IMPLIKASIHERMENEUTIKAAL-QUR`ANFAZLURRAHMAN DAN HASAN HANAFI TERHADAP PENETAPAN HUKUM ISLAM Oleh : Robiah Adawiyah Dosen Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir FSH UNSIQ Email :[email protected] ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai model pemahaman atau hermeneutika Al-Qur`an menurut Fazlurrahman dan Hasan Hanafi serta relevansinya dengan penetapan hukum Islam. Hermeneutika Al-Qur`an dalam penetapan hukum Islam mempunyai posisi yang penting, sebab menjadi dasar pijakan yang pertama dan utama, sehingga dalam menetapkan sebuah hukum Islam tidak secara sporadis. Hal itu, yang ingin ditampilkan dari sosok Fazlurrahman dan Hasan Hanafi. Fazlurrahman, adalah salah satu dari sekian pemikir muslim yang sadar akan keadaan tersebut. Dengan pendekatan hermeneutika kritis dan dialektis ia berusaha membangkitkan kembali kejayaan Islam yang pernah diraih. Dengan double movement sebagai metode penafsiran Al-Qur`an, serta berdampak pada eksistensi Hukum Islam, yakni terjadinya rasionalisasi Hukum Islam. Sedangkan Hasan Hanafi menyarankan agar menerapkan hermeneutika pembebasan terhadap Al-Qur`an. Wacana turâṡ wa tajdîd dijadikan sebagai dasar hermeneutika Al-Qur`an, sehingga berdampak pada penentuan formalisasi maqâṣid asy-syarî’ah yang sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan realitas saat ini. Keyword : Hermeneutika Al-Qur`an, Fazlurrahman, Hasan Hanafi, Hukum Islam Al-Quran memerintahkan manusia A. Pendahuluan Dinamika pemikiran Islam dapat untuk mempelajari dan memahaminya, dilihat dari segala realitas yang dihadapi melalui masyarakatnya. Problem yang dihadapi tersurat maupun tersirat. Interpretasi dan adalah menyangkut hubungan wacana kesadaran manusia untuk merealisasikan tradisi pemahamannya (turâṡ) dan modernitas (al- pentunjuk-petunjuknya akan teks yang dalam hadâṡah) (Hanafi, 1987 : 11). Di satu kehidupan konkrit yang menyebabkan sisi, pemikiran Islam tidak bisa lepas sebuah kitab suci menjadi agung dan dari serbuan modernitas, baik dalam bermakna, sebagai petunjuk sekaligus bentuk material maupun pemikiran, di pedoman hidup yang tertuang dalam sisi lain, dalam menghadapi modernitas bentuk ajaran akidah, akhlak, hukum, tersebut masih berpegang pada tradisi falsafah, siyasah dan ibadah (Yusuf, masa lalunya. Isu yang berkembang 1992 : 50). Oleh karena itu, ayat Al- adalah Qur`an tidaklah memadai bila seseorang bagaimana menyikapi modernitas. problem dunia tradisi Islam dan hanya mampu membaca dan melantunkan dengan baik, tetapi lebih Vol. II No. 01, Mei 2016 pada kemampuan mengungkap isi prinsip-prinsip dan baru, melainkan sudah terjadi pada mengetahui beberapa abad sebelumnya ketika al- dikandungnya. Ghazali berusaha memasukkan elemen- memahami serta yang upaya elemen logika Yunani ke dalam uṣûl al- bisa fiqh. Munculnya hermeneutika dalam diaplikasikan dalam kehidupan telah wacana keagamaan (Islam) menjadi melahirkan fenomena khas dalam pengembangan Sebagai memahami bentuk realisasi makna teks banyak agar pendekatan dan metodologi, seperti tahlîli, mauḍû`î, hukum muqâran, sesuai Fazlurrahman dan Hasan Hanafi sangat dengan perkembangan metodologi serta jelas menunjukkan apresiasi terhadap pendekatan kontemporer, salah satu hermeneutika diantaranya adalah hermeneutika yang sebagai perangkat metodologis. dan berkembang Islam kontemporer. dan menjadikannya telah mengilhami para sarjana muslim Berangkat dari hal di atas, maka kontemporer untuk membuka wacana perlu untuk mempertanyakan beberapa baru, seperti Arkoun, Hasan Hanafi, poin yang akan menjadi kajian penelitian Fazlurrahman, Farid Esack dan Nasr