View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOMUNIKASI
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dimana kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah
manusia. Rankin (dalam L. Tubss dan Moss, 2000:158) mengatakan bahwa
penelitian pada tahun 1962 menemukan 70% waktu bangun kita dipakai untuk
berkomunikasi yaitu, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bila waktu
yang dipakai untuk aktivitas tersebut dibagi-bagi,hasilnya menujukkan bahwa 42%
dipakai untuk mendengarkan, 32% untuk bercakap-cakap, 15% untuk membaca,
dan 11% untuk menulis.
Manusia adalah mahluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri
serta saling terkait dengan orang lain dilingkunganya. Satu-satunya alat untuk dapat
berhubungan dengan orang lain dilingkunganya adalah komunikasi baik scara
verbal maupun non verbal. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita.
Disadari atau tidak, komunikasi menetukan kualitas hidup kita. Sebab, komunikasi
bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Melalui komunikasi,sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan
yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
20
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis yang
berarti ‘sama’. Communico, communication atau communicare yang berarti
membuat sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
pengerim pesan dan diterima oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi
bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang
lainya (communication depends on our ability to understand one another).
Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua pelaku komunikasi,
dengan kata lain si penerima pesan tidak mengerti apa yang disampaikan oleh
pengirim pesan, maka komunikasi tidak terjadi. Dalm rumusan lain, situasi
tidak komunikatif. Menurut Kincaid dan Schramm (dalam L.Tubss dan Moss,
2000) agar kita dapat berkomunikasi dengan efektif, kita dituntut tidak hanya
memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara
kreatif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam mana makna yang
distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan si pengirim pesan
(komunikator). Pendeknya, komunikasi efektif adalah makna bersama.
Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 2007:19) mengatakan bahwa cara
yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.
21
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi (Cangara,
2007:19) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia
(human communication) mengatakan bahwa :
“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkunganya dengan (1) membangun hubungan
antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah
sikap dan tingkah laku itu”.
Everett M. Rogers (Cangara, 2007:20) seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi,
khususnya dalam hal penyebaran informasi membuat definisi bahwa komunikasi
adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Seorang ahli lain yaitu Shannon dan Weaver (Cangara, 2007:20) berpendapat
bahwa :
“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusi yang saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas
pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal
ekspresi muka, seni, dan teknologi”.
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan diatas, maka jelaslah
bahwa komunikasi antarmanusia hanya bias terjadi jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi
hanya bias terjadi kalau didukung oleh adanya sumber pesan (komunikator), pesan
(message), media (channel), penerima (komunikan), dan umpan balik (feedback).
22
Kelima hal inilah yang kemudian disebut unsur-unsur komunikasi atau komponen
komunikasi.
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,
jumlahnya sebanyak orang yang mendefinisikannya. Dari banyak pengertian
tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi
mengacu pada tindakan, oleh suatu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), dan ada kesempatan untuk melakukan
umpan balik. Untuk lebih jelasnya maka akan dibahas dalam proses komunikasi di
bawah ini.
2. Proses komunikasi
GAMBAR 2.1
PROSES KOMUNIKASI
Gangguan
Gangguan
Umpan balik
(feedback)
Pengirim
Pesan
Pesan
Penerima
Pesan
Media
(Saluran)
Mengartikan
Kode/Pesan
23
a. Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya.
b. Pesan (message)
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diexpresikan oleh pengirim
pesan. Pesan dapat verbal atau non vorbal dan pesan akan efektif bila diorganisir
secara baik dan jelas.
c. Media (channel)
Media adalah alat penyampaian pesan seperti ; TV, Radio, Surat Kabar, Papan
Pengumuman, Telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan sebagainya.
d. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimengerti /dipahaminya.
e. Penerima pesan (komunikan)
Penerima pesan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber
pesan orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun dalam bentuk
code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
24
f. Umpan balik (feedback)
Umpan balik atau pesan feedback adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan
dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa feedback
seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima
pesan. Hal ini penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah
diterima pemahaman yang benar dan tepat. Feedback dapat disampaikan oleh
penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Feedback yang
disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung
yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan seklaligus merupakan
apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi
Feedback terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi Feedback
menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang
diterimanya. Feedback bermanfaat untuk untuk memberikan informasi, saran yang
dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan
kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga dapat memperjelas
persepsi.
g. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada
hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
25
3. Persepsi Dalam Konteks Komunikasi
a. Proses Persepsi
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang
terjadi di “luar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang
terjadi di dunia luar sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita
mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk
memahami komunikasi.
1. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama alat-alat indera distimulasi (diransang): Kita mendengar
suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai.
Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita, kita mecicipi
sepotong kue. Kita merasakan telapoak tangan yang berkeringat ketika
berjabat tangan.
2. Stimulasi Terhadap Alat Indera Diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur berbagai prinsip.
3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi
Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita
menggabungkan kedua istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak
bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang
melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak
semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai,
26
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu,
dan sebagainya ada pada kita.
b. Proses Yang Mempengaruhi Persepsi
Antara kejadian stimulasi dengan evaluasi atau penafsiran terhadap
stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting.
Diantanya : teori kepribadian implicit (implicit personality theory), ramalan
yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy), aksentuasi
perseptual ( perceptual accentuation), primasi-resensi (primacy-recency),
konsistensi (consistency), dan stereotiping (stereotyping).
1. Teori Kepribadian Implisit
Sistem aturan yang mengatakan kepada kita karekteristik yang sesuai
untuk karakteristik yang lain. Contohnya jika seseorang yang bergairah
dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja
tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas
tidak bergairah dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
2. Ramalan Yang terpenuhi Dengan Sendirinya
Perkiraan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena
kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar.
27
3. Aksentuasi Perseptual
Aksentuasi perseptual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan
apa yang kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih
tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak kita sukai. Kontra
argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang
pandai dan tampan dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti
ini, bukan karena orang yang kita sukai kelihatan tampan dan pandai.
Proses umum yang sering terjadi setiap hari. Orang yang harus melihat
bayangan air (fatamorgana).
4. Primasi-Resensi
Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pesan
pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama
ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan
gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
5. Konsistensi
Konsistensi
menggambarkan
kebutuhan
kita
untuk
memelihara
keseimbangan diantara sikap-sikap kita. Kita memperkirakan bahwa
hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain akan
muncul bersama-sama.
6. Stereotiping
Stereotipe spisiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas
sekelompok orang.
28
4. Tipe Komunikasi
Sama halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di
kalangan para pakar juga berbeda satu sama lain. Klasifikasi itu didasarkan atas
sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas empat macam tipe komunikasi
berdasarakan tipe-tipe komunikasi yang dibagi oleh Cangara (2007:30) yaitu
komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi
antarpribadi
(interpersonal
communication),
komunikasi
public
(public
communication), dan komunikasi massa (mass communication).
1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (intrapersonal communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yant
terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi
dengan diri sendiri.
Terjadinya proses di sini karena adanya seseorang yang memberi
arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbesit dalam pikiranya.
Objek dalam hal ini bias saja dalam bentuk benda, kejadian alam,
peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik
yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang (Cangara, 2007:30).
Ronald L. Applbaum, et al (Uchjana, 2003:58) mendefinisikan
komunikasi dengan diri sendiri sebagai :
“communication that takes place within us; it includes the act of
talking to ourselves and the acts of observing and attaching meaning
(intellectual and emotional) to our environment”
29
(komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita; ialah meliputi
kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dengan kegiatan-kegiatan
mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkunga kita).
Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri
sendiri. Dengan berkomunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat berfungsi
secara bebas di masyarakat. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar
bagaimana kita berfikir dan berasa dan bagaimana kita mengamati,
menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Oleh karena itu untuk
mengenal diri pribadi, kita harus mmahami komunikasi intrapribadi
(intrapersonal communication).
Bagi seorang komunikator melakukan komunikasi intrapribadi amat
sebelum ia berkomunikasi dengan orang lain. Jika seseorang hendak
mengubah prilaku orang lain atau bahkan orang yang statusnya lebih tinggi,
terlebih dahulu ia harus memformulasikan pesan yang akan disampaikan
kepada komunikannya dalam diri pribadinya, maka dengan demikian
komunikasi akan efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri,
mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu,
mempertimbangkan
keputusan-keputusan
yang
akan
diambil
menyiapakan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain.
dan
30
2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication)
Joseph A. Devito (Uchjana, 2003:60) mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai the process of sending and receiving messages
between two persons, or among a small group of persons, with some
effect and some immediate feedback (proses pendiriman dan penirimaan
pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).
Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat
berlangsung antara dua orang seperti suami istri yang sedang bercakapcakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara
penyaji makalah dengan seorang peserta seminar.
Dibandingkan
bentuk
komunikasi
lainnya,
komunikasi
antarpribadi dinilai paling efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan karena efek atau timbal balik yang
ditimbulkan dari proses komunikasi tersebut dapat langsung dirasakan.
Hal ini dikarenakan komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung
tatap muka. Ketika seseorang atau komunikator menyampaikan pesan,
maka pada saat itu juga komunikator tersebut dapat mengetahui
tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Apabila
umpan baliknya positif dalam artian tanggapan komunikan sesuai
dengan
keinginan
komunikator,
maka
komunikator
akan
mempertahankan gaya komunikasinya tetapi jika tanggapan komunikan
31
negative, maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya
sampai komunikasinya berhasil.
Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi
dua jenis menurut sifatnya yaitu :

Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi
diadik
adalah komunikasi
antapribadi
yang
berlangsung antara dua orang secara tatap muka misalnya dialog,
atau wawancara.

