BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi menyebabkan kondisi pasar modal menurun, karena penurunan laba yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan finansial yang dialami beberapa perusahaan efek. Setelah masa krisis, pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang baik, kegiatan go public di bursa efek dan aktivitas perdagangan efek semakin membaik. Jumlah emiten juga semakin meningkat. Karena tingginya suku bunga kredit perbankan yang berjangka waktu panjang, maka perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi baik berusaha mendapatkan dana di pasar modal. Menurunnya suku bunga simpanan perbankan mendorong sebagian investor mengalihkan penanaman dananya ke pasar modal. Meningkatnya transaksi masyarakat di pasar modal dan menurunnya suku bunga simpanan perbankan, telah mendorong semakin maraknya perdagangan pasar modal. Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah hanya sebanyak 13 saham (Jogiyanto, 1998: 60). IHSG merupakan indikator untuk mengukur harga saham yang diperdagangkan di bursa efek. Indeks bursa adalah statistik yang menunjukkan perubahan harga-harga saham 1 pada saat tertentu dalam perbandingan dengan tanggal dasar. IHSG dihitung dengan rumus IHSG sama dengan nilai total pasar dibanding total nilai dasar dikalikan 100. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Apabila jumlah uang beredar atau inflasi meningkat maka akan berdampak naiknya Indeks Harga Saham Gabungan. Sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka akan berdampak turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (Soebagiyo dan Prasetyowati, 2003: 93-109). Penelitian yang dilakukan oleh Rubiyatno (2004) menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah uang beredar dan Indeks Harga Saham Gabungan. Selain itu juga terdapat hubungan negatif antara tingkat bunga dan Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini akan mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Variabel yang akan digunakan yaitu: jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi. Hubungan antara variabel jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi yaitu jika suku bunga deposito yang ditetapkan oleh bank Indonesia meningkat maka akan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar yang meliputi uang kartal, giral dan kuasi yang beredar di masyarakat menjadi kecil nilainya. Pada masa krisis moneter suku bunga deposito meningkat dan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS yang didasarkan pada tukar kurs setiap bulannya. Dengan terus meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS mengakibatkan nilai rupiah menjadi kecil sehingga 2 terjadi kenaikan inflasi yaitu kecenderungan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus. Dengan meningkatnya jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi pada masa krisis moneter maka sangat berpengaruh kepada para investor asing yang akan menanamkan modalnya ke negara tersebut karena indeks harga saham yang beredar pada perusahaan juga mengalami kenaikan dan kemungkinan tidak menguntungkan bagi para investor. Perusahaan-perusahaan mengalami penurunan jumlah produksinya karena semua bahan mentah yang dibutuhkan harganya meningkat sehingga perusahaan tersebut akan menambah biaya modal, perusahaan tersebut tidak bisa mencapai jumlah produksi yang memuaskan dan tidak ada investor yang berniat menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki prospek yang tidak baik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah menganalisis: Apakah perubahan jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan inflasi mempengaruhi IHSG? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai lewat penelitian ini adalah: 3 Untuk menguji pengaruh perubahan jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan inflasi terhadap IHSG. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Investor Untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi jika investor ingin melakukan investasi. Apabila ingin menanamkan investasinya dalam bentuk saham, harus memperhatikan faktor-faktor lain selain faktor jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs/nilai tukar rupiah-dolar, dan inflasi. 2. Bagi Penulis Untuk memperdalam keahlian penelitian dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya pengetahuan teori saja, tetapi mampu menerapkan dalam praktek-praktek yang sesungguhnya. 3. Bagi Pemerintah Sebagai masukan sekaligus referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang perekonomian Indonesia khususnya mengenai IHSG. 4. Bagi Emiten Untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan menyangkut jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi. 4 1.5 Batasan Masalah Agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan maka penulis hanya membatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang dianalisis berpengaruh atau tidak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan adalah perubahan jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan inflasi. 2. Tahun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 1998-2004 karena penelitian dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG pasca krisis moneter (Indonesia terkena krisis pada tahun 1997). 3. Jumlah uang beredar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1), yaitu diperoleh dengan menjumlahkan uang kartal dan uang giral. Diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. 4. Tingkat suku bunga, data suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga simpanan berjangka rupiah menurut kelompok bank. Kelompok bank yang digunakan adalah bank pemerintah daerah. Diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. 5. Kurs valuta asing yang dimaksudkan disini adalah kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ($ U.S). Diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. 6. Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan indeks harga konsumen gabungan untuk kelompok bahan makanan. Alasan karena semua jenis bahan makanan pada saat krisis moneter mengalami kenaikan. Diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. 5