penulis, pertama, bagaimana konsepsi Hamid Abu Zayd, dalam melakukan model interpretasi. Fazlurrahman Munculnya wacana dialog turâṡ wa tajdîd (hadâṡah), adalah bukti adanya keprihatinan di kalangan sebagian intelektual muslim akan problem umat Islam dan menghadapi perubahan akibat modernitas. Keprihatinan tersebut diungkapkan dalam upaya adaptasi dan persilangan intelektual, yaitu antara tradisi keilmuan Islam dan tradisi keilmuan Barat. Hukum Islam pun tidak kebal dari perubahan tersebut. Beberapa upaya dilakukan oleh para akademisi untuk mensintesiskan hukum Islam dengan perangkat keilmuan modern, khususnya hermeneutika. Usaha tersebut hermeneutika dan Al-Qur`an Hasan Hanafi? Kedua, bagaimana relevansinya dengan penerapannya di dalam hukum Islam? B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research), yaitu teknik penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam materi yang terdapat dalam kepustakaan. dilaksanakan literatur atau dengan Penelitian menggunakan kepustakaan untuk mendapatkan data dalam menyusun teori-teori sebagai landasan ilmiah dengan mengkaji dan menelaah pokokpokok permasalahan dari literatur yang sebenarnya bukan benar-benar fenomena 18 Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Vol. II No. 01, Mei 2016 mendukung, baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu. Karena penelitian ini tergolong C. Hasil Temuan dan Pembahasan 1. Model Hermeneutika Al-Qur`an Fazlurrahman Rentang sejarah Islam membuktikan bersifat bahwa dinamika pemikiran di dalam kualitatif, maka data yang digunakan Islam terjadi melalui dua arah yaitu, dalam kecenderungan mensakralkan teks serta penelitian pustaka penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang telah ada. tradisi, dan kecenderungan Dokumentasi adalah mencari data mendekontruksi mengenai hal-hal atau variabel yang (Hidayat, 1996 : 33).Kecenderungan berupa catatan, transkrip, buku, surat yang pertama berefek pada munculnya kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, pembekuan, kejumudan, dan purifikasi leger, agenda dan sebagainya. ajaran pensakralan Islam. Oleh untuk tersebut karena itu, penelitian pensakralan teks dan tradisi tersebut terkumpul, maka langkah selanjutnya menyebabkan meredupnya cahaya dan penulis menentukan metode analisis. dinamika wacana Islam, yang pada Metode analisis yang digunakan ialah akhirnya Content Analysis, yakni investigasi terjadi intervensi ideologis dari penguasa tekstual ilmiah yang memihak secara ekstrem pada terhadap isi peran suatu komunikasi, suatu paham tertentu. Kondisi semacam khususnya isi peran komunikasi yang ini yang diamati oleh Rahman di terungkap dalam media cetak atau Pakistan, bukuk. paradigma baru pemikiran Barat yang Setelah data-data melalui analisis Pendekatan yang digunakan oleh mengkritik semakin di mengeras samping secara ketika datangnya habis-habisan penulis adalah filosofis-hermeneutik. terhadap seluruh sendi ajaran Islam Pendekatan tersebut digunakan dalam (Ozdenir, 1993 : 22). Realitas tersebut rangka membuat mendeskripsikan dan Fazlurrahman untuk menganalisis interpretasi pengarang memposisikan diri pada kecenderungan terhadap yang kedua. Ia memulai dan mencoba teks-teks yang dibahas dalam tema hermeneutika Al-Qur`an. mengkritik Khusus tantangan modernitas tanpa larut pada penggunaan hermeneutis, melakukan pendekatan deskripsi pemikiran tradisi Barat. dan Namun merespons demikian, terhadap pemikiran dilakukan proses Rahman tetap merujuk pada tradisi tanpa hermeneutika reproduksi. harus menjadi Tradisionalis. Bahkan Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an 19 Vol. II No. 