Komunikasi triadik (triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku
komunikasinya
terdiri
dari
tiga
orang,
yaitu
seorang
komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila
dibandingkan
dengan
komunikasi
diadik,
maka
komunikasi diadik lebih efektif, kerana komunikator memusatkan
perhatianya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat
menguasai frame of refrence komunikan sepenuhnya, juga umpan balik
yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap
efektif tidaknya proses komunikasi.
Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang
lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri
sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja,
teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi
32
antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak
(dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi kita.
3. Komunikasi Publik (public communication)
Komunikasi publik adalah suatu proses komunikasi di mana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka
di depan khalayak yang lebih besar.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung
secara kontinu. Dapat diidentifikasikan siapa yang berbicara
(sumber) dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan
penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas.
Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas,
dan jumlah khalayak relative besar. Sumber sering kali tidak dapat
mengidentifikasikan satu-per satu pendengaranya.
Pesan yang disampaikan dalam komunikasi publik tidak
berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan
lebih awal. Tipr komunikasi public biasanya ditemui dalam berbagai
aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan,
ceramah, dan semacamnya.
4. Komunikasi Massa (mass communication)

Pengertian komunikasi massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui
media massa modern, yamg meliputi surat kabar yang mempunyai
33
sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukan kepada
umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.
Lazimnya media massa modern menunjukkan seluruh sistem
dimana pesan-pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan, diterima, dan
ditanggapi.
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap
kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak
dengan menggunakan media.
Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar
daripada komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator yang
menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat
yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapanya untuk
memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan
yang bisa merenggangkan kelompok lainya. Seorang komunikator
melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil
menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna
membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikanya.
Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang
fundamental adalah antara dua orang, benak komunikator harus
mengenai benak setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil
ialah kontak-pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara
serentak.
34
Ada dua tugas komunikator dalm komunikasi massa. Pertama,
komunikator harus mengetahui apa yang ia ingin komunikasikan.
Kedua, komunikator harus mengetahui bagaimana ia harus
menyampaikan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi
kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan
dengan lemah pula disampaikan kepada jutaan orang, bisa
menimbulkan
pengaruh
yang
kurang
efektif
sama
skali
dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dengan baik kepada
komunikan yang jumlahnya kecil.


Karakteristik komunikasi massa
-
Komunikasi massa bersifat umum
-
Komunikan bersifat hetrogen
-
Media massa menimbulkan keserempakan
-
Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
Model komunikasi massa
-
Model jarum hipodermik (hidodermic needle model)
Secara harfiah “hypodermic” berarti “di bawah kulit”. Dalam
hubunganya dengan komunikasi massa, istilah model jarum
hipodermik mengandung anggapan dasar bahwa media massa
menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung.
Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa
yang mencotok massa komunikan yang pasif.
35
Elihu Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari :
1. Media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan
idea pada benak yang tidak berdaya.
2. Massa
komunikan
yang
terpecah-pcah,
yang
terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya
komunikan tidak terhubungkan satu sama lain.
-
Model komunikasi satu tahap (one step flow model)
Model komunikasi satu tahap menyatakan bahwa saluran media
massa berkomunikasi langsung dengan massa komunikasi tanpa
berlalunya satu pesan melalui orang lain, tetapi pesan tersebut
tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek
yang sama pada setiap komunikan.
Model komunikasi satu tahap adalah model jarum
hipodermik yang dimurnikan, tetapi mode satu tahap mengakui,
bahwa :
1. Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat
2. Aspek pilihan dari penampilan, penrimaan, dan panahanan
dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan
3. Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda
Selanjutnya model komunikasi satu tahap memberi
keleluasaan
kepada
saluran
komunikasi
memancarkan efek komunikasi secara langsung.
massa
untuk
36
-
Model komunikasi dua tahap (two step flow model)
Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari
Lazarsfeld,
Bereslson, dan Gaudet pada tahun 1948 (Uchjana, 2003:85),
yang berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide
sering kali datang dari radio, dan surat kabar yang ditangkap
oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini
ditreruskan kepada penduduk yang kurang aktif. Tahap pertama
adalah dari sumbernya, yakni komunikator kepada pemuka
pendapat yang mengoperkan informasi, sedang tahap kedua ini
ialah dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya, yang
juga mencakup penyebaran pengaruh
-
Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)
Model ini menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari
komunikator kepada komunikan terdapat jumlah “relay” yang
berganti-ganti. Beberapa komunikan menerima pesan langsung
melalui saluaran dari komunikator, yang lainya terpindahkan
dari sumbernya beberapa kali. Jumlah tahap yang pasti dalam
proses ini bergantung pada maksud dan tujuan komunikator,
tersedianya
media
massa
dengan
kemampuan
untuk
menyebarkanya, sifat dari pesan, dan nilai pentingnya pesan bagi
komunikan.
37
5. Model Komunikasi
Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas
tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang
mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualiskan dalam
perkembanganya.
1. Model Komunikasi Linear
Model komumunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shanon dan
Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku the Mathematical of
Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai
proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telpon dan
ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan
bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya
adalah
konseptualisasi
dari
komunikasi
liniear
(linear
communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen
kunci : sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver).
Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau
penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat
sempit terhadap partisipan-partisipan dalm proses komunikasi.
38
2. Model interaksional
Model interkasional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada
tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di
antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung
dua arah : dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada
pengirim. Proses melingkar ini menujukkan bahwa komunikasi
selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model
interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi
manusiawinya melalui interaksi sosia, tepatnya melalui pengambilan
peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan
sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu
elemen yang penting bagi model interaksional adalah umpan balik
(feedback0, atau tanggapan terhadap suatu pesan.
3. Model transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada
tahun
1970.
Model
ini
menggarisbawahi
pengiriman
dan
penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam
sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional
adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama
bertanggungjawab terhadap dampak dan efektifitas komunikasi yang
terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terusmenerus mengirimkan dan menerima pesan, kira berurusan baik
39
dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta
komunikasi (komunikator) melakukan proses negoisasi makna.
Dengan transaksional dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan
bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan atau keseluruhan.
6. Fungsi komunikasi
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
7. Tujuan komunikasi
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan/ (to change the
opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
B. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi anratpribadi adalah satuan dasar komunikasi. Peristiwa
komunikasi antarpribadi mencakup hampir semua komunikasi informal dan basabasi, percakapan sehari-hari yang kita lakukan sejak saat kita bangun pagi sampai
40
kembali ke tempat tidur. Sebagian besar kegiatan komunikasi antarpribadi yang
dilakukan berlangsung secara tatap muka (face to face). Oleh karena itu dilakukan
secara tatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact) antara
komunikator
dan
komunikan.
Pribadi
komunikator
menyentuh
pribadi
komunikanya. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung
seketika. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikanya pada saat itu
juga. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikannya pada saat itu juga.
Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau
tanggapanya positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa
komunikasinya berhasil sehingga dapat melanjutkan komunikasinya dan tentu saja
dapat mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya apabila tanggapan
komunikan negative maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya
sampai komunikasinya tersebut berhasil.
Berdasarkan kenyataan tersebut, jenis komunikasi antarpribadi dipandang
sebagai komunikasi yang paling efektif diantara bentuk komunikasi yang lain
kerena efek umpan bali, aksi maupun reaksi verbal dan nonverbal langsung terlihat
antara komunikator dengan komunikan. Jarak partisipan yang dekat dan dilakukan
dengan saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi antarpribadi yang
memuaskan kedua belah pihak.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Uchjana (dalam Liliweri, 1991:12) yang
menyatakan bahwa :
“Pada hakekatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan dan dianggap paling efektif dalam hal
41
upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung.
Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat
komunikasi dilancarkan.
Kondisi tersebut membuat komunikator dapat mengetahui pasti apakah
komunikasi itu berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan
kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Komunikasi antarpribadi juga merupakan komunikasi yang mencakup
hubungan antaramanusia pang paling erat, misalnya komunikasi antara dua orang
yang saling menyayangi. Bochner (dalam L. Tubss dan Moss, 2006:16)
menyatakan bahwa “Hubungan antarpersona berkenaan dengan proses pembentuka
hubungan perorangan- suatu ikatan yang mendekatkan, mendalam, pribadi, dan
intim. Manfaat komunikasi betul-betul jelas, bahkan amat nyata”.
Komunikasi
merupakan
medium
penting
bagi
pembentukan
atau
pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh
dan belajar, kita menemukan diri kita dan orang lain, bergaul, bersahabat,
bermusuhan, mencintai, atau mengasihi orang lain, dan sebagainya.
Secara teoretis, definisi komunikasi telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya dan dari definisi tersebut penulis mencoba merangkumkan bahwa
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang
yang memiliki hubungan antarpribadi yang mantap dan jelas.
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan antarpribadi telah
dikemukakan oleh Ruesch dan Beteson (Rakhmat, 2003:119) pada tahun1950-an.
42
Gagasan ini kemudian dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Watzlawick,
Beavin, dan Jackson dengan buku mereka “Pragmatis of Human Communication”.
Mereka melahirkan istilah baru untuk menujukkan aspek hubungan dari pesan
komunikasi ini metakomunikasi.
Perlahan-lahan studi komunikasi antarpribadi bergeser dari isi pesan ke aspek
relasional atau aspek hubungan antarpribadi. Gerald R. Miller (Rakhmat, 2003:
119) dalam kata pengantar yang dituliskan untuk buku Explorations in
interpersonal communications menyatakan :
“Understanding the interpersonal communications procces demands an
understandingof the symbiotic relationship between communication and
relational development: communication influences relational development,
and in turn (simultaneously), relational development influences the nature
of communication between parties to the relationship”.
(memahami proses komunikasi interpersonal menurut pemahaman
hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional:
komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada giliranya
(secara serempak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat
komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut).
Untuk memperjelas apakah suatu komunikasi merupakan komunikasi
antarpribadi, maka Everett M. Rogers (dalam Liliweri, 1991:13)
mengemukakan
beberapa
cirri-ciri
komunikasi
antarpribadi
yang
membedakanya dengan bentuk komunikasi yang lain. Ciri-cirinya adalah :
a. Arus pesan cenderung dua arah
b. Konteks komunikasinya terbuka
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
43
e. Kecepatan jangkauan terhadap audiens besar
f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap
Komunikasi merupakan suatu proses sosial dimana individu-individu
yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh-mempengaruhi
ini merupakan suatu proses yang bersifat psikologi dan karenanya juga merupakan
permulaan ikatan psikologi antarmanusia yang memiliki suatu pribadi dan
memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam sekelompok
yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.
Komunikasi antarpribadi bersifat dyadic yang melibatkan cara berfikir,
perasaan, pendapat maupun harapan, dan aksi reaksinya. Apabila seorang
komunikator sudah cukup mengenal keadaan sosiologis dan psikologis komunikan
maka dia dapat menyesuaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan.
Oleh karena itu komunikasi antarpribadi selalu mengakibatkan keterpengaruhan.
Klinger (dalam Liliweri, 1991) berpendapat bahwa hubungan antarmanusia
ternyata saling mempengaruhi. Dampak itu berawal dari pesan dalam proses
komunikasi yang saling mempengaruhi manusia melalui pengertian yang
diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan, dan masih
banyak lagi pengaruh lainnya.
Dalam psikologi komunikasi dikatakan bahwa makin baik hubungan
antarpribadi, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsinya dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara pelaku komunikasi.
44
Devito (1997:259) dalam bukunya mengatakan bahwa keberhasilan dalam
menyampaikan informasi sangatlah detentukan oleh sifat dan mutu hubungan
diantara pribadi yang terlibat dan mengandung lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu : Keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini
tidak berarti bahwa orang harus membuka semua riwayat tentang
hidupnya namun harus ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi
yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Kedua mengacu pada kesedian komunikator untuk berekasi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah mengakui bahwa perasaan
dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus
dipertanggungjawabkan.
2. Empati
Henry Backrack (dalam Devito, 1997:260) mendefinisikan empati
sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang
lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
45
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan
keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan
membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.
3. Sikap mendukung
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportivess). Sikap mendukung ditandai dengan
sikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan
(3) provisional, bukan sangat yakin.

