAB III Biografi Paku Buwana IV Dan Syair Dhandanggula……................. A. Pengarang Tembang Dhandhanggula ........................................... B. Gambaran Umum Dhandanggula pada serat wulangreh……... ... C. Syair Tembang Dhandhanggula dan Artinya………………….... BAB IV Analisis .............................................................................................. A. Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Syair Tembang Dhandhanggula Pada Serat Wulangreh Karya Paku Buwana ...... . Tujuan Pendidikan Akhlaq…………………………………. . Materi Pendidikan Akhlaq…………………………………. . Pendidik dan Peserta Didik……………………………….... . Lembaga Pendidikan Akhlaq………………………………. . Metode dan Media………………………………………….. B. Implementasi Terhadap Pendidikan Islam……………………... BAB V PENUTUP ........................................................................................... A. Kesimpulan.................................................................................... B. Saran .............................................................................................. xii DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN . Daftar SKK . Nota Pembimbing Skripsi . Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian . Lembar Konsultasi . Naskah Dhandhanggul xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang sangat mendukung untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan untuk berlaku baik terhadap sesama manusia. Walaupun sudah tentu bahwa itu bukan kebutuhan dari Tuhan, akan tetapi kedua hal tersebut sudah menjadi kewajiban dan kebutuhan pada setiap diri manusia. Manusia beriman merasa dan menyadari bahwa dirinya memiliki Tuhan. Karena merasa memiliki Tuhan, berbagai cara dilakukan untuk menyembah Tuhan. Salah satunya memeluk agama tertentu atau melalui kepercayaan yang diyakini (Bayuadhy, : ). Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik, dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam al-Quran. Karena al-Quran adalah firman Allah maka kebenarannya harus diyakini setiap muslim (Alfat, : ). Dalam perjalanan umat manusia pun terjadi proses-proses diutusnya utusan oleh Tuhan kepada umat manusia yang tujuannya antara lain adalah menciptakan akhlaq yang baik kepada umat manusia. Tak terkecuali, beliau baginda Rosulullah Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan yang terakhir kali diturunkan kepada umat manusia adalah untuk menyempurnkan akhlaq manusia. Beliau Rosulullah bersabda yang artinya : “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (HR.Ahmad) Sesungguhnya perkara paling penting yang harus seorang muslim perhatikan dalam hidup keseharian, adalah mengamalkan sunnah Rosul dalam semua gerak dan diamnya, perkataan dan perbuatan sehingga hidupnya berjalan sistematik berdasarkan sunnah Rosulullah SAW, dari pagi hingga sore hari (Majid, : ). Sabda Rosul SAW yang demikian adalah merupakan sebagai warisan kepada seluruh umat manusia agar senantiasa berusaha untuk memperbaiki akhlaq pribadi khususnya dan umat manusia pada umumnya. Usaha memperbaiki akhlaq yang demikian begitu digiatkan untuk mewujudkannya di dunia pendidikan formal. Walaupun sebenarnya perbaikan akhlaq pun dapat terwujud dengan jalan di luar pendidikan nonformal. Dan menjadi harapan yang besar dalam dunia pendidikan formal adalah menjadi tempat yang tepat sebagai sarana untuk pendidikan akhlaq. Ulama yang kita kenal sebagai pewaris para nabi menyampaikan risalah kebenaran melalui berbagai cara dan dengan mempertimbangkan akan kesesuaiannya dengan kondisi umat. Salah satu hal yang diperhatikan adalah kondisi budaya yang ada. Maka sedikit kurang elok apabila umat Islam tersebut tidak mengetahui seluk beluk negerinya. Termasuk penduduk asli pulau Jawa dengan segenap kekayaan budaya, karena di dalamnya terdapat ajaran akhlaq dan kebaikan, sudah sewajarnya apabila pendidik mempelajari pesan dan nilai-nilai kearifan lokal yang tersimpan pada sastra-sastra Jawa tersebut agar bisa ditanamkan pada pribadi setiap pendidik yang kemudian disampaikan kepada peserta didik sehingga terjadi keselarasan antara syariat Islam dengan khazanah kekayaan budaya dan sastra Jawa. Kekuatan nilai pesan yang terkandung dalam peribahasa tradisional masih banyak yang relevan sebagai landasan sikap dan perilaku, serta pembentukan budi pekerti di era modern dan global. Semua itu dalam rangka mencegah terjadinya erosi kepribadian bangsa (Santosa, : ). Sebagai orang Jawa khususnya dan Indonesia umumnya, kita patut bersyukur karena telah terlahir dari para leluhur yang luhur budinya, sopan perilakunya, halus tutur katanya, luas ilmu dan wawasannya, kuat tirakatnya, serta alim (Abimanyu, : ). Dari para leluhur tersebut dapat dijadikan salah satu guru agar kita dapat mengamalkan kembali pesan-pesan dan contoh yang baik dari mereka. Berbagai media yang dahulu para leluhur lakukan adalah salah satunya dengan menggunakan syair-syair dan lagu yang berisikan pesan agama dan akhlaq dalam hidup manusia. Melalui kitab-kitab Jawa kuno, para leluhur orang Jawa mewariskan berbagai ilmu, mulai dari ilmu agama, estetika, moral, seksualitas, sosial, dan lainlain. Manusia yang hidup di era serba modern ini, patut bangga dan bersyukur karena masih memiliki warisan kitab-kitab dengan ilmu yang sangat luas cakupannya. Nasihat-nasihat dan dan ajaran yang disampaikan oleh para pujangga besar itu, dapat kita teladani, tiru, dan diaplikasikan dalam kehidupan sekarang. Sebab tidak jarang nasihat dan ajaran kuno itu masih relevan untuk di terapkan pada masa kini, bahkan hingga ribuan tahun ke depan (Abimanyu, : ). Salah satu karya sastra terkenal adalah tembang dhandhangula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV. Karya sastra ini memiliki spesifikasi ajaran agar sempurna hidup di dunia dan akhirat. Tembang dhandhanggula memiliki makna optimis terhadap masa depan yang lebih manis dan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Memilik sifat luwes, manis, serba cocok untuk suasana apa saja. Dan memiliki kegunaan sebagai sarana nasehat, mengungkapkan rasa sedih, dan permulaan tembang (Purwadi, : ). Kata wulang bersinonim dengan kata pitutur yang memiliki arti “ajaran”. Adapun kata reh berasal dari bahasa jawa kuno yang artinya jalan, aturan dan laku atau tuntutan. Dengan demikian wulangreh dapat dimaknai ajaran untuk mencapai sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dalam karya sastra ini adalah laku menuju hidup harmoni atau sempurna di dunia dan akhirat kelak (Abimanyu, : ). Dengan adanya pergeseran moral dan budaya yang semakin menjadi di kalangan pelajar dikhawatirkan akan semakin hilang jati diri bangsa Indonesia, khususnya terhadap masyarakat Jawa sekarang ini. Dan terkhusus kepada para pendidik agama Islam yang memiliki peran sangat penting dalam usaha mendidik dan memperbaiki akhlaq peserta didik. Ini adalah tanggung jawab semua tenaga pendidik, agar terjalin keselasaran hidup yang menjunjung tinggi nilai agama Islam dan mempertahankan budaya warisan pendahulu yang selaras dengan syariat. Maka atas dasar dan tujuan sebagaimana di atas penulis mengangkat judul skripsi KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM SYAIR TEMBANG DHANDHANGGULA BUWANA IV. PADA SERAT WULANGREH KARYA PAKU B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: . Bagaimana konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV? . Bagaimana implementasi konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV terhadap pendidikan agama Islam? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian . Tujuan Penelitian: a. Untuk mengetahui konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV. b. Mengetahui implementasi konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV terhadap pendidikan agama Islam. . Kegunaan Penelitian: a. Kegunaan Teoritik ) Menambah wawasan ilmu dan akhlaq dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. ) Menambah dan memberikan wawasan ilmu terhadap para guru pendidikan agama Islam. b. Kegunaan Praktis ) Sebagai pertimbangan untuk membina dan menanamkan akhlaq yang baik bagi pendidik dan peserta didik. D. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa teknik agar tercapai tujuan sebagaimana dimaksudkan, di antaranya : . Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan karena di lakukan dengan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah. Buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, Pencarian data : ). yang dilakukan adalah dimaksudkan agar mendapatkan data-data yang sesuai dengan tema penelitian dan termasuk data yang falid serta mendapatkan data mengenai sistematika penulisan yang benar. . Sumber Data a. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari sumber penelitian (Dermawan, : ). Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah naskah tembang dhandhanggula yang terdapat dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari dokumen atau publikasi atau laporan penelitian dari dinas atau instansi maupun sumber data lain yang menunjang (Dermawan, : ). Data sekunder yang digunakan adalah data-data yang berasal dari buku-buku, artikel, jurnal penelitian dan sumber lain yang dapat dijadikan pendukung data primer. Sebagai contoh adalah buku karya Soedjipto Abimanyu yang berjudul Intisari Kitab Adiluhung Jawa, buku karya Iman Budhi Santoso dengan judul Kitab Nasihat Hidup Orang Jawa dan buku yang berjudul Mengkaji Serat Dewaruci karya Purwadi. c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi ada tidaknya buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi yang disusun (Dermawan, : ). Karena skripsi ini adalah bersifat literatur, sehingga penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada kaitannya dengan judul skripsi. d. Metode Analisis Data Metode analisis data yang pertama digunakan adalah dengan analisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif adalah suatu proses pemahaman yang didasarkan pada infotmasi atau data dan fakta dari lapangan dan kemudian mencoba mengintesiskan ke dalam beberapa kategori atau mencocokkannya dengan teori yang ada (Anggoro, : ). Langkah – langkah dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut : ) Mengelompokkan data yang berhasil dikumpulkan dengan cara memberikan nomor pada data tersebut. ) Membaca sepintas semua data dan perkiraan kemungkinan kategori data. ) Mencari tema dari data tersebut agar memudahkan pengkategorian setiap data. ) Membuat catatan sistematis dari data yang telah dikategorikan. ) Mengelompokkan hasil analisis data ke dalam kategori yang sesuai dengan pokok bahasan. ) Mengoreksi kembali bertujuam agar data yang telah di analisis benar – benar sudah fokus pada penelitian yang dilakukan. Sedangkan analisis deduktif adalah pola proses logika yang bermula dari hal yang bersifat umum kemudian mengarah ke hal yang spesifik (Anggoro, : ) Sebagai contoh adalah sebagai berikut : Pamedhare wasitaning ati cumanthaka aniru pujangga dhahat mudha ing bathine Dari tiga baris syair pada bait pertama ini haruslah di jabarkan dari yang terkecil berupa kata demi kata. Pemahaman dari kata-kata tersebut digunakan untuk memahami dari setiap makna setiap baris syair tersebut. Sehingga antar baris syair dapat di uraikan secara luas dan berkesinambungan sesuai dengan tema bahasan. Kedua adalah penggunaan content analysis. Yang dimaksud dengan content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensiinferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya (Hadi, : ). Penggunaan dari setiap metode analisis data adalah dengan memperhatikan data yang akan dianalisis dengan metode yang sesuai sehingga didapatkan hasil yang maksimal. E. Penegasan Istilah . Konsep Pendidikan Akhlaq a. