konsep pendidikan akhlaq pada syair tembang

advertisement
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR TEMBANG
DHANDHANGGULA DALAM SERAT WULANGREH KARYA
PAKUBUWANA IV
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
SLAMET IKHWAN LUQMANTO
NIM:
-
-
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. SalatigaTelp. (
)
Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected]
Dr. Sa’adi, M. Ag
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : (empat) eksemplar
Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama
: Slamet Ikhwan Luqmanto
NIM
:
Judul
: KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR
TEMBANG DHANDHANGGULA DALAM SERAT
WULANGREH KARYA PAKU BUWANA IV
-
-
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga,
Agustus
Pembimbing,
Dr. Sa’adi, M. Ag
NIP.
iii
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. SalatigaTelp. (
)
Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected]
PENGESAHAN
Judul Skripsi
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA SYAIR TEMBANG
DHANDHANGGULA DALAM SERAT WULANGREH
KARYA PAKU BUWANA IV
Oleh
SLAMET IKHWAN LUQMANTO
NIM:
-
-
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal
maret
dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Noor Malihah, Ph. D
Sekretaris Penguji
: Dr. H. Sa’adi, M. Ag
Penguji I
: Setia Rini, M. Pd
Penguji II
: Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, M. Pd
Salatiga,
September
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: Slamet Ikhwan Luqmanto
NIM
:
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
-
-
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat
dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,
Penulis
Agustus
Slamet Ikhwan Luqmanto
- -
v
MOTTO
“Uang dan akhlaqul karimah akan menjadi modal yang sangat berharga,
baik untuk diri sendiri maupun untuk kemajuan umat Islam. kejarlah
keduanya” (Prof. Barnadib)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin atas nikmatNya yang begitu agung serta
rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Teriring sholawat dan
juga salam teruntuk baginda Rosulullah SAW. Dengan terselesaikannya skripsi ini
maka saya persembahkan kepada:
. Kedua orang tua beserta keluraga yang sangat kami cintai di Getasan
yang telah melimpahkan kasih sayang, peran, serta doa yang selalu
mengiringi langkah hidup ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi.
. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi maupun studi.
. Teman-teman seangkatan PAI IAIN Salatiga terkhusus PAI A
,
mari kita teruskan perjuangan ini karena disana ada ujian yang lebih
menantang.
. Teruntuk almamaterku IAIN Salatiga sebagai wadah untuk menimba
ilmu pengetahuan Agama Islam, Sosialitas Dan Solidaritas.
vii
KATA PENGANTAR
Tak pernah hentinya untuk mempersembahkan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan kenikmatan yang tiada tara. Yang semoga
senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Teruntuk,
sang teladan hidup ini yang selalu mengisi relung hati dengan rasa cinta dan
kepatuhan kepadanya, Muhammad SAW.
Tergugah motivasi untuk mneyusun skripsi ini agar memberikan peran
kepada manusia terhadap kebaikan sesame meskipun hanya sedikit.
Atas pertolongan Allah yang memberikan pertolongan dan kemudahan
melalui mereka yang senantiasa membimbing dalam penyusunannya, karena itu
penulis menyampaikan terimaksih kepada :
. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
. Bapak Dr. Sa’adi, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
. Ibu dan Bapak dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah
mendidik penulis pada saat kulaih, sehingga membantu tersusunnya
skripsi ini.
. Segenap Civitas Akademik IAIN Salatiga.
. Kedua orang tua, keluarga dan teman-temanku yang telah memberikan
semangat dan dukungan untuk menyelesaikan studi ini.
viii
. Orang-orang yang kucintai dan mencintaiku karena Allah yang telah
memberikan motivasi, perhatian serta bantuan dalam menyelesaikan
skripsi ini, terkhusus kepada adinda Ana Wahibatul Masulah,
Amd.Keb.
. Seluruh teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam yang saling
memberikan semangat dan bantuan sehingga dapat terselesaikan skripsi
ini.
Salatiga,
Agustus
Penulis
Slamet Ikhwan Luqmanto
NIM.
- -
ix
ABSTRAK
Ikhwan L, Slamet.
. “Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Syair Tembang
Dhandhanggula Pada Serat Wulangreh Karya Paku Buwana IV”.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Sa’adi. M. Ag
Kata kunci: Pendidikan Akhlaq, Tembang Dhandhanggula
Penelitian dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlaq Pada Syair
Tembang Dhandhanggula Dalam Serat Wulangreh Karya Paku Buwana IV”.
Bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlaq di dalamnya dan untuk
menggali keharmonisan agama Islam dengan budaya tanah Jawa.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach).
Data primer dan data sekunder diperolah dari penelitian kepustakaan dengan alat
pengumpul data berupa dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya
dilakukan analisis. Adapun analisisnya dengan data kualitatif dengan tiga metode
yakni, deduktif, induktif dan komparatif.
Temuan penelitian menunjukan bahwa ) Konsep pendidikan akhlaq
pada syair tembang dhandhanggula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana
IV mengandung tujuan pendidikan akhlaq, materi pendidikan akhlaq, pendidik
dan peserta didik, lembaga pendidikan akhlaq, metode dan media dalam
pendidikan akhlaq. ) Metode dan media melalui tembang dhandhanggula dapat
ditempuh dalam upaya pendidikan akhlaq peserta didik, namun harus memberikan
kreasi yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga pendidikan
akhlaq melalui local wisdom Jawa dapat diterapkan dan diterima dengan menarik
oleh peserta didik.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...................................................
D. Metode Penelitian..........................................................................
E. Penegasan Istilah ...........................................................................
F. Sistematika Penulisan ....................................................................
BAB II Landasan Teori ....................................................................................
A. Penelitian Sebelumnya ...................................................................
B. Pengertian Pendidikan Akhlaq…………………………………...
C. Dasar Pendidikan Akhlaq ...............................................................
D. Tujuan Pendidikan Akhlaq .............................................................
xi
E. Materi Pendidikan Akhlaq……………………………………….
F. Pendidik dan Peserta Didik……………………………………....
G. Lembaga Pendidikan Akhlaq………………………………….....
H. Metode dan Media …………………………………………….....
I. Evalusi…………………………………………………………....
J. Macam-macam Akhlaq…………………………………………..
K. Hubungan Akhlaq dengan Iman……………………………….....
BAB III Biografi Paku Buwana IV Dan Syair Dhandanggula…….................
A. Pengarang Tembang Dhandhanggula ...........................................
B. Gambaran Umum Dhandanggula pada serat wulangreh……... ...
C. Syair Tembang Dhandhanggula dan Artinya…………………....
BAB IV Analisis ..............................................................................................
A. Konsep
Pendidikan
Akhlaq
Dalam
Syair
Tembang
Dhandhanggula Pada Serat Wulangreh Karya Paku Buwana ......
. Tujuan Pendidikan Akhlaq………………………………….
. Materi Pendidikan Akhlaq………………………………….
. Pendidik dan Peserta Didik………………………………....
. Lembaga Pendidikan Akhlaq……………………………….
. Metode dan Media…………………………………………..
B. Implementasi Terhadap Pendidikan Islam……………………...
BAB V PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
xii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
. Daftar SKK
. Nota Pembimbing Skripsi
. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
. Lembar Konsultasi
. Naskah Dhandhanggul
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dan fasilitas
yang sangat mendukung untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan untuk berlaku
baik terhadap sesama manusia. Walaupun sudah tentu bahwa itu bukan kebutuhan
dari Tuhan, akan tetapi kedua hal tersebut sudah menjadi kewajiban dan
kebutuhan pada setiap diri manusia.
Manusia beriman merasa dan menyadari bahwa dirinya memiliki Tuhan.
Karena merasa memiliki Tuhan, berbagai cara dilakukan untuk menyembah
Tuhan. Salah satunya memeluk agama tertentu atau melalui kepercayaan yang
diyakini (Bayuadhy,
:
).
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik, dan menjauhi
perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam al-Quran.
Karena al-Quran adalah firman Allah maka kebenarannya harus diyakini setiap
muslim (Alfat,
:
).
Dalam perjalanan umat manusia pun terjadi proses-proses diutusnya
utusan oleh Tuhan kepada umat manusia yang tujuannya antara lain adalah
menciptakan akhlaq yang baik kepada umat manusia. Tak terkecuali, beliau
baginda Rosulullah Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan yang terakhir kali
diturunkan kepada umat manusia adalah untuk menyempurnkan akhlaq manusia.
Beliau Rosulullah bersabda yang artinya :
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (HR.Ahmad)
Sesungguhnya perkara paling penting yang harus seorang muslim perhatikan
dalam hidup keseharian, adalah mengamalkan sunnah Rosul dalam semua gerak
dan diamnya, perkataan dan perbuatan sehingga hidupnya berjalan sistematik
berdasarkan sunnah Rosulullah SAW, dari pagi hingga sore hari (Majid,
: ).
Sabda Rosul SAW yang demikian adalah merupakan sebagai warisan kepada
seluruh umat manusia agar senantiasa berusaha untuk memperbaiki akhlaq pribadi
khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Usaha memperbaiki akhlaq yang demikian begitu digiatkan untuk
mewujudkannya di dunia pendidikan formal. Walaupun sebenarnya perbaikan
akhlaq pun dapat terwujud dengan jalan di luar pendidikan nonformal. Dan
menjadi harapan yang besar dalam dunia pendidikan formal adalah menjadi
tempat yang tepat sebagai sarana untuk pendidikan akhlaq.
Ulama yang kita kenal sebagai pewaris para nabi menyampaikan risalah
kebenaran melalui berbagai cara dan dengan mempertimbangkan akan
kesesuaiannya dengan kondisi umat. Salah satu hal yang diperhatikan adalah
kondisi budaya yang ada. Maka sedikit kurang elok apabila umat Islam tersebut
tidak mengetahui seluk beluk negerinya. Termasuk penduduk asli pulau Jawa
dengan segenap kekayaan budaya, karena di dalamnya terdapat ajaran akhlaq dan
kebaikan, sudah sewajarnya apabila pendidik mempelajari pesan dan nilai-nilai
kearifan lokal yang tersimpan pada sastra-sastra Jawa tersebut agar bisa
ditanamkan pada pribadi setiap pendidik yang kemudian disampaikan kepada
peserta didik sehingga terjadi keselarasan antara syariat Islam dengan khazanah
kekayaan budaya dan sastra Jawa.
Kekuatan nilai pesan yang terkandung dalam peribahasa tradisional masih
banyak yang relevan sebagai landasan sikap dan perilaku, serta pembentukan budi
pekerti di era modern dan global. Semua itu dalam rangka mencegah terjadinya
erosi kepribadian bangsa (Santosa,
: ).
Sebagai orang Jawa khususnya dan Indonesia umumnya, kita patut
bersyukur karena telah terlahir dari para leluhur yang luhur budinya, sopan
perilakunya, halus tutur katanya, luas ilmu dan wawasannya, kuat tirakatnya, serta
alim (Abimanyu,
: ). Dari para leluhur tersebut dapat dijadikan salah satu
guru agar kita dapat mengamalkan kembali pesan-pesan dan contoh yang baik dari
mereka. Berbagai media yang dahulu para leluhur lakukan adalah salah satunya
dengan menggunakan syair-syair dan lagu yang berisikan pesan agama dan akhlaq
dalam hidup manusia.
Melalui kitab-kitab Jawa kuno, para leluhur orang Jawa mewariskan
berbagai ilmu, mulai dari ilmu agama, estetika, moral, seksualitas, sosial, dan lainlain. Manusia yang hidup di era serba modern ini, patut bangga dan bersyukur
karena masih memiliki warisan kitab-kitab dengan ilmu yang sangat luas
cakupannya. Nasihat-nasihat dan dan ajaran yang disampaikan oleh para pujangga
besar itu, dapat kita teladani, tiru, dan diaplikasikan dalam kehidupan sekarang.
Sebab tidak jarang nasihat dan ajaran kuno itu masih relevan untuk di terapkan
pada masa kini, bahkan hingga ribuan tahun ke depan (Abimanyu,
: ).
Salah satu karya sastra terkenal adalah tembang dhandhangula dalam serat
wulangreh karya Paku Buwana IV. Karya sastra ini memiliki spesifikasi ajaran
agar sempurna hidup di dunia dan akhirat.
Tembang dhandhanggula memiliki makna optimis terhadap masa depan yang
lebih manis dan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Memilik sifat luwes,
manis, serba cocok untuk suasana apa saja. Dan memiliki kegunaan sebagai
sarana nasehat, mengungkapkan rasa sedih, dan permulaan tembang (Purwadi,
:
).
Kata wulang bersinonim dengan kata pitutur yang memiliki arti “ajaran”.
Adapun kata reh berasal dari bahasa jawa kuno yang artinya jalan, aturan dan laku
atau tuntutan. Dengan demikian wulangreh dapat dimaknai ajaran untuk mencapai
sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dalam karya sastra ini adalah laku menuju hidup
harmoni atau sempurna di dunia dan akhirat kelak (Abimanyu,
:
).
Dengan adanya pergeseran moral dan budaya yang semakin menjadi di
kalangan pelajar dikhawatirkan akan semakin hilang jati diri bangsa Indonesia,
khususnya terhadap masyarakat Jawa sekarang ini. Dan terkhusus kepada para
pendidik agama Islam yang memiliki peran sangat penting dalam usaha mendidik
dan memperbaiki akhlaq peserta didik. Ini adalah tanggung jawab semua tenaga