Deskriptif adalah mempersepsikan suatu komunikasi sebagai
permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian
tertentu dan tidak merasakanya sebagai ancaman. Sebaliknya
sikap evaluatife sringkali membuat orang bersikap definisif.

Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus
terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya
memperoleh reaksi yang sama. Sebaliknya, bila seseorang
menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, maka orangpun
akan bereaksi secara defensif.
4. Sikap positif
Sikap posotif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu :
(1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
46

Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi
terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri. Kedua,perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi
yang efektif.

Dorongan
positif
umumnya
berbentuk
pujian
atau
penghargaan, dan terdiri atas prilaku yang biasanya kita
harapkan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi
seseorang dan membuatnya merasa lebih baik.
5. Kesetaraan
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak
sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunya sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
atau hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila
isi pesan kita pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak.
Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka.
Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka itu
akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian
47
seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau
ingin segera mengakhiri komunikasi tersebut (Rakhmat: 2003:119).
Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, maka akan dibahas
beberapa
teori
mengenai
hubungan
interpersonal.
Teori-teori
ini
memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal
dan memberikan penjelasan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
hubungan interpersonal.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal.
Model hunungan interpersonal yang akan dibahas adalah menurut Colemen
dan Hammen dalam Rakhmat (2003120). Colemen dan Hammen
menyebutkan ada empat model untuk menganalisa hubungan antarpribadi,
yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suati
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
2. Model Peranan
Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal
sebagai transaksi dagang, maka model peranan melihatnya sebagai
panggung sandiwara. Di setiap orang harus memainkan peranannya
sebagai sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat.
Hubungan antarpribadi berkembang baik bila setiap individu
48
bertindak sesuai ekspedisi peranan (role expedition) dan tuntunan
peran (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills)
dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3. Model Permainan
Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964, 1972) yang
menceritakanya dalam buku Games People Play. Analisisnya
kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini,
orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan.
Mendasari permainan ini adalah tiga bagian keperibadian manusia
yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak (parent, adult, child).
Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek
kepribadian kita (orang tua, dewasa, anak), dan orang lain
membalasanya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4. Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem
dengan sifat-sifatnya. Untuk menganalisisnya kita harus melihat
pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat
kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, espektasi dan
pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan
singkat, model interaksional mencoba mengabungkan model
pertukaran, model peranan, dan model permainan.
49
Apapun teori hubungan interpersonal yang digunakan, kita akan melihat
hal yang sama yaitu bahwa hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk
kedua belah pihak. Para pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan) saling
berbagi pengalaman. Bila pengalaman tersebut menyenangkan kedua belah pihak,
bila permainan peranan berlangsung seperti yang diharapkan, bila terjadi hubungan
komplementer, dan diperkokoh. Sebaliknya, bila hubungan diantara pelaku
komunikasi hanya menimbulkan kepedihan, maka pelaku komunikasi akan
mengakhiri hubungannya. Sehingga dengan demikian hubungan interpersonal
berlangsung melewati tiga tahap yaitu : pembentukan hubungan, peneguhan
hubungan, dan pemutusan hubungan.
C. Perilaku Komunikasi
Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Manusia
dibesarkan
dan
dibentuk
kepribadiannya
melalui
komunikasi.
Manusia
berhubungan dengan sesamanya menggunakan komunikasi. Manusia beribadah
menggunakan komunikasi. Dengan demikian, komunikasi merupakan hal yang tak
terhindarkan dari kehidupan manusia. “We can not not communicate” demikian
kata seorang pakar komunikasi.
Komunikasi bergerak melibatkan unsur lingkungan sebagai wahana yang
“mencipta” proses komunikasi itu berlangsung. Porter dan Samovar mengatakan
alih-alih komunikasi merupakan matriks tindakan-tindakan sosial yang rumit dan
saling berinteraksi, serta terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks.
50
Lingkungan sosial ini merefleksikan bagaiman orang hidup, dan berinteraksi
dengan orang lain.
Goulb dan Kolb (1964) menyatakan bahwa perilaku merupakan padanan
dari kata behavior pada bahasa Inggris. Pengertian perilaku yang sangat umum
menunjukkan tindakan atau respon dari sesuatu atau system apapun dalam
hubungan dengan lingkungan atau situasi komunikasi yang ada. Rogers dan
Shoemaker (1986) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan nyata
yang dapat dilihat atau diamati. Perilaku tersebut terjadi akibat adanya proses
penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai ada penetuan sikap untuk
bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca
indera seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli komunikasi yaitu Rogers
(Cangara, 2007:20) yaitu “ komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan mmaksud untuk mengubah
tingkah laku mereka”.
Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan
tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh
individu dalam melakukan kegiatanya. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku itu
terjadi karena adanya penyebab tingkah laku (stimulus), motivasi tingkah laku, dan
tujuan tingkah laku.
Pengertian perilaku komunikasi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
dinyatakan bahwa sebagai tindakan yang dilakukan seseorang untuk menciptakan
51
dan menyampaikan informasi kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu
melalui upaya-upaya komunikasi baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal.
Perilaku komunikasi antara Guru dan siswa adalah bagaimana Guru
menunjukkan perilaku komunikasinya terhadap siswa. Tentunya perilaku
komunikasi yang positif sangat penting terhadap pembentukan kepribadian siswa
serta memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikanya
Perilaku komunikasi siswa yang telah disebutkan di atas memiliki pengaruh
psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar. Dengan adanya perhatian dari
Guru, Siswa akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu
bahwa bukan dirinya saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya
pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan
pengaruh kepadanya dan perkembangan pendidikan selanjutnya.
Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala aktivitas anak selama
menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar siswa mudah dalam
mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di samping itu juga agar ia dapat
mencapai perestasi belajar yang maksimal. Perhatian Guru dapat berupa pemberian
bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan
penghargaan, serta. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan siswa memiliki
idealism, pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih siswa
memiliki kedisiplinan. pemberian motivasi dan penghargaan agar siswa terdorong
untuk belajar dan berprestasi.
52
D. Konsep Orang Tua dan Anak
Keluarga merupakan buaian tempat anak melihat cahaya kehidupan pertama,
sehingga apapun yang dicurahkan dalam sebuah keluarga akan meninggalkan kesan
yang mendalam terhadap watak, pikiran serta sikap dan perilaku anak. Orangtua
adalah anggota dari keluarga. Sedangkan keluarga adalah unit sosial terkecil dalam
masyarakat. Orang tua adalah seorang yang melahirkan kita serta bertugas
membimbing anaknya untuk menjalani kehidupan terutama dalam pendidik.
Keluarga adalah tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar berinteraksi
sosial. Keluarga merupakan sumber keperibadian seseorang. Melalui keluarga anak
belajar melakukan respon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tengah
kehidupan masyarakat yang lebih luas nantinya. Melalui proses interaksi inilah
anak secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan nalar serta imajinasinya
dan akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak dalam menghadi kehidupan
pada tahap-tahap perkembangan berikutnya. Interaksi sosial yang berlangsung
dalam keluarga tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi kerena ada tujuan atau
kebutuhan. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai menyebabkan mereka saling
berhubungan dan berinteraksi sehingga tidak terlepas dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertical maupun horizontal
yaitu dari orang tua ke anak maupun dari anak ke orang tua. Ini dikarenakan bentuk
komunikasi yang terjalin diantara orang tua dan anak adalah komunikasi
antarpribadi dan bersifat dydic.
53
Dalam keluarga, orang tualah yang menjadi model bagi anak. Segala Sesutu
dilakukan oleh orang tua akan menjadi model bagi anak. Salah satu yang dapat
dijadikan model bagi anak adalah pola komunikasi orang tua baik verbal maupun
non verbal. Anak akan mengamati secara langsung, mendengar perintah dan
larangan serta mempunyai suatu keyakinan terhadap apa yang dilihat dan
didengarnya.
Ketika komunikasi antara orang tua dan anak berjalan baik, maka akan
berpengaruh pada kualitas hubungan antara orang tua dan anak serta pribadi anak.
Hal yang paling akan terasa adalah pada pendidikan anak. Orang tua akan mudah
mengarahkan anak dan anak pun akan senantiasa puas terhadap diri dan apa yang
diperolehnya.
Pada pendidikan anak di sekolah, pengaruh orang tua sangat besar. Prestasi
belajar anak ataupun perilaku kehidupan bermasyarakat anak secara umum sangat
tergantung pada komunikasi yang terjalin diantara anak dan orang tua.
Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut
mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah
orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan
pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
54
a. Pola Asuh Otoriter (Otoritative)

Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari,
lebih fokus pada masa kini.

Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang
ditentukan sepihak oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :

Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan
pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.

Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut
hukuman.

Di sekolah memiliki kecendrungan berprilaku antisosial, agresif,
impulsife, dan prilaku maladatif lainya.

Anak perempuan cenderung menjadi dependen.
b. Pola Asuh Pemanjaan (Permisive)

Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang
tua/pengasuh tidak berani menegur, takut akan menangis dan
khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak :

Anak memang menjadi tampak responsive dalam belajar, namun
tampak kurang matang (manja), implusive dan mementingkan diri
sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam
menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
55

Tidak jarang perilakunya sisekolah menjadi agresif.
c. Pola Asuh Penelantaran (Indulgent)

Menelantarkan secara psikis

Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.

