19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KOMUNIKASI Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Rankin (dalam L. Tubss dan Moss, 2000:158) mengatakan bahwa penelitian pada tahun 1962 menemukan 70% waktu bangun kita dipakai untuk berkomunikasi yaitu, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bila waktu yang dipakai untuk aktivitas tersebut dibagi-bagi,hasilnya menujukkan bahwa 42% dipakai untuk mendengarkan, 32% untuk bercakap-cakap, 15% untuk membaca, dan 11% untuk menulis. Manusia adalah mahluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkunganya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkunganya adalah komunikasi baik scara verbal maupun non verbal. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Disadari atau tidak, komunikasi menetukan kualitas hidup kita. Sebab, komunikasi bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi,sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. 20 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis yang berarti ‘sama’. Communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh pengerim pesan dan diterima oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainya (communication depends on our ability to understand one another). Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua pelaku komunikasi, dengan kata lain si penerima pesan tidak mengerti apa yang disampaikan oleh pengirim pesan, maka komunikasi tidak terjadi. Dalm rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Kincaid dan Schramm (dalam L.Tubss dan Moss, 2000) agar kita dapat berkomunikasi dengan efektif, kita dituntut tidak hanya memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam mana makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan si pengirim pesan (komunikator). Pendeknya, komunikasi efektif adalah makna bersama. Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 2007:19) mengatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. 21 Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi (Cangara, 2007:19) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) mengatakan bahwa : “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkunganya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Everett M. Rogers (Cangara, 2007:20) seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran informasi membuat definisi bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Seorang ahli lain yaitu Shannon dan Weaver (Cangara, 2007:20) berpendapat bahwa : “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusi yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, dan teknologi”. Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan diatas, maka jelaslah bahwa komunikasi antarmanusia hanya bias terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bias terjadi kalau didukung oleh adanya sumber pesan (komunikator), pesan (message), media (channel), penerima (komunikan), dan umpan balik (feedback). 22 Kelima hal inilah yang kemudian disebut unsur-unsur komunikasi atau komponen komunikasi. Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendefinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh suatu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Untuk lebih jelasnya maka akan dibahas dalam proses komunikasi di bawah ini. 2. Proses komunikasi GAMBAR 2.1 PROSES KOMUNIKASI Gangguan Gangguan Umpan balik (feedback) Pengirim Pesan Pesan Penerima Pesan Media (Saluran) Mengartikan Kode/Pesan 23 a. Pengirim Pesan (Komunikator) Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. b. Pesan (message) Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diexpresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non vorbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. c. Media (channel) Media adalah alat penyampaian pesan seperti ; TV, Radio, Surat Kabar, Papan Pengumuman, Telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan sebagainya. d. Mengartikan kode/isyarat Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya. e. Penerima pesan (komunikan) Penerima pesan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber pesan orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim. 24 f. Umpan balik (feedback) Umpan balik atau pesan feedback adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa feedback seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima pemahaman yang benar dan tepat. Feedback dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Feedback yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan seklaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi Feedback terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi Feedback menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Feedback bermanfaat untuk untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga dapat memperjelas persepsi. g. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya. 25 3. Persepsi Dalam Konteks Komunikasi a. Proses Persepsi Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi. 1. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (Sensory Stimulation) Pada tahap pertama alat-alat indera distimulasi (diransang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita, kita mecicipi sepotong kue. Kita merasakan telapoak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan. 2. Stimulasi Terhadap Alat Indera Diatur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur berbagai prinsip. 3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, 26 keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya ada pada kita. b. Proses Yang Mempengaruhi Persepsi Antara kejadian stimulasi dengan evaluasi atau penafsiran terhadap stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting. Diantanya : teori kepribadian implicit (implicit personality theory), ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy), aksentuasi perseptual ( perceptual accentuation), primasi-resensi (primacy-recency), konsistensi (consistency), dan stereotiping (stereotyping). 1. Teori Kepribadian Implisit Sistem aturan yang mengatakan kepada kita karekteristik yang sesuai untuk karakteristik yang lain. Contohnya jika seseorang yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak bergairah dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. 2. Ramalan Yang terpenuhi Dengan Sendirinya Perkiraan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar. 27 3. Aksentuasi Perseptual Aksentuasi perseptual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang pandai dan tampan dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini, bukan karena orang yang kita sukai kelihatan tampan dan pandai. Proses umum yang sering terjadi setiap hari. Orang yang harus melihat bayangan air (fatamorgana). 4. Primasi-Resensi Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan. 5. Konsistensi Konsistensi menggambarkan kebutuhan kita untuk memelihara keseimbangan diantara sikap-sikap kita. Kita memperkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain akan muncul bersama-sama. 6. Stereotiping Stereotipe spisiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang. 28 4. Tipe Komunikasi Sama halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lain. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya. Dalam penelitian ini penulis akan membahas empat macam tipe komunikasi berdasarakan tipe-tipe komunikasi yang dibagi oleh Cangara (2007:30) yaitu komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi public (public communication), dan komunikasi massa (mass communication). 1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (intrapersonal communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yant terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbesit dalam pikiranya. Objek dalam hal ini bias saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang (Cangara, 2007:30). Ronald L. Applbaum, et al (Uchjana, 2003:58) mendefinisikan komunikasi dengan diri sendiri sebagai : “communication that takes place within us; it includes the act of talking to ourselves and the acts of observing and attaching meaning (intellectual and emotional) to our environment” 29 (komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita; ialah meliputi kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dengan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkunga kita). Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Dengan berkomunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berfikir dan berasa dan bagaimana kita mengamati, menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Oleh karena itu untuk mengenal diri pribadi, kita harus mmahami komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication). Bagi seorang komunikator melakukan komunikasi intrapribadi amat sebelum ia berkomunikasi dengan orang lain. Jika seseorang hendak mengubah prilaku orang lain atau bahkan orang yang statusnya lebih tinggi, terlebih dahulu ia harus memformulasikan pesan yang akan disampaikan kepada komunikannya dalam diri pribadinya, maka dengan demikian komunikasi akan efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil menyiapakan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. dan 30 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) Joseph A. Devito (Uchjana, 2003:60) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback (proses pendiriman dan penirimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika). Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang seperti suami istri yang sedang bercakapcakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta seminar. Dibandingkan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan karena efek atau timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi tersebut dapat langsung dirasakan. Hal ini dikarenakan komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung tatap muka. Ketika seseorang atau komunikator menyampaikan pesan, maka pada saat itu juga komunikator tersebut dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Apabila umpan baliknya positif dalam artian tanggapan komunikan sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikator akan mempertahankan gaya komunikasinya tetapi jika tanggapan komunikan 31 negative, maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai komunikasinya berhasil. Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu : Komunikasi diadik (dyadic communication) Komunikasi diadik adalah komunikasi antapribadi yang berlangsung antara dua orang secara tatap muka misalnya dialog, atau wawancara. Komunikasi triadik (triadic communication) Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, kerana komunikator memusatkan perhatianya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of refrence komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi 32 antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi kita. 3. Komunikasi Publik (public communication) Komunikasi publik adalah suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. Dapat diidentifikasikan siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas, dan jumlah khalayak relative besar. Sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasikan satu-per satu pendengaranya. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi publik tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal. Tipr komunikasi public biasanya ditemui dalam berbagai aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan semacamnya. 4. Komunikasi Massa (mass communication) Pengertian komunikasi massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern, yamg meliputi surat kabar yang mempunyai 33 sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Lazimnya media massa modern menunjukkan seluruh sistem dimana pesan-pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan, diterima, dan ditanggapi. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapanya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikanya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai benak setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak-pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak. 34 Ada dua tugas komunikator dalm komunikasi massa. Pertama, komunikator harus mengetahui apa yang ia ingin komunikasikan. Kedua, komunikator harus mengetahui bagaimana ia harus menyampaikan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan dengan lemah pula disampaikan kepada jutaan orang, bisa menimbulkan pengaruh yang kurang efektif sama skali dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya kecil. Karakteristik komunikasi massa - Komunikasi massa bersifat umum - Komunikan bersifat hetrogen - Media massa menimbulkan keserempakan - Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi Model komunikasi massa - Model jarum hipodermik (hidodermic needle model) Secara harfiah “hypodermic” berarti “di bawah kulit”. Dalam hubunganya dengan komunikasi massa, istilah model jarum hipodermik mengandung anggapan dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung. Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok massa komunikan yang pasif. 35 Elihu Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari : 1. Media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan idea pada benak yang tidak berdaya. 2. Massa komunikan yang terpecah-pcah, yang terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan satu sama lain. - Model komunikasi satu tahap (one step flow model) Model komunikasi satu tahap menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi langsung dengan massa komunikasi tanpa berlalunya satu pesan melalui orang lain, tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan. Model komunikasi satu tahap adalah model jarum hipodermik yang dimurnikan, tetapi mode satu tahap mengakui, bahwa : 1. Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat 2. Aspek pilihan dari penampilan, penrimaan, dan panahanan dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan 3. Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda Selanjutnya model komunikasi satu tahap memberi keleluasaan kepada saluran komunikasi memancarkan efek komunikasi secara langsung. massa untuk 36 - Model komunikasi dua tahap (two step flow model) Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari Lazarsfeld, Bereslson, dan Gaudet pada tahun 1948 (Uchjana, 2003:85), yang berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide sering kali datang dari radio, dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini ditreruskan kepada penduduk yang kurang aktif. Tahap pertama adalah dari sumbernya, yakni komunikator kepada pemuka pendapat yang mengoperkan informasi, sedang tahap kedua ini ialah dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya, yang juga mencakup penyebaran pengaruh - Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model) Model ini menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari komunikator kepada komunikan terdapat jumlah “relay” yang berganti-ganti. Beberapa komunikan menerima pesan langsung melalui saluaran dari komunikator, yang lainya terpindahkan dari sumbernya beberapa kali. Jumlah tahap yang pasti dalam proses ini bergantung pada maksud dan tujuan komunikator, tersedianya media massa dengan kemampuan untuk menyebarkanya, sifat dari pesan, dan nilai pentingnya pesan bagi komunikan. 37 5. Model Komunikasi Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualiskan dalam perkembanganya. 1. Model Komunikasi Linear Model komumunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shanon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku the Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telpon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi liniear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci : sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalm proses komunikasi. 38 2. Model interaksional Model interkasional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah : dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menujukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosia, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interaksional adalah umpan balik (feedback0, atau tanggapan terhadap suatu pesan. 3. Model transaksional Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektifitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terusmenerus mengirimkan dan menerima pesan, kira berurusan baik 39 dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melakukan proses negoisasi makna. Dengan transaksional dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. 6. Fungsi komunikasi a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) 7. Tujuan komunikasi a. Mengubah sikap (to change the attitude) b. Mengubah opini/pendapat/pandangan/ (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior) d. Mengubah masyarakat (to change the society) B. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi anratpribadi adalah satuan dasar komunikasi. Peristiwa komunikasi antarpribadi mencakup hampir semua komunikasi informal dan basabasi, percakapan sehari-hari yang kita lakukan sejak saat kita bangun pagi sampai 40 kembali ke tempat tidur. Sebagian besar kegiatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan berlangsung secara tatap muka (face to face). Oleh karena itu dilakukan secara tatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact) antara komunikator dan komunikan. Pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikanya. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikanya pada saat itu juga. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikannya pada saat itu juga. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau tanggapanya positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil sehingga dapat melanjutkan komunikasinya dan tentu saja dapat mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya apabila tanggapan komunikan negative maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai komunikasinya tersebut berhasil. Berdasarkan kenyataan tersebut, jenis komunikasi antarpribadi dipandang sebagai komunikasi yang paling efektif diantara bentuk komunikasi yang lain kerena efek umpan bali, aksi maupun reaksi verbal dan nonverbal langsung terlihat antara komunikator dengan komunikan. Jarak partisipan yang dekat dan dilakukan dengan saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi antarpribadi yang memuaskan kedua belah pihak. Hal serupa juga dikemukakan oleh Uchjana (dalam Liliweri, 1991:12) yang menyatakan bahwa : “Pada hakekatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan dan dianggap paling efektif dalam hal 41 upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan. Kondisi tersebut membuat komunikator dapat mengetahui pasti apakah komunikasi itu berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Komunikasi antarpribadi juga merupakan komunikasi yang mencakup hubungan antaramanusia pang paling erat, misalnya komunikasi antara dua orang yang saling menyayangi. Bochner (dalam L. Tubss dan Moss, 2006:16) menyatakan bahwa “Hubungan antarpersona berkenaan dengan proses pembentuka hubungan perorangan- suatu ikatan yang mendekatkan, mendalam, pribadi, dan intim. Manfaat komunikasi betul-betul jelas, bahkan amat nyata”. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan belajar, kita menemukan diri kita dan orang lain, bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai, atau mengasihi orang lain, dan sebagainya. Secara teoretis, definisi komunikasi telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya dan dari definisi tersebut penulis mencoba merangkumkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang memiliki hubungan antarpribadi yang mantap dan jelas. Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan antarpribadi telah dikemukakan oleh Ruesch dan Beteson (Rakhmat, 2003:119) pada tahun1950-an. 42 Gagasan ini kemudian dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson dengan buku mereka “Pragmatis of Human Communication”. Mereka melahirkan istilah baru untuk menujukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi ini metakomunikasi. Perlahan-lahan studi komunikasi antarpribadi bergeser dari isi pesan ke aspek relasional atau aspek hubungan antarpribadi. Gerald R. Miller (Rakhmat, 2003: 119) dalam kata pengantar yang dituliskan untuk buku Explorations in interpersonal communications menyatakan : “Understanding the interpersonal communications procces demands an understandingof the symbiotic relationship between communication and relational development: communication influences relational development, and in turn (simultaneously), relational development influences the nature of communication between parties to the relationship”. (memahami proses komunikasi interpersonal menurut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional: komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada giliranya (secara serempak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut). Untuk memperjelas apakah suatu komunikasi merupakan komunikasi antarpribadi, maka Everett M. Rogers (dalam Liliweri, 1991:13) mengemukakan beberapa cirri-ciri komunikasi antarpribadi yang membedakanya dengan bentuk komunikasi yang lain. Ciri-cirinya adalah : a. Arus pesan cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya terbuka c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi 43 e. Kecepatan jangkauan terhadap audiens besar f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap Komunikasi merupakan suatu proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh-mempengaruhi ini merupakan suatu proses yang bersifat psikologi dan karenanya juga merupakan permulaan ikatan psikologi antarmanusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam sekelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antarpribadi bersifat dyadic yang melibatkan cara berfikir, perasaan, pendapat maupun harapan, dan aksi reaksinya. Apabila seorang komunikator sudah cukup mengenal keadaan sosiologis dan psikologis komunikan maka dia dapat menyesuaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan. Oleh karena itu komunikasi antarpribadi selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Klinger (dalam Liliweri, 1991) berpendapat bahwa hubungan antarmanusia ternyata saling mempengaruhi. Dampak itu berawal dari pesan dalam proses komunikasi yang saling mempengaruhi manusia melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan, dan masih banyak lagi pengaruh lainnya. Dalam psikologi komunikasi dikatakan bahwa makin baik hubungan antarpribadi, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsinya dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara pelaku komunikasi. 44 Devito (1997:259) dalam bukunya mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah detentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu : Keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). 1. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa orang harus membuka semua riwayat tentang hidupnya namun harus ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Kedua mengacu pada kesedian komunikator untuk berekasi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus dipertanggungjawabkan. 2. Empati Henry Backrack (dalam Devito, 1997:260) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan 45 pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. 3. Sikap mendukung Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportivess). Sikap mendukung ditandai dengan sikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. Deskriptif adalah mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu dan tidak merasakanya sebagai ancaman. Sebaliknya sikap evaluatife sringkali membuat orang bersikap definisif. Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya memperoleh reaksi yang sama. Sebaliknya, bila seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, maka orangpun akan bereaksi secara defensif. 4. Sikap positif Sikap posotif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. 46 Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua,perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas prilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa lebih baik. 5. Kesetaraan Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunya sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka itu akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian 47 seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau ingin segera mengakhiri komunikasi tersebut (Rakhmat: 2003:119). Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, maka akan dibahas beberapa teori mengenai hubungan interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang factor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal. Model hunungan interpersonal yang akan dibahas adalah menurut Colemen dan Hammen dalam Rakhmat (2003120). Colemen dan Hammen menyebutkan ada empat model untuk menganalisa hubungan antarpribadi, yaitu : 1. Model Pertukaran Sosial Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suati transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. 2. Model Peranan Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, maka model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di setiap orang harus memainkan peranannya sebagai sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Hubungan antarpribadi berkembang baik bila setiap individu 48 bertindak sesuai ekspedisi peranan (role expedition) dan tuntunan peran (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan. 3. Model Permainan Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964, 1972) yang menceritakanya dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian keperibadian manusia yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak (parent, adult, child). Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, dewasa, anak), dan orang lain membalasanya dengan salah satu aspek tersebut juga. 4. Model interaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem dengan sifat-sifatnya. Untuk menganalisisnya kita harus melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, espektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba mengabungkan model pertukaran, model peranan, dan model permainan. 49 Apapun teori hubungan interpersonal yang digunakan, kita akan melihat hal yang sama yaitu bahwa hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk kedua belah pihak. Para pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan) saling berbagi pengalaman. Bila pengalaman tersebut menyenangkan kedua belah pihak, bila permainan peranan berlangsung seperti yang diharapkan, bila terjadi hubungan komplementer, dan diperkokoh. Sebaliknya, bila hubungan diantara pelaku komunikasi hanya menimbulkan kepedihan, maka pelaku komunikasi akan mengakhiri hubungannya. Sehingga dengan demikian hubungan interpersonal berlangsung melewati tiga tahap yaitu : pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan. C. Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Manusia dibesarkan dan dibentuk kepribadiannya melalui komunikasi. Manusia berhubungan dengan sesamanya menggunakan komunikasi. Manusia beribadah menggunakan komunikasi. Dengan demikian, komunikasi merupakan hal yang tak terhindarkan dari kehidupan manusia. “We can not not communicate” demikian kata seorang pakar komunikasi. Komunikasi bergerak melibatkan unsur lingkungan sebagai wahana yang “mencipta” proses komunikasi itu berlangsung. Porter dan Samovar mengatakan alih-alih komunikasi merupakan matriks tindakan-tindakan sosial yang rumit dan saling berinteraksi, serta terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks. 50 Lingkungan sosial ini merefleksikan bagaiman orang hidup, dan berinteraksi dengan orang lain. Goulb dan Kolb (1964) menyatakan bahwa perilaku merupakan padanan dari kata behavior pada bahasa Inggris. Pengertian perilaku yang sangat umum menunjukkan tindakan atau respon dari sesuatu atau system apapun dalam hubungan dengan lingkungan atau situasi komunikasi yang ada. Rogers dan Shoemaker (1986) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan nyata yang dapat dilihat atau diamati. Perilaku tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai ada penetuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli komunikasi yaitu Rogers (Cangara, 2007:20) yaitu “ komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan mmaksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatanya. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku itu terjadi karena adanya penyebab tingkah laku (stimulus), motivasi tingkah laku, dan tujuan tingkah laku. Pengertian perilaku komunikasi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa sebagai tindakan yang dilakukan seseorang untuk menciptakan 51 dan menyampaikan informasi kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu melalui upaya-upaya komunikasi baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal. Perilaku komunikasi antara Guru dan siswa adalah bagaimana Guru menunjukkan perilaku komunikasinya terhadap siswa. Tentunya perilaku komunikasi yang positif sangat penting terhadap pembentukan kepribadian siswa serta memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikanya Perilaku komunikasi siswa yang telah disebutkan di atas memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar. Dengan adanya perhatian dari Guru, Siswa akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dan perkembangan pendidikan selanjutnya. Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar siswa mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di samping itu juga agar ia dapat mencapai perestasi belajar yang maksimal. Perhatian Guru dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan siswa memiliki idealism, pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih siswa memiliki kedisiplinan. pemberian motivasi dan penghargaan agar siswa terdorong untuk belajar dan berprestasi. 