01, Mei 2016 Rahman memandang bahwa tanpa tradisi yang umat (pemikiran Islam tidak akan memahami tidak berakar klasik) dalam atau sejarah luput dari sumber dari segala sumber hukum kemampuan menelusuri benang merah (Rahman, 1979 : 45). kesinambungannya dengan masa lalu Secara ilmiah, berangkat dari tesis Rahman tersebut, paling tidak ia adalah tidak otentik. Karenanya, akan tidak mampu mengembangakan mengkritisi tiga komunitas, pertama, dinamika internalnya serta tidak sanggup kalangan Tradisionalis yang berupaya bertahan, menghidupkan warisan energi apresiasinya dan dengan begitu kembali yang akhirnya kehilangan kehidupan keagamaannya, kedua, terancam lekas padam (Madjid, 1993 : kalangan Fundamentalis, yang 24). Di samping itu mengabaikan sejarah menampilkan Islam terikat secara literal masa lalu tidak saja mengisyaratkan pada akar spiritualnya dan antagonis akan penafian eksistentsi sejarah itu dengan Barat, dan ketiga, kalangan sendiri, Modernis yang menyuguhkan sebuah pengingkaran diajukannya penanganan Islam serius tentang eksistensi diri dan sistem bersandar pada akar tetapi spiritualitasnya, namun juga tampak keyakinan kebarat-baratan (Amal, 1993 : 65). sejarah masa kini. juga sendiri mengakibatkan dalam kerangka dapat Rahman juga mengkritisi pemikiran menggabungkan kelompok yang pertama kaum fundamental yang menampilkan tanpa Islam terikat secara literal pada akar Rahman berharap menjadi komunitas Tradisionalis dengan yang ketiga tanpa larut spiritualnya. Dengan metode yang menjadi kebarat-baratan. Gabungan dari dikembangkannya, ia melihat bahwa dua kelompok di atas dikenal dengan kaum Fundamentalis gagal membedakan Neo-Modernisme. antara doktrin dengan tradisi Islami yang Neo-Modernisme yang ditawarkan Rahman bertitik tolak murni pada ide pembaharuan pemikiran dan diterimanya sebagai otoritas masa lampau mencoba membongkar doktrin-doktrin yang tertutup dan tak bsa dipertanyakan. Islam (Barton, 1999 : 446), dengan Oleh karenanya, menurut Rahman harus bersikap kritis terhadap Barat, juga dibedakan antara yang Islami, Normatif warisan-warisan kesejarahannya sendiri dan historis. secara Rahman obyektif. Oleh menganggap karena bahwa Bahkan tradisi itu, Seluruh pandangan Rahman terhadap suatu dinamika kehidupan pemikiran Islam bentuk pengembangan pemikiran Islam 20 historis. pada akhirnya bermuara pada Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Vol. II No. 01, Mei 2016 penyingkapan kandungan Pikiran-pikiran Rahman didasarkan pada Al-Qur`an. yang Al-Qur`an selalu tersebut 1993 : 158). Ia menekankan pentingnya mamahami kondisi aktual masyarakat Arab ketika Al-Qur`an merupakan respons yang kritis terhadap terutama pandangan-pandangan kaum Ortodoks pernyataan legal dan kondisi sosio- yang bergulir di Pakistan. Satu pikiran ekonomiknya. Rahman historis Pakistan yang membuat selama heboh setahun di adalah dalam diturunkan, ini, rangka menafsirkan Aplikasi pendekatan terformulasi ke dalam pembedaan antara tujuan atau ideal moral pikirannya yang menyatakan bahwa Al- Al-Qur`an Qur`an secara keseluruhan adalah kalam spesifiknya. Ideal moral Al-Qur`an yang Allah, dan dalam pengertian biasa, juga dituju seluruhnya diaplikasikan ketimbang ketentuan legal merupakan perkataan oleh dengan ketentuan Al-Qur`an spesifiknya implikasinya, Rahman menolak doktrin Keberhasilan dari proses pembedaan ini, tradisional yang pada akhirnya, mewujud pada penciptaan mekanis dan eksternal. Ia tidak setuju pandangan dunia Al-Qur`an yang terbuka, dengan pandangan Ortodoksi Islam yang terpadu, dan universal. menggambarkan pewahyuan proses pewahyuan Untuk itu, 1979 pantas