Anak dibiarkan berkembang sendiri

Orang tua lebih memprioritaskan kepentinganya sendiri karena
kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :

Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam kenakalan
remaja seperti penggunaan narkoba, merokok, diusia dini dan tindak
kriminal lainya.

Implusive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada
suatu aktivitas atau kegiatan.

Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
d. Pola Asuh Autoritatif (Demokratis)

Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa
depan yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini.

Memprioritaskan
kepentingan
anak,
tapi
tidak
ragu-ragu
mengendalikan anak.

Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang
memiliki emosi dan pikiranya sendiri.
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak :
56

Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki
kemampuan interospeksi serta pengendalian diri.

Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadap
aturan.

Lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas.

Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugastugas belajar.

Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan
pemasalahan.

Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi
kepribadianya dimasa satang. Perilaku dewasa dan cirri keperibadian dipengaruhi
oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya
antara masa anak dan dewasa memiliki hubungan berkesinambungan.
Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan terpenting terutama dalam
hal pendidikan, sehingga baik buruknya prestasi belajar anak ditentukan oleh
bimbingan orang tua. Tujuan dari orang tua membimbing anaknya karena
kewajaran selain itu juga karena orang tua mencintainya, sehingga akan
menjadikan berprestasi. Dengan prestasi tersebut maka dapat mengangkat nama
baik orang tua yang telah menyanyangi serta membimbingnya.
57
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 3 Parepare
SMK Negeri 3 Parepare yang beralamat di jalan Karaeng Burane No. 16
Kec. Ujung, Parepare, didirikan pada tanggal 27 Desember 1973, dengan nama
SKKA. Pada tahun ajaran 1978/1979,SKAA berubah nama menjadi SMKK.
Berdasarkan SK Mendikbud tanggal 7 Maret 1997 No. 036/O/1997, SMKK
Parepare berubah nama menjadi SMK Negeri 3 Parepare. Memasuki usianya
yang ke-40, SMK 3 Parepare telah 37 kali menamatkan dengan alumni 3468
orang, yang terdiri dari 876 orang jurusan boga, 291 orang jurusan perhotelan,
1694 orang jurusan busana, 456 orang jurusan kecantikan, dan 151 orang
jurusan multimedia.
Sejak berdirinya pada tahun 1973, di SMK Negeri 3 Parepare telah ada tiga
orang yang menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Berikut nama-nama kepala sekolah yang menjabat :
1. Dra. Ny. J. T. Burhanuddin
2. Abdul latif salam, S.pd.
3. Drs. Fatahuddin. MH
SMK Negeri 3 Parepare merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan
yang khusus mencetak generasi muda insan pariwisata. Sampai saat ini telah
mengukir
sejumlah prestasi sebagai sekolah yang berbasis kejuruan dengan
58
menerapkan sistem berbasis kompetensi yang benar-benar fungsional (Advance
Training), untuk melaksanakan pekerjaan tertentu sesuai tuntutan lapangan kerja.
Sejak berdiri tahun 1973 sampai sekarang, telah menghasilkan luaran yang
selalu siap pakai. SMK 3 Parepare yang membina lima program keahlian yakni
program Keahlian Tata Kecantikan, Tata Busana, Tata Boga, Akomodasi
Perhotelan, dan Multimedia, telah terserap di berbagai sektor usaha dan industri.
Selama menempuh kegiatan belajar setiap siswa diberikan kesempatan untuk
melaksanakan magang / praktik kerja industri, di dunia usaha / dunia industri yang
relevan.
Sebagai sekolah yang mengedepankan mutu dan kualitas luaran yang siap
pakai di dunia industri, semua jurusan dibekali pengetahuan dasar pengoperasian
komputer dan bahasa Inggris, sehingga para lulusan mampu mengaplikasikan
setiap kemampuanya seiring dengan perkembangan teknologi.
Adapun Visi, Misi dan Kebijakan Mutu SMK Negeri 3 Parepare sebagai
berikut :
a. Visi
“Unggul dalam prestasi, kompeten pada bidang keahlian berdasarkan IPTEK
dan IMTAQ”
b. Misi
 Menempatkan siswa pada bidang sesuai bakat dan minat
 Memberikan layanan pendidikan yang berkualitas untuk mewujudkan siswa
yang berprestasi
59
 Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai Pengajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
 Menghasilkan tenaga kerja professional, berakhlak mulia dan mampu
bersaing pada era globalisasi
c. Kebijakan mutu
 SMK Negeri 3 Parepare memberikan layanan pendidikan bermutu untuk
menghasilkan tamatan yang professional dan berbudi pekerti luhur
 Meningkatkan sumber daya sekolah, khususnya pada bidang keahlian
sehingga tercipta lingkungan yang bernuansa edukatif, kompetitif, dan
kekeluargaan
 Melakukan perbaikan disetiap aspek secara berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu sekolah
 Warga sekolah memiliki komitmen kuat untuk menjaga konsistensi
pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
B. Keadaan Umum
1. Letak dan Luas Wilayah
SMK Negeri 3 Parepare terletak di tengah kota, sehingga sekolah ini mudah
dijangkau oleh siswa tidak hanya yang berlokasi di kota Parepare tetapi juga
berlokasi di luar Parepare. Lokasinya berada pada bagian tengah kota Parepare
yaitu apabila kita berada tepat di jalan Veteran berdekatan dengan lapangan Andi
Makkasau terdapat jalan berbelok menuju daerah Lappade tepatnya Jalan Karaeng
Burane berhadapan dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) kita bisa menemukan
60
lokasi di mana sekolah ini berdiri dan letaknya berada di sebelah kiri SMP Negeri 1
Parepare.
SMK Negeri 3 Parepare ini, terletak di Kecamatan Ujung kota Parepare berdiri
di atas tanah yang berluas 3.974 m ².
2. Struktur Organisasi Sekolah
Mekanisme kerja atau pembagian kerja SMK Negeri 3 Parepare tergambar
pada struktur organisasi sebagai berikut :
61
C. Keadaan Guru, Siswa, dan Pegawai
Guru SMK Negeri 3 Parepare berjumlah 76 orang, 64 orang adalah guru tetap
dan sisanya adalah guru honor. Berikut ini adalah nama-nama guru di SMK Negeri
3 Parepare :
TABEL 1.1
DAFTAR NAMA GURU SMK NEGERI 3 PAREPARE
NO
NAMA
GOLONGAN
KETERANGAN
1
Drs. Fatahuddin, MH.
IV/b
Kepala sekolah
2
Drs. H. Muh. Tang S, M.pd I
IV/b
Guru
3
Dra. Nadirah
IV/a
Guru
4
Drs. Lauru
IV/a
Guru
5
Dra. Hj. St. Nurjannah, MM
IV/a
Guru
6
Dra. Hj. Kallara, MM
IV/a
Guru
7
Dra. Hj. Mustiniati
IV/a
Guru
8
Dra. Hj. St, Sumarny
IV/a
Guru
9
Dra. Hj. Nurhayati U.
IV/a
Guru
10
Dra. Sensuarni
IV/a
Guru
11
Dra. Sarika
IV/a
Guru
12
Dra. Hj. Masdawati
IV/a
Guru
13
M. Amri, B.A
IV/a
Guru
14
Dra. Alia Pratiwi
IV/a
Guru
15
Dra. St Fatimawati
IV/a
Guru
62
16
Dra. Hj. Rahmawati
IV/a
Guru
17
Dra. Manawara
IV/a
Guru
18
Dra. St. Fatmawati
IV/a
Guru
19
Dra. Hj. Nurmiah
IV/a
Guru
20
Dra. Hamsiyah Hafid
IV/a
Guru
21
Idhayati main, S.Pd.
IV/a
Guru
22
Hj. Nuralim, S.Pd
IV/a
Guru
23
Elye. K,S.Pd
IV/a
Guru
23
Mappiajo, S.Pd
IV/a
Guru
25
Hj. Tamariah, S.Pd
IV/a
Guru
26
Dra. Nur Awan
IV/a
Guru
27
Abdullah Al Masyhur, S,Pd
IV/a
Guru
28
Hj. Yusniar, S.Pd
IV/a
Guru
29
Drs. Muhammad Ardi, MM
IV/a
Guru
30
Dra. Hj Sahrina
IV/a
Guru
31
Dra. A. Tenriese
IV/a
Guru
32
Dra. Ummi Farida
IV/a
Guru
33
Nurhaedah, S.Pd
IV/a
Guru
34
Hj. Sitti Nuraeni, S.Pd
IV/a
Guru
35
Ida Farida, S.pd
IV/a
Guru
36
Milka Iriana Djawa, S.Pd
IV/a
Guru
37
Simon, S.Pd
IV/a
Guru
63
38
Dra. Hj. Rohani
IV/a
Guru
39
Hj.A.Raehana R.S.Pd.MM
IV/a
Guru
40
Dra. Haizah
III/d
Guru
41
Drs. Arsyad baru
III/d
Guru
42
Jufriani, S.Pd
III/d
Guru
43
A. Rasmilawati, S.Pd
III/d
Guru
44
Nurfaidah, S.Pd
III/d
Guru
45
Jatia, S.Pd
III/d
Guru
46
Abidin, S.Pd
III/d
Guru
47
Muh. Amir hafid, S.Pd
III/d
Guru
48
Dra. Hj. Sitti. Hamdiyah
III/c
Guru
49
Ratna, S.Pd
III/c
Guru
50
Ema Elisabeth, S.Pd
III/c
Guru
51
Rosatilah, S.Pd
III/c
Guru
52
Alfiah, S.Pd
III/a
Guru
53
Yusfita Handayani, S.Pd
III/a
Guru
54
Hamsiyah, S.Pd
III/a
Guru
55
Sitti Ruwaedah S.Pd
III/a
Guru
56
Arni Handrayani, S.Pd
III/a
Guru
57
Suryanti, S.Pd
III/a
Guru
58
Eka Mulyani Nirham, S.Pd
III/a
Guru
59
Nurhadi, S.kom
III/a
Guru
64
60
Wiwin Saputri Rusdi, S.Pd
III/a
Guru
61
Ersi, S.Pd
III/a
Guru
62
Indria Mulyana, S.ST.Par
III/a
Guru
63
Mutmainna, S. ST.Par
III/a
Guru
64
Muh. Aslan Alwi, S.Kom
III/a
Guru
65
Nurmiati lukman, S.Pd
III/a
Guru
66
Chaeriel Mapka, S.Pd
Honorer
Guru
67
Suci Asta Sari Asis, S.Pd
Honorer
Guru
68
Rusli halim, S.Pd
Honorer
Guru
69
Nirwaningsih, S.Pd
Honorer
Guru
70
Titin Syam, S.Sos
Honorer
Guru
71
Jeni Asmini, S.Pd
Honorer
Guru
72
Wahidah, S.Pd
Honorer
Guru
73
Didit kurniawan, SE
Honorer
Guru
74
Nurdiansyah, S.Kom
Honorer
Guru
75
Ayu Qadarsih, S.Sn
Honorer
Guru
76
Paulus Ratta
Honorer
Guru
Tugas-tugas guru di sekolah antara lain :
1. Setiap guru bidang studi diharuskan membuat program semester dan satuan
pelajaran.
65
2. Seorang guru bidang studi tidak diperkenankan mengajar tanpa mengikuti program
satuan pengajaran.
3. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
4. Melaksanakan kegiatan penilian belajar (semester/setahun).
5. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
6. Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
7. Mentyusun lembaran kerja siswa untuk mata pelajaran yang memerlukan lembaran
kerja.
8. Membuat catatan tentang kemajuan belajar masing-masing siswa
9. Mengatur kebersihan ruangan praktek, pengembalian alat pinjaman, pemeliharaan,
dan keamanan sarana praktek.
10. Memeriksa apakah setiap siswa sudah menghafal tentang, penggunaan masingmasing dari peralatanya untuk menghindari terjadinya kerusakan.
11. Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengawasan kebersihan masingmasing alat praktek lainya pada setiap akhir pelajaran.
66
TABEL 1.2
NAMA-NAMA STAF TATA USAHA SMK NEGERI 3 PAREPARE
Jumlah pegawai administrasi tata usaha di smk negeri 3 parepare sebanyak 13 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
NO
NAMA
GOLONGAN
1
Sudarsono
III/c
2
Lukas Pune
III/c
3
Hj. Sarti Haddade, S.Pd
III/c
4
Hj. Daramatasia Bandu
III/c
5
Malan
II/a
6
Dra. Nurhayati, M
III/b
7
Yuliana fani. B
Honorer
8
Sitti. Aisyah latif
Honorer
9
Chaeruddin
Honorer
10
Rezki Sriwani, S.Pd
Honorer
11
Muh. Iqbal Rifai
Satpam
12
Rahmat Kurniawan
Satpam
13
Ishak
Keadaan siswa
Cleaning Service
67
SMK Negeri 3 Parepare memiliki 22 kelas yang memiliki ukuran 648
m²,dengan rincian sebagai berikut ; kelas X berjumlah 9 kelas, kelas XI berjumlah
7 kelas dan kelas XII berjumlah 6 kelas. Tiap kelas memiliki siswa maksimal 35
orang.
D. Kegiatan yang dilakukan SMK Negeri 3 Parepare
Selain kegiatan belajar-mengajar di kelas, siswa-siswi SMK Negeri 3
Parepare juga melakukan beberapa kegiatan ekstrakulikuker diantaranya Palang
Merah Remaja (PMR), Pramuka, Paskibraka, Basket, Voli, Karate, Cheers. Selain
itu pula siswa-siswi SMK Negeri 3 Parepare aktif melakukan diskusi pelajaran dan
membentuk kelompok belajar di luar kelas, mengikuti les, serta perlombaan
kebersihan kelas yang diadakan tiap tanggal 17 Agustus dalam rangka
memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
E. Fasilitas Sekolah
Fasilitas yang tersedia di SMK Negeri 3 Parepare cukup memadai dari segi
jenis, kuantitas, dan kualitasnya untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Adapun beberapa fasilitas yang dimiliki oleh SMK Negeri 3 Parepare adalah
sebagai berikut :