52 D. Konsep Orang Tua dan Anak Keluarga merupakan buaian tempat anak melihat cahaya kehidupan pertama, sehingga apapun yang dicurahkan dalam sebuah keluarga akan meninggalkan kesan yang mendalam terhadap watak, pikiran serta sikap dan perilaku anak. Orangtua adalah anggota dari keluarga. Sedangkan keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat. Orang tua adalah seorang yang melahirkan kita serta bertugas membimbing anaknya untuk menjalani kehidupan terutama dalam pendidik. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar berinteraksi sosial. Keluarga merupakan sumber keperibadian seseorang. Melalui keluarga anak belajar melakukan respon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas nantinya. Melalui proses interaksi inilah anak secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan nalar serta imajinasinya dan akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak dalam menghadi kehidupan pada tahap-tahap perkembangan berikutnya. Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi kerena ada tujuan atau kebutuhan. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai menyebabkan mereka saling berhubungan dan berinteraksi sehingga tidak terlepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertical maupun horizontal yaitu dari orang tua ke anak maupun dari anak ke orang tua. Ini dikarenakan bentuk komunikasi yang terjalin diantara orang tua dan anak adalah komunikasi antarpribadi dan bersifat dydic. 53 Dalam keluarga, orang tualah yang menjadi model bagi anak. Segala Sesutu dilakukan oleh orang tua akan menjadi model bagi anak. Salah satu yang dapat dijadikan model bagi anak adalah pola komunikasi orang tua baik verbal maupun non verbal. Anak akan mengamati secara langsung, mendengar perintah dan larangan serta mempunyai suatu keyakinan terhadap apa yang dilihat dan didengarnya. Ketika komunikasi antara orang tua dan anak berjalan baik, maka akan berpengaruh pada kualitas hubungan antara orang tua dan anak serta pribadi anak. Hal yang paling akan terasa adalah pada pendidikan anak. Orang tua akan mudah mengarahkan anak dan anak pun akan senantiasa puas terhadap diri dan apa yang diperolehnya. Pada pendidikan anak di sekolah, pengaruh orang tua sangat besar. Prestasi belajar anak ataupun perilaku kehidupan bermasyarakat anak secara umum sangat tergantung pada komunikasi yang terjalin diantara anak dan orang tua. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. 54 a. Pola Asuh Otoriter (Otoritative) Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari, lebih fokus pada masa kini. Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua. Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak : Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar. Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman. Di sekolah memiliki kecendrungan berprilaku antisosial, agresif, impulsife, dan prilaku maladatif lainya. Anak perempuan cenderung menjadi dependen. b. Pola Asuh Pemanjaan (Permisive) Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut akan menangis dan khawatir anak kecewa. Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak : Anak memang menjadi tampak responsive dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), implusive dan mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya. 55 Tidak jarang perilakunya sisekolah menjadi agresif. c. Pola Asuh Penelantaran (Indulgent) Menelantarkan secara psikis Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri Orang tua lebih memprioritaskan kepentinganya sendiri karena kesibukan. Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak : Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba, merokok, diusia dini dan tindak kriminal lainya. Implusive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan. Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah. d. Pola Asuh Autoritatif (Demokratis) Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini. Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak. Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikiranya sendiri. Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak : 56 Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan interospeksi serta pengendalian diri. Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadap aturan. Lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas. Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugastugas belajar. Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan pemasalahan. Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi. Pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadianya dimasa satang. Perilaku dewasa dan cirri keperibadian dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak dan dewasa memiliki hubungan berkesinambungan. Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan terpenting terutama dalam hal pendidikan, sehingga baik buruknya prestasi belajar anak ditentukan oleh bimbingan orang tua. Tujuan dari orang tua membimbing anaknya karena kewajaran selain itu juga karena orang tua mencintainya, sehingga akan menjadikan berprestasi. Dengan prestasi tersebut maka dapat mengangkat nama baik orang tua yang telah menyanyangi serta membimbingnya. 57 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 3 Parepare SMK Negeri 3 Parepare yang beralamat di jalan Karaeng Burane No. 16 Kec. Ujung, Parepare, didirikan pada tanggal 27 Desember 1973, dengan nama SKKA. Pada tahun ajaran 1978/1979,SKAA berubah nama menjadi SMKK. Berdasarkan SK Mendikbud tanggal 7 Maret 1997 No. 036/O/1997, SMKK Parepare berubah nama menjadi SMK Negeri 3 Parepare. Memasuki usianya yang ke-40, SMK 3 Parepare telah 37 kali menamatkan dengan alumni 3468 orang, yang terdiri dari 876 orang jurusan boga, 291 orang jurusan perhotelan, 1694 orang jurusan busana, 456 orang jurusan kecantikan, dan 151 orang jurusan multimedia. Sejak berdirinya pada tahun 1973, di SMK Negeri 3 Parepare telah ada tiga orang yang menjabat sebagai Kepala Sekolah. Berikut nama-nama kepala sekolah yang menjabat : 1. Dra. Ny. J. T. Burhanuddin 2. Abdul latif salam, S.pd. 3. Drs. Fatahuddin. MH SMK Negeri 3 Parepare merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang khusus mencetak generasi muda insan pariwisata. Sampai saat ini telah mengukir sejumlah prestasi sebagai sekolah yang berbasis kejuruan dengan 58 menerapkan sistem berbasis kompetensi yang benar-benar fungsional (Advance Training), untuk melaksanakan pekerjaan tertentu sesuai tuntutan lapangan kerja. Sejak berdiri tahun 1973 sampai sekarang, telah menghasilkan luaran yang selalu siap pakai. SMK 3 Parepare yang membina lima program keahlian yakni program Keahlian Tata Kecantikan, Tata Busana, Tata Boga, Akomodasi Perhotelan, dan Multimedia, telah terserap di berbagai sektor usaha dan industri. Selama menempuh kegiatan belajar setiap siswa diberikan kesempatan untuk melaksanakan magang / praktik kerja industri, di dunia usaha / dunia industri yang relevan. Sebagai sekolah yang mengedepankan mutu dan kualitas luaran yang siap pakai di dunia industri, semua jurusan dibekali pengetahuan dasar pengoperasian komputer dan bahasa Inggris, sehingga para lulusan mampu mengaplikasikan setiap kemampuanya seiring dengan perkembangan teknologi. Adapun Visi, Misi dan Kebijakan Mutu SMK Negeri 3 Parepare sebagai berikut : a. Visi “Unggul dalam prestasi, kompeten pada bidang keahlian berdasarkan IPTEK dan IMTAQ” b. Misi Menempatkan siswa pada bidang sesuai bakat dan minat Memberikan layanan pendidikan yang berkualitas untuk mewujudkan siswa yang berprestasi 59 Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Menghasilkan tenaga kerja professional, berakhlak mulia dan mampu bersaing pada era globalisasi c. Kebijakan mutu SMK Negeri 3 Parepare memberikan layanan pendidikan bermutu untuk menghasilkan tamatan yang professional dan berbudi pekerti luhur Meningkatkan sumber daya sekolah, khususnya pada bidang keahlian sehingga tercipta lingkungan yang bernuansa edukatif, kompetitif, dan kekeluargaan Melakukan perbaikan disetiap aspek secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sekolah Warga sekolah memiliki komitmen kuat untuk menjaga konsistensi pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 B. Keadaan Umum 1. Letak dan Luas Wilayah SMK Negeri 3 Parepare terletak di tengah kota, sehingga sekolah ini mudah dijangkau oleh siswa tidak hanya yang berlokasi di kota Parepare tetapi juga berlokasi di luar Parepare. Lokasinya berada pada bagian tengah kota Parepare yaitu apabila kita berada tepat di jalan Veteran berdekatan dengan lapangan Andi Makkasau terdapat jalan berbelok menuju daerah Lappade tepatnya Jalan Karaeng Burane berhadapan dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) kita bisa menemukan 60 lokasi di mana sekolah ini berdiri dan letaknya berada di sebelah kiri SMP Negeri 1 Parepare. SMK Negeri 3 Parepare ini, terletak di Kecamatan Ujung kota Parepare berdiri di atas tanah yang berluas 3.974 m ². 2. Struktur Organisasi Sekolah Mekanisme kerja atau pembagian kerja SMK Negeri 3 Parepare tergambar pada struktur organisasi sebagai berikut : 61 C. Keadaan Guru, Siswa, dan Pegawai Guru SMK Negeri 3 Parepare berjumlah 76 orang, 64 orang adalah guru tetap dan sisanya adalah guru honor. Berikut ini adalah nama-nama guru di SMK Negeri 3 Parepare : TABEL 1.1 DAFTAR NAMA GURU SMK NEGERI 3 PAREPARE NO NAMA GOLONGAN KETERANGAN 1 Drs. Fatahuddin, MH. IV/b Kepala sekolah 2 Drs. H. Muh. Tang S, M.pd I IV/b Guru 3 Dra. Nadirah IV/a Guru 4 Drs. Lauru IV/a Guru 5 Dra. Hj. St. Nurjannah, MM IV/a Guru 6 Dra. Hj. Kallara, MM IV/a Guru 7 Dra. Hj. Mustiniati IV/a Guru 8 Dra. Hj. St, Sumarny IV/a Guru 9 Dra. Hj. Nurhayati U. IV/a Guru 10 Dra. Sensuarni IV/a Guru 11 Dra. Sarika IV/a Guru 12 Dra. Hj. Masdawati IV/a Guru 13 M. Amri, B.A IV/a Guru 14 Dra. Alia Pratiwi IV/a Guru 15 Dra. St Fatimawati IV/a Guru 62 16 Dra. Hj. Rahmawati IV/a Guru 17 Dra. Manawara IV/a Guru 18 Dra. St. Fatmawati IV/a Guru 19 Dra. Hj. Nurmiah IV/a Guru 20 Dra. Hamsiyah Hafid IV/a Guru 21 Idhayati main, S.Pd. IV/a Guru 22 Hj. Nuralim, S.Pd IV/a Guru 23 Elye. K,S.Pd IV/a Guru 23 Mappiajo, S.Pd IV/a Guru 25 Hj. Tamariah, S.Pd IV/a Guru 26 Dra. Nur Awan IV/a Guru 27 Abdullah Al Masyhur, S,Pd IV/a Guru 28 