Muhammad (Iqbal, 1981 : 20). Sebagai tentang (Rahman, lebih legal Rahman : 231). mencoba kepada Nabi melalui telinga dan bersifat memformulasikan metodologi tafsir (Al- eksternal (Amal, 1994 : 165-166). Qur`an), yang secara sistematis tersusun Di samping kontribusi pemikiran yang fenomenal tersebut, Rahman melihat sebagai berikut (Amal, 1993 : 24) : a. Menemukan makna teks Al-Qur`an bahwa kaum muslimin (khususnya kaum dengan Ortodoks), belum pernah membicarakan historis secara serius dan jujur. Secara secara adil masalah-masalah mendasar sosio-historis, mengenai metode dan cara penafsiran Al- dipelajari Qur`an. Terdapat kesalahan umum dalam kronologisnya. memahami pokok-pokok keterpaduan Al- pemeriksaan terhadap bagian-bagian Qur`an dan kesalahan ini berpasangan wahyu yang paling awal. Kajian ini dengan ketegaran praktis untuk berpegang akan memberikan suatu persepsi yang pada ayat-ayat Al-Qur`an secara terpisah- cukup akurat tentang gerakan dasar pisah. Menurutnya, untuk memahami dari pesan konprehensif Al-Qur`an, konteks dibedakan dari ketetapan-ketetapan kesejarahannya mesti diperhatikan (Amal, dan pranatapranata yang dibangun Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an menggunakan gerakan pendekatan Al-Qur`an dalam tatanan Diawali Islam, harus dengan sebagaimana 21 Vol. II No. 01, Mei 2016 belakangan. Dengan begitu, seorang menggunakan dua gerakan yang dikenal penafsir telah mengikuti bentangan dengan Double Movement-nya (gerakan karier dan perjuangan Muhammad. ganda). Gerakan yang pertama, dimulai Oleh karena itu, metode ini tidak dengan hanya spesifik dalam Al-Qur`an, kemudian menyelamatkan kita dari menafsirkan yang ekstravagansa dan artificial penafsiran menggali kalangan modernis, tetapi juga dapat prinsip-prinsip umum, nilai-nilai dan menunjukkan secara jelas makna tujuan jangka panjangnya. Gerakan yang keseluruhan dari pesan Al-Qur`an. kedua, b. Membedakan antara ketetapan legal dan ayat-ayat mensistematikakan memformulasikan merealisasikan pandangan prinsip) Al-Qur`an. pandangan spesifik di masa sekarang mengharapkan hukum-hukum yang akan dibentuk dapat mengabdi kepadanya, tidak pada legal spesifiknya. Rahman menyadari tersebut (prinsip- spesifik Al-Qur`an dengan ideal moral Rahman umum dan ke dalam (Rahman, 1984 : 5-7). 2. Model Hermeneutika Al-Qur`an Hasan Hanafi pada Hasan Hanafi menganggap bahwa subyektifitas, tetapi menurutnya ini pendekatan hermeneutika tidak hanya dapat direduksi seminimum mungkin memperbincangkan dengan menggunakan Al-Qur`an itu penafsiran sebagaimana sendiri. Satu hal yang terlalu sering metodis, dan diabaikan oleh kalangan non-muslim penafsiran dalam hermeneutika filosofis, maupun kalangan muslim sendiri, akan tetapi juga memperbincangkan bahwa dimensi sejarah teks dan kepentingan bahwa hal ini dihadapkan Al-Qur`an biasanya dalam tentang teknis hermenutika hakikat kehidupan. peristiwa memberikan alasan bagi pernyataan praktis Karena legal spesifiknya. menurut Hanafi, prasyarat pemahaman c. Memahami sasaran (tujuan) atau ideal yang baik terhadap suatu teks kitab suci moral Al-Qur`an dengan tetap memberi adalah terlebih dahulu membuktikan perhatian sepenuhnya terhadap latar keasliannya sosiologisnya, yakni lingkungan di saat Setelah Al-Qur`an diturunkan. barulah hermeneutika dalam pengertian melalui memperoleh kritik sejarah. keaslian teks Secara aplikatif, proses penafsiran ilmu pemahaman baru dapat dimulai. yang ditawarkan oleh Rahman dalam Menurutnya, pada titik ini hermeneutika rumusan definitive metodologi tafsirnya berfungsi sebagai ilmu yang berkenaan tersebut dengan bahasa dan keadaan-keadaan 