Edotel

Musholla

Ruang Guru

Ruang BK/BP
68

Ruang Perpustakaan

Ruang Tata Usaha

Ruang Osis

Ruang UKS

Ruang Keterampilan

Koperasi

Laboratorium Bahasa

Laboratorium IPA

Laboratorium Komputer

Ruang Praktek Mengetik

Ruang Prektek Busana

Ruang Praktek Kecantikan

Ruang Praktek Boga

Ruang Praktek Perhotelan

Kantin

Toilet Guru

Toilet Siswa

Gudang
F. Tata Tertib sekolah
69
A. Tata Tertib Guru
1. Dalam menunaikan tugas guru harus bersikap dan berbuat sesuai dengan
kode etik jabatan guru.
2. Guru yang bertugas mengajar datang ke sekolah selambat-lambatnya pada
waktu jam mengajar dimulai.
3. Guru yang mengajar pada jam pertama atau terakhir agar membimbing dan
mengawasi pelaksanaan murid berdoa.
4. Pada setiap pergantian jam mengajar, guru yang bertugas supaya segara
masuk ke dalam kelas bersangkutan agar tidak memberi peluang pada
murid untuk gaduh dalam kelas.
5. Guru piket harus sudah siap di sekolah sepuluh menit sebelum jam pertama
dimulai dan lima menit sesudah jam pelajaran berakhir.
6. Guru yang bertugas sebagai wali kelas berfungsi sebagai wakil dari kepala
sekolah dari kelas yang bersangkutan dan bertanggung jawab.
B. Tata Tertib Tata Usaha
1. Pegawai tata usaha melayani kepentingan murid harus ramah dan penuh
tanggung jawab.
2. Pegawai tata usaha dalam menggunakan alat kantor harus hemat dan hatihati
3. Pegawai tata usaha harus memelihara dan menjaga kebersihan keamanan
alat-alat kantor.
C. Tata Tertib Siswa
70
 Waktu
1. Siswa wajib hadir di sekolah sebelum pelajaran dimulai (07.00 WITA)
2. Siswa yang terlambat datang kurang dari lima belas menit harus seizin
guru piket.
3. Siswa yang terlambat datang lima menit harus seizin guru BK dan guru
mata pelajaran.
4. Selama pelajaran berlangsung dan pada pergantian jam pelajaran siswa
berada di dalam kelas.
5. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada dalam kelas.
6. Siswa boleh meninggalkan sekolah setelah jam pelajaran selesai
(kecuali ada kegiatan ekstrakulikuler). Dan langsung pulang ke rumah
(dilarang duduk-duduk di pinggir jalan ,singgah-menyinggahi kecuali
seizin orang tua).
7. Meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung harus seizin guru
mata pelajaran atau guru pembimbing.
8. Izin satu hari harus mlaliu wali kelas, guru pembimbing dan harus ada
penyampaian orang tua.
9. Izin 1-2 hari harus melalui guru pembimbing, lebih dari 3 hari melalui
kepala sekolah dan harus ada keterangan langsung dari orang tua (tidak
melalui surat ataupun telepon).
71
10. Siswa meninggalkan sekolah tanpa pemberitahuan selama tujuh hari
berturut-turut atau dalam satu bulan akan dikembalikan ke orang tua
(dikeluarkan).
 Pakaian
a) Sopan, rapi, sesuai ketentuan yang berlaku
b) Hari senin,selasa,adalah pakaian seragam putih abu-abu
c) Hari rabu dan kamis pakaian seragam batik
d) Hari jumat pakaian olah raga
e) Sepatu hitam polos, kaos kaki putih polos, dan ikat pinggang hitam
polos.
f) Memakai badge osis, lokasi sekolah, dan papan nama
g) Hari sabtu pakaian pramuka, sepatu dan kaos kaki hitam polos
h) Hari senin dan upacara, memakai topi dan dasi (berseragam Lengkap)
i) Baju dimasukkan ke dalam rok/celana
j) Lengan baju tidak sempit dan tidak digulung.
D. Sikap dan Sopan Santun
1. Siswa wajib menghormati kepala sekolah, guru, dan staf sekolah yang
lain
2. Siswa harus menghormati tamu sekolah
3. Siswa harus menghormati sesama siswa
E. Upacara dan Keagamaan
72
1. Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dan upacara peringatan
hari-hari besar nasional dengan seragam lengkap
2. Kegiatan keagamaan
a) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan keagamaan seperti :
shalat berjamaah, tadarrus, pengajian, pesantren kilat, serta
peringatan hari besar islam
b) Bagi non-muslim kegiatan diatur oleh sekolah
F. Larangan-larangan
1. Meninggalkan ruangan kelas atau sekolah
tanpa persetujuan guru
bidang studi, BK atau kepala sekolah.
2. Membawa, membaca, atau mengeluarkan bacaan, gambar, atau video
porno.
3. Membawa rokok/merokok.
4. Membawa dan meminum minuman keras
5. Berbuat onar atau melakukan kegiatan yang dapat menggangu kegiatan
belajar
6. Membuat coret-coretan dan merusak fasilitas sekolah
7. Judi atau main kartu
8. Mencuri
9. Memukul, berkelahi, dan main hakim sendiri
Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam
tatakrama dan tata tertib sekolah akan dikenakan sanksi sebagai berikut :
73
1. Teguran
2. Sanksi khusus
3. Penyampaian
4. Panggilan orang tua
5. Skorsing
6. Dikembalikan ke orang tua
G. Lain-lain
1. Tatakrama dan tata tertib siswa ini mengikat sejak berangkat dari rumah
ke sekolah sampai kembali ke rumah.
2. Tatakrama dan tata tertib ini mulai sejak tanggal ditetapkanya
3. Hal-hal yang belum diatur dalam tatakrama dan tata tertib ini akan
diputuskan lebih lanjut melalui rapat dewan guru.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Perilaku komunikasi antara guru dan siswa broken home dalam membantu
perilaku belajar siswa adalah suatu komunikasi, baik verbal maupun nonverbal yang
dilakukan oleh guru dan siswa untuk memberikan motivasi, mendorong, perkembangan
intelektual, emosional, dan sosial anak dalam meningkatkan perilaku belajarnya.
Perilaku komunikasi dianggap penting untuk diteliti karena perceraian di
Indonesia tidak sedikit keluarga yang mengalami perpecahan. Perpecahan dalam
keluarga dapat terjadi baik antara sesama orang tua, orang tua dengan anak, anak
dengan anak. Perpecahan orang tua itu dapat berakibat pada perpisahan atau perceraian
orang tua. Dalam kenyataannya perceraian orang tua selalu berakibat pada anakanaknya. Anak- anak selalu menjadi korban atas perceraian orang tuanya. Akibat dari
perceraian orang tua itu ada anak yang bisa tetap bangkit dan merasa tidak dijadikan
beban hidup atas perceraian orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang terpuruk atas
perceraian orang tuanya. Anak yang terpuruk akibat perceraian orang tua sering
menjadi anak yang broken home. Selain itu, secara prestasi, anak tidak dapat
menunjukkan prestasi yang membanggakan dan terpengaruh dengan persoalan yang
terjadi di tengah keluarganya.
75
Siswa yang dikatakan sebagai broken home pada dasarnya sehat secara fisik dan
dalam kondisi kasat mata tidak ditemukan permasalahaan. Yang dimaksud broken
home adalah latar belakang situasi keluarga yang tidak kondusif bahkan cenderung
mengarah pada permasalahan yang mengakar dan mengkontaminasi segala aspek
kehidupan dalam sebuah keluarga. Hal yang demikian jelas sangat mempengaruhi dari
sisi psikologis siswa, dimana akan dirasakan sebuah tekanan dan guncangan yang
hebat dalam diri siswa. Maka kesulitan belajar yang didasari oleh permasalahan
keluarga broken home adalah keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat intern dalam keluarga dan
berdampak permasalahan yang seperti tersebut diatas tidak begitu mendasar secara
umum dan terlihat sebagai permasalahan yang berasal dari luar diri peserta didik,
sehingga ada sebuah kecendrungan pandangan bahwa hal tersebut hanya merupakan
masalah personal yang terlalu dibesar-besarkan. Dilain sisi persoalan dalam keluarga
atau rumah tangga kerap dianggap sebagai bentuk kegagalan dalam memanage sebuah
perencanaan dalam hidup, sehingga timbul gejolak yang akan berujung pada berbagai
macam permasalahan dan perpecahan.
Jenis-jenis kesulitan belajar yang kerap menghinggapi siswa yang berlatar broken
home dan merupakan hasil pengamatan antara lain :
1. Kurangnya konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar.
2. Seringnya berulah/nakal/ribut didalam proses kegiatan belajar.
3. Jatuhnya prestasi belajar secara signifikan.
76
4. Labilnya kondisi emosional siswa didalam keseharian dan dalam kegiatan
belajar.
5. Hilangnya mod atau keinginan yang memacu diri untuk belajar.
6. Adanya kecendrungan berperilaku menyendiri/mengasingkan dan tertutup
terhadap orang lain, baik itu guru,siswa dan orang tua.
Dari beberapa jenis kesulitan belajar diatas terlihat bahwa, pada kasus siswa yang
berlatar broken home kesulitan belajar yang dialami bukan didasari oleh sisi kemampuan
intelektualnya melainkan pengaruh lingkungan keluarga (ekstern) dan pada akhirnya
berdampak pada penurunan prestasi akademik, pola laku, emosional dan secara
menyeluruh yang akhirnya mengkontaminasi diri siswa.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan mengadakan
analisis data yang berusaha memaparkan, dan menjelaskan fenomena sosial yang dikaji,
yaitu pengalaman komunikasi orang tua, guru dan siswa, dalam meningkatkan perilaku
belajar siswa broken home berdasarkan teori yang ada.
Penulis melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Parepare selama kurang lebih dua
bulan. Selama dua bulan tersebut penulis melakukan Observasi dan wawancara terhadap
salah satu wali kelas, guru BK dan beberapa orang siswa. Dari hasil wawancara tersebut
penulis kemudian memilih tiga siswa yang di anggap layak dan memenuhi kriteria untuk
dijadikan sebagai informan yang bersekolah di SMK Negeri 3 Parepare.
1. Perilaku Komunikasi Siswa Broken Home di SMK Negeri 3 Parepare
Perilaku menunjukkan tindakan atau respon yang dilakukan oleh seseorang atau
segala sesuatu yang dilakukannya. Jadi perilaku komunikasi dapat diartikan sebagai
77
tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada atau dapat pula
diartikan sebagai tindakan seseorang sebagai pelaku komunikasi, menyampaikan informasi