pendidik, agar terjalin keselasaran hidup yang menjunjung tinggi nilai agama
Islam dan mempertahankan budaya warisan pendahulu yang selaras dengan
syariat.
Maka atas dasar dan tujuan sebagaimana di atas penulis mengangkat judul
skripsi KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM SYAIR TEMBANG
DHANDHANGGULA
BUWANA IV.
PADA
SERAT
WULANGREH
KARYA
PAKU
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
.
Bagaimana
konsep
pendidikan
akhlaq
dalam
syair
tembang
dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV?
.
Bagaimana implementasi konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang
dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV terhadap
pendidikan agama Islam?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui konsep pendidikan akhlaq dalam syair tembang
dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV.
b. Mengetahui implementasi konsep pendidikan akhlaq dalam syair
tembang dhandhanggula pada serat wulangreh karya Paku Buwana IV
terhadap pendidikan agama Islam.
. Kegunaan Penelitian:
a. Kegunaan Teoritik
) Menambah wawasan ilmu dan akhlaq dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.
) Menambah dan memberikan wawasan ilmu terhadap para guru
pendidikan agama Islam.
b. Kegunaan Praktis
)
Sebagai pertimbangan untuk membina dan menanamkan akhlaq
yang baik bagi pendidik dan peserta didik.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa teknik agar tercapai
tujuan sebagaimana dimaksudkan, di antaranya :
. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan karena di lakukan
dengan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah.
Buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di
perpustakaan (Ruslan,
Pencarian data
:
).
yang dilakukan adalah dimaksudkan agar
mendapatkan data-data yang sesuai dengan tema penelitian dan termasuk
data yang falid serta mendapatkan data mengenai sistematika penulisan
yang benar.
.
Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber penelitian
(Dermawan,
:
). Data primer yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah naskah tembang dhandhanggula yang terdapat dalam
serat wulangreh karya Paku Buwana IV.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen atau publikasi atau laporan
penelitian dari dinas atau instansi maupun sumber data lain yang
menunjang (Dermawan,
:
). Data sekunder yang digunakan
adalah data-data yang berasal dari buku-buku, artikel, jurnal penelitian
dan sumber lain yang dapat dijadikan pendukung data primer. Sebagai
contoh adalah buku karya Soedjipto Abimanyu yang berjudul Intisari
Kitab Adiluhung Jawa, buku karya Iman Budhi Santoso dengan judul
Kitab Nasihat Hidup Orang Jawa dan buku yang berjudul Mengkaji
Serat Dewaruci karya Purwadi.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari data
atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku
referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.
Dengan cara menjajagi ada tidaknya buku-buku atau sumber tertulis
lainnya yang relevan dengan judul skripsi yang disusun (Dermawan,
:
). Karena skripsi ini adalah bersifat literatur, sehingga
penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada
kaitannya dengan judul skripsi.
d. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang pertama digunakan adalah dengan
analisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif adalah suatu
proses pemahaman yang didasarkan pada infotmasi atau data dan fakta
dari lapangan dan kemudian mencoba mengintesiskan ke dalam
beberapa kategori atau mencocokkannya dengan teori yang ada
(Anggoro,
:
). Langkah – langkah dalam menganalisis data
tersebut adalah sebagai berikut :
) Mengelompokkan data yang berhasil dikumpulkan dengan
cara memberikan nomor pada data tersebut.
) Membaca sepintas semua data dan perkiraan kemungkinan
kategori data.
) Mencari tema dari data tersebut agar memudahkan
pengkategorian setiap data.
) Membuat
catatan
sistematis
dari
data
yang
telah
dikategorikan.
) Mengelompokkan hasil analisis data ke dalam kategori yang
sesuai dengan pokok bahasan.
) Mengoreksi kembali bertujuam agar data yang telah di
analisis benar – benar sudah fokus pada penelitian yang
dilakukan.
Sedangkan analisis deduktif adalah pola proses logika yang
bermula dari hal yang bersifat umum kemudian mengarah ke hal yang
spesifik (Anggoro,
:
) Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Pamedhare wasitaning ati
cumanthaka aniru pujangga
dhahat mudha ing bathine
Dari tiga baris syair pada bait pertama ini haruslah di jabarkan
dari yang terkecil berupa kata demi kata. Pemahaman dari kata-kata
tersebut digunakan untuk memahami dari setiap makna setiap baris
syair tersebut. Sehingga antar baris syair dapat di uraikan secara luas
dan berkesinambungan sesuai dengan tema bahasan.
Kedua adalah penggunaan content analysis. Yang dimaksud
dengan content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensiinferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan
konteksnya (Hadi,
:
). Penggunaan dari setiap metode analisis data
adalah dengan memperhatikan data yang akan dianalisis dengan metode
yang sesuai sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
E. Penegasan Istilah
. Konsep Pendidikan Akhlaq
a. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi
yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan
semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis,
:
).
Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa konsep
merupakan abstraksi dari realita yang menggambarkan tentang intisari
atau kesimpulan umum suatu hal dan memiliki fungsi sebagai
penyederhana pemikiran tentang suatu hal sehinggga timbul keteraturan
dan kemudahan komunikasi.
b. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh
orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi
peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan (Munib,
:
).
Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah
keseluruhan proses dan usaha orang-orang dewasa untuk membantu
orang-orang muda dalam mengembangkan kepribadian mereka. Dalam
rumusan Prof. Dr. N. Driyarkara, S.J. pendidikan adalah proses
pembentukan manusia-manusia
muda supaya
mereka
memiliki
kepribadian yang utuh dan terpadu. Karena pendidikan yang utuh dan
terpadu itu bersifat multi-dimensional, maka pendidikan yang tepat
adalah pendidikan yang bersifat menyeluruh dan memperhatikan
berbagai segi kepribadian secara seimbang. Berikut ini adalah segi-segi
kepribadian para peserta didik yang perlu diperhatian: segi fisik, segi
rasional, segi emosional, segi vilosional, segi sosial, segi moral, dan
segi spiritual (Soewandi dkk,
:
).
c. Akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq.
Menurut bahasa, akhlaq adalah perangai, tabiat dan agama. Kata akhlaq
lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam
bahasa Indonesia sebab akhlaq meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah
laku batiniah dan lahiriah seseorang (Anwar,
:
Sementara itu Imam al – Ghazali (
)
-
M) yang
selanjutnya dikenal sebagai hujjatulislam (Pembela Islam), karena
kepiawaiaannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Nata,
: ).
Dari pengertian pendidikan dan akhlaq di atas dapat diambil
pemahaman bahwa pendidikan akhlaq merupakan memberikan arahan
dan bimbingan kepada peserta didik untuk menciptakan kesadaran baik
dan buruk dalam berbagai hal serta tingkah laku mana yang seharusnya
diperbuat dan mana yang seharusnya ditinggalkan.
. Dhandhanggula
Merupakan salah satu jenis tembang yang termasuk kedalam
tembang macapat. Dhandhanggula mengambil makna dari kata “gula”
yang rasanya manis. Menggambarkan hidup orang tersebut sedang merasa
senang-senangnya. Apa yang dicita-citakan bisa tercapai (Muttaqin,
:
). Menerangkan di dalamnya rasa optimis dalam menjalani kehidupan.
Bahwa setiap kesulitan apabila disertai dengan rasa optimis dan usaha
yang maksimal maka akan mendatangkan hasil yang manis sebagaimana
yang diinginkan. Kegunaan dari tembang dhandhanggula sendiri adalah
untuk memberikan nasihat dan petuah agar agenda hidup berjalan dengan
jelas dan tertata rapi.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah dan
Sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Penelitian Sebelumnya, Pengertian Pendidikan Akhlaq, Dasar
Pendidikan Akhlaq, Tujuan Pendidikan Akhlaq, Materi Pendidikan Akhlaq,
Pendidik dan Peserta Didik, Lembaga Pendidikan, Metode dan Media
Pendidikan Akhlaq, Evalusi dalam Pendidikan Akhlaq, Macam-macam
Akhlaq dan Hubungan akhlaq dengan Iman
Bab III Biografi Paku Buwana IV dan Syair Dhandhanggula
Pengarang
Dhandangggula
Tembang
pada
serat
Dhandhanggula,
wulangreh
dan
Gambaran
Syair
Umum
Tembang
Dhandhanggula dan Artinya
Bab IV Analisis
Konsep Pendidikan Akhlaq pada Syair Tembang Dhandhanggula
karya Paku Buwana IV dan Implementasi terhadap Pendidikan Agama
Islam.
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan obyek penelitian yang
sama yaitu dhandanggula dalam serat wulangreh karya Paku Buwana IV telah
dilakukan oleh Ulis Sa’adah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri
Walisongo
MENUNTUT
Semarang.
ILMU
Penelitian
DALAM
tersebut
SERAT
berjudul
WULANGREH
“KONSEP
PUPUH
DHANDHANGGULA KARYA KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUWANA
IV”. Penelitian tersebut membahas tentang perintah menuntut ilmu dan sumber
ilmu, tidak menyentuh kepada unsur-unsur pendidikan lain dan juga akhlaq. Dan
penelitian tersebut hanyalah membahas sepertiga dari isi dhandanggula secara
keseluruhan.
Maka penulis berusaha melakukan penelitian terhadap obyek yang sama,
namun berusaha untuk meneliti secara keseluruhan dan mengupas dari setiap isi
yang ada pada serat tersebut. Tidak hanya membahas tentang perintah menuntut
ilmu, namun juga membahas tentang unsur-unsur pendidikan dan akhlaq yang
terdapat di dalamnya serta membahas tentang implementasi yang dapat diterapkan
pada dunia pendidikan saat ini dan di kemudian hari.
B.
Pengertian Pendidikan Akhlaq
Pendidikan akhlaq merupakan salah satu tujuan pendidikan secara
universal. Karena setiap pendidikan bermaksud untuk menumbuhkan akhalq yang
baik kepada anak didik. Sehingga setiap pihak terkait saling berkonstribusi dan
berperan aktif maupun pasif guna menjalankan keberlangsungan sistem
pendidikan pada generasi penerus yang ada dengan harapan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan terwujud pada generasi yang selanjutnya. Bukan suatu yang
tidak sengaja atau hanya kebetulan saja, namun semua usaha tersebut adalah
sesuatu yang memang direncanakan dengan matang dan sistem yang dirancang
sedemikian dan sebaik mungkin. Namun sangat perlu untuk diketahui secara
mendalam akan makna pendidikan sendiri. Banyak ilmuwan muslim maupun nonmuslim,
ilmuwan
mancanegara
maupun
Nasional
yang
sama-sama
mendefinisikan pendidikan berdasarkan pada pemikiran mereka masing-masing.
Ini membuktikan bahwa makna dari pendidikan sangat luas. Beberapa pengertian
tersebut diantaranya :
. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Achmad,
:
).
. Carter V. Good menjelaskan bahwa pendidikan mengandung
pengertian sebagai proses perkembangan kecakapan seseorang dalam
bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat dan proses
sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang
terpimpin sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya (Djumberansyah,
:
).
. Menurut Noeng Muhajir bahwa pendidikan mencirikan aktivitas
edukasional yang khas yang berbeda dengan perbuatan pada umunya.
Oleh karena itu kegiatan dinamakan pendidikan apabila memiliki
indikasi yaitu pertama, ada pihak yang memberi dan menerima. Proses
take and give ini harus dilandasi oleh adanya tujuan yang baik yang
mampu mengarahkan pada perkembangan potensi dan munculnya
motivasi belajar yang optimal. Kedua, mempunyai program dan ketiga
personifikasi pendidik (Jumali,
:
).
Dari beberapa definisi di atas dapat dijadikan satu pengertian bahwa
pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh invividu maupun kelompok yang
disengaja, sadar dan terencana dengan segenap komponen yang saling
bersangkutan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Negara dan Agama.
Sedangkan pengertian akhlaq menurut beberapa ahli adalah :
. Menurut Imam al-Ghazali, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Yunahar,
: ).
. Ibn miskawaih (
H/
M) yang selanjutnya dikenal sebagai
pakar bidang akhlaq terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan, bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan (Abuddin,
: ).
. Muhyiddin Ibnu Arabi (
-
M) menyatakan, akhlaq adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa
melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut
pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh
juga merupakan kebiasaan melaluui latihan dan perjuangan (Rosihon,
:
)
Ketiga definisi yang ada di atas merupakan sebagian contoh dari sekian
banyak definisi akhlaq menurut para ulama-ulama akhlaq yang ada. Secara garis
besar akhlaq merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa adanya dorongan
dari luar dirinya. Apabila tindakan tersebut baik menurut akal dan agama maka
tindakan tersebut merupakan akhlaq yang baik. Dan sebaliknya apabila tindakan
tersebut buruk menurut akal dan agama, itulah akhlaq yang buruk.
C.
Dasar Pendidikan Akhlaq
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesautu. Dasar memiliki fungsi
sebagai arah untuk mencapai suatu tujuan dan sekaligus sebagai landasan untuk
berdirinya sesuatu. Semua kegiatan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus ada
dasar yang benar dan kokoh.
    