22 diaplikasikan dengan Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Vol. II No. 01, Mei 2016 sejarah yang melahirkan teks. Setelah 1994 : 4). Oleh Karena keaslian teks suci mengetahui makna yang tepat dari hanya bisa dijamin oleh kritik historis, sebuah teks, segera diikuti dengan proses maka kritik historis harus didasarkan menyadari teks ini dalam kehidupan aturan manusia. Sebab pada dasarnya tujuan bebas dari intervensi teologis, filosofis, akhir sebuah teks wahyu adalah bagi mistis, transformasi (Hanafi, 1992 : 78). Jika sebuah teks kehidupan manusia itu objektivitasnya atau memenuhi sendiri (Hanafi, 1994 : 1-2). bahkan sendiri yang fenomenologis persyaratan sebagaimana mengharapkan diatas, ia dinilai sebagai teks asli dan hermeneutika Al-Qur`an dapat bersifat sempurna. Dengan kaca mata ini, Hanafi teoritik sekaligus praktis. Penafsiran menilai bahwa hanya al-Qur`an yang praktis berfungsi sebagai analisis filologi bisa diyakini sebagai teks asli dan murni terhadap, teks yang tidak akan sempurna, karena tidak ada teks suci lain memperbincangkan yang ditulis secara in verbatim dan utuh Hasan Hanafi masalah-masalah prinsipil dalam penafsiran. Sementara dalam itu hermeneutika seperti Al-Qur`an. Kedua, filosofis, kritik eidetis. Setelah yang melalui kritik sejarah seorang penafsir digunakan untuk menunjukkan masalah dapat melakukan proses interpretasi atau yang terfokus pada problem pembacaan, secara yang kedalam menyebutnya dengan kritik eidetis, demi perbincangannya sendiri. Jika penafsiran menentukan keaslian kitab suci. Hasan praktis Hanafi belum menjelaskan pengertian menurutnya sebuah menyerap bersifat istilah teks ekstrovert, maka teknis, kecuali Hanafi hermeneutika filososfis bersifat introvert eidetis (Hanafi, 1994 : 3). Adapun penjelasan dengan proses interpretasi (Hanafi, 1994 : dari tiga fase analisis diatas, sebagai 17). berikut; kritik eidetis sebagai proses pemahaman Pertama, kritik historis. Fungsi ini, Hasan mengaitkannya Disini penulis menerjemahkan terhadap teks. Hasan Hanafi menjelaskan hermeneutika bahwa fungsi kesadaran eidetis adalah adalah untuk memastikan keaslian teks memahami dan menginterpretasi teks yang disampaikan Nabi dalam sejarah. setelah validitasnya dikukuhkan oleh Artinya, perhatian hermeneutik terletak kesadaran historis. Kesadaran eidetik pada dimensi horizontal wahyu yang juga merupakan bagian terpenting dalam sifanya historis, dan bukan pada dimensi ilmu vertikalnya mediasinya kritik historis dalam yang metafisis Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an (Hanafi, ushul fiqh proses karena melalui pengambilan 23 Vol. II No. 01, Mei 2016 ketentuan-ketentuan hukum dari dasar- gerak dasarnya agar menjadi lebih sempurna sementara yurisprudensi menginginkan dan komprehensif (Saenong, 2002 : 117). transformasi Ketiga, kritik praksis. Bagi Hasan dari manusia Tuhan kepada Tuhan, kembali menuju kehidupan manusia (Hanafi, 1982 : 102). merupakan Sebagai langkah praktis dari ketiga penyempurnaan kalam Tuhan di dunia metode di atas, dan juga sebagai implikasi mengingat tidak ada kebenaran teoritis dari ciri khas tafsirnya yang praksis, dari sebuah dogma atau kepercayaan yang Hassan datang langkah-langkah Hanafi kritik begitu praktis saja; dogma lebih merupakan suatu gagasan atau motivasi Hanafi telah merumuskan interpretasi sebagai berikut (Baedowi, 2009 : 43) : yang ditujukan untuk praktis.Hal ini 1) Komitmen politik sosial. Mufassir menurutnya, karena wahyu Al-Qur`an memiliki keprihatinan dan kepedulian atas sebagai dasar dogma merupakan motivasi kondisi kontemporernya karena baginya, bagi mufassir adalah revolusioner, reformis, tindakan di samping obek pengetahuan (Hanafi, 1998 : 17). Sebuah dogma, kata Hasan Hanafi hanya dapat dan aktor sosial. 