Hj. Yusniar, S.Pd IV/a Guru 29 Drs. Muhammad Ardi, MM IV/a Guru 30 Dra. Hj Sahrina IV/a Guru 31 Dra. A. Tenriese IV/a Guru 32 Dra. Ummi Farida IV/a Guru 33 Nurhaedah, S.Pd IV/a Guru 34 Hj. Sitti Nuraeni, S.Pd IV/a Guru 35 Ida Farida, S.pd IV/a Guru 36 Milka Iriana Djawa, S.Pd IV/a Guru 37 Simon, S.Pd IV/a Guru 63 38 Dra. Hj. Rohani IV/a Guru 39 Hj.A.Raehana R.S.Pd.MM IV/a Guru 40 Dra. Haizah III/d Guru 41 Drs. Arsyad baru III/d Guru 42 Jufriani, S.Pd III/d Guru 43 A. Rasmilawati, S.Pd III/d Guru 44 Nurfaidah, S.Pd III/d Guru 45 Jatia, S.Pd III/d Guru 46 Abidin, S.Pd III/d Guru 47 Muh. Amir hafid, S.Pd III/d Guru 48 Dra. Hj. Sitti. Hamdiyah III/c Guru 49 Ratna, S.Pd III/c Guru 50 Ema Elisabeth, S.Pd III/c Guru 51 Rosatilah, S.Pd III/c Guru 52 Alfiah, S.Pd III/a Guru 53 Yusfita Handayani, S.Pd III/a Guru 54 Hamsiyah, S.Pd III/a Guru 55 Sitti Ruwaedah S.Pd III/a Guru 56 Arni Handrayani, S.Pd III/a Guru 57 Suryanti, S.Pd III/a Guru 58 Eka Mulyani Nirham, S.Pd III/a Guru 59 Nurhadi, S.kom III/a Guru 64 60 Wiwin Saputri Rusdi, S.Pd III/a Guru 61 Ersi, S.Pd III/a Guru 62 Indria Mulyana, S.ST.Par III/a Guru 63 Mutmainna, S. ST.Par III/a Guru 64 Muh. Aslan Alwi, S.Kom III/a Guru 65 Nurmiati lukman, S.Pd III/a Guru 66 Chaeriel Mapka, S.Pd Honorer Guru 67 Suci Asta Sari Asis, S.Pd Honorer Guru 68 Rusli halim, S.Pd Honorer Guru 69 Nirwaningsih, S.Pd Honorer Guru 70 Titin Syam, S.Sos Honorer Guru 71 Jeni Asmini, S.Pd Honorer Guru 72 Wahidah, S.Pd Honorer Guru 73 Didit kurniawan, SE Honorer Guru 74 Nurdiansyah, S.Kom Honorer Guru 75 Ayu Qadarsih, S.Sn Honorer Guru 76 Paulus Ratta Honorer Guru Tugas-tugas guru di sekolah antara lain : 1. Setiap guru bidang studi diharuskan membuat program semester dan satuan pelajaran. 65 2. Seorang guru bidang studi tidak diperkenankan mengajar tanpa mengikuti program satuan pengajaran. 3. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. 4. Melaksanakan kegiatan penilian belajar (semester/setahun). 5. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 6. Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran. 7. Mentyusun lembaran kerja siswa untuk mata pelajaran yang memerlukan lembaran kerja. 8. Membuat catatan tentang kemajuan belajar masing-masing siswa 9. Mengatur kebersihan ruangan praktek, pengembalian alat pinjaman, pemeliharaan, dan keamanan sarana praktek. 10. Memeriksa apakah setiap siswa sudah menghafal tentang, penggunaan masingmasing dari peralatanya untuk menghindari terjadinya kerusakan. 11. Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengawasan kebersihan masingmasing alat praktek lainya pada setiap akhir pelajaran. 66 TABEL 1.2 NAMA-NAMA STAF TATA USAHA SMK NEGERI 3 PAREPARE Jumlah pegawai administrasi tata usaha di smk negeri 3 parepare sebanyak 13 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini : NO NAMA GOLONGAN 1 Sudarsono III/c 2 Lukas Pune III/c 3 Hj. Sarti Haddade, S.Pd III/c 4 Hj. Daramatasia Bandu III/c 5 Malan II/a 6 Dra. Nurhayati, M III/b 7 Yuliana fani. B Honorer 8 Sitti. Aisyah latif Honorer 9 Chaeruddin Honorer 10 Rezki Sriwani, S.Pd Honorer 11 Muh. Iqbal Rifai Satpam 12 Rahmat Kurniawan Satpam 13 Ishak Keadaan siswa Cleaning Service 67 SMK Negeri 3 Parepare memiliki 22 kelas yang memiliki ukuran 648 m²,dengan rincian sebagai berikut ; kelas X berjumlah 9 kelas, kelas XI berjumlah 7 kelas dan kelas XII berjumlah 6 kelas. Tiap kelas memiliki siswa maksimal 35 orang. D. Kegiatan yang dilakukan SMK Negeri 3 Parepare Selain kegiatan belajar-mengajar di kelas, siswa-siswi SMK Negeri 3 Parepare juga melakukan beberapa kegiatan ekstrakulikuker diantaranya Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, Paskibraka, Basket, Voli, Karate, Cheers. Selain itu pula siswa-siswi SMK Negeri 3 Parepare aktif melakukan diskusi pelajaran dan membentuk kelompok belajar di luar kelas, mengikuti les, serta perlombaan kebersihan kelas yang diadakan tiap tanggal 17 Agustus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. E. Fasilitas Sekolah Fasilitas yang tersedia di SMK Negeri 3 Parepare cukup memadai dari segi jenis, kuantitas, dan kualitasnya untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Adapun beberapa fasilitas yang dimiliki oleh SMK Negeri 3 Parepare adalah sebagai berikut : Edotel Musholla Ruang Guru Ruang BK/BP 68 Ruang Perpustakaan Ruang Tata Usaha Ruang Osis Ruang UKS Ruang Keterampilan Koperasi Laboratorium Bahasa Laboratorium IPA Laboratorium Komputer Ruang Praktek Mengetik Ruang Prektek Busana Ruang Praktek Kecantikan Ruang Praktek Boga Ruang Praktek Perhotelan Kantin Toilet Guru Toilet Siswa Gudang F. Tata Tertib sekolah 69 A. Tata Tertib Guru 1. Dalam menunaikan tugas guru harus bersikap dan berbuat sesuai dengan kode etik jabatan guru. 2. Guru yang bertugas mengajar datang ke sekolah selambat-lambatnya pada waktu jam mengajar dimulai. 3. Guru yang mengajar pada jam pertama atau terakhir agar membimbing dan mengawasi pelaksanaan murid berdoa. 4. Pada setiap pergantian jam mengajar, guru yang bertugas supaya segara masuk ke dalam kelas bersangkutan agar tidak memberi peluang pada murid untuk gaduh dalam kelas. 5. Guru piket harus sudah siap di sekolah sepuluh menit sebelum jam pertama dimulai dan lima menit sesudah jam pelajaran berakhir. 6. Guru yang bertugas sebagai wali kelas berfungsi sebagai wakil dari kepala sekolah dari kelas yang bersangkutan dan bertanggung jawab. B. Tata Tertib Tata Usaha 1. Pegawai tata usaha melayani kepentingan murid harus ramah dan penuh tanggung jawab. 2. Pegawai tata usaha dalam menggunakan alat kantor harus hemat dan hatihati 3. Pegawai tata usaha harus memelihara dan menjaga kebersihan keamanan alat-alat kantor. C. Tata Tertib Siswa 70 Waktu 1. Siswa wajib hadir di sekolah sebelum pelajaran dimulai (07.00 WITA) 2. Siswa yang terlambat datang kurang dari lima belas menit harus seizin guru piket. 3. Siswa yang terlambat datang lima menit harus seizin guru BK dan guru mata pelajaran. 4. Selama pelajaran berlangsung dan pada pergantian jam pelajaran siswa berada di dalam kelas. 5. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada dalam kelas. 6. Siswa boleh meninggalkan sekolah setelah jam pelajaran selesai (kecuali ada kegiatan ekstrakulikuler). Dan langsung pulang ke rumah (dilarang duduk-duduk di pinggir jalan ,singgah-menyinggahi kecuali seizin orang tua). 7. Meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung harus seizin guru mata pelajaran atau guru pembimbing. 8. Izin satu hari harus mlaliu wali kelas, guru pembimbing dan harus ada penyampaian orang tua. 9. Izin 1-2 hari harus melalui guru pembimbing, lebih dari 3 hari melalui kepala sekolah dan harus ada keterangan langsung dari orang tua (tidak melalui surat ataupun telepon). 71 10. Siswa meninggalkan sekolah tanpa pemberitahuan selama tujuh hari berturut-turut atau dalam satu bulan akan dikembalikan ke orang tua (dikeluarkan). Pakaian a) Sopan, rapi, sesuai ketentuan yang berlaku b) Hari senin,selasa,adalah pakaian seragam putih abu-abu c) Hari rabu dan kamis pakaian seragam batik d) Hari jumat pakaian olah raga e) Sepatu hitam polos, kaos kaki putih polos, dan ikat pinggang hitam polos. f) Memakai badge osis, lokasi sekolah, dan papan nama g) Hari sabtu pakaian pramuka, sepatu dan kaos kaki hitam polos h) Hari senin dan upacara, memakai topi dan dasi (berseragam Lengkap) i) Baju dimasukkan ke dalam rok/celana j) Lengan baju tidak sempit dan tidak digulung. D. Sikap dan Sopan Santun 1. Siswa wajib menghormati kepala sekolah, guru, dan staf sekolah yang lain 2. Siswa harus menghormati tamu sekolah 3. Siswa harus menghormati sesama siswa E. Upacara dan Keagamaan 72 1. Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dan upacara peringatan hari-hari besar nasional dengan seragam lengkap 2. Kegiatan keagamaan a) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan keagamaan seperti : shalat berjamaah, tadarrus, pengajian, pesantren kilat, serta peringatan hari besar islam b) Bagi non-muslim kegiatan diatur oleh sekolah F. Larangan-larangan 1. Meninggalkan ruangan kelas atau sekolah tanpa persetujuan guru bidang studi, BK atau kepala sekolah. 2. Membawa, membaca, atau mengeluarkan bacaan, gambar, atau video porno. 3. Membawa rokok/merokok. 4. Membawa dan meminum minuman keras 5. Berbuat onar atau melakukan kegiatan yang dapat menggangu kegiatan belajar 6. Membuat coret-coretan dan merusak fasilitas sekolah 7. Judi atau main kartu 8. Mencuri 9. Memukul, berkelahi, dan main hakim sendiri Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam tatakrama dan tata tertib sekolah akan dikenakan sanksi sebagai berikut : 73 1. Teguran 2. Sanksi khusus 3. Penyampaian 4. Panggilan orang tua 5. Skorsing 6. Dikembalikan ke orang tua G. Lain-lain 1. Tatakrama dan tata tertib siswa ini mengikat sejak berangkat dari rumah ke sekolah sampai kembali ke rumah. 2. Tatakrama dan tata tertib ini mulai sejak tanggal ditetapkanya 3. Hal-hal yang belum diatur dalam tatakrama dan tata tertib ini akan diputuskan lebih lanjut melalui rapat dewan guru. 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Perilaku komunikasi antara guru dan siswa broken home dalam membantu perilaku belajar siswa adalah suatu komunikasi, baik verbal maupun nonverbal yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk memberikan motivasi, mendorong, perkembangan intelektual, emosional, dan sosial anak dalam meningkatkan perilaku belajarnya. Perilaku komunikasi dianggap penting untuk diteliti karena perceraian di Indonesia tidak sedikit keluarga yang mengalami perpecahan. Perpecahan dalam keluarga dapat terjadi baik antara sesama orang tua, orang tua dengan anak, anak dengan anak. Perpecahan orang tua itu dapat berakibat pada perpisahan atau perceraian orang tua. Dalam kenyataannya perceraian orang tua selalu berakibat pada anakanaknya. Anak- anak selalu menjadi korban atas perceraian orang tuanya. Akibat dari perceraian orang tua itu ada anak yang bisa tetap bangkit dan merasa tidak dijadikan beban hidup atas perceraian orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang terpuruk atas perceraian orang tuanya. Anak yang terpuruk akibat perceraian orang tua sering menjadi anak yang broken home. Selain itu, secara prestasi, anak tidak dapat menunjukkan prestasi yang membanggakan dan terpengaruh dengan persoalan yang terjadi di tengah keluarganya. 