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, : ). Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa konsep merupakan abstraksi dari realita yang menggambarkan tentang intisari atau kesimpulan umum suatu hal dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal sehinggga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi. b. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, : ). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah keseluruhan proses dan usaha orang-orang dewasa untuk membantu orang-orang muda dalam mengembangkan kepribadian mereka. Dalam rumusan Prof. Dr. N. Driyarkara, S.J. pendidikan adalah proses pembentukan manusia-manusia muda supaya mereka memiliki kepribadian yang utuh dan terpadu. Karena pendidikan yang utuh dan terpadu itu bersifat multi-dimensional, maka pendidikan yang tepat adalah pendidikan yang bersifat menyeluruh dan memperhatikan berbagai segi kepribadian secara seimbang. Berikut ini adalah segi-segi kepribadian para peserta didik yang perlu diperhatian: segi fisik, segi rasional, segi emosional, segi vilosional, segi sosial, segi moral, dan segi spiritual (Soewandi dkk, : ). c. Akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa, akhlaq adalah perangai, tabiat dan agama. Kata akhlaq lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlaq meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku batiniah dan lahiriah seseorang (Anwar, : Sementara itu Imam al – Ghazali ( ) - M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatulislam (Pembela Islam), karena kepiawaiaannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Nata, : ). Dari pengertian pendidikan dan akhlaq di atas dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan akhlaq merupakan memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik untuk menciptakan kesadaran baik dan buruk dalam berbagai hal serta tingkah laku mana yang seharusnya diperbuat dan mana yang seharusnya ditinggalkan. . Dhandhanggula Merupakan salah satu jenis tembang yang termasuk kedalam tembang macapat. Dhandhanggula mengambil makna dari kata “gula” yang rasanya manis. Menggambarkan hidup orang tersebut sedang merasa senang-senangnya. Apa yang dicita-citakan bisa tercapai (Muttaqin, : ). Menerangkan di dalamnya rasa optimis dalam menjalani kehidupan. Bahwa setiap kesulitan apabila disertai dengan rasa optimis dan usaha yang maksimal maka akan mendatangkan hasil yang manis sebagaimana yang diinginkan. Kegunaan dari tembang dhandhanggula sendiri adalah untuk memberikan nasihat dan petuah agar agenda hidup berjalan dengan jelas dan tertata rapi. F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah dan Sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Penelitian Sebelumnya, Pengertian Pendidikan Akhlaq, Dasar Pendidikan Akhlaq, Tujuan Pendidikan Akhlaq, Materi Pendidikan Akhlaq, Pendidik dan Peserta Didik, Lembaga Pendidikan, Metode dan Media Pendidikan Akhlaq, Evalusi dalam Pendidikan Akhlaq, Macam-macam Akhlaq dan Hubungan akhlaq dengan Iman Bab III Biografi Paku Buwana IV dan Syair Dhandhanggula Pengarang Dhandangggula Tembang pada serat Dhandhanggula, wulangreh dan Gambaran Syair Umum Tembang Dhandhanggula dan Artinya Bab IV Analisis Konsep Pendidikan Akhlaq pada Syair Tembang Dhandhanggula karya Paku Buwana IV dan Implementasi terhadap Pendidikan Agama Islam. Bab V Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan obyek penelitian yang sama yaitu dhandanggula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV telah dilakukan oleh Ulis Sa’adah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo MENUNTUT Semarang. ILMU Penelitian DALAM tersebut SERAT berjudul WULANGREH “KONSEP PUPUH DHANDHANGGULA KARYA KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUWANA IV”. Penelitian tersebut membahas tentang perintah menuntut ilmu dan sumber ilmu, tidak menyentuh kepada unsur-unsur pendidikan lain dan juga akhlaq. Dan penelitian tersebut hanyalah membahas sepertiga dari isi dhandanggula secara keseluruhan. Maka penulis berusaha melakukan penelitian terhadap obyek yang sama, namun berusaha untuk meneliti secara keseluruhan dan mengupas dari setiap isi yang ada pada serat tersebut. Tidak hanya membahas tentang perintah menuntut ilmu, namun juga membahas tentang unsur-unsur pendidikan dan akhlaq yang terdapat di dalamnya serta membahas tentang implementasi yang dapat diterapkan pada dunia pendidikan saat ini dan di kemudian hari. B. Pengertian Pendidikan Akhlaq Pendidikan akhlaq merupakan salah satu tujuan pendidikan secara universal. Karena setiap pendidikan bermaksud untuk menumbuhkan akhalq yang baik kepada anak didik. Sehingga setiap pihak terkait saling berkonstribusi dan berperan aktif maupun pasif guna menjalankan keberlangsungan sistem pendidikan pada generasi penerus yang ada dengan harapan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan terwujud pada generasi yang selanjutnya. Bukan suatu yang tidak sengaja atau hanya kebetulan saja, namun semua usaha tersebut adalah sesuatu yang memang direncanakan dengan matang dan sistem yang dirancang sedemikian dan sebaik mungkin. Namun sangat perlu untuk diketahui secara mendalam akan makna pendidikan sendiri. Banyak ilmuwan muslim maupun nonmuslim, ilmuwan mancanegara maupun Nasional yang sama-sama mendefinisikan pendidikan berdasarkan pada pemikiran mereka masing-masing. Ini membuktikan bahwa makna dari pendidikan sangat luas. Beberapa pengertian tersebut diantaranya : . Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Achmad, : ). . Carter V. Good menjelaskan bahwa pendidikan mengandung pengertian sebagai proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat dan proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya (Djumberansyah, : ). . Menurut Noeng Muhajir bahwa pendidikan mencirikan aktivitas edukasional yang khas yang berbeda dengan perbuatan pada umunya. Oleh karena itu kegiatan dinamakan pendidikan apabila memiliki indikasi yaitu pertama, ada pihak yang memberi dan menerima. Proses take and give ini harus dilandasi oleh adanya tujuan yang baik yang mampu mengarahkan pada perkembangan potensi dan munculnya motivasi belajar yang optimal. Kedua, mempunyai program dan ketiga personifikasi pendidik (Jumali, : ). Dari beberapa definisi di atas dapat dijadikan satu pengertian bahwa pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh invividu maupun kelompok yang disengaja, sadar dan terencana dengan segenap komponen yang saling bersangkutan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Negara dan Agama. Sedangkan pengertian akhlaq menurut beberapa ahli adalah : . Menurut Imam al-Ghazali, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Yunahar, : ). . Ibn miskawaih ( H/ M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlaq terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan, bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Abuddin, : ). . Muhyiddin Ibnu Arabi ( - M) menyatakan, akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh juga merupakan kebiasaan melaluui latihan dan perjuangan (Rosihon, : ) Ketiga definisi yang ada di atas merupakan sebagian contoh dari sekian banyak definisi akhlaq menurut para ulama-ulama akhlaq yang ada. Secara garis besar akhlaq merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa adanya dorongan dari luar dirinya. Apabila tindakan tersebut baik menurut akal dan agama maka tindakan tersebut merupakan akhlaq yang baik. Dan sebaliknya apabila tindakan tersebut buruk menurut akal dan agama, itulah akhlaq yang buruk. C. Dasar Pendidikan Akhlaq Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesautu. Dasar memiliki fungsi sebagai arah untuk mencapai suatu tujuan dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Semua kegiatan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus ada dasar yang benar dan kokoh. Artinya : “ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S. Al-qalam : ) ان خيا ركم احسنكم: عه عبد هللا به عمر و ان رسول هللا صم هللا عهيو و سهم كا ن يقو ل ) ان مه خيركم احسنكم خهقاز (رواه انبخا ري: و في رواية.اخال قا Artinya : Dari Abdullah bin amru, sesungguhnya rasulullah SAW pernah berkata, “ sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik perilakunya.” Dalam sebuah riwayat juga disebutkan, “sesungguhnya di antara kalian yang terbaik adalah yang paling baik perilakunya.” (HR. Bukhari) (Atha, : ) Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rosulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik. Kepentingan akhlaq dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam AlQuran. Al-Quran menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlaq yang paling jelas. Pendekatan Al-Quran dalam menerangkan akhlaq yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlaq mulia dan akhlaq buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan manusia semasa al-Quran diturunkan (Rosihon , : ). Sehingga dengan konsep perwatakan yang telah digambarkan dalam al-Quran tersebut dijadikan satu rujukan utama dalam membentuk akhlaq yang baik. Betapa sangat penting dan vital bagi kehidupan manusia menghadapi situasi zaman saat ini dan kemudian hari. D. Tujuan Pendidikan Akhlaq Sebagaimana Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa risalah ajaran islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Ajaran Islam yang sangat menghargai harkat dan martabat manusia serta alam semesta. Seluruh bumi dan seisinya akan terlindungi apabila ajaran Islam dijunjung tinggi oleh umatnya. Ajaran yang dibawa beliau bertujuan untuk menyempurnakan akhlaq umatnya. Di sinilah sesungguhnya umat Islam dan seluruh umat manusia memiliki suri teladan dalam perilaku yang sangat baik. Beliau baginda Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Quran : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab : ) Tujuan utama pendidikan akhlaq adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlaq mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlaq. Akhlaq seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran (Mahmud, : ). Tujuan pendidikan akhlaq tersebut tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlaq ialah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, untuk mencapai kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan dan ketangguhan bagi masyarakat (Omar, : ). Akhlaq mulia ini demikian ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlaq utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan (Nata, : ). Al-Ghazali menyatakan bahwa pendidikan akhlaq atau membentuk akhlaq menjadi bagus adalah mungkin, melalui usaha dan latihan yang sesusai. Menurutnya fungsi utama memperindah akhlaq (Mansur, agama adalah membimbing manusia : untuk ). Tercapainya pribadi yang berakhlaq mulia diwujudkan dalam perbutan yang baik berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dalam kehidupan. Dan akhlaq mulia merupakan salah satu jalan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat yang diharapkan umat manusia. E. Materi Pendidikan Akhlaq Akhlaq yang lebih luas maknanya mencakup beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun fikiran. Akhlaq diniyah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlaq terhadap Allah, hingga terhadap sesama mahkluk (manusia, binatang, tumbuhtumbuhan dan benda-benda tak bernyawa) (Quraish, : ). Dalam garis besarnya akhlaq dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : akhlaq terhadap khalik (yang menciptakan) dan makhluk (Rachmat, : ). Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa akhlaq luas maknanya. Begitu pula pada ruang lingkup akhlaq yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah maupun horizontal dengan sesama makhluk-Nya. Menurut Abdullah Dras dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-Islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian yaitu : akhlaq pribadi, akhlaq dalam keluarga, akhlaq kepada masyarakat, akhlaq dalam bernegara, akhlaq dalam beragama (Ilyas, : ). Materi tersebut yaitu : . Akhlaq kepada Allah SWT . Akhlaq kepada Nabi Muhammad SAW (Alaika, : ). . Akhlaq kepada orang tua. . Akhlaq dalam rumah tangga . Akhlaq kepada Guru dan murid . Akhlaq kepada pemimpin dan rakyat . Akhlaq kepada anak yatim dan fakir miskin . Akhlaq kepada tetangga, teman dan kerabat. . Akhlaq kepada non-muslim dan non-muhrim . Akhlaq terhadap binatang, tumbuhan dan alam . Akhlaq terhadap budak dan ibnu sabil . Akhlaq terhadap diri sendiri Keduabelas ruang lingkup di atas merupakan spesifikasi dari luasnya materi pendidikan akhlaq. Kesemuanya yang seharusnya umat manusia selalu berusaha untuk melakukannya, menuju kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. F. Pendidik Dan Peserta Didik Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik psikomotorik (karsa) (Mujib, potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun : ). Dalam makna yang lebih luas, pendidik merupakan orang yang lebih dewasa yang memiliki peran dalam perkembangan ketiga potensi di atas sehingga dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan orang lain atas dirinya dalam berbagai hal dan dapat menjadi pengemban tugas khalifah dari Allah SWT. Dalam pendidikan Islam terdapat dua istilah pendidik yang sesuai dengan pendidikan akhlaq yakni mursyid dan muaddib. Mursyid merupakan seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlaq dan atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik berupa etos ibbbadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang serba lillahi ta‟ala (karena mengharap ridho Allah semata). Sedangkan muaddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Kata peradaban (Indonesia)juga berasal dari kata adab, sehingga guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas dimasa depan (Muhaimin, : ). Apabila pendidik merupakan orang dewasa dengan segala macam kelebihan yang telah melengkapi dirinya, maka peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Makna peserta didik sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam Islam adalah idividu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Anak kandung merupakan peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk merupakan peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama (Mujib, : ). Dapat dikatakan bahwa penyebutan peserta didik memiliki tujuan agar dalam pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya anak-anak yang dalam istilah lain disebutnya dengan anak didik. G. Lembaga Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Pendidikan Akhlaq Untuk memujudkan pendidikan akhlaq harus disertai dengan tanggung jawab dari setiap individu sampai dengan lembaga-lembaga yang berperan didalamnya. Lembaga pendidikan Islam merupakan lembaga yang memiliki jangkauan sangat luas dalam mewujudkan tujuan pendidikan akhlaq. Wujud lembaga pendidikan Islam sangat banyak sekali, seperti : . Masjid (surau, langgar, mushala) . Madrasah dan pondok pesantren . Pengajian dan penerangan Islam . Training keislaman . Badan pembinaan rohani . Badan konsultasi Keagamaan . MTQ (Mujib, : ). Terdapat satu lembaga yang menurut penulis merupakan lembaga yang sangat berperan pula dalam pendidikan akhlaq, yakni keluarga. Karena keluarga merupakan kelompok terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Dan didalamnya terjadi interaksi antar anggota keluarga yang dapat memberikan peran dalam mewujudkan tujuan pendidikan akhlaq. Setiap anggota dalam keluarga terutama orang tua dituntut untuk menjadi pendidik pertama yang memberikan pengetahuan pertama kepada anak-anaknya. Memberikan pelajaran kehidupan dari berbagai aspek dan memberikan contoh untuk menjadi keluarga yang ideal dalam pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani, sehingga penanaman akhlaq yang ideal dapat direalisasikan sejak dini. H. Metode dan Media Pembinaan Akhlaq Akhlaq yang baik adalah perangai dari para rasul dan orang terhormat, sifat orang muttaqien dan dari hasil perjuangan orang yang „abid. Sedangkan akhlaq yang jahat adalah racun berbisa, kejahatan dan kebusukan yang menjauhkan diri dari sang maha pencipta. Manusia memilik potensi yang sama-sama besar dalam melakukan perbuatannya, setidaknya ada tiga potensi yang mendorong manusia untuk berbuat. Pertama, kekuatan ingatan, kekuatan ingatan sangat menentukan kehidupan manusia. Kuatnya ingatan dibentuk oleh ilmu pengetahuan. Ingatan bisa bertambah kuat, tapi bisa pula menjadi lemah, bila ingatan itu dibiarkan saja, tanpa diisi dengan pendidikan, maka yang melekat dalam ingatan itu hanyalah soal-soal yang tak bermanfaat bagi masyarakat atau ingatan itu hanya berkisar pada soal-soal yang menyangkut diri seseorang belaka. Selain dari ilmu pengetahuan, ingatan juga harus diperkuat dengan akhlaq dan budi pekerti mulia. Kedua, kekuatan perasaan, setelah itu menjadi hak pula atas kita menjaga supaya perasaan yang timbul dari panca indera itu jangan sampai dipengaruhi oleh syahwat yang rendah. Menjadi hak atas kita menghapuskan bekas-bekas cemburu, hasut dan dengki yang tumbuh dalam diri. Hendaklah mendidik diri sendiri untuk menaruh rasa cinta kepada kaum kerabat, dan teman sejawat, suka pada keindahan, cinta pada kebaikan dan ilmu. Dan yang ketiga adalah kekuatan kemauan. Orang yang kurang akal dinamai bodoh, orang yang tidak ada rasa kasihan dinamai kejam, orang yang tidak mempunyai kemauan tidak patut diberi nama manusia lagi. Banyak orang yang jatuh sengsara, melarat akibat tidak mempunyai kemauan (iradah). Mereka tidak punya semangat untuk berjuang mengatasi persoalan-persoalan yang dirasanya berat. Lapangan perjuangan maha luas, kekuatan cukup, tapi dia tak mau menempuhnya, sehingga perjalanannya hanya menuju lubang kesengsaraan yang dia gali sendiri (Hamka, : ). Ketiga potensi atau kekuatan mendasari manusia untuk berbuat baik atau buruk. Semua orang merasa senang kepada perilaku baik. Siapa pun mengakui bahwa kebaikan adalah masalah universal yang disukai oleh semua insan, bahkan orang yang jahat sekalipun. Semua terus mencari-cari manusia baik, karena inilah yang mendatangkan kebahagiaan, bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja (Wahid, : ). Maka sebagai manusia yang normal sudah seharusnya menuntun dan membina potensi-potensi yang ada tersebut untuk di arahkan ke arah yang benar dengan harapan terwujud manusia yang baik akhlaqnya. Pembinaan akhlaq merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utamanya adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlaq ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus segera dilaksanakan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan menghasilkan perbuatan yang baik kepada manusia sehingga menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian Islam dalam pembinaan ahklaq selanjutnya dapat dianalisis pada muatan ahklaq yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan, misalnya sangat berkaitan erat dengan amal shaleh dan perbuatan yang terpuji. Iman yang tidak disertai amal shaleh dinilai sebagai iman palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak raguragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar. Iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan akhlaq yang mulia. Seperti tidak ragu menerima ajaran Rasul, mau memanfaatkan dirinya dan hartanya untuk berjuang di jalan Allah, ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan ahklaq yang mulia. Istilah yang tepat pada tahapan setelah iman ini adalah ihsan. Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan yang pekat akan hadirnya tuhan dalam hidup, melalui penhayatan diri sebagai sedang menghadapi dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat (Sholikhin, : ). Adapun mengenai hadist jibril, ibnu Taimiyah menjelaskan bhawa agama memang terdiri dari tiga unsur; orang mulai dari Islam, berkembang ke arah Iman, dan memuncak dalam ihsan (Sholikhin, : ). Karena puncak tertinggi dalam agama adalah ihsan atau secara harfiah adalah berbuat baik (akhlaq mulia) maka seseorang harus menjalankan pembinaan untuk mencapai puncak tersebut dengan cara menjalankan segenap kewajiban yang ada pada rukun Islam yang didalamnya terkandung ajaran Tuhan tentang peribadatan dan segenap ajaran kemanusiaan. Rukun Islam yang pertama mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa manusia selama hidup hanya tunduk dan patuh terhadap aturan Allah dan Rosulnya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik. Kesaksian seorang hamba terhadap Tuhannya yang menyatakan penghambaan diri kepada sang pencipta tentang segenap perintah dan larangannya. Sedangkan perintah dan larangan tuhan adalah suatu bentuk upaya untuk menciptakan akhlaq dan moral manusia menjadi mulia. Moralitas merupakan konsepsi tentang nilai-nilai kemanusiaan. Sementara nilainilai yang mengangkat manusia dari kebutuhan biologis ketingkat manusiawi tetap merupakan misteri yang tidak terpahami tanpa agama. Agama adalah pemahaman terhadap sifat alam lain yang lebi tinggi, dan moralitas adalah makna dari hal itu (Solikhin, : ). Oleh karena itu, agama Islam membuka pintu pertama terhadap manusia agar dapat masuk kedalam agama ini dengan kesaksian awal berupa syahadat. Kedua mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam. Shalat yang dikerjakan membuat pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam al-Quran disebutkan sebagai berikut : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Ankabut : )” Perbuatan keji dan munkar yang tertulis dalam ayat tersebut mengandung arti yang sangat luas. Perbuatan tersebut tentulah perbuatan yang senantiasa merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Untuk menanggulangi manusia melakukan perbuatan keji dan munkar ini maka diperintahkannya untuk melakukan sholat, sehingga dengan ditegakkannya sholat menjadi sarana pembentukan kepribadian berakhlaq yang baik. Shalat merupaka kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan dapat menjadi sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan : disiplin, taat waktu, bekerja keras, mencintai kebersihan, senantiasa berkata yang baik, membentuk pribadi “allahu akbar” (Haryanto, : ). Ketiga, membayar zakat. Yaitu agar orang-orang yang melaksanakannya terhindar sikap kikir, membersihkan hartanya dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Pelaksanaan zakat yang berdimensi akhlaq yang bersifat sosial eokonomis ini dipersubur lagi dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya berupa materi tetapi juga non-materi. Zakat merupakan pertologan bagi orangorang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan batuan. Zakat bisa medorong mereka utuk bekerja dega semangat dan bisa medorong mereka untuk meraih kehidupa yang layak. Zakat meyucika jiwa dari peyakit kikir da bakhil. Ia juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi da dermawan. Mereka dilatih untuk tidak menahan diri dari mengeluarkan zakat melaikan mereka dilatih untuk ikut andil untuk menunaika kewajiba sosial, yakni kewajiban utuk mengangkat (kemakmuran) Negara dengan cara memberikan harta kepada fakir miskin, ketika dibutuhkan atau dengan mempersiapkan tentara, membendung musuh, atau menolong fakir miskin dengan kadar yang cukup (Al-Zuhayly, : ). Firman Allah SWT : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. adz Dzariat : )” Keempat adalah puasa, sebagaimana diperintahkan Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. alBaqarah : ) Puasa yang merupakan perintah kepada umat Islam, selanjutnya bagi orang yang melakukan diharapkan mengalami perubahan dari kehidupan sebelumnya, dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dan yang baik meningkat kebaikanya. Hikmah puasa dalam menumbuhkan dan memantapkan kepekaan sosial, merupakan bagian yang integral dari taqwa. Sedangkan taqwa yang sebagaimana kita ketahui, memang menjadi tujuan subtansiaal dari pelaksanaan ibadah puasa. Kenyataan ini berarti bahwa seorang yang mengklaim bertaqwa kepada Allah SWT, otomatis harus mempunyai kepedulian sosial sebagai symbol dari kebersamaan, kesatuan dan persatuan (ukhuwah) antar sesama kaum muslimin, yang memang diperintahkan oleh Allah SWT (Musbikin, : ). Kelima ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaqnya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlaq yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bias dipahami karena ibadah dalam Islam bersifat konferensif yang menuntut persyaratan, di samping harus menguasai ilmunya juga harus sehat fisik, adanya kemamauan keras, adanya kesabaran dalam menjalankannya serta rela meninggalkan harta dan kekayaannya. Haji mengandung unsur olah raga fisik yang berat, sebab setiap jamaah haji dituntut untuk berjalan pelan dan cepat secara bergantian. Kalangan medis menilai bahwa perjalanan ibadah haji merupakan wisata pensucian dan penenangan diri yang mengandung manfaat-manfaat rohani maupun jasmani. Bagaimana mungkin orang yang berhaji tidak merasakan sensasi ketentraman dan ketenangan mental jika ia menjadi tamu Allah SWT yang maha mulia diantara yang paling mulia, yang maha pengmpu dosa para pedosa, dan yang maha megabulkan doa orangorang yang dalam tekanan (Ahmad, : ). Hubungan ibadah haji dengan pembinaan akhlaq ini dapat dipahami dari ayat yang berbunyi : “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwal dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah : ) Pembinaan akhlaq dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini banyak kekurangan dari pada kelebihannya. Dengan ini bukan berarti menganggap kita bodoh, miskin dihadapan orang banyak, dengan tujuan justru merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam Islam. Catatan penting dalam pembinaan akhlaq adalah senantiasa memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina (Nata, : ). Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlaq khususnya akhlaq lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Cara lain yang bisa dilakukan selain dari cara-cara di atas dalam hal pembinaan akhlaq ini adalah dengan keteladanan. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al ahzab : ) Akhlaq yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun dengan cara memberikan contoh kepada orang lain agar seseorang yang melihat perbuatan baik tersebut dapat mencontohnya. Sedangkan media yang dapat digunakan untuk melaksanakannya adalah dengan berbagai kegiatan yang bersifat mendidik dan dapat memberikan peran dalam penanaman akhlaq. Media terpenting dalam pembinaan akhlaq adalah datang dari diri sendiri yang dapat mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlaq. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan gerak-gerik orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka. (Al-Abrasy, Djamarah dan Zain ( : - : ) ), media pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : . Media auditif . Media Visual . Media Audiovisual (Suwardi, : ). Melalui media-media tersebut pendidikan akhlaq dapat diupayakan dengan aplikasi yang sesuai dengan kondisi pendidik dan peserta didik sendiri. Penulis memberikan salah satu contoh media yang di dalamnya memiliki muatan pendidikan akhlaq. Yakni melalui budaya asli Jawa yang bernafaskan dengan Islam terkhusus adalah syair-syair Jawa yang berisikan nasehat dari pencipta kepada pembacanya. Melalui budaya inilah, upaya pendidikan akhlaq mendapat tambahan media untuk mewujudkannya. I. Evaluasi dalam Pendidikan Akhlaq Setiap hal yang bertujuan memberikan perubahan perbaikan diri setiap manusia haruslah diukur tingkat keberhasilannya. Maka dalam hal pendidikan akhlaq memerlukan alat ukur yang dapat memberikan informasi hasil yang telah dicapai sebagaimana diharapkan tujuan awal. Membutuhkan evaluasi, secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian terhadap sesuatu. Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu bernilai atau tidak bernilai (Tafsir, : ). Namun, akhlaq yang ditanamkan pada peserta didik tidak hanya diukur dengan pemberian nominal angka sampai dengan dan bersifat kuantitatif. Untuk mengukurnya adalah dengan pemberian predikat kualitatif kepada peserta didik secara umum. Predikat kualitatif tersebut dapat diberikan apabila merujuk pada tujuan pendidikan akhlaq sebagaimana tujuan awal. Apabila seorang muslim berbudi pekerti yang baik, bertingkah laku sopan, berperangai baik dan beradat istiadat tepat sesuai dengan ajaran Islam maka pendidikan akhlaq telah tercapai. J. Macam-macam Akhlaq . Akhlaq Terpuji (Akhlaq Mahmudah) Akhlaq terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa arab, kata akhlaq dan kata mahmudah. Sering juga akhlaq mahmudah disebut dengan akhlaq karimah, yang berarti akhlaq yang mulia. Beberapa ulama yang mendefinisikan tentang akhlaq terpuji diantaranya: a. Akhlaq yang terpuji yang timbul dari sikap bijaksana, kesatria, iffah, dan adil itu banyak sekali. Diantaranya adalah pentabiran yang baik, hati dan pikiran yang jernih dan luhur, dugaan yang baik, pemurah, suka menolong, berani menghadapi penderitaan, lemah lembut, teguh dalam pendirian, mampu mengendalikan amarah, ramah, pemalu, sabar, menepati janji, amanah, pemaaf, ikhlas, pemurah, bersyukur, tawakal, qonaah (mencukupkan dengan pemberian Allah), waro’ (menjaga diri dari yang haram dan subhat),tidak mengharapkan bantuan dari orang lain, jujur, benar dan tawadhu (Mansyur, : ). b. Akhlaq mahmudah atau menurut Quraish Shihab akhlaq Islami dapat diartikan sebagai akhlaq yang menggunakan tolok ukur ketentuan Allah. Beliau mengatakan bahwa tolok ukur kelakuan baik mestilah merujuk pada ketentuan Allah. Rumusan akhlaq Islami yang demikian itu adalah rumusan yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahw aapa yang dinilai baik oleh allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya buruk ( Abuddin, : ). Terdapat banyak contoh-contoh akhlaq mahmudah, beberapa contoh akhlaq mahmudah yang terdapat dalam al-Quran diantaranya : a. Jujur “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah : ) b. Malu. “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. an-Nisa‟ : ) c. Sabar “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”(QS. Ali-Imran : ) d. Rendah hati. “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS.al-Furqon : ) e. Keberanian “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. al-Anfal : f. Bersikap lemah lembut. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” (QS. Ali-Imran : ) g. Pemaaf dan Kasih sayang “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.at-Thagabun : ) h. Adil. “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang Berlaku adil.” (QS. al-Hujurat : ) . Akhlaq Buruk (madzmumah) Akhlaq mazmumah adalah akhlaq buruk, akhlaq keji dan tercela (Humaidi, : ). Beberapa contoh akhlaq buruk yang terdapat dalam alQuran dan harus dijauhi oleh seorang muslim diantaranya: a. Syirik “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.an-Nisa‟ : ) b. Buruk sangka “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat : ) c. Kikir “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran : ) d. Dzalim “Maka Sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan Maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.”(QS. al-Furqan : ) e. Iri “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia[ ] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. an-Nisa : ) f. Riya’ “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,Orang-orang yang berbuat riya.” (QS. al-Maun : ) g. Menghina “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat : ) K. Hubungan Akhlaq dengan Iman Tidak ada jalan lain bagi kaum muslim selain mencontoh Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti jejak langkah dan peninggalan beliau, baik daam urusan yang kecil maupun yang besar, menjalankan ketetapan hukum dan syariat, beribadah dan berfikir, berjihad dan melakukan perenugan, berpolitik dan dakwah, serta menuntut ilmu dan mengambil hikmah. Semua jalan menuju allah tertutup, kecuali jalan yang di tempuh Rosulullah SAW (Abdurrahman, ). : Iman manusia terbentuk atas dasar pembentukan dan latihan yang memerlukan figur untuk mengajari dan menuntun ke arah iman yang sesunggunya. Tentu yang pertama adalah iman kepada Allah SWT, untuk menghantarkan kepada tujuan iman yang pertama memerlukan tangga untuk menuju kesana yaitu utusan tuhan, Rosulullah SAW. Pada posisi kedua adalah iman kepada Malaikat. Sebagaimaba kita tahu bahwa malaikat merupakan makhluk yang hidup di alam yang tidak kelihatan. Sebagai makhluk yang supernatural yang dipercaya diciptakan dari cahaya, secara umum malaikat tidak hadir di dunia materi, kecuali mendapat perintah langsung dari Allah (Subandi, : ). Ketiga iman kepada para nabi dan Rosul. Mengharuskan kepada umat muslim beriman untuk mengimaninya. Keempat adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Menurut agama Islam tuhan telah menurunkan berbaagai kitab suci kepada sejumlah rasul tertentu. Umat Islam meyakini bahwa al-Quran adalah wahyu perkataan langsung dati Allah yang diturunkan dalam bahasa arab melalui malaikat jibril kepada nabi Muhammad. Peranan al-Quran sebagai wahyu terakhir adalah sangat penting bagi umat Islam. Al-Quran adalah