Artinya :
“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S. Al-qalam
: )
‫ ان خيا ركم احسنكم‬: ‫عه عبد هللا به عمر و ان رسول هللا صم هللا عهيو و سهم كا ن يقو ل‬
)‫ ان مه خيركم احسنكم خهقاز (رواه انبخا ري‬: ‫ و في رواية‬.‫اخال قا‬
Artinya :
Dari Abdullah bin amru, sesungguhnya rasulullah SAW pernah berkata, “
sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik perilakunya.” Dalam
sebuah riwayat juga disebutkan, “sesungguhnya di antara kalian yang terbaik
adalah yang paling baik perilakunya.” (HR. Bukhari) (Atha,
:
)
Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga
Rosulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik.
Kepentingan akhlaq dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam AlQuran. Al-Quran menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Quran
sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlaq yang paling jelas.
Pendekatan Al-Quran dalam menerangkan akhlaq yang mulia, bukan pendekatan
teoritikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlaq mulia
dan akhlaq buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan
dalam realitas kehidupan manusia semasa al-Quran diturunkan (Rosihon ,
:
). Sehingga dengan konsep perwatakan yang telah digambarkan dalam al-Quran
tersebut dijadikan satu rujukan utama dalam membentuk akhlaq yang baik. Betapa
sangat penting dan vital bagi kehidupan manusia menghadapi situasi zaman saat
ini dan kemudian hari.
D.
Tujuan Pendidikan Akhlaq
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa risalah
ajaran islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Ajaran Islam yang sangat
menghargai harkat dan martabat manusia serta alam semesta. Seluruh bumi dan
seisinya akan terlindungi apabila ajaran Islam dijunjung tinggi oleh umatnya.
Ajaran yang dibawa beliau bertujuan untuk menyempurnakan akhlaq umatnya. Di
sinilah sesungguhnya umat Islam dan seluruh umat manusia memiliki suri teladan
dalam perilaku yang sangat baik. Beliau baginda Nabi Muhammad SAW. Allah
SWT menjelaskan dalam Al-Quran :
              
  
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab : )
Tujuan utama pendidikan akhlaq adalah agar manusia berada dalam
kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan
oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat. Akhlaq mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan
akhlaq. Akhlaq seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran (Mahmud,
:
).
Tujuan pendidikan akhlaq tersebut tidak berbeda dengan tujuan pendidikan
Islam sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlaq ialah menciptakan kebahagiaan
dunia dan akhirat, untuk mencapai kesempurnaan jiwa bagi individu dan
menciptakan kebahagiaan, kemajuan dan ketangguhan bagi masyarakat (Omar,
:
). Akhlaq mulia ini demikian ditekankan karena di samping akan
membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlaq utama yang
ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan (Nata,
:
). Al-Ghazali menyatakan bahwa pendidikan akhlaq atau membentuk
akhlaq menjadi bagus adalah mungkin, melalui usaha dan latihan yang sesusai.
Menurutnya
fungsi
utama
memperindah akhlaq (Mansur,
agama
adalah membimbing manusia
:
untuk
).
Tercapainya pribadi yang berakhlaq mulia diwujudkan dalam perbutan
yang baik berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dalam kehidupan. Dan akhlaq
mulia merupakan salah satu jalan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat
yang diharapkan umat manusia.
E.
Materi Pendidikan Akhlaq
Akhlaq yang lebih luas maknanya mencakup beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun
fikiran. Akhlaq diniyah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlaq
terhadap Allah, hingga terhadap sesama mahkluk (manusia, binatang, tumbuhtumbuhan dan benda-benda tak bernyawa) (Quraish,
:
).
Dalam garis besarnya akhlaq dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut :
akhlaq terhadap khalik (yang menciptakan) dan makhluk (Rachmat,
:
).
Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa akhlaq luas maknanya. Begitu pula pada
ruang lingkup akhlaq yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik
secara vertikal dengan Allah maupun horizontal dengan sesama makhluk-Nya.
Menurut Abdullah Dras dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-Islam membagi
ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian yaitu : akhlaq pribadi, akhlaq dalam
keluarga, akhlaq kepada masyarakat, akhlaq dalam bernegara, akhlaq dalam
beragama (Ilyas,
: ).
Materi tersebut yaitu :
. Akhlaq kepada Allah SWT
. Akhlaq kepada Nabi Muhammad SAW (Alaika,
:
).
. Akhlaq kepada orang tua.
. Akhlaq dalam rumah tangga
. Akhlaq kepada Guru dan murid
. Akhlaq kepada pemimpin dan rakyat
. Akhlaq kepada anak yatim dan fakir miskin
. Akhlaq kepada tetangga, teman dan kerabat.
. Akhlaq kepada non-muslim dan non-muhrim
. Akhlaq terhadap binatang, tumbuhan dan alam
. Akhlaq terhadap budak dan ibnu sabil
. Akhlaq terhadap diri sendiri
Keduabelas ruang lingkup di atas merupakan spesifikasi dari luasnya
materi pendidikan akhlaq. Kesemuanya yang seharusnya umat manusia selalu
berusaha untuk melakukannya, menuju kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
F.
Pendidik Dan Peserta Didik
Pendidik
dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh
potensi peserta didik, baik
psikomotorik (karsa) (Mujib,
potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
:
).
Dalam makna yang lebih luas, pendidik merupakan orang yang lebih
dewasa yang memiliki peran dalam perkembangan ketiga potensi di atas sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan orang lain atas dirinya dalam
berbagai hal dan dapat menjadi pengemban tugas khalifah dari Allah SWT.
Dalam pendidikan Islam terdapat dua istilah pendidik yang sesuai dengan
pendidikan akhlaq yakni mursyid dan muaddib. Mursyid merupakan seorang guru
yang berusaha menularkan penghayatan akhlaq dan atau kepribadiannya kepada
peserta didiknya, baik berupa etos ibbbadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya,
maupun dedikasinya yang serba lillahi ta‟ala (karena mengharap ridho Allah
semata). Sedangkan muaddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan
adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Kata peradaban
(Indonesia)juga berasal dari kata adab, sehingga guru adalah orang yang beradab
sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization)
yang berkualitas dimasa depan (Muhaimin,
:
).
Apabila pendidik merupakan orang dewasa dengan segala macam
kelebihan yang telah melengkapi dirinya, maka peserta didik merupakan individu
yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan
dirinya dewasa. Makna peserta didik sama halnya dengan teori barat, peserta
didik dalam Islam adalah idividu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara
fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak. Anak kandung merupakan peserta didik dalam keluarga, murid
adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk merupakan peserta didik
masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan
dalam suatu agama (Mujib,
:
). Dapat dikatakan bahwa penyebutan
peserta didik memiliki tujuan agar dalam pendidikan memiliki cakupan yang lebih
luas, tidak hanya anak-anak yang dalam istilah lain disebutnya dengan anak didik.
G.
Lembaga Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Pendidikan Akhlaq
Untuk memujudkan pendidikan akhlaq harus disertai dengan tanggung
jawab dari setiap individu sampai dengan lembaga-lembaga yang berperan
didalamnya. Lembaga pendidikan Islam merupakan lembaga yang memiliki
jangkauan sangat luas dalam mewujudkan tujuan pendidikan akhlaq. Wujud
lembaga pendidikan Islam sangat banyak sekali, seperti :
. Masjid (surau, langgar, mushala)
. Madrasah dan pondok pesantren
. Pengajian dan penerangan Islam
. Training keislaman
. Badan pembinaan rohani
. Badan konsultasi Keagamaan
. MTQ (Mujib,
:
).
Terdapat satu lembaga yang menurut penulis merupakan lembaga yang
sangat berperan pula dalam pendidikan akhlaq, yakni keluarga. Karena keluarga
merupakan kelompok terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Dan
didalamnya terjadi interaksi antar anggota keluarga yang dapat memberikan peran
dalam mewujudkan tujuan pendidikan akhlaq.
Setiap anggota dalam keluarga terutama orang tua dituntut untuk menjadi
pendidik pertama yang memberikan pengetahuan pertama kepada anak-anaknya.
Memberikan pelajaran kehidupan dari berbagai aspek dan memberikan contoh
untuk menjadi keluarga yang ideal dalam pemenuhan kebutuhan jasmani maupun
rohani, sehingga penanaman akhlaq yang ideal dapat direalisasikan sejak dini.
H.
Metode dan Media Pembinaan Akhlaq
Akhlaq yang baik adalah perangai dari para rasul dan orang terhormat,
sifat orang muttaqien dan dari hasil perjuangan orang yang „abid. Sedangkan
akhlaq yang jahat adalah racun berbisa, kejahatan dan kebusukan yang
menjauhkan diri dari sang maha pencipta.
Manusia memilik potensi yang sama-sama besar dalam melakukan
perbuatannya, setidaknya ada tiga potensi yang mendorong manusia untuk
berbuat. Pertama, kekuatan ingatan, kekuatan ingatan sangat menentukan
kehidupan manusia. Kuatnya ingatan dibentuk oleh ilmu pengetahuan. Ingatan
bisa bertambah kuat, tapi bisa pula menjadi lemah, bila ingatan itu dibiarkan saja,
tanpa diisi dengan pendidikan, maka yang melekat dalam ingatan itu hanyalah
soal-soal yang tak bermanfaat bagi masyarakat atau ingatan itu hanya berkisar
pada soal-soal yang menyangkut diri seseorang belaka. Selain dari ilmu
pengetahuan, ingatan juga harus diperkuat dengan akhlaq dan budi pekerti mulia.
Kedua, kekuatan perasaan, setelah itu menjadi hak pula atas kita menjaga supaya
perasaan yang timbul dari panca indera itu jangan sampai dipengaruhi oleh
syahwat yang rendah. Menjadi hak atas kita menghapuskan bekas-bekas cemburu,
hasut dan dengki yang tumbuh dalam diri. Hendaklah mendidik diri sendiri untuk
menaruh rasa cinta kepada kaum kerabat, dan teman sejawat, suka pada
keindahan, cinta pada kebaikan dan ilmu. Dan yang ketiga adalah kekuatan
kemauan. Orang yang kurang akal dinamai bodoh, orang yang tidak ada rasa
kasihan dinamai kejam, orang yang tidak mempunyai kemauan tidak patut diberi
nama manusia lagi. Banyak orang yang jatuh sengsara, melarat akibat tidak
mempunyai kemauan (iradah). Mereka tidak punya semangat untuk berjuang
mengatasi persoalan-persoalan yang dirasanya berat. Lapangan perjuangan maha
luas, kekuatan cukup, tapi dia tak mau menempuhnya, sehingga perjalanannya
hanya menuju lubang kesengsaraan yang dia gali sendiri (Hamka,
:
).
Ketiga potensi atau kekuatan mendasari manusia untuk berbuat baik atau
buruk. Semua orang merasa senang kepada perilaku baik. Siapa pun mengakui
bahwa kebaikan adalah masalah universal yang disukai oleh semua insan, bahkan
orang yang jahat sekalipun.
Semua terus mencari-cari manusia baik, karena inilah yang mendatangkan
kebahagiaan, bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja (Wahid,
:
).
Maka sebagai manusia yang normal sudah seharusnya menuntun dan membina
potensi-potensi yang ada tersebut untuk di arahkan ke arah yang benar dengan
harapan terwujud manusia yang baik akhlaqnya.
Pembinaan akhlaq merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang
utamanya adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlaq ini dapat pula dilihat dari
perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus segera dilaksanakan daripada
pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan menghasilkan perbuatan
yang baik kepada manusia sehingga menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan
pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian Islam dalam
pembinaan ahklaq selanjutnya dapat dianalisis pada muatan ahklaq yang terdapat
pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan, misalnya sangat
berkaitan erat dengan amal shaleh dan perbuatan yang terpuji. Iman yang tidak
disertai amal shaleh dinilai sebagai iman palsu, bahkan dianggap sebagai
kemunafikan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak raguragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. mereka itulah orang-orang yang benar. Iman yang dikehendaki Islam bukan
iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai
dengan perbuatan akhlaq yang mulia. Seperti tidak ragu menerima ajaran Rasul,
mau memanfaatkan dirinya dan hartanya untuk berjuang di jalan Allah, ini
menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan ahklaq yang mulia. Istilah
yang tepat pada tahapan setelah iman ini adalah ihsan. Ihsan adalah ajaran tentang
penghayatan yang pekat akan hadirnya tuhan dalam hidup, melalui penhayatan
diri sebagai sedang menghadapi dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat
(Sholikhin,
:
). Adapun mengenai hadist jibril, ibnu Taimiyah menjelaskan
bhawa agama memang terdiri dari tiga unsur; orang mulai dari Islam, berkembang
ke arah Iman, dan memuncak dalam ihsan (Sholikhin,
: ). Karena puncak
tertinggi dalam agama adalah ihsan atau secara harfiah adalah berbuat baik
(akhlaq mulia) maka seseorang harus menjalankan pembinaan untuk mencapai
puncak tersebut dengan cara menjalankan segenap kewajiban yang ada pada
rukun Islam yang didalamnya terkandung ajaran Tuhan tentang peribadatan dan
segenap ajaran kemanusiaan.
Rukun Islam yang pertama mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu
bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa manusia selama
hidup hanya tunduk dan patuh terhadap aturan Allah dan Rosulnya sudah dapat
dipastikan akan menjadi orang yang baik. Kesaksian seorang hamba terhadap
Tuhannya yang menyatakan penghambaan diri kepada sang pencipta tentang
segenap perintah dan larangannya. Sedangkan perintah dan larangan tuhan adalah
suatu bentuk upaya untuk menciptakan akhlaq dan moral manusia menjadi mulia.
Moralitas merupakan konsepsi tentang nilai-nilai kemanusiaan. Sementara nilainilai yang mengangkat manusia dari kebutuhan biologis ketingkat manusiawi
tetap merupakan misteri yang tidak terpahami
tanpa agama. Agama adalah
pemahaman terhadap sifat alam lain yang lebi tinggi, dan moralitas adalah makna
dari hal itu (Solikhin,
:
). Oleh karena itu, agama Islam membuka pintu
pertama terhadap manusia agar dapat masuk kedalam agama ini dengan kesaksian
awal berupa syahadat.
Kedua mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam. Shalat yang
dikerjakan membuat pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam
al-Quran disebutkan sebagai berikut :
            