atau memproses informasi adalah merupakan perilaku komunikasi, hal ini sejalan dengan
apa yang dikatakan oleh Shannon dan Weaver (Cangara, 2007:20) yang mengatakan
bahwa :
“ komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi
satu sama lainya , sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk
komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekseprsi muka,
lukisan, seni, dan teknologi”.
Begitu pula halnya perilaku komunikasi yang terjadi di sekolah. Untuk mengetahui
bagaimana perilaku komunikasi siswa broken home di SMK 3 Parepare,berikut ini adalah
hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj Sahrina selaku Guru BK di SMK 3 Parepare. Beliau
mengatakan bahwa :
“Perilaku komunikasi siswa di sekolah
Tak dapat dipungkiri dengan
berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknonologi (Iptek), terutama di bidang
informasi telah mempengaruhi pola fikir dan prilaku siswa. Hal ini dapat kita amati
melalui pola mereka berkomunikasi dan berpenampilan sehari-hari. Cara mereka
berkomunikasi dengan teman, orang tua dan guru sangatlah unik. Mereka
menggunakan logat dan istilah yang kadang-kadang sulit kita mengerti sebagai
guru Apalagi jika mereka menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter,
dan lain sebagainya. Beliau mengatakan, menghadapi siswa zaman sekarang tidak
mungkin disamakan dengan cara menghadapi siswa pada dua puluh atau tiga puluh
tahun yang lalu. Menghadapi siswa sekarang perlu pola komunikasi efektif antara
pihak sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri”.
Lain halnya dengan pendapat ibu Dra. Ummi Farida selaku Wali kelas, beliau berpendapat
bahwa :
”Seorang guru pembimbing haruslah mempunyai tujuan dalam memberikan pola
didiknya, hal ini agar para siswa bisa mengikuti setiap pelajaran yang di ajarkan
oleh guru kelasnya. Ibu Ummi Farida lebih menyesuaikan dengan anak dalam
78
berkomunikasi, dengan mengenal tipe-tipe keperibadian anak seperti apa, maka
sebagai guru pembimbing Ibu Ummi Farida selalu melakukan pendekatan dan
Memberikan perhatian terhadap siswa yang bermasalah, baik masalah di kelas
maupun masalah sikap siswa dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah. Beliau
pun perlu melibatkan orang tua/wali murid untuk membicarakan kondisi anak-anak
saat berada di sekolah. Tanpa ada komunikasi yang terbuka dan lancar antara guru
dan orang tua, sulit bagi anak-anak untuk mendapatkan bantuan.
Rany salah satu siswa broken home di SMK 3 Parepare mengatakan bahwa :
“Saya kurang dapat berinisiatif dalam berkomunikasi baik di sekolah maupun di
rumah. Karena di rumah, saya dan orang tua jarang mempunyai waktu untuk
bertemu dan berkomunikasi. Sehingga keadaan di rumah berpengaruh pada sifat
dan perilaku saya saat di sekolah yang terbiasa menyendiri, karena itu saya tidak
menyapa jika tidak terlebih dahulu disapa oleh guru atau teman. Kalau ada
masalah, saya lebih banyak mengkomunikasikannya dengan tante”.
Rany mengatakan bahwa ia kurang dapat berinisiatif dalam berkomunikasi,ia lebih banyak
sharing masalah kepada tantenya dibandingkan orang tuanya sendiri karena kesibukan
orang tua.
Hal yang sama juga dialami oleh Puput. Prestasi Puput di sekolah cukup baik, namun
ia kerap mendapat teguran dari guru-guru karena sering melamun pada saat pelajaran
berlangsung, hal itulah mempengaruhi prilaku belajar puput di sekolah.
Puput mengatakan “komunikasi di sekolah biasa-biasa saja, di sekolah saya hanya
memiliki beberapa orang teman dekat yang selalu menemani, namun ketika di
rumah saya merasa kesepian dan tidak punya siapa-siapa. Saya jarang sekali
menghabiskan waktu di rumah, saya lebih sering bermain bersama teman-teman,
bahkan saya lebih senang menginap di rumah teman dari pada dirumah sendiri.
Semua itu saya lakukan semata-mata karena sulitnya merasakan kenyamanan dan
kehangatan di dalam rumah sejak kedua orang tua saya bercerai.
Menurut keterangan yang ia berikan, orang tuanya telah bercerai sejak ia kelas 3
SMP. Sejak saat itu ia terbiasa melihat ayah dan ibu berseteru di depannya hampir setiap
hari. Dan setelah itu yang ia lakukan hanya mengurung diri di kamar.
79
Jawaban yang serupa juga dikatakan oleh Arman siswa kelas 2 SMK Negeri 3
Parepare ini yang mengatakan bahwa :
Komunikasi yang terjadi di rumah maupun di sekolah terkesan cuek, “Saya jarang
berkomunikasi dengan guru dan orang tua. Karena di sekolah saya dianggap anak
yang nakal, malas dan jarang masuk kelas ketika proses belajar berlangsung,saya lebih
nyaman bergaul dengan teman-teman, di rumah orang tua saya sering berbicara kasar
ataupun marah kepada saya, orang tua lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan
anaknya sendiri. saya segan ataupun takut untuk membicarkan masalah di sekolah
dengan orang tua. Saya lebih terbuka ke teman-teman dibandingkan ke orang tua
sendiri.
Di awal proses wawancara, arman masih terkesan menutupi dan enggan untuk
membagi cerita mengenai masalah keluarganya. Namun peneliti berusaha untuk bisa dekat
dan terus berinteraksi dengannya. Suasana pun perlahan mulai mencair dan ia menunjukan
sikap yang positif dan terbuka.
Dari jawaban yang diberikan oleh informan diatas diketahui bahwa komunikasi yang
terjalin diantara Guru, orang tua dan anak tidak terlalu intens karena orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya. Komunikasi terjadi hanya pada saat orang tua maupun anak merasa
ada kebutuhan yang harus dibicarakan dan sejauh itu komunikasi yang sehari-hari terjalin
hanyalah komunikasi yang berada pada taraf komunikasi yang dangkal dimana komunikasi
yang sesungguhnya tidak benar-benar terjadi. Seperti definisi komunikasi yang dibuat oleh
kelompok sarjana komunikasi (Cangara, 2007:19) yang mengkhususkan diri pada studi
komunikasi antarmanusia (human communication) mengatakan bahwa :
“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orangorang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama
80
manusia; melalui pertukaran informasi; untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orang lain; serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.
Jadi komunikasi yang sebenarnya itu memiliki tujuan membangun hubungan
antarsesama manusia, bertukar informasi, menguatkan sikap dan tingkah laku orang
lain serta berusaha mengubahnya.
Dari tiga pernyataan anak di atas menunjukkan bahwa sikap tertutup mereka
didasari oleh sikap orang tua yang kurang perhatian terhadap masalah yang mereka
hadapi. Orang tua kurang memiliki rasa empati dan dukungan kepada anak
sehingga setiap masalah yang dihadapi seorang diri dan terkadang masalah di
rumah dibawa ke sekolah sehingga menggangu proses dan prilaku belajar di
sekolah.
2. Faktor-faktor yang menghambat perilaku komunikasi siswa broken home di SMK
Negeri 3 Parepare.
Perilaku komunikasi antara Guru dan siswa tidak selamanya berlangsung secara
efektif, itu dikarenakan ada hal atau faktor-faktor yang menghambatnya. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang menghambat komunikasi antara Guru
dan siswa di sekolah adalah seperti yang diutarakan oleh Ibu Dra. Hj Sahrina selaku
Guru Bk.
Adanya Ketidakterbukaan siswa terhadap guru BK, menurutnya
ketidakterbukaan
merupakan sikap dimana seseorang tidak mau
mengungkapkan diri pada orang lain. Sebagai Guru BK tugas saya yaitu
membimbing dan memberikan dorongan serta motivasi pada murid. Saya
melihat bahwa ketidakterbukaan siswa terhadap guru BK disebabkan oleh
81
adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang
mereka hadapi.
Dari hasil pernyataan Ibu Dra. Hj Sahrina di atas, diketahui bahwa faktor yang
menghambat komunikasi dengan siswa adalah Adanya Ketidakterbukaan siswa
terhadap guru BK, disebabkan oleh adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam
manceritakan masalah yang mereka hadapi.
Sedangkan menurut Ibu Dra. Ummi Farida selaku wali kelas faktor penghambat
komunikasi antara guru dan siswa adalah :
Bahasa, minat terhadap pelajaran, hambatan fisik, lingkungan, stereotip, dan
sistem religi. Ibu Dra. Ummi Farida mengatakan Guru hendaknya memilih
pola komunikasi yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar
khususnya dalam pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Agar antara
guru dan siswa tercipta komunikasi yang aktif dan siswa tidak bosan untuk
mengikuti pelajaran dengan baik, hingga tercipta persamaan persepsi berupa
materi yang dapat dipahami dengan sempurna.
Sama seperti penjelasan sebelumnya bahwa faktor yang menjadi penghambat Ibu Dra.
Ummi Farida dalam berkomunikasi dengan siswa mengenai prilaku belajar siswa
adalah ketidakterbukaan siswa dan kurangnya minat belajar siswa. Sadar akan hal itu
beliau memilih pola komunikasi yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar
khususnya dalam pendidikan yang berbasis multikulturalisme.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Rany salah satu siswa broken home di SMK 3
Parepare mengatakan bahwa hambatannya berkomunikasi dengan orang tua dan Guru
yaitu :
82
“orang tua saya jarang berada di rumah, ia lebih sibuk bekerja. Kadang kalau ada
masalah di sekolah saya lebih banyak mengkomunikasikanya dengan tante sedangkan
di sekolah saya enggan menceritakan masalah saya lebih memilih memendam masalah
yang saya hadapi”.
Sedangkan Puput mengatakan :
“Yang menjadi hambatan ketika saya ingin berkomunikasi dengan orang tua
mengenai sekolah, yaitu di rumah, saya merasa kesepian dan tidak punya