sumber utama petunjuk seluruh aspek kehidupan manusia, baik kehidupan rohani maupun jasmani. Kelima beriman kepada hari kiamat. Menurut agama islam kehidupan di bumi akan berakhir. Hal itu hanya tuhan yang tahu kapan terjadi. Allah hanya memberikan tanda-tanda datangnya hari kiamat. Terakhir adalah iman kepada qadha dan qadar. Telah ditetapkannya batas usia, rezeki, jodoh, dan sebagainya oleh sang pencipta kepada semua rata umat manusia. Namun meskipun begitu, Allah tetap memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha mengubah nasib dan takdirnya. Bagi seorang muslim memiliki peta konsep yang seharusnya dipenuhi dalam kehidupan ini. Islam adalah agama yang harus dipegang erat dengan segala ketetapan dan aturan yang ada di dalamnya. Kemudian dalam Islam harus menanamkan suatu keyakinan yang harus diyakini secara keseluruhan dari imaniman yang telah dijelaskan di atas. Tidak boleh ada keraguan sedikitpun dalam mengimani keenam rukun iman tersebut. Kemudian setelah seorang muslim memegang erat agamanya dan menanamkan secara keseluruhan dan kuat imannya maka harus ada perwujudan bahwa seorang muslim memegang kuat kendali agamanya. Agama yang memberikan ajaran dan syariat yang mengajarkan untuk hidup yang harmonis dengan sang pencipta, dengan sesama manusia, sesama makhluk dan alam semeseta. Perwujudan tersebut ditampilkan dalam perilaku sehari-hari yang menunjukan akhlak yang karimah (baik, mulia). “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa‟ : ) Iman tidak cukup sekedar disimpan dalam hati, tetapi harus direalisasikan dalam perbuatan nyata dan amal shaleh. Hanya iman yang melahirkan amal shalehlah yang dinamakan iman yang sempurna (Rosihon, : ). Islam sebagai kemasan yang di dalamnya terkandung isi ajaran dan syariat yang bersumber dari tuhan dan utusan-Nya. Isi yang terkandung di dalamnya arahan kepada manusia menuju kepada keselarasan hidup yang bahagia dunia dan akhirat. Pemahaman sederhana apabila seorang muslim memegang kuat iman kepada tuhan dan apa yang telah diperintahkan tuhan akan terwujud akhlaq karimah dalam dirinya. BAB III BIOGRAFI PAKU BUWANA IV DAN SYAIR DHANDANGGULA A. Pengarang Tembang Dhandhanggula Serat wulangreh merupakan karya agung Paku Buwana IV, seorang raja kesultanan Surakarta yang berkuasa antara tahun Buwana IV lahir di Surakarta pada tahun - . Sri Susuhunan Paku dan wafat pada tahun . Beliau dijuluki sebagai sunan bagus, karena naik tahta pada usia muda dan berwajah tampan. Nama aslinya adalah Mas Subadya, putra Paku Buwana III yang lahir dari permaisuri keturunan sultan Demak. Beliau dilahirkan tanggal dan naik tahta tanggal : september , dalam usia september tahun (Abimayu, ). Prameswari Dalem Susuhunan Paku Buwana III ada , pertama Kanjeng Ratu Kencono Kendang, putri Kanjeng Ratu Maduretno (putri Susuhunan Hamangkurat Jawa), namun sayang tidak memiliki keturunan. Kedua adalah Kanjeng Ratu Kencono (Kencono Beruk), putri dari Kanjeng Raden Tumenggung Wiroredjo, Bupati Gedong Tengen (semula bernama Mas Ngabehi Jogosworo, Mantra Keparak Kiwa), kemudian berputra yakni susuhan Paku Buwana IV, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Buminoto (Suspaningrat, TT : ). Pada usia muda bernama R.M Gusti Subadyo, setelah dewasa bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibyarajaputra Narendra Mataram. Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IV dinobatkan sebagai raja pada senin pahing, tanggal besar tahun Jimakir , atau tanggal September , terkenal dengan nama Ingkang Sinuwun Bagus (Prabowo, : ). Adapun silsilah raja-raja karaton Surakarta dari jalur ayah adalah : . Susuhunan Paku Buwana I, berputra . Susuhunan Paku Buwana II, berputra . Susuhunan Paku Buwana III, berputra . Susuhunan Paku Buwana IV, berputra . Susuhunan Paku Buwana V, Paku Buwana VII dan Paku Buwana VIII . Susuhunan Paku Buwana V, berputra . Susuhunan Paku Buwana VI, berputra . Susuhunan Paku Buwana IX, berputra . Susuhunan Paku Buwana X, berputra . Susuhunan Paku Buwana XI, berputra . Susuhunan Paku Buwana XII, yang memimpin karaton Surakarta sampai sekarang (Winarti, : ). Dan adapun silsilah yang berasal dari garis ibu adalah : . Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Demak I Syah Alam Akbar, peputra, . Pangeran Pamekas Sumare Ing Gugur , peputra, . Panembahan Tejawulan Ing Jogorogo, peputra, . Ki Ageng Ampuan, Pangeran Teja Kusuma, peputra, . Ki Ageng Karanglo, peputra, . Ki Ageng Cucuk Telon, peputra, . Ki Ageng Rogas, peputra, . Kia Ageng Cucuk Singawangsa, peputra, . Demang Bauwasesa Ing Bero, peputra, . Ki Ageng Sutajaya Manjut, peputra, . Ki Sutajaya, peputra, . Ki Jagaswara, R.T. Wirarejo, peputra, . Ratu Kencana Prameswari Sinuwun Paku Buwana III, peputra, . Sinuwun Paku Buwana IV, B.R.M. Subadya (Harsono, : ) B. Gambaran Umum Dhandanggula pada serat wulangreh Apabila al-Quran memiliki surat yang terletak di awal kitab dan berfungsi sebagai pembuka sekaligus induk kitab al Quran, maka serat wulangreh ini memiliki pula pupuh yang terletak pada awal buku dan berfungsi sama pula yaitu sebagai pembuka kitab atau buku ini, yakni dhandanggula. Dhandanggula merupakan awalan dan pembuka serat wulangreh yang mengisyaratkan kepada masyarakat karaton pada masa itu dan kepada seluruh manusia pada saat ini untuk membekali diri ini dengan ilmu pengetahuan dan amal-amal baik untuk merealisasikan ilmu yang didapat tersebut. Tentu realisasi ilmu tersebut berupa perbuatan-perbuatan yang dibenarkan oleh raja dan Allah SWT. Serat wulangreh merupakan satu dari sekian banyak karya sastra yang ditulis oleh Paku Buwana IV. Di antara karya-karyanya dalam kasusastraan adalah: Serat Wulangreh, Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang Tata Karma, Donga Kabulla Mataram, Cipta Waskita, Panji Sekar, Panji Raras, Panji Dhadhap, Serat Sasana Prabu, dan Serat Polah Muna Muni (Harsono, : ). Tidak mengherankan apabila di masyakat Jawa saat ini nama Serat Wulangreh masih sangat dikenal oleh kalangan para sastrawan dan budayawan Jawa. Orang Jawa yang mempelajari kebudayaan dan sastra Jawa sangat menjunjung tinggi makna yang terkandung di dalamnya. Karena memang terdapat keseimbangan ajaran yang memadukan antara ajaran agama Islam dengan ajaran kejawen sebagai jati diri masyarakat Jawa. Ini merupakan salah satu bukti media dakwah Paku Buwana IV untuk menyebar luaskan agama Islam guna memperbaiki perilaku-perilaku rakyatnya terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia. Kitab ini selesai ditulis pada hari ahad (minggu) tanggal tahun dal windu sancaya wuku sungsang atau tahun besar masehi ini, pada mulanya merupakan serat wewelar (pedoman/penuntun) bagi para pangeran dalam bentuk sekar macapat atau nyanyian yang dimasukan dalam rumpun macapat. Sesuai dengan tujuan kitab ini sebagai penuntun, maka sesungguhnya kitab wulangreh ini bisa kita pahami sebagai sebuah ideologi kraton yang lahir dari pengalaman-pengalaman pemikiran dan pemahaman seperti yang telah didiskusikan di atas. Kebutuhan untuk mempertahankan ideologi tersebut tampaknya sangat jelas terkait dengan situasi-situasi kekuasaan pada masa itu. Kita ketahui bahwa pada masa buku atau kitab ini ditulis, kesatuan dan keutuhan kekuasaan Jawa sudah hampir berakhir (Harsono, : ). Kitab wulangreh ini berbicara tentang keharusan-keharusan menghayati dan mengikuti etik-etik kekratonan sebagaimana telah terlambangkan. Dalam kitab ini diwejangkan tentang etik kepada guru, etik pergaulan, waspada, berbakti, hubungan dengan sesama manusia, memperbaiki diri sendiri dan berbudi baik. Meskipun pada awalnya hanya merupakan aturan dan panutan yang ditujukan kepada pengeran dan rakyat karaton namun esensi yang terkandung di dalamnya sangatlah baik dan patut untuk dihayati sekaligus direalisasikan masyarakat Jawa terkhusus yang beragama Islam. C. Syair Tembang Dhandhanggula dan Artinya DHANDHANGGULA . Pamedhare wasitaning ati cumanthaka aniru pujangga dhahat mudha ing bathine nanging kedah ginunggung datan wruh yen akeh ngesemi ameksa angrumpaka basa kang kalantur tutur kang katula-tula tinalaten rinuruh kalawan ririh mring padhanging sasmita ( Pakubuwana IV,TT: ) Menyampaikan kehendak dihati Sombong ingin meniru pujangga bodoh dalam hatinya namun ingin disanjung tak tahu banyak yang mencibir memaksakan menyusun bahasa yang ngelantur kata yang tak beraturan biasakanlah yang urut dan santun sejelas ajaran itu (Darmadipura , . : Sasmitaning ngaurip puniki yekti ewuh yen nora weruha tan jemuneng ing uripe akeh kang ngaku-aku pangrasane sampun udani tur durung weruh ing rasa rasa kang satuhu rasaning rasa punika upayanen darapon sampurno ugi ing kauripannira (Pakubuwana IV,TT: ) tanda-tanda kehidupan ini Acuh, segan dan tak peduli Yang diterapkan dalam hidupnya banyak yang mengaku-aku seakan dia sudah pintar serta tak punya rasa rasa yang terdalam rasa dalam sanubari ) upayalah sampai pada kesempurnaan dalam kehidupanmu (Darmadipura , . : Jroning Quran nggoning rasa jati Nanging pilih wong ingkang uninga Anjaba lawan tuduhe nora keno binawar ing satemah nora pinanggih mundak katalanjukan temah sasar susur yen sirdayun waskitha kasampurnaning badanira puniki sira anggegurua (Pakubuwana IV,TT: ) Dalam Qur’an tempat rasa yang benar tapi pilih yang kau mengerti sesuai dengan petunjuknya tidak boleh ngawur yang menjadikannya tidak paham dan akhirnya terlanjur pahamnya jadi kacau bila kau ingin mengerti kesempurnaan dalam diri ini engkau pelajari! (Darmadipura , : ) ) . Nanging yen sira nggeguru kaki amiliha manunsa kang nyata ingkang becik martabate serta kang weruh ing khukum kang ibadah lan kang wirangi sukur oleh wong tapa iya kang wus mungkul tan mikir piwewehing iyan iku pantes yen den guronana kaki sartane kawruhira (Pakubuwana IV,TT: ) Jika kau turut berguru….anakku pilihlah orang yang benar yang baik bermartabat serta mengerti hukum yang beribadah dan saleh syukur dapat yang tepat dan unggul dalam iman tak mikir pemberian orang lain itu patutlah kau belajar padanya serta seraplah ilmuya (Darmadipura , . Lamun ana wong micara kaki : ) tan mupakat ing patang prakara aja sira age-age anganggep nyatanipun saringana dipun baresih limbangen ingkang papat prakara rumuhun dalil khadis lan ijemak lan kiyase papat iku salah siji adate kang mufakat (Pakubuwana IV,TT: ) Jika ada yang mencoreng ilmu tanpa sepakat pada empat hal jangan engkau cepat-cepat menganggap itu nyata saringlah benar-benar bersih samakan dengan empat hal yang lalu itu dalil hadis dan ijmak dan makna yang empat itu, salah satu ada dan sepakat (Darmadipura , . Ana uga kena den antepi yen uculo kang patang prakara enak legetane : ) tan wurung tinggal wektu penganggepe wus angengkoki aja kudu sembahyang wus salat katanggung banjure mbuwang sarengat batal kharam nora nganggo den rawati mbubrah sakehing tata (Pakubuwana IV,TT: ) Ada jua yang bisa diikuti Jika lepas dari yang empat hal Itu tak enak rasanya Dan tinggal tunggu waktu anggapannya telah memahami tidak hanya sembahyang telah salat niatnya trus melupakan syariat batal, haram tidak diperhatikannya rusaklah semua aturan (Darmadipura , . Angel temen ing jaman puniki ingkang pantes kena ginorunan akeh wong nyaya „ilmune lan arang ingkang manut yen wong „ilmu ingkang netepi : ) panggaweaning sraya den arani luput, nanging iya sesenengan nora keno ingiwor karep puniki pepancene priyangga (Pakubuwana IV,TT: ) Sungguh sulit di zaman sekarang yang patut dijadikan teladan banyak orang njajah ilmunya dan jarang yang taati bila orang pintar diikuti yang mengerjakan suatu yang tak benar itu sangat salah (Darmadipura , . : Ingkang lumrah ing masa puniki kyai guru kang ngupaya sahbar temen kaweleh karepe kang wus lumrah karuhun jaman kuna yekti murid ingkang padha ngupaya kudu anggeguru ing mangko kita nora kyai Guru kang nrutul ngupaya murid dadiya kanthinira (Pakubuwana IV : ) Yang sebenarnya zaman sekarang ) Ternyata guru yang cari murid Sungguh sudah terbalik yang telah lazim dahulu jaman kuna itu muridlah muridlah yang mencari harus patuhi guru kini tidak demikian guru sibuk dan bingung mencari murid jadikan asuhannya. (Darmadipura , : ) BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM SYAIR TEMBANG DHANDHANGGULO PADA SERAT WULANGREH KARYA PAKUBUWANA IV A. Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Syair Tembang Dhandhanggulo Pada Serat Wulangreh Karya Pakubuwana IV . Tujuan Pendidikan Akhlaq Pendidikan akhlaq merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk menciptakan manusia lain yang berakhlaq mulia. Tujuan umum berbagai upaya dilakukan adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia sendiri. Kesempurnaan hidup ini adalah apabia dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri, memberikan hak-hak kepada sesama manusia dan menjalin hubungan baik dengan Tuhan. Pada akhir bait kedua yang berbunyi : upayanen darapon sampurno ugi (upayalah sampai pada kesempurnaan) ing kauripannira (dalam kehidupanmu ) Kesempurnaan dalam diri, disebut pula dalam bait ke tiga yakni : yen sirdayun waskitha (bila kau ingin mengerti ) kasampurnaning badanira puniki (kesempurnaan dalam diri ini) Tujuan pendidikan akhlaq adalah untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Artinya tujuan tertinggi akhlaq sebenarnya adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu‟amalah ma‟allah (Hubungan dengan Allah) dan mu‟amalah ma‟annas (Hubungan dengan sesama manusia), maka dengan demikian akan mendapat ridha-Nya (Makmur, : ). Sehingga pendidikan akhlaq tak pernah dapat dilepaskan dari pendidikan agama Islam sendiri yang kesemuanya adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup yang hakiki di dunia maupun di akhirat. . Materi pendidikan akhlaq a. Rendah Hati dan Jauhi Sombong Bersikap tawadhu atau rendah hati adalah perangai yang amat mulia. Perangai ini bisa menambahkan kedudukan dan kemuliaan seseorang. Perangai ini juga membuat seseorang disukai banyak orang. Siapa yang tawadhu kepada Allah, pasti Allah akan mengangkat derajatnya. Siapa yang congkak terhadapNya atau terhadap ibadah kepadaNya, niscaya Allah akan menghinakan dan merendahkannya (Hammadi, : ). Terbaca dengan sedikit memerlukan pemahaman, pada bait pertama disebutkan sebagai berikut: Pamedhare wasitaning ati (Menyampaikan kehendak dihati) cumanthaka aniru pujangga (Sombong ingin meniru pujangga) wujud kerendahan hati tersebut adalah pada saat sunan akan menyampaikan syairnya namun tidak ingin sombong meniru sang pujangga. Beliau memilih merendahkan hatinya, agar tidak sombong. Senada dengan ajaran Islam, sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap rendah hati atau dalam istilah Islam adalah tawadhu‟. Yang berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan bahwa kita hanyalah hambanya yang hina. Dan merendahkan hati kita kepada sesama manusia terkhusus kepada orang-orang yang telah dianjurkan oleh Allah dan agama selayaknya kita merendahkan hati kepada sesama manusia, orang tua, ulama dan guru. Firman Allah yang berbunyi : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon : ) Sering terjadi dalam hidup ini, seseorang yang telah memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi kemudian merendahkan orang lain. Meskipun tidak secara langsung mengutarakannya namun dari sikapnya yang seolah-olah ingin menjadi dalang pembicaraan dalam suatu perkumpulan. Dan tidak ingin apabila pembicaraanya diputus. Yang telah merasa memiliki harta yang berlebih kemudian tidak mau berkumpul dengan orang-orang miskin dan orang lemah. Dengan menyandang jabatan tinggi selalu ingin dihormati dan selalu dipuji disertai rasa meremehkan orang lain. Alangkah indahnya apabila manusia menyadari bahwa apapun yang Allah berikan kepada hambanya merupakan suatu ujian belaka. Menyadari hakikat diri ini, adanya manusia tidak dengan begitu saja tanpa ada yang mengendalikannya. Sadar bahwa ada sang pencipta yang berhak melakukan apapun yang dikehendakiNya. Apa yang telah dicapai manusia yang dianggapnya suatu keberhasilanpun sungguh tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Lalu dimanakah celah untuk manusia menyombongkan diri? Sungguh tidak ada. Karena sombong merupakan sifat yang hanya dimiliki Allah SWT. b. Kepedulian Acuh dengan keadaan saudara, tetangga dan teman yang sedang kesusahan. Segan memberikan perlakuan baik kepada sesama. Tak lagi peduli dengan kondisi dan situasi yang terjadi kepada umat ini. Bukan ini yang diharapkan dan diajarkan oleh Islam, saling tolong menolong, peduli sesama, meringankan beban orang lain, memikirkan kebahagiaan saudara adalah perintah dari Allah untuk hambanya. Sehingga terjalin hubungan sesama manusia dalam masyarakat Islami dan harmonis. Dua baris pada bait kedua berbunyi sebagai berikut: Sasmitaning ngaurip puniki (tanda-tanda kehidupan ini) yekti ewuh yen nora weruha (Acuh, segan dan tak peduli) Semakin mudah dijumpai gaya hidup masyarakat yang tak lagi menghiraukan keadaan sesama manusia. Manusia diciptakan tuhan untuk saling mengenal, mengenal dalam artian bukan hanya sekedar dari identitasnya saja. Namun juga mengenali setiap hal-hal yang perlu untuk diketahui terutama kepada orang-orang terdekat. Sehingga harapannya ketika seseorang sedang dalam keadaan yang kurang baik maka dapat dirasakan pula oleh orang lain. Allah berfirman dalam surat an-Nisa‟ ayat yang berbunyi : “Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. an-Nisa„ : ) Umat ini adalah ibarat satu tubuh, apabila satu bagian tubuh ada yang sakit maka bagian tubuh yang lainpun merasakan sakitnya. Betapa indahnya apabila dapat diterapkan pada suatu masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan demi terwujudnya ukhuwah islamiyah. c. Selalu Berusaha Islam mengajarkan dan mengajak kepada umatnya untuk selalu berusaha dan berfikir optimis. Islam melarang umatnya memiliki rasa pesimis, buruk sangka, berfikir yang tidak baik terhadap Allah dan dirinya sendiri. Kehidupan yang bagaikan pelangi penuh warna yang siap menghiasi bentang awan dan penuh keindahan. Kehidupan pun apabila penuh dengan warna yang berbeda akan lebih terasa indah dalam mengarunginya. Sering seseorang menggap ketika dirinya ditimpakan suatu cobaan yang dipandangnya buruk muncul fikiran yang kurang baik terhadap Allah. Padahal ini adalah proses pendewasaan diri yang Allah berikan kepada hambanya agar berusaha dengan optimis dan tanpa putus asa sehingga harapannya pun dapat terwujud. Makna selalu berusaha tertera pada bait pertama pula, yakni : upayanen darapon sampurno ugi (upayalah sampai pada kesempurnaan dirimu) ing kauripannira (dalam kehidupanmu) Mengupayakan dari setiap apa yang menjadi target dan cita-cita kehidupan manusia sampai terwujud. Allah SWT memberikan gambaran pasti kepada hambanya ketika Allah memberikan kesulitan maka bersamanya pula Allah telah menyiapkan kemudahan yang siap untuk solusi atas kesulitan tersebut. Maka dari itu Allah melarang umatnya untuk berputus asa, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Yusuf ayat berikut : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf : ) Hal penting yang perlu diperhatikan dalam sikap optimis adalah bukan hidup dalam dunia khayalan yang amat panjang. Namun melakukan setiap proses demi proses kehidupan ini dengan sungguh-sungguh sembari memikirkan target kedepan. Bukan pula membuang masalah dan rintangan dengan begitu saja, namun melewati setiap rintangan dengan sabar, cerdas dan optimis. d. Pertemanan Dalam pergaulan, bergaul dengan siapapun tidak disalahkan. Dengan tujuan siapapun orangnya bisa menjadi teman hanya dalam lingkup pertemanan. Namun dalam kaitan persahabatan, membutuhkan filter untuk menyaring teman seperti apa yang pantas untuk dijadikan sahabat. Persahabatan lebih menekankan kepada kedekatan diri dari berbagai hal dengan seseorang. Bait ke lima ini telah diceritakan sebagai berikut : Lamun ana wong micara kaki (Jika ada yang mencoreng ilmu) tan mupakat ing patang prakara (tanpa sepakat pada empat hal) aja sira age-age (jangan engkau cepat-cepat) Apabila ada dari sekelompok orang yang sedang membicarakan ilmu namun tidak berdasarkan pada empat hal yang dianjurkan yakni al-Quran, Hadist, Qiyas dan Ijma maka perlulah untuk menyaring agar kelompok tersebut tidak dijadikan sebagai teman bahkan sahabat. Sebagaimana firman Allah SWT : “Sesungguhnya Allah Hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu Karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mumtahanah : ) Pergaulan yang dijalin dengan setiap manusia adalah sikap lahiriyah yang dengan sesama ciptaan Allah. Allah dan Rasul pula senantiasa untuk memerintahkan umatnya bersikap lahir yang baik terhadap semua manusia selama manusia yang lain tidak mengancam jiwa, raga dan agama. Kemudian persahabatan adalah wujud kasih sayang yang timbul dalam batin dan rasa yang diperuntukan kepada mereka yang senantisa berada pada jalan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya. e. Memperhatikan Halal dan Haram Halal yang berarti sesuatu yang dengannya terurailah buhul yang membahayakan, dan Allah memperbolehkan untuk dikerjakan. Sedangkan haram merupakan sesautu yang Allah memlarang untuk dilakukan dengan larangan tegas, setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang ia terancam dengan sanksi syariah di dunia ini (Yusuf, : ). Berkaitan dengan hal ini, Sunan memberikan nasehatnya pada akhir bait ke enam, yang berbunyi : batal kharam nora nganggo den rawati (batal, haram tidak diperhatikannya) mbubrah sakehing tata (rusaklah semua aturan ) Berhati-hati terhadap hal-hal yang mengakibatkan bahaya dan kerugian di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang belum jelas kehalalan atau keharamannya patutlah untuk dijauhi, sehingga pintu yang dapat membawa pada hal-hal yang haram dapat dihindari. Allah SWT berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat : “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Mu‟minun : ) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan halal dan haram bukan hanya pada benda-benda disekitar manusia namun juga terhadap berbagai perilaku dalam kehidupan. Mana yang seharusnya dikonsumsi, dilakukan dan mana yang seharusnya dijauhi dan ditinggalkan. Ini menjadi sangat penting diperhatikan kepada seluruh umat manusia sebagai bentuk taqwa kepada Tuhan. Terlebih harus diperhatikan oleh segenap tenaga pendidik yang akan mencetak genarasi umat yang unggul maka haruslah mengawali diri