           
“Bacalah
apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (al-Ankabut : )”
Perbuatan keji dan munkar yang tertulis dalam ayat tersebut mengandung
arti yang sangat luas. Perbuatan tersebut tentulah perbuatan yang senantiasa
merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Untuk menanggulangi
manusia melakukan perbuatan keji dan munkar ini maka diperintahkannya untuk
melakukan sholat, sehingga dengan ditegakkannya sholat menjadi sarana
pembentukan kepribadian berakhlaq yang baik. Shalat merupaka kegiatan harian,
kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan dapat menjadi sarana
pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan : disiplin, taat waktu,
bekerja keras, mencintai kebersihan, senantiasa berkata yang baik, membentuk
pribadi “allahu akbar” (Haryanto,
:
).
Ketiga, membayar zakat. Yaitu agar orang-orang yang melaksanakannya
terhindar sikap kikir, membersihkan hartanya dan tidak mementingkan dirinya
sendiri. Pelaksanaan zakat yang berdimensi akhlaq yang bersifat sosial eokonomis
ini dipersubur lagi dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya
berupa materi tetapi juga non-materi. Zakat merupakan pertologan bagi orangorang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan batuan. Zakat bisa
medorong mereka utuk bekerja dega semangat dan bisa medorong mereka untuk
meraih kehidupa yang layak. Zakat meyucika jiwa dari peyakit kikir da bakhil. Ia
juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi da dermawan. Mereka
dilatih untuk tidak menahan diri dari mengeluarkan zakat melaikan mereka dilatih
untuk ikut andil untuk menunaika kewajiba sosial, yakni kewajiban utuk
mengangkat (kemakmuran) Negara dengan cara memberikan harta kepada fakir
miskin, ketika dibutuhkan atau dengan mempersiapkan tentara, membendung
musuh, atau menolong fakir miskin dengan kadar yang cukup (Al-Zuhayly,
:
). Firman Allah SWT :
     
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. adz Dzariat : )”
Keempat adalah puasa, sebagaimana diperintahkan Allah SWT :
           
  
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. alBaqarah :
)
Puasa yang merupakan perintah kepada umat Islam, selanjutnya bagi orang
yang melakukan diharapkan mengalami perubahan dari kehidupan sebelumnya,
dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dan yang baik meningkat kebaikanya.
Hikmah puasa dalam menumbuhkan dan memantapkan kepekaan sosial,
merupakan bagian yang integral dari taqwa. Sedangkan taqwa yang sebagaimana
kita ketahui, memang menjadi tujuan subtansiaal dari pelaksanaan ibadah puasa.
Kenyataan ini berarti bahwa seorang yang mengklaim bertaqwa kepada Allah
SWT, otomatis harus mempunyai kepedulian sosial sebagai symbol dari
kebersamaan, kesatuan dan persatuan (ukhuwah) antar sesama kaum muslimin,
yang memang diperintahkan oleh Allah SWT (Musbikin,
:
).
Kelima ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaqnya
lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlaq yang ada pada
ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bias dipahami karena ibadah dalam
Islam bersifat konferensif yang menuntut persyaratan, di samping harus
menguasai ilmunya juga harus sehat fisik, adanya kemamauan keras, adanya
kesabaran dalam menjalankannya serta rela meninggalkan harta dan kekayaannya.
Haji mengandung unsur olah raga fisik yang berat, sebab setiap jamaah haji
dituntut untuk berjalan pelan dan cepat secara bergantian. Kalangan medis menilai
bahwa perjalanan ibadah haji merupakan wisata pensucian dan penenangan diri
yang mengandung manfaat-manfaat rohani maupun jasmani. Bagaimana mungkin
orang yang berhaji tidak merasakan sensasi ketentraman dan ketenangan mental
jika ia menjadi tamu Allah SWT yang maha mulia diantara yang paling mulia,
yang maha pengmpu dosa para pedosa, dan yang maha megabulkan doa orangorang yang dalam tekanan (Ahmad,
:
). Hubungan ibadah haji dengan
pembinaan akhlaq ini dapat dipahami dari ayat yang berbunyi :
            
              
     
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwal dan bertakwalah
kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah :
)
Pembinaan akhlaq dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa
menganggap diri ini banyak kekurangan dari pada kelebihannya. Dengan ini
bukan berarti menganggap kita bodoh, miskin dihadapan orang banyak, dengan
tujuan justru merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam
Islam. Catatan penting dalam pembinaan akhlaq adalah senantiasa memperhatikan
faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina (Nata,
:
).
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlaq khususnya akhlaq lahiriah
dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa
dipaksa. Cara lain yang bisa dilakukan selain dari cara-cara di atas dalam hal
pembinaan akhlaq ini adalah dengan keteladanan. Firman Allah SWT :
              
  
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al ahzab : )
Akhlaq yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi
dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup
dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.
Menanamkan sopan santun dengan cara memberikan contoh kepada orang lain
agar seseorang yang melihat perbuatan baik tersebut dapat mencontohnya.
Sedangkan media yang dapat digunakan untuk melaksanakannya adalah
dengan berbagai kegiatan yang bersifat mendidik dan dapat memberikan peran
dalam penanaman akhlaq. Media terpenting dalam pembinaan akhlaq adalah
datang dari diri sendiri yang dapat mengambil manfaat dari kecenderungan dan
pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlaq. Sebagai contoh mereka
memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan gerak-gerik
orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka. (Al-Abrasy,
Djamarah dan Zain (
:
-
:
)
), media pembelajaran dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
. Media auditif
. Media Visual
. Media Audiovisual (Suwardi,
: ).
Melalui media-media tersebut pendidikan akhlaq dapat diupayakan dengan
aplikasi yang sesuai dengan kondisi pendidik dan peserta didik sendiri.
Penulis memberikan salah satu contoh media yang di dalamnya memiliki
muatan pendidikan akhlaq. Yakni melalui budaya asli Jawa yang bernafaskan
dengan Islam terkhusus adalah syair-syair Jawa yang berisikan nasehat dari
pencipta kepada pembacanya. Melalui budaya inilah, upaya pendidikan akhlaq
mendapat tambahan media untuk mewujudkannya.
I.
Evaluasi dalam Pendidikan Akhlaq
Setiap hal yang bertujuan memberikan perubahan perbaikan diri setiap
manusia haruslah diukur tingkat keberhasilannya. Maka dalam hal pendidikan
akhlaq memerlukan alat ukur yang dapat memberikan informasi hasil yang telah
dicapai sebagaimana diharapkan tujuan awal. Membutuhkan evaluasi, secara
etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan
apakah sesuatu bernilai atau tidak bernilai (Tafsir,
:
).
Namun, akhlaq yang ditanamkan pada peserta didik tidak hanya diukur
dengan pemberian nominal angka
sampai dengan
dan bersifat kuantitatif.
Untuk mengukurnya adalah dengan pemberian predikat kualitatif kepada peserta
didik secara umum. Predikat kualitatif tersebut dapat diberikan apabila merujuk
pada tujuan pendidikan akhlaq sebagaimana tujuan awal. Apabila seorang muslim
berbudi pekerti yang baik, bertingkah laku sopan, berperangai baik dan beradat
istiadat tepat sesuai dengan ajaran Islam maka pendidikan akhlaq telah tercapai.
J.
Macam-macam Akhlaq
. Akhlaq Terpuji (Akhlaq Mahmudah)
Akhlaq terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa arab, kata
akhlaq dan kata mahmudah. Sering juga akhlaq mahmudah disebut dengan
akhlaq karimah, yang berarti akhlaq yang mulia. Beberapa ulama yang
mendefinisikan tentang akhlaq terpuji diantaranya:
a. Akhlaq yang terpuji yang timbul dari sikap bijaksana, kesatria, iffah, dan
adil itu banyak sekali. Diantaranya adalah pentabiran yang baik, hati dan
pikiran yang jernih dan luhur, dugaan yang baik, pemurah, suka menolong,
berani menghadapi penderitaan, lemah lembut, teguh dalam pendirian,
mampu mengendalikan amarah, ramah, pemalu, sabar, menepati janji,
amanah,
pemaaf,
ikhlas,
pemurah,
bersyukur,
tawakal,
qonaah
(mencukupkan dengan pemberian Allah), waro’ (menjaga diri dari yang
haram dan subhat),tidak mengharapkan bantuan dari orang lain, jujur, benar
dan tawadhu (Mansyur,
:
).
b. Akhlaq mahmudah atau menurut Quraish Shihab akhlaq Islami dapat
diartikan sebagai akhlaq yang menggunakan tolok ukur ketentuan Allah.
Beliau mengatakan bahwa tolok ukur kelakuan baik mestilah merujuk pada
ketentuan Allah. Rumusan akhlaq Islami yang demikian itu adalah rumusan
yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahw aapa yang
dinilai baik oleh allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik,
karena kebohongan esensinya buruk ( Abuddin,
:
).
Terdapat banyak contoh-contoh akhlaq mahmudah, beberapa contoh
akhlaq mahmudah yang terdapat dalam al-Quran diantaranya :
a. Jujur
        
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah :
)
b. Malu.
            
         
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi
dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. dan
adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka
kerjakan.” (QS. an-Nisa‟ :
)
c. Sabar
        
 
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”(QS. Ali-Imran :
)
d. Rendah hati.
        
   
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (QS.al-Furqon : )
e. Keberanian
         
  
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. al-Anfal :
f. Bersikap lemah lembut.
             
            
       
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” (QS. Ali-Imran :
)
g. Pemaaf dan Kasih sayang
        
          
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.at-Thagabun : )
h. Adil.
          