siapa-siapa. Semenjak orang tua bercerai saya sulit merasakan kenyamanan
dan kehagangatan di rumah. Ibu biasa marah-marah kalau diajak berbicara
mengenai masalah sekolah ketika ia sedang sibuk sehingga saya pun jadi
takut mengungkapkannya”.
Informan yang ketiga yaitu Arman memiliki pernyataan yang berbeda pula.
Arman mengatakan bahwa:
“ yang menghambat komunikasi orang tua dan anak diantaranya yaitu
orang tua yang kurang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan
memberikan perhatian kepada anak di rumah sehingga komunikasi dengan
anak tidak berjalan dengan lancar. Dan orang tua saya sering berbicara
kasar ataupun marah kepada saya sehingga saya tidak terbuka kepada orang
tua ”.
Dari pernyataan informan di atas jelaslah bahwa faktor utama yang menghambat
komunikasi antara orang tua,Guru dan siswa adalah intensitas interaksi yang kurang
diantara orang tua dan anak sehingga anak pun enggan dan menutup diri dari orang tua
dan guru, bahkan tidak jarang anak merasa takut akan respon yang diberikan orang tua
terhadap pe
ryataan atau keluhan mereka.
Hasil penelitian dari ketiga siswa broken home di SMK 3 Parepare di atas
diketahui bahwa faktor penghambat utama perilaku komunikasi yang terjadi antara
83
orang tua, guru dan siswa di sekolah adalah intensitas pertemuan yang kurang antara
orang tua dan anak karena kesibukan orang tua bekerja. Kurangnya keterbukaan siswa
terhadap guru dalam menceritakan masalah yang mereka hadapi, selain itu kurangnya
dukungan, rasa empati dan sikap positif dari orang tua yang menjadi faktor yang
kedua yang menghambat perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah.
B. Pembahasan
Komunikasi merupakan penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan berbagai macam lambang-lambang dan penyampaian tersebut
merupakan suatu proses, atau komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Bentuk komunikasi yang
terjadi antara anak dengan orangtua adalah bentuk komunikasi antar persona.
Secara umum komunikasi antar persona (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi
secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut
mengandung 3 aspek:
a. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus
menerus.
b. Komunikasi antar persona merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan
dan menerima pesan secara timbal balik.
c. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah
kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan
yang digunakan dalam proses komunikasi.
84
Komponen-komponen komunikasi saling berkaitan dan tergantung satu sama lain.
Antar komponen secara keseluruhan mempunyai kaitan, sehingga tidak ada pengirim tanpa
penerima, tidak ada pesan tanpa pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima.
Tidak aksi dan reaksi yang dapat diulang. Dari ketiga aspek tersebut, dapat dilihat bahwa
yang sangat penting dalam komunikasi antar persona adalah penyampaian pesan dan
penerimaan secara timbal balik, selain itu juga adanya kesamaan pemahaman, dalam hal
ini antara orang tua, guru dan anak. Namun pada kenyataannnya berdasarkan hasil
wawancara dapat diketahui bahwa komunikasi yang berjalan pada informan penelitian
bersifat satu arah. Tidak ada timbal balik yang positif dari lawan bicara setiap proses
interaksi antara anak dan orang tua terjadi, sehingga kesamaan pemahaman atau persepsi
antara keduanya tidak dapat tercapai.
Adapun hambatan dalam komunikasi diantaranya adalah:
1) Gangguan
a. Gangguan mekanik yaitu gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
b. Gangguan semantik yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak yaitu melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak
kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada
komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan
semantik terjadi dalam salah pengertian.
85
2) Kepentingan yaitu seseorang akan selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu
pesan.
3) Motivasi Terpendam akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.
4) Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. (Effendy,
2003: 45-49)
Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat membuat komunikasi antara anak dan
orangtua menjadi sulit. Diantaranya:
1) Perbedaan individual secara fisik, emosional dan kemampuan intelektual. Perbedaan
yang besar antara individu dan anggota keluarga lainnya merupakan potensi yang
cukup besar untuk menimbulkan masalah komunikasi dalam keluarga. Jalan keluarnya
adalah diperlukan proses belajar bagaimana mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut
dan belajar bagaimana berkomunikasi dalam suasana dan perasaanyang berbeda.
2) Asumsi yang salah dan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Asumsi yang
dimaksud adalah mengenai “performance” individu, kesempatan keluarga serta
loyalitas keluarga. Asumsi yang salah dan harapan keluarga dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu, masa kini, norma sosial, aspirasi individu atau keyakinan
agama. Biasanya konflik akan terjadi apabila terlalu banyak harapan dari anggota
keluarga dan sulit untuk mempersatukannya.
86
3) Ketidakjujuran
emosional,
berkaitan
dengan
keterbukaan
serta
ketepatan
penggambaran pikiran dan perasaan.
4) Kurangnya kebenaran informasi, berkaitan dengan kekonsistenan pesan yang
disampaikan dengan pikiran, pernyataan verbal, tindakan dan sikap tubuh (gesture).
5) Pesan yang kontradiktif, biasanya muncul apabila terdapat jarak antara apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan seseorang.
keluarga broken home diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja
anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan
pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Karena orangtua
merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan kita di masa
remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dalam pembahasan ini penulis
akan menguraikan dan menganalisis secara rinci sesuai dengan teori yang penulis gunakan
dihubungkan dengan perilaku komunikasi siswa broken home dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif agar rumusan masalah dapat terjawab.
87
1.
Perilaku Komunikasi Siswa Broken Home di sekolah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku komunikasi adalah setiap tindakan
yang mengandung informasi baik itu bertukar informasi, menyampaikan informasi, atau
memproses informasi. Menurut Hanafi (1984:42) sendiri perilaku komunikasi adalah suatu
hubungan komunikasi dan bentuk tingkah laku khusus dalam menggunakan informasi
yang hanya terjadi dalalm hubungan komunikasi. Informasi merupakan inti dari
komunikasi. Inilah yang membedakan perilaku komunikasi dengan tindakan atau perilaku
yang lain seperti berenang atau menendang bola. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan
Wahlroos (1999:3) yang mengatakan bahwa “Komunikasi adalah semua perilaku yang
membawa pesan dan yang diterima orang lain. Perilaku itu bisa verbal atau non verbal;
semua itu masih merupakan komunikasi sejauh membawa pesan”.
Demikian halnya dengan perilaku komunikasi yang terjadi dalam lingkungan
sekolah dan keluarga. Dalam kehidupannya sehari-hari pasti tidak terlepas dari
komunikasi, baik itu komunikasi yang bersifat formal maupun informal yang disertai
dengan tindakan komunikasi. Dalam pembahasan kali ini penulis akan mengkaji
secara khusus bagaimana perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah yang
menyangkut
keterbukaan
(opennes),
empati
(empathy),
sikap
mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) menurut
Devito (1997:259).
a. Keterbukaan
Berikut ini adalah hasil wawancara dari ketiga siswa broken home tentang
keterbukaan mereka mengenai masalah perilaku komunikasi di sekolah. Ketiga
88
informan memiliki kesamaan dalam hal keterbukaannya mengkomunikasikan
masalah prilaku komunikasi dan prilaku belajar. Mereka mengatakan bahwa
mereka jarang berkomunikasi dengan orang tua karena orang tua mereka sibuk.
Mereka juga kurang terbuka mengkomunikasikan masalah sekolah kepada orang
tua karena katakutannya terhadap respon orang tua yang negatif.
Keterbukaan dalam komunikasi antara orang tua, guru dengan anak
merupakan modal dalam memahami masalah yang dihadapi oleh anak. Dengan
adanya keterbukaan maka orang tua dan guru dapat mengetahui dan membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi anak, dengan keterbukaan pula orang tua
dan guru dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada diri anak sehingga
mampu untuk berprestasi. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi bila para
pelakunya tidak terbuka dan kurang percaya satu sama lain.
Jika orang tua mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi
yang intensif dan diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling
mendengarkan dan mengungkapkan isi hati, maka komunikasi yang terbuka pun
dapat terjalin. Sebaliknya jika orang tua tidak mampu mempertahankan
kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka perilaku komunikasi
pun dapat terhambat.
b. Empati
Menurut Henry Backrack dalam Devito empati adalah kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu.
89
Dari hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa empati dari Guru
BK dan Wali kelas terhadap siswa broken home ditunjukkan dengan cara
mendampingi dan berusaha mendengarkan keluhan siswa sehingga setiap masalah