75 Siswa yang dikatakan sebagai broken home pada dasarnya sehat secara fisik dan dalam kondisi kasat mata tidak ditemukan permasalahaan. Yang dimaksud broken home adalah latar belakang situasi keluarga yang tidak kondusif bahkan cenderung mengarah pada permasalahan yang mengakar dan mengkontaminasi segala aspek kehidupan dalam sebuah keluarga. Hal yang demikian jelas sangat mempengaruhi dari sisi psikologis siswa, dimana akan dirasakan sebuah tekanan dan guncangan yang hebat dalam diri siswa. Maka kesulitan belajar yang didasari oleh permasalahan keluarga broken home adalah keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat intern dalam keluarga dan berdampak permasalahan yang seperti tersebut diatas tidak begitu mendasar secara umum dan terlihat sebagai permasalahan yang berasal dari luar diri peserta didik, sehingga ada sebuah kecendrungan pandangan bahwa hal tersebut hanya merupakan masalah personal yang terlalu dibesar-besarkan. Dilain sisi persoalan dalam keluarga atau rumah tangga kerap dianggap sebagai bentuk kegagalan dalam memanage sebuah perencanaan dalam hidup, sehingga timbul gejolak yang akan berujung pada berbagai macam permasalahan dan perpecahan. Jenis-jenis kesulitan belajar yang kerap menghinggapi siswa yang berlatar broken home dan merupakan hasil pengamatan antara lain : 1. Kurangnya konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar. 2. Seringnya berulah/nakal/ribut didalam proses kegiatan belajar. 3. Jatuhnya prestasi belajar secara signifikan. 76 4. Labilnya kondisi emosional siswa didalam keseharian dan dalam kegiatan belajar. 5. Hilangnya mod atau keinginan yang memacu diri untuk belajar. 6. Adanya kecendrungan berperilaku menyendiri/mengasingkan dan tertutup terhadap orang lain, baik itu guru,siswa dan orang tua. Dari beberapa jenis kesulitan belajar diatas terlihat bahwa, pada kasus siswa yang berlatar broken home kesulitan belajar yang dialami bukan didasari oleh sisi kemampuan intelektualnya melainkan pengaruh lingkungan keluarga (ekstern) dan pada akhirnya berdampak pada penurunan prestasi akademik, pola laku, emosional dan secara menyeluruh yang akhirnya mengkontaminasi diri siswa. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan mengadakan analisis data yang berusaha memaparkan, dan menjelaskan fenomena sosial yang dikaji, yaitu pengalaman komunikasi orang tua, guru dan siswa, dalam meningkatkan perilaku belajar siswa broken home berdasarkan teori yang ada. Penulis melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Parepare selama kurang lebih dua bulan. Selama dua bulan tersebut penulis melakukan Observasi dan wawancara terhadap salah satu wali kelas, guru BK dan beberapa orang siswa. Dari hasil wawancara tersebut penulis kemudian memilih tiga siswa yang di anggap layak dan memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai informan yang bersekolah di SMK Negeri 3 Parepare. 1. Perilaku Komunikasi Siswa Broken Home di SMK Negeri 3 Parepare Perilaku menunjukkan tindakan atau respon yang dilakukan oleh seseorang atau segala sesuatu yang dilakukannya. Jadi perilaku komunikasi dapat diartikan sebagai 77 tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada atau dapat pula diartikan sebagai tindakan seseorang sebagai pelaku komunikasi, menyampaikan informasi atau memproses informasi adalah merupakan perilaku komunikasi, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Shannon dan Weaver (Cangara, 2007:20) yang mengatakan bahwa : “ komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainya , sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekseprsi muka, lukisan, seni, dan teknologi”. Begitu pula halnya perilaku komunikasi yang terjadi di sekolah. Untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi siswa broken home di SMK 3 Parepare,berikut ini adalah hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj Sahrina selaku Guru BK di SMK 3 Parepare. Beliau mengatakan bahwa : “Perilaku komunikasi siswa di sekolah Tak dapat dipungkiri dengan berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknonologi (Iptek), terutama di bidang informasi telah mempengaruhi pola fikir dan prilaku siswa. Hal ini dapat kita amati melalui pola mereka berkomunikasi dan berpenampilan sehari-hari. Cara mereka berkomunikasi dengan teman, orang tua dan guru sangatlah unik. Mereka menggunakan logat dan istilah yang kadang-kadang sulit kita mengerti sebagai guru Apalagi jika mereka menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan lain sebagainya. Beliau mengatakan, menghadapi siswa zaman sekarang tidak mungkin disamakan dengan cara menghadapi siswa pada dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu. Menghadapi siswa sekarang perlu pola komunikasi efektif antara pihak sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri”. Lain halnya dengan pendapat ibu Dra. Ummi Farida selaku Wali kelas, beliau berpendapat bahwa : ”Seorang guru pembimbing haruslah mempunyai tujuan dalam memberikan pola didiknya, hal ini agar para siswa bisa mengikuti setiap pelajaran yang di ajarkan oleh guru kelasnya. Ibu Ummi Farida lebih menyesuaikan dengan anak dalam 78 berkomunikasi, dengan mengenal tipe-tipe keperibadian anak seperti apa, maka sebagai guru pembimbing Ibu Ummi Farida selalu melakukan pendekatan dan Memberikan perhatian terhadap siswa yang bermasalah, baik masalah di kelas maupun masalah sikap siswa dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah. Beliau pun perlu melibatkan orang tua/wali murid untuk membicarakan kondisi anak-anak saat berada di sekolah. Tanpa ada komunikasi yang terbuka dan lancar antara guru dan orang tua, sulit bagi anak-anak untuk mendapatkan bantuan. Rany salah satu siswa broken home di SMK 3 Parepare mengatakan bahwa : “Saya kurang dapat berinisiatif dalam berkomunikasi baik di sekolah maupun di rumah. Karena di rumah, saya dan orang tua jarang mempunyai waktu untuk bertemu dan berkomunikasi. Sehingga keadaan di rumah berpengaruh pada sifat dan perilaku saya saat di sekolah yang terbiasa menyendiri, karena itu saya tidak menyapa jika tidak terlebih dahulu disapa oleh guru atau teman. Kalau ada masalah, saya lebih banyak mengkomunikasikannya dengan tante”. Rany mengatakan bahwa ia kurang dapat berinisiatif dalam berkomunikasi,ia lebih banyak sharing masalah kepada tantenya dibandingkan orang tuanya sendiri karena kesibukan orang tua. Hal yang sama juga dialami oleh Puput. Prestasi Puput di sekolah cukup baik, namun ia kerap mendapat teguran dari guru-guru karena sering melamun pada saat pelajaran berlangsung, hal itulah mempengaruhi prilaku belajar puput di sekolah. Puput mengatakan “komunikasi di sekolah biasa-biasa saja, di sekolah saya hanya memiliki beberapa orang teman dekat yang selalu menemani, namun ketika di rumah saya merasa kesepian dan tidak punya siapa-siapa. Saya jarang sekali menghabiskan waktu di rumah, saya lebih sering bermain bersama teman-teman, bahkan saya lebih senang menginap di rumah teman dari pada dirumah sendiri. Semua itu saya lakukan semata-mata karena sulitnya merasakan kenyamanan dan kehangatan di dalam rumah sejak kedua orang tua saya bercerai. Menurut keterangan yang ia berikan, orang tuanya telah bercerai sejak ia kelas 3 SMP. Sejak saat itu ia terbiasa melihat ayah dan ibu berseteru di depannya hampir setiap hari. Dan setelah itu yang ia lakukan hanya mengurung diri di kamar. 79 Jawaban yang serupa juga dikatakan oleh Arman siswa kelas 2 SMK Negeri 3 Parepare ini yang mengatakan bahwa : Komunikasi yang terjadi di rumah maupun di sekolah terkesan cuek, “Saya jarang berkomunikasi dengan guru dan orang tua. Karena di sekolah saya dianggap anak yang nakal, malas dan jarang masuk kelas ketika proses belajar berlangsung,saya lebih nyaman bergaul dengan teman-teman, di rumah orang tua saya sering berbicara kasar ataupun marah kepada saya, orang tua lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan anaknya sendiri. saya segan ataupun takut untuk membicarkan masalah di sekolah dengan orang tua. Saya lebih terbuka ke teman-teman dibandingkan ke orang tua sendiri. Di awal proses wawancara, arman masih terkesan menutupi dan enggan untuk membagi cerita mengenai masalah keluarganya. Namun peneliti berusaha untuk bisa dekat dan terus berinteraksi dengannya. Suasana pun perlahan mulai mencair dan ia menunjukan sikap yang positif dan terbuka. Dari jawaban yang diberikan oleh informan diatas diketahui bahwa komunikasi yang terjalin diantara Guru, orang tua dan anak tidak terlalu intens karena orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. Komunikasi terjadi hanya pada saat orang tua maupun anak merasa ada kebutuhan yang harus dibicarakan dan sejauh itu komunikasi yang sehari-hari terjalin hanyalah komunikasi yang berada pada taraf komunikasi yang dangkal dimana komunikasi yang sesungguhnya tidak benar-benar terjadi. Seperti definisi komunikasi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi (Cangara, 2007:19) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) mengatakan bahwa : “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orangorang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama 80 manusia; melalui pertukaran informasi; untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Jadi komunikasi yang sebenarnya itu memiliki tujuan membangun hubungan antarsesama manusia, bertukar informasi, menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubahnya. Dari tiga pernyataan anak di atas menunjukkan bahwa sikap tertutup mereka didasari oleh sikap orang tua yang kurang perhatian terhadap masalah yang mereka hadapi. Orang tua kurang memiliki rasa empati dan dukungan kepada anak sehingga setiap masalah yang dihadapi seorang diri dan terkadang masalah di rumah dibawa ke sekolah sehingga menggangu proses dan prilaku belajar di sekolah. 