            
         
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,
dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang Berlaku adil.” (QS. al-Hujurat : )
. Akhlaq Buruk (madzmumah)
Akhlaq mazmumah adalah akhlaq buruk, akhlaq keji dan tercela
(Humaidi,
: ). Beberapa contoh akhlaq buruk yang terdapat dalam alQuran dan harus dijauhi oleh seorang muslim diantaranya:
a. Syirik
                
    
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.an-Nisa‟ : )
b. Buruk sangka
            
           
          
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat : )
c. Kikir
              
              
    
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran :
)
d. Dzalim
          
     
“Maka Sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu
tentang apa yang kamu katakan Maka kamu tidak akan dapat menolak
(azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu
yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.”(QS.
al-Furqan : )
e. Iri
             
     
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia[ ] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami
telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami
telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. an-Nisa : )
f. Riya’
 
     
  
 
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya,Orang-orang yang berbuat riya.” (QS. al-Maun : )
g. Menghina
            
           
          
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat : )
K. Hubungan Akhlaq dengan Iman
Tidak ada jalan lain bagi kaum muslim selain mencontoh Nabi
Muhammad SAW. Dalam mengikuti jejak langkah dan peninggalan beliau, baik
daam urusan yang kecil maupun yang besar, menjalankan ketetapan hukum dan
syariat, beribadah dan berfikir, berjihad dan melakukan perenugan, berpolitik dan
dakwah, serta menuntut ilmu dan mengambil hikmah. Semua jalan menuju allah
tertutup, kecuali jalan yang di tempuh Rosulullah SAW (Abdurrahman,
).
:
Iman manusia terbentuk atas dasar pembentukan dan latihan yang
memerlukan figur untuk mengajari dan menuntun ke arah iman yang
sesunggunya. Tentu yang pertama adalah iman kepada Allah SWT, untuk
menghantarkan kepada tujuan iman yang pertama memerlukan tangga untuk
menuju kesana yaitu utusan tuhan, Rosulullah SAW. Pada posisi kedua adalah
iman kepada Malaikat. Sebagaimaba kita tahu bahwa malaikat merupakan
makhluk yang hidup di alam yang tidak kelihatan. Sebagai makhluk yang
supernatural yang dipercaya diciptakan dari cahaya, secara umum malaikat tidak
hadir di dunia materi, kecuali mendapat perintah langsung dari Allah (Subandi,
:
). Ketiga iman kepada para nabi dan Rosul. Mengharuskan kepada umat
muslim beriman untuk mengimaninya.
Keempat adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Menurut agama Islam
tuhan telah menurunkan berbaagai kitab suci kepada sejumlah rasul tertentu. Umat
Islam meyakini bahwa al-Quran adalah wahyu perkataan langsung dati Allah yang
diturunkan dalam bahasa arab melalui malaikat jibril kepada nabi Muhammad.
Peranan al-Quran sebagai wahyu terakhir adalah sangat penting bagi umat Islam.
Al-Quran adalah sumber utama petunjuk seluruh aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan rohani maupun jasmani. Kelima beriman kepada hari kiamat. Menurut
agama islam kehidupan di bumi akan berakhir. Hal itu hanya tuhan yang tahu
kapan terjadi. Allah hanya memberikan tanda-tanda datangnya hari kiamat.
Terakhir adalah iman kepada qadha dan qadar. Telah ditetapkannya batas usia,
rezeki, jodoh, dan sebagainya oleh sang pencipta kepada semua rata umat
manusia. Namun meskipun begitu, Allah tetap memberikan kesempatan kepada
manusia untuk berusaha mengubah nasib dan takdirnya.
Bagi seorang muslim memiliki peta konsep yang seharusnya dipenuhi
dalam kehidupan ini. Islam adalah agama yang harus dipegang erat dengan segala
ketetapan dan aturan yang ada di dalamnya. Kemudian dalam Islam harus
menanamkan suatu keyakinan yang harus diyakini secara keseluruhan dari imaniman yang telah dijelaskan di atas. Tidak boleh ada keraguan sedikitpun dalam
mengimani keenam rukun iman tersebut. Kemudian setelah seorang muslim
memegang erat agamanya dan menanamkan secara keseluruhan dan kuat imannya
maka harus ada perwujudan bahwa seorang muslim memegang kuat kendali
agamanya. Agama yang memberikan ajaran dan syariat yang mengajarkan untuk
hidup yang harmonis dengan sang pencipta, dengan sesama manusia, sesama
makhluk dan alam semeseta. Perwujudan tersebut ditampilkan dalam perilaku
sehari-hari yang menunjukan akhlak yang karimah (baik, mulia).
           
             
         
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.Dan siapakah yang lebih baik agamanya
dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa‟ :
)
Iman tidak cukup sekedar disimpan dalam hati, tetapi harus direalisasikan
dalam perbuatan nyata dan amal shaleh. Hanya iman yang melahirkan amal
shalehlah yang dinamakan iman yang sempurna (Rosihon,
:
). Islam
sebagai kemasan yang di dalamnya terkandung isi ajaran dan syariat yang
bersumber dari tuhan dan utusan-Nya. Isi yang terkandung di dalamnya arahan
kepada manusia menuju kepada keselarasan hidup yang bahagia dunia dan
akhirat. Pemahaman sederhana apabila seorang muslim memegang kuat iman
kepada tuhan dan apa yang telah diperintahkan tuhan akan terwujud akhlaq
karimah dalam dirinya.
BAB III
BIOGRAFI PAKU BUWANA IV DAN SYAIR DHANDANGGULA
A. Pengarang Tembang Dhandhanggula
Serat wulangreh merupakan karya agung Paku Buwana IV, seorang raja
kesultanan Surakarta yang berkuasa antara tahun
Buwana IV lahir di Surakarta pada tahun
-
. Sri Susuhunan Paku
dan wafat pada tahun
. Beliau
dijuluki sebagai sunan bagus, karena naik tahta pada usia muda dan berwajah
tampan. Nama aslinya adalah Mas Subadya, putra Paku Buwana III yang lahir
dari permaisuri keturunan sultan Demak. Beliau dilahirkan tanggal
dan naik tahta tanggal
:
september
, dalam usia
september
tahun (Abimayu,
).
Prameswari Dalem Susuhunan Paku Buwana III ada , pertama Kanjeng
Ratu Kencono Kendang, putri Kanjeng Ratu Maduretno (putri Susuhunan
Hamangkurat Jawa), namun sayang tidak memiliki keturunan. Kedua adalah
Kanjeng Ratu Kencono (Kencono Beruk), putri dari Kanjeng Raden Tumenggung
Wiroredjo, Bupati Gedong Tengen (semula bernama Mas Ngabehi Jogosworo,
Mantra Keparak Kiwa), kemudian berputra
yakni susuhan Paku Buwana IV,
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo
Buminoto (Suspaningrat, TT :
).
Pada usia muda bernama R.M Gusti Subadyo, setelah dewasa bernama
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibyarajaputra
Narendra Mataram. Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IV dinobatkan sebagai raja
pada senin pahing, tanggal
besar tahun Jimakir
, atau tanggal
September
, terkenal dengan nama Ingkang Sinuwun Bagus (Prabowo,
:
).
Adapun silsilah raja-raja karaton Surakarta dari jalur ayah adalah :
. Susuhunan Paku Buwana I, berputra
. Susuhunan Paku Buwana II, berputra
. Susuhunan Paku Buwana III, berputra
. Susuhunan Paku Buwana IV, berputra
. Susuhunan Paku Buwana V, Paku Buwana VII dan Paku Buwana VIII
. Susuhunan Paku Buwana V, berputra
. Susuhunan Paku Buwana VI, berputra
. Susuhunan Paku Buwana IX, berputra
. Susuhunan Paku Buwana X, berputra
. Susuhunan Paku Buwana XI, berputra
. Susuhunan Paku Buwana XII, yang memimpin karaton Surakarta
sampai sekarang (Winarti,
:
).
Dan adapun silsilah yang berasal dari garis ibu adalah :
. Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Demak I Syah Alam Akbar, peputra,
. Pangeran Pamekas Sumare Ing Gugur , peputra,
. Panembahan Tejawulan Ing Jogorogo, peputra,
. Ki Ageng Ampuan, Pangeran Teja Kusuma, peputra,
. Ki Ageng Karanglo, peputra,
. Ki Ageng Cucuk Telon, peputra,
. Ki Ageng Rogas, peputra,
. Kia Ageng Cucuk Singawangsa, peputra,
. Demang Bauwasesa Ing Bero, peputra,
. Ki Ageng Sutajaya Manjut, peputra,
. Ki Sutajaya, peputra,
. Ki Jagaswara, R.T. Wirarejo, peputra,
. Ratu Kencana Prameswari Sinuwun Paku Buwana III, peputra,
. Sinuwun Paku Buwana IV, B.R.M. Subadya (Harsono,
: )
B. Gambaran Umum Dhandanggula pada serat wulangreh
Apabila al-Quran memiliki surat yang terletak di awal kitab dan berfungsi
sebagai pembuka sekaligus induk kitab al Quran, maka serat wulangreh ini
memiliki pula pupuh yang terletak pada awal buku dan berfungsi sama pula yaitu
sebagai pembuka kitab atau buku ini, yakni dhandanggula. Dhandanggula
merupakan awalan dan pembuka serat wulangreh yang mengisyaratkan kepada
masyarakat karaton pada masa itu dan kepada seluruh manusia pada saat ini untuk
membekali diri ini dengan ilmu pengetahuan dan amal-amal baik untuk
merealisasikan ilmu yang didapat tersebut. Tentu realisasi ilmu tersebut berupa
perbuatan-perbuatan yang dibenarkan oleh raja dan Allah SWT.
Serat wulangreh merupakan satu dari sekian banyak karya sastra yang
ditulis oleh Paku Buwana IV. Di antara karya-karyanya dalam kasusastraan
adalah: Serat Wulangreh, Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang
Tata Karma, Donga Kabulla Mataram, Cipta Waskita, Panji Sekar, Panji Raras,
Panji Dhadhap, Serat Sasana Prabu, dan Serat Polah Muna Muni (Harsono,
:
).
Tidak mengherankan apabila di masyakat Jawa saat ini nama Serat
Wulangreh masih sangat dikenal oleh kalangan para sastrawan dan budayawan
Jawa. Orang Jawa yang mempelajari kebudayaan dan sastra Jawa sangat
menjunjung tinggi makna yang terkandung di dalamnya. Karena memang terdapat
keseimbangan ajaran yang memadukan antara ajaran agama Islam dengan ajaran
kejawen sebagai jati diri masyarakat Jawa. Ini merupakan salah satu bukti media
dakwah Paku Buwana IV untuk menyebar luaskan agama Islam guna
memperbaiki perilaku-perilaku rakyatnya terhadap Tuhan dan terhadap sesama
manusia.
Kitab ini selesai ditulis pada hari ahad (minggu) tanggal
tahun dal windu sancaya wuku sungsang atau tahun
besar
masehi
ini, pada
mulanya merupakan serat wewelar (pedoman/penuntun) bagi para pangeran dalam
bentuk sekar macapat atau nyanyian yang dimasukan dalam rumpun macapat.
Sesuai dengan tujuan kitab ini sebagai penuntun, maka sesungguhnya kitab
wulangreh ini bisa kita pahami sebagai sebuah ideologi kraton yang lahir dari
pengalaman-pengalaman
pemikiran
dan
pemahaman
seperti
yang
telah
didiskusikan di atas. Kebutuhan untuk mempertahankan ideologi tersebut
tampaknya sangat jelas terkait dengan situasi-situasi kekuasaan pada masa itu.
Kita ketahui bahwa pada masa buku atau kitab ini ditulis, kesatuan dan keutuhan
kekuasaan Jawa sudah hampir berakhir (Harsono,
: ).
Kitab wulangreh ini berbicara tentang keharusan-keharusan menghayati
dan mengikuti etik-etik kekratonan sebagaimana telah terlambangkan. Dalam
kitab ini diwejangkan tentang etik kepada guru, etik pergaulan, waspada, berbakti,
hubungan dengan sesama manusia, memperbaiki diri sendiri dan berbudi baik.
Meskipun pada awalnya hanya merupakan aturan dan panutan yang ditujukan
kepada pengeran dan rakyat karaton namun esensi yang terkandung di dalamnya
sangatlah baik dan patut untuk dihayati sekaligus direalisasikan masyarakat Jawa
terkhusus yang beragama Islam.
C. Syair Tembang Dhandhanggula dan Artinya
DHANDHANGGULA
. Pamedhare wasitaning ati
cumanthaka aniru pujangga
dhahat mudha ing bathine
nanging kedah ginunggung
datan wruh yen akeh ngesemi
ameksa angrumpaka
basa kang kalantur
tutur kang katula-tula
tinalaten rinuruh kalawan ririh
mring padhanging sasmita ( Pakubuwana IV,TT: )
Menyampaikan kehendak dihati
Sombong ingin meniru pujangga
bodoh dalam hatinya
namun ingin disanjung
tak tahu banyak yang mencibir
memaksakan menyusun
bahasa yang ngelantur
kata yang tak beraturan
biasakanlah yang urut dan santun
sejelas ajaran itu (Darmadipura ,
.
:
Sasmitaning ngaurip puniki
yekti ewuh yen nora weruha
tan jemuneng ing uripe
akeh kang ngaku-aku
pangrasane sampun udani
tur durung weruh ing rasa
rasa kang satuhu
rasaning rasa punika
upayanen darapon sampurno ugi
ing kauripannira (Pakubuwana IV,TT: )
tanda-tanda kehidupan ini
Acuh, segan dan tak peduli
Yang diterapkan dalam hidupnya
banyak yang mengaku-aku
seakan dia sudah pintar
serta tak punya rasa
rasa yang terdalam
rasa dalam sanubari
)
upayalah sampai pada kesempurnaan
dalam kehidupanmu (Darmadipura ,
.
:
Jroning Quran nggoning rasa jati
Nanging pilih wong ingkang uninga
Anjaba lawan tuduhe
nora keno binawar
ing satemah nora pinanggih
mundak katalanjukan
temah sasar susur
yen sirdayun waskitha
kasampurnaning badanira puniki
sira anggegurua (Pakubuwana IV,TT: )
Dalam Qur’an tempat rasa yang benar
tapi pilih yang kau mengerti
sesuai dengan petunjuknya
tidak boleh ngawur
yang menjadikannya tidak paham
dan akhirnya terlanjur
pahamnya jadi kacau
bila kau ingin mengerti
kesempurnaan dalam diri ini
engkau pelajari! (Darmadipura ,
:
)
)
.
Nanging yen sira nggeguru kaki
amiliha manunsa kang nyata
ingkang becik martabate
serta kang weruh ing khukum
kang ibadah lan kang wirangi
sukur oleh wong tapa
iya kang wus mungkul
tan mikir piwewehing iyan
iku pantes yen den guronana kaki
sartane kawruhira (Pakubuwana IV,TT: )
Jika kau turut berguru….anakku
pilihlah orang yang benar
yang baik bermartabat
serta mengerti hukum
yang beribadah dan saleh
syukur dapat yang tepat
dan unggul dalam iman
tak mikir pemberian orang lain
itu patutlah kau belajar padanya
serta seraplah ilmuya (Darmadipura ,
.
Lamun ana wong micara kaki
:
)
tan mupakat ing patang prakara
aja sira age-age
anganggep nyatanipun
saringana dipun baresih
limbangen ingkang papat
prakara rumuhun
dalil khadis lan ijemak
lan kiyase papat iku salah siji
adate kang mufakat (Pakubuwana IV,TT: )
Jika ada yang mencoreng ilmu
tanpa sepakat pada empat hal
jangan engkau cepat-cepat
menganggap itu nyata
saringlah benar-benar bersih
samakan dengan empat
hal yang lalu itu
dalil hadis dan ijmak
dan makna yang empat itu, salah satu
ada dan sepakat (Darmadipura ,
. Ana uga kena den antepi
yen uculo kang patang prakara
enak legetane
:
)
tan wurung tinggal wektu
penganggepe wus angengkoki
aja kudu sembahyang
wus salat katanggung
banjure mbuwang sarengat
batal kharam nora nganggo den rawati
mbubrah sakehing tata (Pakubuwana IV,TT: )
Ada jua yang bisa diikuti
Jika lepas dari yang empat hal
Itu tak enak rasanya
Dan tinggal tunggu waktu
anggapannya telah memahami
tidak hanya sembahyang
telah salat niatnya
trus melupakan syariat
batal, haram tidak diperhatikannya
rusaklah semua aturan (Darmadipura ,
.
Angel temen ing jaman puniki
ingkang pantes kena ginorunan
akeh wong nyaya „ilmune
lan arang ingkang manut
yen wong „ilmu ingkang netepi
:
)
panggaweaning sraya
den arani luput, nanging iya sesenengan
nora keno ingiwor karep puniki
pepancene priyangga (Pakubuwana IV,TT: )
Sungguh sulit di zaman sekarang
yang patut dijadikan teladan
banyak orang njajah ilmunya
dan jarang yang taati
bila orang pintar diikuti
yang mengerjakan suatu yang tak benar
itu sangat salah (Darmadipura ,
.
:
Ingkang lumrah ing masa puniki
kyai guru kang ngupaya sahbar
temen kaweleh karepe
kang wus lumrah karuhun
jaman kuna yekti murid
ingkang padha ngupaya
kudu anggeguru
ing mangko kita nora
kyai Guru kang nrutul ngupaya murid
dadiya kanthinira (Pakubuwana IV : )
Yang sebenarnya zaman sekarang
)
Ternyata guru yang cari murid
Sungguh sudah terbalik
yang telah lazim dahulu
jaman kuna itu muridlah
muridlah yang mencari
harus patuhi guru
kini tidak demikian
guru sibuk dan bingung mencari murid
jadikan asuhannya. (Darmadipura ,
:
)
BAB IV
ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM SYAIR TEMBANG
DHANDHANGGULO PADA SERAT WULANGREH
KARYA PAKUBUWANA IV
A. Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Syair Tembang Dhandhanggulo Pada
Serat Wulangreh Karya Pakubuwana IV
. Tujuan Pendidikan Akhlaq
Pendidikan akhlaq merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk
menciptakan manusia lain yang berakhlaq mulia. Tujuan umum berbagai upaya
dilakukan adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia sendiri.
Kesempurnaan hidup ini adalah apabia dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri,
memberikan hak-hak kepada sesama manusia dan menjalin hubungan baik
dengan Tuhan. Pada akhir bait kedua yang berbunyi :
upayanen
darapon
sampurno
ugi
(upayalah
sampai
pada
kesempurnaan)
ing kauripannira (dalam kehidupanmu )
Kesempurnaan dalam diri, disebut pula dalam bait ke tiga yakni :
yen sirdayun waskitha (bila kau ingin mengerti )
kasampurnaning badanira puniki (kesempurnaan dalam diri ini)
Tujuan pendidikan akhlaq adalah untuk mencapai kebahagiaan dan
keharmonisan dalam
berhubungan
dengan Allah SWT, di
samping
berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak
menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih
dari makhluk lainnya. Artinya tujuan tertinggi akhlaq sebenarnya adalah
mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia
maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu‟amalah ma‟allah
(Hubungan dengan Allah) dan mu‟amalah ma‟annas (Hubungan dengan
sesama manusia), maka dengan demikian akan mendapat ridha-Nya (Makmur,
:
). Sehingga pendidikan akhlaq tak pernah dapat dilepaskan dari
pendidikan agama Islam sendiri yang kesemuanya adalah untuk mencapai
kesempurnaan hidup yang hakiki di dunia maupun di akhirat.
. Materi pendidikan akhlaq
a. Rendah Hati dan Jauhi Sombong
Bersikap tawadhu atau rendah hati adalah perangai yang amat mulia.
Perangai ini bisa menambahkan kedudukan dan kemuliaan seseorang.
Perangai ini juga membuat seseorang disukai banyak orang. Siapa yang
tawadhu kepada Allah, pasti Allah akan mengangkat derajatnya. Siapa yang
congkak terhadapNya atau terhadap ibadah kepadaNya, niscaya Allah akan
menghinakan dan merendahkannya (Hammadi,
:
). Terbaca dengan
sedikit memerlukan pemahaman, pada bait pertama disebutkan sebagai
berikut:
Pamedhare wasitaning ati (Menyampaikan kehendak dihati)
cumanthaka aniru pujangga (Sombong ingin meniru pujangga)
wujud kerendahan hati tersebut adalah pada saat sunan akan
menyampaikan
syairnya namun tidak ingin sombong meniru sang
pujangga. Beliau memilih merendahkan hatinya, agar tidak sombong.
Senada dengan ajaran Islam, sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap
rendah hati atau dalam istilah Islam adalah tawadhu‟. Yang berarti
merendahkan diri di hadapan Tuhan bahwa kita hanyalah hambanya yang
hina. Dan merendahkan hati kita kepada sesama manusia terkhusus kepada
orang-orang yang telah dianjurkan oleh Allah dan agama selayaknya kita
merendahkan hati kepada sesama manusia, orang tua, ulama dan guru.
Firman Allah yang berbunyi :
        