2) Mencari sesuatu. Mufassir “keberpihakan” berupa diakui eksistensinya jika didasari sifat memiliki keduniaannya sebagai sebuah sistem ideal, kesadaran untuk mencari solusi atas namun dapat terealisasi dalam tindakan berbagai persoalan yang dihadapi. Di manusia. Karena satu-satunya sumber sinilah, Hanafi melihat asbâb an-nuzûl legitimasi dogma adalah pembuktiannya lebih pada realitas sosial masyarakat saat yang bersifat praktis. Menurutnya realisasi Al-Qur`an diturunkan. wahyu dalam sejarah melalui perbuatan 3) Sinopsis ayat-ayat yang terkait pada manusia sama dengan realisasi perbuatan satu tema. Semua ayat yang terkait pada ilahiyyah tema tertentu dikumpulkan secara seksama, dan dengan sendirinya, merupakan realisasi kekuasaan (khilafah) dibaca, Tuhan di atas bumi. Prinsip yang sama orientasi umum ayat menjadi nyata. Ia menjadi dasar penciptaan dan penerapan menegaskan hukum-hukum Tuhan (al-ahkâm asy- berangkat dari ayat sebagaimana tafsir syar’iyyah) di dunia. Itulah sebabnya tahlîlî, tapi dari kosa kata Al-Qur`an. mengapa yurisprudensi (‘ilm uṣûl fiqh) 4) dipahami berkali-kali bahwa penafsiran Klasifikasi hingga tidak bentuk-bentuk dianggap ‘ilmu at-tanzîl’, yang dibedakan linguistik, meliputi kata kerja dan kata dari ‘ilm at-ta`wîl’ dalam tradisi sufisme. benda, kata kerja waktu, kata sifat Sebab yang terakhir ini menginginkan kepemilikan, dan lain-lain. 24 Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Vol. II No. 01, Mei 2016 5) Membangun struktur makna yang paling tidak, konsep-konsep Rahman tepat sesuai dengan sasaran yang dituju mempunyai implikasi sebagai berikut: yang berangkat dari makna menuju objek. a. Rasionalisasi Hukum Islam (Fiqh) Keduanya adalah satu kesatuan. Makna Berkaitan adalah objek yang subjektif, sedang objek Rahman adalah subjek yang objektif. rasionalisasi 6) Analisis situasi faktual. Setelah dengan di pemikiran atas, maka upaya hukum Islam dapat dilakukan yaitu dengan mengkaji ulang membangun tema sebagai struktur yang tradisi ideal, penafsir beralih pada realitas faktual tertutup) seperti kemiskinan, HAM, penindasan, kembali asal-usul keseluruhan tradisi dan lain-lain. Islam dan menemukan tujuan dan 7) dengan dideduksikan riil. (yang dengan mandul cara dan merombak yang ideal sasaran substansial yang terdapat dalam Struktur ideal teks hukum spesifik. Oleh karena itu, Membandingkan yang Islam dengan menggunakan yang perlu ditegaskan adalah analisis isi terhadap teks dengan situasi pembedaan faktual dengan syari‘ah yang bersifat ideal moral menggunakan statistik dan ilmu-ilmu dengan hukum Islam (Fiqh) yang sosial. Di sini, penafsir berada di antara bersifat legal formal (Azhar, 1996 : 43). yang diinduksikan teks dan realitas. yang mendasar antara 8) Deskripsi model-model aksi. Sekali b. Dinamisasi Konsep dan Aplikasi Ijtihad-Ijma‘ ditemukan kesenjangan antara dunia ideal Aktifitas Ijtihad-Ijma‘ merupakan dengan riil, maka aksi sosial menjadi warisan kaum muslimin awal. Aktifitas langkah berikutnya. Transformasi dari teks ini mempunyai hubungan yang organik ke tindakan, dengan teori ke praktik, dan Nabi. Hubungan organik ini tampak dalam praksisnya pemahaman ke perubahan. 