2. Faktor-faktor yang menghambat perilaku komunikasi siswa broken home di SMK Negeri 3 Parepare. Perilaku komunikasi antara Guru dan siswa tidak selamanya berlangsung secara efektif, itu dikarenakan ada hal atau faktor-faktor yang menghambatnya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang menghambat komunikasi antara Guru dan siswa di sekolah adalah seperti yang diutarakan oleh Ibu Dra. Hj Sahrina selaku Guru Bk. Adanya Ketidakterbukaan siswa terhadap guru BK, menurutnya ketidakterbukaan merupakan sikap dimana seseorang tidak mau mengungkapkan diri pada orang lain. Sebagai Guru BK tugas saya yaitu membimbing dan memberikan dorongan serta motivasi pada murid. Saya melihat bahwa ketidakterbukaan siswa terhadap guru BK disebabkan oleh 81 adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi. Dari hasil pernyataan Ibu Dra. Hj Sahrina di atas, diketahui bahwa faktor yang menghambat komunikasi dengan siswa adalah Adanya Ketidakterbukaan siswa terhadap guru BK, disebabkan oleh adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi. Sedangkan menurut Ibu Dra. Ummi Farida selaku wali kelas faktor penghambat komunikasi antara guru dan siswa adalah : Bahasa, minat terhadap pelajaran, hambatan fisik, lingkungan, stereotip, dan sistem religi. Ibu Dra. Ummi Farida mengatakan Guru hendaknya memilih pola komunikasi yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Agar antara guru dan siswa tercipta komunikasi yang aktif dan siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran dengan baik, hingga tercipta persamaan persepsi berupa materi yang dapat dipahami dengan sempurna. Sama seperti penjelasan sebelumnya bahwa faktor yang menjadi penghambat Ibu Dra. Ummi Farida dalam berkomunikasi dengan siswa mengenai prilaku belajar siswa adalah ketidakterbukaan siswa dan kurangnya minat belajar siswa. Sadar akan hal itu beliau memilih pola komunikasi yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Hal serupa juga dikemukakan oleh Rany salah satu siswa broken home di SMK 3 Parepare mengatakan bahwa hambatannya berkomunikasi dengan orang tua dan Guru yaitu : 82 “orang tua saya jarang berada di rumah, ia lebih sibuk bekerja. Kadang kalau ada masalah di sekolah saya lebih banyak mengkomunikasikanya dengan tante sedangkan di sekolah saya enggan menceritakan masalah saya lebih memilih memendam masalah yang saya hadapi”. Sedangkan Puput mengatakan : “Yang menjadi hambatan ketika saya ingin berkomunikasi dengan orang tua mengenai sekolah, yaitu di rumah, saya merasa kesepian dan tidak punya siapa-siapa. Semenjak orang tua bercerai saya sulit merasakan kenyamanan dan kehagangatan di rumah. Ibu biasa marah-marah kalau diajak berbicara mengenai masalah sekolah ketika ia sedang sibuk sehingga saya pun jadi takut mengungkapkannya”. Informan yang ketiga yaitu Arman memiliki pernyataan yang berbeda pula. Arman mengatakan bahwa: “ yang menghambat komunikasi orang tua dan anak diantaranya yaitu orang tua yang kurang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan memberikan perhatian kepada anak di rumah sehingga komunikasi dengan anak tidak berjalan dengan lancar. Dan orang tua saya sering berbicara kasar ataupun marah kepada saya sehingga saya tidak terbuka kepada orang tua ”. Dari pernyataan informan di atas jelaslah bahwa faktor utama yang menghambat komunikasi antara orang tua,Guru dan siswa adalah intensitas interaksi yang kurang diantara orang tua dan anak sehingga anak pun enggan dan menutup diri dari orang tua dan guru, bahkan tidak jarang anak merasa takut akan respon yang diberikan orang tua terhadap pe ryataan atau keluhan mereka. Hasil penelitian dari ketiga siswa broken home di SMK 3 Parepare di atas diketahui bahwa faktor penghambat utama perilaku komunikasi yang terjadi antara 83 orang tua, guru dan siswa di sekolah adalah intensitas pertemuan yang kurang antara orang tua dan anak karena kesibukan orang tua bekerja. Kurangnya keterbukaan siswa terhadap guru dalam menceritakan masalah yang mereka hadapi, selain itu kurangnya dukungan, rasa empati dan sikap positif dari orang tua yang menjadi faktor yang kedua yang menghambat perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah. B. Pembahasan Komunikasi merupakan penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan berbagai macam lambang-lambang dan penyampaian tersebut merupakan suatu proses, atau komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Bentuk komunikasi yang terjadi antara anak dengan orangtua adalah bentuk komunikasi antar persona. Secara umum komunikasi antar persona (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek: a. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. b. Komunikasi antar persona merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. c. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. 84 Komponen-komponen komunikasi saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Antar komponen secara keseluruhan mempunyai kaitan, sehingga tidak ada pengirim tanpa penerima, tidak ada pesan tanpa pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima. Tidak aksi dan reaksi yang dapat diulang. Dari ketiga aspek tersebut, dapat dilihat bahwa yang sangat penting dalam komunikasi antar persona adalah penyampaian pesan dan penerimaan secara timbal balik, selain itu juga adanya kesamaan pemahaman, dalam hal ini antara orang tua, guru dan anak. Namun pada kenyataannnya berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa komunikasi yang berjalan pada informan penelitian bersifat satu arah. Tidak ada timbal balik yang positif dari lawan bicara setiap proses interaksi antara anak dan orang tua terjadi, sehingga kesamaan pemahaman atau persepsi antara keduanya tidak dapat tercapai. Adapun hambatan dalam komunikasi diantaranya adalah: 1) Gangguan a. Gangguan mekanik yaitu gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. b. Gangguan semantik yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak yaitu melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian. 85 2) Kepentingan yaitu seseorang akan selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. 3) Motivasi Terpendam akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. 4) Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. (Effendy, 2003: 45-49) Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat membuat komunikasi antara anak dan orangtua menjadi sulit. Diantaranya: 1) Perbedaan individual secara fisik, emosional dan kemampuan intelektual. Perbedaan yang besar antara individu dan anggota keluarga lainnya merupakan potensi yang cukup besar untuk menimbulkan masalah komunikasi dalam keluarga. Jalan keluarnya adalah diperlukan proses belajar bagaimana mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut dan belajar bagaimana berkomunikasi dalam suasana dan perasaanyang berbeda. 2) Asumsi yang salah dan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Asumsi yang dimaksud adalah mengenai “performance” individu, kesempatan keluarga serta loyalitas keluarga. Asumsi yang salah dan harapan keluarga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, masa kini, norma sosial, aspirasi individu atau keyakinan agama. Biasanya konflik akan terjadi apabila terlalu banyak harapan dari anggota keluarga dan sulit untuk mempersatukannya. 86 3) Ketidakjujuran emosional, berkaitan dengan keterbukaan serta ketepatan penggambaran pikiran dan perasaan. 4) Kurangnya kebenaran informasi, berkaitan dengan kekonsistenan pesan yang disampaikan dengan pikiran, pernyataan verbal, tindakan dan sikap tubuh (gesture). 5) Pesan yang kontradiktif, biasanya muncul apabila terdapat jarak antara apa yang dilihat, didengar dan dirasakan seseorang. keluarga broken home diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan kita di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan dan menganalisis secara rinci sesuai dengan teori yang penulis gunakan dihubungkan dengan perilaku komunikasi siswa broken home dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif agar rumusan masalah dapat terjawab. 87 1. Perilaku Komunikasi Siswa Broken Home di sekolah Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku komunikasi adalah setiap tindakan yang mengandung informasi baik itu bertukar informasi, menyampaikan informasi, atau memproses informasi. Menurut Hanafi (1984:42) sendiri perilaku komunikasi adalah suatu hubungan komunikasi dan bentuk tingkah laku khusus dalam menggunakan informasi yang hanya terjadi dalalm hubungan komunikasi. Informasi merupakan inti dari komunikasi. Inilah yang membedakan perilaku komunikasi dengan tindakan atau perilaku yang lain seperti berenang atau menendang bola. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Wahlroos (1999:3) yang mengatakan bahwa “Komunikasi adalah semua perilaku yang membawa pesan dan yang diterima orang lain. Perilaku itu bisa verbal atau non verbal; semua itu masih merupakan komunikasi sejauh membawa pesan”. Demikian halnya dengan perilaku komunikasi yang terjadi dalam lingkungan sekolah dan keluarga. Dalam kehidupannya sehari-hari pasti tidak terlepas dari komunikasi, baik itu komunikasi yang bersifat formal maupun informal yang disertai dengan tindakan komunikasi. Dalam pembahasan kali ini penulis akan mengkaji secara khusus bagaimana perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah yang menyangkut keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) menurut Devito (1997:259). a. Keterbukaan Berikut ini adalah hasil wawancara dari ketiga siswa broken home tentang keterbukaan mereka mengenai masalah perilaku komunikasi di sekolah. Ketiga 88 informan memiliki kesamaan dalam hal keterbukaannya mengkomunikasikan masalah prilaku komunikasi dan prilaku belajar. Mereka mengatakan bahwa mereka jarang berkomunikasi dengan orang tua karena orang tua mereka sibuk. Mereka juga kurang terbuka mengkomunikasikan masalah sekolah kepada orang tua karena katakutannya terhadap respon orang tua yang negatif. Keterbukaan dalam komunikasi antara orang tua, guru dengan anak merupakan modal dalam memahami masalah yang dihadapi oleh anak. Dengan adanya keterbukaan maka orang tua dan guru dapat mengetahui dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi anak, dengan keterbukaan pula orang tua dan guru dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada diri anak sehingga mampu untuk berprestasi. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi bila para pelakunya tidak terbuka dan kurang percaya satu sama lain. Jika orang tua mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi yang intensif dan diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling mendengarkan dan mengungkapkan isi hati, maka komunikasi yang terbuka pun dapat terjalin. Sebaliknya jika orang tua tidak mampu mempertahankan kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka perilaku komunikasi pun dapat terhambat. b. Empati Menurut Henry Backrack dalam Devito empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. 89 Dari hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa empati dari Guru BK dan Wali kelas terhadap siswa broken home ditunjukkan dengan cara mendampingi dan berusaha mendengarkan keluhan siswa sehingga setiap masalah yang dihadapi anak dirumah dapat diselesaikan. c. Sikap Mendukung Sikap mendukung yang dimaksudkan oleh Devito adalah hubungan yang ditandai dengan sikap deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik, dan provisional, bukan sangat yakin. Hubungan komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pemberian dukungan. Apabila siswa merasa mengalami masalah, disinilah guru BK memberi dukungan bagi siswa tersebut agar lebih terbuka dalam membicarakan masalahnya. d. Sikap Positif Sikap positif yang dimaksudkan Devito adalah menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. 90 Dengan adanya rasa positif dari kedua belah pihak yaitu guru dan siswa maka akan memunculkan suasana positif maka akan tercipata suasana nyaman untuk berkonsultasi. e. Kesetaraan Menurut Devito, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan menyangkut pentingnya pesan orang tua kepada anak dan begitu pula sebaliknya. Dari hasil penelitian oleh ketiga informan didapatkan bahwa belum tercipta kesetaraan diantara orang tua, dan anak. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga terkadang mengenyampingkan masalah yang dihadapi anak padahal seharusnya orang tua memperhatikan anak sebagai subjek yang perlu dibimbing serta dibina dengan kasih sayang bukan hanya melihatnya sebagai objek semata yang diasuh secara otoriter mengikuti kemauan orang tua. Masalah pribadi serta kesibukan orang tua membuat anak merasa diabaikan dan tidak diperhatikan sehingga komunikasi diantara orang tua dan anak tidak berjalan secara efektif. Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian seseorang. Wahlroos (1999:3) mengatakan bahwa “ Kita menjadi seperti apa sekarang ini, sebagian besar dibentuk oleh komunikasi”. Pernyataan tersebut menyadarkan kita betapa kuatnya arti dan dampak komunikasi 91 (melalui perilaku) terhadap kepribadian seseorang. Apabila komunikasi antara orang tua dan anak dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan, dan kesalahpahaman dalam komunikasi pun dapat dihindari. Suatu hubungan yang baik harus didasarkan pada kasih sayang, perhatian, keterbukaan, yang dipraktekkan sehari-hari. Tindak komunikasi bisa berawal dari pengertian bahwa komunikasi merupakan isi pesan (content) sekaligus hubungan (relationship) sehingga bukan saja pesan tersampaikan, tetapi hubungan atau relationship antara orangtua tunggal dengan anak itu sendiri menjadi penting dalam proses komunikasi yang efektif seperti yang dikatakan oleh Rakhmat (2003:119) bahwa setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Dengan demikian komunikasi akan mengarah pada empati dan pemahaman sehingga hubungan tolong menolong (helping relationship) dapat tercipta. Kemudian akan mendorong adanya situasi keterbukaan, saling menghargai dan mendukung, serta toleransi menuju penguatan hubungan. Remaja yang memiliki keingintahuan yang besar, membutuhkan banyak bimbingan orang tua untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak boleh ia lakukan. Pemahaman tentang pendidikan untuk para remaja perlu dipahami. Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan salah satu bentuk hubungan antarpribadi yang memiliki ciri tersendiri ditinjau dari perspektif situasinya yang tatap muka dalam lingkup hubungan kekeluargaan yang bersumber dari hubungan darah. Pada prinsipnya 92 hubungan darah yang erat dan disertai dengan rasa emosional dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. 2. Faktor-Faktor yang Menghambat Perilaku Komunikasi siswa broken home Masa remaja adalah masa transisi atau periode dalam kehidupan manusia yang mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara bersamaan. Ketidakmampuan remaja mengatasi kondisi yang menekan karena perubahan tersebut, sering mengakibatkan munculnya gangguan dalam perilakunya. Perubahan yang terjadi pada anak remaja, mencakup perubahan: fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Kemampuan remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Makin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya. Bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mental anak akan mengalami hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti adanya kecenderungan psikopatologi pada anak, disebabkan karena adanya hambatan dalam proses komunikasi antara anak dan orang tua. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Wahlroos (1999) yang mengatakan bahwa “Sebenarnya kebanyakan masalah remaja yang melarikan diri dari rumah, serta banyak kasus bunuh diri dan banyak psikopatologi umum dapat ditelusuri sebabnya adalah komunikasi yang buruk”. 93 Kenyataannya banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan anaknya, terutama dengan remaja. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon (verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi. Dalam sebagian besar keluarga, pada umumnya setiap anggota keluarga memiliki itikad yang baik. Tidak ada seorangpun yang secara sadar menghendaki pertengkaran, makian atau tidak ada seorangpun kecuali orang sadis yang ingin berlaku kejam dan jahat kepada orang lain apalagi orang tua kepada anaknya. Namun terkadang hal itu (itikad baik) tidak dikomunikasikan dengan sedemikian rupa, sehingga cinta dan itikad baik itu tidak bisa dirasakan. Terkadang itikad baik dari orang tua ditunjukkan dengan memerintah, mengancam, memberi kotbah, menasehati, mengajari, mengkritik, menyalahkan, mengalihkan perhatian dan lain sebagainya. Ungkapan-ungkapan tersebut di atas membuat anak menghentikan pembicaraaan, mempertahankan diri, berdebat, merasa rendah diri, benci dan marah, merasa bersalah, merasa diperlakukan seperti anak kecil, merasa tidak dimengerti, merasa sedang diinterogasi. Banyak orang tua yang tahu akan pentingnya kasih sayang dan cinta dalam mengasuh anak tapi tidak mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan cinta tersebut. Tindakan atau perilaku yang buruk dalam mengkomunikasikannya membuat komunikasi dengan anak menjadi terhambat. 94 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan bahwa yang menjadi hambatan siswa broken home di SMK 3 Parepare adalah : 1. Orang tua memiliki kesulitan membagi waktu antara bekerja dengan memberikan perhatiannya kepada anak di rumah. 2. Anak lebih suka membicarakan masalahnya dengan teman sebaya, atau kerabat dekatnya dibandingkan orang tua. 3. Anak merasa segan, bahkan takut untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua karena sikap negatif yang ditunjukkan orang tua. 4. Ketidakterbukaan siswa terhadap Guru disebabkan oleh adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi. 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini telah dilakukan terhadap 5 orang informan ( satu guru BK,satu wali kelas dan tiga siswa broken home ) yang bersekolah di SMK 3 Parepare, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku komunikasi siswa broken home di SMK 3 Parepare, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku komunikasi siswa broken home di sekolah belum sepenuhnya efektif. Hal ini disebabkan oleh: - Intensitas komunikasi antara orang tua dan anak yang masih kurang sehingga anak enggan untuk terbuka kepada orang tuanya mengenai prestasi belajar. Kurangnya dukungan, rasa empati serta sikap positif yang diberikan orang tua kepada anak juga mempengaruhi hubungan interpersonal diantara orang tua dan anak yang menyebabkan anak lebih terbuka kepada teman atau kerabatnya daripada orang tuanya sendiri. - Kesetaraan antara orang tua dan anak masih kurang. Perilaku komunikasi yang demikian sangat berpengaruh terhadap perilaku anak di sekolah. 2. Beberapa faktor yang menghambat prilaku komunikasi siswa broken home diantaranya yaitu: 96 - orang tua yang kurang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan memberikan perhatian kepada anak di rumah sehingga komunikasi dengan anak tidak berjalan dengan lancar. - Sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan orang tua membuat anak menjauhkan diri dan tidak terbuka kepada orang tua. - ketidakterbukaan siswa terhadap Guru disebabkan oleh adanya rasa takut dan rasa malu siswa dalam manceritakan masalah yang mereka hadapi. B. Saran 1. Orang tua hendaknya menjalin hubungan antarpribadi yang baik dengan anak yang ditunjukkan melalui kasih sayang dan perhatian selain itu orang tua juga harus menciptakan suasana rumah yang harmonis dan bersahabat agar anak dapat terbuka dalam menyampaikan keluh kesahnya tanpa ada rasa takut dan tertekan. 2. Hendaknya orang tua lebih bijak membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk berinteraksi dengan anak di rumah agar anak merasa diperhatikan dan tidak diabaikan. 3. Baik orang tua maupun Guru hendaknya menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga tercipta harmonisasi antara Orang tua, guru, dan anak demi kepuasan dan kelangsungan hidup yang lebih baik. 97 98 99 100