   
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan.” (QS. al-Furqon : )
Sering terjadi dalam hidup ini, seseorang yang telah memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi kemudian merendahkan orang lain. Meskipun tidak
secara langsung mengutarakannya namun dari sikapnya yang seolah-olah
ingin menjadi dalang pembicaraan dalam suatu perkumpulan. Dan tidak
ingin apabila pembicaraanya diputus. Yang telah merasa memiliki harta
yang berlebih kemudian tidak mau berkumpul dengan orang-orang miskin
dan orang lemah. Dengan menyandang jabatan tinggi selalu ingin dihormati
dan selalu dipuji disertai rasa meremehkan orang lain.
Alangkah indahnya apabila manusia menyadari bahwa apapun yang
Allah berikan kepada hambanya merupakan suatu ujian belaka. Menyadari
hakikat diri ini, adanya manusia tidak dengan begitu saja tanpa ada yang
mengendalikannya. Sadar bahwa ada sang pencipta yang berhak melakukan
apapun yang dikehendakiNya. Apa yang telah dicapai manusia yang
dianggapnya suatu keberhasilanpun sungguh tidak lepas dari campur tangan
Tuhan. Lalu dimanakah celah untuk manusia menyombongkan diri?
Sungguh tidak ada. Karena sombong merupakan sifat yang hanya dimiliki
Allah SWT.
b. Kepedulian
Acuh dengan keadaan saudara, tetangga dan teman yang sedang
kesusahan. Segan memberikan perlakuan baik kepada sesama. Tak lagi
peduli dengan kondisi dan situasi yang terjadi kepada umat ini. Bukan ini
yang diharapkan dan diajarkan oleh Islam, saling tolong menolong, peduli
sesama, meringankan beban orang lain, memikirkan kebahagiaan saudara
adalah perintah dari Allah untuk hambanya. Sehingga terjalin hubungan
sesama manusia dalam masyarakat Islami dan harmonis. Dua baris pada bait
kedua berbunyi sebagai berikut:
Sasmitaning ngaurip puniki (tanda-tanda kehidupan ini)
yekti ewuh yen nora weruha (Acuh, segan dan tak peduli)
Semakin mudah dijumpai gaya hidup masyarakat yang tak lagi
menghiraukan keadaan sesama manusia. Manusia diciptakan tuhan untuk
saling mengenal, mengenal dalam artian bukan hanya sekedar dari
identitasnya saja. Namun juga mengenali setiap hal-hal yang perlu untuk
diketahui terutama kepada orang-orang terdekat. Sehingga harapannya
ketika seseorang sedang dalam keadaan yang kurang baik maka dapat
dirasakan pula oleh orang lain. Allah berfirman dalam surat an-Nisa‟ ayat
yang berbunyi :
             
          
“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi
syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. an-Nisa„ : )
Umat ini adalah ibarat satu tubuh, apabila satu bagian tubuh ada
yang sakit maka bagian tubuh yang lainpun merasakan sakitnya. Betapa
indahnya apabila dapat diterapkan pada suatu masyarakat baik pedesaan
maupun perkotaan demi terwujudnya ukhuwah islamiyah.
c. Selalu Berusaha
Islam mengajarkan dan mengajak kepada umatnya untuk selalu
berusaha dan berfikir optimis. Islam melarang umatnya memiliki rasa
pesimis, buruk sangka, berfikir yang tidak baik terhadap Allah dan dirinya
sendiri. Kehidupan yang bagaikan pelangi penuh warna yang siap menghiasi
bentang awan dan penuh keindahan. Kehidupan pun apabila penuh dengan
warna yang berbeda akan lebih terasa indah dalam mengarunginya. Sering
seseorang menggap ketika dirinya ditimpakan suatu cobaan yang
dipandangnya buruk muncul fikiran
yang kurang baik terhadap Allah.
Padahal ini adalah proses pendewasaan diri yang Allah berikan kepada
hambanya agar berusaha dengan optimis dan tanpa putus asa sehingga
harapannya pun dapat terwujud. Makna selalu berusaha tertera pada bait
pertama pula, yakni :
upayanen darapon sampurno ugi
(upayalah sampai pada
kesempurnaan dirimu)
ing kauripannira (dalam kehidupanmu)
Mengupayakan dari setiap apa yang menjadi target dan cita-cita
kehidupan manusia sampai terwujud. Allah SWT memberikan gambaran
pasti kepada hambanya ketika Allah memberikan kesulitan maka
bersamanya pula Allah telah menyiapkan kemudahan yang siap untuk solusi
atas kesulitan tersebut. Maka dari itu Allah melarang umatnya untuk
berputus asa, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Yusuf ayat
berikut :
          
          
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS.
Yusuf : )
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam sikap optimis adalah
bukan hidup dalam dunia khayalan yang amat panjang. Namun melakukan
setiap proses demi proses kehidupan ini dengan sungguh-sungguh sembari
memikirkan target kedepan. Bukan pula membuang masalah dan rintangan
dengan begitu saja, namun melewati setiap rintangan dengan sabar, cerdas
dan optimis.
d. Pertemanan
Dalam pergaulan, bergaul dengan siapapun tidak disalahkan. Dengan
tujuan siapapun orangnya bisa menjadi teman hanya dalam lingkup
pertemanan. Namun dalam kaitan persahabatan, membutuhkan filter untuk
menyaring teman seperti apa yang pantas untuk dijadikan sahabat.
Persahabatan lebih menekankan kepada kedekatan diri dari berbagai hal
dengan seseorang. Bait ke lima ini telah diceritakan sebagai berikut :
Lamun ana wong micara kaki (Jika ada yang mencoreng ilmu)
tan mupakat ing patang prakara (tanpa sepakat pada empat hal)
aja sira age-age (jangan engkau cepat-cepat)
Apabila ada dari sekelompok orang yang sedang membicarakan ilmu
namun tidak berdasarkan pada empat hal yang dianjurkan yakni al-Quran,
Hadist, Qiyas dan Ijma maka perlulah untuk menyaring agar kelompok
tersebut tidak dijadikan sebagai teman bahkan sahabat. Sebagaimana firman
Allah SWT :
          
          