dengan hal-hal yang unggul dan terjauh dari perkara-perkara yang bermadharat yang telah diharamkan oleh Tuhan. Karena mendidik bukan hanya mentransferkan ilmu pengetahuan semata, namun juga mewariskan hal-hal yang membuahkan kebaikan dan manfaat. . Pendidik dan Peserta Didik a. Guru Dalam undang-undang Nomor Tahun , tentang guru dan dosen disebutkan bahwa, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Suwardi, : ). Pada bait ke empat ini, nasehat untuk berguru disebutkan sebagai berikut : Nanging yen sira nggeguru kaki (Jika kau turut berguru….anakku) amiliha manunsa kang nyata (pilihlah orang yang benar) Rasul merupakan guru pertama bagi generasi terbaik umat ini. Beliau yang senantiasa mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didiknya. Peserta didik Rosul adalah para sahabat-sahabat Rosul yang senantiasa setia belajar dari beliau. Karena memang kategori guru yang baik dan orang yang benar ada pada diri beliau. Hal tersebut telah Allah firmankan dalam surat al-Baqarah ayat sebagai berikut : “Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S. al-Baqarah: ) Guru pertama dan terdekat adalah orang tua yang senantiasa memberikan nasehat dan pelajaran kehidupan bagi anaknya. Seperti nasehat Luqman kepada anaknya yang tertuang dalam firman Allah surat Luqman ayat ini : “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman : ) Kelaurga (ibu-bapak) sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama memiliki tanggung jawab untuk mnegoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak. Orangtua harus mengarahkan pendidikan dalam lingkungan keluarga ke arah keteladanan yang positif. Pola pendidikan berbasis keteladanan dalam keluarga sangat menentukan kepribadian anak pada masa yang akan datang. (Mustaqim, : ) Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak. Orang tua yang biasa menunjukan teladan baik di lingkungannya, sikapnya akan dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya b. Ikhlas, bermartabat, dan shaleh Para rasul diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan dakwah kepada setiap umat dengan didasari keikhlasan, semata-mata murni karena wujud ketaatan kepada Tuhan. Pada akhir bait ke empat disebutkan sebagai berikut : tan mikir piwewehing iyan (tak mikir pemberian orang lain) iku pantes yen den guronana kaki (itu patutlah kau belajar padanya) sartane kawruhira (serta seraplah ilmuya ) Makna ikhlas salah satunya dapat dipahami dari makna yang tersirat pada firman Allah SWT surat al-Bayyinah ayat sebagai berikut : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah : ) Ikhlas merupakan wujud dari kalimat tauhid. Oleh karena itu, orang-orang yang ikhlas adalah orang-orang yang bertauhid dan terpilih. Adapun pengertian ikhlas secara syari, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayyim adalah memfokuskan tujuan dan maksut (dari amalannya) hanya kepada Allah, melaksanakan ketaatan hanya kepada-Nya, tanpa menyekutukannya dengan sesuatu (Al munajat, : ). Dengan ikhlas, amal kebaikan dan ilmu yang disampaikan diterima oleh Allah. Dengan ikhlas, dapat menghantarkan pada manfaat dan kenikmatan sejati. Menata kembali niat ikhlas karena Allah dan selalu mengontrol dalam keseharian sehingga kemurnian amal membawa pada kemuliaan di dunia maupun di akhirat. Pada awal bait ke empat menjelaskan bahwa guru haruslah bermartabat, syair tersebut adalah sebagai berikut : ingkang becik martabate (yang baik bermartabat) serta kang weruh ing khukum (serta mengerti hukum) Seseorang yang senantiasa menjaga harga dirinya dengan baik, menjauhi hal-hal yang dapat merusak dirinya baik jiwa maupun raga. Allah menjelaskannya sebagai berikut : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar” (QS. alHujurat: ) Menjauhi larangan-larangan yang telah Tuhan tetapkan dan menjaga fitrah-fitrah manusia. Martabat manusia yang demikain yang harus dijaga dengan baik jangan sampai terjerumus kedalam kenistaan yang menyebabkan rusaknya martabat manusia. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sempurna dan sebaik-baik makhluk maka manusia pun harus menjaga ciptaan Tuhan dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Apabila hal ini ditekankan kepada setiap manusia maka terhadap seorang guru pun harus memiliki bekal yang sama untuk senantiasa menjaga martabat dengan baik. Dan pada pertengahan bait ke empat dijelaskan bahwa guru harus shaleh dan rajin beribadah, syair tersebut berbunyi sebagai berikut : kang ibadah lan kang wirangi (yang beribadah dan saleh) sukur oleh wong tapa (syukur dapat yang tepat) Allah pula memerintahkan setiap makhluknya tidak lain dan tidak bukan hanya beribadah, sebagaimana firmanNya dalam surat adz-Dzariat ayat berikut : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (adz-Dzariat : ). Sebagaimana ayat diatas dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dan jin ke dunia ini tidak lain dan tidak bukan merupakan untuk megabdikan diri kepada Allah SWT. Pengabdian diri kepada tuhan merupakan pokok dari ibadah. Dan ibadah sendiripun dapat bermakna luas apabila tidak hanya dipahami secara ritual saja. Namun setiap perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan manfaat kepada diri pribadi dan orang lain apabila dikerjakan dengan niat mengabdi kepada Allah maka Allah pun mencatat perbuatan tersebut dengan amal ibadah yang layak mendapat pahala dariNya. c. Peserta Didik Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasadan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan, dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan (Suharto, : ). Secara tersurat makna peserta didik tertera pada baris pertama bait ke empat yakni : Nanging yen sira nggeguru kaki (Jika kau turut berguru….anakku) Anak adalah peserta didik yang senantiasa membutuhkan bimbingan untuk menuju kedewasaannya. Dilahirkannya seorang anak ke dunia ini dengan keadaan fitrah dengan segala macam potensi pembawaannya. Anak adalah amanah di pundak kedua orang tua, dan mereka berdua bertanggung jawab atas amanah yang Allah berikan ini. Sebelum dan selama anak dididik di sekolah dan di masyarakat, anak merupakan peserta didik yang senantiasa menjadi peseta didik dalam keluarga. Orang tualah yang menjadi pendidik, anak adalah peserta didik pertama dalam keberlangsungan pendidikan akhlaq. . Lembaga Pendidikan Akhlaq Melihat dari teks syair tersebut, tempat terjadinya interaksi antara pendidik (orangtua) dan peserta didik (anak) adalah dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama terjadi komunikasi dan interaksi dalam perkembangan anak. Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak sangat penting. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam setiap aspek kehidupan. Idealnya, keluarga adalah fase awal dalam membentuk generasi berkwalitas, mandiri, tangguh, potensial, dan bertanggung jawab terhadap masa depan pembangunan bangsa (Ilahi, : ). Keluarga menjadi sentrum peradaban dalam mencetak anak-anak berkualitas. Berawal dari lingkungan keluarga inilah, anak mulai tumbuh dan berkembang secara bertahap, dari anak-anak, remaja, sampai dewasa. Transisi pertumbuhan anak perlu dibekali dengan pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga akan terbentuk kemandirian dan kedewasaan pada masa transisi ini. Bekal keluarga yang cukup pada gilirannya dapat memicu pertumbuhan yang sehat dan mendidik tanpa adanya pemaksaan yang mengganggu terhadap proses perkembangan anak kedepan (Ilahi, : ). Lembaga pertama dan utama dalam keberlangsungan upaya pendidikan akhlaq adalah keluarga. Kelurga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan yang darinya akan melahirkan tunas-tunas unggul generasi bangsa. . Metode dan media Demi keberlangsungan pendidikan akhlaq haruslah memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi peserta didik. Aspek fisik, psikologis, biologis dan sosial dapat menjadi pertimbangan untuk memilih metode yang tepat untuk diterapkan. Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan adalah aspek sosial. Asas sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial maupun seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang (Rasyidin, : ). Untuk meninjau aspek sosial dapat dilakukan dengan cara melihat kondisi dan pendekatan yang sesuai. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mencoba memahami filsafat pendidikan Islam dalam konteks sosial, politik, budaya dan sebagainya di mana pendidikan itu berada. Jadi, pendekatan kontekstual lebih mengarah pada kondisi dan situasi yang sosiologis dan antropologis (Suharto, : ). Penggunaan tembang dhandhanggulo dalam menyajikan konsep pendidikan akhlaq merupakan salah satu upaya harmonis dengan aspek sosiologis dan antropologis untuk menanamkan akhlaq yang mulia. Bukan tanpa maksut sunan menciptakan tembang ini, namun memiliki misi untuk mengupayakan pembelajaran kehidupan yang selaras dengan kondisi dan situasi. Melalui budaya asli Jawa yang bernafaskan dengan Islam terkhusus adalah syair-syair Jawa yang berisikan nasehat dari pencipta kepada pembacanya. Melalui budaya inilah, upaya pendidikan akhlaq mendapat tambahan media dan metode untuk mewujudkannya. B. Implementasi Terhadap Pendidikan Islam Dalam pendidikan Islam terdapat banyak istilah yang menunjuk pada makna pendidikan. Masing-masing dari istilah-istilah tersebut memiliki pengertian dan penerapan yang berbeda, namun memiliki esensi yang sama yakni pendidikan. Diantara istilah tersebut yakni tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib. Tarbiyah adalah proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian petunjuk yang dijwai oleh wahyu ilahi. Hal ini akan menyebabkan potensi manusia dapat tumbuh dengan produktif dan kreatif tanpa menghilangkan etika ilahi yang telah ditetapkan dalam wahyuNya (Mujtahid, : ). Term pendidikan dalam al-Quran tidak sekedar merupakan upaya pendidikan pada umumnya, namun konsep pendidikan (tarbiyah) menembus pada aspek etika religious (Mujtahid, : ). Tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tentang kebaikan yang harus dilakukan, namun lebih mengupaya untuk melaksanakan kebaikan yang diajarkan. Istilah selanjutnya adalah ta‟lim yang berasal dari kata „allama. Kata kerja „allama yang masdarnya ta‟liman berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan (Achmadi, : ). Ta‟lim bukan hanya mempelajari ilmu agama, melainkan mempelajari pula ilmu pengetahuan alam dan sosial manusia. Kemudian istilah ta‟dib, dalam al-Quran lafad ta‟dib memang tidak ditemukan, akan tetapi lafad itu diambil dari sebuah hadis Nabi, “tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku.” Istilah itu dimunculkan oleh Syed M.Naquib Al-Attas. Beliau lebih condong menggunakan ta‟dib sebagai alternative untuk konsep pendidikan Islam dari pada istilah-istilah yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam pandangannya, istilah ta‟dib merupakan pilihan yang jauh lebih tepat dari pada istilah-istilah lainnya. Alasannya karena ta‟dib, sesuai hasil analisanya dari sisi semantic dan kandungan yang disesuaikan dengan pesan-pesan moral (Mujtahid, : ). Dari ketiga istilah yang memiliki makna pendidikan tersebut di atas memiliki upaya yang sama dalam mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) sesuai dengan ajaran Islam sendiri. Yang selanjutnya dalam pendidikan yang berlaku di Indonesia, tengah diterapkan dalam system penndidikan Nasional yakni pendidikan berbasis karakter yang diaplikasikan dalam kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi dan nilai-nilai pribadi yang ditampilan di sekolah. Focus pendidikan karakter adalah pada tujuantujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan yang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa (Majid, : ). Dilihat secara pengertian tidak ada perbedaan yang menonjol dari pengertian karakter dan akhlaq, keduanya menekankan pada perilaku yang biasa dilakukan seseorang tanpa terlebih dahulu memikirkan perilaku tersebut karena sudah tertanam dalam dirinya. Dengan adanya metode dan media ini, menjadi tugas segenap orang yang mencita-citakan pendidikan akhlaq yang mulia untuk memberikan kreasi baru terhadap metode dan media ini. Perlu kiranya agar pendidikan akhlaq berbasis local wisdom Jawa ini dapat dikembangkan dengan berbagai kreasi menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar menarik di hadapan peserta didik. Dengan harapan peserta didik dan generasi sekarang maupun yang akan datang dapat menerima metode dan media ini dengan baik. Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan karakter atau akhlaq yang baik dalam diri seseorang. Dengan memperhatikan aspek sosiologis dan antropologis yang ada di Indonesia khususnya tanah Jawa, terdapat kekayaan media dan metode dalam mengupayakan pendidikan akhlaq tersebut yakni melalui budaya yang berwujud dalam karya seni tembang Jawa yaitu tembang dhandhanggula. Sebagaimana pemaparan kandungan tembang dhandhanggula di atas merupakan upaya yang telah dilakukan oleh para pendahulu masyarakat Jawa yang selayaknya generasi saat ini tetap memegang teguh ajaran syariat Islam dengan mengharmoniskan budaya asli Jawa sebagai salah satu wujud usaha mengoptimalkan pendidikan akhlaq sebagai tujuan utama. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan – pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlaq pada syair tembang dhandanggula dalam serat wulangreh karya Sunan Paku Buwana IV adalah sebagai berikut : . Konsep pendidikan akhlaq pada syair tembang dhandhanggula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a. Tujuan Pendidikan Akhlaq Tujuan utama pendidikan akhlaq adalah untuk menciptakan manusia yang memiliki perilaku baik yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan seluruh makhluk dan menjadi hamba Allah yang senantiasa melangkahkan kaki di bumi karena cinta kepadaNya. b. Materi Pendidikan Akhlaq ) ) ) ) ) Rendah Hati dan Jauhi Sombong Kepedulian Selalu Berusaha Pertemanan Memperhatikan Halal dan Haram c. Pendidik dan Peserta Didik ) Guru Guru pertama dan utama yang dimiliki seorang anak adalah orang tua. Orang tua yang akan selalu memberikan pelajaran-pelajaran berharga yang mungkin tidak didapatkan dibangku sekolah. Dari orang tua yang akan membekali seseorang dalam mencari jati dirinya. Dan dalam konteks yang umum, guru sebagai pendidik siapapun itu dengan catatan dapat dijadikan teladan akhlaq mulia, guru yang Ikhlas, bermartabat, dan shaleh maka patutlah menyerap ilmu darinya. ) Peserta Didik Sejatinya seorang anak merupakan peserta didik yang senantiasa membutuhkan bimbingan dan pengarahan untuk tingkat kedewasaan dengan pengoptimalan segala potensi baik yang dimilikinya. Sebelum anak mendapat pelajaran dari luar orang tua, seperti sekolah dan masyarakat, lebih utama apabila anak sebagai peserta didik dalam rumah senantias mendapatkan pembekalan dan pengawasan secara maksimal. d. Lembaga Pendidikan Akhlaq Kelompok terkecil dalam masyarakat adalah keluarga, yang di dalamnya terdiri dari beberapa anggota dan akan melahirkan generasi selanjutnya. Berawal dari keluarga seorang anak mendapat bekal dan gambaran kehidupan yang tertanam pada diri anak. Sehingga anggotaanggota keluarga harus berusaha dengan maksimal untuk meberikan bimbingan, bekal dan teladan yang baik. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan akhlaq yang pertama dan utama. e. Metode dan media Melalui tembang-tembang Jawa khususnya tembang dhandhanggula dapat memberikan sumbangsih dalam kekayaan metode dan media dalam penanaman akhlaq yang mulia. Tembang ini dikemas dengan penyesuaian antara aspek sosiologis dan antropologis Jawa terhadap syariat Islam. . Implementasi terhadap Pendidikan Islam Terlaksananya dengan sukses suatu pendidikan apabila dalam mengupayakannya memperhatikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilannya. Aspek tersebut adalah aspek sosiologis dan antropologis yang keduanya sangat memberikan konstribusi besar dalam perkembangan sistem pendidikan dan subjek obyek pendidikan sendiri. Antara tujuan pendidikan dengan keadaan sosiologis dan antroplogis tersebut dapat diselaraskan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan diawal. Penggunaan media dan metode syair tembang dhandhanggulo dalam serat wulangreh merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan demi terwujudnya akhlaq mulia yang diinginkan oleh Islam dan tujuan pendidikan Islam sehingga harmonis antara tujuan pendidikan Islam dengan kekayaan budaya tanah Jawa. Namun tidak berhenti di sini, salah satu upaya pendidikan akhlaq berbasis local wisdom Jawa ini dapat diterapkan untuk anak-anak asli suku Jawa dengan selalu memberikan kreasi yang mengikuti perkembangan zaman pada media dan metode ini agar dapat dikemas secara menarik sehingga peserta didik dapat tetap menerima dengan baik. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : a. Untuk Pendidikan Islam Penerapan dan penanaman akhlaq mulia kepada anak didik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang dapat menyesuaikan dengan kondisi dan situasi dimana keberadaannya. Budaya merupakan salah satu pendukung yang dapat mengharmoniskan khasanah penanaman akhlaq dengan tetap mengangkat jati diri negeri. Oleh karena itu seorang pendidik tidak diperkenan kan untuk berhenti belajar. Harus selalu memperbaharui keilmuwan dengan tetap memperhatikan dan menjunjung tinggi jati diri bumi pertiwi agar tetap lestari dikemudian hari. b. Kemurnian ajaran Islam yang bertujuan menyempurnakan akhlaq manusia. Dan salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah sebagaimana karya murni penduduk negeri ini. Kesemuanya memiliki tujuan yang sama adalah untuk berupaya memperbaiki akhlaq manusia di bumi ini. Menyelaraskan hidup dengan sesame manusia maupun hidup yang berhubungan dengan Tuhan. Perlu kiranya umat manusia untuk senantiasa menjaga hubungan-hubungan tersebut agar terjalin keharmonisan antar kesemuanya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar pemahaman yang demikian dapat tersosialisasikan dengan baik sebagai upaya untuk mewujudkan akhlaq yang mulia demi kebahagiaan dunia dan akhirat. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Soedjipto. Achmadi. . Intisari Kitab Adiluhung Jawa. Yogyakarta : Laksana . Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ahmadi, Wahid . . Risalah Akhlak. Solo: Era entermedia Al Ausyan, Majid. Adab dan Akhlak Islam. Terjemahan oleh Nuryaman. . Jakarta : Darul Haq Alfat, Masan. Abdurrahman . Aqidah Akhlak. Semarang : Karya Toha Putra Almunajat, Muhammad Shalih. . Jagalah Hati. Terjemah oleh Saat Mubarak dan Qasim. Jakarta : Cakrawala Publishing Al zuhayly, Wahbah. . Zakat : Kajian berbagai madzhab. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA Al-hajj Ahmad, Yusuf. Kauka . Kemukjizatan Ibadah dalam Islam. Yogyakarta : Anwar, Rosihon. . Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia Anggoro, Toha. . Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka Bayuadhy, Gesta. Darmadipura. . Janma Tan Kena Kinira. Yogyakarta : Laksana . Terjemah Serat Wulangreh. Surakarta : Jawi Production Dermawan, Deni. . Metodologi penelitian kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset Hadi, Sutrisno. UGM Hamka. . Metodologi Research I. Yogyakarta : Fakultas Psikologi .Akhlakul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas Harsono, Andi. Haryanto, Sentot. . Tafsir Ajaran Serat Wulangreh. Yogyakarta : Pura Pustaka . Psikologi Shalat. Yogyakarta : Mitra Pustaka Ilahi, Muhammad Takdir. Ilyas, Yunahar. . Quantum Parenting. Yogyakarta : Katahari . Kuliah Akhlaq. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Indar, Djumberansyah. . Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama Jumali, Surtikandi, SA. Taurat, Sundari. . Landasan Pendidikan. Surakarta : Muhammadiyah university press Majid, Abdul & Dian Andayani. . Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mansyur, Moh. . Akidah akhlak II. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Dan Universitas Terbuka Mardalis, . Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Mujatahid. . Reformasi Pendidikan Islam. Malang : UIN maliki press. Munib, Achmad. Budiyono, Sawa Suryono. Semarang : UPT Musbikin, Imam. . Pengantar Ilmu Pendidikan. . Rahasia Puasa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar UNNES Press Mustaqim, Abdul. . Menjadi orang tua bijak. Bandung : Mizan Pustaka Muttaqin, Ilham Inki. Nata, Abuddin. . Pinter Nembang Macapat. Jakarta : PT Buku Seru . Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Prabowo, Dhanu Priyo, Pardi & Mardiyanto. Semarang: Dahara Prize Purwadi, .Terjemah Serat Wulangreh, . Mengkaji Serat Dewaruci. Yogyakarta : Panji Pustaka Yogyakarta Qardhawi, Yusuf. . Halal Haram Dalam Islam. Solo : Era Intermedia Ruslan, Rosadi. . Public Relations Dan Komunikasi. JAKARTA : Kharisma putra utama offset Santoso, Iman Budhi. DIPTA Shihab, Quraish. . Kitab Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta : . Wawasan Al Quran. Bandung : Mizan Sholikhin, Muhammad. . Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam : Menjawab Tantangan Zaman. Yogyakarta : Mutiara Medika. Soewandi, Slamet. Widharyanto. Bram, Barli. Nugraha, Setya Sri. Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Subandi. Suharto, Toto. . Pelangi . Psikologi dzikir. Yogyakarta: pustaka belajar. . Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-Ruzz Suspaningrat. TT. Putra Putri Dalem Karaton Cendrawasih Surakarta. Surakarta : Tafsir, Ahmad. . Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Tatapangarsa, Humaidi. . Akhlaq Yang Mulia. Surabaya : PT. Bina Ilmu Umiarso & Haris Fhatoni Makmur. . Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern. Yogyakarta: IRCiSoD Ya’qub, Abdurrahman. Pustaka . Pesona Akhlak Rosulullah. Bandung : PT mizan Yasan Dalem Sri Susuhunan Paku Buwana IV.TT. Wulangreh. Surakarta : Cendrawasih DAFTAR RIWAYAT HIDUP Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Slamet Ikhwan Luqmanto Tempat / Tanggal lahir : Semarang, Bangsa : Indonesia Agama : ISLAM Nama Ayah : Nurkholis Nama Ibu : Sukarni Alamat Mei : kemiri RT/RW , Ds. Jetak, Kec. Getasan, KAB. Semarang Menerangkan dengan sesungguhnya: RIWAYAT PENDIDIKAN . . . . . TKIT Izzatul Islam SDIT Nurul Islam MTsT Al-Hikmah MAN Salatiga IAIN Salatiga : : : : : Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, Agustus Penulis Slamet Ikhwan Luqmanto