3. Implikasi dalam Hukum Islam Sunnah Penerapan Karena Al-Qur`an dan as-Sunnah bahwa kaum muslim awal merupakan hasil aktifitas ijtihad personal, melalui instrument qiyas, terhadap sunnah yang merupakan sumber utama hukum Islam, hidup. maka konsepkonsep Rahman seperti yang mengalami dielaborasikan sebelumnya mempunyai meluas secara berkelanjutan. Oleh implikasi yang jauh dalam persoalan karena itu, Ijma‘ tidaklah statis, tetapi hukum Islam, dan bahkan terhadap berkembang secara kreatif dan dinamis metodologinya. Dalam analisa penulis, serta berorientasi ke masa depan, Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Ijma‘ ini, proses selanjutnya, yang semakin 25 Vol. II No. 01, Mei 2016 demikian pula Ijtihad (Rahman, 1965 : kekinian, memiliki konsekuensi logis 171-172). pada diaplikasikannya dua gerakan c. Aplikasi Metode Qiyas Secara Luas pemikiran yuristik. Yakni, pertama, Proses menemukan prinsip-prinsip dari yang khusus kepada yang umum, umum dari teks-teks legal spesifik Al- dan kedua, dari yang umum kepada Qur`an, yang dikonsepsikan Rahman, yang khusus (Amal, 1993 : 49). dapat dilakukan dengan metode qiyas. Adapun implikasi dari model Dalam metode tersebut, ide pokoknya, pemahaman (hermeneutika) Al-Qur`an yaitu bahwa yang mendasari setiap Hasan Hanafi aturan legal spesifik Al-Qur`an dan as- hukum Islam Sunnah adalah suatu prinsip umum. metodologis yang digunakan oleh Hanafi Aturan hukum spesifik tersebut disebut adalah merevitalisasi turâṡ klasik dan al-hukm, sedangkan prinsip umumnya merekonstruksinya supaya bisa berdialog disebut ‘illat al-ḣukm yaitu alasan di dengan, dan bermanfaat untuk kondisi balik hukum (Ratio Legis). Oleh karena kontemporer. Ini merupakan jawaban itu, ketika suatu kasus muncul, yang atas mauqifuna min at-turâṡ al-qadîm tidak tercakup oleh Al-Qur`an dan (sikap as-Sunnah, yang Rekonstruksi, menurut Hanafi, adalah dipertimbangkan dipilih dari teks kitab pembangunan kembali warisan-warisan suci dan prinsip umumnya disarikan Islam berdasarkan semangat modernitas dari hukum yang tersurat tersebut, dan kebutuhan Muslim kontemporer dengan cara melacak ‘illat hukum dan (Hanafi, menatanya secara sistematis sehingga terutama di dalam tataran filsafat Hukum qiyas Islam yang terformulasi dalai konsepsi maka berisi kasus totalitas dari ajaran d. Berkembangnya Dua Pemikiran Yuristik pensarian Gerakan penerapan berangkat atas 1991 mengenai Al-Qur`an. Produk kita terhadap : dari khazanah 42). basis klasik). Implikasinya maqâṣid asy-syarî’ah, diantaranya sebagai berikut; a. Dalam menafsirkan kembali konsep aturan legal maqâṣid asy-syarî’ah sebagai spesifik Al-Qur`an dan as-Sunnah khazanah Islam Hanafi yang menghasilkan prinsip umum menggunakan reformasi di bidang Al-Qur`an bahasa (ideal moral) dan untuk klasik, mengekspresikan pembedaannya dengan yang murni kembali makna dasar maqâṣid asy- hukum, syarî’ah kemudian, dijadikan dengan menggunakan instrumen untuk menjawab problem 26 Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an Vol. II No. 01, Mei 2016 sedang al-’irdl), yakni menjaga harga diri perspektif umat dan negara baik dari penjajahan modernitas. Sebagai contoh, al-mâl maupun tekanan pihak luar. Kelima, (dalam frase hifẓ al-mâl) secara menjaga harta (hifẓ al-mâl), yakni liberal dimaknai oleh Hanafi sebagai melindungi sumber daya alam negara aset dan harta milik masyarakat dan dan negara, di samping juga aset pribadi demi kepentingan rakyat (Hanafi, dan golongan. Dalam hal ini, al-mâl 2002 : 99). bahasa-bahasa yang berkembang dalam tidak saja dikebiri dengan hanya pada justifikasi bagi terjaminnya aset pribadi atau golongan semata. Inilah yang dimaksud oleh Hanafi bahwa tujuan syari’at harus disatukan dengan agenda ummat (aḣdaf alummah) (Hanafi, 2002 : 98-102). atau yang juga dikenal sebagai aḍḍaruriyât al-khamsah, yang menjadi tumpuan bagi pelaksanaan agenda tersebut berikut: adalah Pertama, sebagai memelihara