“Sesungguhnya Allah Hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangimu Karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim.” (QS. al-Mumtahanah : )
Pergaulan yang dijalin dengan setiap manusia adalah sikap lahiriyah
yang dengan sesama ciptaan Allah. Allah dan Rasul pula senantiasa untuk
memerintahkan umatnya bersikap lahir yang baik terhadap semua manusia
selama manusia yang lain tidak mengancam jiwa, raga dan agama.
Kemudian persahabatan adalah wujud kasih sayang yang timbul dalam batin
dan rasa yang diperuntukan kepada mereka yang senantisa berada pada jalan
yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya.
e. Memperhatikan Halal dan Haram
Halal yang berarti sesuatu yang dengannya terurailah buhul yang
membahayakan, dan Allah memperbolehkan untuk dikerjakan. Sedangkan
haram merupakan sesautu yang Allah memlarang untuk dilakukan dengan
larangan tegas, setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan
siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang ia terancam dengan sanksi
syariah di dunia ini (Yusuf,
:
). Berkaitan dengan hal ini, Sunan
memberikan nasehatnya pada akhir bait ke enam, yang berbunyi :
batal kharam nora nganggo den rawati (batal, haram tidak
diperhatikannya)
mbubrah sakehing tata (rusaklah semua aturan )
Berhati-hati terhadap hal-hal yang mengakibatkan bahaya dan
kerugian di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang belum jelas kehalalan
atau keharamannya patutlah untuk dijauhi, sehingga pintu yang dapat
membawa pada hal-hal yang haram dapat dihindari. Allah SWT berfirman
dalam surat al-Mu’minun ayat
:
            
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (al-Mu‟minun : )
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan halal dan haram bukan
hanya pada benda-benda disekitar manusia namun juga terhadap berbagai
perilaku dalam kehidupan. Mana yang seharusnya dikonsumsi, dilakukan
dan mana yang seharusnya dijauhi dan ditinggalkan. Ini menjadi sangat
penting diperhatikan kepada seluruh umat manusia sebagai bentuk taqwa
kepada Tuhan. Terlebih harus diperhatikan oleh segenap tenaga pendidik
yang akan mencetak genarasi umat yang unggul maka haruslah mengawali
diri dengan hal-hal yang unggul dan terjauh dari perkara-perkara yang
bermadharat yang telah diharamkan oleh Tuhan. Karena mendidik bukan
hanya mentransferkan ilmu pengetahuan semata, namun juga mewariskan
hal-hal yang membuahkan kebaikan dan manfaat.
. Pendidik dan Peserta Didik
a. Guru
Dalam undang-undang Nomor
Tahun
, tentang guru dan
dosen disebutkan bahwa, “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”
(Suwardi,
:
). Pada bait ke empat ini, nasehat untuk berguru
disebutkan sebagai berikut :
Nanging yen sira nggeguru kaki (Jika kau turut berguru….anakku)
amiliha manunsa kang nyata (pilihlah orang yang benar)
Rasul merupakan guru pertama bagi generasi terbaik umat ini.
Beliau yang senantiasa mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didiknya. Peserta didik Rosul adalah
para sahabat-sahabat Rosul yang senantiasa setia belajar dari beliau.
Karena memang kategori guru yang baik dan orang yang benar ada pada
diri beliau. Hal tersebut telah Allah firmankan dalam surat al-Baqarah
ayat
sebagai berikut :
        
        
“Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu)
kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S. al-Baqarah:
)
Guru pertama dan terdekat adalah orang tua yang senantiasa
memberikan nasehat dan pelajaran kehidupan bagi anaknya. Seperti
nasehat Luqman kepada anaknya yang tertuang dalam firman Allah surat
Luqman ayat
ini :
          
       
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS.
Luqman : )
Kelaurga (ibu-bapak) sebagai lingkungan pendidikan pertama dan
utama memiliki tanggung jawab untuk mnegoptimalkan seluruh aspek
perkembangan anak. Orangtua harus mengarahkan pendidikan dalam
lingkungan keluarga ke arah keteladanan yang positif. Pola pendidikan
berbasis keteladanan dalam keluarga sangat menentukan kepribadian
anak pada masa yang akan datang. (Mustaqim,
:
)
Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya peran orang tua
dalam mendidik anak. Orang tua yang biasa menunjukan teladan baik di
lingkungannya, sikapnya akan dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya
b. Ikhlas, bermartabat, dan shaleh
Para rasul diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan dakwah
kepada setiap umat dengan didasari keikhlasan, semata-mata murni
karena wujud ketaatan kepada Tuhan. Pada akhir bait ke empat
disebutkan sebagai berikut :
tan mikir piwewehing iyan (tak mikir pemberian orang lain)
iku pantes yen den guronana kaki (itu patutlah kau belajar padanya)
sartane kawruhira (serta seraplah ilmuya )
Makna ikhlas salah satunya dapat dipahami dari makna yang
tersirat pada firman Allah SWT surat al-Bayyinah ayat
sebagai berikut :
          
      
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah : )
Ikhlas merupakan wujud dari kalimat tauhid. Oleh karena itu,
orang-orang yang ikhlas adalah orang-orang yang bertauhid dan terpilih.
Adapun pengertian ikhlas secara syari, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Qayyim adalah memfokuskan tujuan dan maksut (dari amalannya) hanya
kepada Allah, melaksanakan ketaatan hanya kepada-Nya, tanpa
menyekutukannya dengan sesuatu (Al munajat,
: ).
Dengan ikhlas, amal kebaikan dan ilmu yang disampaikan
diterima oleh Allah. Dengan ikhlas, dapat menghantarkan pada manfaat
dan kenikmatan sejati. Menata kembali niat ikhlas karena Allah dan
selalu mengontrol dalam keseharian sehingga kemurnian amal membawa
pada kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
Pada awal bait ke empat menjelaskan bahwa guru haruslah
bermartabat, syair tersebut adalah sebagai berikut :
ingkang becik martabate (yang baik bermartabat)
serta kang weruh ing khukum (serta mengerti hukum)
Seseorang yang senantiasa menjaga harga dirinya dengan baik,
menjauhi hal-hal yang dapat merusak dirinya baik jiwa maupun raga.
Allah menjelaskannya sebagai berikut :
         
         
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar” (QS. alHujurat: )
Menjauhi larangan-larangan yang telah Tuhan tetapkan dan
menjaga fitrah-fitrah manusia. Martabat manusia yang demikain yang
harus dijaga dengan baik jangan sampai terjerumus kedalam kenistaan
yang menyebabkan rusaknya martabat manusia. Allah SWT telah
menciptakan manusia dengan sempurna dan sebaik-baik makhluk maka
manusia pun harus menjaga ciptaan Tuhan dengan sebaik dan
semaksimal mungkin. Apabila hal ini ditekankan kepada setiap manusia
maka terhadap seorang guru pun harus memiliki bekal yang sama untuk
senantiasa menjaga martabat dengan baik. Dan pada pertengahan bait ke
empat dijelaskan bahwa guru harus shaleh dan rajin beribadah, syair
tersebut berbunyi sebagai berikut :
kang ibadah lan kang wirangi (yang beribadah dan saleh)
sukur oleh wong tapa (syukur dapat yang tepat)
Allah pula memerintahkan setiap makhluknya tidak lain dan tidak
bukan hanya beribadah, sebagaimana firmanNya dalam surat adz-Dzariat
ayat
berikut :
      