yang dihadapi anak dirumah dapat diselesaikan.
c. Sikap Mendukung
Sikap mendukung yang dimaksudkan oleh Devito adalah hubungan yang
ditandai dengan sikap deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik, dan
provisional, bukan sangat yakin.
Hubungan komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pemberian
dukungan. Apabila siswa merasa mengalami masalah, disinilah guru BK memberi
dukungan bagi siswa tersebut agar lebih terbuka dalam membicarakan masalahnya.
d. Sikap Positif
Sikap positif yang dimaksudkan Devito adalah menyatakan sikap positif
dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap
positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
90
Dengan adanya rasa positif dari kedua belah pihak yaitu guru dan siswa
maka akan memunculkan suasana positif maka akan tercipata suasana nyaman
untuk berkonsultasi.
e. Kesetaraan
Menurut Devito, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan menyangkut pentingnya pesan orang tua kepada anak
dan begitu pula sebaliknya.
Dari hasil penelitian oleh ketiga informan didapatkan bahwa belum tercipta
kesetaraan diantara orang tua, dan anak. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya
sehingga terkadang mengenyampingkan masalah yang dihadapi anak padahal
seharusnya orang tua memperhatikan anak sebagai subjek yang perlu dibimbing serta
dibina dengan kasih sayang bukan hanya melihatnya sebagai objek semata yang
diasuh secara otoriter mengikuti kemauan orang tua. Masalah pribadi serta kesibukan
orang tua membuat anak merasa diabaikan dan tidak diperhatikan sehingga
komunikasi diantara orang tua dan anak tidak berjalan secara efektif.
Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal merupakan salah satu aspek yang
penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan
untuk membentuk kepribadian seseorang. Wahlroos (1999:3) mengatakan bahwa “
Kita menjadi seperti apa sekarang ini, sebagian besar dibentuk oleh komunikasi”.
Pernyataan tersebut menyadarkan kita betapa kuatnya arti dan dampak komunikasi
91
(melalui perilaku) terhadap kepribadian seseorang. Apabila komunikasi antara orang
tua dan anak dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling
memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa
yang diinginkan, dan kesalahpahaman dalam komunikasi pun dapat dihindari. Suatu
hubungan yang baik harus didasarkan pada kasih sayang, perhatian, keterbukaan, yang
dipraktekkan sehari-hari.
Tindak komunikasi bisa berawal dari pengertian bahwa komunikasi merupakan
isi pesan (content) sekaligus hubungan (relationship) sehingga bukan saja pesan
tersampaikan, tetapi hubungan atau relationship antara orangtua tunggal dengan anak
itu sendiri menjadi penting dalam proses komunikasi yang efektif seperti yang
dikatakan oleh Rakhmat (2003:119) bahwa setiap kali kita melakukan komunikasi,
kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan tetapi kita juga menentukan kadar
hubungan interpersonal. Dengan demikian komunikasi akan mengarah pada empati
dan pemahaman sehingga hubungan tolong menolong (helping relationship) dapat
tercipta. Kemudian akan mendorong adanya situasi keterbukaan, saling menghargai
dan mendukung, serta toleransi menuju penguatan hubungan.
Remaja yang memiliki keingintahuan yang besar, membutuhkan banyak
bimbingan orang tua untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak boleh ia lakukan.
Pemahaman tentang pendidikan untuk para remaja perlu dipahami. Komunikasi antara
orang tua dan anak merupakan salah satu bentuk hubungan antarpribadi yang memiliki
ciri tersendiri ditinjau dari perspektif situasinya yang tatap muka dalam lingkup
hubungan kekeluargaan yang bersumber dari hubungan darah. Pada prinsipnya
92
hubungan darah yang erat dan disertai dengan rasa emosional dapat menghasilkan
komunikasi yang efektif.
2.
Faktor-Faktor yang Menghambat Perilaku Komunikasi siswa broken home
Masa remaja adalah masa transisi atau periode dalam kehidupan manusia yang
mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara bersamaan. Ketidakmampuan
remaja mengatasi kondisi yang menekan karena perubahan tersebut, sering
mengakibatkan munculnya gangguan dalam perilakunya. Perubahan yang terjadi pada
anak remaja, mencakup perubahan: fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Kemampuan remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat
ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Makin
besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin
rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan
dalam perilakunya.
Bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi
kesehatan mental anak akan mengalami hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti
adanya kecenderungan psikopatologi pada anak, disebabkan karena adanya hambatan
dalam proses komunikasi antara anak dan orang tua. Pendapat yang sama juga
diungkapkan oleh Wahlroos (1999) yang mengatakan bahwa “Sebenarnya kebanyakan
masalah remaja yang melarikan diri dari rumah, serta banyak kasus bunuh diri dan
banyak psikopatologi umum dapat ditelusuri sebabnya adalah komunikasi yang
buruk”.
93
Kenyataannya banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan
anaknya, terutama dengan remaja. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon
(verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan
dalam berkomunikasi.
Dalam sebagian besar keluarga, pada umumnya setiap anggota keluarga
memiliki itikad yang baik. Tidak ada seorangpun yang secara sadar menghendaki
pertengkaran, makian atau tidak ada seorangpun kecuali orang sadis yang ingin
berlaku kejam dan jahat kepada orang lain apalagi orang tua kepada anaknya. Namun
terkadang hal itu (itikad baik) tidak dikomunikasikan dengan sedemikian rupa,
sehingga cinta dan itikad baik itu tidak bisa dirasakan. Terkadang itikad baik dari
orang tua ditunjukkan dengan
memerintah, mengancam, memberi kotbah,
menasehati, mengajari, mengkritik, menyalahkan, mengalihkan perhatian dan lain
sebagainya.
Ungkapan-ungkapan
tersebut
di
atas
membuat
anak
menghentikan
pembicaraaan, mempertahankan diri, berdebat, merasa rendah diri, benci dan marah,
merasa bersalah, merasa diperlakukan seperti anak kecil, merasa tidak dimengerti,
merasa sedang diinterogasi.
Banyak orang tua yang tahu akan pentingnya kasih sayang dan cinta dalam
mengasuh anak tapi tidak mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan cinta tersebut. Tindakan atau perilaku yang buruk dalam
mengkomunikasikannya membuat komunikasi dengan anak menjadi terhambat.
94
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan bahwa yang menjadi
hambatan siswa broken home di SMK 3 Parepare adalah :
1. Orang tua memiliki kesulitan membagi waktu antara bekerja dengan memberikan
perhatiannya kepada anak di rumah.
2. Anak lebih suka membicarakan masalahnya dengan teman sebaya, atau kerabat
dekatnya dibandingkan orang tua.
3. Anak merasa segan, bahkan takut untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
orang tua karena sikap negatif yang ditunjukkan orang tua.
4. Ketidakterbukaan siswa terhadap Guru disebabkan oleh adanya rasa takut dan rasa
malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini telah dilakukan terhadap 5 orang informan ( satu guru
BK,satu wali kelas dan tiga siswa broken home ) yang bersekolah di SMK 3
Parepare, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku
komunikasi siswa broken home di SMK 3 Parepare, maka dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah belum sepenuhnya efektif.
Hal ini disebabkan oleh:
-
Intensitas komunikasi antara orang tua dan anak yang masih kurang sehingga
anak enggan untuk terbuka kepada orang tuanya mengenai prestasi belajar.
Kurangnya dukungan, rasa empati serta sikap positif yang diberikan orang
tua kepada anak juga mempengaruhi hubungan interpersonal diantara orang
tua dan anak yang menyebabkan anak lebih terbuka kepada teman atau
kerabatnya daripada orang tuanya sendiri.
-
Kesetaraan antara orang tua dan anak masih kurang. Perilaku komunikasi
yang demikian sangat berpengaruh terhadap perilaku anak di sekolah.
2. Beberapa faktor yang menghambat prilaku komunikasi siswa broken home
diantaranya yaitu:
96
-
orang tua yang kurang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan
memberikan perhatian kepada anak di rumah sehingga komunikasi dengan
anak tidak berjalan dengan lancar.
-
Sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan orang tua membuat anak menjauhkan
diri dan tidak terbuka kepada orang tua.
-
ketidakterbukaan siswa terhadap Guru disebabkan oleh adanya rasa takut dan
rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi.
B. Saran
1. Orang tua hendaknya menjalin hubungan antarpribadi yang baik dengan anak
yang ditunjukkan melalui kasih sayang dan perhatian selain itu orang tua juga
harus menciptakan suasana rumah yang harmonis dan bersahabat agar anak
dapat terbuka dalam menyampaikan keluh kesahnya tanpa ada rasa takut dan
tertekan.
2. Hendaknya orang tua lebih bijak membagi waktu antara pekerjaan dan waktu
untuk berinteraksi dengan anak di rumah agar anak merasa diperhatikan dan
tidak diabaikan.
3. Baik orang tua maupun Guru hendaknya menyadari akan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing sehingga tercipta harmonisasi antara Orang tua, guru,
dan anak demi kepuasan dan kelangsungan hidup yang lebih baik.
97
98
99
100
Download