kehidupan (hifẓ an-nafs), yang berarti menjaga kelestarian umat dari ancaman yang datang baik dari dalam ataupun luar negeri. Kedua, menjaga akal (hifẓ al-’aql), menggalakkan pendidikan, berarti rasioanalitas, dan memerangi kebodohan. Ketiga, menjaga agama (hifẓ ad-din), berarti memberi kebebasan beragama kepada pemeluk agama untuk melaksanan meyakini ajaran memanfaatkannya D. Simpulan Rahman memformulasikan metodologi tafsir Al-Qur`an dengan model gerakan ganda (double movement) sebagai bentuk aplikasinya. Satu hal yang sangat ditekankan Rahman adalah keniscayaan melacak sejarah masa lalu b. Secara lengkap maqâṣid asy-syarî’ah, ummat kemudian dan agamanya. (pendekatan historis) dan menangkap sosio-moral masyarakat. Pendekatan ini ditujukan dalam rangka mengetahui secara otentik substansi ajaran Islam dan berimplikasi pada penalaran kritis- dialektis terhadap penerapan hukum Islam. Gagasan rekonstruksi berada Hanafi maqâṣid dalam tentang asy-syarî’ah lingkup besar pemikirannya tentang kiri Islam (alyusar al-Islami), dalam dimensi mauqifunâ min at-turâṡ al-qadîm (sikap kita atas khazanah klasik). Tujuan besar pemikiran ini adalah untuk membangunkan kesadaran kaum Muslim atas posisinya yang tertindas dengan cara merekonstruksi seluruh bangunan Keempat, menjaga kehormatan (hifẓ Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an 27 Vol. II No. 01, Mei 2016 pemikiran Islam secara menyeluruh kekuatan pembebasan. sehingga Islam dapat berfungsi sebagai *** DAFTAR PUSTAKA Amal, Taufik Adnan. 1993. Islam dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan. ______, 1992. Muqaddimah fi 'Ilmi a;Istighrab Maufiquna Min Turâṡ alGharibi. Kairo: Dar al-Fannani. ______, 1994. Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam Fazlurrahman. Bandung: Mizan. ______, 1998. Humum al-Fikr wa alWathan. Kairo: Dar Quba. Azhar, Muhammad. 1996. Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam. Yogyakarta: Lesiska dan Pustaka Pelajar. ______, 1982. Dirasat Islamiyah. Kairo: Maktabah Anjilo. ______, 1991. Min al-Aqidah ila alTsawrah. Kairo: Maktabah Matbuli. Barton, Greg. 1999. Islam Liberal di Indonesia. Jakarta: Paramadina, IKAPI, Pustaka Pelajar. ______,“Maqashid al-Syari'at wa Ahdaf al-Ummat; Qira`at fi al-Muwafaqat li al-Syathibi”. Jurnal al-Muslim alMu'ashir. Vol. 103. Baedowi, Ahmad, "Tafsir Tematik Menurut Hasan Hanafi", dalam M. Alfatih Suryadilaga. 2009. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an dan Hadis. vol. 10. No. 1. Januari. Hidayat, Komaruddin, "Arkoun dan Tradisi Hermeneutika" dalam Johan Hendrik Meuleman. 1996. Tradisi, Kemodernan, dan Motamodernisme. Yogyakarta: LKIS. Fazlurrahman. 1979. Islam. Chicago: The University of Chicago Press. Iqbal, Sir Muhammad. 1981. The Reconstruction of Religious Thought in Islam. New Delhi: Kitab Bhavan. ______, 1984. Islamic Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: The University of Chicago Press. ______, 1965. Islamic Methodology in History. Karachi: Central of Islamic Research. Hanafi, Hasan. 1987. AlTurâṡwaTajdîd, Mauqifuna min alTurâṡ al-Qadim. Kairo : AlMaktabah al-Anjilu al-Misriyah. ______, 1994. Dialog Agama dan Revolusi. terj. Tim Penerjemah Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus. 28 Madjid, Nurcholis, "Fazlurrahman dan Rekonstruksi Etika Al-Qur`an. Jurnal Islamika. 1993. No. 2. Oktober-Desember. Ozdenir, Ibrahim, "Tradisi Islam dalam Pandangan Fazlurrahman", dalam Jurnal Islamika. 1993. No. 2. Oktober-Desember. Saenong, Ilham B. 2002. Hermeneutika Pembebasan: Metodologi Tafsir Alquran Menurut Hasan Hanafi. Jakarta: Teraju. Implikasi Hermeneutika Al-Qur`an