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (adz-Dzariat : ).
Sebagaimana ayat diatas dijelaskan bahwa Allah menciptakan
manusia dan jin ke dunia ini tidak lain dan tidak bukan merupakan untuk
megabdikan diri kepada Allah SWT. Pengabdian diri kepada tuhan
merupakan pokok dari ibadah. Dan ibadah sendiripun dapat bermakna
luas apabila tidak hanya dipahami secara ritual saja. Namun setiap
perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan manfaat kepada diri pribadi
dan orang lain apabila dikerjakan dengan niat mengabdi kepada Allah
maka Allah pun mencatat perbuatan tersebut dengan amal ibadah yang
layak mendapat pahala dariNya.
c. Peserta Didik
Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan
orang yang belum dewasadan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah)
yang perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik adalah makhluk Allah
yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai taraf
kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh
karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan, dan arahan
pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan
membimbingnya menuju kedewasaan (Suharto,
:
). Secara
tersurat makna peserta didik tertera pada baris pertama bait ke empat
yakni :
Nanging yen sira nggeguru kaki (Jika kau turut berguru….anakku)
Anak adalah peserta didik yang senantiasa membutuhkan
bimbingan untuk menuju kedewasaannya. Dilahirkannya seorang anak ke
dunia ini dengan keadaan fitrah dengan segala macam potensi
pembawaannya. Anak adalah amanah di pundak kedua orang tua, dan
mereka berdua bertanggung jawab atas amanah yang Allah berikan ini.
Sebelum dan selama anak dididik di sekolah dan di masyarakat, anak
merupakan peserta didik yang senantiasa menjadi peseta didik dalam
keluarga. Orang tualah yang menjadi pendidik, anak adalah peserta didik
pertama dalam keberlangsungan pendidikan akhlaq.
. Lembaga Pendidikan Akhlaq
Melihat dari teks syair tersebut, tempat terjadinya interaksi antara
pendidik (orangtua) dan peserta didik (anak) adalah dalam keluarga.
Keluarga merupakan tempat pertama terjadi komunikasi dan interaksi dalam
perkembangan anak. Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak
sangat penting.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam
setiap aspek kehidupan. Idealnya, keluarga adalah fase awal dalam
membentuk generasi berkwalitas, mandiri, tangguh, potensial, dan
bertanggung jawab terhadap masa depan pembangunan bangsa (Ilahi,
:
).
Keluarga menjadi sentrum peradaban dalam mencetak anak-anak
berkualitas. Berawal dari lingkungan keluarga inilah, anak mulai tumbuh
dan berkembang secara bertahap, dari anak-anak, remaja, sampai dewasa.
Transisi pertumbuhan anak perlu dibekali dengan pelatihan dan pendidikan
yang berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga akan terbentuk
kemandirian dan kedewasaan pada masa transisi ini. Bekal keluarga yang
cukup pada gilirannya dapat memicu pertumbuhan yang sehat dan mendidik
tanpa adanya pemaksaan yang mengganggu terhadap proses perkembangan
anak kedepan (Ilahi,
:
).
Lembaga pertama dan utama dalam keberlangsungan upaya
pendidikan akhlaq adalah keluarga. Kelurga merupakan kelompok sosial
terkecil dalam kehidupan yang darinya akan melahirkan tunas-tunas unggul
generasi bangsa.
. Metode dan media
Demi keberlangsungan pendidikan akhlaq haruslah memperhatikan
aspek-aspek yang mempengaruhi peserta didik. Aspek fisik, psikologis,
biologis dan sosial dapat menjadi pertimbangan untuk memilih metode yang
tepat untuk diterapkan. Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan adalah
aspek sosial.
Asas sosial,
yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial
maupun seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan
kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang (Rasyidin,
: ).
Untuk meninjau aspek sosial dapat dilakukan dengan cara melihat
kondisi dan pendekatan yang sesuai. Pendekatan kontekstual adalah
pendekatan yang mencoba memahami filsafat pendidikan Islam dalam
konteks sosial, politik, budaya dan sebagainya di mana pendidikan itu
berada. Jadi, pendekatan kontekstual lebih mengarah pada kondisi dan
situasi yang sosiologis dan antropologis (Suharto,
:
).
Penggunaan tembang dhandhanggulo dalam menyajikan konsep
pendidikan akhlaq merupakan salah satu upaya harmonis dengan aspek
sosiologis dan antropologis untuk menanamkan akhlaq yang mulia. Bukan
tanpa maksut sunan menciptakan tembang ini, namun memiliki misi untuk
mengupayakan pembelajaran kehidupan yang selaras dengan kondisi dan
situasi.
Melalui budaya asli Jawa yang bernafaskan dengan Islam terkhusus
adalah syair-syair Jawa yang berisikan nasehat dari pencipta kepada
pembacanya. Melalui budaya inilah, upaya pendidikan akhlaq mendapat
tambahan media dan metode untuk mewujudkannya.
B.
Implementasi Terhadap Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam terdapat banyak istilah yang menunjuk pada
makna pendidikan. Masing-masing dari istilah-istilah tersebut memiliki
pengertian dan penerapan yang berbeda, namun memiliki esensi yang sama yakni
pendidikan. Diantara istilah tersebut yakni tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib. Tarbiyah
adalah proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian
petunjuk yang dijwai oleh wahyu ilahi. Hal ini akan menyebabkan potensi
manusia dapat tumbuh dengan produktif dan kreatif tanpa menghilangkan etika
ilahi yang telah ditetapkan dalam wahyuNya (Mujtahid,
: ).
Term pendidikan dalam al-Quran tidak sekedar merupakan upaya
pendidikan pada umumnya, namun konsep pendidikan (tarbiyah) menembus pada
aspek etika religious (Mujtahid,
:
). Tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan tentang kebaikan yang harus dilakukan, namun lebih mengupaya
untuk melaksanakan kebaikan yang diajarkan.
Istilah selanjutnya adalah ta‟lim yang berasal dari kata „allama. Kata kerja
„allama yang masdarnya ta‟liman berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian
atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan (Achmadi,
:
). Ta‟lim bukan hanya mempelajari ilmu agama, melainkan mempelajari pula
ilmu pengetahuan alam dan sosial manusia.
Kemudian istilah ta‟dib, dalam al-Quran lafad ta‟dib memang tidak
ditemukan, akan tetapi lafad itu diambil dari sebuah hadis Nabi, “tuhanku telah
mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku.” Istilah itu dimunculkan
oleh Syed M.Naquib Al-Attas. Beliau lebih condong menggunakan ta‟dib sebagai
alternative untuk konsep pendidikan Islam dari pada istilah-istilah yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dalam pandangannya, istilah ta‟dib merupakan pilihan
yang jauh lebih tepat dari pada istilah-istilah lainnya. Alasannya karena ta‟dib,
sesuai hasil analisanya dari sisi semantic dan kandungan yang disesuaikan dengan
pesan-pesan moral (Mujtahid,
: ).
Dari ketiga istilah yang memiliki makna pendidikan tersebut di atas
memiliki upaya yang sama dalam mewujudkan manusia yang sempurna (insan
kamil) sesuai dengan ajaran Islam sendiri. Yang selanjutnya dalam pendidikan
yang berlaku di Indonesia, tengah diterapkan dalam system penndidikan Nasional
yakni pendidikan berbasis karakter yang diaplikasikan dalam kurikulum
yang menekankan pada pendidikan karakter.
Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi dan nilai-nilai
pribadi yang ditampilan di sekolah. Focus pendidikan karakter adalah pada tujuantujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan yang
penting yang mencakup perkembangan sosial siswa (Majid,
:
). Dilihat
secara pengertian tidak ada perbedaan yang menonjol dari pengertian karakter dan
akhlaq, keduanya menekankan pada perilaku yang biasa dilakukan seseorang
tanpa terlebih dahulu memikirkan perilaku tersebut karena sudah tertanam dalam
dirinya.
Dengan adanya metode dan media ini, menjadi tugas segenap orang yang
mencita-citakan pendidikan akhlaq yang mulia untuk memberikan kreasi baru
terhadap metode dan media ini. Perlu kiranya agar pendidikan akhlaq berbasis
local wisdom Jawa ini dapat dikembangkan dengan berbagai kreasi menyesuaikan
dengan perkembangan zaman agar menarik di hadapan peserta didik. Dengan
harapan peserta didik dan generasi sekarang maupun yang akan datang dapat
menerima metode dan media ini dengan baik.
Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana usaha yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan karakter atau akhlaq yang baik dalam diri
seseorang. Dengan memperhatikan aspek sosiologis dan antropologis yang ada di
Indonesia khususnya tanah Jawa, terdapat kekayaan media dan metode dalam
mengupayakan pendidikan akhlaq tersebut yakni melalui budaya yang berwujud
dalam karya seni tembang Jawa yaitu tembang dhandhanggula. Sebagaimana
pemaparan kandungan tembang dhandhanggula di atas merupakan upaya yang
telah dilakukan oleh para pendahulu masyarakat Jawa yang selayaknya generasi
saat ini tetap memegang teguh ajaran syariat Islam dengan mengharmoniskan
budaya asli Jawa sebagai salah satu wujud usaha mengoptimalkan pendidikan
akhlaq sebagai tujuan utama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan – pembahasan dan analisis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlaq pada syair
tembang dhandanggula dalam serat wulangreh karya Sunan Paku Buwana IV
adalah sebagai berikut :
. Konsep pendidikan akhlaq pada syair tembang dhandhanggula dalam serat
wulangreh karya Paku Buwana IV mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan Akhlaq
Tujuan utama pendidikan akhlaq adalah untuk menciptakan manusia
yang memiliki perilaku baik yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain,
menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan seluruh makhluk dan
menjadi hamba Allah yang senantiasa melangkahkan kaki di bumi karena
cinta kepadaNya.
b. Materi Pendidikan Akhlaq
)
)
)
)
)
Rendah Hati dan Jauhi Sombong
Kepedulian
Selalu Berusaha
Pertemanan
Memperhatikan Halal dan Haram
c. Pendidik dan Peserta Didik
) Guru
Guru pertama dan utama yang dimiliki seorang anak adalah orang
tua. Orang tua yang akan selalu memberikan pelajaran-pelajaran berharga
yang mungkin tidak didapatkan dibangku sekolah. Dari orang tua yang
akan membekali seseorang dalam mencari jati dirinya. Dan dalam
konteks yang umum, guru sebagai pendidik siapapun itu dengan catatan
dapat dijadikan teladan akhlaq mulia, guru yang Ikhlas, bermartabat, dan
shaleh maka patutlah menyerap ilmu darinya.
) Peserta Didik
Sejatinya seorang anak merupakan peserta didik yang senantiasa
membutuhkan bimbingan dan pengarahan untuk tingkat kedewasaan
dengan pengoptimalan segala potensi baik yang dimilikinya. Sebelum
anak mendapat pelajaran dari luar orang tua, seperti sekolah dan
masyarakat, lebih utama apabila anak sebagai peserta didik dalam rumah
senantias mendapatkan pembekalan dan pengawasan secara maksimal.
d. Lembaga Pendidikan Akhlaq
Kelompok terkecil dalam masyarakat adalah keluarga, yang di
dalamnya terdiri dari beberapa anggota dan akan melahirkan generasi
selanjutnya. Berawal dari keluarga seorang anak mendapat bekal dan
gambaran kehidupan yang tertanam pada diri anak. Sehingga anggotaanggota keluarga harus berusaha dengan maksimal untuk meberikan
bimbingan, bekal dan teladan yang baik. Karena keluarga merupakan
lembaga pendidikan akhlaq yang pertama dan utama.
e. Metode dan media
Melalui
tembang-tembang
Jawa
khususnya
tembang
dhandhanggula dapat memberikan sumbangsih dalam kekayaan metode dan
media dalam penanaman akhlaq yang mulia. Tembang ini dikemas dengan
penyesuaian antara aspek sosiologis dan antropologis Jawa terhadap syariat
Islam.
. Implementasi terhadap Pendidikan Islam
Terlaksananya dengan sukses suatu pendidikan apabila dalam
mengupayakannya memperhatikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan dan keberhasilannya. Aspek tersebut adalah aspek sosiologis
dan antropologis yang keduanya sangat memberikan konstribusi besar dalam
perkembangan sistem pendidikan dan subjek obyek pendidikan sendiri. Antara
tujuan pendidikan dengan keadaan sosiologis dan antroplogis tersebut dapat
diselaraskan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan diawal.
Penggunaan media dan metode syair tembang dhandhanggulo dalam serat
wulangreh merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan demi
terwujudnya akhlaq mulia yang diinginkan oleh Islam dan tujuan pendidikan
Islam sehingga harmonis antara tujuan pendidikan Islam dengan kekayaan
budaya tanah Jawa. Namun tidak berhenti di sini, salah satu upaya pendidikan
akhlaq berbasis local wisdom Jawa ini dapat diterapkan untuk anak-anak asli
suku Jawa dengan selalu memberikan kreasi yang mengikuti perkembangan
zaman
pada media dan metode ini agar dapat dikemas secara menarik
sehingga peserta didik dapat tetap menerima dengan baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
a. Untuk Pendidikan Islam
Penerapan dan penanaman akhlaq mulia kepada anak didik dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara yang dapat menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi dimana keberadaannya. Budaya merupakan salah satu pendukung
yang dapat mengharmoniskan khasanah penanaman akhlaq dengan tetap
mengangkat jati diri negeri. Oleh karena itu seorang pendidik tidak diperkenan
kan untuk berhenti belajar. Harus selalu memperbaharui keilmuwan dengan
tetap memperhatikan dan menjunjung tinggi jati diri bumi pertiwi agar tetap
lestari dikemudian hari.
b. Kemurnian ajaran Islam yang bertujuan menyempurnakan akhlaq manusia.
Dan salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah sebagaimana karya murni
penduduk negeri ini. Kesemuanya memiliki tujuan yang sama adalah untuk
berupaya memperbaiki akhlaq manusia di bumi ini. Menyelaraskan hidup
dengan sesame manusia maupun hidup yang berhubungan dengan Tuhan. Perlu
kiranya umat manusia untuk senantiasa menjaga hubungan-hubungan tersebut
agar terjalin keharmonisan antar kesemuanya. Oleh karena itu penulis
menyarankan agar pemahaman yang demikian dapat tersosialisasikan dengan
baik sebagai upaya untuk mewujudkan akhlaq yang mulia demi kebahagiaan
dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soedjipto.
Achmadi.
. Intisari Kitab Adiluhung Jawa. Yogyakarta : Laksana
. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ahmadi, Wahid .
. Risalah Akhlak. Solo: Era entermedia
Al Ausyan, Majid. Adab dan Akhlak Islam. Terjemahan oleh
Nuryaman.
. Jakarta : Darul Haq
Alfat, Masan.
Abdurrahman
. Aqidah Akhlak. Semarang : Karya Toha Putra
Almunajat, Muhammad Shalih.
. Jagalah Hati. Terjemah oleh Saat Mubarak
dan Qasim. Jakarta : Cakrawala Publishing
Al zuhayly, Wahbah.
. Zakat : Kajian berbagai madzhab. Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA
Al-hajj Ahmad, Yusuf.
Kauka
. Kemukjizatan Ibadah dalam Islam. Yogyakarta :
Anwar, Rosihon.
. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia
Anggoro, Toha.
. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka
Bayuadhy, Gesta.
Darmadipura.
. Janma Tan Kena Kinira. Yogyakarta : Laksana
. Terjemah Serat Wulangreh. Surakarta : Jawi Production
Dermawan, Deni.
. Metodologi penelitian kuantitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset
Hadi, Sutrisno.
UGM
Hamka.
. Metodologi Research I. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
.Akhlakul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas
Harsono, Andi.
Haryanto, Sentot.
. Tafsir Ajaran Serat Wulangreh. Yogyakarta : Pura Pustaka
. Psikologi Shalat. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Ilahi, Muhammad Takdir.
Ilyas, Yunahar.
. Quantum Parenting. Yogyakarta : Katahari
. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Indar, Djumberansyah.
. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama
Jumali, Surtikandi, SA. Taurat, Sundari.
. Landasan Pendidikan. Surakarta :
Muhammadiyah university press
Majid, Abdul & Dian Andayani.
. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mansyur, Moh.
. Akidah akhlak II. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Dan Universitas Terbuka
Mardalis,
. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Mujatahid.
. Reformasi Pendidikan Islam. Malang : UIN maliki press.
Munib, Achmad. Budiyono, Sawa Suryono.
Semarang : UPT
Musbikin, Imam.
. Pengantar Ilmu Pendidikan.
. Rahasia Puasa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
UNNES Press
Mustaqim, Abdul.
. Menjadi orang tua bijak. Bandung : Mizan Pustaka
Muttaqin, Ilham Inki.
Nata, Abuddin.
. Pinter Nembang Macapat. Jakarta : PT Buku Seru
. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Prabowo, Dhanu Priyo, Pardi & Mardiyanto.
Semarang: Dahara Prize
Purwadi,
.Terjemah Serat Wulangreh,
. Mengkaji Serat Dewaruci. Yogyakarta : Panji Pustaka Yogyakarta
Qardhawi, Yusuf.
. Halal Haram Dalam Islam. Solo : Era Intermedia
Ruslan, Rosadi.
. Public Relations Dan Komunikasi. JAKARTA : Kharisma
putra utama offset
Santoso, Iman Budhi.
DIPTA
Shihab, Quraish.
. Kitab Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta :
. Wawasan Al Quran. Bandung : Mizan
Sholikhin, Muhammad.
. Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam :
Menjawab Tantangan Zaman. Yogyakarta : Mutiara Medika.
Soewandi, Slamet. Widharyanto. Bram, Barli. Nugraha, Setya Sri.
Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Subandi.
Suharto, Toto.
. Pelangi
. Psikologi dzikir. Yogyakarta: pustaka belajar.
. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Suspaningrat. TT. Putra Putri Dalem Karaton
Cendrawasih
Surakarta. Surakarta
:
Tafsir, Ahmad.
. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Tatapangarsa, Humaidi.
. Akhlaq Yang Mulia. Surabaya : PT. Bina Ilmu
Umiarso & Haris Fhatoni Makmur.
. Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme
Masyarakat Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
Ya’qub, Abdurrahman.
Pustaka
. Pesona Akhlak Rosulullah. Bandung : PT mizan
Yasan Dalem Sri Susuhunan Paku Buwana IV.TT. Wulangreh. Surakarta :
Cendrawasih
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Slamet Ikhwan Luqmanto
Tempat / Tanggal lahir
: Semarang,
Bangsa
: Indonesia
Agama
: ISLAM
Nama Ayah
: Nurkholis
Nama Ibu
: Sukarni
Alamat
Mei
: kemiri RT/RW
, Ds. Jetak, Kec.
Getasan, KAB. Semarang
Menerangkan dengan sesungguhnya:
RIWAYAT PENDIDIKAN
.
.
.
.
.
TKIT Izzatul Islam
SDIT Nurul Islam
MTsT Al-Hikmah
MAN Salatiga
IAIN Salatiga
:
:
:
:
:
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,
Agustus
Penulis
Slamet Ikhwan Luqmanto
Download